Tinjaun Umum (1-3)

advertisement
Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum
Ekspansi pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih akan berlanjut di triwulan IV2007. Pertumbuhan ekonomi secara tahunan pada triwulan IV-2007 diprakirakan
akan tumbuh sebesar 6,5%. Meningkatnya konsumsi swasta serta ekspor menjadi
faktor utama pendorong tumbuhnya perekonomian. Akselerasi pertumbuhan
konsumsi swasta terutama dipengaruhi oleh perbaikan daya beli masyarakat dan
membaiknya optimisme konsumen. Sementara itu, investasi juga diprakirakan akan
tumbuh lebih tinggi. Meningkatnya permintaan, baik domestik maupun eksternal,
merupakan faktor utama pendorong ekspansi investasi. Namun pertumbuhan
investasi yang lebih tinggi terkendala oleh iklim investasi yang belum sepenuhnya
kondusif dan sentimen bisnis yang belum sepenuhnya pulih. Peningkatan juga terjadi
pada kinerja ekspor yang didorong oleh tingginya permintaan eksternal dan masih
tingginya harga komoditas global. Di sisi penawaran, seiring dengan tingginya
pertumbuhan konsumsi swasta dan ekspor, sektor industri pengolahan, sektor
perdagangan serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan akan
mencatat pertumbuhan yang tinggi. Namun demikian, pada triwulan IV-2007
terdapat risiko yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi yaitu berupa
kenaikan harga minyak dunia dan masih berlanjutnya dampak kasus sub prime
mortgage Amerika Serikat.
Realisasi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV-2007 secara
keseluruhan diprakirakan masih mencatat surplus. Dukungan utama surplus NPI
tersebut masih berasal dari transaksi neraca berjalan yang didukung oleh
peningkatan kinerja ekspor. Perkembangan ekonomi global selama triwulan IV2007 yang ditandai dengan masih solidnya permintaan eksternal, terutama yang
berasal dari negara berkembang, serta tingginya harga komoditas masih kondusif
bagi kinerja neraca transaksi berjalan. Sementara, kinerja transaksi modal dan
finansial diprakirakan mencatat surplus yang lebih tinggi dibanding triwulan
sebelumnya. Hal ini terkait dengan masih menariknya imbal hasil rupiah sehingga
menjadi faktor pendorong masuknya kembali aliran modal asing jangka pendek.
Namun, berdasarkan perkembangan terkini terdapat indikasi akan adanya arus
modal keluar pada investasi portofolio akibat risk appetite investor global. Dengan
perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa sampai dengan akhir tahun 2007
mencapai USD56,9 miliar, setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran Utang
Luar Negeri (ULN) Pemerintah.
Nilai tukar rupiah sepanjang triwulan IV-2007 secara rata-rata menguat tipis
dibandingkan triwulan sebelumnya dengan volatilitas yang menurun. Rata-rata nilai
tukar pada triwulan IV-2007 tercatat Rp 9.238/USD atau terapresiasi 0,12%
dibanding triwulan III-2007 sebesar Rp 9.250/USD. Pergerakan rupiah masih relatif
lebih stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercermin dari volatilitas yang
menurun dari 2,2% (tw-III) menjadi 1,5%.
1
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007
Laju inflasi IHK pada triwulan IV-2007 tercatat lebih rendah bila dibandingkan
triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi IHK pada akhir triwulan IV-2007 relatif
menurun menjadi 6,59% (y-o-y) dari 6,95% (y-o-y) pada triwulan III-2007.
Penurunan inflasi IHK tersebut terutama disebabkan oleh faktor fundamental seperti
tercermin pada penurunan inflasi inti. Penurunan inflasi inti terutama berkaitan
dengan penguatan nilai tukar. Walaupun inflasi inti menurun, inflasi inti merupakan
penyumbang utama inflasi IHK pada triwulan IV-2007. Dari sisi non fundamental,
inflasi volatile food menunjukkan peningkatan berkaitan dengan pola musiman
hari raya keagamaan dan Tahun Baru. Sementara itu, inflasi administered price
sedikit menurun terkait dengan upaya yang dilakukan Pemerintah untuk
menstabilkan harga minyak tanah.
Penurunan suku bunga pinjaman dan suku bunga simpanan masih terus berlanjut
di triwulan IV-2007. Pada bulan November 2007, suku bunga Kredit Modal Kerja
(KMK) dan Kredit Investasi (KI) tercatat sebesar 13,16% dan 13,19%, lebih rendah
dibandingkan posisi pada akhir triwulan III-2007 sebesar 13,31% dan 13,45%.
Sementara itu, suku bunga Kredit Konsumsi (KK) juga mengalami penurunan
menjadi 16,39% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya sebesar 16,47%. Di sisi
penghimpunan dana, rata-rata suku bunga deposito periode 1 bulan pada bulan
November 2007 tercatat sebesar 7,18%, relatif stabil dibandingkan akhir triwulan
sebelumnya. Tren penurunan suku bunga ini diikuti oleh membaiknya fungsi
intermediasi dan indikator kinerja perbankan yang tercermin dari peningkatan
penyaluran kredit dan Loan to Deposit Ratio (LDR) serta angka Non-Performing
Loan (NPL) yang cenderung menurun. Sementara itu, perdagangan saham terus
meningkat yang menyebabkan IHSG bergerak naik hingga akhir tahun 2007, ditutup
pada level 2.745 atau menguat 52,1% dibandingkan akhir tahun 2006. Membaiknya
IHSG tersebut tidak terlepas dari terjaganya stabilitas makroekonomi dan
meningkatnya market confident dan minat investor asing untuk menambah
kepemilikan di pasar saham.
Akselerasi pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berlanjut di 2008 dengan
disertainya terjaganya stabilitas makroekonomi
makroekonomi. Pertumbuhan ekonomi 2008
diprakirakan mencapai 6.2% - 6.8% (y-o-y) atau lebih tinggi dari pertumbuhan
ekonomi 2007 yang diprakirakan mencapai 6.3% (y-o-y). Sumber pertumbuhan
diprakirakan masih berasal dari konsumsi swasta dan ekspor. Perbaikan daya beli
masyarakat, yang antara lain didorong oleh kenaikan Upah Minimum Regional
(UMR) dan gaji Pegawai Negeri Swasta (PNS), serta perbaikan optimisme konsumen
dan ketersediaan pembiayaan, mendukung pertumbuhan konsumsi swasta.
Kegiatan ekspor diperkirakan tetap tumbuh tinggi, ditengah kecenderungan
perlambatan ekspansi ekonomi dunia, sejalan dengan mulai terdiversifikasinya
negara tujuan ekspor, khususnya ke Cina dan India, yang diperkirakan masih berada
pada fase pertumbuhan. Sementara itu, kegiatan investasi diperkirakan semakin
marak, antara lain didorong oleh pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur. Di sisi
fiskal, optimalisasi pengeluaran anggaran yang disertai oleh implementasi berbagai
paket kebijakan di bidang iklim investasi dan infrastruktur diperkirakan turut
2
Tinjauan Umum
mendukung peningkatan kegiatan investasi baik oleh pemerintah maupun swasta.
Kinerja NPI 2008 diprakirakan masih mencatat surplus bahkan lebih tinggi dari
tahun sebelumnya. Kondisi NPI tersebut diprakirakan mendukung relatif stabilnya
pergerakan nilai tukar rupiah.
Dengan sinergi kebijakan antara Bank Indonesia dengan Pemerintah, laju inflasi
IHK pada 2008 diprakirakan masih berada dalam kisaran sasaran yang ditetapkan
Pemerintah sebesar 5
+1%
5+
1%. Kelompok volatile food diperkirakan mencatat
penurunan laju inflasi didukung oleh komitmen pemerintah untuk tetap menjaga
pasokan bahan makanan, selain kondusifnya berbagai faktor pendukung produksi,
seperti kondisi iklim dan program intensifikasi pertanian. Selain kelompok volatile
food, inflasi kelompok administered diperkirakan juga minimal sejalan dengan
komitmen Pemerintah untuk tidak menaikkan harga kelompok administered yang
strategis.
Di tengah berbagai perkembangan positif tersebut, Bank Indonesia memandang
masih terdapat beberapa faktor risiko yang perlu dicermati yang dapat mengganggu
laju perekonomian 2008
2008. Dari sisi eksternal, risiko yang akan senantiasa menjadi
perhatian Bank Indonesia adalah kemungkinan perlambatan ekonomi dunia dan
berlanjutnya gejolak pasar keuangan global sebagai dampak dari krisis sub prime
mortgage Amerika Serikat. Selain faktor eksternal tersebut, risiko juga dapat berasal
dari dalam negeri seperti masih belum kondusifnya iklim investasi dan kemajuan
pembangunan proyek infrastruktur yang berjalan lambat. Apabila faktor risiko diatas
dapat diatasi dengan baik, maka pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 akan
dapat tumbuh lebih tinggi dari yang diprakirakan.
Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan tetap melaksanakan kebijakan moneter secara
terukur dan hati-hati dengan terus mencermati berbagai dinamika perekonomian.
Keputusan Bank Indonesia pada awal Januari 2008 untuk mempertahankan BIRate pada tingkat 8,00% didasari evaluasi yang dilakukan secara menyeluruh
mengenai proyeksi dan perkembangan perekonomian, prospek pencapaian target
inflasi untuk tahun 2008 sebesar 5±1% serta identifikasi terhadap faktor-faktor
risiko yang ada. Bank Indonesia memandang, tidak berubahnya BI-Rate pada tingkat
8,00% masih mampu memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia
ke depan sejalan dengan masih tersedianya ruang gerak bagi bank untuk
menurunkan suku bunga lebih lanjut. Di sisi lain, kebijakan tersebut juga dapat
mengantisipasi risiko peningkatan inflasi ke depan yang didorong oleh peningkatan
permintaan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
3
Download