BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Kehamilan a

advertisement
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Kehamilan
a.
Pengertian
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung
dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,
dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester
kedua adalah 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester
ketiga adalah 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40) (Adrians,
2008).
Kehamilan menurut Prawirohardjo (2010) dapat juga diartikan
sebagai penyatuan spermatozoa dan ovum, yang dilanjutkan dengan
penempelan (nidasi) atau implantasi. Dimana masa kehamilan itu
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
berlangsung dalam waktu 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi 3
trimester diantaranya dimulai dari trimester I berlangsung dalam 12
minggu, trimester ke II dalam 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke27), dan trimester ke III dalam 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke40).
b. Tanda kemungkinan kehamilan
Tanda-tanda kemungkinan kehamilan menurut Ambarwati
(2009) adalah sebagai berikut:
1) Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan
mulai pembesaran perut.
2) Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan
bentuknya makin lama makin bundar.
3) Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak,
terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri
mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada
triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih
lunak.
4) Tanda Chadwick
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva,
vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh
hormon estrogen.
5) Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran tidak
rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini
menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan hingga
menonjol jelas ke jurusan pembesaran.
6) Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk
uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar
tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda
Braxton-Hicks tidak ditemukan.
7) Teraba ballotemen
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda
adanya janin di dalam uterus.
8) Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human
chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing
pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat membantu
menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.
c.
Komplikasi dalam kehamilan
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Menurut Prawiroharjo (2010) komplikasi yang dapat terjadi
dalam kehamilan adalam sebagai berikut :
1) Hiperemesis gravidarum
Mual muntah dan muntah (emesis gravidarum) terjadi pada pagi
hari. Gejala ini kurang lebih terjadi sampai 6 minggu setelah hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu.
2) Pre eklamsia dan ekslamsia
Pre eklamsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
odema dan proteinuria. Eklamsia biasanya timbul pada wanita atau
dalam nifas dengan tanda-tanda pre eklamsia dan timbul serangan
kejang dan koma.
3) Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin hidup diluar kandungan.
4) Persalinan preterm
Persalinan yang terjadi pada 37 minggu atau kurang merupakan hal
yang berbahaya karena mempunai dampak yang potensial
meningkatkan kamatian perianal.
5) Perdarahan
Terjadi abortus atau ruptur kehamilan tuba terdapat perdarahan
kedalam cavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi yang
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
menyebebkan nadi meningkat, tekanan darah menurun, sampai
jatuh kedalam keadaan syok (Maryunani, 2009).
2. Abortus
a. Pengertian
Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu
hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram
atau kehamilan kurang dari 28 minggu (Chandranita, 2010). Abortus
ialah berakhirnya suatu kehamilan yang diakibatkan oleh faktor-faktor
tertentu pada atau sebelum kehamilan atau keluarnya hasil konsepsi
sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang
dari 1000gr atau umur kehamiln kurang dari 28 minggu (Manuamba
2010).
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan dengan berat badan dibawah 500 gram
atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu (Nanny, 2011). Peneliti
mengambil kesimpulan bahwa abortus merupakan pengeluaran hasil
konsepsi dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu sebelum
janin dapat bertahan hidup.
b. Macam-macam abortus
Berdasarkan kejadiannya abortus dibagi menjadi dua, yaitu
sebagai berikut:
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
1) Abortus spontan terjadi secara alamiah tanpa interfensi luar
(buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Berdasarkan
gambaran kliniknya abortus dapat dibagi menjadi (Prawirohardjo,
2010):
a) Abortus completus (keguguran lengkap) adalah pengeluaran
semua hasil konsepsi dengan umur kehamilan > 20 minggu
kehamilan lengkap.
b) Abortus insipiens adalah perdarahan intrauterin sebelum
kehamilan lengkap 20 minggu dengan dilatasi serviks berlanjut
tetapi tanpa pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi pengeluaran
sebagian atau seluruhnya.
c) Abortus incomplit adalah pengeluaran sebagian tetapi tidak
semua hasil konsepsi pada umur >20 minggu kehamilan
lengkap.
d) Abortus imminens adalah perdarahan intrauteri pada umur < 20
minggu kehamilan lengkap dengan atau tanpa kontraksi uterus,
tanpa dilatasi serviks dan tanpa pengeluaran hasil konsepsi.
Hasil kehamilan yang belum viabel berada dalam bahaya tetapi
kehamilannya terus berlanjut.
e) Missed abortion (keguguran tertunda) adalah kematian embrio
atau janin berumur < 20 minggu kehamilan lengkap tetapi hasil
konsepsi tertahan dalam rahim selama ≥ 8 minggu.
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
f) Abortus habitualis adalah kehilangan 3 atau lebih hasil
kehamilan secara spontan yang belum viabel secara berturutturut.
g) Abortus infeksiosus
adalah
genetalia interna sedangkan
abortus yang disertai
abortus sepsis
infeksi
adalah abortus
terinfeksi dengan penyebaran bakteri melalui sirkulasi ibu.
2) Abortus Provocatus
Abortus provocatus adalah tindakan abortus yang disengaja
dilakkukan untuk menghilangkan kehamilan sebelum umur 28
minggu atau berat janin 500 gram, abortus ini dibagi lagi menjadi
sebagai berikut (Manuaba, 2010):
a) Abortus medisinalis adalah abortus yang dilakukan atas dasar
indikasi vital ibu hamil jika diteruskan kehamilannya akan lebih
membahayakan jiwa sehingga terpaksa dilakukan abortus
buatan. Tindakan itu harus disetujui oleh paling sedikit tiga
orang dokter.
b) Abortus kriminalis adalah abortus yang dilakukan pada
kehamilan yang tidak diinginkan, diantaranya akibat perbuatan
yang tidak bertanggung jawab, sebagian besar dilakukan oleh
tenaga yang tidak terlatih sehingga menimbulkan komplikasi.
c. Etiologi Abortus
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti,
tetapi terdapat beberapa faktor sebagai berikut (Nanny, 2011):
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
1) Umur
Resiko abortus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya usia
ibu.
Insiden
abortus
dengan
trisomi
meningkat
dengan
bertambahnya usia ibu. Resiko ibu mengalami aneuploidi yaitu
diatas 35 tahun karena kelainan kromosom akan meningkat pada
usia diatas 35 tahun.
2) Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin dan cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi
seperti:
a) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom, termasuk kromosom seks.
b) Faktor lingkungan endometrium
c) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi
hasil konsepsi.
d) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu
pendek
3) Pengaruh luar
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi
b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
4) Kelainan Pada Plasenta
a) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta
tidak dapat berfungsi.
b) Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya
pada penderita diabetes mellitus
c) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta
sehingga menimbulkan keguguran.
5) Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis,
malaria, sifilis, anemia dan penyakit menahun ibu seperti
hipertensi,
penyakit
ginjal,
penyakit
hati,
dan
penyakit
diabetesmilitus. Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim
merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus,
retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks
(konisasi, amputasi serviks ), robekan serviks postpartum
(Manuaba, 2010).
6) Riwayat Abortus
Riwayat abortus pada penderitaabortus merupakan predisposisi
terjadinya abortus berulang. Kejadian ini sekitar 3-5% jumlah
kejadian abortus. Data menunjukan bahwa setelah 1 kali abortus
pasangan
akan beresiko mengalami
abortus
sebesar 15%
(Soeparda, 2010).
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
7) Faktor anatomi
Faktor anatomi dapat memicu terjadinya abortus pada 10-15%
kejadian yang ditemukan. Kejaian abortus dapat diesabkan oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah sebgai berikut:
a) Lesi anatomi kongenital yaitu kelainan duktus mullerian (uterus
bersepta) kelainan pada duktus ini biasanya terjadi abortus pada
kehamilan trimester kedua
b) Kelianan kongenital arteri uterina yang membahayakan aliran
darah endometrium
c) Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia),
leimioma dan endometritis.
8) Faktor Infeksi
Infeksi termasuk yang diakibatkan oleh TORC (toksoplasma,
rubella, cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering
dihubungkan dengan abortus.
9) Obat-obatan rekreasional dan toksin lingkungan
Peranaan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang
dianggap teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti tembakau
dan alkohol, yang berperan karena jika ada mungkin hal ini
merupakan salah satu yang berperan terjadinya abortus.
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
d. Tanda dan Gejala Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian
hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis
sebagai berikut (Soepardan, 2010):
1) Amenore
2) Perdarahan dapat dalam jumlah sedikit atau banyak, perdarahan
biasanya dalam darah beku
3) Sakit perut dan mulas-mulas dan sudah keluar jarinan atau bagian
janin
4) Pemeriksaan dalam didapatkan servik terbuka, pada palpasi teraba
sisa-sisa jaringan dalam kantung servikalis atau kavum uteri.
Gejala lain dari abortus incomplit yang dapat muncul adalah
sebagai berikut:
1) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
4)
Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum
uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau
sebagian jaringan keluar.
5) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan
dapat menyebabkan syok (Maryunani, 2009).
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
e. Komplikasi Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan,
perforasi, infeksi dan syok, sebagai berikut (Walsh, 2008):
1) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila petolongan tidak diberikan
pada waktunya.
2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperrentrofleksi.
3) Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus
tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan
erat dengan suatu abortus yang tidak aman.
4) Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)
dan karena infeksi berat.
f. Patofisiologi Abortus
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis,
diikuti nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas
dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi khorialis belum
menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat
keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khorialis
sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,
maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang
telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi
janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab
diserap dan menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut menjadi
tipis. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan
ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek,
perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna
kemerah-merahan (Prawiroharjo, 2010).
g. Gambaran Klinis dan Penanganan Abortus Inkomplit
1) Gambaran klinis abortus inkomplit, pada pemeriksaan dapat
dijumpai gambaran sebagai berikut (Prawiroharjo, 2010):
a) Kanalis servikalis terbuka
b) Dapat diraba jaringan dalam rahim atau kanalis servikalis
c) Dengan pemeriksaan inspekulum perdarahan bertambah
d) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
e) Pada pemeriksaan fisik seperti keadaan umum tampak lemah
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
f) Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering
nyeri pingang akibat kontraksi uterus.
2) Penanganan Abortus Inkomplit
a) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum
pasien, termasuk tanda-tanda vital.
b) Pengawasan pernafasan (jika ada tanda-tanda gangguan
pernafasan seperti adanya takipnea, sianosis) bebaskan saluran
nafas dari sumbatan kemudian berikan bantuan oksigen.
c) Berikan cairan infus (D5% dan atau NaCl 0,9%).
d) Lakukan pemeriksaan laboratorium
e) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan,
tekanan sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per
menit).
f) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan < 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
1) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika AVM tidak tersedia.
2) Jika
evakuasi
belum
dapat
dilakukan
segera, beri
ergometrium 0,2 mg im (diulangi setelah 15 menit jika
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi
setelah 4 jam jika perlu).
g) Jika kehamilan > 16 mingguan)
1) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV
(garam fisiologis arau RL) dengan kecepatan 40 tetes /
menit sampai terjadi ekspulsi konsepsi.
2) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi(maksimal 80 mg)
3) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.
h. Terapi abortus dengan kuretase
Kuratase adalah cara membersihkan hasil konsepsi dengan alat
kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong
harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus,
keadaan serviks dan besarnya uterus (Manuamba, 2010):
1) Persiapan sebelum kuretase
a) Persiapan penderita
b) Lakukanlah pemeriksan dalam: tekanan darah, nadi, keadaan
jantung dan paru-paru
c) Pasang infus
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
d) Persiapan alat-alat kuratase
Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia dalam bak alat
dalam keadaan aseptik.
e) Penderita ditidurkan dalam posisi litotomi
f) Persiapan untuk anastesi regional
2) Teknik kuretase
a) Persiapan pasien
b) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, jantung dan paru-paru.
c) Pasang infus
d) Tentukan letak rahim yaitu dengan melakukan pemeriksaan
dalam alat-alat yang umumnya dipakai biasanya terbuat dari
alat-alat metal. Alat yang akan dimasukan harus disesuaikan
dengan letak rahim sehingga tidak terjadi salah arah.
e) Penduga rahim (sandage), masukanlah penduga rahim sesuai
dengan letak rahim dan tentukan panjang atau dalamnya
penduga rahim.
f) Kuretase, pakailah sendok kuretase yang agak besar.
Memasukannya bukan dengan kekuatan dan melakukan
kerokan biasanya mulailah dibagian tengah. Pakailah sendok
kuretase yang tajam karena pada dinding rahim dalam.
g) Cunan abortus, pada abortus inkomplit dimana sudah kelihatan
jaringan, pakailah cunam abortus untuk mengeluarkannya yang
biasanya diikuti oleh jaringan lain. Dengan demikian sendok
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
kuretase dapat dipakai untuk membersihkan sisa-sisa yang
ketinggalan saja.
3) Perawatan paska tindakan kuretase
a) Periksa kembali tanda vital pasien, segara lakukan tindakan
dan beri instruksi apabila terjadi kelainan dan komplikasi
b) Catat kondisi dan buat laporan tindakan
c) Buat instruksi pengbatan lanjutan dan pemantauan kondisi
pasien
d) Beritahu kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
selesai dilakukan tetapi pasien masih memerlukan perlakuan
e) Jelaskan pada petugas jenis perawatan yang masih diperlukan,
lama perawatan dan kondisi yang diharapkan.
f) Kaji dan kontrol nyeri post tindakan invasif
3. Nyeri
a. Pengertian
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual
atau potensial dan nyeri bersifat subjektif. Nyeri merupakan alasan
utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan.
Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan
dengan
beberapa
pemeriksaan
diagnostik
atau
pengobatan
(Purwandari, 2008).
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Teori nyeri yang diterima saat ini salah satunya adalah teori
Gate Control. Menurut teori ini, sensasi nyeri dihantar sepanjang
saraf sensoris menuju ke otak dan hanya sejumlah sensasi atau
pesan tertentu dapat dihantar melalui jalur saraf ini pada saat
bersamaan. Teori Gate Control menyatakan bahwa sinaps pada
akar dorsal yang dikenal sebagai substansia gelatinosa berperan
sebagai gerbang yang dapat meningkatkan atau menurunkan
rangsang nyeri dari saraf perifer ke otak. Gerbang ini terbuka atau
tertutup tergantung input dari serabut saraf besar dan kecil.
Peningkatan aktivitas serabut saraf kecil akan membuka gerbang
dan menyebabkan sensasi nyeri sampai ke otak. Sedangkan
peningkatan aktifitas serabut saraf besar akan menutup pintu
gerbang sehingga sensasi nyeri tidak sampai ke otak (Guyton, l990
dalam Tamsuri, 2007).
b. Kalsifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri menurut Tamsuri (2007) dibedakan
menjadi, yaitu:
1) Berdasarkan sumber nyeri
Sumber nyeri bisa berasal dari mana saja yaitu kulit, ligamen,
otot dll. Berdasarkan sumbernya, nyeri dapat dibedakan atas
cutaneus/ superfisial, deep somatic/ nyeri dalam, dan visceral
(pada organ dalam).
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
2) Berdasarkan lokasi nyeri
Nyeri yang dialami dapat disebabkan oleh hal-hal tertentu.
Penyebab nyeri dibedakan menjadi 2 yaitu fisik dan psikogenik.
Penyebab dari fisik merupakan nyeri yang berasal dari bagian
tubuh seseorang dan ini terjadi karena stimulus fisik serta nyeri
ini dapat dilihat secara langsung dari morfologi tubuh yang
berubah (Contoh fraktur femur). Nyeri psycogenic terjadi karena
sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari
emosi/ psikis dan biasanya tidak disadari (Contoh orang yang
marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya).
3) Berdasarkan lama/ durasi nyeri
Lama/ durasi nyeri yang dialami oleh pasien sangat beraneka
ragam, hal ini tentu sangat mengganggu aktivitas dari penderita
nyeri tersebut. Sedangkan berdasarkan lamanya nyeri tersebut
dapat dibedakan atas nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut
adalah suatu keadaan dimana individu mengalami dan
melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau
sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau
kurang. Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang
menetap sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama,
intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam
bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol.
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai kematian (Purwandari,
2008).
4) Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan lokasinya nyeri dapat dikategorikan sebagai berikut
(Purwandari, 2008):
a) Radiating pain merupakan nyeri yang diakibatkan oleh efek
radio aktif pada bagian tubuh yang terkena paparannya.
b) Cardiac pain yakni nyeri menyebar dari sumber nyeri ke
jaringan di dekatnya.
c) Refered pain yakni nyeri dirasakan pada bagian tubuh
tertentu yang diperkirakan berasal dari jaringan penyebab
d) Intractabel pain yakni nyeri yang sangat susah dihilangkan
(contoh: nyeri kanker maligna)
e) Phantom pain yakni sensasi nyeri dirasakan pada bagian
tubuh yang hilang (contoh: bagian tubuh yang diamputasi)
atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla
spinalis
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Respon Nyeri
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri pada pasien, yaitu
(Tamsuri, 2007) :
1) Usia
Usia merupakan faktor yang menentukan respon seseorang terhadap
respon rasa nyeri. Seorang anak belum bisa mengungkapkan nyeri,
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada
orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam
nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal
yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit
berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2) Jenis kelamin
Mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan
dalam merespon nyeri.
3) Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi seseorang terhadap nyeri dan nyeri
bisa menyebabkan seseorang cemas. Hal ini merupakan hubungan
timbal balik yang dapat dialami penderita nyeri. Bayangan akan rasa
nyeri yang hebat tentu saja membuat cemas.
4) Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan
saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah
mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri
tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
5) Dukungan keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan,
bantuan, dan perlindungan. Dengan cara pemberian pemahaman
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
tentang apa yang akan dialami dan kesembuhan yang akan diperoleh
setelah menjalani terapi dapat lebih efektif dalam proses mengatasi
nyeri yang dialami oleh pasien.
d. Pengukuran Intensitas Nyeri
Tipe nyeri tersebut juga berbeda pada setiap waktu, oleh karena
itu perlu dilakukan waktu pengukuran yang berbeda. pengukuran nyeri
pada saat belum dilakukan terapi dan setelah pemberian terapi kepada
pasien. Ada 3 cara mengkaji intensitas nyeri yang biasanya digunakan,
antara lain (Dinisari, 2006 ) :
1) Visual analog scale
Alat pengukuran nyeri efisien yang telah digunakan secara luas
dalam penelitian dan pengaturan klinis. Visual analog scale
merupakan alat dengan garis 10 cm, orientasi biasanya disajikan
secara horisontal. Pasien diintruksikan untuk menandai baris
dengan pensil dengan bentuk garis pada titik sesuai dengan nyeri
yang dirasakan sekarang.
2) Verbal Numerical Rating Scale
Alat ini sebenarnya hampir sama dengan visual analog scale hanya
saja alat ini terdapat score dari 0-10. Daerah yang sakit kemudian
diberi skor sesuai dengan angka yang ada pada alat ukur tersebut.
3) Kategori sakit
Pada pengukuran dengan alat kategori sakit, nyeri terbagi atas tidak
sakit, sakit ringan, sakit moderat, sangat sakit, sakit sekali dan sakit
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
tidak dapat dibayangkan. Intensitas nyeri mengacu pada kehebatan
nyeri itu sendiri.
B. PROSES KEPERAWATAN
Proses keperawatan pada pasien dengan post kuret abortus inkomplit
sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada anamnesis yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyait
sekarang, dan riwayat terdahulu.
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Keluhan yang paling sering muncul adalah pada pasien dengan post kuret
abortus inkomplit
Keluhan Nyeri merupakan manisfestasi akibat adanya perlukaan didalam
jaringan tubuh dalam hal ini adalah perlukaan di daerah rahim akibat
adanya peluruhan hasil konsepsi.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian yang berisi serangkaian pertanyaan tentang kronologis
keluhan utama (Ardiansyah, 2012).
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui riwayat penyakit keluarga, tanyakan apakah
sebelumnya apakah anggota dari keluarganya ada yang memiliki keluhan
atau sakit yang sama. Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah
dialami oleh keluarga. Bila ada keluarga yang meninggal, maka
penyebab kematian juga perlu ditanyakan (Ardiansyah, 2012).
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
d. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan umum terhadap asien gagal jantung, biasanya pasien
memiliki kesadaran yang baik (compos mentis).
1) Sistem reproduksi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui TFU, keadaan vagina
(lokea, DC, dan kebersihan) dan payudara (keadaan bentuk dan warna
aerola)
2) Sistem kardiovaskuler
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tekanan darah, nadi dan
suhu tubuh pasien.
3) Sistem perkemihan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui frekuensi BAK dan BaB
pasien dalam satu hari, warna dan bau
4) Sistem gastrointestinal
Pemeriksan ini dilakukan untuk mengetahui pola makan pasien dan
masalah pencernaan yang muncul pada pasien seperti porsi makan
pasien, mual dan muntah.
5) Sistem neurologis
pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sistem nurologis pasien.
6) Sitem imunologis
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sistem imun pasien
dapat dilakukan dengan pemeriksaan suhu tubuh.
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
7) Sistem integumen
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan integument
pasien seperti akral, elastisitas, warna dan turgor kulit
8) Sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan otot,
kelemahan dan kekakuan otot pasien
C. PATHWAY
Umur
Pertumhan
hasil
knsepsi
Pengaruh
luar
Keadaan
Plasenta
obat
Infeksi
Faktor
ibu
Resiko
abortus
Abortus
Inkomplit
kuretase
Post
anastesi
Jaringan terputus
Penurunan saraf
oblongata
Merangsang area
sensori motorik
Penurunan
peristaltik usus
Penyerapan cairan
dikolon
Gangguan eliminasi:
Konstipasi
Masuknya alat
tindakan kuretase
Invasi
bakteri
Nyeri
Peningkatan
Leukosit
Keterbatasan
Aktivitas
Resiko
infeksi
Hambatan
Mobilitas fisik
Hipertermi
Jaringan
terbuka
Perdarahan
Hipovolemi
Gangguan
keseimbangan
cairan dan elektrolit
Skema 2.1 Pathways Abortus Inkomplite, Prawiroharjo (2010)
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
Rumusan Diagnosa Keperawatan (NANDA)
1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
output yang berlebihan
2) Nyeri
a). Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangakan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang
aktual dan potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan.
b). Batasan Karakteristik :
(1) Perubahan selera makan
(2) Perubahan tekanan darah
(3) Perubahan frekuensi jantung
(4) Perubahan frekuensi pernafasan
(5) Laporan isyarat
(6) Diaforesis
(7) Perilaku distraksi (berjalan mondar mandir, mencari orang
lain, dan aktivitas yang berulang)
(8) Mengekspreksikan perilaku (gelisah, merengek, menangis)
(9) Masker wajah (mata kurang bercahaya, tampak kacau,
gerakan mata bepencar atau tetap pada satu focus)
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
(10) Sikap melindungi area nyeri
(11) Fokus menyempit (gangguan persepsi nyeri, hambatan
proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan)
(12) Indikasi nyeri yang dapat diamati
(13) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
(14) Sikap tubuh melindungi
(15) Dilatasi pupil
(16) Melaporkan nyeri secara verbal
(17) Fokus pada diri sendiri
(18) Gangguan tidur
c). Faktor yang Berhubungan :
(1) Agens cedera (biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
d). Intervensi yang Disarankan :
(1) Analgesic Administration (2210)
(2) Environmental Management Comfort (6482)
(3) Medications Administration (2300)
(4) Medication Management (2380)
(5) Pain Management (1400)
3) Gangguan mobilisasi fisik
a). Definisi : Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
b). Batasan Karakteristik :
(1) Penurunan waktu reaksi
(2) Kesulitan membolak balik posisi
(3) Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan
(4) Dispnea setelah beraktivitas
(5) Perubahan cara berjalan
(6) Gerakan bergetar
(7) Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik
halus
(8) Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik
kasar
(9) Keterbatasan rentang pergerakan sendi
(10) Tremor akibat pergerakan
(11) Ketidakstabilan postur
(12) Pergerakan lambat
c). Faktor yang Berhubungan :
(1) Intoleran aktivitas
(2) Perubahan metabolisme seluler
(3) Ansietas
(4) Indeks massa tubuh diatas persentik ke 75 sesuai usia
(5) Gangguan kognitif
(6) Kontraktur
(7) Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
(8) Fisik tidak bugar
(9) Penurunan ketahanan tubuh
(10) Penurunan kendali otot
(11) Penurunan masa otot
(12) Penurunan kekuatan otot
(13) Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
(14) Keadaan mood depresif
(15) Keterlambatan perkembangan
(16) Ketidaknyamanan
(17) Dissue
(18) Kaku sendi
(19) Kurang dukungan lingkungan (fisik atau sosial)
(20) Ketrbatasan ketahanan kardiovaskular
(21) Kerusakan integritas struktur tulang
(22) Malnutrisi
(23) Gangguan musculoskeletal
(24) Gangguan neuromuscular
(25) Nyeri
(26) Agens obat
(27) Program pembatasan gerak
(28) Keengganan memulai pergerakan
(29) Gaya hidup monoton
(30) Gangguan sensori perceptual
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
d). Intervensi yang Disarankan :
(1) Exercise Therapy Ambulation (0221)
(2) Exercise Therapy Joint Mobility (0224)
(3) Exercise Promotion (0200)
(4) Exercise Therapy Muscle Control (0226)
(5) Energy Management (0180)
4) Hipertermi berhubungan dengan invasi bakteri akibat jaringan
terbuka
b.
Fokus Intervensi
Tabel 2.1 Rencana Intervensi
No.
Diagnosa
Diagnosa
Keperawatan
1
Gangguan
keseimbanga
n cairan dan
elektrolit
NOC
NIC
Setelah dilakukan tindakan
Fluid management (4120)
keperawatan selama ...x... jam
diharapkan pasien mencapai Fluid a. Monitor berat badan setiap hari
b. Timbang popok atau pembalut
Balance dengan krieria hasil :
jika diperlukan
c. Pertahankan catatan intake dan
Fluid Balance (0601)
output yang akurat
Indikator
Awal Akhir d. Pasang urine kateter jika
diperlukan
1. Tekanan
1
5
e. Monitor status hidrasi
darah
(kelembapan memmbran mukosa,
5
2. Nadi Radial 1
tekanan darah ortostatik), yang
3. Tekanan
1
5
sesuai
arteri rataf. Monitor hasil laboratorium yan
rata
sesuai dengan retensi cairann
4. Tekanan
(hematokrit, osmolaritas urin)
1
5
pulmonal
g. Monitor hemodinamik status
5. Keseimbang
termasuk CVP, MAP, PAP, and
an intake dan
PCWP, jika tersedia
output
1
5
h. Monitor vital sign
selama 24
i. Kaji lokasi dan luas edema
jam
j. Monitor perubahan berat badan
Skala :
pasien sebelum dan sesudah cuci
1 : Parah
darah
k. Monitor asupan cairan dan
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
2 : Berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada
makanan yang tertelan
l. Kelola terapi IV, seperti yang
ditentukan
m. Monitor status nutrisi
n. Berikan cairan yang sesuai
o. Berikan diuretik seperti yang
ditentukan
p. Berikan pendidikan kesehatan
tentang keseimbangan cairan
q. Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
Fluid monitoring (4310)
a. Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminasi
b. Tentukan kemungkinan faktor
resiko ketidakseimbangan cairan
(hipertermia, terapi diuretik,
kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati)
c. Monitor berat badan
d. Monitor serum dan elektrolit
urine
a. Monitor serum dan osmilali
Monitor serum dan osmilalitas
urine
b. Monitor BP, HR, dan RR
c. Monitor darah orthostatic dan
perubahan irama jantung
d. Monitor parameter hemodinamik
infasif
e. Catat secara akurat intake dan
output
f. Monitor adanya distensi leher,
oedem perifer dan penambahan
BB
g. Monitor tanda dan gejala oedema
h. Perhatikan ada atau tidak nya
vertigo yang meningkat
i. Kelola agen farmakologi untuk
meningkatkan output urin
j. Kelola cuci darah, yang sesuai,
catat respon pasien
Berikan pendidikan kesehatan
tentang kelebihan cairan.
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
2
Nyeri Akut
Pain Level (2102)
Pain Management (1400)
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama ...x... jam
diharapkan masalah nyeri klien
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi, kualitas, dan faktor
presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal
dan ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi seperti
suhu ruangan, pencahayaan,
dan kebisingan
5. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
6. Ajarkan
teknik
non
farmakologi
7. Tingkatkan istirahat
8. Ciptakan lingkungan yang
nyaman
9. Kolaborasi pemberian obat
analgetik sesuai indikasi
Analgesic administration (2210)
Indikat
or
Awal
Akhir
1.Mela
porkan
adanya
nyeri
1
5
2.Freku
ensi
nyeri
1
5
3.Ekspr
esi
wajah
1
5
4.Tand
a-tanda
vital
1
5
Keterangan :
1 : sangat berat
2 : berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada
3
Hambatan
Mobilitas
Fisik
Join Movement : Active
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama ...x... jam
diharapkan masalah gangguan
mobilitas fisik dapat teratasi
1. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesic pertama kali
2. Cek riwayat alergi
3. Kolaborasikan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
4. Berikan analgesic tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
5. Evaluasi
efektivitas
analgesic, tanda, dan gejala
Exercise therapy : Ambulation
(0221)
1.
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan
2. Konsultasikan dengan terapi
fisik
tentang
rencana
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
dengan kriteria hasil :
Indikator
1.Keseimba
ngan tubuh
2.Gerakan
otot
3.Gerakan
sendi
4.Kemampu
an
berpindah
Keterangan :
1 : sangat berat
2 : berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada
Awal
1
Akhir
5
1
5
1
5
1
5
ambulasi
sesuai
dengan
kebutuhan
3.
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah terhadap
cedera
4. Ajarkan pasien tentang teknik
ambulasi
5. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
6.
Latih
pasien
dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs
secara
mandiri
sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs
8. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika perlu
Exercise promotion (0200)
1. Bantu klien dalam
melakukan aktivitas,
mendorong klien untuk
meminta jika membutuhkan
latihan, bantu identifikasi
program latihan yang sesuai.
2. Perawatan bedrest:
- Pertahankan tempat tidur
bersih dan nyaman.
- Ubah posisi klien untuk
mencegah dekubitus
- Berikan fasilitas pada klien
untuk aktivitas sesuai
kesukaan klien di tempat
tidur (membaca, dll)
3. Atur tempat klien atau posisi
tubuh klien
4. Cegah faktor yang dapat
memicu resiko injuri
5. Terapi latihan:
ambulasi/ROM:
- Kaji kemampuan fungsional
untuk identifikasi kelemahan
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
-
-
atau kekuatan
Berikan jadwal latihan
aktivitas secara bertahap
Mulailah latihan dari gerakan
pasif menuju aktif pada
semua ekstrimitas
Sokong ekstrimitas pada
posisi fungsional
4.
Hipertermi
berhubungan
dengan
inflamasi
6. Evaluasi penggunaan alat
bantu untuk pengaturan posisi
selama periode
Setelah dilakukan tindakan
Fever treatment (3740)
keperawatan selama ...x... jam
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
diharapkan hipertermi dalam batas 2. Monitor vital sign ( TD, nadi,
suhu, dan RR)
normal dengan kriteria hasil :
3. Monitor warna dan suhu kulit
Rsik control: hyperthermia
4. Kompres pasien pada lipat paha
(3902)
dan aksila
5. Tingkatkan intake cairan dan
Indikator
Tujuan
nutrisi
Suhu tubuh
4
6. Ajarkan pasien dan keluarga
dalam batas
untuk mempertahankan cairan
normal
dan nutrisi
Nadi dan RR
4
7. Kolaborasi pemberian cairan
dalam batas
intravena
normal
8. Kolaborasi pemberian antipiretik
Tidak ada
5
perubahan
warna kulit dan
Temperature Regulation (3900)
tidak ada pusing
1. Ukur suhu sesering mungkin
Keterangan :
2. Monitor tanda-tanda hipertermi
1. Sangat berat
dan hipotermi
2. Berat
3.
Monitor warna dan suhu kulit
3. Sedang
4. Berikan anti piretik
4. Ringan
5. Selimuti pasien untuk mencegah
5. Tidak ada keluhan
hilangnya kehangatan tubuh
6. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
Asuhan Keperawatan Pada..., PUTRI NIDA HANA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Download