PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA

advertisement
1
PENGARUH PENAMBAHAN KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatica) PADA
PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA
(Oreochromis niloticus)
Effect of adding water kale (Ipomea aquatica) to feed for the weight of tilapia
(Oreocromis niloticus)
Rianda Putra1), Eri Yusni2), Irwanmay2)
1)
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155 Email:[email protected]
2)
Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155
ABSTRACT
Tilavia is favorite fish consumsion by the people of indonesiaand it is very easy to
cultivate because it has a sufficient level of the prospective development. The feed is a very
important factor in the process enlargement fish. This research was conducted to determine
the effect of feeding a mixture of pellets water kale on the growth of tilapia. Container
maintenance of tilapia used mine concrate pols with 1 x 1 x 1 M 2 of size and 50 liters of
volume water for each pool.This research was conductedin August – November 2015 in the
Binjai Town. The method user completely randomized design with treatment of pellets feed
was + kale (1:3). The P1 treatment showed the best daily length growth and daily weight
growth. The final result obtained the length of P1 treatment was 11,76 cm, P2 treatment was
10, 92 cm, P3 treatment was 9, 97cm, and the weight of P1 treatment was 13,15 gr, P2
treatment was 11,21 gr, P3 treatment was 9,66 gr. The total feed used 3966.9 gr.
Key Words : Tilapia (Oreocromis niloticus), Growth, Water Kale (Ipomea aquatica)
PENDAHULUAN
Budidaya
perikanan
secara
intensif, biaya pakan merupakan biaya
produksi terbesar. Pemanfaatan bahan
pakan lokal hasil pertanian dan
ikutannya
seoptimal mungkin dapat
mengurangi
biaya
ransum. Ransum
adalah
faktor
penentu
terhadap
pertumbuhan dalam teknologi budidaya.
Optimalitas performan ternak ikan nila
hanya dapat terealisasi apabila diberi
ransum
bermutu
yang
memenuhi
persyaratan tertentu dalam jumlah yang
cukup. Penggunaan
bahan
pakan
penyusun ransum ikan nila yang umum
digunakan,
sering
menimbulkan
persaingan, sehinga
harga
ransum
tinggi. Untuk itu, diperlukan upaya
untuk mencari alternatif sumber bahan
pakan yang murah, mudah didapat,
kualitasnya baik, serta tidak bersaing
dengan pangan (Susangka dkk, 2006).
Ikan nila (Oreochromis niloticus)
merupakan salah satu jenis ikan yang
bernilai ekonomis tinggi,
dimana
kebutuhan benih maupun ikan konsumsi
dari tahun ke tahun cenderung terus
meningkat seiring dengan perluasan usaha
budidaya. Namun masih ada beberapa
kendala yang sampai saat ini belum
terpenuhi yaitu masih rendahnya kualitas
benih, tidak tersedianya benih setiap saat
secara berkesinambungan, rendahnya
fertilisasi telur dan derajat tetas telur.
Salah satu penyebab penurunan kualitas
telur dan larva diduga karena rendahnya
2
kualitas pakan induk yang diberikan. Pada
umumnya pakan induk yang digunakan
dalam proses pembenihan
ikan nila
adalah pakan komersil untuk pembesaran
dan bukan pakan yang dibuat khusus
untuk tujuan pembenihan, sehingga hasil
yang diperoleh tidak optimal baik ditinjau
dari segi kualitas maupun kuantitas benih
(Darwisito, S, dkk., 2008).
Budidaya ikan nila dewasa ini
banyak dikembangkan berbagai teknologi
dalam rangka peningkatan mutu induk
ikan nila. Hal ini disebabkan pada saat ini
telah banyak terjadi penurunan kualitas
induk ikan nila. Oleh karena itu kebutuhan
induk bermutu sangat dih arapkan dalam
rangka
memperoleh
benih
yang
berkualitas. Ikan nila merupakan salah satu
jenis ikan air tawar yang termasuk dalam
program revitalisasi perikanan budidaya
yang dicanangkan oleh pemerintah. Oleh
karena itu, perlu dilakukan suatu upaya
dalam meningkatkan kualitas induk dan
benih ikan nila
yang beredar di
masyarakat (Yuniarti, 2009).
Pembenihan ikan nila dapat
dilakukan secara massal di perkolaman
dan secara terkontrol dalam bak-bak beton.
Tetapi pemijahan secara massal lebih
efisien, karena dengan biaya yang relatif
lebih sedikit dapat memproduksi larva
dalam jumlah yang hampir sama dengan
menggunakan bak–bak beton. Umumnya
petani-petani ikan dibeberapa daerah yang
belum berkembang bidang perikanannya,
dalam memanen benih nila ukuran 1–3 cm
(kebul ), 3–5 cm (gabar), dan 5–8 cm
(ngaramo) semaunya sendiri (tidak
beraturan), sehingga benih yang dihasilkan
jumlahnya
sedikit,
disamping
itu
ukurannya tidak homogen (Susanti dan
Sunyoto, 2005).
Salah satu alternatif bahan pakan
penyusun
ransum ikan nila adalah
penggunaan limbah sayuran sebagai
bahan pakan sumber protein nabati. Ikan
nila termasuk ikan omnivora yang
cenderung herbivora yang membutuhkan
protein kasar sekitar 25-30%, sehingga
kemungkinan limbah sayuran yang telah
ditepungkan dapat dimanfaatkan sebagai
bahan
pakan.
Limbah
sayuran
mempunyai kandungan gizi rendah,
yaitu Protein kasar sebesar 1-15% dan
serat kasar sebesar 5-38%. Namun
limbah sayuran ini akan lebih bernilai
guna jika dimanfaatkan sebagai pakan
melalui
pengolahan. Oleh karena itu,
limbah sayuran sangat berpotensi untuk
dijadikan bahan pakan alternatif ikan
khususnya ikan yang cenderung herbivora
seperti ikan nila (Susangka dkk, 2006).
Pakan alami yang terdapat di
kolam tidak lagi memenuhi kebutuhan,
sudah saatnya difikirkan mengenai
penyediaan pakan buatan. Pembuatan
pakan ikan pada prinsipnya adalah
pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak
layak dikonsumsi secara langsung oleh
manusia ataupun pemanfaatan surplus
yang memiliki nilai nutrisi dan nilai
ekonomi lebih kecil dari bahan pangan
hewani
yang
akan
dihasilkan
(Wahyuningsih, 2009).
Kecepatan pertumbuhan bergantung
pada jumlah makanan yang diberikan,
ruang, suhu, dalamnya air, dan faktorfaktor
lainnya.
Makanan
yang
dimanfaatkan oleh ikan, pertama-tama
digunakan untuk memelihara tubuh dan
mengganti alat-alat tubuh yang rusak.
Setelah itu baru kelebihan makanan yang
masih
tersisa
dipergunakan
untuk
pertumbuhan. Suatu makanan minimal
harus mengandung protein, karbohidrat,
dan lemak. Ketiga zat ini masing-masing
akan diubah menjadi energi yang sangat
diperlukan agar dapat melakukan aktivitasaktivitasnya. Tetapi ikan cenderung
memilih protein sebagai sumber energi
yang utama. Kualitas makanan baru dapat
mempengaruhi pertumbuhan jika makanan
yang tersedia dalam jumlah yang banyak
dan berkualitas baik, tetapi kalau makanan
tersedia dalam jumlah sedikit maka
makanan tidak akan mempengaruhi
kecepatan tumbuh ikan (Wahyuningsih,
2009).
3
Peningkatan
produksi
dalam
budidaya tentu harus dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang
terus meningkat. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan
adalah
dengan
peningkatan padat penebaran. Semakin
tinggi padat penebaran dalam suatu wadah
budidaya, maka akan semakin tinggi
produksi ikan yang dihasilkan dan
berdampak pula pada peningkatan
keuntungan yang diperoleh. Kepadatan
ikan yang rendah berdampak pada
pertumbuhan yang baik dan tingginya
tingkat kelangsungan hidup tetapi produksi
per area rendah, sedangkan kepadatan ikan
yang tinggi berdampak pada rendahnya
pertumbuhan dan meningkatnya stres pada
ikan, selain itu tingginya interaksi sosial
pada ikan akan menimbulkan heterogenitas
ukuran ikan. Kepadatan ikan yang tepat
akan meningkatkan total produksi dan
biaya produksi per unit menjadi rendah
(Gomes,dkk., 2000).
Kegiatan
usaha
budidaya
perikanan, tidak terlepas dari kebutuhan
pakan. Pakan merupakan faktor yang
banyak membutuhkan biaya, yaitu 60–
70% dari seluruh biaya produksi.
Mahalnya harga pakan ikan tidak
terlepas dari harga bahan pembuat
pakan yang ada. Peningkatan harga
bahan pakan yang terjadi pada akhirakhir ini
membuat
keuntungan
semakin berkurang.
Pengembangan
penelitian sekarang yang sangat diperlukan
diantaranya adalah protein
asal
tumbuhan. Daun kangkung
air
merupakan salah satu bahan pakan asal
tumbuhan, bahan pakan ini
berharga
murah, mudah didapatkan, dan memiliki
kandungan nutrisi pakan yang cukup
serta dapat menguntungkan. (Putra i, dkk.,
2011).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian
ini dilakukan pada
bulan Agustus sampai dengan November
2015, Jln. Dr. Wahidin. KM 19. Desa
Sumber Mulyo Rejo, Kecamatan Binjai
Timur, Kota Binjai, Provinsi Sumatera
Utara.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 10 buah kolam 1
meter x 1 meter, selang air, gunting, botol
winkler, pH meter, thermometer, aerator,
tanggok, tempat pakan ikan, kamera,
pisau, timbangan, penggaris, meteran ukur.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah
air, ikan nila sebanyak 70 ekor, benih
berasal dari hasil budidaya ikan nila. Pada
masing-masing kolam berisi 7 ekor. Pakan
pelet pabrikan berasal dari toko pakan dan
pakan alami berupa kangkung berasal dari
tangkapan alam.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen yang digunakan skala
laboratorium menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan,
dan masing-masing perlakuan diulang
sebanyak 3 kali ulangan. Perlakuan
tersebut
menggunakan
3
dosis
penambahan kangkung yang dicampur
dalam pakan dengan perbandingan sebagai
berikut :
1. P1 : Pelet + Kangkung (1 : 3)
2. P2 : Pelet + Kangkung (1 : 2)
3. P3 : Pelet + Kangkung (1 : 1)
Pada masing-masing perlakuan
akan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.
Pengambilan sampel dilakukan 5 kali
dengan interval waktu pengukuran dan
pengambilan data 2 minggu sekali (14
hari).
Pemberian
pakan
diberikan
berdasarkan 5% dari berat ikan, parameter
utama meliputi pertumbuhan pada ikan
nila. Sedangkan parameter penunjang
4
meliputi beberapa parameter kualitas air
seperti suhu, pH, dan oksigen terlarut.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini meliputi
persiapan wadah, penebaran benih,
pemberian pakan dan pengelolaan kualitas
air, serta analisis data.
a. Persiapan Wadah
Adapun
persiapan
wadah
meliputi persiapan kolam beton berukuran
1 meter x 1 meter sebanyak 10 buah.
b. Penebaran Benih
Ikan yang digunakan adalah
ikan nila penebaran benih dilakukan ketika
pengisian air di kolam telah di isi. Pada
saat penebaran benih harus secara
perlahan-lahan agar benih tidak mengalami
stres yang mengakibatkan nafsu makan
ikan
berkurang
dan
juga
bisa
mengakibatkan ikan mengalami kematian.
Kemudian aklimatisasi terlebih dahulu
terhadap
media
dan
lingkungan
pemeliharaan.
c. Pemberian Pakan
Pelet yang digunakan adalah
jenis pelet F1000 dan kangkung.
Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3
kali dalam sehari yaitu pukul 09:00 WIB,
13:00 WIB, 17:00 WIB dengan jumlah
pemberian pakan 5% dari bobot ikan
perhari.
d. Pengelolaan Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan pada suatu biota perairan.
Oleh karna itu, kualitas air pada suatu
wadah budidaya harus berada pada kondisi
umum. Pengukuran parameter kualitas air
dilakukan dengan interval waktu 2 (dua)
kali seminggu atau selama 14 hari sekali.
Tabel 1. Pengukuran parameter fisika
kimia perairan.
Parameter
Satuan
Alat
Fisika
Suhu
0
C
Termometer
DO
Mg/l
DO meter
pH
-
pH meter
Kimia
Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan
dalam penelitian ini adalah benih ikan nila
berukuran ± 7 cm per ekor. Benih berasal
dari hasil budidaya ikan air tawar di Kota
Binjai. Benih ikan nila dalam keadaan
sehat dan tidak terserang penyakit. Ikan
nila terseleksi dimasukkan pada setiap unit
kolam dengan jumlah 7 ekor per kolam.
Persiapan Pakan dan Penambahan
kangkung
Pakan yang digunakan selama
penelitian berupa pakan pelet tipe F1000,
kemudian di campur dengan pakan
kangkung sesuai dengan perlakuan.
Kandungan nutrisi pakan pelet F1000
dapat di lihat pada Tabel .
Tabel 2. Kandungan nutrisi pakan pelet
F1000
Keterangan Gizi
Nilai (%)
Protein
38
Lemak
2
Serat kasar
3
Abu kasar
13
Kadar Air
12
Sumber : (PT. Central Pangan Pertiwi)
Pakan yang digunakan merupakan
pakan komersil dengan penambahan
kangkung. Selanjutnya ditentukan berapa
5
gram (g) pakan komersil dan kangkung
yang diberikan dengan menggunakan
perhitungan pemberian pakan ikan per 14
hari. Perhitungan pemberian pakan ikan
per 14 hari dapat di lihat pada Tabel 5 .
Perhitungan pakan ikan dari hari 1 sampai
hari ke 70 dapat di lihat pada Lampiran 4.
Berat Ikan = 5 g
Jumlah Ikan/Perlakuan = 21 ekor
Pemberian Pakan 5% dari Berat Ikan
Biomasa = Jumlah Ikan x Berat Ikan
= 21 x 5
= 105 g
Pakan Harian =
Pakan untuk per 14 hari = 5.25 x 14 = 73.5
g
Tabel 3. Perhitungan pemberian pakan
ikan per 14 hari antara pelet dan
kangkung.
Perlakuan
Pakan
Pakan
Pelet
Kangkung
P1
5.25 g
15.75 g
P2
5.25 g
10.50 g
P3
5.25 g
5.25 g
Sampling
Pengambilan sampel ikan nila
dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan,
berat, ukuran panjang serta melakukan
perbandingan antara ikan yang tidak diberi
pakan campuran berupa kangkung
tersebut, pengambilan sampel akan
dilakukan setiap 14 hari sekali. Ikan yang
akan diambil dan diukur ukurannya
dengan kertas millimeter, penggaris dan
meteran
ukur.
Sedangkan
dalam
pengukuran berat akan di gunakan
timbangan. data yang diperoleh kemudian
dicatat untuk mengetahui perkembangan
dan pertumbuhan ikan nila dengan
Microsoft Excel selanjutnya dianalisa
menggunakan Statistical Package for the
Social Science (SPSS).
Analisis Data
Data percobaan dianalisis dengan
menggunakan Microsoft Excel dan hasil
data percobaan ditabulasi secara statistik
dengan menggunakan analysis of variance
(ANOVA).
Analisis
tersebut
menggunakan program komputer SPSS.
Apabila terdapat pengaruh nyata maka
akan dilakukan uji lanjutan dengan uji t.
Selanjutnya data disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik.
Parameter Pengamatan
Sampling pertumbuhan dilakukan
setiap 14 hari dan perubahan yang diamati
adalah,
pertumbuhan
panjang,
pertumbuhan bobot, laju pertumbuhan
harian, serta Rasio Konversi Pakan.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan
panjang dan pertumbuhan bobot diacu
dari Effendi (1997):
Pertumbuhan Panjang
L = L1 – L0
Keterangan :
L = Pertumbuhan panjang (mm)
L1 = Rata-rata panjang pada akhir
penelitian (mm)
L0 = Rata-rata panajng pada awal
penelitian (mm)
Pertumbuhan Bobot
W = W1 – W0
Keterangan :
W = Pertumbuhan bobot (g)
W1 = Bobot ikan pada akhir penelitian (g)
W0 = Bobot ikan pada awal penelitian (g)
Laju Pertumbuhan Harian (DWG)
Laju Pertumbuhan Harian ikan
dapat dihitung dengan menggunakan
rumus menurut Huismann (1976) diacu
oleh Eriyusni (2006) sebagai berikut:
W1 (g) – W0 (g)
DWG =
T1 – T0
6
Keterangan :
DWG=Laju pertumbuhan harian
W1 =Berat ikan uji pada akhir penelitian
(g)
W0 = Berat ikan uji pada awal penelitian
(g)
T1 = Lama percobaan (hari)
T0 = Awal percobaan (hari)
Rasio Konversi Pakan (FCR)
Untuk mengetahui konversi pakan
(FCR) dari tiap perlakuan yang diberikan
selama masa pemeliharaan digunakan
rumus (Effendie, 1979):
FCR =
Keterangan :
FCR = Rasio konversi pakan
F
= Jumlah total pakan yang diberikan
(g)
Wt = Berat ikan uji (biomassa) pada akhir
penelitian (g)
Wo = Berat ikan uji (biomassa) pada awal
penelitian (g)
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Pertumbuhan Panjang Ikan Nila
Pertumbuhan panjang ikan nila
selama 70 hari pemeliharaan dari panjang
awal 7 cm menjadi 11,76 cm dengan
peningkatan sebesar 4,76 cm. Rata-rata
pertumbuhan panjang benih ikan nila
tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu
sebesar 4,76 cm, kemudian diikuti dengan
perlakuan P2 sebesar 3,92 cm dan
perlakuan P3 sebesar 2,96 cm seperti
Gambar 4. Dari hasil analisis ragam
(Lampiran 4) diketahui bahwa setiap
perlakuan sangat berpengaruh
nyata
terhadap pertumbuhan panjang ikan nila
(P>0.05).
Gambar 1.
Pertumbuhan Berat Ikan Nila
Ikan
nila
mengalami
penambahan dari 4,8 gr – 5,0 gr menjadi
9,66 gr – 13,15 gr dengan peningkatan
sebesar 8,15 g. Dari hasil penelitian ini
pertumbuhan berat ikan nila tertinggi
terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar
8,19 g, kemudian diikuti dengan perlakuan
yaitu P2 sebesar 6,21 g, yang terendah
terdapat pada perlakuan P3 sebesar 4,63 g
seperti Gambar 6. Dari hasil analisis ragam
diketahui bahwa setiap perlakuan sangat
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
berat benih ikan nila (P>0.05).
7
Gambar 2.
Laju Pertumbuhan Harian (DWG)
Laju pertumbuhan harian ikan nila
dari hasil penelitian yang dilakukan maka
diperoleh rata – rata berkisar 0,06 gr – 0,11
gr. Pada perlakuan P1 laju pertumbuhan
harian berkisar 0,11 gr, P2 berkisar 0,08
gr, dan P3 berkisar 0,08 gr. Seperti grafik
laju pertumbuhan harian ikan nila yang
ditampilkan pada Gambar 3.
Gambar 3.
Rasio Konversi Pakan (FCR)
Dari
hasil
penelitian
yang
dilakukan selama 70 hari, data rasio
konversi pakan yang didapat pada
perlakuan P1 : 4,86, P2 : 5,78 dan P3 :
7,01. Selanjutnya ditampilkan grafik rasio
konversi pakan yang terdapat pada
Gambar 9.
8
Gambar 4.
Kualitas Air
Hasil pengamatan kualitas air
selama 70 hari pemeliharaan yang
dilakukan diperoleh kisaran DO, pH, suhu
terdapat
dalam
batas
kelayakan
Tabel 4. Data Kualitas Air
PERLAKUAN
pemeliharaan ikan nila. Data kualitas air
yang didapat selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel
.
PARAMETER KUALITAS AIR
Suhu (C0)
DO(mg/L)
pH
P1
26 – 29
6,8 – 7,2
6,7 – 7,0
P2
26 – 29
6,8 – 7,1
6,7 – 7,1
P3
26 – 29
6,8 – 7,2
6,7 – 7,0
Gambar 6.
satu hari yakni pukul 09.00, 13.00, dan
Pemberian Pakan
Pakan yang digunakan selama
17.00 WIB. Berikut adalah jumlah
penelitian adalah pakan buatan (pelet ikan
pemberian pakan selama 70 hari
nila) dan pakan alami (kangkung) dengan
pemeliharaan. Data lengkapnya dapat
jumlah 5% dari berat tubuh ikan dan
dilihat pada Tabel.
frekuensi pemberian pakan 3 kali dalam
Tabel 5. Jumlah Pakan yang diberikan Selama 70 Hari Pemeliharaan
Perlakuan
Pelet (gram)
Kangkung (gram)
Jumlah Pakan (gram)
P1
638.4
1102.5
1740.9
P2
585
735
1320
P3
539
367
906
9
Pembahasan
Pertumbuhan Panjang dan Berat Ikan
Nila
Pada saat pemeliharaan dan
penelitian,
ikan
nila
mengalami
pertumbuhan panjang. Hal ini menyatakan
bahwa ikan nila dapat mencerna dan
melakukan metabolisme yang baik
terhadap pakan yang diberikan. Dari
analisis yang dilakukan terdapat perbedaan
pertumbuhan panjang mutlak ikan nila,
pada P1 diperoleh hasil rata-rata 11,76 cm,
P2 diperoleh hasil rata-rata 10,92
sedangkan P3 diperoleh hasil rata-rata
9,96. Sedangkan pada pertumbuhan berat
ikan nila pada P1 diperoleh hasil rata-rata
13,15 gr, P2 diperoleh hasil rata-rata 11,21
gr sedangkan P3 diperoleh hasil rata-rata
9,66 gr.
Laju pertumbuhan ikan nila
pada
perlakuan
P1
mengalami
pertumbuhan panjang mutlak yang paling
tinggi sebesar 11,76 cm. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan ikan
untuk menyerap nutrisi sangat baik dan
dalam proses penyerapan nutrisi ikan
sangat butuh makanan yg dapat
melengkapi nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan
ikan
nila.
Menurut
Wahyuningsih (2009) bahwa kecepatan
pertumbuhan bergantung pada jumlah
makanan yang diberikan, ruang, suhu,
dalamnya air, dan faktor-faktor lainnya.
Makanan yang dimanfaatkan ikan,
pertama-tama
digunakan
untuk
memelihara tubuh dan mengganti alat-alat
tubuh yang rusak. Setelah itu baru
kelebihan makanan yang masih tersisa
digunakan untuk pertumbuhan.
Pada analisis pertumbuhan
panjang secara keseluruhan ikan nila
kurang
mampu
mengoptimalkan
pertumbuhan panjang yang dikarenakan
kualitas pakan yang sangat minim
kandungan zat-zat yang diperlukan oleh
tubuh ikan. Karna pada setiap perlakuan
P1, P2, dan P3, pakan alami yang lebih
banyak diberikan dibandingkan pakan
pabrikan dari total jumlah pemberian
pakan yang diberikan. Pada pakan
pabrikan yaitu pelet memiliki kandungan
protein 39% sedangkan pada pakan alami
yaitu
kangkung
hanya
memiliki
kandungan protein 3%, sehingga pada saat
ikan nila mengkonsumsi pakan alami yang
lebih dominan diberikan maka pakan
pabrikan menjadi pakan pelengkap
kebutuhan tubuh ikan. Menurut Kordi
(2006)
bahwa
salah
satu
yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah
kandungan nutrisi yang dikandung dalam
pakan ikan yang diberikan. Pakan
diberikan untuk mengetahui pengaruh
nutrisi bahan baku yang dibuat dengan
mengamati
pertumbuhan
ikanselama
beberapa waktu.
Pada pemeliharaan ikan nila
didapatkan pertumbuhan berat yang
tertinggi pada pemberian pakan P1 yang
pada awal pertumbuhan rata-rata berat
awal 5 gr menjadi rata-rata 13,15 gr. Hal
ini
disebabkan
dengan
baiknya
kemampuan ikan nila dalam mencerna
pelet dan kangkung sebagai bahan pakan
untuk meningkatkan pertumbuhan berat
secara maksimal. Menurut Agustono
(2014) kecernaan merupakan suatu
evaluasi kuantitatif dari pemanfaatan
pakan maupun komponen nutrisi. Tingkat
kecernaan terhadap suatu jenis pakan
bergantung pada kualitas pakan, komposisi
bahan pakan, kandungan gizi pakan, jenis
serta aktivitas enzim-enzim pencernaan
pada sistem pencernaan ikan, ukuran dan
umur ikan serta sifat fisik dan kimia
perairan.
Hal yang menyebabkan adanya
perbedaan
pertumbuhan
ikan
nila
dikarenakan perbedaan nutrisi yang
terkandung pada masing-masing pakan
yang diberikan selama penelitian. Menurut
Dani dkk (2004) menyatakan ada
komponen utama dari pakan yang berperan
dalam
menghasilkan
energi
yaitu
karbohidrat, lemak, dan protein. Semua
energi dari makanan dapat dioksidasi
10
dengan oksigen dalam sel dan pada proses
ini sejumlah besar energi dikeluarkan.
Energi yang dihasilkan digunakan untuk
maintenance metabolisme basal aktivitas,
pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain.
Dari data hasil akhir penelitian
pertumbuhan ikan nila semakin lama
semakin kurang produktif dikarenakan
kurangnya kandungan gizi pada pakan
kangkung yang diberikan dan tidak
seimbang dengan kandungan gizi pakan
pelet, sehingga kebutuhan gizi ikan nila
kurang terpenuhi secara maksimal untuk
pertumbuhan dan perkembangan ikan.
Menurut Suraya (2006) diacu oleh
Agustono dkk (2010) pada bidang
perikanan daun kangkung selama ini
digunkan sebagai bahan pakan ikan serta
dapat digunakan sebagai alternatif bahan
pakan sebagai suplemen. Daun kangkung
merupakan sumber hijauan yang disenangi
oleh ikan nila tetapi penggunaan daun
kangkung kurang optimal dikarenakan
daun kangkung air memiliki nilai
kandungan nutrisi serat kasar tinggi. Kadar
serat kasar tidak baik jika bernilai tinggi.
Laju Pertumbuhan Harian Ikan Nila
(DWG)
Pada penelitian yang dilakukan
mulai dari minggu pertama sampai minggu
kelima didapatkan hasil laju pertumbuhan
harian ikan nila, pada P1 0,11 gram, P2
0,08 gram, sedangkan P3 0,06 gram. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan
pakan yang diberikan mempengaruhi
terhadap laju pertumbuhan harian ikan nila
dimana pada setiap perlakuan diberikan
pakan dengan komposisi yang berbeda.
Pada proses pemeliharaan ikan
nila laju pertumbuhan harian mengalami
penambahan dari minggu pertama sampai
minggu kelima sehingga memberikan efek
terhadap penambahan berat ikan nila.
Menurut Putra dan Pamungkas (2013)
pertumbuhan dipengaruhi oleh kualitas dan
kuantitas pakan, umur dan kualitas air
pemeliharaan.
Peningkatan biomassa
merupakan tingkat pemberian pakan yang
diubah
menjadi
biomassa
ikan.
Pemanfaatan pakan dapat terindikasi dari
biomasaa total dan peningkatan jumlah
pakan yang diberikan pada ikan yang
dipelihara.
Laju pertumbuhan harian ikan
nila semakin lama semakin menurun
sehingga ikan nila lambat dalam hal
pertumbuhan dan penambahan bobot ikan.
Ini disebabkan karena pakan kangkung
belum mampu berkontribusi besar dalam
pertumbuhan ikan nila, serat yang tinggi
dan kangdungan protein yang minim
menyebabkan pertumbuhan ikan nila
melambat. Menurut Susangka dkk (2008)
ikan nila termasuk ikan omnivora yang
cenderung herbivora yang membutuhkan
protein kasar sekitar 25 – 30 %, limbah
sayuran mempunyai kandungan gizi
rendah yaitu protein kasar 1 – 15 % dan
serat kasar sebesar
5 – 38 %. Namun
limbah sayuran ini akan lebih bernilai guna
jika dimanfaatkan sebagai pakan melalui
pengolahan. Oleh karena itu, limbah
sayuran sangat berpotensi untuk dijadikan
bahan pakan alternatif ikan khususnya ikan
yang cenderung herbivora seperti ikan nila.
Rasio Konversi Pakan (FCR)
Nutrisi dalam pakan harus
cukup dan lengkap agar ikan nila tetap
sehat. Hal ini untuk menghindari ikan
kekurangan gizi karena tiap jenis pakan
memiliki kandungan nutrisi yang berbedabeda, selain itu agar ikan tidak mengalami
kebosanan. Nilai efesiensi berkaitan
dengan laju pertumbuhan. Semakin tinggi
laju perumbuhan maka semakin besar
pertambahan berat tubuh ikan sedangkan
nilai efesiensi pakan sangat ditentukan
oleh biaya. Menurut Setiawati dkk (2013)
besar kecilnya nilai efesiensi ekonomi
tersebut tidak hanya ditentukan oleh
jumlah pakan yang diberikan, melainkan
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti kepadatan, berat setiap individu,
umur kelompok hewan, kualitas air dan
cara pemberian pakan.
11
Kualitas pakan erat kaitannya
terhadap konversi pakan yang memberikan
efek terhadap pertumbuhan ikan. Dalam
mencapai pertumbuhan yang maksimal
dibutuhkan pakan yang memiliki nilai
nutrisi yang baik bagi pertumbuhan ikan.
Semakin tinggi nilai konversi pakan yang
didapat, maka semakin baik pula proses
penyerapan ikan terhadap pakan yang
diberikan. Menurut Putra dan Pamungkas
(2013) pertumbuhan didefinisikan sebagai
perubahan pada ukuran atau jumlah sel
tubuh, baik temporal atau jangka panjang.
Kuantifikasi untuk pertumbuhan dapat
berupa panjang bobot (basah dan kering)
atau kandungan nutrisi tubuh seperti
protein, karbohidrat, lemak dan energi.
Nilai
konversi
pakan
menunjukkan seberapa besar pakan yang
dikonsumsi menjadi biomassa tubuh ikan.
Hasil analisa menunjukkan nilai konversi
pakan yang terendah selama pemeliharaan
terdapat pada perlakuan P1 yaitu 4,86,
diikuti P2 yaitu 5,78 dan P3 yaitu 7,01.
Menurut Mudjiman (2011) konversi
makanan pada ikan antara 1,5-8 berarti
nilai konversi pakan pada semua perlakuan
dapat dikatakan baik. Dengan demikian
pakan yang diberikan mempunyai kualitas
yang cukup baik karena pakan yang
diberikan benar-benar dapat dimanfaatkan
oleh ikan untuk pertumbuhan bobot yang
maksimal.
Kualitas Air
Kualitas air pada pemeliharaan
ikan nila yang dilakukan menunjukkan
bahwa ikan yang dipelihara berada pada
kondisi yang baik, suhu pada air kolam
ikan nila yang dipelihara menunjukkan
pada kisaran suhu 26 – 280C. Menurut
Ghufron dan Kordi (2012) menyatakan
ikan relatif lebih lahap makan pada pagi
dan sore hari sewaktu suhu berkisar antara
24 – 270C. Ikan nila hidup pada perairan
dengan suhu 20 – 370C, namun
pertumbuhan terbaik pada suhu 27 – 300C.
Pada penelitian didapatkan suhu
yang berada pada kisaran yang masih
dapat ditolerir oleh ikan nila sehingga
tidak berdampak banyak terhadap naiknya
tingkat metabolisme dari ikan yang
dipelihara. Menurut Barus (2004) yang
menyatakan bahwa menurut hukum Van’t
Hoffs, kenaikan temperatur sebesar 100C
akan meningkatkan laju metabolisme dari
organisme air sebesar 2 – 3 kali lipat.
Pada pengukuran pH air dan
DO, menunjukkan nilai pH yang didapat
berkisar 6,5 – 7,1 sedangkan pada
pengukuran DO berada pada kisaran 6,7 –
7,4 mg/l, hal ini menunjukkan bahwa
pemeliharaan ikan nila berada pada
kualitas air yang baik untuk proses
pembesaran. Menurut Ghufron dan Kordi
(2012) menyatakan ikan nila dapat tumbuh
pada kandungan oksigen 4 - 8,5 mg/l dan
dapat dikatakan ikan nila baik pada kisaran
pH 6,5 – 8,5.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada P1, P2, P3 memberikan pengaruh
yang
sangat
nyata
terhadap
pertambahan panjang dan bobot ikan
nila.
2. Berdasarkan dari hasil penelitian
dengan menambahkan pakan alami
yaitu kangkung mampu mempengaruh
pertumbuhan ikan nila dan ikan nila
mengalami kenaikan pertumbuhan
bobot tertinggi yaitu P1 : 5 gr
menjadi 13,15 gr, sedangkan kenaikan
pertumbuhan panjang tertinggi yaitu P1
: 7 cm menjadi 11,76 cm.
3. Berdasarkan hasil pemeliharaan selama
70 hari perlakuan P1 yaitu Pelet +
Kangkung dengan perbandingan (1:3)
merupakan perbandingan pemberian
pakan yang terbaik bagi pertumbuhan
ikan nila selama penelitian.
Saran
Pemberian pakan yang dicampur
kangkung dapat memberikan pengaruh
terhadap pertambahan bobot dan panjang.
Setelah penelitian pada hari ke 70 masih
terjadi peningkatan pertumbuhan, oleh
12
karena itu perlu dilakukan penelitian lebih
lama lagi untuk memperoleh pertumbuhan
ikan yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Agustono., 2014. Pengukuran Kecernaan
Protein Kasar, Serat Kasar,
Lemak Kasar, Betin dan Energi
Pada Pakan Komersil Ikan
Gurami (Osphronemus gouramy)
Dengan Menggunakan Teknik
Pembedahan.
Jurnal
Ilmiah
Perikanan dan Kelautan 6 (1) :
71-79.
Agustono., A. S. Widodo., dan W.
Paramitha., 2010. Kandungan
Protein Kasar dan Serat Kasar
Pada Daun Kangkung Air
(Ipomoea
aquatica)
Yang
Difermentasi.
Jurnal
Ilmiah
Perikanan dan Kelautan Vol 2 (1).
Universitas Airlangga.
Barus . T. A., 2004. Pengantar Limnologi.
Usu Press. Medan.
Ciptanto, S., 2010. Top 10 Ikan Air Tawar.
Yogyakarta: Lily Pubhliser.
Dani. N. P, Budiharjo. A, Listyawaati. S.,
2004. Komposisi Pakan Buatan
Untuk
Meningkatkan
Pertumbuhan dan Kandungan
Protein Ikan Tawes (Puntius
javanicus Blkr). Biosmart. 7
(2):83-90.
Darwisito, S., M. Zairin., D. S. Sjafei., W.
Manalu , dan A. O. Sudrajat.,
2008.
Pemberian
Pakan
Mengandung Vitamin E dan
Minyak
Ikan
Pada
Induk
Memperbaiki Kualitas Telur dan
Larva Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Aquacultur
Indonesia Vol 7(1): Hal 1-10.
Effendie, M. I., 1997. Biologi Perikanan.
Yayasan Pustaka Nusantara.
Yogjakarta diacu oleh Robiyani,
2000.
Kebiasaan
Makan,
Pertumbuhan, dan Faktor Kondisi
Ikan
Kurisi
(Nemipterus
tambuloides Blkr). Di Perairan
Teluk Labuan, Jawa Barat
[Skripsi].
Institut
Pertanian
Bogor, Bogor.
Ghufron. M. H. 2011. Teknik Budidaya
Ikan Nila. Penebar Swadaya.
Bandung.
Ghufron. M. H, dan Kordi. K., 2012.
Budidaya Ikan Nila Secara
Intensif. Nuansa Aulia. Bandung.
Hariati. E., 2010. Potensi Cacing Sutra
(Tubifex sp) dan Potensi Tepung
Tapioka Untuk Subtitusi Pakan
Komersil Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). [Skripsi]. Universitas
Atmajaya
Yogyakarta.
Yogyakarta.
Kordi, G,H. 2006. Pengaruh Protein
Terhadap Pertumbuhan Ikan.
Rineka Cipta dan Bina Adiaksara.
Jakarta.
Pangkey, 2011. Peranan Protein Untuk
Budidaya Ikan Nila (Oreochromis
niloticus).Wartawiptek Nomor:37
Putra, I., D. D. Setiyanto,
dan D.
Wahyjuningrum.,
2011.
Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)
Dalam
Sistem
Resirkulasi. Jurnal perikanan dan
kelautan Vol 16(1): Hal 56-63.
Putra.
I, Pamungkas. N. A., 2013.
Pemeliharaan Ikan Selais (Ompok
sp) Dengan Resirkulasi Sistem
Aquaponik. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. 16 (1) : 125-131.
13
Santoso, A., Sarjito., dan A. Djunaedi.,
2006. Fenomena Pertumbuhan
Compensatory dan Kualitas Ikan
Nila Merah (Oreochromis sp.)
Pada Kondisi Laut. Ilmu Kelautan
Vol 11 (2):106-111. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponogoro.
Setiawati, J. E., Y. T. Tarsim, Adiputra
dan S. Hudaidah. 2013. Pengaruh
Penambahan Protein Pada Pakan
Dengan Dosis Berbeda Terhadap
Pertumbuhan, Kelulusan Hidup,
Efesiensi Pakan dan Retensi
Protein Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). e-Jurnal Rekayasa dan
Teknologi Budidaya Perairan.
Vol. 1 No. 2. ISSN : 2302-3600.
Sunarto dan Sabariah, 2009. Pemberian
Pakan Buatan Dengan Dosis
Berbeda Terhadap Pertumbuhan
dan Konsumsi Pakan Benih
Ikan Semah (Tor douronensih)
Dalam Upaya Domestikasi.
Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol
8 (1): 67-76.
Suryaningsih.
2010.
Pengaruh
Penambahan Berbagai Dosis
Protein Yang Berbeda Pada Pakan
Buatan Terhadap Pertumbuhan
Ikan
Nila
(Oreochromis
niloticus).
Institut
Pertanian
Bogor, Bogor.
Susangka, I., K. Haetami., dan Y. Adriani.,
2008. Evaluasi Nilai Gizi Limbah
Sayuran Produk Cara Pengolahan
Berbeda
dan
Pengaruhnya
Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila.
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran.
Susanti dan Sunyoto, 2005. Perbedaan
Cara Panen Ikan Nila Gift
(Oreochromis
niloticus).
Aquacultura Indonesiana. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Banten Vol 6 (1): Hal 4146.
Wahyuningsih, 2009. Pengaruh Komposisi
Pakan
Terhadap
Laju
Pertumbuhan Ikan Nila [Skripsi].
IKIP PGRI Semarang, Semarang.
Download