K-185 Perubahan Dokumen Identitas Pelaut.indd

advertisement
K185
PERUBAHAN
DOKUMEN
IDENTITAS PELAUT,
2003
1
K-185 Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 2003
2
Pengantar
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan
PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan
untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif dalam kondisi
yang merdeka, setara, aman, bermartabat. Tujuan-tujuan utama ILO
ialah mempromosikan hak-hak kerja, memperluas kesempatan kerja yang
layak, meningkatkan perlindungan sosial, dan memperkuat dialog dalam
menangani berbagai masalah terkait dengan dunia kerja.
Organisasi ini memiliki 183 negara anggota dan bersifat unik di antara
badan-badan PBB lainnya karena struktur tripartit yang dimilikinya
menempatkan pemerintah, organisasi pengusaha dan serikat pekerja/
buruh pada posisi yang setara dalam menentukan program dan proses
pengambilan kebijakan.
Standar-standar ILO berbentuk Konvensi dan Rekomendasi ketenagakerjaan
internasional. Konvensi ILO merupakan perjanjian-perjanjian internasional,
tunduk pada ratifikasi negara-negara anggota. Rekomendasi tidak bersifat
mengikat—kerapkali membahas masalah yang sama dengan Konvensi—
yang memberikan pola pedoman bagi kebijakan dan tindakan nasional.
Hingga akhir 2009, ILO telah mengadopsi 188 Konvensi dan 199
Rekomendasi yang meliputi beragam subyek: kebebasan berserikat dan
perundingan bersama, kesetaraan perlakuan dan kesempatan, penghapusan
kerja paksa dan pekerja anak, promosi ketenagakerjaan dan pelatihan kerja,
jaminan sosial, kondisi kerja, administrasi dan pengawasan ketenagakerjaan,
pencegahan kecelakaan kerja, perlindungan kehamilan dan perlindungan
terhadap pekerja migran serta kategori pekerja lainnya seperti para pelaut,
perawat dan pekerja perkebunan.
Lebih dari 7.300 ratifikasi Konvensi-konvensi ini telah terdaftar. Standar
ketenagakerjaan internasional memainkan peranan penting dalam
penyusunan peraturan, kebijakan dan keputusan nasional.
3
K-185 Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 2003
4
K185
PERUBAHAN DOKUMEN IDENTITAS
PELAUT, 2003
Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional,
Setelah diselenggarakan di Jenewa oleh Badan Eksekutif Kantor Perburuhan
Internasional, dan setelah mengadakan pertemuan dalam Sidangnya yang
ke Sembilan Puluh Satu pada tanggal 3 Juni 2003,
Mengingat terus berlanjutnya ancaman terhadap keamanan para
penumpang dan awak kapal serta keselamatan kapal, terhadap kepentingan
nasional Negara dan individu, dan
Juga mengingat mandat inti oganisasi, yakni mempromosikan kondisi
kerja yang layak, dan
Menimbang bahwa, karena sifat dasar global yang dimiliki industri
perkapalan, pelaut memerlukan perlindungan khusus, dan
Mengakui prinsip-prinsip yang tercantum dalam Konvensi Dokumen
Identitas Pelaut tahun 1958 mengenai pemberian fasilitas bagi pelaut untuk
memasuki wilayah hukum Anggota, untuk keperluan cuti darat, transit,
transfer atau pemulangan ke Negara asal, dan
Memperhatikan Konvensi Organisasi Maritim Internasional tahun
1965 mengenai Pemberian Fasilitas Lalu Lintas Maritim Internasional,
sebagaimana yang telah diamandemenkan, khususnya Standar 3.44 dan
Standar 3.45 dari Konvensi yang bersangkutan, dan
Memperhatikan lebih lanjut Resolusi Majelis Umum Perserikatan BangsaBangsa No. A/RES/57/219 (Perlindungan terhadap hak asasi manusia
5
K-185 Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 2003
dalam memerangi terorisme) yang menegaskan bahwa setiap Negara
harus memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan untuk memerangi
terorisme harus sesuai dengan kewajiban Negara yang bersangkutan
berdasarkan hukum internasional, khususnya hukum internasional yang
mengatur masalah hak asasi manusia, pengungsi dan kemanusiaan, dan
Menyadari bahwa pekerjaan dan kehidupan pelaut di kapal terkait dengan
perdagangan internasional dan bahwa hak cuti darat merupakan unsur
yang penting bagi kesejahteraan pelaut secara umum dan, oleh karena
itu, juga penting bagi tercapainya keselamatan pelayaran dan kebersihan
samudera yang lebih baik, dan
Menyadari juga bahwa kemampuan untuk mendarat adalah penting untuk
naik dan meninggalkan kapal sesuai masa kerja yang disepakati, dan
Memperhatikan amandemen yang dilakukan terhadap Konvensi
Internasional Keselamatan Jiwa di Laut tahun 1974, sebagaimana yang telah
diamandemenkan, mengenai langkah-langkah khusus untuk meningkatkan
keselamatan dan keamanan maritim, yang telah secara resmi diterima dan
ditetapkan oleh Konferensi Diplomatik Organisasi Maritim Internasional
pada tanggal 12 Desember 2002, dan
Setelah memutuskan untuk secara resmi menerima dan menetapkan usulanusulan tertentu menyangkut upaya peningkatan keamanan identitas pelaut,
yang merupakan butir ke tujuh agenda sidang, dan
Setelah memutuskan bahwa proposal-proposal tersebut harus dituangkan
dalam bentuk Konvensi internasional yang merubah Konvensi Dokumen
Identitas Pelaut tahun 1958,
Secara resmi menerima dan menetapkan, pada tangal sembilan belas
Juni tahun dua ribu tiga ini, Konvensi berikut ini, yang dapat dinamakan
Konvensi Dokumen Identitas Pelaut (Yang Telah Direvisi) Tahun 2003
6
Pasal 1
RUANG LINGKUP
1.
Dalam Konvensi ini, yang dimaksud dengan Pelaut (atau seafarer
dalam bahasa Inggris) adalah orang yang dipekerjakan atau dilibatkan
atau bekerja dalam jenis pekerjaan apapun yang terdapat di kapal
selain kapal perang, yang umumnya terlibat dalam kegiatan navigasi
maritim.
2.
Dalam hal timbul keragu-raguan apakah seseorang termasuk dalam
kategori pelaut sesuai dengan yang dimaksud dalam Konvensi ini,
maka penentuannya akan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
Konvensi ini oleh pihak berwenang yang kompeten dari Negara dari
mana orang yang bersangkutan berkewarganegaraan atau bertempat
tinggal tetap setelah lebih dahulu berkonsultasi dengan organisasi
pemilik kapal dan organisasi pelaut yang terkait dengan masalah
ini.
3.
Setelah berkonsultasi dengan organisasi-organisasi yang mewakili
para pemilik kapal penangkap ikan dan orang-orang yang bekerja
pada kapal penangkap ikan, [ untuk memberlakukan Konvensi ] pihak
berwenang yang kompeten dapat menerapkan Konvensi ini terhadap
penangkap ikan komersial.
Pasal 2
DITERBITKANNYA DOKUMEN IDENTITAS PELAUT
1.
Setiap Anggota yang terikat pada Konvensi ini wajib menerbitkan
dokumen identitas pelaut sesuai ketentuan-ketentuan yang terdapat
dalam Pasal 3 Konvensi ini untuk tiap-tiap warga negaranya yang
berprofesi sebagai pelaut dan mengajukan permohonan untuk
mendapatkan dokumen tersebut.
7
K-185 Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 2003
2.
Kecuali ditetapkan lain dalam Konvensi ini, kondisi-kondisi (syaratsyarat) yang sama sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh peraturan perundang-undangan nasional untuk menerbitkan
dokumen perjalanan dapat diterapkan untuk penerbitan dokumendokumen identitas pelaut.
3.
Setiap Anggota juga dapat menerbitkan dokumen identitas pelaut
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 kepada pelaut yang telah
diberi status penduduk tetap (permanent resident) di dalam wilayah
hukumnya. Para penduduk tetap tersebut harus, dalam segala hal,
melakukan perjalanan dengan mengikuti ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6, ayat 7.
4.
Setiap Anggota wajib menjamin agar dokumen identitas pelaut
diterbitkan tanpa penundaan yang tidak perlu.
5.
Pelaut berhak mengajukan permohonan banding administratif dalam
hal terjadi penolakan atas permohonan (dokumen identitas pelaut)
mereka.
6.
Konvensi ini tidak ada pengaruhnya terhadap kewajiban masing-masing
Anggota dalam perjanjian-perjanjian internasional yang berkaitan
dengan para pengungsi dan orang-orang yang tidak bernegara.
Pasal 3
ISI DAN BENTUK
1.
8
Dokumen identitas pelaut yang dicakup oleh Konvensi ini harus –
dari segi isinya – mengikuti model yang dijabarkan dalam Lampiran
I mengenai hal ini. Bentuk dokumen dan bahan pembuatnya harus
konsisten dengan spesifikasi umum yang dijabarkan dalam model
tersebut, yang didasarkan pada kriteria yang dijabarkan di bawah ini.
Dengan ketentuan bahwa setiap perubahan harus sesuai dengan ayatayat berikut ini, Lampiran I dapat, apabila diperlukan, diamendemen
sesuai dengan Pasal 8 di bawah ini, khususnya untuk mempertimbangkan
perkembangan teknologi. Keputusan untuk secara resmi menerima
dan menetapkan amendemen tersebut harus disertai dengan rincian
mengenai kapan amendemen tersebut akan diberlakukan, dengan
mempertimbangkan bahwa Anggota memerlukan waktu yang cukup
untuk melakukan revisi yang diperlukan terhadap dokumen-dokumen
identitas pelaut nasional beserta prosedur-prosedurnya.
2.
Dokumen identitas pelaut harus dirancang secara sederhana, terbuat
dari bahan yang tahan lama, dengan secara khusus memperhatikan
kondisi-kondisi di laut dan dapat dibaca oleh komputer. Bahan-bahan
yang digunakan haruslah:
a.
sedapat mungkin mampu mencegah terjadinya manipulasi atau
pemalsuan dokumen, dan memungkinkan dilakukannya deteksi
dengan mudah terhadap perubahan-perubahan yang terjadi;
dan
b.
secara umum dapat diakses oleh pemerintah negara terkait
dengan biaya serendah-rendahnya sesuai dengan dilakukannya
upaya yang dapat diandalkan untuk mencapai maksud yang
dijabarkan dalam butir (a) di atas.
3.
Anggota harus memperhatikan setiap pedoman yang tersedia yang
telah disusun oleh Organisasi Perburuhan Internasional mengenai
standar-standar teknologi yang akan digunakan, yang akan
memudahkan penggunaan standar umum internasional.
4.
Ukuran dokumen identitas pelaut tidak boleh melebihi ukuran paspor
biasa.
5.
Dokumen identitas pelaut wajib mencantumkan nama pihak berwenang
yang menerbitkannya, petunjuk-petunjuk yang memungkinkan
dilakukannya upaya untuk secepatnya menghubungi pihak berwenang
tersebut, tanggal dan tempat diterbitkannya dokumen tersebut, dan
pernyataan-pernyataan berikut :
a.
Dokumen ini adalah dokumen identitas pelaut seperti
yang dimaksudkan dalam Konvensi Organisasi Perburuhan
Internasional mengenai Dokumen Identitas Pelaut (Yang Telah
Direvisi) Tahun 2003; dan
9
K-185 Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 2003
b.
Dokumen ini adalah dokumen yang berdiri sendiri dan bukan
paspor.
6.
Batas maksimum masa berlaku dokumen identitas pelaut ditentukan
menurut peraturan perundang-undangan Negara yang menerbitkannya
dan dalam hal apapun, tidak boleh melebihi sepuluh tahun, dengan
syarat harus diperbarui setelah lima tahun pertama [penerbitannya].
7.
Data diri resmi pemegang [dokumen] yang dimasukkan dalam
dokumen identitas pelaut harus dibatasi pada keterangan-keterangan
berikut :
8.
10
a.
nama lengkap (nama depan dan nama terakhir, apabila ada);
b.
jenis kelamin;
c.
tempat dan tanggal lahir;
d.
kewarganegaraan;
e.
ciri-ciri fisik tertentu yang dapat memudahkan identifikasi;
f.
foto digital atau foto asli; dan
g.
tanda tangan.
Meskipun data diri resmi pemegang dokumen sudah digariskan dalam
ketentuan ayat 7 di atas, pola panutan atau representasi [perwujudan]
lain dari hasil pengukuran biometri pemegang [dokumen] yang
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dalam Lampiran I juga harus
diminta untuk dimasukkan dalam dokumen identitas pelaut, asalkan
prasyarat-prasyarat berikut dipenuhi:
a.
pemeriksaan biologis untuk kepentingan pengukuran biometri
tersebut dapat dilakukan tanpa melanggar privasi, menyebabkan
ketidaknyamanan, berisiko bagi kesehatan atau merendahkan
harkat dan martabat yang bersangkutan;
b.
hasil pengukuran biometri itu sendiri harus terlihat pada dokumen
dan tidak boleh terbuka kemungkinan untuk menyusunnya
kembali dari pola panutan atau representasi lainnya;
c.
perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan pengukuran
dan verifikasi biometri harus mudah digunakan dan secara
umum mudah didapatkan oleh para pemerintah dengan biaya
rendah;
9.
d.
perlengkapan untuk verifikasi biometri harus dapat dioperasikan
dengan mudah sesuai kebutuhan dan memberikan hasil yang
dapat diandalkan di pelabuhan-pelabuhan dan di tempattempat lainnya, termasuk di kapal, di mana verifikasi identitas
[pengecekan identitas seseorang] lazimnya dilakukan oleh pihak
berwenang yang mempunyai kompetensi untuk itu; dan
e.
sistem di mana biometri ini akan digunakan (termasuk
perlengkapan, teknologi dan prosedur penggunaan) harus
memberikan hasil yang seragam dan terpercaya guna menguji
keaslian identitas.
Semua data pelaut yang tercatat pada dokumen harus dapat diakses.
Pelaut harus dengan mudah dapat mengakses mesin-mesin yang
memungkinkan mereka memeriksa data diri mereka sendiri yang
tidak dapat dibaca dengan mata telanjang. Akses semacam itu harus
disediakan oleh atau atas nama pihak berwenang yang menerbitkan
dokumen.
10. Isi dan bentuk dokumen identitas pelaut harus mengikuti standar
internasional yang relevan seperti yang disebutkan dalam Lampiran
I.
Pasal 4
DATABASE ELEKTRONIK NASIONAL
1.
Setiap Anggota harus memastikan bahwa setiap catatan (record) dari
setiap dokumen identitas pelaut yang telah diterbitkan, dibekukan
atau ditarik kembali oleh Anggota yang bersangkutan disimpan dalam
suatu database [pangkalan data] elektronik. Langkah-langkah yang
diperlukan wajib dilakukan guna mengamankan [melindungi] database
tersebut dari campur tangan atau akses tanpa ijin resmi.
11
K-185 Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 2003
2.
Informasi yang terkandung dalam catatan (record) tersebut harus
terbatas pada rincian-rincian yang penting untuk melakukan
verifikasi terhadap [membuktikan kebenaran] dokumen identitas
pelaut atau status pelaut dan yang sesuai dengan hak privasi pelaut
serta memenuhi semua persyaratan perlindungan data yang dapat
diberlakukan. Rincian-rincian tersebut dijabarkan dalam Lampiran II
Konvensi ini, yang dapat diamendemen menurut cara yang ditetapkan
dalam Pasal 8 di bawah ini, dengan mempertimbangkan perlunya
pemberian waktu yang cukup kepada Anggota untuk melakukan revisi
yang diperlukan terhadap system database nasional masing-masing.
3.
Setiap Anggota wajib memberlakukan prosedur-prosedur yang
memungkinkan setiap pelaut yang telah mendapat penerbitan
dokumen identitas pelaut untuk melakukan pemeriksaan dan
pengecekan terhadap keabsahan semua data yang terdapat atau
tersimpan dalam database elektronik yang menyangkut diri pekerja
yang bersangkutan serta untuk membetulkan data tersebut bilamana
perlu tanpa pembebanan biaya apapun kepada pelaut yang
bersangkutan.
4.
Setiap Anggota harus menunjuk seorang petugas khusus pusat layanan
informasi yang permanen (permanent focal point) untuk menanggapi
permintaan-permintaan (pertanyaan-pertanyaan) yang datang dari
pihak keimigrasian atau pihak berwenang lainnya yang kompeten dari
seluruh Anggota Organisasi untuk mendapatkan keterangan mengenai
keaslian dan keabsahan dokumen identitas pelaut yang diterbitkan
oleh pihak berwenang Anggota yang bersangkutan. Rincian mengenai
petugas khusus pusat layanan informasi permanen tersebut harus
disampaikan kepada Kantor Perburuhan Internasional, dan Kantor
tersebut harus mempunyai suatu daftar yang harus disampaikan kepada
seluruh Anggota Organisasi.
5.
Rincian-rincian yang dimaksud dalam ayat 2 di atas harus dapat segera
diakses setiap saat oleh pihak keimigrasian atau pihak berwenang
lainnya yang kompeten Negara-negara anggota Organisasi, baik secara
elektronik maupun melalui petugas khusus pusat layanan informasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 di atas.
12
6.
Untuk tujuan Konvensi ini, harus ditetapkan pembatasan-pembatasan
yang tepat guna memastikan tidak ada data – terutama foto-foto –
yang dipertukarkan, kecuali terdapat mekanisme untuk memastikan
dipenuhinya standar perlindungan dan privasi data yang dapat
diberlakukan.
7.
Anggota harus memastikan bahwa data pribadi pada database
elektronik tidak digunakan untuk tujuan lain selain untuk melakukan
verifikasi terhadap dokumen identitas pelaut.
Pasal 5
PENGENDALIAN MUTU DAN EVALUASI
1.
Persyaratan-persyaratan minimum mengenai proses dan prosedur
untuk dikeluarkannya dokumen identitas pelaut, termasuk prosedurprosedur pengendalian mutu, dijabarkan dalam Lampiran III Konvensi
ini. Persyaratan-persyaratan minimum ini menetapkan hasil-hasil yang
diwajibkan untuk dicapai oleh setiap Anggota dalam administrasi sistem
masing-masing untuk menerbitkan dokumen identitas pelaut.
2.
Harus sudah ada proses dan prosedur untuk memastikan adanya
pengamanan yang diperlukan terhadap :
a.
pembuatan dan pengiriman blanko dokumen identitas pelaut;
b.
perlindungan (penyimpanan), penanganan dan pertanggung
jawaban terhadap dokumen identitas pelaut, baik yang masih
berupa blanko maupun yang sudah diisi;
c.
pemrosesan permohonan-permohonan yang diajukan untuk
mendapatkan dokumen identitas pelaut, dilengkapinya blankoblanko dokumen identitas pelaut dengan data diri pekerja-pelaut
sehingga blanko-blanko tersebut menjadi dokumen-dokumen
identitas pribadi pelaut oleh pihak berwenang dan unit yang
bertanggung jawab menerbitkan dokumen-dokumen tersebut;
dan penyerahan dokumen-dokumen identitas pelaut tersebut ke
yang bersangkutan;
13
K-185 Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 2003
d.
pengoperasian dan pemeliharaan data base; dan
e.
pengendalian mutu terhadap prosedur-prosedur dan evaluasi
secara berkala.
3.
Mengikuti ketentuan ayat 2 di atas, Lampiran III dapat diubah
sesuai dengan cara yang ditetapkan dalam Pasal 8, dengan
mempertimbangkan perlunya pemberian waktu yang cukup kepada
Anggota untuk melakukan revisi yang diperlukan terhadap proses dan
prosedur masing-masing.
4.
Setiap Anggota wajib melakukan evaluasi secara independen terhadap
administrasi sistem yang dimilikinya untuk penerbitan dokumen
identitas pelaut, termasuk prosedur pengendalian mutu, sekurangkurangnya setiap lima tahun sekali. Laporan-laporan atas hasil evaluasi
dimaksud, dengan syarat harus dilakukan penghapusan setiap materi
yang bersifat rahasia, wajib diberikan kepada Direktur Jendral Kantor
Perburuhan Internasional dengan tembusan kepada wakil-wakli dari
organisasi-organisasi para pemilik kapal dan pelaut di negara Anggota
yang bersangkutan. Ketentuan pelaporan ini tidak ada pengaruhnya
terhadap kewajiban Anggota yang terdapat dalam Pasal 22 Konstitusi
Organisasi Perburuhan Internasional.
5.
Kantor Perburuhan Internasional wajib mengupayakan tersedianya
laporan-laporan hasil evaluasi tersebut bagi Anggota. Setiap
pengungkapan isi laporan selain yang secara resmi diijinkan untuk
diungkapkan berdasarkan Konvensi ini harus terlebih dahulu
dimintakan ijin kepada Anggota yang isi laporannya akan diungkapkan
tersebut.
6.
Badan Eksekutif Kantor Perburuhan Internasional, bertindak berdasarkan
semua informasi yang relevan sesuai dengan pengaturan-pengaturan
yang telah dilakukannya, wajib menyetujui suatu daftar Anggota
yang sepenuhnya memenuhi persyaratan-persyaratan minimum
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 di atas.
7.
Daftar tersebut wajib tersedia setiap saat bagi Anggota Organisasi
dan diperbarui pada saat informasi yang bersesuaian diterima. Secara
khusus, Anggota wajib secepatnya diberitahu bilamana terdapat alasan
14
yang kuat dalam kerangka prosedur yang dimaksud dalam ayat 8
untuk mempertanyakan dimasukkannya suatu Anggota dalam daftar
tersebut.
8.
Menurut prosedur yang ditetapkan Badan Eksekutif, Anggota yang
telah atau dapat dikeluarkan dari daftar, termasuk juga pemerintah
dari negara-negara Anggota yang berminat untuk meratifikasi Konvensi
dan perwakilan organisasi-organisasi pemilik kapal dan pelaut harus
diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat-pendapat mereka
kepada Badan Pimpinan, sesuai dengan pengaturan-pengaturan yang
dimaksud di atas dan supaya setiap perselisihan diselesaikan tepat
waktu secara adil dan tidak berat sebelah.
9.
Diberikannya pengakuan terhadap dokumen identitas pelaut yang
diterbitkan Anggota tergantung pada kepatuhan Anggota yang
bersangkutan untuk memenuhi persyaratan minimum yang dimaksud
dalam ayat 1 di atas.
Pasal 6
DIBERIKANNYA KEMUDAHAN CUTI DARAT, TRANSIT
DANTRANSFER BAGI PELAUT
1.
Setiap pelaut pemegang dokumen identitas pelaut yang sah yang
diterbitkan Anggota yang terikat pada Konvensi ini berdasarkan
ketentuan-ketentuan Konvensi ini harus diakui sebagai pelaut dalam
pengertian Konvensi ini kecuali terdapat alasan yang jelas untuk
meragukan keaslian dokumen identitas pelaut yang bersangkutan.
2.
Verifikasi dan setiap penyelidikan serta formalitas terkait yang
dibutuhkan untuk memastikan bahwa pelaut yang dimintakan ijin
masuk menurut ayat 3 hingga 6 atau 7 hingga 9 di bawah ini adalah
pemegang dokumen identitas pelaut yang diterbitkan sesuai dengan
persyaratan Konvensi ini wajib dilakukan tanpa dipungut biaya apapun
dari pelaut atau pemilik kapal.
15
K-185 Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 2003
Cuti darat
3.
Verifikasi dan setiap penyelidikan serta formalitas terkait sebagaimana
dimaksud dalam ayat 2 di atas harus dilakukan dalam waktu sesingkat
mungkin asalkan pihak berwenang yang kompeten telah mendapat
pemberitahuan sewajarnya terlebih dahulu mengenai kedatangan
pemegang dokumen identitas. Di dalam pemberitahuan mengenai
kedatangan pemegang dokumen identitas harus dimasukkan rincian
yang dijabarkan dalam bagian 1 Lampiran II.
4.
Setiap Anggota yang terikat pada Konvensi ini, dalam waktu sesingkat
mungkin, dan kecuali ada alasan yang jelas untuk meragukan keaslian
dokumen identitas pelaut, wajib memberikan ijin kepada pelaut
pemegang dokumen identitas pelaut yang sah untuk memasuki wilayah
hukumnya, bilamana terdapat permintaan ijin masuk untuk cuti darat
sementara pada saat kapal berada di pelabuhan.
5.
Ijin masuk semacam itu wajib diberikan dengan ketentuan bahwa
formalitas-formalitas sehubungan dengan kedatangan kapal telah
dipenuhi dan pihak berwenang yang kompeten [untuk memberikan
ijin] tidak mempunyai alasan untuk menolak ijin mendarat karena
alasan-alasan kesehatan, keselamatan dan ketertiban umum atau
keamanan nasional.
6.
Untuk keperluan cuti darat, pelaut tidak dituntut untuk mempunyai
visa. Setiap Anggota yang tidak dalam posisi untuk sepenuhnya
menerapkan persyaratan ini harus memastikan bahwa peraturan
perundang-undangan atau praktik yang diberlakukannya mengatur
mekanisme yang pada pokoknya serupa.
Transit dan transfer
7.
16
Setiap Anggota yang terikat oleh Konvensi ini, dalam waktu sesingkat
mungkin, juga harus memberikan ijin kepada pelaut pemegang
dokumen identitas pelaut yang sah dilengkapi dengan paspor untuk
memasuki wilayah hukumnya, bilamana ijin masuk diminta dengan
tujuan untuk:
a.
naik ke kapal mereka atau pindah ke kapal yang lain;
b.
menumpang lewat (transit) supaya dapat naik ke kapal mereka di
negara lain atau untuk pemulangan ke negara asal; atau untuk
maksud lain yang telah mendapatkan persetujuan dari pihak
berwenang negara Anggota yang bersangkutan.
8.
Ijin masuk semacam itu harus diberikan kecuali terdapat alasan-alasan
yang jelas untuk meragukan keaslian dokumen identitas pelaut, asalkan
pihak berwenang yang kompeten [untuk memberikan ijin masuk] tidak
mempunyai alasan untuk menolak memberikan ijin masuk karena
alasan kesehatan, keselamatan, dan ketertiban umum atau keamanan
nasional.
9.
Sebelum memberikan ijin masuk ke dalam wilayah hukumnya untuk
salah satu tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 7 di atas, setiap
Anggota dapat meminta bukti yang memuaskan, termasuk bukti
dokumen mengenai niat dan kemampuan pelaut untuk mewujudkan
niat tersebut. Anggota juga dapat membatasi lama menetap pelaut
yang bersangkutan untuk jangka waktu yang dianggap wajar untuk
tujuan yang dimaksud.
Pasal 7
KEBERLANJUTAN KEPEMILIKAN DAN PENARIKAN
KEMBALI DOKUMEN
1.
Dokumen identitas pelaut wajib setiap saat dibawa oleh pelaut,
kecuali apabila disimpan oleh nakhoda kapal yang bersangkutan demi
keamanan, dengan ijin tertulis dari pelaut tersebut.
2.
Dokumen identitas seorang pelaut wajib secepatnya ditarik kembali
oleh Negara yang menerbitkannya begitu diperoleh kepastian bahwa
pelaut tersebut sudah tidak lagi memenuhi syarat bagi diterbitkannya
dokumen tersebut menurut Konvensi ini. Penyusunan prosedur
untuk membekukan atau menarik kembali dokumen identitas pelaut,
termasuk prosedur administrative bandingnya, harus dilakukan melalui
17
K-185 Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 2003
konsultasi dengan wakil-wakil dari organisasi-organisasi pemilik kapal
dan pelaut.
Pasal 8
AMENDEMEN LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
Dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang relevan dari Konvensi
ini, amendemen terhadap Lampiran-lampiran dapat dilakukan oleh
Konferensi Perburuhan Internasional, atas saran dari suatu badan
maritim tripartit di bawah Organisasi Perburuhan Internasional.
Keputusan [untuk menerima dan mengesahkan amendemen] tersebut
harus mendapat dukungan dua per tiga mayoritas suara yang diberikan
oleh utusan-utusan yang hadir dalam Konferensi tersebut, yang
termasuk sekurang-kurangnya setengah jumlah Anggota yang telah
meratifikasi Konvensi ini.
2.
Setiap Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini dapat memberikan
pemberitahuan tertulis kepada Direktur Jenderal, dalam waktu 6
(enam) bulan setelah diterima dan ditetapkannya suatu amendemen,
yang menyatakan bahwa amandemen tersebut tidak mengikat Anggota
yang bersangkutan, atau bahwa Anggota tersebut hanya akan terikat
[pada amandemen tersebut] melalui pemberitahuan tertulis lebih
lanjut.
Pasal 9
KETENTUAN PERALIHAN
Setiap Anggota yang menjadi Pihak pada Konvensi Dokumen Identitas
Pelaut tahun 1958, yang sedang melakukan tindakan-tindakan berdasarkan
pasal 19 Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional, dengan maksud
untuk meratifikasi Konvensi ini dapat memberitahu Direktur Jenderal
mengenai maksudnya untuk memberlakukan Konvensi ini untuk sementara
waktu. Untuk itu, dokumen identitas pelaut yang diterbitkan oleh Anggota
tersebut (berdasarkan Konvensi Dokumen Identitas Pelaut tahun 1958)
18
harus diperlakukan sebagai dokumen identitas pelaut yang diterbitkan
berdasarkan Konvensi ini sepanjang ketentuan-ketentuan Pasal 2 hingga
Pasal 5 Konvensi ini dipenuhi dan sepanjang Anggota yang bersangkutan
bersedia menerima dokumen-dokumen identitas pelaut yang diterbitkan
menurut Konvensi ini.
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP
Pasal 10
Konvensi ini merevisi Konvensi Dokumen Identitas Pelaut tahun 1958.
Pasal 11
Ratifikasi-ratifikasi resmi atas Konvensi ini harus disampaikan kepada
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk didaftar.
Pasal 12
1.
Konvensi ini mengikat Anggota Organisasi Perburuhan Internasional
yang ratifikasinya telah terdaftar pada Direktur Jendral.
2.
Konvensi ini mulai berlaku enam bulan setelah tanggal didaftarkannya
ratifikasi dua Anggota pada Direktur Jenderal.
3.
Selanjutnya, Konvensi ini berlaku bagi setiap Anggota enam bulan
setelah tanggal didaftarnya ratifikasi masing-masing.
Pasal 13
1.
Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini dapat membatalkannya
setelah habisnya masa sepuluh tahun terhitung sejak tanggal Konvensi
ini mulai berlaku, dengan menyampaikan keterangan kepada Direktur
Jenderal untuk didaftar. Pembatalan itu berlaku dua belas bulan setelah
tanggal pendaftarannya.
19
K-185 Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 2003
2.
Setiap Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini dan yang tidak,
dalam tahun setelah habisnya masa sepuluh tahun yang disebutkan
dalam ayat di atas, menggunakan hak pembatalan menurut ketentuan
Pasal ini, akan terikat untuk sepuluh tahun berikutnya, dan sesudah
itu, dapat membatalkan Konvensi ini pada waktu berakhirnya tiap-tiap
masa sepuluh tahun menurut ketentuan yang ditetapkan dalam Pasal
ini.
Pasal 14
1.
Direktur Jenderal harus memberitahu seluruh Anggota tentang
pendaftaran semua ratifikasi, deklarasi dan tindakan pembatalan yang
disampaikan Anggota.
2.
Sewaktu memberitahu Anggota tentang pendaftaran ratifikasi kedua
Konvensi ini, Direktur Jenderal harus meminta Anggota memperhatikan
tanggal berlakunya Konvensi.
3.
Direktur Jenderal harus memberitahu seluruh Anggota tentang
pendaftaran setiap amendemen yang dilakukan terhadap Lampiranlampiran sesuai dengan Pasal 8, dan juga tentang pemberitahuanpemberitahuan yang berkaitan dengan itu.
Pasal 15
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional harus menyampaikan
kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk didaftar sesuai
dengan pasal 102 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa, rincian lengkap atas
semua ratifikasi, deklarasi dan tindakan pembatalan yang didaftar oleh
Direktur Jenderal sesuai dengan ketentuan Pasal-pasal sebelumnya.
Pasal 16
Pada waktu-waktu yang dianggap perlu, Badan Eksekutif Kantor Perburuhan
Internasional harus memberikan laporan kepada Konferensi Umum perihal
20
pelaksanaan Konvensi ini dan harus mengkaji perlunya memasukkan
masalah revisi Konvensi, baik sebagian maupun seluruhnya, ke dalam
agenda Konferensi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan Pasal
8.
Pasal 17
1.
2.
Apabila Konferensi secara resmi menerima dan menetapkan suatu
Konvensi baru yang merevisi Konvensi ini baik sebagian maupun
seluruhnya maka, kecuali Konvensi baru tersebut menentukan lain:
a.
ratifikasi yang dilakukan oleh Anggota dari Konvensi yang baru
yang merevisi Konvensi ini akan secara hukum mengakibatkan
dibatalkannya Konvensi ini dengan serta merta, sekalipun
terdapat ketentuan-ketentuan Pasal 13, jika dan bilamana
Konvensi baru yang merevisi Konvensi ini telah berlaku;
b.
terhitung sejak tanggal berlakunya Konvensi baru yang merevisi
Konvensi ini, Konvensi ini tidak terbuka lagi untuk diratifikasi
oleh Anggota.
Konvensi ini bagaimanapun juga tetap berlaku dalam bentuk dan isi
aslinya bagi Negara Anggota yang telah meratifikasinya, namun belum
meratifikasi Konvensi revisinya.
Pasal 18
Naskah bahasa Inggris dan bahasa Perancis Konvensi ini sama-sama
resmi.
21
Download