BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Melalui penelitian ini penulis

advertisement
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui penelitian ini penulis mencoba menjawab pertanyaan bagaimana
permasalahan yang dihadapi jurnalis baru dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.
Penulis memilih jurnalis baru sebagai obyek penelitian karena jurnalis baru
dianggap sebagai kelompok pekerja media yang masih memiliki pengalaman yang
minim dalam menjalankan tugas jurnalistiknya. Kelompok jurnalis baru adalah
jurnalis yang baru bekerja kurang dari satu tahun di media cetak di Yogyakarta.
Dalam Penelitian ini penulis memilih dua surat kabar yaitu SKH Bernas Jogja
dan SKH Harian Jogja. Penulis memilih dua media cetak tersebut karena dua
media itu merupakan media cetak lokal yang sudah senior dan masih baru. SKH
Bernas Jogja berdiri sejak 1946 dan SKH Harian Jogja berdiri sejak tahun 2008.
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan melalui wawancara
mendalam dan pengamatan berperan serta terhadap enam jurnalis baru dari dua
surat kabar harian SKH Bernas Jogja dan SKH Harian Jogja dapat disimpulkan
bahwa dalam menjalankan tugas jurnalistiknya, jurnalis baru ini menghadapi
berbagai masalah.
Dari hasil wawancara dengan keenam jurnalis baru dari dua SKH yaitu
Rosihan Anwar, Dian Pramudita, Ichsan Muttaqin, Yodie Hardiyan, Switzy
Sabandar dan Holy Kartika di tempat dan waktu yang berbeda disimpulkan bahwa
permasalahan yang mereka hadapi dalam menjalankan tugas jurnalistiknya tidak
jauh berbeda satu sama lain.
Permasalahan yang mereka hadapi berkaitan dengan kompetensi wartawan sesuai
aspek kesadaran (kesadaran etika, hukum dan karir) yaitu :
a. Masalah seputar narasumber yaitu:
2. Complain dari narasumber terhadap pemberitaan yang dilakukan (kesadaran
etika),
3. Bingung mencari narasumber yang berkompeten terhadap suatu peristiwa
(kesadaran karir).
b. Masalah mengenai amplop atau sogokan yang diberikan oleh narasumber
(kesadaran etika dan hukum).
Permasalahan yang mereka hadapi berkaitan dengan aspek pengetahuan
(pengetahuan umum dan khusus) yaitu :
a. Masalah seputar narasumber yaitu:
1. Kurang bisa mengembangkan pertanyaan pada saat wawancara dengan
narasumber,
2. Bingung dengan tema liputan sehingga hasil wawancara dengan narasumber
kurang mendalam.
b. Masalah seputar pencarian dan penulisan berita yaitu :
1. Penulisan berita tidak lengkap karena tema liputan yang kurang dimengerti
dengan baik.
c. Masalah dalam mengeksplorasi ide setiap harinya untuk mencari berita.
Permasalahan yang mereka hadapi berkaitan dengan aspek keterampilan yaitu :
a. Masalah seputar narasumber yaitu:
1. Narasumber yang tidak terbuka dalam memberikan informasi,
2. Narasumber yang tertutup dengan jurnalis terutama karena mereka jurnalis
baru,
3. Narasumber yang sulit ditemui,
4. Narasumber enggan diwawancarai,
b. Masalah seputar pencarian dan penulisan berita yaitu:
1. Berita yang kurang lengkap,
2. Membedakan berita mana yang menjadi prioritas liputan,
3. Mencari angle berita
c. Kesulitan adaptasi dengan jurnalis lainnya.
d. Pemenuhan deadline berita.
Untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi, mereka belajar terus
menerus dalam menghadapi situasi tersebut, saling berbagi pengalaman dengan
jurnalis lainnya yang sudah lebih senior juga menjadi salah satu alternatif bagi
para jurnalis baru dalam mengatasi permasalahan yang terjadi. Selain itu mereka
juga melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan narasumber yang mereka rasa
kurang terbuka dalam menyampaikan informasi.
Permasalahan yang mereka hadapi berkaitan dengan kinerja jurnalistik yaitu:
a. Kelengkapan berita yang masih kurang,
b. Keberpihakan berita,
c. Tidak mengenal narasumbernya,
d. Menjalin relasi dengan jurnalis lain yang masih sulit,
e. Mengeksplorasi idenya untuk menjaga keaktualan suatu berita,
f. Sulitnya untuk menembus narasumber yang bungkam.
B. Saran
Penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan. Penulis tidak bisa
melakukan penelitian secara lebih efektif dalam hal waktu terhadap enam jurnalis
yang menjadi obyek penelitian. Hal itu dikarenakan suatu faktor, yaitu kesibukan
pekerjaan mereka sebagai jurnalis. Faktor lain, peneliti belum bisa mengikuti
kerja jurnalis secara langsung dengan efektif.
Penulis berharap penelitian ini dapat berguna bagi para pembacanya, civitas
akademika, dan para calon peneliti yang juga berniat untuk melanjutkan penelitian
ini atau meneliti mengenai jurnalis baru. Penulis berharap bagi calon peneliti
berikutnya dapat melakukan penelitian dengan meneliti kelompok jurnalis baru
yang lebih besar dari beberapa media lain, baik media lokal atau media nasional.
Penelitian tersebut diharapkan dapat dilakukan dalam waktu yang lebih lama
terutama dengan observasi partisipan sehingga dapat menghasilkan hasil
penelitian yang lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abar, Akhmad Zaini. 1995. Kisah Pers Indonesia: 1966 1974. Yogyakarta: Lkis
Baksin,Askurifai.2006. Jurnalistik Televisi : Teori Dan Praktik. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media
Birowo, M. Antonius. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Yogyakarta:
Gitanyali
Harahap, Arifin. S. 2007. Jurnalistik Televisi :Teknik Memburu Dan Menulis
Berita TV. Jakarta : PT Indeks
Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Kusumaningrat, Hikmat. 2006. Jurnalistik: Teori dan Praktik. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Luwarso, Lukas dan Gati Gayatri. 2004. Kompetensi Wartawan: Pedoman
Peningkatan Profesionalisme Wartawan dan Kinerja Pers. Jakarta: Dewan
Pers
Moleong, Dr. Lexy. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Rakhmat, Jalaludin . 1993. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Setiati, Eni. 2005. Jurnalistik Baru Dalam Pemberitaan: Strategi Wartawan
Menghadapi Tugas Jurnalistik. Yogyakarta: Andi
Siregar, Ashadi. 1998. Bagaimana meliput dan menulis berita untuk media massa.
Yogyakarta: LP3Y
Soekartono. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen dalam Media Massa
Review (On-line). Available from
http://tonz94.wordpress.com/2009/05/02/manajemen-media-massa/;
internet; accesed 29 Januari 2011
Wahyudi, J.B. 1991. Komunikasi Jurnalistik: Pengetahuan Praktis Bidang
Kewartawanan. Bandung: Alumni
Tulisan yang Tidak Dipublikasikan
Prabudi. 2010. Kerja Wartawan Dalam Rubrik Jogjapolitan Di Surat Kabar
Harian Jogja. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Laporan KKL.
Purnamasari, Novita Ika. 2010. Tugas dan Tanggung Jawab Wartawan Dalam
Proses Penulisan Berita Di SKH Kompas Biro Yogyakarta. Universitas Atma
Jaya Yogyakarta. Laporan KKL.
Putri, Nidya Meyliana. 2010. Tugas dan Tanggung Jawab wartawan pada Surat
Kabar Harian (SKH) Banten Raya Post (BARAYA). Universitas Atma Jaya
Yogyakarta. Laporan KKL.
Sumber lain
Event Off Print Harian Pagi Bernas Jogja tahun 2011
Company Profile SKH Harian Jogja tahun 2011
Media Kit Harian Jogja tahun 2011
LAMPIRAN
INTERVIEW GUIDE
Dalam penelitian kualitatif ini metode utama yang digunakan yaitu
wawancara mendalam dan pengamatan berperan serta. Wawancara mendalam
dilakukan kepada narasumber untuk memperoleh informasi yang mengenai topik
penelitian yang penulis lakukan. Narasumber dalam penelitian ini yaitu jurnalis
baru yang bekerja di dua SKH yang dijadikan tempat untuk melakukan penelitian.
Pertanyaan yang dilampirkan dapat kembali dikembangkan sesuai dengan proses
wawancara dengan narasumber. Setiap pertanyaan yang diberikan kepada
narasumber terkait dengan teori yang digunakan yaitu jurnalisme dan kompetensi
wartawan.
Berikut dilampirkan beberapa pertanyaan inti yang akan dilakukan untuk
wawancara dengan narasumber :
Data Narasumber
Nama
:
Usia
:
Asal
:
Media
:
Jabatan dalam media :
Lama bekerja
:
Pendidikan Terakhir :
Pertanyaan ini diajukan berdasarkan dengan teori yang digunakan untuk
menjawab penelitian ini yaitu jurnalisme :
1.
Mengapa Anda tertarik untuk menjadi seorang pekerja media khususnya
sebagai jurnalis?
2. Apa saja tugas jurnalistik yang sudah dilakukan?
3. Apakah Anda menemui kesulitan untuk memenuhi tugas sebagai jurnalis?
Sebutkan!
4. Bagaimana permasalahan yang Anda hadapi ketika menjalankan tugas
jurnalistiknya?
5. Bagaimana Anda mengatasi kesulitan-kesulitan yang datang pada Anda selama
melaksanakan tugas jurnalistik?
Berikut pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan teori yang digunakan yaitu
kompetensi wartawan :
1. Apakah Anda mengetahui etika-etika dan hukum yang melandasi jurnalis
dalam menjalankan tugas jurnalistik? Apa saja yang Anda ketahui?
2. Bagaimana Anda menjalankan tugas jurnalistik tersebut sesuai dengan etika
yang berlaku?
3. Bagaimana cara anda untuk menghindari tuntutan hukum dan menjaga etika
profesi selama menjalankan tugas jurnalitik?
4. Bagaimana problem yang dihadapi selama menjalankan tugas jurnalistik
dengan etika-etika dan hukum?
5. Sebagai jurnalis baru, tugas peliputan bidang apa atau ada spesifikasi tugas
yang diberikan dari institusi media Anda?
6. Ketika menjalankan tugas jurnalistik di lapangan, mungkin akan menemui
problem, ada hal-hal baru yang sebelumnya belum ada ketahui, apa saja
problemnya?
7. Bagaimana cara Anda mengatasinya problem dan ketidaktahuan tersebut?
Berikut pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan teori berikutnya yang
digunakan yaitu kinerja jurnalistik :
1. Sebagai jurnalis baru, teknik jurnalistik apa saja yang sudah Anda kuasai?
2. Bagaimana problem yang dihadapi dalam menjalankan tugas jurnalistik
berkaitan dengan teknik-teknik yang ada?
3. Bagaimana anda menggunakan teknik jurnalistik tersebut untuk menjaga
akurasi, menjaga keseimbangan, mengutamakan objektivitas, dan menjunjung
ketidakberpihakan pada berita yang anda tulis?
4. Problem apa saja yang paling sering muncul ketika Anda menjalankan tugas
jurnalistik berkaitan dengan teknik yang ada?
5. Selama menjadi jurnalis yang masih terbilang baru, pengalaman apa yang
paling berkesan untuk Anda dan problem tersulit apa yang pernah Anda hadapi?
Bagaimana cara mengatasinya?
Transkrip Wawancara Yodie Hardiyan tanggal 24 Mei 2011
Data Narasumber
Nama
: Yodie Hardiyan
Tempat dan Tanggal Lahir
: Lhokseumawe, 12 Mei 1988
Usia
: 23 tahun
Asal
: Salatiga
Media
: Harian Jogja
Jabatan dalam media
: Wartawan kota
Lama bekerja
: 2bulan
Pendidikan Terakhir
: Strata 1
Jurusan yang ditempuh
: Ekonomi Manajemen, UKSW, Salatiga
Pertanyaan ini diajukan berdasarkan dengan teori yang digunakan untuk
menjawab penelitian ini yaitu jurnalisme :
6.
Mengapa Anda tertarik untuk menjadi seorang pekerja media
khususnya sebagai jurnalis?
Jawab: Jadi awalnya tahun 2008, aku pertama kali ikut UKM (Unit Kegiatan
Mahasiswa) jurnalisme di kampus. Aku mulai ikut-ikut pelatihan jurnalisme di
Kompas Semarang, di Jakarta, di Puncak Cisalak, di situ aku ketemu dengan
jurnalis-jurnalis senior dan aku juga sudah mulai berpraktek jurnalisitk di kampus.
Sejak saat itu aku mulai aktif ikut kegiatan jurnalisme di kampus dan pada saat itu
aku merasa itu tuh dunia yang asik. Walaupun aku basic kuliahnya bukan di
komunikasi tapi setelah aku ketemu dengan banyak teman dan wartawan di
kampus, aku juga baca laporan-laporan jurnalistik dari buku majalah dan di
kampus dan aku mulai tertarik di bidang itu (jurnalistik).
7. Apa saja tugas jurnalistik yang sudah dilakukan?
Jawab: tugas jurnalistik sudah pasti meliput dan bikin berita.
8. Apakah Anda menemui kesulitan dan permasalahan untuk memenuhi
tugas sebagai jurnalis? Sebutkan!
Jawab: oh banyak. Karena aku kan wartawan baru di sini. Yang pertama,
mengenai adaptasi dengan medan, aku ga kenal dengan medan atau lapangan.
Aku bukan asli jogja, aku ga kenal Jogja, aku ga begitu hafal dengan kota ini, jadi
untuk mengatasi ketepatan waktu aku masih susah juga karena aku masih sering
kesasar. Yang kedua, perlu adaptasi juga dengan narasumber. Ga semua
narasumber itu terbuka dengan wartawan kecuali dengan wartawan yang udah
lama kenal. Jadi aku memang perlu pendekatan yang lebih personal dengan
narasumber baik dari instansi pemerintahan, LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) bahkan dari warga masyarakat. Jadi aku harus deket terus, jadi
kadang kalau narasumber yang belum terlalu kenal kita mereka agak tertutup,
informasi pun ga begitu banyak. Yang ketiga itu, waktu bikin beritanya, waktu
aku awal-awal jadi wartawan dalam sehari aku dituntut buat beritanya empat dan
deadlinenya juga cukup cepat dulu jam 6 sore sekarang jam 4 sore sedangkan aku
punya kesulitan dalam mengetik cepat, kan kalau mengetik cepat mikirnya juga
jadi cepat, jadi saya merasa itu cukup sulit ditambah dengan deadline yang cukup
cepat menurut saya, tapi sekarang pelan-pelan sudah bisa mulai diatasi.
9. Bagaimana Anda mengatasi kesulitan-kesulitan yang datang pada Anda
selama melaksanakan tugas jurnalistik?
Jawab: cara mengatasinya kalau dengan narasumber ya, aku kan kadang liputan
di kepolisian, jadi khususnya polisi kalau belum kenal kan sulit ya memang,
mereka terkadang curiga kita mau ngapain, ini dari media mana dan sebagainya.
Cara mengatasinya aku kejar terus sampai mereka mau konfirmasi karena ini kan
untuk kepentingan publik juga kan, aku bekerja untuk publik jadi aku berusaha
kejar terus karena kan yang aku liput persoalan publik bukan persoalan pribadi
seperti di infotainment. Aku kejar terus, kalau telepon ga diangkat-angkat, sms ga
dibales-bales, ya terus-terusan sampai dapat, sampai dia mau kasih jawaban.
Kalau penulisan berita, cara mengatasinya ya dulu aku kalau mau cari berita
merekam justru itu sebenarnya tidak efisien, setiap habis merekam kita mesti
harus mentranskrip, setelah transkrip kita baru nulis beritanya dan itu malah lama.
Sekarang aku lebih suka mencatat aja, mencatat inti-intinya saja kemudian hasil
wawancara kalau bisa aku rekam di memori. Tapi kalau beritanya sensitif itu
memang aku rekam. Tapi sebisa mungkin aku mencatat inti-intinya saja jadi ga
harus buka-buka rekaman.
Berikut pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan teori yang digunakan yaitu
kompetensi wartawan :
8. Apakah Anda mengetahui etika-etika dan hukum yang melandasi jurnalis
dalam menjalankan tugas jurnalistik? Apa saja yang Anda ketahui?
Jawab: Kalau hukum kan paling ada UU Pers no 40 tahun 1999, aku pernah baca
tapi ga begitu hafal isinya, yang kedua paling Kode Etik Jurnalistik (KEJ) yang
diterbitkan sama PWI, AJI dan sebagainya. Ada beberapa point yang memang aku
ingat, misalnya dilarang menerima sogokan, kalau bisa menulis berita yang
berimbang. Kalau di lapangan yang mau kasih uang atau amplop itu banyak
banget. Dalam sehari pasti ada aja, kalau aku pribadi aku sudah berkomitmen
untuk tidak menerima itu dari kantor pun dilarang untuk kami (jurnalis) untuk
menerima amplop dari kode etik pun melarang. Aku hubungannya sama
narasumber itu memang bekerja untuk liputan, aku mencari informasi, dan soal
amplop itu aku bilang sama mereka, maaf kalau saya memang ga bisa terima,
dilarang, dan saya berkomitmen untuk tidak menerimanya. Kalau mereka kasih
minum atau bahan liputan kertas-kertas gitu aku malah terima, tapi kalau amplop
aku ga terima. Dan merekanya sebagian memang ada yang memaksa tapi saya
tetap ga terima.
9. Bagaimana Anda menjalankan tugas jurnalistik tersebut sesuai dengan
etika yang berlaku?
Jawab: Kalau soal amplop itu kan ya sekarang gini, siapa sih yang ga mau duit,
semua orang butuh duit, kita realistis aja apalagi gaji wartawan juga ga seberapa
tapi itu kan sudah prinsip dan komitmen ya jadi aku santai-santai aja. Dan banyak
juga yang dukung untuk aku ga terima amplop itu. Dari wartawan harjo sendiri
juga kan memang ga terima itu juga komitmen dari kantor.
10. Bagaimana cara anda untuk menghindari tuntutan hukum dan menjaga
etika profesi selama menjalankan tugas jurnalitik?
Jawab: Kalau aku belum pernah mendapat tuntutan hukum ya, tapi aku kalau tulis
berita itu selalu hati-hati ya, berita itu aku ketik, aku baca ulang terus apa aku
udah konfirmasi apa aku udah verifikasi, datanya sudah akurat, intinya aku selalu
cek dan ricek apa yang aku tulis. Itu untuk menghindari fitnah, berita yang bohong
dan sebagainya.
11. Bagaimana
problem
yang
dihadapi
selama
menjalankan
tugas
jurnalistik dengan etika-etika dan hukum?
Jawab: Pernah ditelepon sama narasumber, itu karena aku tulis berita soal server
yang kebobolan di perpustakaan kota, databasenya. Sebenarnya waktu aku ke
sana aku mau liputan soal kunjungan warga ke perpustakaan bulan Januari,
Februari, Maret, terus kepala seksinya tuh curhat kalau server data tuh dibobol,
aku liput aja sekalian dan aku juga bilang sama kepala seksinya kalau ini akan
diliput dan beliau setuju. Beliau juga bilang sekalian kasih himbauan agar jangan
ada warga yang nakal seperti ini. Dan itu waktu aku tulis, besoknya dia telepon
untuk bilang jangan diterbitkan berita itu, dan itu ga mungkin karena berita sudah
terbit juga kok. Ya berita seperti itu riskan juga sebenarnya kan itu istilahnya
mencederai citra pelayanan publik tapi ya aku pikir itu penting untuk publik dan
sudah terbit jadi aku pkir itu ga ada masalah. Problem lainnya itu seperti
keberpihakan berita ya, aku kan wartawan di kota, aku meliput di satu LSM,
mereka kadang menuduh pihak yang berada di luar Jogja. Dan aku sendiri
kesulitan untuk konfirmasi narasumber karena tidak ada nomor kontaknya, susah
untuk di telepon dan sebagainya. Dan hal-hal seperti itu sering terjadi.
12.
Sebagai jurnalis baru, tugas peliputan bidang apa atau ada spesifikasi
tugas yang diberikan dari institusi media Anda?
Jawab: Aku wartawan yang meliput berita yang umum, jalan-jalan ke sana
kemari. Belakangan ini aku mangkal di kantor polisi, pengadilan, LSM sama di
kampung-kampung.
13. Ketika menjalankan tugas jurnalistik di lapangan, mungkin akan
menemui problem, ada hal-hal baru yang sebelumnya belum ada ketahui,
apa saja problemnya?
Jawab: Sering banget dan pernah banget. Misalnya seperti di pengadilan, aku ga
punya latar belakang hukum, banyak banget istilah-istilah yang saya ga mengerti
kadang pake bahasa Belanda juga.
14. Bagaimana cara Anda mengatasinya problem dan ketidaktahuan
tersebut?
Jawab: Sebisa mungkin aku catat hal-hal yang penting, aku googling, aku tanyatanya untuk dapat jawaban itu tuh apa baru dirangkai jadi suatu berita.
Berikut pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan teori berikutnya yang
digunakan yaitu kinerja jurnalistik :
6. Sebagai jurnalis baru, teknik jurnalistik apa saja yang sudah Anda
kuasai?
Jawab: Wawancara, menulis berita, dan edit berita sendiri.
7. Bagaimana problem yang dihadapi dalam menjalankan tugas jurnalistik
berkaitan dengan teknik-teknik yang ada?
Jawab: Pernah ada. Seperti kelengkapan berita. Kalau ga lengkap biasanya aku
kasih datanya kalau ga punya datanya aku cari datanya atau aku biasanya telepon
lagi narasumber untuk diwawancara lagi.
8. Problem apa saja yang paling sering muncul ketika Anda menjalankan
tugas jurnalistik berkaitan dengan teknik yang ada?
Jawab: Ya seperti penulisan berita yang kurang lengkap, teguran dari redaktur,
kurang lebih begitu.
9. Selama menjadi jurnalis yang masih terbilang baru, pengalaman apa yang
paling berkesan untuk Anda dan problem tersulit apa yang pernah Anda
hadapi? Bagaimana cara mengatasinya?
Jawab: Pengalaman paling berkesan waktu itu aku pernah liputan ke Code untuk
masalah apa aku lupa. Dan di sana ternyata muncul mata air yang keluar seperti
Lapindo tapi itu mata air di pemukiman dan hal itu ga ada yang liput dan aku pikir
ya sudah aku liput tentang hal itu dan aku tulis. Sebulan kemudian aku datang lagi
ke Code dan warga itu cerita karena berita yang aku tulis tentang kemunculan
mata air itu, pemerintah datang untuk memberikan perhatian. Dan itu saya senang
sekali karena apa yang aku tulis memberikan dampak yang positif bagi publik.
Problem tersulit yang aku hadapi itu sebenarnya adaptasi dengan wartawan lain.
Aku kan masih baru, kalau aku liputan di suatu tempat kan banyak wartawan lain,
kadang aku suka canggung berada di tengah-tengah wartawan lain yang mungkin
sudah lebih senior. Tapi seiring dengan berjalannya waktu akhirnya saya juga bisa
beradaptasi dengan wartawan lain dan bisa saling bertukar berita satu sama lain.
Transkrip Wawancara dengan Switzy Sabandar pada tanggal 25 mei 2011
Data Narasumber
Nama
: Switzy Sabandar
Tempat dan Tanggal Lahir
: Yogyakarta, 5 Juni 1985
Usia
: 25 tahun
Asal
: Yogyakarta
Media
: Harian Jogja
Jabatan dalam media
: Reporter (humaniora)
Lama bekerja
: 6 bulan
Pendidikan Terakhir
: S1
Jurusan yang ditempuh
: Ilmu Komunikasi, UAJY
Pertanyaan ini diajukan berdasarkan dengan teori yang digunakan untuk
menjawab penelitian ini yaitu jurnalisme :
10. Mengapa Anda tertarik untuk menjadi seorang pekerja media
khususnya sebagai jurnalis?
Jawab: Dari awalnya dulu karena suka nulis dan aku juga kuliahnya di
komunikasi jurnalisme. Dalam perjalanannya itu sebenarnya aku males untuk
kerja di surat kabar harian lokal, jangankan lokal yang nasional aja aku ga
kepikiran, aku kepikirannya tuh kerja di majalah wanita, lifestyle atau budaya.
Dulu sebelum di sini aku sempet di LSM 2 tahun terus habis itu aku freelance
nulis. Dan ga beberapa lama ada kakak angkatanku kuliah kasih tahu kalau Harjo
buka lowongan dan akhirnya aku masukin lamaran ke Harjo. Awal mulanya
karena aku seneng nulis aja sih, akhirnya aku jadi jurnalis deh.
11. Apa saja tugas jurnalistik yang sudah dilakukan?
Jawab: Ya liputan, wawancara, nulis berita, terus juga motret.
12. Apakah Anda menemui kesulitan dan permasalahan untuk memenuhi
tugas sebagai jurnalis? Sebutkan!
Jawab: Kalau di kantor bisa dibilang ga ada ya, redakturku juga orangnya enak.
Awal kerja, 2 minggu, aku diorientasikan di bagian pagelaran terus setelah itu 6
bulan aku di bagian Humaniora, 2 bulan di awal di humaniora aku sempat ga
nyaman karena redakturnya tapi habis itu redakturnya udah ganti sampai
sekarang, dan redaktur yang sekarang orangnya enak, mungkin karena seumuran
jadi kalau ada apa-apa aku bisa diskusikan dengan baik. Kalau masalah di
lapangan sih, awalnya aku masuk Harjo aku ga mau masuk humaniora tapi
ternyata aku ditempatkan di humaniora. Aku ga ngerti sama sekali apa bagian
kerjaanku ini, dulu waktu awal-awal buat berita tuh lama banget, buat 3 sampai 4
berita tuh sampai 4 jam lebih, bingung mau tulis apa. Seminggu setelah itu sudah
mulai adaptasi. 2 bulan pertama di humaniora aku biasanya buat berita agenda
bukan isu, padahal berita itu yang penting kan isu, dan aku bingung isu itu seperti
apa. Tapi sejak ganti redaktur kan aku mulai bisa juga karena aku bisa diskusi.
Kadang juga aku bingung ketika berada di lapangan tentang apa yang aku harus
wawancarain, tentang topiknya, dan sampai sekarang aku masih belajar.
13. Bagaimana Anda mengatasi kesulitan-kesulitan yang datang pada Anda
selama melaksanakan tugas jurnalistik?
Jawab: Ya sampai sekarang aku masih terus belajar karena selalu ada yang baru
dan mengikuti perkembangan informasi.
Berikut pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan teori yang digunakan yaitu
kompetensi wartawan :
15. Apakah Anda mengetahui etika-etika dan hukum yang melandasi
jurnalis dalam menjalankan tugas jurnalistik? Apa saja yang Anda ketahui?
Jawab: Wah banyak sih ya, tapi kalau intinya sih berita itu wawancara sama
narasumber bukan kloning dari punya teman. Terus tidak menerima amplop.
Banyak sih ya, perlindungan narasumber kalau memang berita itu bahaya.
16. Bagaimana Anda menjalankan tugas jurnalistik tersebut sesuai dengan
etika yang berlaku?
Jawab: Aku ga menerima amplop sama sekali dalam bentuk apapun walaupun itu
uang transport atau apapun, karena dari kebijakan kantor juga kan ga boleh kita
terima amplop dan dari aku nya juga ga mau untuk terima amplop gitu supaya
beritanya kan tetap netral ya. Cover both side. Terus narasumber, kalau beritanya
memang bahaya, narasumber boleh tidak disebutkan.
17. Bagaimana cara anda untuk menghindari tuntutan hukum dan menjaga
etika profesi selama menjalankan tugas jurnalitik?
Jawab: Kalau aku sih sebagai jurnalis bikin berita sesuai dengan apa yang
diwawancara. Kalau ada berita yang aku kurang yakin aku bisa telepon
narasumbernya berulang kali untuk memastikannya informasinya. Kalau soal
amplop aku ga terima sama sekali, karena kebijakan dari kantor juga ada yang
mengembalikan amplopnya kalau ada yang memaksa aku untuk terima.
18. Bagaimana
problem
yang
dihadapi
selama
menjalankan
tugas
jurnalistik dengan etika-etika dan hukum?
Jawab: Kalau selama ini aku belum menemukan masalah berkaitan dengan hukum
dan etika tapi sempat pas aku tulis feature, mungkin karena orang itu juga ga
ngerti konsep feature seperti apa, tulisanku itu dianggap mencemarkan nama
baiknya. Dan aku sendiri juga cukup sulit untuk menjelaskan bagaimana konsep
feature sama narasumbernya itu, aku akhirnya minta maaf sama narasumbernya
kalau memang kurang berkenan dan akhirnya narasumbernya pun ga ada
tanggapan lagi. Kalaupun sampai ga berkenan kan bisa melayangkan surat ke
Harjo nanti bisa diproses lebih lanjut sama pihak kami. Apalagi kan beritanya juga
sudah disetujui sama redaktur, lagian sama sekali ga ada maksud untuk
menjatuhkan.
19.
Sebagai jurnalis baru, tugas peliputan bidang apa atau ada spesifikasi
tugas yang diberikan dari institusi media Anda?
Jawab: Jurnalis humaniora.
20. Ketika menjalankan tugas jurnalistik di lapangan, mungkin akan
menemui problem, ada hal-hal baru yang sebelumnya belum ada ketahui,
apa saja problemnya?
Jawab: Banyak banget, selalu aku kaya gitu. Misalnya soal narasumber, kendala
awal dulu aku ga tahu harus nemuin kemana. Soal tema liputan juga.
21. Bagaimana cara Anda mengatasinya problem dan ketidaktahuan
tersebut?
Jawab: Soal narasumber aku tanya-tanya. Biasanya sih aku sebelum liputan tuh
berusaha untuk tahu dulu tentang tema liputanku tuh apa, harus bertemu dengan
narasumber dimana. Kalau sampai dadakan ya paling aku googling ya kalau ga
tahu kan cepat sekarang googling lewat hp dimanapun. Dan kadang-kadang untuk
beberapa isu-isu yang hangat aku tanya sama wartawan lain.
Berikut pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan teori berikutnya yang
digunakan yaitu kinerja jurnalistik :
10.
Sebagai jurnalis baru, teknik jurnalistik apa saja yang sudah Anda
kuasai?
Jawab: Meliput, menulis berita mau ga mau aku sudah harus menguasai karena itu
makananku sehari-hari.
11. Bagaimana problem yang dihadapi dalam menjalankan tugas jurnalistik
berkaitan dengan teknik-teknik yang ada?
Jawab: Sejauh ini masih lancar-lancar saja, paling sama redakturku ya, ada
beberapa beritaku yang dianggap kurang mendalam, aku disuruh melengkapi lagi.
Dan sering juga sih aku ditanya sama redakturku tentang berita yang aku liput tuh
gimana biar dia juga ga salah arti tentang beritaku itu. Ya lebih ke beritanya saja
yang kurang lengkap. Kadang aku semdiri pas lagi tulis berita tuh merasa gitu
kalau berita yang aku tulis nih kayaknya bakal ditegur, sudah merasa sendiri gitu.
12. Problem apa saja yang paling sering muncul ketika Anda menjalankan
tugas jurnalistik berkaitan dengan teknik yang ada?
Jawab: Yang paling sering tuh lebih ke agenda aja. Misalnya ada suatu berita
yang harus aku liput terus ternyata ada berita lain juga yang menarik. Dan itu
bentrok. Itu sering sekali, kadang aku bingung harus bagaimana, tapi ya sudah
biasanya yang sudah teragendakan itu yang aku liput, paling-paling besoknya
ditegur kenapa ga meliput berita itu.
13. Selama menjadi jurnalis yang masih terbilang baru, pengalaman apa
yang paling berkesan untuk Anda dan problem tersulit apa yang pernah
Anda hadapi? Bagaimana cara mengatasinya?
Jawab: Kalau misal tulisannya diperhatikan sama orang banyak, dikenal gitu sama
orang. Aku pernah tulis sebuah feature, dan dapat perhatian banyak orang. Senang
saja rasanya.
Problem tersulit tuh membagi waktu ya, aku sampai sekarang masih bingung
mana sih yang prioritas. Berita kan banyak agenda di jam yang sama, aku kadang
bingung harus liputan yang mana, jangan-jangan kalau aku liputan yang satu tapi
ternyata satunya lebih menarik, dan kadang gara-gara hal itu aku juga sering ribut
sama redakturku karena aku belum bisa memutuskan sendiri berita mana yang
lebih prioritas. Sama panik ya, aku orangnya panikan, gara-gara aku panikan
banyak berita yang jadinya malah cuma setengah-setengah, dan aku sering juga
ditegur karena masalah itu. Dan sekarang aku berusaha untuk lebih ga panikan
supaya hasil beritanya juga lebih bagus dan terbukti kok.
Transkrip Wawancara Holy Kartika tanggal 25 Mei 2011
Data Narasumber
Nama
: Holy Kartika N. S
Tempat dan Tanggal Lahir
: Yogyakarta, 21 Desember 1987
Usia
: 23 tahun
Asal
: Yogyakarta
Media
: Harian Jogja
Jabatan dalam media
: Reporter (Pagelaran dan Gaul)
Lama bekerja
: 3 bulan
Pendidikan Terakhir
: S1
Jurusan yang ditempuh
: Ilmu Komunikasi, UPN Veteran, Yogyakarta
Pertanyaan ini diajukan berdasarkan dengan teori yang digunakan untuk
menjawab penelitian ini yaitu jurnalisme :
14. Mengapa Anda tertarik untuk menjadi seorang pekerja media
khususnya sebagai jurnalis?
Jawab: Mungkin karena basic ya, basicnya dulu komunikasi konsentrasinya
jurnalistik. Jadi aku awalnya memang di situ tapi selama aku kuliah aku ikut radio
juga, jadi penyiar dan sesudah itu aku juga sempat magang di koran juga,
magangnya di Radar Jogja selama 2 bulan. Setelah itu aku lanjutin kuliah, skripsi
dan sebagainya. Aku dapat tawaran sebagai penyiar radio di Star FM yang
kemudian dibeli sama Harjo. Dalam perjalanannya setelah aku lulus sekitar 6
bulan aku lamar kerja jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan sebagainya tapi
kayaknya itu bukan jalanku dan passionku tuh di dunia jurnalistik akhirnya aku
masuk Harjo.
15. Apa saja tugas jurnalistik yang sudah dilakukan?
Jawab: Ya liputan, sebagai reporter ya liputan. Dari awal job desk nya sudah di
bagian Pagelaran sama di Gaul, itu rubrik remaja. Selain itu juga menulis berita,
jadi semua wartawan selain liputan juga tulis berita. Jam 2 itu sudah harus ada di
kantor dan jam 4 tuh deadlinenya. Berita yang kita tulis itu lalu diedit sama
redakturnya. Dan kalau menurut redaktur berita yang kita tulis itu ada kurangnya
kita mau tidak mau harus cari lagi informasinya untuk melengkapi, interview lagi
entah by phone atau gimana sampai dapat beritanya.
16. Apakah Anda menemui kesulitan dan permasalahan untuk memenuhi
tugas sebagai jurnalis? Sebutkan!
Jawab: Kalau di lapangan sih banyak ya, kalau di lapangan awalnya memang
bingung. Bingungnya aku karena banyaknya orang yang belum aku kenal, seperti
harus kenal dengan teman-teman jurnalis lainnya. Kendalanya tuh untuk
menyesuiakan diri, masih sulit. Karena dengan kenal dengan jurnalis baru di
lapangan akan memudahkan kerja kita. Biasanya narasumber yang kita
wawancarai kan belum kenal sama kita (jurnalis baru), mereka biasanya
diwawancara sama jurnalis yang sudah lebih lama. Mereka (narasumber)
cenderung liatnya kita masih baru, amatir, dan sebagainya. Kesulitannya kan
ketika aku mau wawancara narasumber, aku bingung harus cari kemana, siapa
yang harus aku temui, awalnya memang bingung di situ. Kalau problem atau
kesulitan lainnya kan dari sini (Harjo) aku harus dapat 4 berita setiap harinya
padahal dalam sehari belum tentu aku dapat 4 berita itu. Apalagi kan kemampuan
nulisnya aku kan masih belum bisa cepat, masih baru, jadi pemahamannya masih
sulit. Nulisnya belum bisa cepat sesuai deadline padahal kantor sudah minta
cepat-cepat. Apalagi kan aku bagian pagelaran itu adanya biasanya malam, dan
untuk bisa survive ya aku harus cari ide-ide kreatif untuk aku tulis.
17. Bagaimana Anda mengatasi kesulitan-kesulitan yang datang pada Anda
selama melaksanakan tugas jurnalistik?
Jawab: Soal deadline itu aku berusaha untuk cepat saja, rajin baca-baca berita,
apalagi kan aku masih baru tulisan masih berantakan jadi dari kantor dikasih buku
pedoman sesuai dengan keinginan penulisan berita yang diinginkan oleh Harjo,
buku itu untuk kita baca-baca. Selain itu juga aku rajin baca koran, baca tulisan
teman. Untuk kesulitan di lapangan, itu balik lagi ke diri aku sendiri, kepercayaan
diri aku, biasanya aku masih takut, jadi sekarang aku tetap jalan aja, ga malu
untuk bertanya.
Berikut pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan teori yang digunakan yaitu
kompetensi wartawan :
22. Apakah Anda mengetahui etika-etika dan hukum yang melandasi
jurnalis dalam menjalankan tugas jurnalistik? Apa saja yang Anda ketahui?
Jawab: Secara garis besar aja sih yang nampak keliatan. Kita sebagai wartawan
memang harus kroscek data. Terus etika lainnya ya kita ga terima amplop ya.
23. Bagaimana Anda menjalankan tugas jurnalistik tersebut sesuai dengan
etika yang berlaku?
Jawab: Masyarakat umum masih beranggapan kalau wartawan itu doyan amplop,
padahal ga semua wartawan seperti itu jadi kalau ada jumpa pers kadang
narasumber kan suka seperti kasih uang dan kita ga terima itu. Kadang amplopnya
itu diselipkan di map, materi press release jadi kadang aku ga tahu dan kalau
sudah begitu ada wewenang dari kantor diurus untuk proses pengembaliannya.
Etika lainnya ya berita itu ga hanya satu side aja jadi kalau bisa dari berbagai side.
Dan harus tulis berita sesuai dengan fakta yang ada.
24. Bagaimana cara anda untuk menghindari tuntutan hukum dan menjaga
etika profesi selama menjalankan tugas jurnalitik?
Jawab: Kalau aku sih balik lagi ya untuk kroscek data ya, aku lebih senang
merekam ya jadi biar ga ada yang salah tapi juga sebisa mungkin aku rekam di
memori aku ya.
25. Bagaimana
problem
yang
dihadapi
selama
menjalankan
tugas
jurnalistik dengan etika-etika dan hukum?
Jawab: Dulu pernah ada narasumber yang complain, berita yang aku tulis
dipersepsikan lain oleh narasumber itu padahal aku juga sudah tulis sesuai dengan
apa yang dia (narasumber) katakan tapi cara penulisanku yang dianggap lain oleh
mereka. Dari situ aku belajar untuk bagaimana caranya bisa meredam ini, ya
sudah aku minta maaf dan solusi lainnya juga aku diskusikan dengan redaktur.
Sebagai jurnalis baru aku banyak diskusi dengan redaktur karena banyak hal yang
aku ga tahu. Hal itu karena atasan kita juga kan ga melepas aku begitu saja,
mereka tanggung jawab juga. Problem lainnya di lapangan ya sulit untuk bertemu
dengan narasumber apalagi aku di bagian pagelaran, narasumberku kebanyakan
artis kan susah padahal aku butuh berita dia. Kalau problem yang berkaitan
dengan hukum sejauh ini aku belum pernah.
26.
Sebagai jurnalis baru, tugas peliputan bidang apa atau ada spesifikasi
tugas yang diberikan dari institusi media Anda?
Jawab: Aku di bagian pagelaran dan gaul.
27. Ketika menjalankan tugas jurnalistik di lapangan, mungkin akan
menemui problem, ada hal-hal baru yang sebelumnya belum anda ketahui,
apa saja problemnya?
Jawab: Pernah. Waktu itu aku ga tahu ada launching icon baru FKY, aku ga tahu
infonya, ada jumpa pers. Sedangkan waktu itu aku lagi liputan hal lain. Dan pada
saat itu aku dapat info itu dari wartawan lain. Aku coba hubungin partnerku yang
satu lagi untuk liputan tapi entah kenapa partnerku itu ga liput. Esokannya ada
berita itu muncul di media lain, dan redaktur pelaksanaku tahu dan aku ditanyain.
Akhirnya aku dapat rilisnya dikirim ke emailku akhirnya aku buat beritanya tapi
dari situ sebenarnya ada ruginya juga karena aku sudah kecolongan berarti. Itu
fatal, itu penting juga, jadinya berita yang aku tulis kan jadi kurang menarik lagi.
Pernah juga ada satu event yang ga kita liput itu karena aku sama partnerku lagi
sakit, tapi ya udah kita ga bisa berbuat apa-apa dan itu dapat complain juga.
7. Bagaimana cara Anda mengatasinya problem dan ketidaktahuan
tersebut?
Jawab: Jadi dari situ aku belajar untuk lebih bisa kerja sama dengan partnerku
supaya hal itu ga terulang lagi.
Berikut pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan teori berikutnya yang
digunakan yaitu kinerja jurnalistik :
14.
Sebagai jurnalis baru, teknik jurnalistik apa saja yang sudah Anda
kuasai?
Jawab: Mungkin pendekatan dengan narasumber ya. Aku kan latar belakangnya
dari radio, jadi pendekatannya kan beda dengan surat kabar. Jadi di lapangan itu
aku dapat banyak belajar bagaimana sih menghadapi narasumber ga hanya teori
aja. Aku juga harus cari informasi dulu tentang narasumber kita itu supaya
pertanyaan kan dapat berkembang juga waktu wawancara.
15. Bagaimana problem yang dihadapi dalam menjalankan tugas jurnalistik
berkaitan dengan teknik-teknik yang ada?
Jawab: Dulu aku pernah waktu liputan mau wawancara orang tapi aku ga tahu
siapa orang itu. Jadi harus cari informasi tentang narasumbernya ke berbagai
sumber.
16. Problem apa saja yang paling sering muncul ketika Anda menjalankan
tugas jurnalistik berkaitan dengan teknik yang ada?
Jawab: Masalah saat wawancara mungkin blank ya, jadi pada saat wawancara itu
pertanyaan yang mau aku tanya itu lupa dan aku harus fokus lain kali. Dan aku
adalah salah satu wartawan yang terlalu mengandalkan alat perekam, sebenarnya
yang diperlukan itu ga cuma alat saja tapi juga otak kita sendiri untuk mengingat.
Karena pernah aku wawancara narasumber tapi ternyata tidak terekam di alat itu,
dan aku kaget. Tapi akhirnya aku masih ingat apa yang tadi aku wawancara. Dari
situ aku belajar ga hanya mengandalkan alat perekam saja tapi juga ingatanku
sendiri dan catatan hasil wawancara.
17. Selama menjadi jurnalis yang masih terbilang baru, pengalaman apa
yang paling berkesan untuk Anda dan problem tersulit apa yang pernah
Anda hadapi? Bagaimana cara mengatasinya?
Jawab: Pengalaman berkesan, aku bisa kenal banyak orang, aku bisa tahu banyak
hal, aku bisa menjalin banyak relasi, di complain, banyak lah. Problem yang
menurut aku paling sulit itu yang namanya harus menggenapi 4 berita.
Sebenarnya problem yang aku sulit itu di rubrik gaul tentang fashion, aku susah
untuk cari model anak SMA yang fotogenik. Aku ga punya kenalan anak SMA,
aku ga tahu perkembangan fashion anak SMA. Dan itu tantangan buat aku
sebenarnya. Dan sampai sekarang ini itu sebenarnya problem yang paling sulit
buat aku dan masih mengganggu aku sebenarnya. Dan untuk kejar deadline juga
masih sulit karena aku masih sulit untuk tulis cepat. Untuk penulisan, aku masih
sulit juga karena bahasaku masih belum bisa yang melow, jadi sampai saat ini aku
maih belajar.
Transkrip Wawancara Rosihan Anwar tanggal 26 Mei 2011
Data Narasumber
Nama
: Rosihan Anwar
Tempat dan Tanggal Lahir
: Cilacap, 12 Juli 1982
Usia
: 28
Asal
: Cilacap
Media
: Bernas Jogja
Jabatan dalam media
: staf redaksi, jurnalis
Lama bekerja
: 8bulan
Pendidikan Terakhir
: S1
Jurusan yang ditempuh
: Komunikasi dan Penyiaran Islam
Pertanyaan ini diajukan berdasarkan dengan teori yang digunakan untuk
menjawab penelitian ini yaitu jurnalisme :
18. Mengapa Anda tertarik untuk menjadi seorang pekerja media
khususnya sebagai jurnalis?
Jawab: Ada keinginan dan cita-cita saya sebagai wartawan. Dulu saya ga di sini
tapi sebagai editor di penerbitan. Lalu saya ditawari kerja sama salah satu jurnalis
senior di sini dan cita-cita saya juga sebagai jurnalis.
19. Apa saja tugas jurnalistik yang sudah dilakukan?
Jawab: Kalau saya hampir semuanya sudah saya lakukan. Dalam artian investigasi
sudah, berbagai pemberitaan sudah sampai wawancara mendalam juga sudah. Dan
untuk semua desk juga saya sudah semua, dari mulai olahraga, keluarga, wanita,
anak-anak, kriminal, hukum, pendidikan juga, dan semua daerah di sini juga
sudah dari Bantul, Sleman, kota.
20. Apakah Anda menemui kesulitan dan permasalahan untuk memenuhi
tugas sebagai jurnalis? Sebutkan!
Jawab: Kalau saya permasalahan pertama kan keterbukaan dari narasumber. Tidak
semua sumber informasi itu memberikan informasi seluas-luasnya. Terus kedua,
sumber informasi itu terkadang memberikan informasi yang tidak benar tujuannya
mungkin untuk menutupi atau membingungkan atau kamuflase. Dan ketiga,
masyarakat kita terkadang malu saat ditanya oleh wartawan, misalnya dulu pernah
aku meliput soal Merapi, aku kesulitan untuk menguak informasi. Kalau masalah
dari kantor ga terlalu banyak masalah sih, hanya fasilitas saja yang kurang
lengkap yang ada di sini, tapi ga jadi masalah buat saya.
21. Bagaimana Anda mengatasi kesulitan-kesulitan yang datang pada Anda
selama melaksanakan tugas jurnalistik?
Jawab: Untuk narasumber suatu hal yang paling penting itu pendekatan ya. Ya
mungkin kita bisa basa basi dulu, nanti kalau sudah akrab kan lebih enak ya untuk
menginterograsi. Apalagi untuk kasus atau hal-hal yang lebih sensitif seperti
penyelewengan, korupsi, kita berbicara harus lebih hati-hati, jangan seperti
wartawan tapi lebih seperti teman saja supaya mereka lebih terbuka.
Berikut pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan teori yang digunakan yaitu
kompetensi wartawan :
28. Apakah Anda mengetahui etika-etika dan hukum yang melandasi
jurnalis dalam menjalankan tugas jurnalistik? Apa saja yang Anda ketahui?
Jawab: Seharusnya tahu, dan saya pribadi tahu karena sebelumnya kan kita di
training terlebih dahulu, dan kita juga dibagikan copyan dari kode etik jurnalistik,
dan dari situ disuruh untuk mempelajari, memahami dan sudah kewajiban untuk
tahu.
29. Bagaimana Anda menjalankan tugas jurnalistik tersebut sesuai dengan
etika yang berlaku?
Jawab: Sebenarnya etika ini kan yang paling penting kan mencari informasi terus
yang kedua kita berhubungan dengan sumber informasi dan bagaimana kan relasi
dan hubungan dengan sumber informasi. Ada kategori sumber berita yang ingin
ada sebuah informasi yang tidak disebarkan, off the record, kita harus
menghormati. Ada timbal baliknya lah satu sama lain.
30. Bagaimana cara anda untuk menghindari tuntutan hukum dan menjaga
etika profesi selama menjalankan tugas jurnalistik?
Jawab: Ada juga, contohnya amplop lah, bagaimana kapasitas kita dan etika kita
untuk menerima atau menolak. Kadang ada pertentangan dalam batin kita, saya
mengatasinya dalam apa itu diberikan, misal kita meliput suatu event olahraga,
saya rasa wajar kalau kita diberi uang transport istilahnya, tapi kalau liputan yang
ada tendensi tertentu kan misalnya mereka mau ada jumpa pers mereka kasih
amplop agar pemberitaan sesuai dengan keinginan mereka, dan itu saya tidak
setuju. Kebebasan dan independensi menulis harus diutamakan.
31. Bagaimana
problem
yang
dihadapi
jurnalistik dengan etika-etika dan hukum?
selama
menjalankan
tugas
Jawab: Segi hukum, misalnya kita mau liput soal BPK, kita butuh data-data yang
berkaitan dengan itu, kadang kita dipersulit. Sebenarnya itu jadi problem
tersendiri juga, ya itu kan birokrasi lah, yang namanya birokrasi kan agak sulit
juga, mereka ingin pencitraan mereka baik. Kejelekan kadang mereka tutupin, ya
itu jeleknya.
32.
Sebagai jurnalis baru, tugas peliputan bidang apa atau ada spesifikasi
tugas yang diberikan dari institusi media Anda?
Jawab: Fleksibel saja, hampir semua desk saya sudah jalani. Dan sekarang saya
fleksibel saja.
33. Ketika menjalankan tugas jurnalistik di lapangan, mungkin akan
menemui problem, ada hal-hal baru yang sebelumnya belum ada ketahui,
apa saja problemnya?
Jawab: Ya banyak. Misalnya lokasi, saya sering yang namanya kesasar apalagi
waktu saya di Bantul. Atau suatu informasi yang masih rancu.
34. Bagaimana cara Anda mengatasinya problem dan ketidaktahuan
tersebut?
Jawab : Ya tanya-tanya kalau soal lokasi, dan untuk cari informasi kita harus
konfirmasi sana sini, atau tanya dengan wartawan lain.
Berikut pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan teori berikutnya yang
digunakan yaitu kinerja jurnalistik :
18.
Sebagai jurnalis baru, teknik jurnalistik apa saja yang sudah Anda
kuasai?
Jawab: Hampir semuanya yang sudah diajarkan sudah saya praktekan ya, cover
both story, dan sebagainya.
19. Bagaimana problem yang dihadapi dalam menjalankan tugas jurnalistik
berkaitan dengan teknik-teknik yang ada?
Jawab : problemnya bukan ke teknik ya tapi lebih ke space. Kita ga punya space
yang terlalu besar di koran, 20 halaman-24 halaman. Jadi kalau misal kita buat
feature ga bisa terlalu banyak. Itu problemnya. Jadi kurang bisa detail saja.
20. Problem apa saja yang paling sering muncul ketika Anda menjalankan
tugas jurnalistik berkaitan dengan teknik yang ada?
Jawab: Yang paling sering muncul, bagaimana kita mengeksplorasi ide supaya
kita tidak kalah dengan media lain. Namanya koran kan berita itu hanya berlaku
satu hari, bagaimana kita cari aktualitas, punya berita yang bijak, juga menarik
beritanya. Kita kehabisan ide itu bisa. Terus juga kan kalau kita mau liput berita di
instansi pemerintahan, kan mereka hanya dari Senin sampai Jumat, kadang itu
juga jadi masalah, jadi sulit.
21. Selama menjadi jurnalis yang masih terbilang baru, pengalaman apa
yang paling berkesan untuk Anda dan problem tersulit apa yang pernah
Anda hadapi? Bagaimana cara mengatasinya?
Jawab: Ya di Merapi. Waktu itu saya baru masuk satu bulan. Saya lebih condong
ke investigasinya sama feature, jadi setiap hari saya harus keliling dari barak ke
barak, terus melihat kehidupan nyata mereka, realitas yang terjadi. Saya pernah
wawancara salah satu mahasiswa UAD (Universitas Ahmad Dahlan) yang
kehilangan ayahnya karena waktu itu ayahnya mengikuti Mbah Marijan yang ga
mau ikut turun, saya menceritakan kesedihannya dalam sebuah feature, itu jadi
sisi berita yang menarik.
Problem yang paling sulit, aktualitas sama eksplorasi ide. Jadi kita tidak bisa
berangkat tanpa ide. Kita pagi berangkat harus disertai dengan ide. Kalau kita
punya ide untuk meliput suatu berita maka berita lain akan menyusul. Kita harus
tahu apa yang mau kita tanyakan pada narasumber, ga mungkin kita berangkat
tanpa bekal ide itu karena bisa saja ada wartawan lain yang bisa melontarkan
pertanyaan bagus. Jadi ide itu penting.
Transkrip Wawancara dengan Dian Pramudita 28 Mei 2011
Data Narasumber
Nama
: Dian Pramudita
Tempat dan Tanggal Lahir
: Surakarta, 31 Maret 1985
Usia
: 27 tahun
Asal
: Yogyakarta
Media
: Bernas Jogja
Jabatan dalam media
: jurnalis
Lama bekerja
: 8 bulan
Pendidikan Terakhir
: S1
Jurusan yang ditempuh
: Ilmu komunikasi, jurnalisme
Pertanyaan ini diajukan berdasarkan dengan teori yang digunakan untuk
menjawab penelitian ini yaitu jurnalisme :
22. Mengapa Anda tertarik untuk menjadi seorang pekerja media
khususnya sebagai jurnalis?
Jawab: Ketertarikan saya sejak umur 16 tahun, saya sudah mulai suka sama media
pas SMA ikut ekstrakulikuler media. Lalu lulus SMA keterima di komunikasi
ambil jurnalisme. Ingin mengembangkan hobi saya yang suka menulis, padahal
dulu saya ga bisa menulis tapi saya belajar. Bagaimana menulis itu, menulis untuk
publik dan harus ada kode etik yang dipegang. Seperti adanya amplop, dalam diri
saya ga terima itu. Karena independensi menulis harus tetap diutamakan.
23. Apa saja tugas jurnalistik yang sudah dilakukan?
Jawab: saya reporter. Cari berita, liputan indepth, menulis berita dan fotografi.
24. Apakah Anda menemui kesulitan dan permasalahan untuk memenuhi
tugas sebagai jurnalis? Sebutkan!
Jawab: Tentu saja ada. Misalnya mekanisme dalam menulis, secara teknik
penulisan dari ms word dipindah ke teknologi sebelumnya wp 5, sulit juga harus
adaptasi lagi dan juga teknik-teknik untuk mendekati sumber berita, cara menulis
berita yang mengandung nilai berita itu seperti apa, mencari angle yang tepat,
untuk kepentingan publik seperti apa.
25. Bagaimana Anda mengatasi kesulitan-kesulitan yang datang pada Anda
selama melaksanakan tugas jurnalistik?
Jawab: Cara mengatasinya ya belajar, dengan bergaul dengan orang lain, sharing
dan bertukar pengalaman dan itu salah satu untuk mengatasinya. Dan setelah itu
kita belajar sendiri, merangkai sendiri.
Berikut pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan teori yang digunakan yaitu
kompetensi wartawan :
35. Apakah Anda mengetahui etika-etika dan hukum yang melandasi
jurnalis dalam menjalankan tugas jurnalistik? Apa saja yang Anda ketahui?
Jawab: Sembilan elemen jurnalisme.
36. Bagaimana Anda menjalankan tugas jurnalistik tersebut sesuai dengan
etika yang berlaku?
Jawab: Nah, banyak tantangan, banyak godaan, ketika kita terjun di lapangan, itu
tidak sesuai dengan etika kita misalnya diberi amplop, kita harus punya prinsip.
37. Bagaimana cara anda untuk menghindari tuntutan hukum dan menjaga
etika profesi selama menjalankan tugas jurnalitik?
Jawab: Kembali lagi ke keinginan awal kita sebagai jurnalis, ingin mencari
keuntungan atau ingin menyuarakan kebenaran. Itu pilihan. Makanya etika itu
harus dipegang, tolak sama sekali amplop itu, soalnya riskan sekali sekarang soal
amplop. Harus punya komitmen dan prinsip.
38. Bagaimana
problem
yang
dihadapi
selama
menjalankan
tugas
jurnalistik dengan etika-etika dan hukum?
Jawab: Membedakan antara jangan diberitakan dan off the record. Off the record
itu hak narasumber, tapi kalau jangan diberitakan itu bisa dua kemungkinan,
memang off the record atau narasumber mencegah kita, menghalangi untuk
menyuarakan kebenaran.
39.
Sebagai jurnalis baru, tugas peliputan bidang apa atau ada spesifikasi
tugas yang diberikan dari institusi media Anda?
Jawab: Jurnalis kota.
40. Ketika menjalankan tugas jurnalistik di lapangan, mungkin akan
menemui problem, ada hal-hal baru yang sebelumnya belum ada ketahui,
apa saja problemnya?
Jawab: Masalah narasumber. Kebanyakan itu saya kehabisan ide ya, saya kan baru
pemula ya. Hambatan yang paling susah di lapangan itu, aku ga tahu harus
berbuat apa kalau narasumber minta untuk off the record. Atau narasumber minta
untuk tidak diberitakan, padahal itu berita yang menarik dan untuk kepentingan
publik. Ya itu tadi bingung antara tidak ingin diberitakan dan off the record.
41. Bagaimana cara Anda mengatasinya problem dan ketidaktahuan
tersebut?
Jawab: Cari narasumber lain yang mungkin berkompeten sama. Saya tetap
mengangkat beritanya tapi atas nama dia saya tidak memberitakan. Kalau berita
itu untuk kepentingan publik, dia ga punya hak untuk bilang jangan diberitakan.
Tapi kalau dia minta off the record, dia punya hak, kata-kata dia ga boleh
diomongin. Kalau dia bilang jangan diberitakan beda dengan dia bilang off the
record. Aku berusaha mencari narasumber lain karena tugas jurnalis itu mengacu
pada kebenaran.
Berikut pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan teori berikutnya yang
digunakan yaitu kinerja jurnalistik :
22.
Sebagai jurnalis baru, teknik jurnalistik apa saja yang sudah Anda
kuasai?
Jawab: Meliput, menulis berita, fotografi jurnalistik udah bisa terus hard news,
soft news, feature, biasa itu untuk aku. Tapi kalau investigasi untuk penelitian aku
belum sampai situ.
23. Bagaimana problem yang dihadapi dalam menjalankan tugas jurnalistik
berkaitan dengan teknik-teknik yang ada?
Jawab: Ya, antara kepentingan ideologi media dan ideologi wartawan. Jadi apa
yang menurut kita bagus tapi menurut media ga, ya jadi ga diberitakan, diedit.
Dan sering sekali seperti itu. Akan lebih baik sebenarnya kalau tidak diedit lagi.
Dan pelatihan jurnalistiknya masih kurang, bergaul dengan wartawan lain, ikut
organisasi wartawan.
24. Problem apa saja yang paling sering muncul ketika Anda menjalankan
tugas jurnalistik berkaitan dengan teknik yang ada?
Jawab: Ya mungkin ide juga ya. Paling sering apa ya, ya paling tepat waktunya
untuk deadline, karena kita bukan media online, dan aku harus menyesuaikan
untuk diriku sendiri untuk tepat waktu dan aku ga dapat cuti di sini. Hanya pas
sakit aku bisa libur. Masalah waktu untuk refreshing tidak ada dan finansial untuk
kebutuhan liputan masih kurang juga.
25. Selama menjadi jurnalis yang masih terbilang baru, pengalaman apa
yang paling berkesan untuk Anda dan problem tersulit apa yang pernah
Anda hadapi? Bagaimana cara mengatasinya?
Jawab: Berkesan ya? Hmm, ikut terlibat dalam liputan Merapi waktu itu, dengan
sejumlah pejabat, ada pengalaman tersendiri lah. Problem paling susah. Untuk
memenuhi headline mendekati jam-jam malam kalau udah jam 12 malam, kadang
kan ada peristiwa yang terjadi malam hari, kadang juga harus liputan pagi.
Transkrip Wawancara dengan Ichsan Muttaqin pada 29 mei 2011
Data Narasumber
Nama
: Ichsan Muttaqin
Tempat dan Tanggal Lahir
: Jakarta, 19 Februari 1985
Usia
: 26 Tahun
Asal
: Bantul
Media
: Bernas Jogja
Jabatan dalam media
: wartawan
Lama bekerja
: 7 bulan
Pendidikan Terakhir
: D III
Jurusan yang ditempuh
: Jurnalistik
Pertanyaan ini diajukan berdasarkan dengan teori yang digunakan untuk
menjawab penelitian ini yaitu jurnalisme :
26. Mengapa Anda tertarik untuk menjadi seorang pekerja media
khususnya sebagai jurnalis?
Jawab: Pekerjaan ini menjanjikan kesempatan untuk terus mengasah dan
mengembangkan
pengetahuan
dan
potensi
diri.
Selain
itu,
memiliki
fungsi dan peran vital dalam membangun masyarakat.
27. Apa saja tugas jurnalistik yang sudah dilakukan?
Jawab: Meliput dan menulis berita.
28. Apakah Anda menemui kesulitan dan permasalahan untuk memenuhi
tugas sebagai jurnalis? Sebutkan!
Jawab: Iya. Menembus narasumber baru.
29. Bagaimana Anda mengatasi kesulitan-kesulitan yang datang pada Anda
selama melaksanakan tugas jurnalistik?
Jawab: Terus belajar. Mencari semua informasi pendukung untuk dapat
menembusnya – caranya dengan semakin menambah jaringan wartawan.
Berikut pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan teori yang digunakan yaitu
kompetensi wartawan :
42. Apakah Anda mengetahui etika-etika dan hukum yang melandasi
jurnalis dalam menjalankan tugas jurnalistik? Apa saja yang Anda ketahui?
Jawab: Dasar hukum kerja jurnalistik terdapat pada UUD pasal 28 dan
UU no 40 tahun 1999 (isi tak dapat mengingat kata-perkata), intinya
kerja
jurnalis
adalah
mendidik
masyarakat
dan
pengawasan
terhadap
kinerja pemerintahan. Sedang landasan etik kerja diatur dalam berbagai
kode etik baik
lain.
Dalam
melainkan
dari AJI, PWI maupun organisasi kewartawanan yang
hal
lebih
ini,
saya
menekankan
tidak
mengikuti
salah
pada
semangad
pers
satu
untuk
organisasi,
memberi
pencerahan, pengetahuan, dan mendorong kemajuan dengan tanpa menyalahi
aturan perusahaan.
43. Bagaimana Anda menjalankan tugas jurnalistik tersebut sesuai dengan
etika yang berlaku?
Jawab: Dengan tetap mengingat cita-cita dasar jurnalisme.
44. Bagaimana cara anda untuk menghindari tuntutan hukum dan menjaga
etika profesi selama menjalankan tugas jurnalitik?
Jawab: Memperkuat berita (fakta) dari sumber terpercaya dan dapat
dibuktikan secara umum.
45. Bagaimana
problem
yang
dihadapi
selama
menjalankan
tugas
jurnalistik dengan etika-etika dan hukum?
Jawab :
46.
Sebagai jurnalis baru, tugas peliputan bidang apa atau ada spesifikasi
tugas yang diberikan dari institusi media Anda?
Jawab: Pada 3 bulan pertama, saya bebas menentukan bidang dan area
liputan
(floating),
ketika
itu
saya
memilih
area
bantul
dan
bidang
sosial politik dan lingkungan sebagai bidang pilihan. Sesudahnya, saya
ditempatkan sebagai wartawan untuk desk bisnis dan ekonomi hingga
sekarang.
47. Ketika menjalankan tugas jurnalistik di lapangan, mungkin akan
menemui problem, ada hal-hal baru yang sebelumnya belum ada ketahui,
apa saja problemnya?
Jawab: Dua problem mendasar yang saya hadapai ketika saya memulai
sebagai wartawan bisnis ekonomi adalah tidak adanya link yang saya
kenal dalam bidang ini. Adapun yang kedua, bidang ekonomi merupakan
bidang
yang
pengetahuan
paling
dasar
tidak
saya
sukai
mengenai
hal
semenjak
itu
SLTP,
sangat
sehingga
minim.
48. Bagaimana cara Anda mengatasinya problem dan ketidaktahuan
tersebut?
Jawab: Terus bertanya pada yang lebih berpengalaman dan membaca semua
sumber
informasi
ekonomi
bisnis,
terkait
hal
itu.
undang-undang
dan
Dimulai
dari
peraturan
media
terkait
masa
dan
khusus
buku-buku
terkait.
Berikut pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan teori berikutnya yang
digunakan yaitu kinerja jurnalistik :
26.
Sebagai jurnalis baru, teknik jurnalistik apa saja yang sudah Anda
kuasai?
Jawab: Agak sulit membedakan teknik berdasar teknik liputan. Tapi
berdasar tulisan, saya menguasai penulisan straight news, feature, dan
dept news. Adapun investigasi terlalu sulit dilakukan di sebuah media
harian, terlebih memiliki kebijakan redaksional seperti Bernas Jogja.
27. Bagaimana problem yang dihadapi dalam menjalankan tugas jurnalistik
berkaitan dengan teknik-teknik yang ada?
Jawab:
Dalam
memulainya
melakukan
dari
observasi,
peliputan
berita,
wawancara
seorang
dan
analisis
wartawan
data.
harus
Problem
tersulit adalah mengungkap data yang sengaja ingin disembunyikan dari
narasumber utama.
28. Problem apa saja yang paling sering muncul ketika Anda menjalankan
tugas jurnalistik berkaitan dengan teknik yang ada?
Jawab: Sulitnya menemui narasumber dan narasumber yang bungkam.
29. Selama menjadi jurnalis yang masih terbilang baru, pengalaman apa
yang paling berkesan untuk Anda dan problem tersulit apa yang pernah
Anda hadapi? Bagaimana cara mengatasinya?
Jawab: Semua pengalaman berkesan. Problem yang penah dihadapi adalah
ketika saya diserahi tanggung jawab untuk mengisi satu halaman penuh
rubrik info techno yang terbit setiap hari senin. Tekanan dead-line
bahkan pernah membuat saya melakukan kesalahan fatal dengan membuat
berita tanpa ijin pemberitaan dari narasumber terkait. Namun seiring
berjalannya waktu, hal itu menjadi pengalaman paling berkesan bagi
saya.
(kebodohan
yang
menunjukkan
jalan).
COMPANY PROFILE
PROFIL HARIAN JOGJA
Harian Jogja diterbitkan perdana pada tanggal 20 Mei 2008, bersamaan
dengan
hari
Kebangkitan
Nasional,
oleh
kelompok
penerbit Bisnis
Indonesia. Surat kabar ini menjadi koran komunitas ketiga dari grup itu
setelah Solopos Solo dan Monitor Depok Jawa Barat.
Harian Jogja dikemas untuk bisa dekat dengan karakter Jogja. Gaya
penulisan, penggunaan tata warna, begitu dominan aspek local budaya Jogja.
Menjadikan koran ini sebagai bagian Jogja pun, tercermin dari usul sapaan dari
pembaca atas koran ini dengan panggilan Harjo (Dika harjo, Mbah harjo, Pakde
Harjo, Ki harjo). Sebuah nama tradisional setempat yang begitu akrab.
Wilayah edar : provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah (Kota Jogja,
Sleman, Bantul, Kulonprogo, Gunung Kidul, Magelang, Purworejo, Klaten dan
Solo).
Sejarah Harian Jogja
Dari gedung berlantai tiga di Perempatan Kentungan, Jl. Kaliurang
Sleman, inilah inspirasi untuk membuat sebuah koran baru di Jogja muncul.
Berdasarkan data Nielsen Media Research, terungkap bahwa secara persentase,
masyarakat Jogja dan sekitarnya merupakan komunitas pembaca media tertinggi
di Indonesia.
Saat itu, tepat pada 17 Agustus 2007, Lulu Terianto dan Ahmad Djauhar
sedang iseng mencari lokasi untuk kantor perwakilan Bisnis di Jogja. Pak
Sugiharto Gunawan dari Maestro 90 menawarkan lokasi di Kentungan ini, dengan
harga sekitar Rp4,5 miliaran. “Tapi, apa iya kita butuh kantor sebesar itu,” ujar
Lulu bernada tanya. Djauharmengiyakan, “asal sekalian dengan membuat koran
baru.”
Pertukaran wacana pun terjadi, meski hanya terbatas pada beberapa
kepala. Ketika hal itu disampaikan ke Bambang Natur, dia pun merespons positif,
“Wah, berani deh. Muhaimin dan Toto Iman Suparto [keduanya eks-Bisnis
Indonesia] saja berani membikin koran baru di Solo, masa’ kita tidak berani.”
Dari rapat direksi PT JAG 24 Oktober 2008, dimulailah rencana pendirian
koran baru di Jogja. Mulailah dipersiapkan tim untuk membuat studi kelayakan
koran baru di Jogja. Nama awal yang diusulkan adalah Jogjapos. Maka
dibentuklah tim beranggotakan Djauhar (sebagai pemimpin proyek), Y.A.
Sunyoto (yang ketika itu menjabat sebagai Pemimpin Redaksi
Harian Monitor Depok), Yosep Bayu Widagdo (Redaktur Keuangan), Tomy
Sasangka
(Asisten
Redaktur
Umum/Politik),
Engky
Harnani
(Manajer
Pemasaran), dan Shanty Rahayu (Manajer Keuangan).”
Laporan rinci tentang rencana pendirian koran baru di Jogja kepada
Pemimpin Umum dan Pemimpin Perusahaan Bisnis Indonesia disampakam pada
5 April 2008.Pemimpin Umum pada prinsipnya mendukung gagasan tersebut.
Saat itu, disepakati pula nama PT yang akan dibentuk adalah PT Aksara Dinamika
Jogja.
Senin, 19 Mei 2008, diselenggarakanlah acara peluncuran Harian Jogja di
Bangsal Kepatihan yang dihadiri oleh Sri Sultan Hamengku Buwana X dan GKR
Hemas
serta
sejumlah
komisaris
dan
Direksi Bisnis
Indonesia maupun
Direksi Solopos untuk menyambut penerbitan perdana koran yang dimotori Y.A.
Sunyoto, Y. Bayu Widagdo, Adhitya Noviardi, dan Engky Harnani tersebut
keesokan harinya, 20 Mei 2008.
Hal yang cukup membanggakan pada Harjo—demikian masyarakat Jogja
menyebut Harian Jogja—adalah dalam tempo singkat, selain menjadi trendsetter,
juga koran peringkat kedua untuk pasar media cetak di DIY. Kini di tahun ketiga
operasionalnya, selain memiliki Stasiun Radio Star FM Jogja (didukung 26
karyawan), Harian Jogja yang kini melibatkan 80 karyawan itu juga memiliki
saudara kembar Harian Jogja Express—format sederhana dari koran reguler
dengan harga separuh lebih.
VISI
Mengawal dinamika dan nilai luhur budaya masyarakat Yogyakarta dan
sekitarnya.
MISI
1. Memberikan pilihan bagi komunitas Yogyakarta yang makin majemuk.
2. Memacu semangat masyarakat untuk membangun wilayah secara mandiri.
3. Menyebarkan romantisme ke-jogja-an bagi warga yang pernah memiliki
keterpautan dengan wilayah ini.
4. Meningkatkan daya kritis masyarakat untuk mencapai cita-cita menuju bangsa
yang cerdas.
TIPE PEMBACA
1. Pembaca berusia produktif.
2. Pembaca usia muda di Harian Jogja cukup kuat dan mereka cenderung
mengikuti berita olahraga sebagai pilihan bacaan utama.
3. Pembaca
cenderung
kritis
terhadap
sajian
berita.
Mereka
antusias
mengomentari permasalahan publik melalui SMS yang dikirim ke redaksi.
4. Pembaca mempersepsikan Harian Jogja sebagai korna baru yang bias
menangkap makna kekhasan Jogja.
CIRI CIRI PRODUK
1. Koran komunitas untuk pembaca di provinsi Jogja, berpopulasi 3 jutaan jiwa.
2. Komposisi isi berita : nasional 45 % dan local 55 %.
3. Terbit 7 kali seminggu, jumlah halaman rata-rata 24.
4. Konfigurasi halaman dan seksi : seksi satu berita nasional dan seksi dua berita
lokal.
5. Rubrik olahraga dominan (sekitar 21%) dari total jumlah halaman.
6. Liptab peralatan komunikasi seperti handphone, komputer, alat elektronik
disajikan rutin setiap hari.
7. Mengakomodasikan aspirasi public sekitar 30-40 SMS dari warga berisi
keluhan atau opini mereka terhadap berbagai soal, disajikan tiap hari.
DISTRIBUSI EDAR HARIAN JOGJA
Kota Yogyakarta
30 %
Kab Sleman
25 %
Kab Bantul
28 %
Kab Kulonprogo
4%
Kab Gunung Kidul
5%
Purworejo, Muntilan, Magelang, Klaten
8%
RUBRIKASI
Seksi Satu
Nusaraya (Liputan Nasional)
Bisnis (Liputan Ekonomi Nasional)
Aspirasi (Artikel Opini)
Jagat (Liputan Internasional)
Pagelaran (Liputan Budaya dan Hiburan)
Olahraga
Sport Jogja
Sepakbola
Seksi Dua
Jogjapolitan ( Liputan Kota Yogyakarta & sekitarnya)
Jogja
Sleman
Bantul
Gunung Kidul
Kulonprogo
Dulangsoklat (Liputan seputar kota Magelang, Purworejo, Solo, Klaten)
Tematik (Sains, Teknologi, Biwara, Belanja, Otomotif)
Bisnis Jogja (Liputan Ekonomi Kota Yogyakarta)
Humaniora (Liputan Pendidikan)
Harjo Forum/Ponsel
Gaul
KONTAK
PT AKSARA DINAMIKA JOGJA
Jl MT Haryono No 7B
Yogyakarta
No Telp. (0274) 384919 Hunting
Fax (0274) 411934, 411914
Email
: [email protected], [email protected], [email protected]
STRUKTUR ORGANISASI
Pemimpin Umum:
Prof. DR. H. Sukamdani S. Gitosardjono.
Wakil Pemimpin Umum:
Danie H Soe’oed
Pemimpin Perusahaan:
Bambang Natur Rahadi
Wakil Pemimpin Perusahaan:
Endy Subiantoro
Direksi:
Lulu Terianto (Presiden Direktur), Danie H Soe’oed,
Bambang Natur Rahadi.
Pemimpin Redaksi:
Y. Bayu Widagdo.
Wakil Pemimpin Redaksi:
Adhitya Noviardi.
Dewan Redaksi:
Ahmad Djauhar (Ketua)
Arief Budisusilo
Tommy Sasongko
Redaktur Pelaksana:
A. Adi Prabowo
Redaktur:
Amiruddin Zuhri, Laila Rochmatin, Maya Herawati, Nugroho Nurcahyo,
Rochimawati, Sugeng Pranyoto, Wisnu Wardhana, Yudhi Kusdiyanto
Asisten Redaktur:
Budi Cahyana, Esdras Idi Alfero Ginting, Galih Kurniawan, Galih Eko
Kurniawan, Miftahul Ulum
Manajer Riset & Kesekretariatan:
MM. Foura Yusito
Asisten Manajer Produksi:
Tri Harjono
Reporter:
Abdul Hamied Razak, Akhirul Anwar, Andreas Tri Pamungkas, Arief Junianto,
Bhekti Suryani, Endro Guntoro, F. Dasa Saputra, Garth Antaqona, Holy Kartika
N.S. Intaningrum, Joko Nugroho, Jumali, Kukuh Setyono, Kurniyanto, Mediani
Dyah, M.G. Noviarizal F, Mustaqim Fikri AR, Nina Atmasari, Pamuji Tri Nastiti,
Rina Wijayanti, Shinta Maharani, Sumadiyono, Sunartono, Switzy Sabandar, Tri
Wahyu Utami, Yodie Hardiyan
Fotografer:
Desi Suryanto, Gigih Mulistyo Hanafi.
Tim Artistik:
Anton Yuniasmono, Aryati Familasari, Daniel Kristian, Hengki Irawan,
Muhammad Nurbawa P.Y, Natalia Afnita, T.G. Sunu Jatmika, Tantri Amalia,
Zahirul Alwan, Zizi Iryaspraha S.
General Manajer Iklan:
Muryanti Setyandari
Manajer Iklan:
Sri Pujiningsih
Asisten Manajer Sirkulasi:
Ibnu Pamungkas, Kukuh Setyono
Penerbit:
PT Aksara Dinamika Jogja.
M.M. Foura Yusito
Manajer Riset & Sekretariat Redaksi
Harian Jogja
Jl. MT. Haryono 7B Yogyakarta
Phone : +62274384919
Fax : +62274411914
Website: www.harianjogja.com
Email : [email protected]
Mobile : +6281392518898
Download