4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Seruni jalar (Sphagneticola trilobata L.) 1. Sistematika Tanaman. Kedudukan tanaman Seruni jalar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Suku : Asteraceae Marga : Sphagneticola Jenis : Sphagneticola trilobataL. (http://www.cabi.org/isc/datasheet/56714) Gambar 1. Seruni Jalar (S. trilobata) 2. Nama Sinonim Seruni Jalar juga dikenal dengan nama laon Wedelia trilobata yang tumbuh menyebar di daerah tropis mulai dari Amerika tropik, Asia tropik, sampai ke Afrika barat(Hossain dan Hossan, 2005).Di Indonesia sendiri tanaman inidikenal dengan beberapanama seperti rumput Wedelia, Seruni Jalar, dan Tusuk Konde. 4 Formulasi Sabun Cuci..., Endah Ari Purwaningtyas, Fakultas Farmasi UMP, 2016 5 B. Deskripsi Tanaman Seruni Jalar Sphagneticola trilobata L. adalah tanaman menahun yang tumbuh dengan tinggi 45-60 cm. Batangnya berwana hijau, bulat, dan bercabang pada bagian axial, panjang sekitar 10-30 cm. Daun berwarna hijau, bertekstur medium, berdaging, dengan lebar 2-5 cm dan panjang 4-5 cm, obovate sederhana,dan bergerigi, susunan daun menyilang berlawanan. Bunganya soliter, muncul pada axil daun, berwarna kuning cerah, beratangkai 3-10 cm. Akarnya berupa akar tunggal kecoklatan.Habitus tanaman ini adalah semakmenjalar. C. Kandungan dan Khasiat Seruni Jalar Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Govindapa et al (2011) menunjukkan bahwa daun dan batang ekstrak S. trilobata mengandung senyawa fitokimia aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.Fraksi ekstrak etanol daun dan batangnya menunjukkan aktivitas antibakkteri yang signifikan terhadap bakteri Gram-positif maupun Gramnegatif dan jamur yang diuji.Terbukti adanya aktivitas antioxidant dan antiinflamasi yang kuat pada fraaksi ekstrak etanolnya.Aktivitas tersebut dapat ditimbulkan oleh adanya komponen senyawa polifenol seperti flavonoid, tannin, terpenoid, fenol, dan saponin pada daun, batang dan juga bunganya. Pada daun dan batang S. trilobata mengandung senyawa diterpen (asam kaurenoat), eudesmanolide lakton, dan luteolin (Lans, 1996; Block et al., 1998). Asam kaurenoat memiliki aktifitas antibakteri, larvacida, dan tripnocida, serta dapat menjadi stimulator yang poten pada proses kontraksi uterus(Block et al., 1998). Dalam konsentrasi 400µL ekstrak methanol daun dan bungaS.trilobata mampu memberikan respon hambatan terhadap bakteriS.aureus, S. typhi, dan P. aeruginosae.Sedangkan ekstrak methanol dari batang dan akarnya mampu memberikan zona hambatan S. aureus dan E. coli (Toppo et al., 2013). Formulasi Sabun Cuci..., Endah Ari Purwaningtyas, Fakultas Farmasi UMP, 2016 6 Asam kaurenoat dapat merusak membran sel S. aureus melalui ikatan hidrogen gugus karboksilat asam kaurenoat dengan atom oksigen fosforil membran sel (Urzúa et al., 2008). D. Estrak Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau siplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995). Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk menyari senyawa, salah satunya yang digunakan adalah teknik maserasi.Maserasi adalah metode penyarian sederhana.Teknik maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.Maserasi digunakan untuk menyari zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyarinya.Keuntungan dari maserasi adalah carapengerjaan dan alat yang digunakan sederhana serta mudah dikerjakan Sedangkan kerugian teknik maserasi adalah waktu pengerjaannya yang lama serta resiko penyariannya yang kurang sempurna (Anonim, 1986). Terdapat beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam hal memilih cairan penyari yang akan digunakan, antara lain : murah dan muah didapat, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat-zat berkhasiat yang dikehendaki dan tidak mempengaruhi zat berkhasiat (Anonim, 1986). E. Etanol Etanol adalah campuran etilalkohol dan air, berbentuk cairan jernih, mudah menguap, mudah terbakar dengan memberikan warna biru yang tidak berasap dengan kelarutan sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P (Anonim 1979). Etanol dapat melarutkan alkaloida basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoida, steroid, dammar, klorofil, lemak, malam, tannin, dan saponin hanya sedikit larut.Untuk meningkatkan Formulasi Sabun Cuci..., Endah Ari Purwaningtyas, Fakultas Farmasi UMP, 2016 7 penyarian biasanya digunakan campuran etanol dan air. Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang akan disari (Depkes RI, 2005). F. Sabun Cair Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau potasium.Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati ataulemak hewani (Qisti, 2009). Sabun cair saat ini banyak diproduksi karena penggunaannya yang lebih praktis dan bentuk yang menarik dibanding bentuk sabun lain. Di samping itu sabun dapat digunakan untuk mengobati penyakit, seperti mengobati penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Dengan kata lain sabun dapat digunakan sebagai obat yakni dengan membersihkan tubuh dan lingkungan sehingga kemungkinan terserang penyakit akan berkurang (Anggraini et al, 2012). Pasa umumnya sabun terdiri dari beberapa komponen seperti surfaktan, pelumas, antioksidan, deodorant, parfum, pengontrol pH, dan bahan tambahan khusus. 1. Surfaktan Surfaktan adalah molekul yang memiliki gugus polar yang suka air (hidrofilik) dan gugus non polar yang suka minyak (lipofilik) sehingga dapat memperasatukan campuran yang terdiri dari minyak dan air yang bekerja menurunkan tegangan permukaan. 2. Pelumas Untuk menghindari rasa kering pada kulit diperlukan bahan yang tidak saja meminyaki kulit tetapi juga berfungsi untuk membentuk sabun yang lunak, misal: asam lemak bebas, fatty alcohol, gliserol, lanolin, paraffin lunak, cocoa butter, dan minyak almond, bahan sintetik ester asam sulfosuksinat, asam lemak isotionat, asam lemak etanolamid, polimer JR, dan carbon resin (polimer akrilat).Bahan-bahan selain Formulasi Sabun Cuci..., Endah Ari Purwaningtyas, Fakultas Farmasi UMP, 2016 8 meminyaki kulit juga dapat menstabilkan busa dan berfungsi sebagai peramas (plasticizers) (Wasitaatmadja, 1997). 3. Antioksidan dan Sequestering agents Antioksidan adalah senyawa atau zat yang dapat menghambat, menunda, mencegah, atau memperlambat reaksi oksidasi meskipun dalam konsentrasi yang kecil. Untuk menghindari kerusakan lemak terutama bau tengik, dibutuhkan bahan penghambat oksidasi, misalnya stearil hidrazid dan butilhydroxy toluene (0,02%-0,1%). Sequestering Agents dibutuhkan untuk mengikat logam berat yang mengkatalis oksidasi EHDP (ethanehidroxy-1-diphosphonate)(Wasitaatmadja, 1997). 4. Deodorant Deodorant adalah suatu zat yang digunakan untuk menyerap atau mengurangi bau menyengat. Deodorant dalam sabun mulai dipergunakan sejak tahun 1950, namun oleh karena khawatir efek samping, penggunaannya dibatasi.Bahan yang digunakan adalah TCC (trichloro carbanilide) dan 2-hidroxy 2,4,4-trichlodiphenyl ester (Wasitaatmadja, 1997). 5. Parfum Isi sabun tidak lengkap bila tidak ditambahkan parfum sebagai pewangi.Pewangi ini harus berada dalam pH dan warna yang berbeda pula.Setiap pabrik memilih bau dan warna sabunbergantung pada permintaan pasar atau masyarakat pemakainya. Biasanya dibutuhkan wangi parfum yang tidak sama untuk membedakan produk masingmasing (Wasitaatmadja, 1997). 6. Pengontrol pH Penambahan asam lemak yang lemah, misalnya asam sitrat, dapat menurunkan pH sabun (Wasitaatmadja, 1997). 7. Bahan tambahan khusus Menurut Wasitaatmadja (1997), berbagai bahan tambahan untuk memenuhi kebutuhan pasar, produsen, maupun segi ekonomi dapat Formulasi Sabun Cuci..., Endah Ari Purwaningtyas, Fakultas Farmasi UMP, 2016 9 dimasukkan ke dalam formula sabun. Dewasa ini dikenal berbagai macam sabun khusus, misalnya: a. Superfatty yang menambahkan lanolin atau paraffin. b. Transparan yang menambahkan sukrosa dan gliserin. c. Deodorant, yang menambahkan triklorokarbon, heksaklorofen, diklorofen, triklosan, dan sulfur koloidal. d. Antiseptik (medicated = carbolic) yang menambahkan bahan antiseptik, misalnya: fenol, kresol, dan sebagainya. G. Diare Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya yaitu lebih dari 3 kali dalam sehari dan fesesnya lunak. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak yaitu bila frekuensi lebih dari 3 kali. Dinegara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stapilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringensdan, Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC) (Manatsathit, et al., 2002). Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam yang dianalisa dari 1995 s/d 2001 penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, dan Salmonella paratyphi A (Tjaniadi, et al., 2003) Formulasi Sabun Cuci..., Endah Ari Purwaningtyas, Fakultas Farmasi UMP, 2016 10 H. Bakteri Escherichia coli, Salmonella thypi, dan Staphylococcus aureus 1. Bakteri E. coli Sistem klasifikasi sebagai berikut: Divisio : Protophyta Subdivisio : Schizomycetea Kelas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Familia : Enterobacteriaceae Genus :Escherichia Spesies :Escherichia coli Escherichia coli (E. coli) adalah salah satu jenis spesies utama bakteri Gram negatif. Pada umumnya, bakteri dapat ditemukan dalam usus besar manusia. Beberapa strain E. coli dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin. Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S rRNA, sehingga menghentikan sintesis protein (Levinson, 2008). E. coli merupakan salah satu grup koliform yang dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas pada suhu 44°C, bersifat indol positif tidak dapat menggunakan sitrat, menghasilkan asam dari manitol vada suhu 37°C. Pada biakan E. coli bersifat aerob atau fakultatif anaerob dan tumbuh pada pembenihan biasa pada suhu optimum pertumbuhan yaitu 37°C (Raharjo, 2013). 2. Bakteri S. typhi Berikut klasifikasinya: Phylum : Eubacteria Class : Prateobacteria Ordo : Eubacteriales Family : Enterobacteriaceae Genus :Salmonella Species :Salmonella typhi Serotipe :typhi Formulasi Sabun Cuci..., Endah Ari Purwaningtyas, Fakultas Farmasi UMP, 2016 11 Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria Gramnegatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne (Ryan et al., 2004). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan.S. thypi adalah salah satu dari 3 serotipe utama dari bakteri Salmonella yang dapat menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian (Maloy, 1999). 3. Bakteri S. aureus Sistem klasifikasinya sebagai berikut: Divisio : Protophyta Subdivisio : Schizomycetea Kelas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Famili : Micrococcaceae Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus S. aureusadalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm. Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits (Madigan et al., 2008). S.aureus dapat menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2, dan koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi dan menggumpal. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena penggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim ini terakumulasi di sekitar bakteri sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis terhambat (Madigan et al., 2008). Formulasi Sabun Cuci..., Endah Ari Purwaningtyas, Fakultas Farmasi UMP, 2016