PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MAN 2 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh Iis Rosita ABSTRACT This thesis entitled "Effect of Learning Model Snowball Throwing against the Learning Outcomes Physics Class X MAN 2 Lubuklinggau Academic Year 2015/2016". This research is motivated by the lack of physics students' learning outcomes. The purpose of this study was to determine the effect of learning model Snowball Throwing on learning outcomes physics class X MAN 2 Lubuklinggau Academic Year 2015/2016. This type of research is quantitative research method experiment, the control group and the experimental design. The population in this study were all students of class X MAN 2 Lubuklinggau Academic Year 2015/2016. Two classes are taken at random, the class as a class experiment X.2 and X.3 as the Control class. Data collection techniques using test techniques. Student test score data were analyzed using t-test. Based on the analysis of posttest experimental class and control class by α = 5% or 0.05 obtained t count (2.58) and t table (1.67) with an average post-test results of students by (66.46), while the average results of pre-test as many students (25.62), because t count> t table, then Ho is rejected and Ha accepted. This means that the average value of the experimental class is greater than the average value of the control class. Keywords : Snowball Throwing, Learning Outcomes A. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor utama untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan telah dilakukan walaupun hasilnya belum memenuhi harapan. Salah satu cerminan kualitas pendidikan di sekolah adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dengan demikian hasil belajar siswa pada mata pelajaran tertentu merupakan salah satu indikator kualitas pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Guru sebagai pengajar mempunyai tanggung jawab atas terselenggaranya proses belajar mengajar, selain itu guru dituntut membawa perubahan dalam pembelajaran. Hakikatnya bila suatu kegiatan pembelajaran direncanakan terlebih dahulu, maka tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Itulah sebabnya seorang guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pembelajaran. Seorang guru sebelum mengajar hendaknya merencanakan program pembelajaran, membuat persiapan pembelajaran yang hendak diberikan. Pada pembelajaran fisika pembaharuan-pembaharuan juga telah banyak dilakukan, baik yang menyangkut model, materi, media, maupun faktor-faktor lain yang menunjang terciptanya tujuan yang diinginkan. Karena meskipun fisika erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari namun ada yang berpendapat bahwa fisika itu sulit. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena ketidak mengertian siswa terhadap materi pelajaran, khususnya materi pelajaan yang bersifat pemecahan masalah. Dalam pembelajaran, guru lebih aktif dibandingkan siswa, siswa di dalam kelas hanya mendengar, mencatat, dan menghafal, sangat sedikit siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru maupun yang mengajukan pertanyaan kepada guru. Siswa hanya menerima pengetahuan dari guru tanpa melalui pengolahan potensi yang ada pada dirinya. Akibatnya dalam memahami konsep fisika, siswa menempuhnya dengan cara menghafal dan kurang mempunyai kesempatan untuk lebih memahami konsep yang diberikan. Pembelajaran yang menggunakan metode tersebut dapat menyebabkan pembelajaran fisika menjadi kurang menarik dan kurangnya kemauan siswa untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Rendahnya hasil belajar siswa terletak pada proses pembelajaran fisika yang masih sering ditemui adanya dominasi guru yang mengakibatkan siswa cenderung lebih bersifat pasif. Akibatnya, penguasaan mereka terhadap materi yang diberikan tidak tuntas. Dengan demikian hasil belajarnya menjadi rendah. Untuk dapat memahami suatu konsep atau teori dalam fisika bukanlah suatu pekerjaan mudah, sehingga untuk mempelajari fisika dengan baik diperlukan aktivitas belajar yang baik. Oleh karena itu, setiap kegiatan belajar yang sedang berlangsung hendaknya melibatkan seluruh siswa, sehingga siswa tersebut dapat berpartisipasi aktif dalam materi yang sedang dibicarakan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru fisika di MAN 2 Lubuklinggau, beliau mengatakan bahwa hasil belajar siswa di kelas X masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai ketuntasan pada ulangan harian siswa di kelas X yang hanya mencapai 32,25% dengan nilai rata-rata 78,63 dari nilai KKM 75. Hal ini menunjukkan bahwa 48,38% dengan nilai rata-rata 45,35 dari 124 jumlah siswa dikelas X belum mencapai KKM, sehingga mereka harus mengikuti remedial. Dari masalah tersebut, peneliti menduga bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan suatu model pembelajaran yang efektif agar siswa mempelajari materi dengan sungguh-sungguh. Salah satu model pembelajaran yang menggabungkan kemampuan kognitif siswa yaitu model pembelajaran Snowball Throwing. Dalam pembelajaran fisika konsep tidak seharusnya diajarkan pada siswa sebagai pengetahuan yang sudah jadi dan tinggal dihafal, melainkan diajarkan tentang cara mendapatkan pengetahuan atau konsep yang diajarkan. Untuk itu dibutuhkan keaktifan siswa tidak hanya secara fisik, tetapi juga aktif secara intelektual, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut, adalah dengan menciptakan kondisi belajar mengajar yang menarik, yang memberikan kesempatan siswa lebih aktif. Dalam menciptakan kondisi belajar tersebut dapat digunakan suatu model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok dibagi secara merata, baik kemampuan, jenis kelamin, dan status sosial. Mereka belajar dan bekerja sama untuk menjawab dan mengerjakan tugas dari guru dalam kelompok secara kompak. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2007:12), bahwa kooperatif learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kompak yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Menurut Komalasari (2011:67), model pembelajaran Snowball Throwing yaitu model pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu imajinatif membentuk dan melempar bola salju. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X MAN 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”. Rumusan masalah dalam penelitian ini : Apakah ada pengaruh model pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MAN 2 Lubuklinggau?. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MAN 2 Lubuklinggau. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi semua pihak, seperti : 1. Siswa, sebagai motivasi untuk menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa dan membantu siswa memahami konsep-konsep fisika secara utuh dan benar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Guru, sebagai masukan dan informasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa. 3. Sekolah, sebagai bahan masukan dan sumbang saran dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa di MAN 2 Lubuklinggau. 4. Peneliti, sebagai dasar untuk menambah wawasan bagi peneliti dalam mengajarkan suatu materi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Belajar Menurut Sudjana (dalam Rusman, 2011:1), belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Sedangkan menurut Slameto (2010:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi pada individu bersifat positif karena berperan aktif dari pembelajaran yang meliputi keseluruhan tingkah laku pada sikap, keterampilan, pengatahuan, dan sebagainya. Belajar bukan hanya menghapal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri sendiri. 2. Pengertian Pembelajaran Menurut Rusman (2010:134), pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Sedangkan menurut Sanjaya (2010:34) pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada. Baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki. Beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang didalamnya terjadi interaksi guru dan siswa dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan. 3. Pengertian Model Pembelajaran Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dihadapi guru. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya model-model pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Menurut Sagala (2009:173) model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Sedangkan menurut Soekamto (dalam Trianto, 2009:22), maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, maka dapat diartikan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. 4. Model Pembelajaran Snowball Throwing Menurut Suyatno (2009:125) menyatakan bahwa Model Pembelajarn Snowball Throwing adalah suatu model pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola lalu dilempar kesiswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh secara bergantian. Sedangkan menurut Komalasari (2011:67) yaitu model pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan membuat dan menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu imajinatif membentuk dan melempar bola salju. Maka berdasarkan pada uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang menjadikan siswa lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain, lebih aktif dan mudah memahami materi dalam proses belajar sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Suprijono (2009:128) langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing adalah: 1) Guru membimbing siswa membentuk kelompok, disertai ketua untuk memberikan penjelasan materi pada teman kelompoknya. 2) Guru menyampaikan materi pada siswa. 3) Masing-masing ketua kelompok menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4) Masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan satu pertanyaan, apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. 5) Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit. 6) Setelah siswa dapat bola yang berisi pertanyaan, siswa tersebut diberikan kesempatan menjawab pertanyaan secara bergantian. 7) Evaluasi. 8) Penutup. Menurut Aqib (2013:27) langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan 2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masingmasing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masingmasing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. 5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lainnya selama ± 15 menit. 6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang ditulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7) Evaluasi 8) Penutup. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. 2) Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk diberikan penjelasan tentang materi. 3) Masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4) Kemudian masing-masing kelompok menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompoknya. 5) Kemudian saling lempar dengan masing-masing kelompok untuk menjawab pertanyaan pada kertas kerja yang dibuat seperti bola. 6) Siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7) Guru melakukan evaluasi. 5. Materi Ajar (Vektor) a. Pengertian Vektor Menurut Tri Kuntoro (2008:21) besaran fisika, selain dapat dibedakan menjadi besaran dasar, turunan, dan pelengkap, dapat pula dikelompokkan berdasarkan nilai (besar) dan arahnya. Atas dasar itu besaran fisika dapat dibedakan menjadi besaran skalar dan besaran vektor. besaran skalar hanya memiliki nilai saja, mislanya panjang, massa dan waktu sedangkan besaran vektor memiliki nilai dan arah, misalnya percepatan, kecepatan, dan gaya. Ketika menuliskan simbol untuk vektor selalu menggunakan huruf tebal atau dapat juga dengan menambahkan simbol anak panah (Giancoli, 2001:57). Simbol vektor: B A Gambar 6.1 Vektor AB Berdasarkan gambar diatas besar vektor dinyatakan dengan panjang anak panah AB. Arah vektor dinyatakan dengan arah anak panah itu. Titik A adalah pangkal vektor dan titik B adalah ujung vektor. Vektor dapat juga ditulis dengan huruf tebal atau memberi tanda arah diatasnya seperti, AB. b. Penjumlahan Vektor Berdasarkan Komponen-Komponennya Penambahan vektor dengan secara grafis dengan menggunakan pengaris dan busur derajat tidak selamanya cukup akurat dan berguna untuk vektor-vektor tiga dimensi. Vektor itu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari dua vektor lainnya, yang disebut komponen-komponen dari vektor awal tersebut. Komponen-komponen itu biasanya dipilih dengan arah tegak lurus satu sama lain. Untuk menambahkan vektor-vektor dengan metode komponen biasanya menggunakan fungsi-fungsi trigonometri, yaitu sinus, kosinus, dan tangen. Tinjauan sebuah vektor F yang membentuk sudut terhadap x, sebagaimana ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Fx dan Fy merupakan komponen dari vektor F. y Fy F ๐ Fx = F cos ๐ Fy = F sin ๐ Gambar 6.2 c. Pengurangan Vektor dengan Skalar Jika diketahui sebuah vektor V, didefinisikan negatif vektor ini (-V) sebagai vektor yang memiliki besar yang sama dengan V tetapi dengan arah yang berlawanan. Meskipun demikian, perhatikan bahwa tidak ada vektor yang negatif jika ditinjau dari besarnya. Dapat didefinisikan pengurangan sebuah dari vektor lainnya, selisih antara dua vektor V2 – V1 , maka dapat didefinisikan sebagai berikut: V2 – V1= V2 + (-V1). Artinya, selisih antara dua vektor sama dengan jumlah yang pertama ditambah dengan negatif yang kedua. Dengan demikian, aturan-aturan untuk penambahan vektor dapat diterapkan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 6.3 dengan menggunakan metode pangkal ke ujung. V2 - V1 = V2 + -V1 = V2 – V1 -V1 V2 d. Perkalian Vektor Titik ( Dot Product ) Perkalian titik diantara dua vektor A dan B dapat ditulis A . B. Perkalian skalar dua vektor dapat dikalikan antara besar salah satu vektor dengan komponen vektor lain dalam sarah vektor yang pertama. Maka pada perkalian vektor ini ada ketentuan yaitu : ๏ท Perkalian komponen vektor yang sejenis (searah) akan menghasilkan nilai 1, seperti : i . i = j . j = k . k =1 ๏ท Perkalian komponen vektor yang tidak sejenis ( saling tegak lurus ) akan menghasilkan nilai 0, seperti : i . j = j . k = k . i = 0 e. Perkalian Silang ( Cross Product) Perkalian silang diantara dua vektor A dan B dapat ditulis A x B dan hasilnya adalah sebuah vektor C. Arah dari C sebagai hasil perkalian vektor A dan B, didefinisikan tegak lurus pada bidang yang dibentuk oleh A dan B. Pada perkalian vektor ini ada ketentuan sebagai berikut : ๏ท ixi=0 ixj=k jxi=-k ๏ท jxj=0 jxk=i kxj=-i ๏ท kxk=0 kxi=j ixk=-i C. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen dengan desain penelitian berbentuk pretestpostest control grup design atau desain kelompok kontrol eksperimen. Menurut Arikunto (2010:125), desain penelitian dapat ditunjukkan pada tabel 1. Group Eksperimen Kontrol Tabel 1 Pretest-Posttest Control Group Design Pre-test Treatment O1 X O3 - Pos-test O1 O4 dengan O1 adalah tes awal (pre-test) pada kelas eksperimen, O2 adalah tes akhir (post-test) pada kelas eksperimen, O3 adalah tes awal (pre-test) pada kelas kontrol, O4 adalah tes akhir (post-test) pada kelas kontrol, X adalah model pembelajaran Snowball Throwing, - adalah perlakuan pembelajaran ceramah dan latihan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari empat kelas. Secara rinci populasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Populasi Penelitian No Kelas Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan 1. X.1 9 22 31 2. X.2 12 20 32 3. X.3 10 20 30 4. X.4 9 22 31 Jumlah 38 86 124 Sumber: Tata Usaha MAN 2 Lubuklinggau Tahun 2015/2016. Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 2 kelas yaitu kelas X.2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.3 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba soal materi vektor di kelas XI MAN 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Setelah data diperoleh maka uji coba soal dianalisis dengan empat kriteria yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Adapun hasil pretest dianalisis dengan uji normalitas. Sedangan hasil posttest dianalisis dengan uji-t. D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis hasil penelitian Deskripsi data penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai data yang diperoleh di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MAN 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 yang dilakukan pada tanggal 6 Agustus sampai 7 September 2015. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua kelas sebagai sampel dari jumlah populasi sebanyak empat kelas. Kelas yang dijadikan sampel adalah kelas X.2 sebagai kelas Eksperimen dan kelas X.3 sebagai kelas Kontrol. Kelas X.2 mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing pada proses pembelajarannya, sedangkan kelas X.3 menggunakan metode ceramah dan latihan dalam penyampaian materi. Sebelum pelaksanaan penelitian dimulai, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen yang dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2015 di kelas XI.1 MAN 2 Lubuklinggau. Tahap uji instrumen ini dilakukan untuk menentukan banyaknya soal yang memenuhi kriteria untuk dapat digunakan sebagai instrumen penelitian yang dipakai pada pre-test dan post-test dari sejumlah soal yang peniliti buat. Data tes diperoleh dari hasil pre-test (kemampuan awal siswa sebelum mendapat perlakuan) dan post-test (kemampuan siswa setelah mendapatkan perlakuan). Pelaksanaan tes awal dikelas eksperimen maupun kontrol diikuti oleh semua siswa. Data hasil tes akhir diperoleh setelah kedua kelas mendapat perlakuan yang berbeda dalam pembelajaran fisika pada materi vektor. Data tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar fisika siswa. Sebelum dilaksanakan pembelajaran tes akhir terlebih dahulu dilaksanakan pre-test yang berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum dilakukan penelitian. Pada penelitian ini, jumlah pertemuan tatap muka yang dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, satu kali pemberian pre-test, satu kali proses pembelajaran dan satu kali pemberian post-test. 2. Pembahasan Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh model pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MAN 2 Lubuklinggau”. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MAN 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Pada proses pembelajaran kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, yaitu kelompok kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan menggunakan metode diskusi dan latihan. Namun, sebelum dilakukan tes awal atau pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Dari hasil analisis data, diperoleh bahwa semua siswa dari kedua kelas mendapatkan nilai kurang dari KKM. Ini disebabkan karena materi ini belum dipelajari. Hal ini berarti kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama. Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan perencanaan pembuatan perangkat penelitian yang terdiri dari silabus, Renacana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan tes kemampuan kognitif siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing. Model pemebelajaran ini memungkinkan semua siswa terlibat langsung dan aktif, serta membuat mereka merasa bahwa proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan sehingga tidak menimbulkan kebosanan dan siswa tidak merasa dipaksakan. Pembelajaran seperti ini memungkinkan untuk siswa menyampaikan apa yang mereka ketahui dengan cara berbagi informasi terlebih dahulu bersama teman sebangkunya sehingga secara tidak langsung siswa dapat membangikan pengalaman umunya dan bertanggung jawab terhadap informasi yang akan mereka bagi satu sama lain. Pada pertemuan pertama siswa masih bingung dengan cara belajar dengan menggunakan model pembelajaran Snowbal Throwing yang mengharuskan siswa bersifat aktif berpikir dan berbagi sesama dalam belajar. Siswa masih kebingungan dalam memahami pertanyaan yang diberikan guru dan berpikir secara berpasangan dalam kelompok. Hal ini disebabkan siswa masih tetap pada pendapat mereka masing-masing dalam kelompok sehingga membuat suasana kelas menjadi rebut. Kurang berhasilnya pembelajaran pada pertemuaan pertama dipengaruhi oleh masih ada kelompok yang belum bisa berpikir secara berpasangan terhadap kelompok mereka sehingga dibutuhkan waktu lama. Pada pertemuan kedua siswa sudah banyak mengerti tentang pertanyaan yang diberikan dan sudah bisa menerima pendapat masingmasing kelompok lain. Sebelumnya siswa diberikan pengarahan oleh guru agar menerima pendapat dari kelompok lain. Dengan mengaktifkan siswa dalam berkelompok dan susanan di kelas menjadi lebih tenang dibandingkan pada pertemuam pertama walaupun masih ada sedikit siswa yang masih ribut satu sama lainnya. Hal ini sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran Snowbal Throwing yaitu mendorong siswa untuk aktif berpikir, berdiskusi berpasangan dalam kelompok dan bisa berbagi dengan kelompok lain. Model pembelajaran Snowball Throwing ini merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar fisika dan keaktifan siswa. Hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing menjadi lebih baik dikarenakan model ini menekankan pada keterlibatan siswa secara langsung dalam pemecahan masalah, dengan saling berfikir, dan berbagi informasi dengan seluruh siswa tentang apa yang telah dibicarakan dalam kelompok. Dengan demikian hasil belajar fisika setelah penerapan model Snowball Throwing mengalami kenaikan yang signifikan. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol yaitu pembelajaran dengan metode ceramah dan latihan. Pembelajaran dengan metode ceramah membuat siswa lebih tenang karena guru mengandalikan siswa. Siswa duduk dan memperhatikan guru menerangkan materi pelajaran. Hal semacam ini dapat mengakibatkan guru kurang memahami tingkat pemahaman siswa, karena siswa yang sudah paham atau belum hanya diam saja. Siswa yang belum paham terkadang tidak berani atau malu untuk bertanya pada guru. Pada saat mengerjakan soal latihan, hanya siswa yang pandai saja yang serius mengerjakan soal yang diberika oleh guru sedangkan yang lain lebih asyik bercerita dengan temannya. Setelah diberi pembelajaran yang berbeda, untuk kelas eksperimen diberi pembelajaran dengan model Snowball Throwing sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan metode ceramah dan latihan. Kemudian kedua kelas tersebut diberikan tes akhir atau post-test. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata skor 66,46, dan untuk kelas kontrol memperoleh ratarata skor 60,36. Hal ini menunjukkan bahwa skor tes kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan skor kelas kontrol. Hasil dari tes hasil belajar kedua kelompok ini dilakukan uji normalitas, uji kesamaan dua rata-rata varians, dan uji hipotesis. Dari hasil uji normalitas dan uji kesamaan dua rata-rata varians menunjukkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata diperoleh data mengenai kemampuan akhir siswa bahwa kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan α = 0,05 karena ๐กโ๐๐ก๐ข๐๐ ≥ ๐ก๐ก๐๐๐๐ yaitu ๐กโ๐๐ก๐ข๐๐ = 2,58 dan ๐ก๐ก๐๐๐๐ = 1,67, maka Ho ditolak dan Ha diterima, dengan kata lain rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata kelas kontrol. E. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh bahwa ๐กโ๐๐ก๐ข๐๐ (2,58) ≥ ๐ก๐ก๐๐๐๐ (1,67) dengan rata-rata hasil belajar post-test siswa sebesar 66,46, sedangkan rata-rata hasil pretest siswa sebesar 25,62. Maka dapat simpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MAN 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Aqib, Zainal. 2013. Model-model , Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya Eryani, Sesi. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing pada Materi Tekanan Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuklinggau. Skripsi ini tidak diterbitkan. Lubuklinggau: Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam STKIPPGRI Lubuklinggau Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Revisi Jilid 1.Jakarta:Erlangga. Hamalik, Dr. Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hartatik, Ika. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri Bangun Jaya. Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau: Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam STKIP-PGRI Lubuklinggau. Jihad dan Haris, 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Konstektual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Kuntoro, Tri. 2008. Fisika Dasar Edisi 1. Yogyakarta: CV Andi Offset. Maryanti. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Fisika Materi Pengukuran Siswa Kelas X SMA Negeri Megang Sakti. Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau: Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam STKIP-PGRI Lubuklinggau. Musfiqon, Hm. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Peembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka Sugiyono.2010.Metode Penelitian Pendidikan, Penelitian Kuantitatif, Penelitian Kualitatif, dan R&D.Bandung:Alfabeta. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsinto Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia. 2012. Pedoman Penulisan Makalah dan Skripsi. Lubuklinggau. Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Yamin, Martinis. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Referensi