1 PENGARUH PENAMBAHAN KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatica) PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Effect of adding water kale (Ipomea aquatica) to feed for the weight of tilapia (Oreocromis niloticus) Rianda Putra1), Eri Yusni2), Irwanmay2) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155 Email:[email protected] 2) Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155 ABSTRACT Tilavia is favorite fish consumsion by the people of indonesiaand it is very easy to cultivate because it has a sufficient level of the prospective development. The feed is a very important factor in the process enlargement fish. This research was conducted to determine the effect of feeding a mixture of pellets water kale on the growth of tilapia. Container maintenance of tilapia used mine concrate pols with 1 x 1 x 1 M 2 of size and 50 liters of volume water for each pool.This research was conductedin August – November 2015 in the Binjai Town. The method user completely randomized design with treatment of pellets feed was + kale (1:3). The P1 treatment showed the best daily length growth and daily weight growth. The final result obtained the length of P1 treatment was 11,76 cm, P2 treatment was 10, 92 cm, P3 treatment was 9, 97cm, and the weight of P1 treatment was 13,15 gr, P2 treatment was 11,21 gr, P3 treatment was 9,66 gr. The total feed used 3966.9 gr. Key Words : Tilapia (Oreocromis niloticus), Growth, Water Kale (Ipomea aquatica) PENDAHULUAN Budidaya perikanan secara intensif, biaya pakan merupakan biaya produksi terbesar. Pemanfaatan bahan pakan lokal hasil pertanian dan ikutannya seoptimal mungkin dapat mengurangi biaya ransum. Ransum adalah faktor penentu terhadap pertumbuhan dalam teknologi budidaya. Optimalitas performan ternak ikan nila hanya dapat terealisasi apabila diberi ransum bermutu yang memenuhi persyaratan tertentu dalam jumlah yang cukup. Penggunaan bahan pakan penyusun ransum ikan nila yang umum digunakan, sering menimbulkan persaingan, sehinga harga ransum tinggi. Untuk itu, diperlukan upaya untuk mencari alternatif sumber bahan pakan yang murah, mudah didapat, kualitasnya baik, serta tidak bersaing dengan pangan (Susangka dkk, 2006). Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi, dimana kebutuhan benih maupun ikan konsumsi dari tahun ke tahun cenderung terus meningkat seiring dengan perluasan usaha budidaya. Namun masih ada beberapa kendala yang sampai saat ini belum terpenuhi yaitu masih rendahnya kualitas benih, tidak tersedianya benih setiap saat secara berkesinambungan, rendahnya fertilisasi telur dan derajat tetas telur. Salah satu penyebab penurunan kualitas telur dan larva diduga karena rendahnya 2 kualitas pakan induk yang diberikan. Pada umumnya pakan induk yang digunakan dalam proses pembenihan ikan nila adalah pakan komersil untuk pembesaran dan bukan pakan yang dibuat khusus untuk tujuan pembenihan, sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas benih (Darwisito, S, dkk., 2008). Budidaya ikan nila dewasa ini banyak dikembangkan berbagai teknologi dalam rangka peningkatan mutu induk ikan nila. Hal ini disebabkan pada saat ini telah banyak terjadi penurunan kualitas induk ikan nila. Oleh karena itu kebutuhan induk bermutu sangat dih arapkan dalam rangka memperoleh benih yang berkualitas. Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk dalam program revitalisasi perikanan budidaya yang dicanangkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya dalam meningkatkan kualitas induk dan benih ikan nila yang beredar di masyarakat (Yuniarti, 2009). Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman dan secara terkontrol dalam bak-bak beton. Tetapi pemijahan secara massal lebih efisien, karena dengan biaya yang relatif lebih sedikit dapat memproduksi larva dalam jumlah yang hampir sama dengan menggunakan bak–bak beton. Umumnya petani-petani ikan dibeberapa daerah yang belum berkembang bidang perikanannya, dalam memanen benih nila ukuran 1–3 cm (kebul ), 3–5 cm (gabar), dan 5–8 cm (ngaramo) semaunya sendiri (tidak beraturan), sehingga benih yang dihasilkan jumlahnya sedikit, disamping itu ukurannya tidak homogen (Susanti dan Sunyoto, 2005). Salah satu alternatif bahan pakan penyusun ransum ikan nila adalah penggunaan limbah sayuran sebagai bahan pakan sumber protein nabati. Ikan nila termasuk ikan omnivora yang cenderung herbivora yang membutuhkan protein kasar sekitar 25-30%, sehingga kemungkinan limbah sayuran yang telah ditepungkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan. Limbah sayuran mempunyai kandungan gizi rendah, yaitu Protein kasar sebesar 1-15% dan serat kasar sebesar 5-38%. Namun limbah sayuran ini akan lebih bernilai guna jika dimanfaatkan sebagai pakan melalui pengolahan. Oleh karena itu, limbah sayuran sangat berpotensi untuk dijadikan bahan pakan alternatif ikan khususnya ikan yang cenderung herbivora seperti ikan nila (Susangka dkk, 2006). Pakan alami yang terdapat di kolam tidak lagi memenuhi kebutuhan, sudah saatnya difikirkan mengenai penyediaan pakan buatan. Pembuatan pakan ikan pada prinsipnya adalah pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak layak dikonsumsi secara langsung oleh manusia ataupun pemanfaatan surplus yang memiliki nilai nutrisi dan nilai ekonomi lebih kecil dari bahan pangan hewani yang akan dihasilkan (Wahyuningsih, 2009). Kecepatan pertumbuhan bergantung pada jumlah makanan yang diberikan, ruang, suhu, dalamnya air, dan faktorfaktor lainnya. Makanan yang dimanfaatkan oleh ikan, pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan mengganti alat-alat tubuh yang rusak. Setelah itu baru kelebihan makanan yang masih tersisa dipergunakan untuk pertumbuhan. Suatu makanan minimal harus mengandung protein, karbohidrat, dan lemak. Ketiga zat ini masing-masing akan diubah menjadi energi yang sangat diperlukan agar dapat melakukan aktivitasaktivitasnya. Tetapi ikan cenderung memilih protein sebagai sumber energi yang utama. Kualitas makanan baru dapat mempengaruhi pertumbuhan jika makanan yang tersedia dalam jumlah yang banyak dan berkualitas baik, tetapi kalau makanan tersedia dalam jumlah sedikit maka makanan tidak akan mempengaruhi kecepatan tumbuh ikan (Wahyuningsih, 2009). 3 Peningkatan produksi dalam budidaya tentu harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan peningkatan padat penebaran. Semakin tinggi padat penebaran dalam suatu wadah budidaya, maka akan semakin tinggi produksi ikan yang dihasilkan dan berdampak pula pada peningkatan keuntungan yang diperoleh. Kepadatan ikan yang rendah berdampak pada pertumbuhan yang baik dan tingginya tingkat kelangsungan hidup tetapi produksi per area rendah, sedangkan kepadatan ikan yang tinggi berdampak pada rendahnya pertumbuhan dan meningkatnya stres pada ikan, selain itu tingginya interaksi sosial pada ikan akan menimbulkan heterogenitas ukuran ikan. Kepadatan ikan yang tepat akan meningkatkan total produksi dan biaya produksi per unit menjadi rendah (Gomes,dkk., 2000). Kegiatan usaha budidaya perikanan, tidak terlepas dari kebutuhan pakan. Pakan merupakan faktor yang banyak membutuhkan biaya, yaitu 60– 70% dari seluruh biaya produksi. Mahalnya harga pakan ikan tidak terlepas dari harga bahan pembuat pakan yang ada. Peningkatan harga bahan pakan yang terjadi pada akhirakhir ini membuat keuntungan semakin berkurang. Pengembangan penelitian sekarang yang sangat diperlukan diantaranya adalah protein asal tumbuhan. Daun kangkung air merupakan salah satu bahan pakan asal tumbuhan, bahan pakan ini berharga murah, mudah didapatkan, dan memiliki kandungan nutrisi pakan yang cukup serta dapat menguntungkan. (Putra i, dkk., 2011). METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan November 2015, Jln. Dr. Wahidin. KM 19. Desa Sumber Mulyo Rejo, Kecamatan Binjai Timur, Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 buah kolam 1 meter x 1 meter, selang air, gunting, botol winkler, pH meter, thermometer, aerator, tanggok, tempat pakan ikan, kamera, pisau, timbangan, penggaris, meteran ukur. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air, ikan nila sebanyak 70 ekor, benih berasal dari hasil budidaya ikan nila. Pada masing-masing kolam berisi 7 ekor. Pakan pelet pabrikan berasal dari toko pakan dan pakan alami berupa kangkung berasal dari tangkapan alam. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang digunakan skala laboratorium menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan, dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan. Perlakuan tersebut menggunakan 3 dosis penambahan kangkung yang dicampur dalam pakan dengan perbandingan sebagai berikut : 1. P1 : Pelet + Kangkung (1 : 3) 2. P2 : Pelet + Kangkung (1 : 2) 3. P3 : Pelet + Kangkung (1 : 1) Pada masing-masing perlakuan akan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Pengambilan sampel dilakukan 5 kali dengan interval waktu pengukuran dan pengambilan data 2 minggu sekali (14 hari). Pemberian pakan diberikan berdasarkan 5% dari berat ikan, parameter utama meliputi pertumbuhan pada ikan nila. Sedangkan parameter penunjang 4 meliputi beberapa parameter kualitas air seperti suhu, pH, dan oksigen terlarut. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini meliputi persiapan wadah, penebaran benih, pemberian pakan dan pengelolaan kualitas air, serta analisis data. a. Persiapan Wadah Adapun persiapan wadah meliputi persiapan kolam beton berukuran 1 meter x 1 meter sebanyak 10 buah. b. Penebaran Benih Ikan yang digunakan adalah ikan nila penebaran benih dilakukan ketika pengisian air di kolam telah di isi. Pada saat penebaran benih harus secara perlahan-lahan agar benih tidak mengalami stres yang mengakibatkan nafsu makan ikan berkurang dan juga bisa mengakibatkan ikan mengalami kematian. Kemudian aklimatisasi terlebih dahulu terhadap media dan lingkungan pemeliharaan. c. Pemberian Pakan Pelet yang digunakan adalah jenis pelet F1000 dan kangkung. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari yaitu pukul 09:00 WIB, 13:00 WIB, 17:00 WIB dengan jumlah pemberian pakan 5% dari bobot ikan perhari. d. Pengelolaan Kualitas Air Kualitas air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada suatu biota perairan. Oleh karna itu, kualitas air pada suatu wadah budidaya harus berada pada kondisi umum. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan dengan interval waktu 2 (dua) kali seminggu atau selama 14 hari sekali. Tabel 1. Pengukuran parameter fisika kimia perairan. Parameter Satuan Alat Fisika Suhu 0 C Termometer DO Mg/l DO meter pH - pH meter Kimia Hewan Uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan nila berukuran ± 7 cm per ekor. Benih berasal dari hasil budidaya ikan air tawar di Kota Binjai. Benih ikan nila dalam keadaan sehat dan tidak terserang penyakit. Ikan nila terseleksi dimasukkan pada setiap unit kolam dengan jumlah 7 ekor per kolam. Persiapan Pakan dan Penambahan kangkung Pakan yang digunakan selama penelitian berupa pakan pelet tipe F1000, kemudian di campur dengan pakan kangkung sesuai dengan perlakuan. Kandungan nutrisi pakan pelet F1000 dapat di lihat pada Tabel . Tabel 2. Kandungan nutrisi pakan pelet F1000 Keterangan Gizi Nilai (%) Protein 38 Lemak 2 Serat kasar 3 Abu kasar 13 Kadar Air 12 Sumber : (PT. Central Pangan Pertiwi) Pakan yang digunakan merupakan pakan komersil dengan penambahan kangkung. Selanjutnya ditentukan berapa 5 gram (g) pakan komersil dan kangkung yang diberikan dengan menggunakan perhitungan pemberian pakan ikan per 14 hari. Perhitungan pemberian pakan ikan per 14 hari dapat di lihat pada Tabel 5 . Perhitungan pakan ikan dari hari 1 sampai hari ke 70 dapat di lihat pada Lampiran 4. Berat Ikan = 5 g Jumlah Ikan/Perlakuan = 21 ekor Pemberian Pakan 5% dari Berat Ikan Biomasa = Jumlah Ikan x Berat Ikan = 21 x 5 = 105 g Pakan Harian = Pakan untuk per 14 hari = 5.25 x 14 = 73.5 g Tabel 3. Perhitungan pemberian pakan ikan per 14 hari antara pelet dan kangkung. Perlakuan Pakan Pakan Pelet Kangkung P1 5.25 g 15.75 g P2 5.25 g 10.50 g P3 5.25 g 5.25 g Sampling Pengambilan sampel ikan nila dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan, berat, ukuran panjang serta melakukan perbandingan antara ikan yang tidak diberi pakan campuran berupa kangkung tersebut, pengambilan sampel akan dilakukan setiap 14 hari sekali. Ikan yang akan diambil dan diukur ukurannya dengan kertas millimeter, penggaris dan meteran ukur. Sedangkan dalam pengukuran berat akan di gunakan timbangan. data yang diperoleh kemudian dicatat untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan ikan nila dengan Microsoft Excel selanjutnya dianalisa menggunakan Statistical Package for the Social Science (SPSS). Analisis Data Data percobaan dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel dan hasil data percobaan ditabulasi secara statistik dengan menggunakan analysis of variance (ANOVA). Analisis tersebut menggunakan program komputer SPSS. Apabila terdapat pengaruh nyata maka akan dilakukan uji lanjutan dengan uji t. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Parameter Pengamatan Sampling pertumbuhan dilakukan setiap 14 hari dan perubahan yang diamati adalah, pertumbuhan panjang, pertumbuhan bobot, laju pertumbuhan harian, serta Rasio Konversi Pakan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan panjang dan pertumbuhan bobot diacu dari Effendi (1997): Pertumbuhan Panjang L = L1 – L0 Keterangan : L = Pertumbuhan panjang (mm) L1 = Rata-rata panjang pada akhir penelitian (mm) L0 = Rata-rata panajng pada awal penelitian (mm) Pertumbuhan Bobot W = W1 – W0 Keterangan : W = Pertumbuhan bobot (g) W1 = Bobot ikan pada akhir penelitian (g) W0 = Bobot ikan pada awal penelitian (g) Laju Pertumbuhan Harian (DWG) Laju Pertumbuhan Harian ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus menurut Huismann (1976) diacu oleh Eriyusni (2006) sebagai berikut: W1 (g) – W0 (g) DWG = T1 – T0 6 Keterangan : DWG=Laju pertumbuhan harian W1 =Berat ikan uji pada akhir penelitian (g) W0 = Berat ikan uji pada awal penelitian (g) T1 = Lama percobaan (hari) T0 = Awal percobaan (hari) Rasio Konversi Pakan (FCR) Untuk mengetahui konversi pakan (FCR) dari tiap perlakuan yang diberikan selama masa pemeliharaan digunakan rumus (Effendie, 1979): FCR = Keterangan : FCR = Rasio konversi pakan F = Jumlah total pakan yang diberikan (g) Wt = Berat ikan uji (biomassa) pada akhir penelitian (g) Wo = Berat ikan uji (biomassa) pada awal penelitian (g) Hasil dan Pembahasan Hasil Pertumbuhan Panjang Ikan Nila Pertumbuhan panjang ikan nila selama 70 hari pemeliharaan dari panjang awal 7 cm menjadi 11,76 cm dengan peningkatan sebesar 4,76 cm. Rata-rata pertumbuhan panjang benih ikan nila tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 4,76 cm, kemudian diikuti dengan perlakuan P2 sebesar 3,92 cm dan perlakuan P3 sebesar 2,96 cm seperti Gambar 4. Dari hasil analisis ragam (Lampiran 4) diketahui bahwa setiap perlakuan sangat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan nila (P>0.05). Gambar 1. Pertumbuhan Berat Ikan Nila Ikan nila mengalami penambahan dari 4,8 gr – 5,0 gr menjadi 9,66 gr – 13,15 gr dengan peningkatan sebesar 8,15 g. Dari hasil penelitian ini pertumbuhan berat ikan nila tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 8,19 g, kemudian diikuti dengan perlakuan yaitu P2 sebesar 6,21 g, yang terendah terdapat pada perlakuan P3 sebesar 4,63 g seperti Gambar 6. Dari hasil analisis ragam diketahui bahwa setiap perlakuan sangat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat benih ikan nila (P>0.05). 7 Gambar 2. Laju Pertumbuhan Harian (DWG) Laju pertumbuhan harian ikan nila dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh rata – rata berkisar 0,06 gr – 0,11 gr. Pada perlakuan P1 laju pertumbuhan harian berkisar 0,11 gr, P2 berkisar 0,08 gr, dan P3 berkisar 0,08 gr. Seperti grafik laju pertumbuhan harian ikan nila yang ditampilkan pada Gambar 3. Gambar 3. Rasio Konversi Pakan (FCR) Dari hasil penelitian yang dilakukan selama 70 hari, data rasio konversi pakan yang didapat pada perlakuan P1 : 4,86, P2 : 5,78 dan P3 : 7,01. Selanjutnya ditampilkan grafik rasio konversi pakan yang terdapat pada Gambar 9. 8 Gambar 4. Kualitas Air Hasil pengamatan kualitas air selama 70 hari pemeliharaan yang dilakukan diperoleh kisaran DO, pH, suhu terdapat dalam batas kelayakan Tabel 4. Data Kualitas Air PERLAKUAN pemeliharaan ikan nila. Data kualitas air yang didapat selama penelitian dapat dilihat pada Tabel . PARAMETER KUALITAS AIR Suhu (C0) DO(mg/L) pH P1 26 – 29 6,8 – 7,2 6,7 – 7,0 P2 26 – 29 6,8 – 7,1 6,7 – 7,1 P3 26 – 29 6,8 – 7,2 6,7 – 7,0 Gambar 6. satu hari yakni pukul 09.00, 13.00, dan Pemberian Pakan Pakan yang digunakan selama 17.00 WIB. Berikut adalah jumlah penelitian adalah pakan buatan (pelet ikan pemberian pakan selama 70 hari nila) dan pakan alami (kangkung) dengan pemeliharaan. Data lengkapnya dapat jumlah 5% dari berat tubuh ikan dan dilihat pada Tabel. frekuensi pemberian pakan 3 kali dalam Tabel 5. Jumlah Pakan yang diberikan Selama 70 Hari Pemeliharaan Perlakuan Pelet (gram) Kangkung (gram) Jumlah Pakan (gram) P1 638.4 1102.5 1740.9 P2 585 735 1320 P3 539 367 906 9 Pembahasan Pertumbuhan Panjang dan Berat Ikan Nila Pada saat pemeliharaan dan penelitian, ikan nila mengalami pertumbuhan panjang. Hal ini menyatakan bahwa ikan nila dapat mencerna dan melakukan metabolisme yang baik terhadap pakan yang diberikan. Dari analisis yang dilakukan terdapat perbedaan pertumbuhan panjang mutlak ikan nila, pada P1 diperoleh hasil rata-rata 11,76 cm, P2 diperoleh hasil rata-rata 10,92 sedangkan P3 diperoleh hasil rata-rata 9,96. Sedangkan pada pertumbuhan berat ikan nila pada P1 diperoleh hasil rata-rata 13,15 gr, P2 diperoleh hasil rata-rata 11,21 gr sedangkan P3 diperoleh hasil rata-rata 9,66 gr. Laju pertumbuhan ikan nila pada perlakuan P1 mengalami pertumbuhan panjang mutlak yang paling tinggi sebesar 11,76 cm. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan ikan untuk menyerap nutrisi sangat baik dan dalam proses penyerapan nutrisi ikan sangat butuh makanan yg dapat melengkapi nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan nila. Menurut Wahyuningsih (2009) bahwa kecepatan pertumbuhan bergantung pada jumlah makanan yang diberikan, ruang, suhu, dalamnya air, dan faktor-faktor lainnya. Makanan yang dimanfaatkan ikan, pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan mengganti alat-alat tubuh yang rusak. Setelah itu baru kelebihan makanan yang masih tersisa digunakan untuk pertumbuhan. Pada analisis pertumbuhan panjang secara keseluruhan ikan nila kurang mampu mengoptimalkan pertumbuhan panjang yang dikarenakan kualitas pakan yang sangat minim kandungan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ikan. Karna pada setiap perlakuan P1, P2, dan P3, pakan alami yang lebih banyak diberikan dibandingkan pakan pabrikan dari total jumlah pemberian pakan yang diberikan. Pada pakan pabrikan yaitu pelet memiliki kandungan protein 39% sedangkan pada pakan alami yaitu kangkung hanya memiliki kandungan protein 3%, sehingga pada saat ikan nila mengkonsumsi pakan alami yang lebih dominan diberikan maka pakan pabrikan menjadi pakan pelengkap kebutuhan tubuh ikan. Menurut Kordi (2006) bahwa salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah kandungan nutrisi yang dikandung dalam pakan ikan yang diberikan. Pakan diberikan untuk mengetahui pengaruh nutrisi bahan baku yang dibuat dengan mengamati pertumbuhan ikanselama beberapa waktu. Pada pemeliharaan ikan nila didapatkan pertumbuhan berat yang tertinggi pada pemberian pakan P1 yang pada awal pertumbuhan rata-rata berat awal 5 gr menjadi rata-rata 13,15 gr. Hal ini disebabkan dengan baiknya kemampuan ikan nila dalam mencerna pelet dan kangkung sebagai bahan pakan untuk meningkatkan pertumbuhan berat secara maksimal. Menurut Agustono (2014) kecernaan merupakan suatu evaluasi kuantitatif dari pemanfaatan pakan maupun komponen nutrisi. Tingkat kecernaan terhadap suatu jenis pakan bergantung pada kualitas pakan, komposisi bahan pakan, kandungan gizi pakan, jenis serta aktivitas enzim-enzim pencernaan pada sistem pencernaan ikan, ukuran dan umur ikan serta sifat fisik dan kimia perairan. Hal yang menyebabkan adanya perbedaan pertumbuhan ikan nila dikarenakan perbedaan nutrisi yang terkandung pada masing-masing pakan yang diberikan selama penelitian. Menurut Dani dkk (2004) menyatakan ada komponen utama dari pakan yang berperan dalam menghasilkan energi yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Semua energi dari makanan dapat dioksidasi 10 dengan oksigen dalam sel dan pada proses ini sejumlah besar energi dikeluarkan. Energi yang dihasilkan digunakan untuk maintenance metabolisme basal aktivitas, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Dari data hasil akhir penelitian pertumbuhan ikan nila semakin lama semakin kurang produktif dikarenakan kurangnya kandungan gizi pada pakan kangkung yang diberikan dan tidak seimbang dengan kandungan gizi pakan pelet, sehingga kebutuhan gizi ikan nila kurang terpenuhi secara maksimal untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan. Menurut Suraya (2006) diacu oleh Agustono dkk (2010) pada bidang perikanan daun kangkung selama ini digunkan sebagai bahan pakan ikan serta dapat digunakan sebagai alternatif bahan pakan sebagai suplemen. Daun kangkung merupakan sumber hijauan yang disenangi oleh ikan nila tetapi penggunaan daun kangkung kurang optimal dikarenakan daun kangkung air memiliki nilai kandungan nutrisi serat kasar tinggi. Kadar serat kasar tidak baik jika bernilai tinggi. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Nila (DWG) Pada penelitian yang dilakukan mulai dari minggu pertama sampai minggu kelima didapatkan hasil laju pertumbuhan harian ikan nila, pada P1 0,11 gram, P2 0,08 gram, sedangkan P3 0,06 gram. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pakan yang diberikan mempengaruhi terhadap laju pertumbuhan harian ikan nila dimana pada setiap perlakuan diberikan pakan dengan komposisi yang berbeda. Pada proses pemeliharaan ikan nila laju pertumbuhan harian mengalami penambahan dari minggu pertama sampai minggu kelima sehingga memberikan efek terhadap penambahan berat ikan nila. Menurut Putra dan Pamungkas (2013) pertumbuhan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, umur dan kualitas air pemeliharaan. Peningkatan biomassa merupakan tingkat pemberian pakan yang diubah menjadi biomassa ikan. Pemanfaatan pakan dapat terindikasi dari biomasaa total dan peningkatan jumlah pakan yang diberikan pada ikan yang dipelihara. Laju pertumbuhan harian ikan nila semakin lama semakin menurun sehingga ikan nila lambat dalam hal pertumbuhan dan penambahan bobot ikan. Ini disebabkan karena pakan kangkung belum mampu berkontribusi besar dalam pertumbuhan ikan nila, serat yang tinggi dan kangdungan protein yang minim menyebabkan pertumbuhan ikan nila melambat. Menurut Susangka dkk (2008) ikan nila termasuk ikan omnivora yang cenderung herbivora yang membutuhkan protein kasar sekitar 25 – 30 %, limbah sayuran mempunyai kandungan gizi rendah yaitu protein kasar 1 – 15 % dan serat kasar sebesar 5 – 38 %. Namun limbah sayuran ini akan lebih bernilai guna jika dimanfaatkan sebagai pakan melalui pengolahan. Oleh karena itu, limbah sayuran sangat berpotensi untuk dijadikan bahan pakan alternatif ikan khususnya ikan yang cenderung herbivora seperti ikan nila. Rasio Konversi Pakan (FCR) Nutrisi dalam pakan harus cukup dan lengkap agar ikan nila tetap sehat. Hal ini untuk menghindari ikan kekurangan gizi karena tiap jenis pakan memiliki kandungan nutrisi yang berbedabeda, selain itu agar ikan tidak mengalami kebosanan. Nilai efesiensi berkaitan dengan laju pertumbuhan. Semakin tinggi laju perumbuhan maka semakin besar pertambahan berat tubuh ikan sedangkan nilai efesiensi pakan sangat ditentukan oleh biaya. Menurut Setiawati dkk (2013) besar kecilnya nilai efesiensi ekonomi tersebut tidak hanya ditentukan oleh jumlah pakan yang diberikan, melainkan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kepadatan, berat setiap individu, umur kelompok hewan, kualitas air dan cara pemberian pakan. 11 Kualitas pakan erat kaitannya terhadap konversi pakan yang memberikan efek terhadap pertumbuhan ikan. Dalam mencapai pertumbuhan yang maksimal dibutuhkan pakan yang memiliki nilai nutrisi yang baik bagi pertumbuhan ikan. Semakin tinggi nilai konversi pakan yang didapat, maka semakin baik pula proses penyerapan ikan terhadap pakan yang diberikan. Menurut Putra dan Pamungkas (2013) pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan pada ukuran atau jumlah sel tubuh, baik temporal atau jangka panjang. Kuantifikasi untuk pertumbuhan dapat berupa panjang bobot (basah dan kering) atau kandungan nutrisi tubuh seperti protein, karbohidrat, lemak dan energi. Nilai konversi pakan menunjukkan seberapa besar pakan yang dikonsumsi menjadi biomassa tubuh ikan. Hasil analisa menunjukkan nilai konversi pakan yang terendah selama pemeliharaan terdapat pada perlakuan P1 yaitu 4,86, diikuti P2 yaitu 5,78 dan P3 yaitu 7,01. Menurut Mudjiman (2011) konversi makanan pada ikan antara 1,5-8 berarti nilai konversi pakan pada semua perlakuan dapat dikatakan baik. Dengan demikian pakan yang diberikan mempunyai kualitas yang cukup baik karena pakan yang diberikan benar-benar dapat dimanfaatkan oleh ikan untuk pertumbuhan bobot yang maksimal. Kualitas Air Kualitas air pada pemeliharaan ikan nila yang dilakukan menunjukkan bahwa ikan yang dipelihara berada pada kondisi yang baik, suhu pada air kolam ikan nila yang dipelihara menunjukkan pada kisaran suhu 26 – 280C. Menurut Ghufron dan Kordi (2012) menyatakan ikan relatif lebih lahap makan pada pagi dan sore hari sewaktu suhu berkisar antara 24 – 270C. Ikan nila hidup pada perairan dengan suhu 20 – 370C, namun pertumbuhan terbaik pada suhu 27 – 300C. Pada penelitian didapatkan suhu yang berada pada kisaran yang masih dapat ditolerir oleh ikan nila sehingga tidak berdampak banyak terhadap naiknya tingkat metabolisme dari ikan yang dipelihara. Menurut Barus (2004) yang menyatakan bahwa menurut hukum Van’t Hoffs, kenaikan temperatur sebesar 100C akan meningkatkan laju metabolisme dari organisme air sebesar 2 – 3 kali lipat. Pada pengukuran pH air dan DO, menunjukkan nilai pH yang didapat berkisar 6,5 – 7,1 sedangkan pada pengukuran DO berada pada kisaran 6,7 – 7,4 mg/l, hal ini menunjukkan bahwa pemeliharaan ikan nila berada pada kualitas air yang baik untuk proses pembesaran. Menurut Ghufron dan Kordi (2012) menyatakan ikan nila dapat tumbuh pada kandungan oksigen 4 - 8,5 mg/l dan dapat dikatakan ikan nila baik pada kisaran pH 6,5 – 8,5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pada P1, P2, P3 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan panjang dan bobot ikan nila. 2. Berdasarkan dari hasil penelitian dengan menambahkan pakan alami yaitu kangkung mampu mempengaruh pertumbuhan ikan nila dan ikan nila mengalami kenaikan pertumbuhan bobot tertinggi yaitu P1 : 5 gr menjadi 13,15 gr, sedangkan kenaikan pertumbuhan panjang tertinggi yaitu P1 : 7 cm menjadi 11,76 cm. 3. Berdasarkan hasil pemeliharaan selama 70 hari perlakuan P1 yaitu Pelet + Kangkung dengan perbandingan (1:3) merupakan perbandingan pemberian pakan yang terbaik bagi pertumbuhan ikan nila selama penelitian. Saran Pemberian pakan yang dicampur kangkung dapat memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot dan panjang. Setelah penelitian pada hari ke 70 masih terjadi peningkatan pertumbuhan, oleh 12 karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lama lagi untuk memperoleh pertumbuhan ikan yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA Agustono., 2014. Pengukuran Kecernaan Protein Kasar, Serat Kasar, Lemak Kasar, Betin dan Energi Pada Pakan Komersil Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Dengan Menggunakan Teknik Pembedahan. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 6 (1) : 71-79. Agustono., A. S. Widodo., dan W. Paramitha., 2010. Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Pada Daun Kangkung Air (Ipomoea aquatica) Yang Difermentasi. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol 2 (1). Universitas Airlangga. Barus . T. A., 2004. Pengantar Limnologi. Usu Press. Medan. Ciptanto, S., 2010. Top 10 Ikan Air Tawar. Yogyakarta: Lily Pubhliser. Dani. N. P, Budiharjo. A, Listyawaati. S., 2004. Komposisi Pakan Buatan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kandungan Protein Ikan Tawes (Puntius javanicus Blkr). Biosmart. 7 (2):83-90. Darwisito, S., M. Zairin., D. S. Sjafei., W. Manalu , dan A. O. Sudrajat., 2008. Pemberian Pakan Mengandung Vitamin E dan Minyak Ikan Pada Induk Memperbaiki Kualitas Telur dan Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Aquacultur Indonesia Vol 7(1): Hal 1-10. Effendie, M. I., 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogjakarta diacu oleh Robiyani, 2000. Kebiasaan Makan, Pertumbuhan, dan Faktor Kondisi Ikan Kurisi (Nemipterus tambuloides Blkr). Di Perairan Teluk Labuan, Jawa Barat [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ghufron. M. H. 2011. Teknik Budidaya Ikan Nila. Penebar Swadaya. Bandung. Ghufron. M. H, dan Kordi. K., 2012. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Nuansa Aulia. Bandung. Hariati. E., 2010. Potensi Cacing Sutra (Tubifex sp) dan Potensi Tepung Tapioka Untuk Subtitusi Pakan Komersil Ikan Nila (Oreochromis niloticus). [Skripsi]. Universitas Atmajaya Yogyakarta. Yogyakarta. Kordi, G,H. 2006. Pengaruh Protein Terhadap Pertumbuhan Ikan. Rineka Cipta dan Bina Adiaksara. Jakarta. Pangkey, 2011. Peranan Protein Untuk Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus).Wartawiptek Nomor:37 Putra, I., D. D. Setiyanto, dan D. Wahyjuningrum., 2011. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal perikanan dan kelautan Vol 16(1): Hal 56-63. Putra. I, Pamungkas. N. A., 2013. Pemeliharaan Ikan Selais (Ompok sp) Dengan Resirkulasi Sistem Aquaponik. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 16 (1) : 125-131. 13 Santoso, A., Sarjito., dan A. Djunaedi., 2006. Fenomena Pertumbuhan Compensatory dan Kualitas Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Pada Kondisi Laut. Ilmu Kelautan Vol 11 (2):106-111. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponogoro. Setiawati, J. E., Y. T. Tarsim, Adiputra dan S. Hudaidah. 2013. Pengaruh Penambahan Protein Pada Pakan Dengan Dosis Berbeda Terhadap Pertumbuhan, Kelulusan Hidup, Efesiensi Pakan dan Retensi Protein Ikan Nila (Oreochromis niloticus). e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Vol. 1 No. 2. ISSN : 2302-3600. Sunarto dan Sabariah, 2009. Pemberian Pakan Buatan Dengan Dosis Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Konsumsi Pakan Benih Ikan Semah (Tor douronensih) Dalam Upaya Domestikasi. Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol 8 (1): 67-76. Suryaningsih. 2010. Pengaruh Penambahan Berbagai Dosis Protein Yang Berbeda Pada Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Institut Pertanian Bogor, Bogor. Susangka, I., K. Haetami., dan Y. Adriani., 2008. Evaluasi Nilai Gizi Limbah Sayuran Produk Cara Pengolahan Berbeda dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Susanti dan Sunyoto, 2005. Perbedaan Cara Panen Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus). Aquacultura Indonesiana. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten Vol 6 (1): Hal 4146. Wahyuningsih, 2009. Pengaruh Komposisi Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan Ikan Nila [Skripsi]. IKIP PGRI Semarang, Semarang.