KONSTRUKSI SOSIAL SUAMI PADA PEKERJAAN ISTRI SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI LUAR NEGERI (STUDI DESKRIPTIF DI DESA SUKOREJO, KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO) JURNAL DISUSUN OLEH NIKEN FEBRIANTI 071211431008 PROGRAM STUDI S1 SOSIOLOGI DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA Semester Genap 2015/2016 KONSTRUKSI SOSIAL SUAMI PADA PEKERJAAN ISTRI SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI LUAR NEGERI (STUDI DESKRIPTIF DI DESA SUKOREJO, KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO) Oleh: Niken Febrianti Abstrak Studi tentang konstruksi sosial pada suami yang istrinya bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri bertujuan untuk mengkaji pemahaman para suami pada istri yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Dalam studi ini juga mengkaji mengenai pergeseran fungsi keluarga yang terjadi pada keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Studi ini menggunakan paradigma definisi sosial dengan menggunakan datadata kualitatif. Studi ini menggunakan teori konstruksi sosial oleh Peter L Berger yang menekankan pada tiga dialektika yaitu, eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi. Selain itu juga, menggunakan teori George Murdock mengenai fungsi keluarga, yang digunakan untuk mengkaji pergeseran fungsi keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Informan dipilih secara purposif sesuai kriteria yang ditentukan, dimana terdapat enam informan utama yang dipilih. Hasil yang ditemukan dalam penelitian antara lain, suami yang mengkonstruksi pekerjaan istri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri menerima dengan pasrah, dengan memberikan syarat kepada istri untuk tidak melupakan keluarga. Selain itu lingkungan di desa penelitian banyak yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri, sehingga mempengaruhi konstruksi suami. Pergeseran fungsi keluarga yang terjadi adalah adanya bantuan dari keluarga dekat. Suami yang tidak setuju dengan istri bekerja menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri melakukan perselingkuhan. Sedangkan, suami yang tidak berselingkuh ada yang setuju dan tidak setuju istri bekerja menjadi Tenaga kerja Wanita (TKW) di luar negeri, tetap bekerja keras untuk membantu istri. Kata Kunci: Konstruksi Sosial Suami, Tenaga Kerja Wanita (TKW), Pergeseran Fungsi Keluarga. Abstract This study was purposed to review the understanding of the husbands whose his wifes are working as Women's Labor in overseas. Moreover, this study also focused on transfer of role between family members which happened in the Women's Labor family. This study used paradigm of social definition with qualitative data. The theory that was applied in conducting this study was social construction theory stated by Peter L Berger. The theory identified three dimensions of the dynamic underlying social formation: externalization, objectivation, and internalization. The other theory that was also used in this study was stated by George Murdock about social function of the family. This theory was applied to elaborate the transfer of role between family members of the Women's Labor. There were six informants that were choosen purposively and appropriately as the criterion that have been determined. The findings of this study were the husbands who constructed his wifes that are working as Women's labor in overseas received it resignedly, but gave a provision not to set aside the family. In addition, in the surroundings of village where this study conducted has so many Women’s Labor who work in overseas, therefore it affected the husband’s construction. The husbands who did not allow his wife in becoming Women's labor indicated on having affair with another women. While the husbands who did not have affair, indicated that some of them were agree and the rest were disagree in giving allowance toward their wifes, however they were still working hard to help the financial of the family. Keywords: Social Husband's construction, Women's Labor, Transfer of family's function. A. Pendahuluan Dalam masyarakat setiap manusia memiliki keluarga dan saling berinteraksi dengan anggotanya. Setiap anggota keluarga akan melakukan komunikasi dengan berbagai cara agar terjalin hubungan dengan baik. Kemudian dalam suatu keluarga akan memiliki hubungan kekerabatan dan persaudaraan. Dalam suatu keluarga juga terdapat peran masing-masing di setiap anggotanya. Peran ini membuat anggota keluarga saling bersosialisasi antara satu dengan yang lainnya. Menurut wikipedia, keluarga adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang memiliki hubungan darah. Sedangkan menurut Horton dan Hunt (1987), istilah keluarga umumnya digunakan untuk menunjuk beberapa pengertian sebagai berikut: (1) suatu kelompok yang memiliki nenek moyang yang sama; (2) suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah dan perkawinan; (3) pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak; (4) pasangan nikah yang mempunyai anak; dan (5) satu orang – entah duda atau janda – dengan beberapa anak (Narwoko dan Suyanto, 2011:227). Di era zaman modern ini dalam sebuah keluarga terdapat hal yang dapat dilakukan istri untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Salah satunya yaitu bekerja menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Menurut wikipedia, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sering disebut sebagai pahlawan devisa karena dalam setahun bisa menghasilkan devisa 60 triliun rupiah (2006). Selain itu, mendapatkan gaji yang besar dari hasil kerja, namun tidak jarang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terutama Tenaga Kerja Wanita (TKW) terlibat dalam kasus. Entah karena pemotongan gaji, perlakuan yang kejam, atau pelecehan dan pemerkosaan dari majikannya. Sebenarnya keputusan istri menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri merupakan pilihan yang tidak mudah, karena harus meninggalkan keluarga. Namun, di lain kondisi hal ini harus dilakukan karena tuntutan kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Secara umum peran suami adalah bertanggungjawab mencari nafkah, dan istri mengurus rumah tangga. Menurut BNP2TKI Surabaya tahun 2013, terdapat banyaknya jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) diberangkatkan dari daerah Jawa Timur dimana Ponorogo memasuki urutan kedua jumlah penyumbang tenaga kerja Indonesia (TKI) tertinggi setelah Malang. Seperti halnya yang dijelaskan sebelumnya mengenai istri yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri hal ini juga akan mengalami permasalahan dengan suami. Menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri memiliki resiko besar daripada bekerja di dalam negeri. Adanya beberapa kasus seperti kekerasan yang dilakukan oleh majikan, juga menjadi hal yang masih sering dirasakan oleh warga Indonesia yang bekerja di luar negeri. Kondisi ekonomi yang sulit terpenuhi di dalam negeri membuat para Tenaga Kerja Wanita (TKW) rela meninggalkan suami beserta anaknya untuk mencari uang. Tidak hanya itu, beberapa permasalahan juga muncul kepada suami yang jauh dari istri dimana dapat memicu kearah perselingkuhan. Hal ini terbukti dari realitas yang ada di sekitar penulis, di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo bahwa terdapat beberapa suami yang melakukan perselingkuhan. Hal ini dikarenakan istri yang bekerja menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri, sehingga kebutuhan biologis yang tidak didapatkan dari istri. Dari kasus-kasus di atas dapat memperlihatkan tentang fenomena yang terjadi pada keluarga-keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau Tenaga Kerja Wanita (TKW). Dari kasus yang terjadi pada keluarga, dimana pada suami akibat ditinggalkan istri bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti konstruksi sosial suami pada pekerjaan istri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Dimana peneliti ingin memahami tentang konstruksi sosial suami yang ditinggalkan istri bekerja di luar negeri. Penelitian ini penting untuk dilakukan guna memperkaya penelitian sosiologi, terutama pada bidang sosiologi keluarga. B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana suami mengkonstruksi pekerjaan istrinya sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri? 2. Bagaimana pergeseran fungsi keluarga pada keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) di desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo? C. Kerangka Teori - Teori Konstruksi Sosial Peter L Berger dan Thomas Luckman Dalam penelitian ini menggunakan Teori Konstruksi Sosial dari buku Tafsir Sosial Atas Kenyataan, karya Peter L Berger dan Thomas Luckman. Kemudian Berger dan Luckman menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan “kenyataan dan pengetahuan”. Realitas “kenyataan” yaitu sebagai suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena-fenomena yang kita akui sebagai sesuatu yang memiliki keberadaan (being) dan tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri atau individu. Sedangkan “pengetahuan” yaitu sebagai kepastian bahwa fenomena-fenomena itu nyata (real) dan memiliki karakteristik-karakteristik yang spesifik. Sehingga muncullah dialektika dimana individu dan masyarakat saling mempengaruhi. Dimana individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses ini terjadi melalui tiga tahap yaitu, eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi. Dalam kehidupan sehari-hari hal yang dilakukan individu dapat bermakna karena terjadi secara nyata dan hal ini bersifat subjektif. Realitas sosial, dalam penelitian ini mengenai suami yang mengkonstruksikan pekerjaan istri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Sebagai kenyataan sosial hasil eksternalisasi dan objektivasi manusia terhadap pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Konstruksi sosial merupakan sintesis antara konsep subjektivitas dan objektivitas. Kenyataan sosial dihasilkan dari proses interaksi dan komunikasi melalui bahasa sehingga bersifat intersubjektivitas. Suami dengan istri yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) kenyataan sosial bagi masyarakat dimana suami memiliki peran ganda di keluarga karena tanpa adanya istri yang ikut serta membantu. Menurut Berger kenyataan sosial dibentuk melalui 3 konsep (tri dialektika) yaitu, eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi. Dimana tahap awal dalam proses ini dimulai dengan internalisasi. Internalisasi merupakan pemahaman atau penafsiran langsung dari peristiwa objektif sebagai pengungkapan suatu makna, sebagai manifestasi dari proses-proses subjektif. Internalisasi merupakan dasar pemahaman mengenai orang lain dan pemahaman makna atas kenyataan sosial. Dimana internalisasi berlangsung melalui proses identifikasi untuk memperoleh identitas secara subjektif. Sedangkan identitas objektif didefinisikan sebagai lokasi dan diperoleh dari proses sosialisasi. Dalam penelitian ini suami menginternalisasi pekerjaan istri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Hal ini berkaitan dengan suami yang memberikan makna terhadap keputusan istri yang memilih bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri, yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka dan pemikiran mereka sendiri. Eksternalisasi merupakan pencurahan kedirian manusia terhadap suatu kenyataan yang dibentuk. Berger mengatakan bahwa, struktur objektif memiliki karakter sendiri. Awalnya dilihat dari sehubungan eksternalisasi manusia atau interaksi manusia dengan struktur yang ada. Sehingga struktur ini merupakan proses yang berkelanjutan. Dapat dijelaskan bahwa, eksternalisasi dipengaruhi oleh stock of knowledge (cadangan pengetahuan) yang dimilikinya. Cadangan pengetahuan adalah akumulasi dari common sense knowledge (pengetahuan akal sehat). Common sense adalah pengetahuan yang dimiliki individu bersama individu-individu lainnya dalam kegiatan rutin yang normal dan jelas dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Berger, manusia adalah pencipta kenyataan objektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana kenyataan objektif mempengaruhi kembali manusia melalui proses internalisasi. Oleh karena itu, terdapat beberapa reaksi yang dirasakan oleh suami yang ditinggal istrinya bekerja menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Hal ini dapat dipengaruhi dari pengetahuan suami sendiri mengenai pekerjaan istri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri, serta dipengaruhi dari nilai sosial kultural yang ada di lingkungan sosial masyarakat. Objektivasi juga bersifat signifikasi yaitu pembuatan tanda-tanda (sign) oleh manusia. Sebuah tanda dapat dibedakan dengan objektivasi lainnya karena tujuan eksplisitnya sebagai isyarat bagi makna-makna subjektif. Objektivasi menjelaskan bahwa, harus diakui adanya eksistensi kenyataan sosial objektif yang ditemukan dalam hubungan individu dengan lembaga-lembaga sosial. Dan aturan sosial atau hukumhukum yang melandasi lembaga sosial bukanlah hakekat dari lembaga itu karena lembaga itu hanyalah produk buatan manusia, produk dari kegiatan manusia. Supaya apa yang dibentuk kenyataan, maka individu melakukan internalisasi. Dengan dialektika ini merupakan proses yang berjalan terus-menerus dimana eksternalisasi dan internalisasi menjadi momen. Dimana suami akan memaknai kehidupan keluarga tanpa adanya peran istri di rumah, dan cara menghadapi reaksi sosial dari masyarakat serta interaksi sosial suami dengan masyarakat. - Teori Fungsi Keluarga George Murdock Di mana Menurut Murdock ada empat fungsi keluarga terhadap masyarakat yang sangat penting. Fungsi-fungsi itu juga sekaligus merupakan alasan mengapa keluarga merupakan suatu institusi yang universal dan ditemukan pada setiap masyarakat. Ke empat fungsi tersebut adalah fungsi-fungsi yang berhubungan kehidupan seksual, ekonomi, reproduksi dan pendidikan. Murdock menambahkan bahwa tanpa fungsi yang pertama dan ketiga (seksual dan reproduksi) masyarakat tidak akan dapat bereksistensi, tanpa fungsi kedua (ekonomi) kehidupan tidak bisa dilanjutkan, dan tanpa fungsi yang ke empat (pendidikan) maka kebudayaan berakhir (Murdock, 1968: 37-44). Selain teori fungsi keluarga di atas, terdapat UUD perkawinan tahun 1974 untuk mendukung analisis pergeseran fungsi keluarga yang terjadi pada keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. D. Metedologi Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan sifat deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan penggambaran yang mendalam mengenai hal yang diteliti. Untuk menjawab pertanyaan dan fokus penelitian, studi ini dilakukan di Desa Sukorejo Kabupaten Ponorogo. Karena daerah Ponorogo merupakan kawasan penduduk dengan bekerja menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terbesar kedua setelah Malang. Tidak hanya itu jika dibandingkan dengan Malang. Kabupaten Ponorogo lebih terkenal sebagian penduduknya bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Jawa Timur. Terbukti Sebelumnya juga pernah diadakan studi penelitan tentang kiriman (remittance) Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke daerah asal dengan jumlah kiriman tertinggi berasal dari daerah Ponorogo. Lebih spesifik studi penelitian ini difokuskan Desa Sukorejo Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. Karena di desa Sukorejo ini terdapat Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri dengan jumlah tertinggi dari data BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Ponorogo pada tahun 2013. Informan yang diambil dari desa Sukorejo ini adalah suami-suami dan anaknya yang ditinggalkan istri bekerja di luar negeri. Penentuan informan penelitian ini peneliti menggunakan metode purposif. Penentuan metode dengan menggunakan teknik purposif adalah dengan menentukan kriteria-kriteria subjek penelitian sesuai dengan fokus penelitian. Dari penelitian di atas terdapat enam informan yang dipilih sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam atau indepth interview. Wawancara ini dilakukan secara terbuka dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya. Hasil wawancara ini menjadi data primer dalam penelitian. Wawancara ini dilakukan kepada semua informan tanpa terkecuali. E. Hasil Penelitian a. Konstruksi Sosial Proses konstruksi suami ini menggunakan teori dari Peter Berger dan Luckman. Menurut Berger yang memusatkan pada bersosiologi harus mengikuti proses berpikir seperti yang dituntut oleh fenomenologi, yaitu dimulai dari kenyataan sehari-hari sebagai realitas dalam masyarakat. Berger dan Luckman tidak pernah menjadi produk akhir dari suatu interaksi sosial, karena struktur berada dalam suatu proses obyektivasi menuju suatu bentuk baru insternalisasi yang akan melahirkan suatu proses eksternalisasi yang baru lagi. Dimana di penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: - Eksternalisasi Merupakan pencurahan diri manusia terhadap suatu kenyataan yang dibentuk. Eksternalisasi manusia atau interaksi manusia terjadi dengan struktur yang ada. Eksternalisasi ini dibentuk ketika individu melakukan interaksi atau komunikasi dengan sosiokulturnya. Dimana individu tersebut melakukan penyesuain dengan lingkungan sosialnya. Dalam hal ini muncul beberapa reaksi sosial dan pemahaman suami tentang pekerjaan istri sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri, serta dipengaruhi dari pengetahuan yang dimiliki pada sosial budaya di sekitar. Kemudian pengetahuan tersebut dipengaruhi dari nilai sosial kultural yang ada di lingkungan sosial masyarakat. Proses eksternalisasi ini memiliki bagian penting, yaitu dalam sebuah keluarga memiliki fungsi yang berbeda antara suami dan istri, terutama dalam memenuhi kebutuhan. Ketika tuntutan kebutuhan terus mendesak, suami akan berusaha untuk memenuhinya. Karena dalam keluarga suami berfungsi untuk mencari nafkah. Selain itu, ada beberapa istri yang ikut andil dalam memenuhi kebutuhan dengan ikut bekerja di sektor domestik maupun di sektor publik. Hal ini sangat bernilai karena bertujuan untuk mempertahankan dan melanjutkan kehidupan keluarga agar bertahan dan eksistensi keluarga diterima di lingkungan masyarakat. - Obyektivasi Aktivitas-aktivitas manusia yang dieksternalisasikan dan memperoleh sifat yang obyektif. Hal ini yaitu keluarga, dimana merupakan sebuah lembaga yang terdapat seperangkat nilai dan norma sosial yang mengatur perilaku individu, proses pelembagaan digambarkan dengan terciptanya realitas sosial yang obyektif, serta keberadaannya disepakati bersama dan mempengaruhi pola pikir dan perilaku individu. Keluarga merupakan wadah utama dalam sosialisasi dan menerapkan nilai dan norma sosial pada individu. Ketika keluarga menganggap kebutuhan ekonomi merupakan hal yang utama di sebuah rumah tangga. Dan harus terpenuhi dengan melakukan berbagai cara, seperti keikutsertaan istri bekerja di luar negeri untuk membantu mencari nafkah, bukanlah suatu hal yang dilarang. Meskipun istri bekerja di luar negeri dan meninggalkan tanggungjawab sebagai ibu di rumah tangga. Hal ini telah mendapatkan toleransi dari keluarga terutama dari suami. - Internalisasi Internalisasi menjadi dasar pemahaman tentang dunia sebagai sesuatu yang mempunyai makna dari kenyataan sosial. Proses yang penting dari penyerapan realita obyektif adalah adanya sosialisasi. Dimana proses sosialisasi tersebut akan terus berlangsung dari generasi ke generasi selanjutnya. Misalnya, dalam sebuah keluarga orang tua selalu berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi, untuk kelangsungan hidup. Secara perlahan akan menanamkan pemikiran kepada individu, ketika telah berkeluarga pemenuhan kebutuhan ekonomi harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup. Dan memunculkan peran dimana suami bertugas mencari nafkah dan istri mengurus rumah tangga. Hal ini dipahami bahwa perempuan memiliki peran besar untuk mengurus rumah tangga, karena anak membutuhkan sosok ibu untuk mendampinginya dalam kehidupan sehari-hari. Skema Proses Konstruksi Sosial Suami pada Pekerjaan Istri sebagai TKW di Luar Negeri Reaksi lingkungan sosial, istri dan keluarga. Tuntutan untuk mencukupi kebutuhan ekonomi. Eksternalisasi Internalisasi Sosialisasi suami dari keluarga tentang pekerjaan sebagai TKW Obyektivasi Mengizinkan istri bekerja menjadi TKW di luar negeri. b. Pergesaran Fungsi Kelurga Menurut Murdock ada empat fungsi keluarga terhadap masyarakat yang sangat penting. Fungsi-fungsi itu juga sekaligus merupakan alasan mengapa keluarga merupakan suatu institusi yang universal dan ditemukan pada setiap masyarakat. Ke empat fungsi tersebut adalah fungsi-fungsi yang berhubungan kehidupan seksual, ekonomi, reproduksi dan pendidikan. Murdock menambahkan bahwa tanpa fungsi yang pertama dan ketiga (seksual dan reproduksi) masyarakat tidak akan dapat bereksistensi, tanpa fungsi kedua (ekonomi) kehidupan tidak bisa dilanjutkan, dan tanpa fungsi yang ke empat (pendidikan) maka kebudayaan berakhir (Murdock, 1968: 37-44). Fungsi keluarga di atas memiliki peran yang penting pada setiap anggotanya. Kehidupan sebuah keluarga tidak akan seimbang, ketika salah satu fungsi di atas tidak berjalan dengan baik. Seperti halnya di dalam keluarga di mana istri ikut membantu suami mencari nafkah, hingga meninggalkan tanggungjawabnya mengurus rumah tangga. Meskipun tujuan istri bekerja adalah membantu perekonomian keluarga, namun akhirnya fungsi keluarga misalnya sosialisasi akan terbengkalai. Dan terjadinya hubungan yang kurang harmonis antara suami dan istri dikarenakan jarak yang jauh. Sehingga terdapat beberapa informan yang melakukan perselingkuhan. - Dari penjelasan-penjelasan diatas terdapat keterangan tabel matriks dari Konstruksi Sosial dan Pergeeseran Fungsi Keluarga: No 1. Informan Konstruksi sosial Pergeseran Fungsi Keluarga HRY, 39 tahun - Kurang setuju dan akhirnya pasrah - Saat anak membutuhkan (wiraswasta), lama dengan keputusan istri bekerja di luar dukungan dan pendampingan dari istri bekerja di luar negeri. istri seperti belajar di rumah, negeri 4 bulan dan - Informan memberi syarat kepada digantikan oleh ponaan. memiliki 1 anak istri, saat bekerja di luar negeri. - Sosialisasi pendidikan yang lain (SD). - Lingkungan sekitar banyak yang seperti mengajarkan sopan santun bekerja menjadi TKI di luar negeri. pada anak, dilakukan sendiri tanpa ada peran istri yang membantu. - Pekerjaan rumah tangga seperti memasak diserahkan ke ibu. Namun, mencuci baju, membersihkan rumah, merawat anak semua dilakukan oleh informan. Saat bekerja, anak dititipkan pada ibu. 2. SNN, 40 tahun - Awalnya setuju istri bekerja di luar - Pendampingan terhadap anak, (Buruh Tani), lama negeri, akhirnya menyesali keputusan belajar dan pemenuhan kasih istri bekerja di luar tersebut. sayang dilakukan oleh informan negeri 4 tahun dan - Pasrah dan mengizinkan istri bekerja tanpa adanya peran istri. memiliki 1 anak di luar negeri. - Istri tidak mengirimkan (TK). - Informan tidak memberikan syarat penghasilan ke rumah, akhirnya apapun, kepada istri saat bekerja di informan memenuhi kebutuhan luar negeri. ekonomi sendiri. - Bekerja di luar negeri sudah menjadi - Pekerjaan rumah tangga seperti hal yang biasa di lingkungan sekitar. membersihkan rumah dikerjakan oleh ibu dan keluarga lain. - Mencuci baju dikerjakan oleh ibu, untuk merawat anak sepenuhnya dikerjakan oleh informan. Mulai dari makan, mandi, mengantar, menjemput sekolah dari pagi hingga malam semua dikerjakan oleh informan. 3. 4. DIO, 30 tahun - Membebaskan istri bekerja, selagi - Mendidik dan merawat anak (Perangkat Desa), memiliki kesempatan. dibantu oleh ibu. lama istri bekerja di - Menghargai keputusan istri, karena - Pekerjaan rumah tangga seperti luar negeri 1 tahun ingin mandiri memiliki penghasilan membersihkan rumah, memasak dan memiliki 1 sendiri. dan mencuci baju dibantu oleh ibu anak (TK). - Memberikan syarat, agar istri bekerja dan adik kandung. dengan benar di luar negeri. - Terkadang mengantar anak - Lingkungan sekitar banyak yang sekolah dan ibu yang menjemput bekerja menjadi TKI di luar negeri. anak saat pulang sekolah. SPT, 48 tahun - Informan mengerti istri bekerja di - Dalam mendidik anak informan (Petani), lama istri luar negeri untuk membantu ekonomi menjalankan perannya sendiri bekerja di luar keluarga. tanpa adanya istri selama 9 tahun. negeri 9 tahun dan - Informan pasrah dan mengizinkan - Selain mendidik, informan juga memiliki 1 anak istri bekerja di luar negeri. menjadi tempat curhat dimana hal (Sarjana). - Memberikan syarat istri untuk tidak tersebut dibutuhkan peran istri menyalahgunakan kepercayaannya untuk mendampingi anak. saat bekerja di luar negeri. - Untuk pekerjaan rumah tangga, semua yang mengerjakan anak mulai dari memasak, membersihkan rumah hingga mencuci baju. 5. SLM, 38 tahun - Kurang setuju, saat istri tidak - Untuk mendidik dan merawat (petani), lama istri dirumah menjadi tidak seimbang. anak peran istri digantikan oleh bekerja di luar - Pasrah dan memahami keputusan ibu. Sosialisasi pendidikan negeri 5 tahun dan istri, karena untuk membantu ekonomi informal, dan mengawasi anak memiliki 1 anak dan sebelumnya ibu pernah bekerja di saat informan tidak ada di rumah. (SD). luar negeri. - Pembagian kerja di rumah lebih - Masyarakat sekitar banyak yang banyak dibantu ibu karena bekerja di luar negeri. informan lebih sering bekerja. - Terkadang saat anak sekolah, ibu yang menjemput dan informan yang mengantar. - Kebutuhan biologis atau rohani saat istri tidak di rumah, dengan mencari kepuasan di luar. Informan memiliki hubungan dengan perampuan lain dan telah berjalan selama satu tahun. 6. PRD, 40 tahun - Kurang setuju karena banyaknya - Anak dirawat oleh mertua di (buruh tani), lama kasus kekerasan majikan di luar Jawa Tengah, sehingga istri bekerja di luar negeri. pendidikan dan perawatan negeri 2,5 tahun - Kebutuhan ekonomi sulit tercukupi, sepenuhnya mertua yang dan memiliki 1 sehingga informan pasrah dan berperan. anak (TK). merelakan istri bekerja di luar negeri. - Pekerjaan rumah semua - Informan memberikan syarat kepada dikerjakan oleh ibu kecuali, istri saat bekerja di luar negeri. mencuci baju. - Didukung banyaknya masyarakat - Saat istri tidak di rumah sekitar yang bekerja menjadi TKI di informan memenuhi kebutuhan luar negeri. biologis atau rohani dengan mendatangi tempat prostitusi di daerah dekat rumah. Sering dilakukan karena kebutuhan biologis yang tidak didapatkan dari istri karena jarak yang berjauhan. F. Kesimpulan Suami yang berselingkuh mengkonstruksi pekerjaan istri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri, adalah menerima dengan pasrah serta memberikan syarat kepada istri sebelum bekerja menjadi TKW di luar negeri. Meskipun demikian, suami yang berselingkuh kurang menyetujui, jika istri bekerja di luar negeri. Karena berdampak pada keluarga, misalnya pendampingan terhadap anak. (Dalam hal ini suami melakukan pembenaran sikap, dimana ketika istri tidak ada di rumah, mereka melakukan pemenuhan kebutuhan rohani atau biologis dengan perempuan lain. Dan hal tersebut tetap dilakukan hingga saat ini, meskipun tahu bahwa perbuatan tersebut tidak benar. Perbuatan tersebut tidak seharusnya dilakukan karena tidak sesuai dengan norma sosial yang ada di masyarakat). Suami yang tidak berselingkuh mengkonstruksi pekerjaan istri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri, adalah menerima dengan pasrah, dimana ada suami yang memberikan syarat kepada istrinya dan tidak memberikan syarat apapun sebelum istri berangkat bekerja. Suami yang tidak berselingkuh juga ada yang setuju dan kurang setuju dengan pekerjaan istri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Terdapat pergeseran fungsi keluarga pada fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi dan fungsi seksual/biologis. G. Saran Bagi penelitian selanjutnya: Secara keseluruhan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap hasil studi penelitian yang menggunakan landasan teori Peter L Berger dan Thomas Luckman tentang konstruksi sosial dan teori Murdock mengenai fungsi keluarga ini dapat memberikan masukan sekaligus sumbangan bagi berbagai pihak. DAFTAR PUSTAKA Buku: Goode William, J. (1983) Sosiologi Keluarga. Jakarta. Bina Aksara. Ihromi T.O. (1999) Bunga Rampai: Sosiologi Keluarga. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Luckman Thomas dan Berger L. Peter. (1990) Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta. LP3ES. Ritzer, George. 2014. Edisi Ketujuh Teori Sosiologi Modern. Kencana Prenamedia Group : Jakarta. S.H. Prof. Dr. Soerjono Soekonto. (2004) Sosiologi Keluarga: Tentang Ikhwal Keluarga, remaja dan anak. Jakarta. Bineka Cipta. Suyanto Bagong dan Narwoko, J Dwi. (2011) Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta. Kencana. SVD, Bernard Raho. (2003) Keluarga Berziarah Lintas Zaman: Suatu Tinjauan Sosiologis. Flores, NTT Indonesia. Nusa indah. Skripsi: Latief Pratiwi Citra, Dianti. Pola Remittance dan Dampaknya bagi keluarga dan Masyarakat. Studi tentang TKI asal desa Semanding Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, keluar negeri. Fisip Unair 2007. Jurnal : Ariani Irma. Peran dan Faktor Menjadi Tenaga Kerja Wanita (Studi Kasus di Kabupaten Demak). Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro 2013. Juliana Saptia. Peran Istri sebagai Pencari Nafkah dalam Keluarga Ditinjau dari Hukum islam dan UUD no 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Studi Kasus Kehidupan Keluarga TKW, di Desa Santong Kabupaten Lombok Utara). Fakultas Hukum Universitas Matarram 2013. Paputungan Faradila. Kepuasan Pernikahan Suami yang Memiliki Istri Berkarier. Universitas Brawijaya Malang. Yunitasari Winda. Perubahan Fungsi Keluarga Tenaga Kerja Wanita di Watulimo, Kabupaten Trenggalek. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Malang 2010. Internet: https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga diakses rabu tanggal 8 maret 2015 pukul 15.00 www.bnp2tki.go.id tahun 2013 Surabaya diakses 25 juni 2015 pukul 17.00 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tenaga_Kerja_Indonesia diakses 30 Maret 2016 pukul 19.00 http://www.lensaindonesia.com/2015/07/27/6901-tki-asal-jatim-terjerat- kasus-diluar-negeri.html diakses 30 Maret 2016 pukul 19.45 http://m.beritajatim.com/hukum_kriminal/214792/istri_jadi_tkw,_suami_selingkuhi_ tetangga_jablai.html diakses 30 Maret 2016 pukul 20.00 Sumber Data Statistik: Data Desa dan Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo tahun 2013 Data Perceraian Kecamatan Sukorejo tahun 2015 Data Tenaga Kerja Indonesi (TKI) BPS Ponorogo tahun 2013