1 Gynecology Nitrate and Phosphate In On The Level Density

advertisement
Gynecology Nitrate and Phosphate In On The Level Density Seagrass Sediments in the sea
Protected Areas Regional Riau Bintan
Gustini
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
Febrianti Lestari
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
Tengku Said Raza’i
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
ABSTRACK
Seagrass ecosystems of high productivity is organic, bio-diversity with a high enough.
Seagrass density is limited by the supply of nutrients include nitrates and fhosfat and
environmental factors surrounding. This study aims to determine the nitrate content in the
sediment and fhosfat, knowing the density of seagrass and analyze the relationship between nitrate
content and fhosfat densities in seagrass. Location of the study were divided into 3 stations based
on the condition of seagrass seagrass condition that is tightly stations 1, 2 stations seagrass
condition was, and station 3 seagrass rare condition. Each station contained 2 transect line to the
sea, each consisting of 5 plots. Data collection was done using transect seagrass quadrant with a
size of 0.5 x 0.5 meters, and each transect placement was also performed measurements of
environmental parameters include salinity, depth, substrate type, speed of currents, tides, and
sediment pH. Analysis of data to determine the relationship between nitrate content and the density
of seagrass fhosfat done using multiple regression analysis. The results showed that the highest
nitrate content in the sediment obtained at station 1 0.546 mg / l, high level both are on station 2 at
0.461 mg / l, and the lowest was obtained at station 3 was 0.317 mg / l, as well as posfat high level
obtained at station 1 is equal to 1.257 mg / l, the second highest found in station 2 at 0.676 mg / l,
and the lowest at 3 stations of 0.62 mg / l. Seagrass density of the three study sites then station 1 is
having an area of seagrass density a high level that is equal to 608 individuals/m2, station 2
seagrass density of 416 individuals/m2, and 3 stations in seagrass density obtained for 352
individuals/m2. The results showed that the density of seagrass able to be explained by the content
of nitrate and fhosfat by 21.38%, while the rest is explained by other factors in the waters.
Key words: Nitrate, Fhosfat, Seagrass Density
1
KANDUNGAN NITRAT DAN POSFAT PADA SEDIMEN TERHADAP
TINGKAT KERAPATAN LAMUN DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH
BINTAN KEPULAUAN RIAU
Gustini
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
Febrianti Lestari
Dosen Manajen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
Tengku Said Raza’i
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
ABSTRAK
Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya, dengan
keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Kerapatan lamun dibatasi oleh suplai nutrien antara lain
nitrat dan posfat serta faktor-faktor lingkungan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kandungan nitrat dan posfat disedimen, mengetahui tingkat kerapatan lamun serta
menganalisis hubungan antara kandungan nitrat dan posfat dengan tingkat kerapatan lamun.
Lokasi penelitian dibagi dalam 3 stasiun berdasarkan kondisi lamunnya yaitu stasiun 1 kondisi
lamun rapat, stasiun 2 kondisi lamun sedang, dan stasiun 3 kondisi lamun jarang. Tiap stasiun
terdapat 2 garis transek ke arah laut yang masing-masing terdiri dari 5 plot. Pengambilan data
lamun dilakukan dengan menggunakan transek kuadran dengan ukuran 0,5 x 0,5 meter, dan setiap
penempatan transek dilakukan juga pengukuran parameter lingkungan meliputi salinitas,
kedalaman, jenis substrat, kecepatan arus, pasang surut, dan pH sedimen. Analisa data untuk
mengetahui hubungan antara kandungan nitrat dan posfat terhadap kerapatan lamun dilakukan
dengan menggunakan analisis Regresi Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan
nitrat pada sedimen tertinggi diperoleh stasiun 1 sebesar 0,546 mg/l, terttinggi kedua terdapat pada
stasiun 2 sebesar 0,461 mg/l, dan yang terendah diperoleh pada stasiun 3 sebesar 0,317 mg/l,
begitu juga dengan phospat terrtinggi diperoleh pada stasiun 1 yaitu sebesar 1,257 mg/l, tertinggi
kedua terdapat pada stasiun 2 sebesar 0,676 mg/l, dan terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar
0,62 mg/l. Kerapatan lamun dari ketiga lokasi penelitian maka stasiun 1 merupakan daerah yang
memilik tingkat kerapatan lamun yang tinggi yaitu sebesar 608 ind/m2, stasiun 2 kerapatan lamun
sebesar 416 ind/m2, dan stasiun 3 diperoeh tingkat kerapatan lamun sebesar 352 ind/m2. Kerapatan
lamun mampu dijelaskan oleh kandungan nitrat dan posfat sebesar 21,38%, sedangkan sisanya
dijelaskan oleh faktor-faktor lain di perairan.
Kata kunci : Nitrat, Posfat, Kerapatan Lamun
2
I.
PENDAHULUAN
B.
A.
Latar Belakang
Perumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu:
Padang lamun merupakan ekosistem
1.
yang tinggi produktifitas organiknya, dengan
Perumusan Masalah
bagaimana kandungan nitrat
dan
posfat pada sedimen
keanekaragaman biota yang cukup tinggi.
Kabupaten Bintan merupakan salah satu
2.
Bagaimana tingkat kerapatan lamun
kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau yang
3.
Bagaimana
hubungan
dan posfat
kandungan
terdapat kawasan konservasi padang lamun.
nitrat
pada sedimen
Luas ekosistem padang lamun di Kabupaten
terhadap tingkat kerapatan lamun.
Bintan yaitu 1.334, 327 ha yang tersebar
C.
hampir merata di sepanjang pesisir Pulau
Tujuan dalam penelitian ini yaitu
Bintan dan pulau-pulau kecil (DKP, 2007).
mengetahui kandungan nitrat dan posfat pada
Kerapatan jenis lamun dipengaruhi
oleh factor tempat
sedimen, mengetahui tingkat kerapatan lamun,
tumbuh dari lamun
dan mengetahui hubungan kandungan nitrat
tersebut. Beberapa factor yang mempengaruhi
dan posfat pada sedimen terhadap tingkat
kerapatan jenis lamun yaitu kedalaman, arus,
kerapatan lamun. Sedangkan manfaat dalam
dan tipe substrat (Kiswara, 2004 dalam
penelitian
Cahyani et al, 2014) . Lamun memperoleh
dan daun.
rendah
konsentrasi
jika
dibandingkan
kepada masyarakat sekitar. Dalam penelitian
ini menggunakan hipotesis guna membuktikan
apakah kandungan nitrat dan posfat pada
oleh daun sedangkan penyerapan nutrien dari
sedimen
sedimen dilakukan oleh akar namun tidak
oleh akar juga akan sampai pada bagian daun
1993
II.
dalam
yang
hidup
dan
tumbuh
terbenam di lingkungan laut, berpembuluh,
lamun yang cukup melimpah di kawasan
berimpang
pesisir maka penulis tertarik untuk melakukan
(rhizome),
berakar,
dan
berkembang biak secara generatif (biji) dan
penelitian tentang kandungan nitrat dan posfat
vegetatif. Rimpangnya merupakan batang
lamun di
Kawasan Konservasi Laut Daerah
tingkat
TINJAUAN PUSTAKA
(Anthophyta)
Mengingat pentingnya keberadaan
kerapatan
terhadap
Lamun adalah tumbuhan air berbunga
Setiawan et al, 2013).
disedimen terhadap
berpengaruh
kerapatan lamun (Ho) atau tidak (Hi).
menutup kemungkinan pengangkutan nutrien
(Erftemeijer,
informasi
mengenai kawasan konservasi padang lamun
dengan
nutrien yang ada di sedimen.
lamun
memberi
kerapatan lamun, dan memberi informasi
Penyerapan nutrien pada kolom air dilakukan
dari
yaitu
sedimen, memberi data mengenai tingkat
Daerah tropis,
konsentrasi nutrien yang larut dalam perairan
lebih
ini
mengenai kandungan nitrat dan posfat pada
nutrien melalui dua jaringan tubuhnya yaitu
melalui akar
Tujuan dan Manfaat
yang beruas-ruas yang tumbuh terbenam dan
Bintan,
menjalar dalam substrat pasir, lumpur dan
Kepulauan Riau
pecahan karang. Padang lamun merupakan
hamparan vegetasi lamun yang menutupi
3
suatu area pesisir atau laut dangkal yang
bergantung pada konsentrasi yang terdapat
terbentuk
lamun
dalam kolom air dan faktor hidrodinamik yang
(monospecific) atau lebih (mixed vegetation)
mempengaruhi kedua adveksi nutrien melalui
dengan kerapatan tanaman yang padat (dense)
komunitas dan tingkat difusi pada organisme
atau jarang (sparse). Ekosistem padang lamun
permukaan (Hasanuddin, 2013).
oleh
satu
jenis
adalah satu sistem (organisasi) ekologi padang
Dalam
ekosistem
lamun
sumber
lamun yang di dalamnya terjadi hubungan
organik berasal dari produk lamun itu sendiri,
timbal balik antara komponen abiotik (air dan
disamping tumbuhan epifit alga, fitoplankton,
sedimen) dan biotik (hewan dan tumbuhan)
dan tanaman darat (Romimohtarto, 1991
(Azkab, 2006).
dalam Setiawan et al, 2013). Konsentrasi
Zat hara nitrat dan fosfat diserap oleh
nutrien yang ada pada daerah padang lamun
lamun melalui daun dan akarnya, Namun
juga dipengaruhi oleh hasil dekomposisi dari
Soemodiharjo
bahwa
daun-daun lamun itu sendiri yang telah
penyerapan zat hara melalui daun di daerah
membusuk. Short (1987) dalam Hasanuddin
tropis sangat kecil dibandingkan dengan
(2013) menambahkan bahwa sistem yang
penyerapan melalui akar dipindahkan ke
terjadi
perairan sekitarnya. Selanjutnya, unsur hara N
merupakan sumber utama akan kebutuhan
dan P dapat berasal dari perairan itu sendiri
unsur
atau dari luar perairan, dalam bentuk organik
pertumbuhannya.
(1999)
menyatakan
pada
sedimen
hara
yang
padang
diperlukan
lamun
untuk
dan anorganik (hasil dekomposisi/penguraian).
Pada perairan laut, nitrogen berupa
Peningkatan bahan organik akan memicu
nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen
aktivitas
anorganik
organisme
menguraikan
terdiri
atas
amonia
(NH3),
amonium (NH4), nitrit, nitrat dan molekul
(dekomposisi)
nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Nitrogen
bahan organik tersebut dilakukan oleh bakteri
organik berupa protein, asam amino dan urea
aerob dan anaerob.
(Effendi, 2003). Nitrat adalah bentuk utama
dan
Menurut
organik
dalam
menjadi
anorganik
bahan
pengurai
penguraian
dalam
nitrogen di perairan alami dan merupakan
Cahyani et al (2014) menyebutkan energi
nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan
yang diperlukan agar ekosistem bahari dapat
alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam
berfungsi hampir seluruhnya bergantung pada
air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan
aktifitas fotosintesis tumbuhan bahari yang
dari proses
memanfaatkan nutrien sebagai sumber energi.
nitrogen diperairan. Dalam sedimen, mikroba-
Pengangkatan nutrien dari sedimen pada
mikroba dan hewan-hewan mengeluarkan
daerah padang lamun menyebabkan terjadinya
ammonia yang merubah konsentrasi nitrogen.
proses degradasi dan remineralisasi. Dinamika
Diketahui bahwa ammonium dioksida menjadi
nutrien
nitrat dan nitrit untuk diambil dan diserap oleh
aquatik
Nybaken (1992)
oleh
komunitas
lamun
tergantung pada perubahan nutrien secara
oksidasi
sempurna
senyawa
akar-akar (Effendi, 2003 dalam Faisal, 2010).
terus menerus dari organisme di dalam
Menurut
komunitas itu. Perubahan terus menerus ini
Hasanuddin
4
Smith
(2013)
(1950)
dalam
menyatakan
posfat
Peta Lokasi Penelitian
merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan
oleh tumbuhan untuk tumbuh dan sangat
berpengaruh terhadap kandungan biomassa
tumbuhan. Di alam hampir sebagian besar
posfat
merupakan
hasil
pelapukan
dan
pelarutan mineral. Posfat dibutuhkan oleh
semua organisme untuk sintesis energi (ATP,
NADPH), asam nukleat, pembentukan protein
dan asam amino serta senyawa penting
lainnya. Posfat dan proses fotosintesis berada
dalam bentuk senyawa ATP menjadi sumber
energi untuk asimilasi oleh tumbuhan laut.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Posfat tersebut selanjutnya diabsorbsi oleh
Alat dan bahan yang digunakan
tumbuhan dan seterusnya masuk ke dalam
dalam penelitian yaitu (Tabel. 1)
rantai makanan (Hutagalung dan Rozak, 1997
Tabel 1. Alat dan Bahan
N
o
1
2
Parameter
Lingku
ngan
Salinitas
Substrat
kerapatan lamun
3
Kedalaman
Tidak berpengaruh kandungan Nitrat
4
5
6
7
Arus
Pasang surut
pH sedimen
Nitrat dan
Posfat
8
Lamun
dalam Faisal, 2010).
Hipotesis dalam penelitian yaitu:
HO
= Bepengaruh kandungan Nitrat dan
Posfat disedimen terhadap tingkat
HI =
dan
Posfat
disedimen
terhadap
tingkat kerapatan lamun
III.
Alat
Salt meter
Skop,
penggaris
mm, kamera
Tonggak
berskala
Curren drug
Dishidros AL
Soil tester
Kolorimeter
METODE
Penelitian ini dilakukan di Kawasan
Bahan
Aquades
Reagen
Nitra Ver
dan Phost
Ver
Transek
kuadran
Konservasi Laut Daerah Bintan, Kepulauan
Riau pada bulan
Metode
Desember 2013 – April
ini
metode yang digunakan untuk mengetahui
lokasi, pengambilan data lapangan, analisa
kondisi padang lamun yaitu menggunakan
sampel, pengolahan data, analisa data dan
metode transek dan petak contoh (transek
penyusunan laporan hasil penelitian. Analisa
plot) (Gambar. 2)
sampel dilakukan di Laboraturium Balai
Laut
penelitian
menggunakan metode survey. Sedangkan
2014, meliputi studi literatur, survey awal
Budidaya
dalam
Batam Kepulauan Riau.
Berikut merupakan peta lokasi penelitian
(Gambar 1).
5
0,5 m
i.
Gelas
ukur
tersebut
dibersihkan
dengan tissue hingga bersih dan
0,1 m
kering
j.
Masukkan gelas ukur tersebut ke
dalam
kompartemen
sampel,
kemudian ditutup
k.
Ditekan tombol read untuk membaca
konsentrasi Nitrat pada sampel
l.
Catat konsentrasi yang tertera pada
alat
Gambar 2. Transek pengamatan lamun
(sumber: Kepmen lh No. 200
(2004))
Untuk
menentukan
jenis
lamun
peneliti mengacu pada Kepmen lh no 200
Dalam penelitian ini, terdapat dua
tahun 2004, di mana mencocokkan bentuk
variabel yaitu veriabel bebas (nitrat dan
daun,
posfat) dan variabel terikat (kerapatan lamun).
Sedangkan
Prosedur dalam pengukuran kandungan nitrat
lamun peneliti mengacu pada Fachrul, 2006
dan posfat pada sedimen yaitu:
dengan formula sebagai berikut:
a.
bunga
dan
untuk
akar
secara
menghitung
visual.
kerapatan
Sampel sedimen diambil 5 gram dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
b.
c.
Kemudian dimasukkan 50 ml amilum
Ket: Ki : Kerapatan lamun ke-i
asetat dan dikocok hingga homogen
Ni : Jumlah total individu dari jenis ke-i
Hasil ekstraksi dipipet 10 ml dan
A : luas area total pengambilan sampel
dimasukkan ke dalam gelas ukur
d.
e.
Untuk menganalisis hubungan nitrat
Dimasukkan 0,5 gram reagen Nitra
dan posfat pada sedimen terhadap tingkat
Ver (untuk nitrat) atau Phost Ver
kerapatan
(untuk posfat) ke dalam gelas ukur,
regresi linear berganda menurut Cahyani, et al,
kemudian diaduk hingga homogen
2014 dengan formula sebagai berikut:
lamun,
Alat dihidupkan, dan letak sampel
peneliti
menggunakan
Y = a + bx1 + bx2
diatasnya
f.
Ket: Y = Kerapatan lamun
Tekan tombol time, ditunggu hingga
X1 = Nitrat
display menunjukkan angka 05:00
X2 = Posfat
yang berarti reaksi membutuhkan
a = Titik potong (intercept)
waktu selama 5 menit
g.
h.
b = Slobe
Ditekan enter agar waktu menghitung
mundur dan tunggu hingga 0:00 yang
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
ditandai dengan bunyi pada alat
A.
Nitrat
Ditekan
tombol
zero
untuk
Hasil
pembacaan nol tanpa blanko
rata-rata
pengukuran
kandungan nitrat pada substrat lamun kawasan
Desa
6
Teluk
Bakau
pada
tiap
stasiun
pengamatan, diperoleh pada stasiun I yaitu
banyaknya serasah yang telah mati diurai oleh
sebesar nitrat 0,546 mg/l, stasiun 2 sebesar
mikroorganisme pengurai yang selanjutnya
0,461 mg/l, dan stasiun 3 sebesar 0,317 mg/l.
diubah menjadi unsur hara yang dibutuhkan
Hasil rata-rata secara keseluruhan kandungan
dalam proses penyerapan nutrient oleh lamun.
nitrat pada substrat ditemukan pada tiap
Hal ini dijelaskan oleh Short (1987) dalam
stasiun pengamatan disajikan pada Gambar 3.
Hasanuddin (2013) yang menyatakan bahwa
konsentrasi nitrat pada daerah padang lamun
0,546
0,461
0,6
dipengaruhi oleh hasil dekomposisi dari daun-
0,317
daun lamun yang telah membusuk.
0,4
Sedangkan pada stasiun 2 dan stasiun
0,2
3 konsentrasi nitrat lebih rendah dibandingkan
0
stasiun 1. Rendahnya kandungan nitrat pada
stasiun 1 stasiun2 stasiun 3
Gambar
3.
stasiun 2 dan stasiun 3 diduga kurangnya
Hasil rata-rata pengukuran
kandungan nitrat dan posfat
pada substrat
suplai nutrien yang masuk ke perairan
sehingga menyebabkan kadar nitrat rendah
pada lokasi penelitian tersebut. Keputusan
Nitrat merupakan salah satu unsur
hara
terpenting
yang
berpengaruh
Menteri Lingkungan Hidup No. 200 Tahun
pada
kehidupan lamun begitu juga posfat. Stasiun 1
2004,
memiliki
tinggi
konsentrasi maksimum nitrat di perairan yang
dibandingkan stasiun 2 dan stasiun 3, hal ini
layak untuk kehidupan biota laut yaitu 0,008
diduga karena letak stasiun pengamatan dekat
mg/l. Maka, hasil pengukuran nitrat pada
dengan pemukiman dan terdapat juga aliran
substrat yang diperoleh dari ketiga titik stasiun
sungai yang bermuara membawa zat hara ke
berada di atas baku mutu air laut.
kandungan
nitrat
lebih
perairan tersebut . Menurut Ng dan Sivasothi,
B.
2001; Lovelock, 1993 dalam Takwa, 2011
disebutkan
baku
mutu
Posfat
Hasil
menyatakan bahwa nitrat pada ekosistem
bahwa
rata-rata
pengukuran
kandungan posfat pada substrat lamun di
lamun tidak hanya dihasilkan oleh ekosistem
kawasan Desa Teluk Bakau pada tiap stasiun
itu sendiri tetapi juga berasal dari sungai atau
pengamatan
daratan dan laut disekitarnya. Aliran sungai
diperoleh
pada
stasiun
1
kandungan posfat sebesar 1,257 mg/l, stasiun
dapat membawa unsur hara berupa ammonia,
2 sebesar 0,676 mg/l, dan stasiun 3 sebesar
nitrit, nitrat, dan posfat serta bentuk senyawa
0,62
lainnya yang berasal dari limbah pertanian,
mg/l.
Hasil
rata-rata
keseluruhan
kandungan posfat pada substrat disajikan
pemukiman dan industri (Alirman, 2005).
dalam gambar 4.
Selain dipengaruhi sungai, tingginya
kandungan nitrat pada ekosistem padang
lamun juga bisa disebabkan oleh lamun itu
sendiri, karena pada stasiun 1 merupakan
kawasan konservasi yang memang jumlah
lamunnya banyak sehingga, kemungkinan
7
stasiun 1, hal ini diduga jauhnya lokasi
1,257
1,5
penelitian tersebut jauh dari pemukiman dan
0,676
1
0,62
tidak ada suplai zat hara yang masuk kecuali
dari lamun itu sendiri. Selain itu jenis substrat
0,5
juga mempengaruhi kandungan nutrien di
0
Gambar
stasiun stasiun2 stasiun
1
3
perairan. Substrat yang jenisnya lebih kasar
mengandung
nutrien
4.
dibandingkan
substrat
Hasil rata-rata pengukuran
kandungan nitrat dan posfat
pada substrat
lebih
yang
rendah
memiliki
kerakteristik yang lebih halus. Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 200 Tahun
Posfat sangat berpengaruh terhadap
2004,
pertumbuhan lamun. Menurut Smith (1950)
mg/l. Dilihat
oleh tumbuhan untuk tumbuh dan sangat
mutu
dari hasil pengukuran posfat
pada substrat dari ketiga titik lokasi penelitian,
berpengaruh terhadap kandungan biomassa
kandungan posfat yang diperoleh berada di
dan pertumbuhan lamun. Stasiun 1 memiliki
atas baku mutu air. Hal ini disebabkan pada
kandungan posfat lebih tinggi dibandingkan
substrat kandungan posfat bersifat terendap
stasiun 2 dan stasiun 3. Hal ini disebabkan
sedangkan pada air bersifat terlarut sehingga
lokasi penelitian terdapat aliran sungai yang
akan mudah terbawa arus.
bermuara ke perairan tersebut sehingga secara
langsung unsure posfat akan terbawa oleh
C.
Jenis lamun
aliran sungai dari daratan dan kemudian
substrat.
baku
layak untuk kehidupan biota laut yaitu 0,015
merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan
pada
bahwa
konsentrasi maksimum posfat di perairan yang
dalam Hasanuddin (2013) menyatakan posfat
mengendap
disebutkan
Hasil pengamatan terhadap jenis
Menurut
lamun di Perairan Desa Teluk Bakau, maka
Hutagalung et all (1997) dalam Muchtar
ditemukan 6 jenis lamun yang terdapat di
(2002) menyatakan sumber posfat diperairan
perairan tersebut. Masing-masing jenis yang
laut pada wilayah pesisir dan paparan benua
ditemukan lebih rinci dapat dilihat pada Tabel
adalah sungai, karena sungai membawa
2:
hanyutan sampah maupun sumber posfat
Tabel 2. Jenis lamun yang ditemukan di
perairan Desa Teluk Bakau
daratan lainnya, sehingga sumber posfat di
N
o
muara sungai lebih tinggi dari sekitarnya.
Wattayakorn (1988) dalam Muchtar (2002)
1
2
3
4
5
6
juga menyatakan bahwa kandungan posfat
disuatu perairan, selain berasal dari perairan
itu sendiri juga tergantung pada keadaan
sekelilingnya seperti sumbangan dari daratan
Jenis lamun
Holovila ovalis
Holodule pinifolia
Cymodocea rotundata
Cymodocea serrulata
Thalassic hemprichii
Enhalus acoroides
Total
melalui sungai.
Komposisi
lamun
S1
S2
8
0
12
0
21
16
21
19
27
23
63
46
152
104
S3
0
0
17
18
17
36
88
Tabel 2 menjelaskan bahwa jenis
Sedangkan stasiun 2 dan stasiun 3
lamun yang mendominasi di perairan Desa
kandungan posfat lebih rendah dibandingkan
Teluk
8
Bakau
yaitu
jenis,
Cymodocea
rotundata, Cymodocea serrulata, Thalassia
Tabel
3.
Nilai kerapatan lamun yang
diperoleh di Perairan Desa Teluk
Bakau
hemprichii, dan Enhalus acoroides, karena
jenis-jenis tesebut ditemukan pada ketiga titik
Holovila ovalis
Holodule pinifolia
Cymodocea rotundata
Cymodocea serrulata
Thalassic hemprichii
Kerapatan lamun
(Ind/m2)
S1
S2
S3
32
0
0
48
0
0
84
64
68
84
76
72
100
92
68
Enhalus acoroides
252
184
144
Total
608
416
352
N
o
lokasi penelitian. Spesies yang banyak ditemui
1
2
3
4
5
6
pada ketiga stasiun yaitu jenis Enhalus
acoroides. Menurut Tomascik et al (1997)
dalam Hasanuddin (2013) bahwa Enhalus
acoroides merupakan spesies yang paling
Jenis lamun
umum ditemukan mulai dari sedimen halus
hingga lumpur, namun disedimen sedang
Tabel 3 menjelaskan bahwa tingkat
hingga kasar ia tetap dapat tumbuh sebab
kerapatan lamun di stasiun 1 lebih tinggi
akar-akarnya panjang dan kuat sehingga
dibandingkan
mampu menyerap makanan dengan baik dan
Kerapatan di stasiun 1 yaitu 608 individu/m2,
dapat berdiri kokoh. Semakin panjang suatu
stasiun 2dengan kerapatan 416 individu/m2,
akar maka akan semakin optimal pengambilan
dan
stasiun 2
stasiun
3
dan stasiun 3.
dengan
kerapatan
352
nutrient dari dalam substrat (Jumin, 1985
individu/m . Tingginya kerapatan lamun di
dalam Steven, 2013).
stasiun 1 disebabkan banyaknya tegakan
2
Selain jenis Enhalus acorides yang
lamun yang dijumpai pada lokasi tersebut
banyak dijumpai di prairan Desa Teluk Bakau,
sehinnga menyebabkan kerapatan tinggi pula.
jenis Cymodocea rotundata juga banyak
Hal ini tidak lepas dari kandungan nitrat dan
dijumpai pada tiap titik stasiun pangamatan.
posfat dan tipe substrat serta parameter
Menurut Fortez, 1990 dalam Halim, 2014
lainnya
menyebutkan bahwa Cymodocea rotundata
lamun, sehingga mendukung lamun untuk
merupakan salah satu jenis
lamun yang
tumbuh.
memang
di
perairan
Tomascick et al (1997) dalam Riniatsih et al
Indonesia. Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
(2001) menyatakan bahwa keberadaan lamun
Cymodocea rotundata
mampu tumbuh dan
disuatu perairan sangat tergantung pada
berkembang
mempunyai
kondisi perairan atau habitat di mana lamun
sering
dijumpai
karena
strategi
adaptasi metabolic (dengan mikrozoma akar
mempengaruhi
Senada
dengan
kehidupan
pernyataan
tersebut tumbuh.
aerobic) sehingga mampu berkoloni di habitat
Perbedaan
laut dangkal.
D.
yang
dapat
karakteristik
mempengaruhi
substrat
pertumbuhan
dan
penyerapan lamun. Hal ini sesuai dengan
Kerapatan Lamun
pernyataan
Hasil perhitungan kerapatan lamun
Erftemeijer
(1993)
dalam
Hasanuddin (2013) bahwa semakin kecil
selama penelitian diperoleh kerapatan lamun
ukuran sedimen, maka akan semakin besar
tertinggi pada lokasi penelitian terdapat di
pula ketersediaan unsur hara nitrat dan posfat
stasiun 1 dan yang terendah di stasiun 3. Nilai
disubstrat tersebut. Sedangkan stasiun 2 dan
kerapatan secara rini disajikan dalam Tabel 3:
stasiun 3 tingkat kerapatan lamun lebih rendah
dibandingkan stasiun 1, hal ini berkaitan
9
dengan sedikitnya jumlah tegakan lamun yang
persamaan
regresi
yang
diperoleh
dari
tumbuh dilokasi tersebut serta komposisi
perhitungan yaitu:
substrat yang kasar dan tidak ada supalai dari
Y
daratan atau sungai. Substrat menentukan
Kerapatan Lamun = 31,669 + 12,416 Nitrat +
= a + bx1 + bx2
sejauh mana lamun tumbuh, jenis substrat
10,224 Posfat
yang relatif halus lebih disukai lamun untuk
Berdasarkan hasil uji regresi tersebut,
tumbuh dibandingkan tipe substrat yang kasar.
menunjukkan bahwa nilai intercep atau titik
potong diperoleh sebesar 31,669 artinya jika
E.
Hubungan kandungan nitrat dan
nitrat dan posfat nilainya 0, maka nilai
posfat dengan kerapatan lamun
kerapatan lamun adalah positif sebesar 31,669.
Analisis kandungan Nitrat dan Posfat
Koefisien regresi variabel nitrat (X1) diperoleh
terhadap kerapatan lamun dilakukan dengan
sebesar 12,416 artinya jika nitrat mengalami
menggunakan regresi linear berganda dengan
kenaikan satu satuan, maka kerapatan akan
tujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh
kandungan
nitrat
dan
mengalami
posfat
mengalami
Berdasarkan hasil analisis regresi
8),
diperoleh
artinya
bahwa
variabel
kenaikan
satu
satuan,
maka
kerapatan akan mengalami kenaikan pula
nilai
sebesar 10,224 satuan, dengan asumsi variabel
koefisien Determinasi Regresi (R2) sebesar
21,38%,
12,416.
(X2) sebesar 10,224 artinya jika posfat
lamun (variabel Y).
(Lampiran
sebesar
Sedangkan koefisien regresi variabel posfat
disedimen (variabel X) terhadap kerapatan
berganda
kenaikan
independen lainnya tetap.
terikat
(kerapatan lamun) mampu dijelaskan oleh
V.
PENUTUP
variabel bebas (nitrat dan posfat) sebesar
A.
Simpulan
21,38%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh
Berdasarkan hasil penelitian yang
faktor-faktor lain di perairan. Nilai F hitung
dilakukan di perairan Desa Teluk Bakau,
pada tabel ANOVA merupakan uji serentak
maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai
untuk mengetahui besarnya pengaruh atau
berikut:
signifikan dari keseluruhan variabel yang
1.
Kandungan nitrat dan posfat pada
diukur, sehingga dapat diketahui apakah
substrat yang ditemukan dari ketiga
persamaan regresi bisa digunakan sebagai
stasiun pengamatan di perairan Desa
pendekatan atau tidak. Berdasarkan hasil uji
Teluk Bakau, maka diperoleh stasiun
analisis regresi berganda, maka diperoleh nilai
1 memiliki nilai yang tertinggi dan
F hitung sebesar 3,672 dengan tingkat
stsiun 3 memiliki nilai yang terendah.
signifikan 0,04 (< 0,05) yang menandakan
Kandungan nitrat pada stasiun 1
bahwa model regresi tersebut bisa digunakan
diperoleh sebesar 0,546 mg/l, stasiun
sebagai suatu pendekatan untuk memprediksi
2 sebesar 0,461 mg/l, dan stasiun 3
seberapa besar peranan dari variabel nitrat dan
sebesar 0,317 mg/l, begitu juga
posfat terhadap kerapatan lamun. Adapun
dengan posfat stasiun memiliki nilai
tertinggi sebesar 1,257 mg/l, stasiun 2
10
sebesar 0,676 mg/l, dan stasiun 3
Dinas
sebesar 0,62 mg/l.
2.
Kelautan dan Perikanan Provinsi
Kepulauan Riau., 2007. Statistik
Perikanan Keoulauan Riau. Kepri.
Kerapatan lamun yang diperoleh pada
lokasi pengamatan maka stasiun 1
memiliki
kerapatan
lebih
tinggi
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Pengelolaan
Sumberdaya
dan
Lingkungan
Perairan.
Penerbit
Kanisius
dibandingkan stasiun 2 dan stasiun 3.
Nilai kerapatan yang diperoleh pada
stasiun
1
yaitu
sbesar
608
Fachrul., 2006. Metode Sampling Bioekologi.
Penerbit Bumi Aksara
2
individu/m , stasiun 2 sebesar 416
individu/m2, dan stasiun 3 sebesar
Faisal Bahri, Andi., 2010. Analisis Kandungan
Nitrat dan Posfat pada Sedimen
Mangrove yang Termanfaatkan di
Kecamatan Mallusetasi Kab. Barru.
SkripsiIlmu Kelautan. Jakarta
352 individu/m2.
3.
Berdasarkan hasil analisis diketahui
bahwa kandungan nitrat dan posfat
pada substrat memiliki hubungan
tingkat
2014. Distribusi Lamun.FPIK.
Universitas Halu Oleo. Kendari
Sulawesi Tenggara
Perlu dilakukan penelitian yang lebih
Hasanuddin, R., 2013. Hubungan Antara
Kerapatan dan Morfometrik Lamun
Enhalus Acoroides dengan Substrat
dan Nutrien di Pulau Sarappo Lompo.
Kab. Pangkep. Skripsi Ilmu Kelautan
Hasanuddin. Makassar
yang
positiv
terhadap
Halim,
kerapatan lamun.
B.
Saran
spesifik mengenai faktor-faktor lain yang
mempengaruhi tingkat kerapatan lamun.
VI.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup., 2004.
Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut.
Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan
Kelembagaan Lingkungan Hidup.
Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Alirman afu, La ode., 2005. Pengaruh Limbah
Organik Terhadap Kualitas Perairan
Teluk Kendari Sulawesi Tenggara.
Program Studi Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.s
Muchtar., 2002. Fluktuasi Posfat dan Nitrat
Musim Peralihan di Teluk Banten,
Jawa Barat. LIPI
Riniatsih., Ita., 2001, Kandungan Nutrisi
Substrat Dasar dan Kaitannya
dengan Distribusi Spesies lamun di
Perairan
Jepara.
Universitas
Diponegoro. Semarang.
Azkab., 2006. Ada Apa dengan Lamun.
Bidang Sumberdaya Laut, Pusat
Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta
Cahyani, Nabila Fitri Dwi., Agus Hartoko.,
Suryanti., 2014. Sebaran dan Jenis
Lamun Pantai Pancuran Belakang
Pulau Karimunjawa Taman Nasional
Karimunjawa, Jepara. Program Studi
Manajemen
SumberdayaPerairan,
Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu kelautan, Universitas
Diponegoro
Setiawan, Dedi., iIta Riniatsih., Ervia Yudiati.,
2013. Kajian Hubungan Posfat Air
dan Posfat Sedimen Terhadap
Pertumbuhan
LamunThalassia
hemprichii di Perairan Teluk Awur
dan
Pulau
Panjang
Jepara.
Unversitas Diponegoro.
11
Soemodihardjo., 1999. Penelitian Dinamika
Komunitas Biologis Pada Ekosistem
Lamun Di Pulau Lombok, Indonesia.
Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Oseanografi LIPI, Jakarta.
Steven., 2013. Pengaruh Perbedaan Substrat
Terhadap Pertumbuhan Semaian dari
Biji Lamun Enhalus acoroides.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Takwa, Andi., 2011. Potensi Eutrofikasi
Kandungan Nutrien pada Sedimrn
Tanah Mangrove. Provinsi Jawa
Tengah.
12
Download