1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan komunikasi pada masa sekarang telah
mengubah sebagian pola aktivitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.
Perkembangan tersebut mempermudah penyaluran informasi dan kegiatan
komunikasi oleh berbagai pihak seperti pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Kemudahan dalam mendapatkan informasi dan melakukan komunikasi khususnya
pada bidang pelayanan publik sebagai salah satu contoh dari perkembangan
teknologi dan komunikasi. Hadirnya layanan publik yang berbasis pada
penggunaan teknologi sejalan dengan konsep smart city yang menekankan pada
penggunaan teknologi tepat guna. Adapun penyelenggara layanan publik ini
merupakan peran pemerintah setempat. Kebijakan yang mengarah pada layanan
publik yang berbasis pada teknologi yakni e-government. Konsep ini biasanya
mengacu pada penggunaan teknologi informasi meliputi teknologi informasi dan
komunikasi dan teknologi komunikasi berbasis web lain untuk meningkatkan dan
mengembangkan efisiensi dan efektivitas pelayanan di sektor publik (Harris, 2000
dalam Sharma, 2012)
Pengembangan layanan publik berbasis pada teknologi telah dimanfaatkan
oleh banyak daerah di Indonesia. Salah satu kota yang telah mengembangkan
layanan publik berbasis teknologi adalah Kota Surabaya. Kota Surabaya
mewujudkan e-government melalui pengembangan situs resmi pemerintah yang
berisi berbagai macam layanan publik seperti pengaduan dan perizinan. Selaras
dengan salah satu program pada RPJMD Kota Surabaya Tahun 2010- 2015,
bahwa terdapat program peningkatan pemafaatan teknologi informasi dan
komunikasi. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kinerja layanan publik. Tolok ukur keberhasilan dilihat dari
meningkatnya persentase jumlah layanan publik berbasis teknologi informasi dan
komunikasi serta persentase jumlah pengguna layanan publik berbasis situs.
1
Layanan publik yang telah dikembangkan oleh pemerintah Kota Surabaya
tersedia pada situs resmi pemerintah Kota Surabaya. Melalui situs tersebut,
masyarakat dapat mengakses berbagai informasi dan berkomunikasi dengan
pemerintah. Layanan publik yang tersedia salah satunya adalah Media Center
Pemerintah
Kota
Surabaya.
Media
CenterPemerintah
Kota
Surabaya
diperkenalkan pada 28 November 2011 sebagai salah satu program dalam
merealisasikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik. Media Center diselenggarakan untuk menampung berbagai
masukan dari masyarakat dalam bentuk keluhan, informasi, maupun saran untuk
membantu proses pembangunan kota yang dilaksanakan oleh pemerintah. Media
Center Pemerintah Kota Surabaya menggunakan berbagai macam bentuk media
komunikasi antara lain telepon, toll free, faksimile, sms/mms, situs, facebook,
twitter, media cetak dan surat elektronik. Adapun menu pada situs resmi
Pemerintah Kota Surabaya membedakan bentuk Media Center yakni twitter,
facebook fan page, suara masyarakat (situs), surat elektronik, PPIDKota Surabaya,
rekapitulasi permintaan informasi/keluhan masyarakat, portal sapawarga, telepon
dan toll free. Keseluruhan media yang digunakan diharapkan mampu
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan perkotaan.
Pemerintah Kota Surabaya melalui Media Center-nya menampung
keluhan, saran, dan informasi dari warga yang kemudian akan diproses dan
diteruskan ke SKPD terkait. Setelah ada jawaban atau konfirmasi dari SKPD,
Media Centerakan menginformasikan ke masyarakat yang mengajukan keluhan,
saran, dan informasi ke Media Center. Terdapat SOP dalam penanganan masukan
pada Media Center. Bentuk SOP menjadi salah satu faktor mempengaruhi
kepercayaan masyarakat untuk melapor atau bertanya. Adapun SOP yang
diterapkan adalah respon maksimal 1x60 menit untuk berintegrasi dengan
TPKPM di masing-masing SKPD dan respon maksimal memberikan jawaban
kepada masyrakat pelapor melalui Media Center dengan waktu respon keluhan,
saran, atau informasi maksimal 1x24 jam. Hal ini diharapkan memberikan
2
kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi terkait dengan layanan
publik dari Pemerintah Kota Surabaya.
Media Centeryang dibuat oleh Pemerintah Kota Surabaya mendapatkan
apresiasi yang besar dari berbagai pihak di manaPemerintah Kota Surabaya
mendapatkan penghargaan FutureGov Awards Asia Pasific 2013. Penghargaan
tersebut diterima oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Angsana Laguna
Phuket, Thailand, 25 Oktober 2013. Kota Surabaya meraih penghargaan untuk
dua kategori sekaligus. Salah satu penghargaan yang diraih adalah Penghargaan
Data Center melalui Media Center Pemerintah Kota Surabaya karena Pemerintah
Kota Surabaya dinilai telah melakukan inovasi, efisiensi, dan unggul dalam
manajemen proyek di sekitar pusat data.
Pemerintah kota membuka akses komunikasi yang efektif dan efisien
dengan masyarakat terkait proses pembangunan dan pelayanan yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Kota Surabaya. Media Centersebagai layanan informasi
terintegrasi bagi masyarakat Surabaya untuk ikut serta berpartisipasi dalam
perkembangan
pembangunan
Kota
Surabaya.
Kehadiran
Media
Center
Pemerintah Kota Surabaya mendapatkan respon positif dari warga. Hal ini
dikarenakan, Media Center menjadi sarana yang tepat dalam menyampaikan
keluhan, saran, informasi, maupun permohonan informasi. Data dari rekapitulasi
jumlah masukan sebelum Media Center diperkenalkan ke publik sebesar 698
masukan. Pada tahun 2012, terjadi peningkatan jumlah masukan sebesar 2.717.
Sejak Januari hingga September 2013 jumlah masukan mencapai 2.500 masukan.
Sebanyak 1888 dari 2.500 masukan merupakan bentuk permohonan informasi
yang menunjukkan bahwa masyarakat percaya terhadap pelaksanaan informasi
yang transparan dan akuntabel dari Pemerintah Kota Surabaya.
3
1.2 Perumusan Masalah
Pelayanan publik yang berbasis pada teknologi, informasi, dan komunikasi
sudah banyak dikembangankan dan digunakan oleh berbagai pihak. Salah satunya
adalah
Pemerintah
Kota
Surabaya.
Pemerintah
Kota
Surabaya
telah
memanfaatkan teknologi yang digunakan oleh masyarakat untuk melayani
masyarakat dalam berbagai kebutuhan. Salah satu layanan pemerintah berbasis
teknologi, informasi, dan komunikasi yang dikembangan di Kota Surabaya yakni
Media Center. Media Centeradalah layanan pemerintah berbasis TIK yang
menampung berbagai masukan dari masyarakat, baik dalam bentuk kritik, saran,
informasi, maupun pertanyaan informasi. Layanan pemerintah ini diharapkan
mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memberikan masukan kepada
pemerintah dan Pemerintah Kota Surabaya menjadi sangat terbantu dalam
menangani berbagai masalah dengan adanya masukan-masukan tersebut. Maka
munculah beberapa pertanyaan penelitian mengenai Media Center ini, yakni:
1. Bagaimana penyediaan layanan publik melalui Media Centeroleh
Pemerintah Kota Surabaya?
2. Bagaimana pemanfaatan Media Center oleh masyarakat?
3. Bagaimana Media Center dapat mewujudkan Surabaya Smart city?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini antara lain:
1. Mengidentifikasi penyediaan layanan Media Center Pemerintah Kota
Surabaya.
2. Mengidentifikasi pemanfaatan Media Center oleh masyarakat Kota
Surabaya.
3. Mengidentifikasikeberadaan
Media
Surabaya Smart city.
4
Center
dalam
mewujudkan
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini antara lain:
1. Berperan
dalam
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
terkait
pengembangan teknologi, informasi, dan komunikasi.
2. Berperan dalam pengembangan ilmu pengelolaan perkotaan berbasis
pada teknologi, informasi, dan komunikasi.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Surabaya dalam
mewujudkan Surabaya Smart city khususnya dengan mengembangkan
layanan publik berbasis pada teknologi, informasi, dan komunikasi.
4. Sebagai bahan referensi penelitian sejenis selanjutnya.
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai layanan publik berbasis teknologi, informasi, dan
komunikasi telah banyak dilakukan baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Penelitian layanan publik banyak dilakukan untuk melihat bagaimana proses
layanan tersebut dapat terselenggara hingga dampak yang diberikan dari
ketersedian layanan berbasis teknologi, informasi, dan komunikasi. Layanan
publik yang diteliti dilihat dari berbagai sudut pandang dan metode yang berbedabeda. Hal ini akan menunjukkan hasil yang berbeda pula. Karakteristik dari lokasi
kajian dan bentuk layanan publik yang diteliti juga dapat berbeda sehingga hasil
yang didapat dari penelitian yang satu dengan yang lain tidaklah sama.
Penelitian mengenai Pemanfaatan Media Center dalam Pelayanan Publik
sebagai Upaya Mewujudkan SurabayaSmart city sebagai salah satu penelitian
lanjutan dari penelitian sejenis. Beberapa penelitian sejenis yang dimaksud adalah
pelitian yang berkaitan dengan layanan publik baik yang berbasis pada teknologi,
informasi, dan komunikasi maupun yang lain mengenai smart cityyang digunakan
sebagai pembanding atau pembeda penelitian ini dengan penelitian lainnya.
Beberapa penelitian yang menjadi referensi antara lain Penelitian Public Attitude,
Service Delivery, and Bureaucratic Reform in E-government: A Conceptual
Framework oleh Gajendra Sharma, Xi Bao, dan Wang Qian pada tahun 2012,
5
Penelitian Understanding Smart Cities: An Integrative Framework oleh Hafedh
Chourabi, Taewoo Nam, Shawan Walker, J. Ramon Gil-Garcia, Sehl Mellouli,
Karine Nahon, Theresa A. Pardo, dan HansJochen Scholl tahun 2012, Penelitian
Tesis Kota Surabaya Menuju Smart city oleh Dwita Widyaningsih tahun 2013,
Penelitian Skripsi Pemanfaatan dan Persepsi Masyarakat terhadap Unit Pelayanan
Informasi dan Kelurahan (UPIK) di Kelurahan Suryatmajan Kota Yogyakarta oleh
Yuke Nori Aurumbita tahun 2013, Penelitian Skripsi Efektifitas Pelayanan Publik
Di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang oleh Muhammad
Safitri Arifin tahun 2012, dan Penelitian Skripsi Analisis Kesiapan Pemerintah
Kota Palopo dalam Penyelenggaraan E-government di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil oleh Fahruddin Jaya tahun 2011.
6
Tabel 1.1 Perbandingan Keaslian Penelitian
Nama
Peneliti
Gajendra
Sharma, Xi
Bao, dan
Wang Qian
Jenis
Penelitian
Jurnal
Judul & Tahun
Tujuan
Metode
Public Attitude,
Service Delivery, and
Bureaucratic Reform
in e-government: A
Conceptual
Framework
(2012)
Mengetahui bentuk efektif egovernment dan pengaruhnya
terhadap sikap publik, pelayanan
publik, dan reformasi birokrasi
7
Studi literatur
Hasil
Pemerintah menggunakan media
online dan internet dalam
menyediakan pelayanan publik
kepada masyarakat. E-government
yang ditandai dengan penggunaan
teknologi tersebut bertujuan untuk
meningkatkan akses publik
terhadap pelayanan yang
diselenggarakan Selain
penguasaan teknologi,
infrastruktur pendukung menjadi
poin penting untuk dikembangkan.
Pengembangan terhadap egovernmentdengan penguasaan
teknologi, infrastruktur, dan
integrasi anatar birokrasi mampu
meningkatkan interaksi antara
pemerintah dengan masyarakat.
Hafedh
Chourabi,
Taewoo
Nam, Shawan
Walker, J.
Ramon GilGarcia, Sehl
Mellouli,
Karine
Nahon,
Theresa A.
Pardo, dan
HansJochen
Scholl
Jurnal
Understanding Smart
Cities: An Integrative
Framework
(2012)
Mengetahui kerangka atau ruang
lingkup dalam memahami konsep
smart cities.
8
Studi literatur
Konsep smart city dipahami
melalui kerangka atau ruang
lingkup yang dipengaruhi oleh dua
faktor. Faktor tersebut adalah
faktor luar dan dalam. Faktor dari
luar meliputi pemerintah, individu
dan komunitas, lingkungan alam,
infrastruktur, dan ekonomi.
Adapun faktor luar meliputi
teknologi, pengelolaan, dan
kebijakan.
Dwita
Widyaningsih
Tesis
Kota
Surabaya
Menuju Smart city
(2013)
1. Merumuskan tahapan-tahapan
pembangunan dalam proses
pembangunan
Kota
Surabayamenuju smart city
2. Menemukan
struktur
(pondasi/pilar)
proses
pembangunan Kota Surabaya
menuju smart city
Deskriptif
kualitatif
Smart city di Kota Surabaya sudah
mulai
diterapkan
dalam
6
komponen smart city yaitu smart
government, smat living, smart
environment, smart
mobility,
smart economy dan smart people.
Terdapat 4 fase pembangunan
menuju smart city yaitu fase
pembenahan kinerja pemerintah,
fase ke dua yakni mengembalikan
kepercayaan masyarakat, fase
ketiga
yaitu
pengembangan
pelayanan berbasis tik, dan fase
yang terakhir yaitu pengembangan
sistem dengan teknologi tinggi.
Yuke
Nori
Aurumbita
Skripsi
Pemanfaatan
dan
Persepsi Masyarakat
Terhadap
Unit
Pelayanan Informasi
dan
Kelurahan
(UPIK) di Kelurahan
Suryatmajan
Kota
Yogyakarta
(2013)
1. Mendeskripsikan
pelayanan
UPIK di Kota Yogyakarta
2. Mengidentifikasi pemanfaatan
UPIK yang telah dilakukan
oleh masyarakat Kelurahan
Suryatmajan
3. Mengidentifikasi
persepsi
masyarakat
Kelurahan
Suryatmajan terhadap UPIK
Kota Yogyakarta
Deskriptif
kualitatif
UPIK dibentuk dibentuk pada
tahun 2004 untuk memudahkan
seluruh
pelayanan
publik
masyarakat Kota Yogyakarta.
Kendati demikian UPIK belum
banyak diketahui oleh masyarakat
umum. Pemanfaatan UPIK baru
diakses oleh ketua RW yang
menyampaikan informasi dan
keluhan
yang
berasal
dari
warganya.
9
Fahruddin
Jaya
Skripsi
Analisis
Kesiapan
Pemerintah
Kota
Palopo
dalam
Penyelenggaraan Egovernment di Dinas
Kependudukan dan
Catatan Sipil
(2011)
1. Mengetahui dasar kebijakan
penyelenggaraan e-govenrment
di Kota Palopo
2. Mengetahui kesiapan perangkat
penyelenggaraa e-government
Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota
10
Deskriptif
kualitatif
Pemerintah
Kota
Palopo
menyelenggarakan e-government
melalui pembuatan situs kota dan
program SIAK sebagai program
strategis Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil. SIAK (Sistem
Informasi
dan
Administrasi
Kependudukan) dan e-KTP yang
dijalankan oleh Pemkot Palopo
sebagai salah satu program
nasional
dalam
menciptakan
administrasi kependudukan yang
tertib
dan
terpadu
dengan
memanfaatkan penggunaan TIK
sebagai
saah
satu
upaya
penyelenggaraan
e-government.
Meski demikian, Pemkot Palopo
belum memiliki Rencana Induk
Pengembangan
E-government
lembaga dan perda yang mengatur
tentang
penyelenggaraan
dan
pelaksanaan e-government. Oleh
sebab itu, diperlukan perumusan
dan penyusunan rencana Induk
Pengembangan E-government.
Muhammad
Safitrah
Arifin
Skripsi
Efektifitas Pelayanan
Publik Di Kecamatan
Maritengngae
Kabupaten Sidenreng
Rappang
(2012)
1. Mengetahui
efektifitas
pelayanan KK, KTP, dan Akta
Kelahiran
di
Kecamatan
Maritengngae
2. Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi
efektifitas
pelayanan KK, KTP, dan Akta
Kelahiran
di
Kecamatan
Maritengngae
11
Deskriptif
kualitatif
Efektivitas pelayanan publik di
Kecamatan Maritengngae dilihat
dari indikator kesederhanaan,
kejelasan
dan
kepastian,
keamanan, keterbukaan, ekonomis,
keadilan
yang merata, dan
ketepatan
waktu.
Persepsi
masyarakat terhadap efektivitas
pelayanan KK, KTP, dan Akta
Kelahiran sudah terlaksana dengan
baik. Namun terdapat beberapa
indikator
dengan
penilaian
‘sedang’ sehingga pelayanan perlu
ditingkatkan lagi baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Adapun
faktor
yang
mempengaruhi
efektifitas pelayanan publik di
Kecamatan Maritengngae yakni
sumber daya aparatur, sarana dan
dan
kesadaran
prasarana,
masyarakat.
Trafika
Anggini
Skripsi
PemanfaatanMedia
Centerdalam
Pelayanan
Publik
sebagai
Upaya
Mewujudkan
Surabaya Smart City
1. Mengidentifikasi penyediaan
layanan
Media
Center
Pemerintah Kota Surabaya.
2. Mengidentifikasi
pemanfaatan Media Center
oleh
masyarakat
Kota
Surabaya.
3. Mengidentifikasikeberadaan
Media
Center
dalam
mewujudkan Surabaya Smart
city.
12
Deskriptif
kualitatif
1.6 Tinjauan Pustaka
1.6.1 Pengelolaan Perkotaan dalam mewujudkan Smart city
Kota merupakan sebuah wilayah yang didalamnya terdapat berbagai
aktivitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan. Ruang dalam kota menjadi
sangat penting menjadi tempat berlangsungnya suatu kegiatan. Dalam
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pengertian ruang tidak hanya
terbatas pada ruang secara fisik namun juga secara abstrak yang disebut sebagai
ruang maya atau virtual. Ruang maya atau virtual menjadi tempat beraktivitas
sebagian masyarakat pengguna media teknologi, informasi dan komunikasi.
Era teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih
memberikan kontribusi dalam pengelolaan perkotaan. Pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi dalam pengelolaan perkotaan (pengelolaan perkotaan
berbasis TIK) diharapkan dapat mempermudah, meningkatkan efisiensi, dan
meningkatkan efektivitas kegiatan pengelolaan perkotaan. Di samping itu, dengan
berkembangnya TIK dan meningkatnya peran ruang virtual, ruang absolut
(berkaitan dengan tempat, konsentrasi, dan distribusi) menjadi tidak harus
ditekankan lagi keberadaanya (Rachmawati, 2014).
Bentuk pengelolaan perkotaan berbasis pada teknologi merupakan salah
satu contoh dari penerapan konsep smart city. Telah banyak defini Smart city yang
dikemukaan oleh peneliti dari berbagai bidang keahlian. Hingga saat ini, definisi
dari Smart city selalu berkembang mengikuti perkembangan yang terjadi. Konsep
Smart citydikenal juga dengan sebutan lain dengan penekanan aspek tertentu
seperti intelligent city, information city, knowledge city, techno city, dan lain
sebagainya (Monfaredzadeh dan Kruegur, 2015). Meskipun konsep ini dapat
menyentuh berbagai bidang keahlian, namun Smart city secara pasti dibentuk oleh
perkembangan teknologi dan proses pembangunan perkotaan (Angelidou, 2015).
Smart citydapat dijabarkan sebagai cara menciptakan kota yang lebih baik, lebih
berkelanjutan, dimana kualitas hidup masyarakat lebih tinggi, lingkungan yang
layak huni, dan prospek ekonomi yang kuat (Lee dkk, 2013).
13
Tujuan dari konsep Smart city yakni penyelesaian berbagai masalah
perkotaan melalui pemanfaatan basis TIK yang terhubung dengan infrastruktur
perkotaan (Lee dkk, 2013). Komponen penting yang mendukung Smart city salah
satunya adalah sistem TIK yang mampu menawarkan layanan canggih dan
inovatif dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara
menyeluruh (Piro dkk, 2013). Selain itu, konsep ini memungkinkan masyarakat
perkotaan dapat berpartisipasi dalam tata kelola dan manajemen perkotaan dengan
menjadi masyarakat yang aktif (Monfaredzadeh dan Kruegur, 2015).
Secara sederhana, smart city dapat diartikan sebagai konsep perkotaan
yang pengembangan dan pengelolaannya berbasis pada teknologi terkini dan tepat
guna dalam menunjang aktivitas berbagai pihak, memperhatikan efektivitas dan
efisiensi pada lingkup yang luas (lingkungan dan energi). Chourabi, dkk (2012)
menjelaskan bahwa terdapat 8 faktor dalam konsep smart city. Faktor tersebut
antara lain manajemen dan organisasi, teknologi, pemerintah, kebijakan,
masyarakat
dan
komunitas,
ekonomi,
pengembangan
infrastruktur,
dan
lingkungan alam. TIK menjadi kunci utama dari inisiatif smart city (Chourabi
dkk,2012).
Keberadaan teknologi yang terintegritas dapat meningkatkan fungsi
pengelolaan kota. Konsep smart city melalui pendekatan pengembangan
mempertimbangkan beragam isu dalam pengkajiannya seperti kesadaran,
fleksibilitas,
kemampuan
bertransformasi,
sinergi,
individualitas,
dapat
mengambil keputusan sendiri, dan kebiasaan yang strategis (Giffinger dkk,2007
dalam Chourabi dkk, 2012). Dalam mewujudkan konsep ini, terdapat 3 hal
penting yang harus terlibat dalam usaha tersebut yakni:
1. Adanya masyarakat dan bisnis non TIK, termasuk juga pihak ketiga
lainnya.
2. Pemerintah kota dan lembaga publikdan administrasi yang berperan
dalam pembuatan kebijakan dan penyediaan layanan.
3. Tersedianya infrastruktur fisik dan teknologi yang memadai.
14
Adapun menurut laporan akhir Smart city – Ranking of European mediumsized cities(Giffinger dkk, 2007), terdapat 6 karakteristik smart city yaknismart
economy, smart people, smart governance, smart mobility, smart environment,
dan smart living. Smart Governance ditunjang dari faktor utama partisipasi.
Kegiatan
yang
berada
dalam
lingkup
kelembagaan
dan
pemerintahan
dilaksanakan dengan melibatkan berbagai pihak salah satunya dari masyarakat.
Indikator yang dapat digunakan dalam mendeskripsikan karakter smart
governance antara lain partisipasi dalam pembuatan keputusan, pelayanan publik
dan sosial, pemerintahan yang tranparan, serta strategi dan perspektif politik.
Terdapat 2 pendekatan Smart city yakni top-down Smart city dan bottomup Smart city. Pendekatan top-down Smart city menekankan pada kota yang sejak
awal dibangun dengan perencanaan yang matang, desain dan pembangunan
dengan mengoptimalkan proses perkotaan melalui pemanfaatan teknologi.
Dengan demikian, segala sesuatunya yang berhubungan dengan pelayanan dan
kinerja pemerintah telah mengacu pada teknologi tertentu yang telah dibuat.
Adapun pendekatan kedua yakni bottom-up Smart city, memfokuskan pada
konsep Smart Citizen dimana terdapat masyarakat yang tinggal, bekerja, dan
terlibat dalam berbagai aktivitas yang ada di kota. Masyarakat digambarkan telah
menguasai penggunaan teknologi dan dapat memanfaatkannya untuk berbagai
aktivitas atas inisiatif sendiri. Untuk menengahi kedua pendekatan tersebut maka
terbentuklah konsep Smart city sebagai platform inovasi lokal. Konsep penengah
ini merupakan gabungan dari pendekatan top-down dan bottom-up sehingga dapat
disimpulkan bahwa Smart city sebagai platform yang menumbuhkan kecerdasan
kolektif (lokal) yang dimiliki oleh semua pemangku kepentingan yang terlibat
(Walravens, 2014)
15
1.6.2 E-Goverment
Konsep Smart Governance berkembang seiring perkembangan teknologi.
Melalui teknologi yang ada, aktivitas kepemerintahan dapat dilakukan secara
efektif dan efisien. Smart governance bergantung pada implementasi dari
infrastruktur smart governance yang dapat dipertanggungjawabkan, responsif, dan
transparan (Johnston dan Hanssen, 2011). Infrastruktur tersebut dapat membantu
proses pelayanan, pertukaran data dan informasi, integrasi data, dan komunikasi.
Upaya penggunaan teknologi tersebut diwujudkan dalam bentuk e-government
(electronic goverment)yang sering pula disebut e-gov, digital government,
ataupun online government. E-goverment merupakan salah satu pemanfaatan
teknologi, informasi, dan komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam
berbagai keperluan. E-governmentsecara umum dianggap sebagai reformasi
administrasi publik yang bertujuan untuk meningkatkan arus informasi dan
tranparansi (Rodrigues dkk, 2006 dalam Rodrigues dkk, 2012).
Konsep e-government dapat dibagi menjadi tiga grup yakni masyarakat,
bisnis dan pelayanan, dan antar departemen pada pemerintahan (Almarabeh,
2010). Ketiga konsep tersebut yakni Government-to-Citizen atau Government-toCommunity
(G2C),
Government-to-Business
(G2B),serta
Government-to-
Government (G2G).G2C merujuk pada hubungan pemerintah dengan masyarakat
melalui layanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah. Layanan publik
yang termasuk dalam G2C sebagai inovasi pemerintah dalam memberikan
pelayanan pada masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemudahan
mengakses layanan dan partisipasi dari masyarakat. Konsep G2B menekankan
pada hubungan pemerintah dengan pihak swasta dalam hal bisnis. Melalui konsep
ini, pemerintah menyediakan layanan berbasis TIK untuk mempermudah kegiatan
bisnis oleh individu maupun korporasi. Adapun konsep G2G merujuk pada
hubungan antar satuan dinas pada suatu pemerintahan. Antar satuan dinas dapat
berinteraksi dan bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan wilayahnya.
Konsep G2G sendiri dapat bersifat horisontal dimana interaksi atau koordinasi
dilakukan oleh dinas pada level yang sama dan secara vertikal dimana suatu
16
pemerintahan melakukan interaksi dengan pemerintahan diatasnya atau pada
tingkatan yang lebih tinggi. Model pelaksanaan ini memberikan kemudahan
pemerintah dalam mengadakan kegiatan dan pelayanan serta mempermudah
masyarakat atau pihak lainnya untuk mengakses dan berpartisipasi dalam
pelayanan yang diberikan. Melalui pengadaan G2C, G2B, dan G2G, program
maupun pelayanan pemerintah dapat berlangsung lebih efisien.
e-governance
Tantangan:
Biaya
Komitmen
politik
Prioritas
Infrastruktur
Sikap Publik
Birokrasi
Etika
Faktor lingkungan:
Politik
Budaya
Hukum
Sosio ekonomi
Pembangunan berkelanjutan
Hubungan G2G, G2C,
G2B:
Pemberdayaan pelayanan
publik :
Tenaga kerja yang efisien
Teknologi sederhana
Komunikasi bilateral
Transparansi
Tidak ada korupsi
Keuangan pemerintah
Performa pelayanan sipil
Respon
Bagan 1.1 Kerangka tantangan dan faktor yang mempengaruhi e-governance
Sumber: Sharma, G., Xi Bao, Wang Kian, 2012
Pemanfaatan
teknologi
dalam
pengembangan
e-goverment
sangat
diperlukan. Secara sederhana, pengadaan e-goverment dilihat dari ketersediaannya
situs pemerintah yang memberikan beragam informasi dan keperluan lainnya
untuk berbagai kegiatan. E-goverment mengacu pada penyampaian informasi dan
pelayanan pemerintah secara elektronik melalui internet atau media digital lainnya
(Sharma dkk, 2012). Dengan menyediakan interaksi dua arah, e-governance telah
dianggap sebagai cara untuk mengembangkan penyampaian pelayanan dan
tanggap terhadap publik, menciptakan kepercayaan publik yang tinggi dalam
pemerintahan (Raney, 2000 dalam Sharma dkk, 2012). Fitur ini membantu publik
dalam menyesuaikan penyampaian informasi dan mengambil manfaat dari
kapasitas komunikasi interaktif dan dua arah dari situs (Sharma dkk, 2012).
17
Fungsi situs e-government didalamnya harus termuat kerangka e-participation
yang menyediakan informasi secara online untuk setiap kebijakan dan program
pemerintah, hukum dan regulasi, pembiayaan, mekanisme e-consultation, serta
alat dan pembuatan kebijakan secara elektronik (Gil-Garcia dan MartinezMoyano, 2007 dalam Sharma dkk, 2012). E-participation atau partisipasi online
ini memungkinkan masyarakat untuk dapat memberikan pendapat, mengevaluasi
saran dan skema yang berkaitan dengan pemerintah dan politik (Monfaredzadeh
dan Kruegur, 2015).
1.6.3 Pelayanan Publik berbasis TIK
Kusuma Atmaja (2002) dalam Monoarfa (2012) menjelaskan bahwa
pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan
orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai
dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Menurut KEPMENPAN
No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan
Publik, pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
penerimaan pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan. Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Mahmudi
(2010) dalam Monoarfa (2012) menjelaskan bahwa penyelenggara pelayanan
publik diselenggarakan oleh instansi pemerintah yang meliputi Satuan
kerja/satuan organisasi kementerian, departemen, lembaga pemerintah non
departemen, kesekretariatan lembaga tertinggi dan tinggi Negara, BUMN,
BHMN, BUMD, instansi pemerintah lainnya, baik pusat dan daerah termasuk
dinas-dinas dan badan.
18
Terdapat prinsip dan standar pelayanan publik yang harus dipenuhi oleh
setiap penyelenggaraan pelayanan publik. Prinsip pelayahan publik menurut
Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik diantaranya yakni:
1. Kesederhanaan. Kesederhanaan prosedur pelayanan publik yakni tidak
berbelit-belit, mudah untuk dipahami dan dilaksanakan.
2. Kejelasan. Kejelasan terhadap segala kebutuhan persyaratan teknis,
administrasi, unit kerja yang bertanggungjawab, serta pembiyaan.
3. Kepastian waktu. Pelayanan publik telah dipastikan penyelesaian tiap
prosesnya dalam kurun waktu tertentu.
4. Akurasi. Produk pelayanan publik yang diterima benar, tepat, dan sah.
5. Keamanan. Proses dan produk yang dihasilkan memberikan rasa aman
dan kepastian hukum.
6. Tanggung
jawab.
Pimpinan
penyelenggara
pelayanan
publik
bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan penyelesaian keluhan
atau persoalan yang ada.
7. Kelengkapan
sarana
dan
prasarana.
Tersedianya
sarana
dan
prasaranakerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya termasuk
penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika.
8. Kemudahan akses. Terdapat tempat atau lokasi serta sarana pelayanan
yang mudah dijangkau masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi,
telekomunikasi, dan informatika.
9. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan. Pelayanan diberikan dengan
disiplin, sopan dan santun.
10. Kenyamanan. Pelayanan diberikan dalam lingkungan yang tertib dan
teratur.
Standar pelayanan publik yang diterapkan dalam setiap program pelayanan
menurut Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, sekurangkurangnya sebagai berikut:
19
1. Prosedur pelayanan. Prosedur setiap kegiatan pelayanan dibakukan bagi
pemberi dan penerima pelayanan sehingga terdapat mekanisme yang
jelas untuk setiap jenis kegiatan pelayanan publik.
2. Waktu penyelesaian. Waktu penyelesaian ditetapkan sejak pengajuan
permohonan samapai dengan penyelesaian pelayanan.
3. Biaya pelayanan. Biaya pelayanan ditetapkan dalam proses pemberian
pelayanan.
4. Produk pelayanan. Hasil pelayanan yang diterima sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan.
5. Sarana dan prasarana. Penyediaan sarana dan prasarana dilakukan oleh
penyelenggara pelayanan publik secara memadai.
6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan. Kompetensi ini meliputi
pengetahuan, keahlian,
ketrampilan, sikap,
dan perilaku
yang
dibutuhkan.
Perkembangan teknologi memberikan ranah baru dalam pengembangan
layanan publik.Pengembangan layanan publik kini telah banyak berbasis pada
teknologi. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi banyak membantu
layanan publik yang dijalanakan oleh pemerintah. Pengembangan layanan publik
oleh pemerintah berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai salah satu
bentuk e-government. E-Goverment biasanya mengacu pada penggunaan
teknologi informasi meliputi teknologi informasi dan komunikasi dan teknologi
komunikasi berbasis web lain untuk meningkatkan dan mengembangkan efisiensi
dan efektivitas pelayanan disektor publik (Harris, 2000 dalam Sharma dkk, 2012).
1.6 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan konsep Surabaya Smart
city.
Untuk mendukung Surabaya mencapai smart city, Pemerintah Kota
Surabaya membuat beberapa strategi yang tertuang dalam RPJMD Kota Surabaya
Tahun 2010-2015 mengenai penyelenggaraan pelayanan publik berbasis
teknologi, informasi, dan komunikasi.
20
Strategi tersebut diwujudkan dalam
penyelenggaran Media Center sebagai salah satu layanan publik berbasis
teknologi, informasi, dan komunikasi. Media Center inilah yang diteliti dalam
penelitian ini.
Penelitian mengenai Media Center Kota Surabaya mencakup
lingkup layanan, pemanfaatan, dan efektivitas. Masing-masing dari bagian ruang
lingkup yang digunakan kemudian dirinci lebih mendalam seperti yang
ditampilkan pada skema kerangka pemikiran sebagai berikut:
RPJMD Kota Surabaya Tahun 2010- 2015 : Pelayanan publik berbasis TIK
Media
CenterKota
Layanan
Media Center
Pemanfaatan
Media Center
1. Media layanan
2. Tujuan pelayanan
3. Alur pelayanan
1. Jenis pelayanan yang
dimanfaatkan
2. Tujuan pemanfaatan
Surabaya
Smart city
Bagan 1.2. Skema Kerangka Pemikiran
21
1.7 Batasan Operasional
Batasan-batasan mengenai konsep penting dalam penelitian ini adalah:
1. Media Center merupakan salah satu bentuk pelayanan publik berbasis
teknologi, informasi, dan komunikasi yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Kota Surabaya untuk mempermudah penyampaian aspirasi,
kritik, saran dan beragam informasi lain oleh masyarakat kepada
pemerintah kota.
2. Pelayanan publik merupakan bentuk kegiatan pelayanan yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik untuk memenuhi
kebutuhan penerima atau pengguna pelayanan tersbeut sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
3. Smart city sebagai konsep perkotaan yang memiliki pengelolaan yang
terintegrasi untuk meningkatkan kemudahaan masyarakat dalam
beraktivitas dengan basis penggunaan teknologi, informasi, dan
komunikasi yang tepat guna.
22
Download