Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2. 1.
Manajemen Secara Umum
Keberhasilan suatu produk sangat ditunjang dengan bagaimana perusahaan
melakukan manajemennya dengan baik. Oleh karena itu penulis akan menjelaskan
tentang apa itu manajemen. Manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu kata to
manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur
berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu sendiri. Jadi, manajemen
merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.
2.1.1
Pengertian Manajemen
Pengertian manajemen merupakan uraian para ahli Manajemen yang
pemaparannya akan disajikan oleh penulis dalam Laporan Tugas Akhir ini,
diantaranya sebagai berikut :
Pengertian Manajemen menurut H. Malayu S.P Hasibuan (2003:1) dalam
bukunya yang berjudul “Manajemen (Dasar Pengertian dan Masalah)”
“Ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai
tujuan tertentu”.
Menurut Stoner (2003:8) yang di kutip oleh T. Hani Handoko dalam buku
(manajemen):
“manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
diterapkan”.
Sedangkan menurut George R. Terry (2003;10) dalam buku “Prinsip-prinsip
Management”. Menyatakan bahwa yang dimaksud manajemen adalah
“Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni, ilmu yang bersifat dinamis
serta seni merupakan pengetahuan untuk mencapai hasil yang diinginkan
dan
kreativitas
yang
didasarkan
pada
kondisi
pemahaman
ilmu
manajemen”.
Berdasarkan dari pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
manajemen merupakan suatu proses pengelolaan kegiatan dan sumber perusahaan
secara efektif dan efesien dengan usaha bersama semua pihak didalam perusahaan
sehingga dapat dicapai tujuan dari perusahaan.
2.1.2
Pengertian manajemen sumber daya manusia
Didalam masyarakat yang selalu berkembang, manusia senantiasa mempunyai
kedudukan yang makin penting. Suatu perusahaan baik yang besar maupun yang
kecil, tidak akan terlepas dari faktor manusia sebagai tenaga kerja, karena manusia
merupakan faktor inti yang dapat menggerakan atau memajukan perusahaan.
Semakin besar perusahaan maka tenaga kerja yang dibutuhkan akan semakin besar
dan masalah yang dihadapi semakin kompleks, karena setiap manusia atau tenaga
kerja yang berada didalam perusahaan mempunyai pola pikir, pola sikap dan tingkah
laku serta kepentingan yang berbeda. Oleh sebab itu, diperlukan pengaturan tenaga
kerja tersebut agar terbentuk suatu aktivitas kerja yang seiramasesuia dengan tujuan
perusahaan.
Untuk mendapatkan tenaga kerja yang sesuia dengan harapan perusahaan,
perlu adanya perhatian dan pengaturanterhadap tenaga kerja ini. Dalam hal ini
dituntut peranan Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu manajemen yang khusus
mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan faktor produksi manusia denga
segala aktivitasnya dalam suatu perusahaan sehingga mereka dapat bekerja secara
efektif dan efisien.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengertian Manajemen
Sumber Daya Manusia, berikut penulis kemukakan beberapa pendapat dari para ahli:
Pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Dr.A.A.Anwar Prabu
Mangkunegara, Drs.,M.Si.Psi. (2007:2) dalam buku “Manajemen Sumber Daya
Manusia”:
“Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengadaaan,
pengembangan,
pemberian
balas
jasa,
pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam mencapai tujuan organisasi”.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2003;10) dalam buku “Manajemen
Sumber Daya Manusia”:
“Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni yang
mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat”.
Sedangkan
menurut
Bambang
Wahyudi
(2002;10)
dalam
buku
memajukan
atau
“Manajemen Sumber Daya Manusia”:
“Ilmu
dan
seni
atau
proses
memperoleh,
mengembangkan dan memelihara tenaga kerja yang kompeten sedemikian rupa
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien dan adanya kepuasan
pada diri pribadi”.
2.1.3
Pengertian kompensasi
Kompensasi meliputi pembayaran uang tunai secara langsung, imbalan tidak
langsung dalam bentuk benefit dan pelayanan (jasa), dan insentif untuk memotivasi
karyawan agar tingkat produktivitas yang lebih tinggi adalah komponen yang sangat
menentukan dalam hubungan kerja. Jika dikelola dengan tepat, kompensasi dapat
membantu organisasi dalam mencapai tujuannya, mendapatkan, memelihara dan
mempertahankan pekerjaan – pekerjaan yang produktif. Untuk memperoleh
gambaran kompensasi yang lebih jelas berikut ini disampaikan definisi dari para ahli:
Pengertian
kompensasi
menurut
Drs.H.Sadili
Samsudin,M.M.M.Pd
(2006:187) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Sumber Daya Manusia”:
“ Kompensasi merupakan penghargaan / imbalan langsung maupun tidak
langsung, financial maupun non financial, sebagai balas jasa kontribusi mereka
terhadap pencapaian tujuan organisasi”.
Menurut Hj.Ike Kusdyah Rachmawati,SE,MM (2008:143) dalam bukunya
yang berjudul “Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan”:
“Kompensasi adalah Salah satu cara organisasi untuk meningkatkan prestasi
kerja, motivasi dan kepuasan kerja pada karyawan”.
Sedangkan menurut Gary Dessler (2005:72) dalam bukunya yang berjudul
“Manajemen sumber daya manusia”:
“Kompensasi adalah merupakan semua pembayaran imbalan bagi karyawan
dan muncul dari pekerjaan mereka”.
Lebih lanjut Hj.Ike Kusdyah Rachmawati,SE,MM (2008:147) mengelompokkan
kompensasi kedalam bentuk-bentuk umum yaitu:
1. Kompensasi financial
Kompensasi financial terbagi lagi menjadi dua macam yaitu:
a) Kompensasi financial langsung
Terdiri atas pembayaran yang diterima oleh seseorang berbentuk gaji /
upah, bonus dan komisi.
b) Kompensasi financial tidak langsung
Meliputi semua balas jasa financial yang tidak termasuk kedalam
kompensasi financial langsung seperti tunjangan – tunjangan, asuransi,
bantuan sosial karyawan, dan sebagainya.
2. Kompensasi non financial
Terdiri atas berbagai bentuk kepuasan yang diterima oleh seseorang dari
pekerjaan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri, atau berupa
lingkungan psikologis atau lingkungan fisik seseorang itu bekerja. Kepuasan
yang berasal dari pekerjaan misalanya tugas – tugas yang menarik,
tantangan,tanggung jawab, peluang untuk mengembangkan diri. Kepuasan
yang berasal dari lingkungan kerja misalnya rekan – rekan yang
menyenangkan, atasan yang kompeten, dan kondisi kerja yang nyaman.
2.2 Fungsi dan Tujuan pemberian kompensasi
2.2.1 Fungsi kompensasi
Suatu cara perusahaan meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan kepuasan
kerja karyawan, masalah kompensasi mungkin merupakan fungsi manajemen yang
paling sulit dan membingungkan. Tidak hanya karena pemberian kompensasi
merupakan salah satu tugas yang paling kompleks tetapi juga salah satu aspek yang
paling berarti bagi karyawan. Balas jasa yang diberikan karyawan pasti memiliki
fungsi dan tujuan tertentu. fungsi pemberian kompensasi antara lain:
1. Pengalokasian sumber daya yang efisien.
Fungsi ini menunjukan bahwa pemberian kompensasi yang cukup baik
pada karyawan yang berprestasi baik, akan mendorong karyawan untuk
bekerja lebih, kearah pekerjaan – pekerjaan yang lebih produktif. Dengan
kata lain ada kecenderungan para karyawan dapat bergeser atau berpindah
dari tempat kerja yang kompensasinya tinggi dengan cara menunjukan
prestasi kerja yang lebih baik.
2. Penggunaan sumber daya manusia secara lebih efisien dan efektif.
Dengan memberikan kompensasi yang lebih tinggi kepada seorang
karyawan mengandung implikasi bahwa organisasi akan menggunakan
tenaga kerja karyawan tersebut dengan selektif dan seefisien mungkin.
Sebab dengan cara demikian organisasi yang bersangkutan akan
memperoleh manfaat dan keuntungan yang lebih maksimal. Disinilah
produktivitas karyawan sangat menetukan.
3. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Sebagai akibat alokasi dan penggunaan sumber daya manusia dalam
organisasi yang bersangkutan secara efektif dan efisien tersebut maka
diharapkan sistem pemberian kompensasi tersebut secara langsung dapat
membantu stabilitas organisasi, dan secara tidak langsung ikut andil dalam
mendorong
stabilitas
dan
pertumbuhan
ekonomi
Negara
secara
keseluruhan.
2.2.2 Tujuan kompensasi
Tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) antara lain adalah sebagai ikatan
kerja sama,kepuasan kerja, pengadaan efektif, motivasi, stabilitas karyawan, disiplin,
serta pengaruh serikat buruh dan pemerintah.
a. Ikatan kerja sama
Dengan pemberian kompensasi terjalin ikatan kerja sama formal
antara majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan
tugas–tugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha/ majikan wajib
membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
b. Kepuasaan kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh
kepuasan kerja dari jabatannya.
c. Pengadaan efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan
karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
d. Motivasi
Jika balas jasa yang di berikan cukup besar, manajer akan mudah
memotivasi bawahannya.
e. Stabilitas karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal
konsistensi yang kompentatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin
karena turn over lebih kecil.
f. Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin
karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati
peraturan – peraturan yang berlaku.
g. Pengaruh serikat buruh
Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat
dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaan.
h. Pengaruh pemerintah
Jika program kompensasi sesuai dengan undang – undang perburuhan
yang berlaku (seperti batas upah minimum) maka investasi pemerintah
dapat dihindarkan.
2.3
Kepentingan kompensasi pegawai
Kompensasi sangat penting bagi pegawai maupun atasannya. Hal ini karena
kompensasi merupakan sumber penghasilan bagi mereka dan keluarganya.
Kompensasi juga merupakan gambaran dalam status sosial bagi pegawai. Tingkat
penghasilan sangat berpengaruh dalam menentukan standar kehidupan.
Bagi majikan dan perusahaan, kompensasi merupakan faktor utama dalam
kepegawaian. Kebijakan kepegawaian banyak berhubungan dengan pertimbangan
untuk menetukan kompensasi pegawai. Tingkat besar kecilnya kompensasi pegawai
sangat berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat jabatan, dan masa kerja pegawai.
Maka dari itu, dalam menentukan kompensasi pegawai perlu berdasarkan penilaian
prestasi, kondite pegawai, tingkat pendidikan, jabatan dan masa kerja pegawai.
Kompensasi yang diberikan pegawai sangat berpengaruh pada tingkat
kepuasan kerja dan motivasi kerja, serta hasil kerja. Perusahaan menentukan tingkat
upah dengan mempertimbangkan standar kehidupan normal, akan memungkinkan
pegawai bekerja dengan mempertimbangkan standar kehidupan normal, akan
memungkinkan pegawai bekerja dengan penuh motivasi. Hal ini karena motivasi
kerja pegawai banyak dipengaruhi oleh terpenuhi tidaknya kebutuhan minimal
kehidupan pegawai dan keluarganya.
2.4
Faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi
Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi, antara lain sebagai
berikut:
a. penawaran dan permintaan tenaga kerja
b. kemampuan dan kesediaan perusahaan
c. serikat buruh / organisasi karyawan
d. produktivitas kerja karyawan
e. pemerintah dengan undang – undang dan kepresnya
f. biaya hidup / cost of living
g. posisi jabatan karyawan
h. pendidikan dan pengalaman karyawan
i. kondisi perekonomian nasional
j. jenis dan sifat pekerjaan
a. Penawaran dan permintaan tenaga kerja
Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak dari pada pekerjaan
(permintaan) maka kompensasi relatif kecil.
b. Kemampuan dan kesediaan perusahaan
Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar
semakin baik tingkat kompensasi akan semakin besar.
c. Serikat buruh / organisasi karyawan
Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh, maka tingkat
kompensasinya semakin besar.
d. Produktivitas kerja karyawan
Jika produktivitas kerja karyawan baik dan banyak maka tingkat
kompensasi semakin besar.
e. Pemerintah dengan undang – undang dan kepresnya
Pemerintah dengan undang – undang dan kepres menetapkan besarnya
batas upah / balas jasa minimum.
f. Biaya hidup / cost of living
Apabila biaya hidup didaerah itu tinggi, maka tingkat kompensasi/
upah semakin besar.
g. Posisi jabatan karyawan
Karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima gaji/
kompensasi lebih besar.
h. Pendidikan dan pengalaman karyawan
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka
gaji/ balas jasanya akan semakin besar, karena kecakapan serta
keterampilannya lebih baik.
i. Kondisi perekonomian nasional
Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju maka tingkat
upah/ kompensasi akan semakin besar, karena akan mendekati posisi
full employment.
j.
Jenis dan sifat pekerjaan
jika jenis dan sifat pekerjaan sulit dan mempunyai resiko (financial,
keselamatan) yang besar maka tingkat upah/ balas jasanya semakin
besar karena membutuhkan kecakapan serta ketelitian untuk
mengerjakannya.
Faktor – faktor yang dijelaskan diatas dapat mempengaruhi besar/ kecilnya
tingkat upah/ kompensasi. Hal ini perlu mendapat perhatian supaya prinsip
pengupahan adil dan layak lebih baik dan kepuasan kerja sama tercapai.
2.5
Tantangan – tantangan yang mempengaruhi kebijakan kompensasi
Penentuan besarnya kompensasi dipengaruhi beberapa tantangan, ada tujuh
faktor yang mempengaruhi kebijakan kompensasi, yaitu:
1. Suplai dan permintaan tenaga kerja
Beberapa jenis pekerjaan mungkin harus dibayar lebih tinggi dari pada
yang ditunjukan oleh nilai relatifnya karena kondisi pasar.
2. Serikat karyawan
Lemah atau kuatnya serikat karyawan mencerminkan kemampuan
organisasi karyawan tersebut untuk menguatkan kuatnya pengaruh mereka
pada penentuan tingkat kompensasi. Semakin kuat kekuatan serikat berarti
semakin kuat posisi perundingan karyawan dalam penetapan tingkat gaji/
upah mereka.
3. Produktivitas
Perusahaan harus memperoleh laba dalam melanjutkan kelangsungan
hidup dan tumbuh. Tanpa hal ini, perusahaan tidak akan bisa lagi bersaing.
Oleh karena itu perusahaan tidak dapat lagi membayar para karyawannya
melebihi kontribusi mereka pada karyawannya melalui produktivitas
mereka. Bila hal ini saja terjadi karena kelangkaan atau kekuatan serikat
karyawan, perusahan biasanya merancang kembali pekerjaan – pekerjaan,
melatih karyawan baru untuk menaikan suplai, atau melakukan
otomatisasi.
4. Kesediaan untuk membayar
Bukan merupakan satu pertanyaan yang berlebihan bahwa perusahaan
sebenarnya ingin membayar kompensasi sacara adil dan layak. Oleh
karena itu, perusahan juga merasa para karyawan seharusnya melakukan
pekerjaan sesuai dengan gaji/ upah yang mereka terima. Manajemen perlu
menolong para karyawan untuk meningkatkan produktivitas mereka agar
kompensasi lebih tinggi dapat di bayar.
5. Kemampuan untuk membayar
Tanpa memperhatikan semua faktor lainnya, dalam jangka panjang,
realisasi pemberian kompensasi tergantung pada kemampuan membayar
perusahaan. Seperti telah disebutkan diatas, kemampuan membayar
tergantung pada pendapatan dan laba yang diraih, dimana hal ini
dipengaruhi oleh produktivitas karyawan yang tercermin dalam tenaga
kerja.
6. Berbagai kebijakan pengupahan dan penggajian
Hampir semua organisasi mempunyai kebijakan – kebijakan yang
mempengaruhi pengupahan dan penggajian. Salah satu kebijakan
umumnya adalah memberikan kenaikan gaji/ upah, yang sama besar
kepada para karyawan anggta serikat buruh maupun karyawan yang bukan
anggota
serikat
buruh.
Banyak
perusahaan
yang
mempunyai
kebijaksanaan pembayaran bonus (premium) diatas gaji/ upah dasar untuk
meminimumkan perputaran karyawan atau untuk menarik para karyawan
yang terbaik. Perusahaan – perusahaan lain mungkin juga menetapkan
kenaikan kompensasi secara otomatis bila indeks biaya hidup naik.
7. Kendala- kendala pemerintah
Tekanan- tekanan eksternal dari pemerintah dengan segala peraturannya
mempengaruhi penetapan kompensasi perusahan. Peraturan gaji/ upah
minimum, gaji/ upah kerja lembur dan pembatas umur untuk tenaga kerja
anak – anak, merupakan beberapa contoh kendala kebijaksanaan
kompensasi yang berasal dari pemerintah.
Didalam pemberian balas jasa harus memperlihatkan prinsip keadilan dalam
menetapkan kompensasinya. Bila seseorang karyawan menerima kompensasi dari
perusahaan, keadilan bukan berarti bahwa segala sesuatu dibagi sama rata. Keadilan
harus dihubungkan dengan pengorbanan (input) dengan penghasilan (output).
2.6
Asas - asas kompensasi
Penghargaan menjebatani kesenjangan antara tujuan organisasi dengan
aspirasi serta pengharapan karyawan. Supaya efekif, kompensasi seharusnya dapat:
(1) Memenuhi kebutuhan dasar,
(2) Mempertimbangkan adanya keadilan eksternal,
(3) Memperimbankan adanya keadilan internal,dan
(4) Pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan induvidu,(Cascio).
Hal yang senada juga dikemukakan oleh robbins yang mengemukakan bahwa
penghagaan dapat meningkakan prestasi kerja dan kepuasan kerja apabila:
(1) mereka merasakan adanya keadilan dalam penggajian,
(2) penghargaan yang mereka terima dikaitkan dengan kinerja mereka,dan
(3) berkaitan dengan kebutuhan induvidu
Menurut Cassio dari antara prinsip-prinsip tersebut diatas yang paling penting
adalah adanya keadilan.keadilan ditempat kerja, termasuk dalam pemberian
kompensasi ada dua macam, yaitu keadilan distributive dan keadilan prosedural.
Keadilan distributive berusaha untuk menjelaskan bagaimana seseorang
bereaksi terhadap jumlah bab bentuk kompensasi yang mereka terima. Sedangkan
keadilan prosedural berkaitan dengan pengujian reaksi seseorang terhadap prosedur
yang di gunakan untuk menentukan kompensasi. Dengan kata lain, keadilan
distributif berkaitan dengan hasil akhirnya. Sedangkan keadilan procedural berkaitan
dengan alatnya (Sweeney dan Mcfarlin). Sebagai akibatnya, keadilan distribusif lebih
mepengaruhi kepuasan terhadap apa yang diberikan. Sedangkan keadilan procedural
lebih
mempengaruhi
kepuasan
organisasi.(Tremblay,sire, dan balkin).
terhadap
pimpinan
dan
komitmen
Keadilan distributif lebih dikenal sebagai teori keadilan ( William). Teori ini
dikembangkan oleh Adams . Hakikat dari teori adalah bahwa karyawan
membandingkan usaha (inputs) dan penghargaan (output) mereka dengan yang lain
dalam situasi kerja yang sama. Terminologi penting dalam teori ini ada empat, yaitu:
(1) Seseorang (person) induvidu yang ingin mempertanyakan ada tidaknya
keadilan,
(2) Orang lain (others) setiap orang atau kelompok yang digunakan oleh
seseorang sebagai pembanding dalam kaitannya dengan perbadingan antara
input dan outcomes,
(3) Kontribusi (input) karakteristik induvdu yang dibawa masuk oleh seseorang
ke dalam organisasi,dan
(4) Penghargaan (outcomes) segala sesuatu yang diterima oleh seseorang.
Input karyawan meliputi segala sesuatu yang diperkirakan oleh karyawan di
berikannya kepada perusahaan. Contohnya : pendidikan, inteligensi, pengalaman,
pelatihan, keterampilan, senioritas, usia, jenis kelamin, latar belakang, status sosial,
dan besarnya usaha yang digunakan. Dalam keadaan tertentu, input itu bisa berupa
penampilan, kesehatan, pemilikan kendaraan dan sebagainya. Hal ini dapat disebut
sebagai investasi.
Outcomes adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan atau yang
diperkirakan diberikan perusahaan kepada karyawannya. Seperi misalnya gaji,
insentif dan mungkin berupa fasilitas.
Ketidakadilan distributive terjadi apabila seseorang beranggapan bahwa
perbandingan antara input dan outcomes, dengan perbandingan antar input dan
outcomes orang lain tidak sama (lebih besar disebut overpayment dan lebih kecil
disebut underpayment). Hal ini dapat terjadi bagi dua orang yang mempunyai
majikan yang sama, majikan berbeda dalam organisasi yang sama atau majikan yang
berbeda dalam organisasi yang berbeda sehubungan dengan itu dapat pula diketahui
bahwa keadilan distributive itu ada tiga macam, yaitu keadilan internal, keadilan
eksternal, dan keadilan sesama karyawan.
•
Keadilan internal. Menjamin bahwa pembayaran harus sebanding dengan
tarif yang ada pada bagian lain. Keadilan internal dapat dirasakan apabila
kompensasi didasarkan pada hasil evaluasi pekerjaan.
•
Keadilan eksternal. Menjamin bahwa posisi yang lebih tinggi atau orangorang yang memiliki kualitas yang lebih baik didalam organisasi mendapat
gaji yang lebih tinggi. Keadilan eksternal dapat dirasakan apabila kompensasi
ditentukan berdasarkan hasil survey gaji.
•
Keadilan sesama karyawan. Keadilan ini akan dirasakan karyawan apabila
karyawan yang mengerjakan pekerjaan yang sama, diberikan gaji sesuai
dengan pekerjaan yang telah diberikan kepada setiap karyawannya. Keadilan
karyawan dapat dirasakan apabila kompensasi didasarkan pada hasil penilaian
prestasi.
Selanjutnya dapa pula diketahui bahwa tanggapan terhadap ketidak adilan
dapat bermacam-macam, tergantung kepada:
(1) cara pembayaran, dan
(2) jenis ketidakadilan.
Cara pembayaran ada yang berdasarkan hasil produksi dan ada yang
berdasarkan jam kerja. Sedangkan jenis ketidak adilan ada yang kurang dari
yang diperkirakan (underpayment) dan lebih dari yang diharapkan
(overpayment).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lawler dapat diketahui bahwa:
1. Bagi karyawan yang dibayar berdasarkan jumlah hasil kerjanya, jika mereka
merasakan overpayment, maka mereka akan berusaha untuk mengurangi hasil
kerja dan meningkatkan mutunya, tetapi jika mereka merasakan ada
underpayment, maka mereka akan berusaha untuk meningkatkan hasil kerja
dengan mengurangi mutunya.
2. Bagi mereka yang dibayarkan berdasarkan jam kerja, jika mereka merasakan
ada overpayment, maka mereka akan berusaha untuk meningkatkan hasil dan
kualitas kerjanya, namun jika mereka merasakan ada underpayment, maka
mereka akan mengurangi hasil kerja maupun kualitasnya.
Sementara itu dapat pula diketahui bahwa insensitas tanggapan terhadap
ketidak adilan itu berbeda-beda, tergantung kepada tingkat kepekaan dari karyawan
yang bersangkutan terhadap ketidak adilan (equity sensivity). Huseman et al
mengelompokan tingkat kepekaan seseorang terhadap keadilan kedalam tiga
kelompok, yaitu benevolent, equity sensitive, dan entitled.
Benevolent adalah kelompok karyawan yang lebih suka memberi dari pada
menerima. Oleh karena itu, kelompok (person) ini cenderung lebih menyukai untuk
menerima lebih kecil daripada yang diterima (outcomes)orang lain (others) untuk
kontribusi (input) yang sama.
Equity sensitive adalah mereka yang menganut teori ekuitas dari Adams
mereka akan puas apabila penerimaan mereka (persons) sama dengan apa yang
diterima (outcomes) oleh orang lain (others), dengan asumsi bahwa orang lain
(others) itu memberikan kontribusi (inputs) yang sama dengan yang diberikan oleh
orang lain (others). Mereka akan merasa tidak puas apabila mereka memperoleh lebih
sedikit (underpayment). Atau bahkan jika mereka menerima lebih banyak
(overpayment). Entitled merupakan kebalikan daripada benevolent. Mereka lebih
suka menerima dari pada memberi. Mereka hanya akan merasa lebih puas jika
mereka memperoleh lebih banyak dari yang diterima (outcomes) orang lain (others)
Download