BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum 2.1.1 Definisi Hotel Hotel berasal dari kata Hostel yang diambil dari bahasa Perancis kuno yang berarti tempat atau rumah yang memberikan fasilitas akomodasi bagi seseorang yang melakukan perjalanan. Selama menginap para tamu dikoordinir oleh seorang host yang membuat peraturan-peraturan untuk dipatuhi para tamu selama menginap. Menurut keputusan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor: KM. 3/HK.001/MKP-02, yang dimaksud dengan hotel adalah jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. Beberapa definisi hotel lainnya: a) Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan dan penginapan berikut makan dan minuman (SK. Menteri Perhubungan No.Pm. 10 / Pw. 301/Phb. 77 ). b) Hotel adalah suatu bangunan atau lembaga yang menyediakan kamar untuk menginap, makanan, minuman serta pelayanan lainnya untuk umum (Webster’s New American Dictionary). c) Sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan memberikan pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta akomodasi dengan syarat pembayaran. (Lawson, 1976) Klasifikasi Hotel ditetapkan berdasarkan minimum jumlah kamar, fasilitas dan peralatan yang tersedia serta mutu pelayanan sebagaimana disyaratkannya (Dirjen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi,SKNo. KM 37/ PW.304/ MPPT–86 7 Juni 1986).Penentuan kelas atau bintang diadakan setiap tiga tahun sekali dan ditetapkan oleh Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata dalam bentuk sertifikat. Tabel 2.1Klasifikasi standar hotel berbintang Persyaratan Klasifikasi Hotel Bintang Luasan Standar Jumlah Unit Kamar Minimum Kamar • Unit standard • minimum 15 kamar Luas unit standard minimum 20 m2 Bintang 1 • Kamar mandi di dalam • Unit standard • minimum 22 m2 minimum 20 kamar Bintang 2 • Unit suite minimum Kamar • Luas unit Suite minimum 44 m2 2 kamar • Luas unit standard mandi di dalam • Unit standard • minimum 24 m2 minimum 30 kamar • Unit suite minimum • Bintang 3 Kamar Luas unit suite minimum 48 m2 2 kamar • Luas unit standard mandi di dalam • Unit standard • minimum 24m2 minimum 50 kamar • Unit suite minimum • Bintang 4 Kamar Luas unit suite minimum 48m2 3 kamar • Luas unit standard mandi di dalam • Unit standard • • Unit suite minimum Kamar • Luas minimum suite 52 m2 4 kamar • standard minimum 26 m2 minimum 100 kamar Bintang 5 Luas mandi di dalam Sumber: SK Menteri Perhubungan No. PM. 10/P.V.301/Pht/77 tanggal 22 Desember 1977 2.1.2 Definisi Budget Hotel Hotel yang akan di bangun di Jalan Jaksa melakukan pendekatan kelas hotel Budget Hotel dengan pertimbangan seperti yang sudah dibahas di bab 1 tamu yang menginap rata-rata 3 hari.dan memiliki financial yang sangat terbatas. Budget Hotel biasanya sering direlasikan dengan hotel bintang 1, dimana hotel bintang 1 memilki kisaran harga menginap yang tidak mahal sekitar 150 ribu – 300 ribu rupiah per malam termasuk sarapan. Hotel kelas ini mempunyai kondisi sebagai berikut : Umum - Biasanya terletak tidak jauh dari pusat kota, dan bisa ditemukan di dekat terminal, atau di jalan-jalan utama. Bedroom - Terdapat minimum 20 kamar standar dengan luas 20 m2/kamar - Tinggi minimum 2.6 m tiap lantai Dining Room - Bila tidak berdampingan dengan lobby maka harus dilengkapi dengan kamar mandi/WC sendiri. Bar - Apabila berupa ruang tertutup maka harus dilengkapi AC dengan suhu 24°C - Lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 m Lobby - Mempunyai luasan minimum 30 m2 - Dilengkapi dengan lounge - Toilet umum minimum 1 buah dengan perlengkapan - Lebar koridor minimum 1,6 m Drug store - Minimum terdapat drugstore, bank, money changer, biro perjalanan, airline agent, souvenir shop. Utilitas penunjang - Terdapat transportasi vertikal mekanis. - Ketersediaan air bersih minimum 500 liter/orang/hari. - Dilengkapi dengan instalasi air panas/dingin. - Dilengkapi dengan telepon lokal dan interlokal. - Tersedia PABX. - Dilengkapi sentral video/TV, radio, paging, carcall. 2.1.3 Definisi Hotel Kapsul Berdasarkan dari survey yang dilakukan penulis, dari hotel-hotel yang berada di sekitar Jalan Jaksa, rata-rata penginapan/hotel yang berada disana adalah hotel berbintang 1 - 3, dikarenakan fasilitas yang diberikan tidak terlampau mewah, sehingga para backpackers dapat menginap dengan harga yang tidak terlalu mahal seperti harga yang disewakan di hotel berbintang 4 dan 5. Walaupun sudah banyak hotel di sepanjang Jalan Jaksa ada juga beberapa turis merasa kurang nyaman berada di hotel yang berada disekitar Jalan Jaksa walaupun beberapa dari mereka tidak mengejar kenyamanan melainkan harga yang murah. Dari sini lah bagaimana merancang hotel dengan kenyamanan yang cukup dan tidak mahal. Dari deskripsi diatas sepertinya konsep hotel kapsul bisa masuk kedalam perancangan hotel di daerah Jalan Jaksa, dan lagi belum ada hotel dengan konsep hotel kapsul di sepanjang Jalan Jaksa. Hotel kapsul lahir dua puluh lima tahun lalu di Jepang dalam upaya untuk menyediakan akomodasi untuk tinggal dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang sesuai. Hotel ini biasa di kunjungi oleh para pekerja atau pebisnis yang tertinggal kereta jam malam, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, hotel murah berbentuk kapsul juga dijadikan salah satu pilihan bagi para turis low-budget. Hotel Kapsul mengedepankan efisiensi ruang dengan tidak meninggalkan kenyamanan (Kompas; dalam artikel : Jalan-Jalan, 2011) Karakter dari hotel kapsul ini umumnya ruangan terdiri dua bagian yaitu ruang publik dan private yang berupa unit kamar hotel. Dari yang sudah ada, hotel kapsul terinspirasi dari desain kokpit pesawat jet. Fasilitas yang diberikan di tiap unit antara lain TV, radio, lampu baca, jam ber-alarm. Perbedaannya dibandingkan dengan hotel biasa adalah waktu check-in hotel kapsul yang biasanya dimulai dari pukul 5 sore sedangkan untuk waktu check-out sendiri hampir sama yaitu jam 10 pagi. Kenyamanan di hotel kapsul sangat rendah dikarenakan fasilitas yang minim serta sempitnya ruang-ruang untuk beraktivitas didalam unit kapsul. Berdasarkan keterangan diatas maka disimpulkan bahwa hotel kapsul ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain : 1. Lokasi Dari yang sudah ada umumnya hotel kapsul berada di kawasan stasiun kereta api maupun kawasan bisnis 2. Fasilitas Fasilitas pokok adalah ruang tidur untuk disewakan, disediakannya fasilitas penyimpanan berupa loker di dalam tiap unit kamar yang digunakan untuk menyimpan barang-barang bawaan pengunjung dan lainnya. 3. Sasaran Tamu yang menginap di hotel kapsul difokuskan wisatawan asing maupun lokal dengan bujet minim (Backpacker). Namun jika dilihat dari apa yang sudah di bahas diatas tentang pembagian hotel berdasarkan sasaran pengunjung, hotel kapsul bisa di kategorikan sebagai hotel transit, karena pengunjung di fokuskan kepada wisatawan dengan bujet minim (Backpacker) yang terkenal dengan perilaku nya yang suka menulusuri hal-hal baru di daerah yang mereka kunjungi sehingga mereka jarang terlihat di Hotel pada siang hari, dan fungsi hotel hanya tempat mereka untuk tidur atau beristirahat, atau jika memang mereka belum terlalu lelah biasanya mereka saling bertukar cerita ke sesama backpackers tentang pengelaman mereka ber-backpacking. Unit kapsul yang sudah banyak diterapkan di Jepang, mayoritas berbahan fiber glass. Di dalam blok modular tersebut Gambar 2.1Axonometri interior unit Nakagin Capsule Tower Sumber : http://architecturalmoleskine.blogspot.com/ di akses pada 20/11/2013 2.2. Tinjauan Khusus Topik 2.2.1 Pengertian Sustainable Design Maksud dari desain yang berkelanjutan menurut McLennan, J. F. (2004) adalah "eliminate negative environmental impact completely through skillful, sensitive design" Sustainable design dimaksudkan untuk mengeliminasi dampak negatif terhadap lingkungan melalui desain yang dilakukan secara cermat, sensitif dengan kemampuan yang memadai. Mengacu pada Daniel E. Williams dalam bukunya Sustainable Design Ecology, Architecture, and Planning (2007, p 13) berpendapat bahwa, “Sustainable design creates solutions that solve the economic, social and environmental challenges of the project simultaneously and these solutions are powered by sustainable energies”. Pendapat ini memperkuat bahwa Susstainable design sangat diperlukan pada setiap pembangunan karena dapat memberikan solusi dalam menekan biaya pembangunan, masalah sosial, dan efek pembangunan tersebut sangat ramah lingkungan. Gambar 2.2Element yang terdapat pada Sustainable Design Sumber : Daniel E. Williams, FAIA (Sustainable Design Ecology Architecture and Planning, 2007, p 15) 2.2.2 Pengertian Arsitektur Hemat Energi Berdasarkan pendapat Priatman (2002) arsitektur hemat energi bisa diartikan sebagai berikut, “Arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran “meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya” dengan memanfaatkan sains dan teknologi mutakhir secara aktif”. Dalam penerapannya pada bangunan hotel ini, hemat energi pemakaian listrik dapat diterapkan namun tetap harus menjaga batas-batas kenyamanan penghuni hotel tersebut. Penghematan energi pada arsitektur hemat energi pada umumnya terletak pada pengoptimalan sistim tata udara dan tata cahaya secara alami dengan memanfaatkan sumber energi yang ‘gratis’. Credo form follows function bergeser menjadi form follows energy yang berdasarkan pada prinsip konservasi energi (non-renewable resources) Hawkes Dean (2002) menyatakan, “Designing building to minimize the usage of energy without constraining the building function nor the comfort of productivity of occupants” Ia menjelaskan bahwa desain bangunan yang hemat energi dapat diartikan sebagai perancangan bangunan untuk meminimalisasi penggunaan energi tanpa membatasi fungsi bangunan maupun kenyamanan dan produktivitas penghuninya. Untuk mencapai tujuan itu, karya rancang bangun hemat energi dapat dilakukan dengan pendekatan aktif maupun pasif. Pendekatan pasif mengandalkan kemampuan perancang untuk mengantisipasi fluktuasi iklim luar melalui solusi arsitektural, sedangkan pendekatan aktif mutlak memerlukan kolaborasi perancang dan engineering melalui solusi teknologi (Jimmy Priatman. 2007) 2.2.3 Hemat Energi Dari Segi Penghawaan Strategi hemat energi pada suatu bangunan dapat dilakukan dengan mengaplikasikan teori-teori penghawaan alami pada bangunan. Prianto (2007) berpendapat bahwa, “Di era semakin maju dan serba modern, kehadiran listrik sudah menjadi kebutuhan primer kehidupan manusia. Segala kelengkapan kebutuhan hidup kini mengkonsumsi energi listrik, bahkan untuk tempat berlindungpun (rumah/bangunan) dalam usaha menciptakan kenyamanan. Seiring dengan terjadinya pemanasan bumi yang terjadi akhir-akhir ini, maka tak ayal bila sebagian orang membutuhkan penghawaan buatan seperti AC (Air Conditioner) untuk menjaga suhu ruangan tetap nyaman”. Semakin buruknya iklim dan cuaca bumi di masa sekarang ini, membuat sebagian bangunan membutuhkan penghawaan buatan seperti AC untuk menjaga kenyamanan suhu thermal. Hal ini bisa saja dicegah jika bangunan memiliki sistim sirkulasi penghawaan alami yang baik sehingga ruangan tetap sejuk tanpa harus menggunakan penghawaan buatan. Penghawaan alami dalam bangunan hemat energi sangat dibutuhkan, namun perlu juga memperhatikan suhu udara yang ada diluar agar panas udara diluar tidak terbawa masuk kedalam bangunan. Menurut Tri Harso Karyono (2007), “Salah satu penyebab ketidaknyamanan termis bangunan adalah tingginya suhu udara luar. Rancangan ruang luar dan ruang terbuka kota (taman, jalan dan lainnya) perlu vegetasi yang memadai baik dari segi jumlah maupun penempatan. Vegetasi penyerap CO2 dan memberikan peneduh, turut membantu menyerap radiasi panas matahari dalam jumlah yang besar sehingga menurunkan suhu udara disekitarnya. Hal ini sangat membantu pencapaian kenyamanan termis manusia di dalam maupun di luar bangunan”. Selain dari memiliki sistim penghawaan alami yang baik dan orientasi bangunan yang benar, bangunan juga harus didukung oleh rancangan ruang luar yang tepat dengan perlunya meletakkan vegetasi agar membantu sistim penghawaan ruang didalam bangunan. Peran taman dan jalur hijau tampak jelas disini, bahwa jika cukup tumbuhan, maka penggunaan energi untuk pendinginan bangunan ber-AC pada kawasan kota akan berkurang karena menurunnya suhu udara kota akibat keberadaan tumbuhan tersebut. 2.2.4 Kenyamanan Thermal Kenyamanan Termal (Thermal Comfort) Pada dasarnya perancangan bangunan hemat energi dengan pendekatan perancangan pasif bertujuan untuk mencapai kenyamanan termal. Menurut Frick (2007), kenyamanan termal bersifat individual. Faktor-faktor alam yang pasti mempengaruhi kenyamanan termal bagi manusia adalah suhu udara, kelembapan udara, dan pergerakan udara. Henry J Cowan (1983) memaparkan, The effect of temperature on human comfort was already mentioned by Vitruvius in the first century B.C. Leonardo da Vinci recognized the influence of humidity in the fifteenth century. John Arbuthnot, a friend of the satirist Jonathan Swift, published in 1733 An Essasy Concerning the effect of Air Movement on Human Bodies. However, the other components of thermal comfort are physical activity and clothing, as the result of C.P. Yaglou experiments at 1923. Sementara menurut Prasasto Satwiko (2004), enam faktor kenyamanan termal (4 faktor lingkungan + 2 faktor manusia) adalah : - Suhu udara T (Temperature), oC - Kecepatan angin, V (Velocity), m/dtk - Kelembapan udara, RH (Relative Humidity), % - Rata-rata suhu permukaan ruang, MRT (Mean Surface Radiant Temperature), oC - Pakaian, clo (Clothing), m2K/W (1 clo = 0,155 m2K/W). - Aktivitas manusia, met (Metabolism), W/m2 (1 met = 58,15 W/m2) Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan 3 faktor utama yang dapat diusahakan pada bangunan yang baru untuk mencapai kenyamanan termal, yaitu suhu udara, kelembapan udara dan pergerakan udara. Gambar 2.3Diagram frekuensi angin dalam setahun Sumber : Ecotect's Weather Data Jakarta, Indonesia Menurut penelitian Lippsmeier, batas-batas kenyamanan manusia untuk daerah khatulistiwa adalah 19°C TE (batas bawah) – 26°C TE (batas atas). Pada temperatur 26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat. Daya tahan dan kemampuan kerja manusia mulai menurun pada temperatur 26°C TE – 30°C TE. Kondisi lingkungan yang sukar mulai dirasakan pada suhu 33,5°C TE– 35,5 °C TE, dan pada suhu 35°C TE – 36°C TE kondisi lingkungan tidak dapat ditolerir lagi. Produktifitas manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman seperti halnya terlalu dingin atau terlalu panas. Produktifitas kerja manusia meningkat pada kondisi suhu (termis) yang nyaman (Idealistina , 1991). Gambar 2.4Diagram Kenyamanan sebagai Fungsi dari Temperatur,Kelembaban dan Kecepatan Angin Sumber : Bangunan Tropis, Georg, Lippsmeier Sementara itu, Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung yang diterbitkan oleh Yayasan LPMB-PU membagi suhu nyaman untuk orang Indonesia atas tiga bagian sebagai berikut : Tabel 2.2Suhu nyaman menurut standar teknis konversi energi Temperatur Efektif (TE) Kelembaban (RH) Sejuk nyaman 20,5°C - 22,8°C 50% Ambang atas 24°C 80% Nyaman optimal 22,8°C - 25,8°C 70% Ambang atas 28°C Hangat nyaman 28,8°C - 27,1°C Ambang atas 31°C 60% Sumber : Bangunan Tropis, Georg, Lippsmeier 2.2.5 Suhu Udara (Temperatur) Pada umumnya memang benar bahwa daerah yang paling panas adalah daerah yang paling banyak menerima radiasi matahari, yaitu daerah khatulistiwa. Tetapi pengurangan temperatur dari khaulistiwa. Tetapi pengurangan temperatur dari khatulistiwa ke kutub tidak seragam, karena pengaruh beberapa faktor, yaitu: • Derajat lintang, musim. Sudut jatuh cahaya matahari berkurang seiring dengan jauhnya suatu tempat dari katulistiwa, tetapi, sebaliknya hari-hari pada musim panas akan lebih panjang karena efek dari matahari. Jadi, maksimum penyinaran matahari harian terjadi antara garis lintang 30 derajat dan 45 derajat. Tetapi, untuk nilai rata-rata, berpengaruh juga musim dingin yang dingin, sehingga penyinaran tahunan tertinggi berada sekitar garis lintang 15 derajat. • Atmosfir. Sebagian radiasi matahari hilang sewaktu menembus atmosfir bumi. Kehilangan terkecil terjadi bila cahaya matahari jatuh tegak lurus ke bumi, yakni di sekitar khatulistiwa. Di sini energi hilang kira-kira sebesar 15%. Dengan sudut jatuh miring, atmosfer yang harus ditembus cahaya matahari semakin tebal, sehingga lebhi banyak energi radiasi yang hilang. Awan, asap, debu dan partikel air banyak mengurangi radiasi matahari. Karena itu, di daerah lembab lebih sedikit timbul panas dibandingkan dengan di daerah kering. - Daratan dan air. Bidang daratan menjadi panas dua kali lebih cepat daripada bidang air dengan luas yang sama. Bidang air kehilangan sebagian energi panasnya karena penguapan. Karena temperatur udara sebagian besar ditentukan oleh sentuhan udara dengan permukaan tanah, maka terjadilah temperatur yang tinggi yang selalu berhubungan dengan kelembaban udara yang rendah, dan temperatur sedang dengan kelembaban yang tinggi. Suatu gejala yang dikenal adalah bahwa pada garis lintang yang sama dan waktu musim panas yang sama, temperatur terendah terjadi di atas permukaan air dan teperatur tertinggi di atas benua dalam musim dingin terjadi kebalikannya. Panas tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah tengah hari, karena pada saat itu radiasi matahari langsung bergabung dengan temperatur udara yang sudah tinggi. Karena itu pertambahan panas terbesasr terdapat pada fasade barat daya atau barat laut (tergantung pada musim dan garis lintang) dan fasade barat. Sebagai patokan dapat dianggap bahwa temperatur tertinggi sekitar 1-2 jam setelah posisi matahari tertinggi, dan temperatur terendah sekitar 1-2 jam sebelum matahari terbit. Temperatur sudah mulai naik lagi sebelum matahari terbit disebabkan oleh penyebaran radiasi pada langit. 2.2.6 Kelembaban Kadar kelembaban udara, berbeda dengan unsur-unsur yang lain, dapat mengalami fluktuasi yang tinggi dan tergantung terutama pada perubahan temperatur udara. Semakin tinggi temperatur, semakin tinggi pula kemampuan udara menyerap air. Kelembaban absolut adalah kadar air dari udara, di nyatakan dalam gram perkilogram udara kering. Cara yang lebih banyak digunakan adalah dengan mengukur tekanan yang ada pada udara dalam kilo-pascal (Kpa). Ini umumnya disebut sebagai tekanan uap air. Kelembaban relatif menunjukkan perbandingan antara tekanan uap air yang ada terhadap tekanan uap air maksimum yang mungkin (derajat kejenuhan) dalam kondisi temperatur udara tertentu, dinyatakan dalam persen. Udara ini telah jenuh, artinya tidak dapat menyerap air lagi jika alam temperatur tertentu tekanan uap air maksimum telah tercapai. Misalnya udara dengan 38 derajat Celcius dapat menyerapuap air sepuluh kali lebih banyak dibandingkan udara dengan 0 derajat Celcius. Jadi, titik jenuh akan naik dengan meningkatnya temperatur. “Temperatur lembab” menunjukkan kombinasi antara temperatur kering yang diukur secara normal dan kadar kelembaban udara. Ini diukur dengan sebuah thermometer yang dilebabkan. Tabung air raksa pada termometer ini dibalut longgar dengan kain kasa yang ujungnya selalu berada dalam air. Karena efek kapiler, thermometer ini senantiasa berada dalam keadaan lembab. Kemudian dengan menggunakan peralatan sederhana thermometer ini diputar cepat untuk mensimulasi gerakan udara sehingga terjadi penguapan dan derajat kejenuhan tercapai langsung di dekat cairan pengukur. Nilai yang didapatkan adalah temperatur lembab. Untuk menilai kecocokan suatu iklim informasi mengenai kadar kelembaban udara sangatlah penting. Semakin tinggi kadarnya, semakin sukar iklim tersebut ditoleransi. Peningkatan ini terjadi oleh kombinasi antara temperatur tinggi. Manusia merasakan kondisi iklim dengan tekanan uap air di atas sekitar 2 Kpa mulai tidak menyenangkan. Penguapan pada kulit, yang mengakibatkan pendinginan, mulai sukar terjadi dan udara itu sendiri tidak dapat lagi menyerap cukup kelembaban. 2.2.7 Pergerakan Udara Gerakan udara yang terjadi disebabkan oleh pemanasan lapisan-lapisan udara yang berbeda-beda. Skalanya berkisar mulai dari angin sepoi-sepoi sampai angin topan, yakni kekuatan angin 0 sampai 12 (Skala Beaufort). Angin yang diinginkan, lokal, sepoi-sepoi yang memperbaiki iklim mikro mempunyai efek khusus dalam perencanaan, seperti memiliki gerakan udara kuat yang tidakdiharapkan, seperti memiliki gerakan udara kuat yang tidak diharpkan (badai, topan, siklon, tornado, tipone) berlawanan dengan ukuran pencegahan harus diberikan Tabel 2.3Kecepatan angin Kecepatan Angin (mph) Pengaruh terhadap manusia 0-2 Tidak ada angin 2-10 Angin terasa di wajah dan rambut 10-20 Debu naik, kertas terbang, rambut dan pakaian berantakan 20-25 Kekuatan angin terasa di tubuh 25-30 Payung susah digunakan 30-55 Susah berjalan 55-100 Angin topan/Badai >100 Kekuatan angin tornado, sangat berbahaya bagi manusia dan struktur Sumber : Bangunan Tropis, Georg, Lippsmeier Gerakan udara di dekat permukaan tanah dapat bersifat sangat berbeda dengan gerakan di tempat yang tinggi. Semakin kasar permukaan yang dilalui, semakin tebal lapisan udara yang tertinggal diam di dasar dan menghasilkan perubahan pada arah serta kecepatan gerakan udara. Dengan demikian bentuk topografi yang berbukit, vegetasi dan tentunya bangunan dapat menghambat atau membelokkan gerakan udara. Misalnya sebuah hutan tebal di daerah tropika basah dan di daerah dengan angin musim, angin dapat menyebabkan kekuatan angin berkurang setelah 30 m menjadi 60-80%, setelah 60m-50%, dan setelah 120m hanya tinggal 7% dari kekuatan angin semula. Pada pepohonan yang jarang, misalnya pada hutan palem di daerah tepi pantai dan di daerah savana, terjadi pengurangan kekuatan angin tetapi arah angin tetap. Sebaliknya penebangan di tengah hutan yang lebat akan mengakibatkan pertutaran gerakan udara. Gambar 2.5Pengaruh Vegetasi terhadap Pergerakan Udara Sumber : Bangunan Tropis, Georg, Lippsmeier Pada sebuah lansekap bebas yang datar yang tidak terlalu berpengaruh pada angin, angin berhembus dengan arah berubah-ubah. Pegunungan, kota, lembah dapat mengubah arah angin sampai 180o dan mengurangi kecepatannya. Penelitian di kota-kota besar menunjukkan bahwa kecepatan angin di permukaan jalan rata-rata hanya sepertiga dari kecepatan pada lansekap terbuka. Bangunan tinggi memiliki pengudaraan yang lebih baik pada bagian sebelah atas, karena disini intensitas gerakan udara lebih besar dari pada di lantai. Gambar 2.6Perbaikan Arah angin oleh Bangunan Tinggi Sumber : Bangunan Tropis, Georg, Lippsmeier Gerakan udara merupakan faktor perencanaan yang penting karena sangat mempengaruhi kondisi iklim, baik untuk setiap rumah maupun seluruh kota. Gerakan udara menimbulkan pelepasan panas dari permukaan kulit oleh penguapan. Semakin besar kecepatan udara, semakin besar panas yang hilang. Tetapi ini hanya terjadi selama temperatur udara lebih rendah daripada temperatur kulit. Jika tidak begitu maka akan terjadi kebalikannya, yaitu pemanasan tubuh, karena efek pendinginan tidak mencukupi. Jadi arah angin sangat menentukan orientasi bangunan. Jika di daerah lembab diperlukan sirkulasi udara yang terus menerus, di daerah kering orang cenderung membiarkan sirkulasi udara hanya pada waktu dingin atau malam hari. Karena itu di daerah tropika basah, dinding-dingding luar sebuah bangunan terbuka untuk sirkulasi udara lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk pencahayaan. Sedangkan di daerah kering, lobang cahaya biasanya dibuat lebih kecil daripada yang diperlukan. Data-data pengukuran lokasi bangunan yang direncanakan harus diikutsertakan dalam studi sebagai kontrol terhadap data-data metereologi umum. Karena dengan mengamati arah dan kecepatan angin serta faktor-faktor yang dapat mengubahnya, kondisi iklim interior dapat diperbaiki. 2.2.8 Perancangan Secara Pasif (Passive Design) Merujuk pada pendapat Ken Yeang (1999) tentang Perancangan pasif berbasis kondisi iklim setempat. Berikut ini adalah beberapa metode perancangan pasif yang dapat digunakan dalam merancang bangunan dengan menggabungkan sistem pasif dan aktif demi bentuk keberlanjutan ekologis dari sumber energi - Konfigurasi bentuk bangunan dan perencanaan tapak - Orientasi bentuk bangunan (dari façade utama dan ventilasi) - Desain façade - Perangkat penahan radiasi matahari (contoh : sun shading) - Perangkat pasif siang hari - Warna dan bentuk selubung bangunan - Tanaman Vertikal - Angin dan Ventilasi alami : Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perancangan pasif mengandalkan kemampuan designer untuk mengatasi fluktuasi iklim luar melalui solusi arsitektural, yang dalam hal ini penerapan passive design pada Hotel Kapsul yang akan di desain adalah memfokuskan penggunaan perangkat pasif siang hari – dimana akan merujuk kepada penghawaan pasif (Angin dan Ventilasi Alami). 2.2.9 Sistem Penghawaan Pasif dengan Cross Ventilation Hampir keseluruhan bangunan Hotel Kapsul ini menggunakan sistem penghawaan pasif (alami) dengan cara memanfaatkan potensi alami secara optimal yaitu sistem iklim mikro. Gambar 2.7Pemanfaatan Potensi Alami Secara Optimal Sumber : http://digilib.petra.ac.id diakses pada 15/10/2013 Salah satu cara untuk menerapkan penghawaan pasif ialah dengan cara penerapan ventilasi silang. Pengudaraan ruangan yang berlanjut di daerah tropis berfungsi terutama untuk memperbaiki iklim ruangan. Udara yang bergerak menhasilkan penyegaran terbaik, karena dengan penyegaran yang baik terjadi proses penguapan, yang berarti penurunan temperatur pada kulit. Udara lembab yang tidak jenuh menyentuh tubuh, kelembaban kulit (keringat) berkurang, dan tubuh merasakan pendinginan. Meningkatnya kelembaban udara (udara luar, atau udara di dalam ruangan karena berkumpulnya manusia) dapat dikombinasi dengan penambahan kecepatan udara. Pendinginan tidak dapat lagi dilakukan bila, dalam kasus ekstrim, kelembaban udara hampir mencapai 100%. Tanpa pengudaraan, ruang yang langsung berada di sekitar tubuh manusia akan cepat sekali jenuh, tubuh tidak dapat lagi melepaskan kelembaban. Pendinginan melalui pengudaraan hanya dapat dilakukan bila temperatur udara lebih rendah dari temperatur kulit (35o-36oC). Jika temperatur udara lebih tinggi, pengudaraan memang masih menimbulkan penguapan, tetapi pendinginan yang terjadi tidak dapat lagi mengimbangi panas yang diterima oleh tubuh. Ini merupakan penjelasan mengapa metode pengudaraan untuk memperbaiki iklim ruangan hanya dapat dilakukan di daerah tropis lembab, karena disini temperatur udara tidak pernah mencapai temperatur kulit. Gambar 2.8Perilaku Udara Sumber : Bangunan Tropis Gerakan udara di dalam rumah dapat dihasilkan dengan memanfaatkan angin atau melalui kontras antara bidang fasade yang terkena dan yang tidak terkena cahaya. Kedua gaya ini bisa saling mendukung atau bertentangan, tergantung pada orientasi bangunan dan pengaturan lubang-lubang udara dan jendela. Suatu saat, derajat efektivitas tergantung pada perbedaan tekanan antara kedua sisi bangunan dan pada saat lain tergantung perbedaan temperatur. Karena itu untuk mendapatkan ventilasi silang, lubang-lubang harus dibuat pada sisi-sisi bngunan yang berlawanan. Ventilasi silang yang didasarkan pada perbedaan panas hampir tidak menghasilkan sesuatupun, karena kecilnya perbedaan temperatur di daerah iklim hangat-lembab. Sebaliknya, perbedaan tekanan bisa sangat besar, tergantung pada kecepatan angin, sehingga kemungkinan mendapatkan ventilasi silang dengan cara ini akan dibahas lebih terperinci berikut ini. Tujuan perencanaan adalah mendapatkan aliran udara yang tepat untuk ruangan serta pengontrolannya. Ada berbagai kemungkinan, tetapi kesulitannya terutama terletak pada kenyataan bahwa udara yang bergerak tidak mudah berubah arah dan tidak mencari jalan terpendek antara lobang masuk dan keluar. Dengan bantuan beberapa contoh dan gambar (menurut penelitian Texas Engineering Experiment Station, USA), arus udara di dalam ruangan dan bagaimana cara mempengaruhinya dapat dijelaskan. Yang penting untuk pengarahan udara adlah lobang masukmasuknya dan kondisi-kondisi tekanan udara pada dinding luar. Misalnya, letak jendela yang tidak menguntungkan bisa sangat mengganggu aliran udara di dalam ruangan. Di pihal lain, dengan tindakan yang tepat, udara dapat diarahkan sesuai dengan keinginan. Aliran udara sebaiknya terbentuk pada tempat-tempat dimana manusia berada, artinya di ruang keluarga pada ketinggian duduk dan berdiri, di ruang tidur atau ketinggian berbaring (terutama di rumah sakit). Aturan ini berlaku baik untuk denah maupun untuk tampak bangunan. Setiap tindakan pada bangunan dapat mengubah aliran udara di dalam ruangan. Sebagai contoh, sebuah jendela ditempatkan dengan benar pada dasar agar aliran udara dapat mencapai daerah disekitar tubuh manusia. Adanya sebuah pelindung matahari di atas jendela, dekat pada fasade dan dalam keadaan tertutup, atau sebuah tonjolan tembok bisa sangat mengganggu, karena akan terbentuk tekanan udara pada fasade tersebut, yang mendorong udara ke atas atau ke samping. Jika pelindung matahari atau tonjolan tembok ini dihilangkan dari fasade, maka akan didapatkan kembali kondisi yang diinginkan. Jika di dalam sebuah ruangan gerakan udara harus ada baik pada ketinggian tubuh maupun pada sisi bawah langi-langit, maka dua buah lobang saja pada sisi yang berlawanan belum memadai. Lobang sebelah bawah harus memiliki jalusi, yang dapat mengubah arah angin. Tanpa ini, arus juga akan dibelokan ke atas. Yang lebih penting untuk pendinginan bukanlah banyaknya pertukaran udara setiap jam, tetapi masuknya udara. Kecepatan udara di dalam ruangan dapat ditingkatkan bila lubang keluar lebih besar dari lubang masuk udara. Efek ini dikenal dari aerodinamika. Singkatnya, untuk mencapai pendinginan yang efektif, lobang masuk udara harus dirancang dan ditempatkan berdasarkan arah arus udara di dalam lobang masuk keluarnya, udara di atas, sehingga diperoleh pengaliran alamiah yang dapat di kontrol. Perlu ditekankan bahwa dinding pemisah perabot besar, daerah yang tidak persih, dan lain-lain, tidak hanya mengubah arah aliran udara, tetapi juga mengurangi secara drastis. Tentu saja kecepatan udara tertinggi dicapai bila ventilasi silang yang lebih baik dibandingkan bangunan tebal. Setiap sistem pengudaraan juga harus berfungsi pada periode angin keras; karena itu selama musim hujan yang dingin, dimana angin keras ini sering timbul, pengudaraan ini harus dapat ditahan tanpa kehilangan fungsinya. Gambar 2.9 Pembelokan aliran udara oleh pertamanan Sumber : Bangunan Tropis Syarat untuk ventilasi silang yang baik adalah angin mencapai bangunan dengan arah yang menguntungkan. Gambar 6. menunjukkan bahwa situasi dapat diperbaiki dengan tindakan-tindakan yang tepat. Di sini pengaturan tekanan dan lapisan pada fasade dan di sekitar bangunan merupakan dasar untuk perubahan. Sebab dengan cara ini, penghematan dapat didapat cukup besar akan tetapi tetap tidak mengabaikan kenyamanan ruang di dalamnya. 2.3. Kelengkapan Data dan Relevansi Pustaka Pendukung 2.4.1 Studi Literatur 1. Nakagin Capsule Tower Bangunan yang selesai dibangun pada tahun 1972 in dirancang oleh seorang arsitek muda Jepang dimasanya, Kisho Kurokawa. Bangunan ini memiliki 13 lantai, dengan masing-masing kapsul modular yang membentuk lantai yang melekat pada poros pusat yang sangat besar dengan hanya 4 baut. Ide dasar dari bangunan ini adalah bagaimana bangunan bisa terus melakukan peremajaan seperti halnya metabolisme dalam tubuh manusia. The Nakagin Capsule Tower adalah yang pertama dari jenisnya, dengan menggunakan konsep metabolisme, dimana tiap unit kamar yang berupa modul bisa diperbaharui dengan cara memasang kembali unit modul yang baru untuk menggantikan unit yang lama. Data-data The Nakagin Capsule Tower adalah sebagai berikut : - Lokasi : Ginza, Tokyo - Tanah : 429,51 m2 - Luas Bangunan : 3.091,23 sqr - Konstruksi : 13 Lantai + 1 Basement - Jumlah Unit : 140 unit Gambar 2.10 Hotel Nakagin Capsule Tower Sumber : http://architecturalmoleskine.blogspot.com/ di akses pada 20/11/2013 2. Hotel Asahi Plaza Shinsaibashi Hotel ini benar-benar ditujukan bagi para pelaku bisnis dimana menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang bisnis serta beberapa fasilitas seperti sauna,lounge refreshing, untuk menghilangkan rasa lelah setelah lama beraktivitas. Dari segi desain bentuk, hotel kapsul ini berbeda dengan hotel kapsul sebelumnya. Kapsul hanya ditutup dengan tirai yang memisahkan area umum dengan tempat tidur sehingga mungkin tingkat kenyamanan akan privasi berkurang. Fasilitas hotel tersebut juga tidak kalah lengkap dengan adanya ruang sauna dan jasa pemijatan. Suasana Hotel Asahi seperti : - Kelompok ruang (4 kapsul di satu ruang, ruang meja, kursi dan loker) - Kapsul berada di daerah yang cukup tenang sehingga tidak terganggu dengan bising yang menggangu - Wilayah umum memiliki semua fasilitas yang diperlukan, ruang ganti dan berbagi daerah mandi - Laki-laki dan perempuan berada di lantai terpisah, hanya ada ruang pertemuan berada di entrance dan lantai pertama - Loker kecil di luar kapsul - Restoran kecil di lantai dasar Dari beberapa hasil studi literatur di atas, maka dapat disimpulkan bahwa banyak berbagai macam klasifikasi serta ciri tersendiri dari masing-masing hotel kapsul, antara lain; ada yang menggunakan system beberapa ‘kapsul’ kecil yang dirakit sedemikian rupa dan ditumpuk hingga 2 tingkat yang disusun secara berjajar berdekatan satu sama lain, seperti sarang lebah. Masing-masing ‘kapsul’terdapat lampu, TV dan radio serta ber-AC. Jenis Kapsul lainnya ada yang menggunakan sistem core ataupun sistem panel yang mana pada sistem core, unit kapsul terbuat dari rangka baja yang dirakit sedemikian rupa dan masing-masing disambungkan dengan core yang sudah ada. Sedangkan sistem lainnya seperti sistem panel merupakan sistem unit kapsul yang dikaitkan pada kolom struktur utama bangunan. Sedangkan dari segi fungsi hotel ini memang diperlukan bagi orang-orang yang ingin beristirahat dalam jangka waktu yang cukup pendek yakni hanya 1-3 malam saja. 2.4.2 Studi Banding Sekitar Tapak Tabel 2.4Perbandingan hotel di kawasan Menteng, Jakarta Pusat Kriteria Hotel Paragon Hotel Arcadia Jl. Wahid Hasyim No 29, Lokasi Jl. Wahid Hasyim No. 144 Jakarta pusat Klasifikasi Hotel Bintang 3 Bintang 3 Jumlah Lantai 7 8 Gubahan Massa Bentuk persegi panjang Bentuk persegi Tipe Unit Deluxe, Suite Standard, Suite, Deluxe Jenis Resort Hotel Resorts Hotel Range Harga 250.000-400.000 500.000-700.000 - - Suasana Hotel Fasilitas Magnetic Card Magnetic Card Penunjang - Restaurant Sumber : www.beontheroad.com diakses pada 11/10/2013 Kesimpulan : Berdasarkan data studi banding yang diperoleh diatas maka didapat kriteria perancangan hotel kapsul yang kiranya di butuhkan di lokasi tapak berdasarkan kriteria-kriteria yang telah di paparkan, antara lain : - Fungsi akomodasi merupakan hotel transit/bisa juga hotel berbintang 3 - Memperhatikan kenyamanan antar unit - Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan selama transit - Berdasarkan jumlah kamar merupakan medium hotel, average hotel yang memiliki jumlah kamar antara 150 s/d 299 kamar. p-1