KEP GUBERNUR NO 63 TH 2003

advertisement
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR : 63 TAHUN 2003
TENTANG
KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN BAGI USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C
DI WILAYAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Menimbang
: a. Bahwa untuk melestarikan fungsi lingkungan agar tetap bermanfaat
bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya
perlu dilakukan pengendalian terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang berpotensi merusak lingkungan;
b. bahwa usaha atau kegiatan penambangan bahan galian golongan
C merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai potensi dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup;
c. bahwa atas dasar pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a
dan b perlu menetapkan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta tentang Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C
di Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah Istimewa Yogyakarta jo. Peraturan Pemerintah Nomor 31
tahun 1950, sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959;
2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang KetentuanKetentuan Pokok Pertambangan;
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
6. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah,
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang
Penggolongan Bahan-Bahan Galian;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah Pusat dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonom;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 150 tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah bagi Produksi Bio Massa;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Penyelenggaraan Dekonsentrasi;
12. Instruksi Presiden nomor 2 Tahun 2002 Tentang Pengendalian
Penambangan Pasir Laut;
13. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 43/MenLH/10/1996
tahun 1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis
Lepas di Daratan;
14. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5
Tahun 1992 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta;
MEMUTUSKAN
Menetapkan
: KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN
LINGKUNGAN
BAGI
USAHA
DAN/ATAU
KEGIATAN
PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DI WILAYAH
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;
2. Gubernur ialah Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta;
3. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota se Propinsi DIY;
4. Propinsi adalah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;
5. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah yang selanjutnya
disebut BAPEDALDA adalah Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
6. Instansi teknis pengendalian adalah instansi yang bertanggung
jawab membidangi pengendalian dan pengelolaan lingkungan
hidup, pertambangan energi;
7. Lingkungan Penambangan adalah area penambangan yang
diijinkan dalam Surat Ijin Penambangan Daerah (SIPD) dan Surat
Ijin Penambangan Daerah Pertambangan Rakyat (SIPDR);
8. Kerusakan Lingkungan penambangan adalah batas berubahnya
karakteristik lingkungan penambangan, sehingga tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya;
9. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan penambangan adalah batas
kondisi lingkungan penambangan yang menunjukkan indikatorindikator terjadinya kerusakan lingkungan;
10. Surat Ijin Pertambangan Daerah yang selanjutnya disingkat SIPD
adalah Surat Ijin Kuasa Pertambangan Daerah yang berisikan
wewenang untuk melakukan kegiatan semua atau sebagian tahap
usaha pertambangan Bahan Galian Golongan C yang meliputi
eksplorasi, eksploitasi, pengolahan/pemurnian, pengangkutan dan
penjualan;
11. Surat Ijin Pertambangan Daerah-Pertambangan Rakyat yang
selanjutnya disingkat SIPD-PR adalah suatu usaha pertambangan
Bahan Galian Golongan C yang dilakukan oleh rakyat setempat
secara kecil-kecilan atau secara gotong-royong dengan alat-alat
sederhana untuk pencaharian sendiri;
12. Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C adalah segala
kegiatan usaha Pertambangan yang meliputi eksplorasi, eksploitasi,
pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan penjualan;
13. Bahan Galian Golongan C (tidak termasuk strategis dan tidak vital)
adalah bahan galian yang dapat diusahakan oleh rakyat ataupun
badan usaha milik rakyat, misalnya batu gamping, marmer, baku
sabak, pasir dll.
14. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau
menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat usaha
dan/atau kegiatan pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan
berdaya guna sesuai peruntukannya;
15. Pantai adalah daerah perbatasan antara laut dan darat yang masih
terpengaruh oleh gelombang atau masih mendapat pengaruh laut,
atau zona antara darat dan laut dimana batas ke daerat
ditunjukkan oleh perubahan morfologi yang drastis antara dataran
pantai dengan suatu tebing atau kontak antara sedimen lepas di
daerah pantai dengan suatu tebing;
16. Pesisir adalah daerah yang mempunyai cakupan lebih luas dari
pantai, pesisir adalah suatu daerah dimana proses-proses dari
pantai dilaksanakan;
17. Gumuk pasir adalah bentukan angin yang tersusun oleh material
pasir dan terletak di daerah tepian pantai.
Pasal 2
(1) Maksud penetapan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Daerah
adalah sebagai instrumen hukum untuk mengetahui kerusakan
lingkungan bagi usaha dan/atau kegiatan penambangan bahan
galian golongan C.
(2) Tujuan penetapan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C adalah
untuk menentukan tingkat kerusakan, mengevaluasi kerusakan
lingkungan penambangan dan menentukan langkah kebijakan
dalam pengendalian kerusakan lingkungan.
Pasal 3
(1)
(2)
Setiap
Penanggung
jawab
usaha
dan/atau
kegiatan
penambangan bahan galian golongan C wajib untuk
melaksanakan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan
dalam SIPD/SIPDR.
Tata cara pengukuran kriteria kerusakan lingkungan bagi usaha
dan/atau kegiatan penambangan bahan galian golongan C
berpedoman pada Lampiran Keputusan ini.
Pasal 4
Gubernur, Bupati/Walikota dalam proses pemberian SIPD/SIPDR harus
berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
wajib mencantumkan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan yang tidak
boleh dilanggar penanggung jawab kegiatan sebagaimana terlampir.
Pasal 5
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan penambangan bahan
galian golongan C wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
kegiatannya sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada :
1. Instansi yang menangai bidang lingkungan Hidup.
2. Instansi yang menangani Pertambangan dan Energi.
Pasal 6
Instansi Teknis Pertambangan dan Energi dan instansi Teknis
Pengendalian Dampak Lingkungan melakukan pemantauan dan
Evaluasi terhadap Usaha dan/atau Kegiatan penambangan bahan
galian golongan C.
Pasal 7
Apabila hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 Keputusan ini menunjukkan terjadi kerusakan lingkungan,
meka segera ditetapkan langkah kebijakan setelah mendapat
pertimbangan dari Instansi Teknis Pengendalian Dampak Lingkungan
dan Instansi Teknis Pertambangan dan Energi.
Pasal 8
Pembinaan bagi usaha dan/atau kegiatan penambangan bahan galian
golongan C :
1. Teknis Penambangan dilakukan oleh Instansi Teknis Pertambangan
dan Energi.
2. Teknis Pengendalian kerusakan Lingkungan dilakukan oleh
Bapedalda / Kapedal.
Pasal 9
(1) Peruntukan lahan pasca penambangan ditetapkan sesuai dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi dan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/Kota.
(2) Apabila peruntukan lahan pasca penambangan belum ditetapkan
dalam rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
maka Bupati/Walikota yang bersangkutan dapat menetapkannya di
dalam SIPD/SIPDR.
(3) Apabila tidak ditetapkan di dalam SIPD/SIPDR peruntukannya
ditetapkan
berdasarkan
peruntukan
sebelum
dilakukan
penambangan.
Pasal 10
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi
Istimewa Yogyakarta.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
: Yogyakarta
: 28 Mei 2003
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
HAMENGKU BUWONO X
Diundangkan di Yogyakarta
Pada Tanggal 28 Mei 2003
SEKRETARIS DAERAH
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Ir. BAMBANG S.PRIYOHADI, MPA
NIP. 110021674
LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TAHUN 2003 NOMOR 10 SERI : E
LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
NOMOR
: 63 TAHUN 2003
TANGGAL
: 28 MEI 2003
A.
KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGA BAGI USAHA ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C
DI DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NO.
1
LOKASI
Tanah Perbukitan
PERBUKITAN/BERGELOMBANG
(Bahan Galian Kompak)
TAHAP
Pra Penambangan
UNSUR
Pembukaan lahan terhadap Luas Ijin
Pertambangan (SIPDS/SIPDR)
1.
2.
3.
Pengambilan tanah pucuk untuk dikelola
Pengelolaan tanah pucuk
Penambangan
Batas tepi galian
Batas kedalaman galian dari permukaan
tanah awal
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
Baik, bila batas tepi galian >5m dari tepi kepemilikan (ijin yang
diberikan)
2.
3.
Sedang, bila batas tepi galian 3-4m dari tepi kepemilikan
1.
2.
3.
Relief dasar galian
1.
2.
3.
Keterangan
* volume tanah = lapisan olah (kedalam lapisan perakaran tanaman)
TOLOK UKUR
Baik, bila lahan yang dibuka <25% dari tahap pertama
penambangan
Sedang, bila lahan yang dibuka 25-75% dari tahap pertama
penambangan
rusak, bila lahan yang dibuka >75% dari tahap pertama
penambangan
Baik, bila pengambilan tanah pucuk > 80% volume tanah *
Sedang, bila pengambilan tanah pucuk 60-80% volume tanah
*
Rusak, bila pengambilan tanah pucuk <60% volume tanah *
Baik, bila tinggi timbunan <1m
Sedang, bila tinggi timbunan 1-2m
Rusak, bila tinggi timbunan >2m
Rusak, bila batas tepi galian <3m dari tepi kepemilikan
Baik, bila batas kedalaman galian >1m diatas permukaan air
tanah tertinggi **
Sedang, bila batas kedalaman galian 0,5-1m diatas permukaan
air tanah tertinggi **
Rusak, bila batas kedalaman galian <0,5m dibawah permukaan
air tanah tertinggi **
Baik, bila batas kedalaman galian sama dengan ketinggian
tipografi terendah sekitarnya
Sedang, bila batas kedalaman 0-1m dibawah ketinggian
topografi terendah sekitarnya
Rusak, bila batas kedalaman >1m dibawah ketinggian
topografi terendah sekitarnya
** pada saat musim hujan
NO.
LOKASI
TAHAP
UNSUR
Batas kemiringan tebing galian
TOLOK UKUR
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
Tinggi dinding galian
Pengangkutan bahan galian
Kondisi jalan
3.
Pasca Tambang
Waktu reklamasi
1.
Luas reklamasi
pucuk
untuk
rusak, bila lereng tebing galian >50%
Baik, bila tinggi dinding galian <3m
Sedang, bila tinggi dinding galian 3-4m
Rusak, bila tinggii dinding galian >4m
Baik, bila kelebihan tonase <10% kelas jalan
Sedang, bila kelebihan tonase 10-20% kelas jalan
Rusak, bila kelebihan tonase >20% kelas jalan
Baik, bila jalan tidak berlobang dan bergelombang
Sedang, bila jalan sudah ada lobang dengan luas sebaran
lobang >30% dari sebelum ada penambangan
Rusak, bila jalan berlobang dengan sebaran lobang >30%
dari sebelum ada penambangan
Baik, bila waktu reklamasi dilaksanakan bersamaan dengan
penambangan ***
Sedang, bila waktu reklamasi dilaksanakan < 6 bulan
setelah penambangan ***
3.
Rusak, bila waktu reklamasi dilaksanakan >6 bulan setelah
penambangani ***
1.
Baik, bila lahan yang direklamasi + luas lahan yang masih
tertutup >75% luas kepemilikan/ijin
Sedang, bila lahan yang direklamasi + luas lahan yang
tertutup 50-75% luas kepemilikan/ijin
Rusak, bila lahan yang direklamasi + luas lahan yang
tertutup <50% luas kepemilikan/ijin
3.
tanah
Sedang, bila lereng tebing galian > 33,3 – 50%
2.
2.
Pengembalian
vegetasi
Baik, bila lereng tebing galian < 33,3%
1.
Baik, bila tanah pucuk yang telah diambil dimanfaatkan
>90%
2.
Sedang, bila tanah pucuk yang telah diambil dimanfaatkan
50-90%
rusak, bila tanah pucuk yang telah diambil dimanfaatkan
<50%
3.
Penanaman tanaman keras
1.
2.
3.
Baik, bila prosentase tumbuh tanaman >80% tumbuh
Sedang, bila prosentase tumbuh tanahamn 50-80%
tumbuh
Rusak, bila prosentase tumbuh tanaman <50% tumbuh
Keterangan
***
: jika pada lokasisudah tidakk akan ada penggalian/panambangan lanjutan
NO.
LOKASI
TAHAP
UNSUR
Kerapatan tegakan
TOLOK UKUR
1.
2.
3.
Produktivitas (untuk keperluan pertanian)
Kondisi morfologi tegakan
Penutupan lahan/vegetasi
Baik, bila kerapatan tegakan >80% sesuai rekomendasi yang
dianjurkan
Sedang, bila kerapatan tegakan 60-80% sesuai rekomendasi
yang dianjurkan
Rusak, bila kerapatan tegakan >60% sesuai rekomendasi yang
dianjurkan
1.
Baik, bila produksi pertanian >80% dibanding sebelum
penambangan
2.
Sedang, bila produksi pertanian 50-70% dibanding sebelum
penambangan
3.
Rusak, bila produksi pertanian <50% dibanding sebelum
penambangan
Baik, bila pertumbuhan tanaman normal dengan prosentase
tumbuh >80%
1.
2.
Sedang, bila pertumbuhan tanaman kurang normal dengan
prosentase tumbuh 60-80%
3.
Rusak, bila pertumbuhan tanaman merana, kerdil dengan
prosentase tumbuh <60%
1.
2.
Baik, bila vegetasi tanaman yang menutupi >55% luas lahan
3.
Sedang, bila vegetasi tanaman yang menutupi 37-55% luas
lahan
Rusak, bila vegetasi tanaman yang menutupi <37% luas ahan
Besarnya Erosi
1.
Ringan, apabila besarnya erosi <15 ton/ha/th dengan solum
tanah >60cm
2.
Sedang, apabila besarnya erosi <15 ton /ha/th dengan solum
tanah <60cm atau besarnya erosi 15-60 ton/ha/th dengan
solum tanah >60cm
Berat, apabila besranya erosi 15-60 ton/ha/th dengan solum
tanah <60 cm atau besarnya erosi 60 ton/ha/thn dengan
solum tanah > 60vm
3.
2
SUNGAI
(Bahan galian lepas)
Penambangan
Jarak dari Jembatan dan bangunan sungai
1.
Baik, bila jarak >500m ke arah hulu dan > 1000m ke arah hilir
dari jembatan/bangunan sungai
2.
Sedang, bila jarak > 350m ke arah hulu dan > 800m ke arah
hilir dari jembatan/bangunan sungai
Rusak, bila jarak <350 m ke arah hulu atau <800 m ke arah
hilir dari jembatan/bangunan sungai
Baik, bila tidak terjadi perubahan alur/aliran sungai
3.
Alur Sungai
NO.
LOKASI
TAHAP
UNSUR
Erosi Tebing/bangunan
Degradasi
1.
2.
3.
1.
2.
Sedang, bila terjadi tanda-tanda perubahan alur/aliran sungai
Rusak, bila terjadi perubahan alur/aliran sungai
TOLOK UKUR
Baik, bila tidak terjadi erosi tebing dan bangunan
Sedang, bila terjadi gejala erosi dan belum terjadi longsoran
dan gangguan kestabilan bangunan
3.
Rusak, bila terjadi gejala erosi tebing dan gejala terjadi
longsoran/gangguan kestabilan bangunan
1.
Baik, bila tidak terjadi perubahan bentuk dasar sungai dan
tidak terjadi degradasi
Sedang, bila terjadi perubahan bentuk dasar sungai dari bentuk
trapesium menjadi “U” atau dari “U” menjadi “V” dan tidak
menimbulkan gangguan kestabilan bangunan sungai
Rusak, bila terjadi perubahan bentuk dasar sungai dari
trapesium menjadi “V” dan gangguan kestabilan bangunan
sungai
2.
3.
3
DAERAH PERTANIAN
Penambangan
Batas Kedalaman Galian
1.
2.
3.
Batas penggalian
1.
2.
3.
Kemiringan dasar galian
Tinggi dinding galian
Tekstur Tanah
Kelas Tanah ditinjau
kesuburan tanah
Reklamasi
Produktivitas
dari
tingkat
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4
NO.
DAERAH PESISIR
(Bahan Galian Lepas)
LOKASI
Penambangan
TAHAP
Instrusi Air Laut
Gumuk Pasir
1.
2.
UNSUR
1.
2.
3.
Baik, bila batas kedalaman galian >1m diatss permukaan air
tanah tertinggi
Sedang, bila batas kedalaman galian 0,5-1m diatas permukaan
air tanah tertinggi
Rusak, bila batas kedalaman galian <0,5m diatas permukaan
air tanah tertinggi
Baik, bila batas tepi galian >1m dari tepi kepemilikan
Sedang, bila batas tepi galian 0,5-1m dari tepi kepemilikan
Rusak, bila batas tepi galian <0m5m dari tepi kepemilikan
Baik, bila kemiringan dasar galian <5o
Sedang, bila kemiringan dasar galian 5-8o
Rusak, bila kemiringan dasar galian >8o
Baik, bila tinggi dinding galian <2m
Sedang, bila tinggi dinding galian 2-3m
Rusak, bila tinggi dinding galian >3m
Baik, bila tekstur tanah : tanah murni
Sedang, bila tekstur tanah : tanah dan pasir berbatu
Rusak, bila tektur tanah : pasir dan berbatu
Baik, bila terjadi penurunan kelas tanah < 2 tingkat
Sedang, bila terjadi penurunan kelas tanah 3-4 tingkat
Rusak, bila terjadi penurunan kelas tanah > 4 tingkat
Baik, bila produksi pertanian >80% dibanding sebelum
penambangan
Sedang, bila produksi pertanian 50-70% dibanding sebelum
penambangan
Rusak, bila produksi pertanian <50% dibanding sebelum
penambangan
Baik, bila air tanah tidak berasa asin
Rusak, bila air tanah breasa asin
TOLOK UKUR
Baik, bila tidak terjadi penurunan luas persebaran dan
bentukan bukit pasir masih terjadi.
Sedang, bila persebaran berkurang <20% dan bentukan bukit
pasir mulai melemah
Rusak, bila luas persebaran berkurang >20% dan bentukan
pasir tidak terjadi
B. LOKASI DAERAH PERTANIAN DAN PESISIR
ASPEK/SIFAT FISIK DAN HAYATI LINGKUNGAN
I
TOPOGRAFI
1.
Lubang Galian
1
a. Kedalaman
1.
2
1.
3
PEMUKIMAN DAN DAERAH
INDUSTRI
PERUNTUKAN
TANAMAN TAHUNAN
TANAMAN PANGAN LAHAN
BASAH
Lebih dalam 1m diatas muka air
tanah pada musim hujan
Melebihi muka air tanah pada
musim hujan
b. Jarak
Dasar Galian
<5 meter dari batas SIPD
< 5 meter
a. Perbedaan Relief dasar galian
b. Kemiringan dasar galian
Dinding Galian
> 1 meter
> 8%
a.
b.
Tebing Teras
Dasar Teras
2
TANAH
Tanah yang dikembalikan sebagai tanah penutup
3
VEGETASI
3.
Tutupan tanaman budidaya
1
3.
Tutupan tanaman tahunan
2
3.
Tutupan tanaman lahan basah
3
3.
Tutupan tanaman lahan kering/rumput
4
TANAMAN PANGAN LAHAN
KERING DAN PETERNAKAN
Lebih dari 10 cm dibawah muka
air tanah pada musim hujan
<1 meter
Melebihi muka air tanah pada
musim hujan
> 1 meter
> 8%
> 1 meter
> 3%
> 1 meter
> 8%
Tinggi > 3 meter
Lebar < 6 meter
Tinggi > 3 meter
Lebar < 6 meter
Tinggi > 3 meter
Lebar < 6 meter
Tinggi > 3 meter
Lebar < 6 meter
< 25 cm
< 50 cm
< 25 cm
< 25 cm
<80% tanaman tumbuh diseluruh
lahan penambangan
<50%
tanaman
tumbuh
diseluruh lahan penambangan
< 50% tanaman tumbuh di
seluruh lahan penambangan
<5 meter
< 50% tanaman tumbuh di
seluruh lahan penambangan
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
HAMENGKU BUWONO X
Download