6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan
adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan
penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu
dan tidak berdaya (Suliswati, dkk, 2005).
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya,
keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami
secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian
intelektual terhadap suatu yang berbahaya (Stuart & Sundeen, 2002).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman
sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens,
2002).
Perasaan yang tidak menentu ini pada umumnya tidak menyenangkan dan
menimbulkan atau disertai disertasi perubahan fisiologis (misal gemetar,
berkeringat, detak jantung meningkat) dan psikologis (misalnya panik,
tegang, bingung, tidak bisa berkonsentrasi). Menurut Carpenito (2000)
menyebutkan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan di mana individu atau
kelompok mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem
saraf otonom dalam berespons terhadap ketidakjelasan, ancaman yang tidak
spesifik.
6
7
Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan
adalah suatu perasaan subyektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi
suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu
tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
menimbulkan atau disertai disertasi perubahan fisiologis (misal gemetar,
berkeringat, detak jantung meningkat) dan psikologis (misal panik, tegang,
bingung, tidak bisa berkonsentrasi).
2. Gejala-gejala yang timbul
Gejala-gejala yang timbul akibat kecemasan adalah (Carpenito, 2000):
a. Fisiologis
Beberapa gejala fisiologis yang timbul seperti peningkatan frekuensi
nadi, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi napas,
diaforesis, gemetar, palpitasi, diare, insomnia, kelelahan dan kelemahan,
gelisah, mulut kering dan sebagainya.
b. Emosional
Individu menyatakan bahwa dirinya merasa ketakutan, tidak berdaya,
gugup, kehilangan percaya diri, kehilangan kontrol, tegang, tidak dapat
rileks dan sebagainya.
c. Kognitif
Gejala yang timbul seperti tidak mampu berkonsentrasi, kurangnya
orientasi lingkungan, pelupa, termenung, orientasi pada masa lampau
saat ini dan akan datang, perhatian yang berlebihan dan sebagainya.
3.
Teori Kecemasan
Menurut Stuart dan Sundeen, (2002) ada beberapa teori yang menjelaskan
mengenai kecemasan, antara lain :
a. Teori psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi
anatra dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id meewakili
dorongan
insting
dan
impuls
primitive,
sedangkan
superego
8
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya
seseorang. Ego atau aku berfungsi mengahi tuntutan dari dua elemen
yang
bertentangan
tersebut,
dan
fungsi
kecemasan
adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan
harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.
c. Teori perilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi, yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap
kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan
keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan.
d. Teori keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya
terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih
antara gangguan kecemasan dan depresi.
e. Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam gama-aminobitirat (GABA), yang berperan penting
dalam biologis yang berhubungan dengan kecemasan
4. Penyebab Kecemasan
Menurut Suliswati, dkk. (2005) ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan
yaitu :
a. Faktor predisposisi yang meliputi :
1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
9
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan
dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan
individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan
kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap
konflik yang dialami karena mekanisme koping individu banyak
dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiapine
dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid
(GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
b. Faktor presipitasi meliputi :
1) Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi
system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,
tidak adekuatnya tempat tinggal.
10
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal.
a) Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan
interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik
juga dapat mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,
sosial budaya.
5. Rentang Respon Kecemasan
Stuart dan Sundeen (2002) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan
individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk
belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
1) Respon Fisiologis
Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala
ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.
2) Respon Kognitif
Lapang persegi meluas, mampu menerima rangsangan
kompleks, konsentrasi pada masalah dan menyelesaikan masalah
secara efektif.
11
3) Respon perilaku
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan dan
suara kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun,
sindividu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan
mengesampingkan hal lain.
1) Respon Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi ekstra sistolik dan tekanan darah naik,
mulut kering, anoreksia, diare atau konstipasi, gelisah.
2) Respon Kognitif
Lapang persepsi menyempit, rangsang luar tidak mampu
diterima, dan berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
3) Respon Perilaku
Gerakan
tersentak-sentak
(meremas
tangan),
berbicara
banyak dan lebih cepat, dan perasaan tidak nyaman.
c. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal
yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan
banyak pengarahan/tuntutan.
1) Respon Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
berkeringant dan sakit kepala, penglihatan kabur.
2) Respon Kognitif
Lapang persepsi sangat menyempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
3) Respon Prilaku
Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat dan blocking.
12
d. Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah
tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan.
1) Respon Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi, dan
rendahnya koordanasi motorik.
2) Respon Kognitif
Lapang persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, tidak
dapat berfikir logis, dan kemampuan mengalami distorsi.
3) Respon Prilaku
Agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak,
bocking,
presepsi
kacau,
kecemasan
yang
timbul
dapat
diidentifikasi melalui respon yang dapat berupa respon fisik,
emosional dan kognitif atau intelektual.
6. Proses Adaptasi Kecemasan
Proses adaptasi kecemasan menurut Suliswati, dkk. (2005) meliputi :
a. Mekanisme koping
1) Strategi pemecahan masalah.
Strategi pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau
menanggulangi
masalah
atau
ancaman
yang
ada
dengan
kemampuan realistis. Strategi pemecahan masalah ini secarah
ringkas dpat digunakan dengan metode STOP yaitu Source, Trial
and Error, Others, serta Pray and Patient. Source berarti mencari
dan mengidentifikasi apa yang menjadi sumber masalah. Trial and
error mencoba berbagi rencana pemecahan masalah yang disusun.
Bila satu tidak berhasil maka mencoba lagi dengan metode yang
lain. Begitu selanjutnya, others berarti meminta bantuan orang lain
bila diri sendiri tidak mampu. Sedangkan pray and patient yaitu
13
berdoa kepada Tuhan. Hal yang perlu dihindari adalah adanya rasa
keputusasaan yang terhadap kegagalan yang dialami.
2) Task oriented (berorentasi pada tugas)
a. Dipikirkan untuk memecahkan masalah, konflik, memenuhi
kebutuhan.
b. Realistis memenuhi tuntunan situasi stress.
c. Disadari dan berorentasi pada tindakan.
d. Berupa
reaksi
melawan
(mengatasi
rintangan
untuk
memuaskan kebutuhan), menarik diri (mengindari sumber
ancaman fisik atau psikologis), kompromi (mengubah cara,
tujuan untuk memuaskan kebutuhan).
3) Ego oriented
Dalam teori ini, ego oriented berguna untuk melindungi diri
dengan perasaan yang tidak adekuat seperti inadequacy dan
perasaan buruk berupa penggunaan mekanismme pertahanan diri
(defens mechanism). Jenis mekanisme pertahan diri yaitu,
a) Denial
Menghindar atau menolak untuk melihat kenyataan yang tidak
diinginkan dengan cara mengabaikan dan menolak kenyataan
tersebut.
b) Proyeksi
Menyalahkan
orang
lain
mengenai
ketidakmampuan
pribadinya atas kesalahan yang diperbuatnya. Mekanisme ini
digunakan untuk mengindari celaan atau hukuman yang
mungkin akan ditimpakan pada dirinya.
c) Represi
Menekan ke dalam tidak sadar dan sengaja melupakan
terhadap
pikiran,
menyakitkan.
perasaan,
dan
pengalaman
yang
14
d) Regresi
Kemunduran dalam hal tingkah laku yang dilakukan individu
dalam menghadapi stress.
e) Rasionalisasi
Berusahah memberikan memberikan alasan yang masuk akal
terhadap perbuatan yang dilakukanya.
f) Fantasi
Keinginan yang tidak tercapai dipuaskan dengan imajinasi
yang diciptakan sendiri dan merupakan situasi yang berkhyal.
g) Displacement
Memindahkan perasaan yang tidak menyenangkan diri atau
objek ke orang atau objek lain yang biasannya lebih kurang
berbahaya dari pada semula.
h) Undoing
Tindakan
atau
komunikasi
tertentu
yang
bertujuan
menghapuskan atau meniadakan tindakan sebelumnya.
i) Kompensasi
Menutupi kekurangan dengan meningkatkan kelebihan yang
ada pada dirinya.
B. Dukungan perawat
1. Perawat
a. Pengertian Perawat
Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti
merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah
seseorang (seorang profesional) yang mempunyai kemampuan,
tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan
keperawatan
pada
berbagai
jenjang
pelayanan
keperawatan.
Sedangkan perawat menurut Wardhono (2001) adalah orang yang
15
telah menyelesaikan pendidikan professional keperawatan, dan diberi
kewenangan untuk melaksanakan peran serta fungsinya.
b. Peran utama perawat profesional
Peran utama perawat professional adalah memberikan asuhan
keperawatan kepada manusia (sebagai objek utama kajian filsafat ilmu
keperawatan: ontologism) yang meliputi (Nursalam, 2008) :
a. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan dan
kebutuhan klien
b. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi
masalah keperawatan, mulai dari pemeriksaan fisik, psikis dan
spiritual
c. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien (klien, keluarga,
dan masyarakat) mulai dari yang sederhana sampai yang
kompleks.
Pelayanan yang diberikan oleh perawat harus dapat mengatasi
masalah-masalah fisik, psikis dan social spiritual pada klien dengan
fokus utama merubah perilaku klien (pengetahuan, sikap dan
ketrampilannya) dalam mengatasi masalah kesehatan sehingga klien
dapat mandiri (Nursalam, 2008).
c. Proses keperawatan
Model ilmu keperawatan dari adaptasi Roy memberikan pedoman
kepada perawat dalam mengembangkan asuhan keperawatan. Unsur
proses keperawatan meliputi pengkajian, penetapan
diagnosis
keperawatan, intervensi dan evaluasi (Nursalam, 2008).
a. Pengkajian
Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku
klien sebagai suatu system adaptif yang berhubungan dengan
masing-masing model adaptasi: adaptasi, fisiologis, konsep diri,
fungsi peran, dan ketergantungan. Oleh karena itu, pengkajian
16
pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku, yaitu pengkajian
klien terhadap masing-masing model adaptasi secara sistematik
dan holistic. Pelaksanaan pengkajian dan pencatatan pada empat
model adaptif akan memberikan gambaran keadaan klien kepada
tim kesehatan yang lain.
b. Perumusan diagnosis keperawatan
Diagnosis
keperawatan
adalah
respons
individu
terhadap
rangsangan yang timbul dari diri sendiri maupun dari luar. Sifat
diagnisis keperawatan adalah berorientasi pada kebutuhan dasar
manusia, menggambarkan respons individu terhadap proses
kondisi dan situasi sakit dan berubah bila respons individu juga
berubah.
c. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan
merubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan
residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien
dalam menggunakan koping secara luas, supaya stimulasi secara
keseluruhan dapat terjadi pada klien.
Tujuan intervensi keperawatan adalah mencapai kondisi yang
optimal dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan
jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah
adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku
klien setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual.
d. Evaluasi
Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan
keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu
asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari
17
criteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada
individu.
2. Dukungan
a. Pengertian
Terdapat banyak definisi tentang dukungan yang dikemukakan oleh
para ahli. Sheridan dan Radmacher menekankan pengertian dukungan
sosial sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan
orang lain. “ Social support is the resources provided to us through
our interaction with other people”. (Sheridan dan Radmacher, 2002).
Pendapat lain dikemukakan oleh Siegel yang menyatakan bahwa
dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa dirinya
dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta
merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama.
“Social support is information from others that one is loved and cared
for, esteemed and valued, and part of a network of communication and
mutual obligation “ (Siegel dalam Taylor, 1999).
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
dukungan sosial
merupakan ketersediaan
sumber daya yang
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat
pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai
oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok
yang berdasarkan kepentingan bersama.
b. Sumber Dukungan Sosial
Berdasarkan definisi diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa sumber
dari dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi
dengan individu sehingga individu tersebut dapat merasakan
kenyamanan secara fisik dan psikologis. Orang lain ini terdiri dari
18
pasangan hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja,
staf medis serta anggota dalam kelompok kemasyarakatan.
c. Bentuk Dukungan
Sheridan dan Radmacher (2002), dan Taylor (2000) membagi
dukungan sosial kedalam lima bentuk, yaitu :
1) Dukungan instrumental (tangible assisstance)
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat
memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang,
pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan
ini dapat mengurangi stress karena individu dapat langsung
memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi.
Dukungan instumental sangat diperlukan terutama dalam
mengatasi masalah dengan lebih mudah.
2) Dukungan informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran
atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu, Jenis
informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali
dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.
3) Dukungan emosional
Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan
nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan
sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan
lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi
keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.
4) Dukungan pada harga diri
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu,
pemberian semangat, persetujuan pada pendapat induividu,
perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk
dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri
dan kompetensi.
19
5) Dukungan dari kelompok sosial
Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota
dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan
aktifitas sosial dengannya. Dengan begitu individu akan merasa
memiliki teman senasib.
d. Dampak Dukungan Sosial
Bagaimana dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik
dan psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana
dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan efek dari stress.
Lieberman (1986 dalam Sarafino, 2000) mengemukakan bahwa
secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan
munculnya
kejadian
yang
dapat
mengakibatkan
stress
dan
kecemasan. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan
orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada
kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi
munculnya stress.
Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon
individu pada kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu
sendiri, mempengaruhi strategi untuk mengatasi stres dan dengan
begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan
stres mengganggu kepercayaan diri, dukungan sosial dapat
memodifikasi efek itu.
Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif
dalam memepengaruhi kejadian dan efek stres. Safarino (2000)
menyebutkan beberapa contoh efek negatif yang timbul dari
dukungan sosial, antara lain :
1.
Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang
membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang
diberikan tidak cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau
20
terlalu khawatir secra emosional sehingga tidak memperhatikan
dukungan yang diberikan.
2.
Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang
dibutuhkan individu.
3.
Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu,
seperti melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.
4.
Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam
melakukan sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat
mengganggu program rehabilitasi yang seharusnya dilakukan
oleh individu dan menyebabkan individu menjadi tergantung
pada orang lain.
3. Dukungan perawat
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada
integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis
maupun psikologis. Oleh karena itu perlu adanya dukungan dari berbagai
pihak termasuk perawat.
Dukungan perawat merupakan ketersediaan sumber daya perawat yang
memberikan pelayanan profesional sebagai bagian integral dari pelayanan
kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang komprehensif, yang bertujuan
untuk memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat
pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh
perawat berkaitan dengan tindakan asuhan yang diberikan.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan
dengan berbagai cara (Long, 1976 dalam Robby, 2009):
a. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami
pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang
waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses
21
operasi,
menunjukkan
tempat
kamar
operasi,
dan
lain-lain.
Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka
diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun
demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui
tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami
pasien.
b. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan
persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan
bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa,
perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan,
manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu
diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan,
dan lain-lain. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap,
kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan
mempersiapkan mental pasien dengan baik.
c. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan
tentang segala prosedur yang ada, serta memberi kesempatan pada
pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien
diantar ke kamar operasi.
d. Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan
hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan
kecemasan pada pasien.
4. Dukungan perawat dalam mencegah kecemasan
Caplan (1964 dalam Friedman 1998) menjelaskan bahwa terdapat
beberapa jenis dukungan yaitu:
a. Dukungan informasional
Dukungan informasional menjelaskan tentang pemberian saran,
sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu
masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya
22
suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan
aksi sugesti yang khusus pada individu. Contohnya adalah
memberikan petunjuk dan pemberian informasi mengenai operasi
yang berlangsung aman.
b. Dukungan penilaian
Perawat
bertindak
sebagai
sebuah
bimbingan
umpan
balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan
validator, contohnya memberikan support, penghargaan, perhatian.
c. Dukungan instrumental
Perawat merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit
terhadap
kesehatan
penderita,
contohnya
menangani
keluhan,
membantu mencukupi kebutuhan fisik pasien seperti pakaian operasi
dan sebagainya.
d. Dukungan emosional
Perawat sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Contoh
dukungan ini adalah kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan
didengarkan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Saho (2010) yang meneliti tentang
hubungan keprcayaan pasien dengan tingkat kecemasan pasien yang
menjalani perawatan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan.
Penelitian ini menggunakan analisis Rank Spearman yang didapatkan nilai
p sebesar 0,000. Berdasarkan kedua penelitian tersebut di atas
menunjukkan bahwa kecemasan pasien dapat ditekan apabila pasien
mendapat dukungan yang baik dari keluarga dan tenaga kesehatan
termasuk perawat.
23
C. Pra Operasi
1. Pengertian
Fase pra operasi dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi dibuat
dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi. Menurut Long
(1976
dalam
Wijayanti,
2009)
tindakan
pembedahan
dapat
diklasifikasikan dalam beberapa cara.
a. Menurut
lokasinya
tindakan
pembedahan
dapat
dilaksanakan
eksternal/internal, selain itu juga dapat diklasifikasi sesuai dengan
lokasi sistem tubuh seperti bedah kardiovaskuler, thorak, abdomen.
b. Menurut
luas
jangkauannya,
tindakan
pembedahan
dapat
diklasifikasikan sebagai bedah minor (kecil)/ mayor (besar).
c. Menurut tujuannya, tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan
sebagai bedah dignostik, kuratif, restoratif, peliatif serta kosmetik.
d. Menurut
prosedur
pembedahan,
kebanyakan
prosedur
bedah
diklasifikasikan dengan memberi kata-kata akhiran pada lokasi
pembedahan sesuai dengan tipe-tipe pembedahan antara lain: ektomi
(pengangkatan organ), rhapy (penjahitan), ostomi (membuat lobang),
plasti (perbaikan menurut bedah plastik).
2. Persiapan yang baik selama periode pra operasi menurunkan resiko operasi
dan meningkatkan pemulihan pasca bedah. Tujuan tindakan keperawatan
pre operasi dimaksudkan untuk kebaikan bagi pasien dan keluarganya
yang meliputi ( Luckman and Sorensens , 2000 ) :
a. Menunjukkan rasa takut dan cemasnya hilang atau berkurang (baik
ungkapan secara verbal maupun ekspresi muka).
b. Dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan mobilisasi yang akan
dijalankan setelah operasi (latihan nafas dan batuk).
c. Terpelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi.
d. Tidak terjadi aspirasi karena vomitus selama pasien dalam pengaruh
anestesi.
e. Tidak ada atau berkurangnya kemungkinan terjadinya infeksi setelah
operasi.
f. Mendapatkan istirahat yang cukup.
24
g. Menjelaskan pengertian tentang prosedur operasi yang akan
dijalankan termasuk jadwal operasi dan menandatangi surat persejuan
operasi.
h. Kondisi fisiknya dapat dideteksi selama operasi berlangsung.
3. Faktor - faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien operasi yang
didapatkan di rumah sakit (Brunner & Sunddarth, 2001).
a. Takut nyeri setelah pembedahan.
b. Takut keganasan.
c. Takut menghadapi ruangan operasi.
d. Takut operasi gagal.
Pengaruh pembedahan yang dialami oleh pasien pada fase pre
operasi dibedakan menjadi dua macam antara lain. ( Smeltzer, 2002 )
a. Respon fisiologis
Operasi
besar
merupakan
stressor
dan
memicu
respon
neuroendocrine. Respon ini terdiri dari sistem saraf simpati dan
respon hormonal yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman
cedera, gejala fisik kecemasan terdiri dari kenaikan kecepatan nadi
pernafasan, telapak tangan menjadi basah, gerakan tangan yang terusmenerus (tremor), kegiatan motorik verbal dan gelisah, sehingga salah
satu yang sangat dikehendaki sebelum operasi bedah adalah mencegah
kecemasan ( Nithingale, 2003 )
b. Respon psikologis
Orang berbeda-beda dalam menanggapi operasi atau pembedahan
sehingga responnya berbeda-beda, namun sesungguhnya selalu terjadi
ketakutan dan penghayatan yang umum. Sebagaian ketakutan pra
bedah adalah keingingan untuk mengelak dan orang tidak ingin
mengetahui penyebabnya. Takut yang belum diketahui penyebabnya
adalah umum, bila diagnosis belum pasti, takut hasil pemeriksaan
keganasan, takut anesthesia dan takut tidak bangun lagi, takut nyeri,
berubah bentuk, kurang pengetahuan atau salah persepsi. (Nithingale,
2003).
25
D. Kerangka teori
Faktor Presdidsposisi:
1. Teori Psikoanalitik
2. Teori Interpersoal
3. Teori Perilaku
4. Teori Eksistensial
5. Teori Keluarga
6 Teori Biologis
Faktor Presipitasi:
1. Ancaman Terhadap Integritas fisik
a. Takut nyeri setelah pembedahan.
b. Takut keganasan.
c. Takut menghadapi ruangan operasi.
d. Takut operasi gagal.
2. Ancaman Terhadap Harga Diri :
Hubungan interpersonal antara pasien
dengan perawat Æ dukungan perawat
Faktor Gabungan:
1. Genetik
2. Perkembangan
3. Stresor Psikososial
4. Gabuangan Antara
Genetik, Perkembangan
dan Stresor Psikososial
Kerangka Teori 2.1
Sumber : Stuart dan Sundeen (1998) dan Suliswati (2005)
Kecemasan
26
E. Kerangka konsep
Variabel independen
Variable dependen
Dukungan Perawat
Kecemasan Pasien
Kerangka Teori 2.2
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variable yaitu:
1. Variabel Independen (variable bebas)
Variabel independen ini merupakan variabel yang nilainya menentukan
variabel lain. Variabel bebas biasanya diamati dan diukur untuk diketahui
hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain. variabel bebas
dalam penelitian ini adalah dukungan perawat.
2. Variabel Dependen (variable terikat)
Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah kecemasan pasien pra operasi.
E. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan pasien pra
operasi di Rumah Sakit Tingkat III Bhakti Wira Tamtama Semarang.
Download