PENAMBANGAN TRADISIONAL INTAN CEMPAKA: DAMPAK TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN, SIAPA SAJA YANG TERLIBAT? Vina Yulia Anhar1, Anggun Wulandari2 1 Mahasiswi Peminatan Perilaku dan Promosi Kesehatan, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta e-mail: [email protected] 2 Asisten Dosen, Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat e-mail: [email protected] ABSTRAK Latar belakang: Kegiatan penambangan Intan Cempaka sekarang ini tidak hanya menjadi sumber mata pencahrian pekerja tambang. Namun menjadi salah satu destinasi eko-wisata bagi masyarakat dalam maupun luar Kota Banjarbaru. Akibat semakin banyaknya penambang tradisional, maka semakin banyak lokasi penambangan yang dibuka. Namun sayangnya, pengelolaan pasca tambang di tempat ini masih sangat minim. Selain itu, kegiatan penambangan Intan Cempaka dilakukan menggunakan mesin dumping yang bising yang dapat mengganggu pendengaran karena standar keamanan bagi pekerja sangat sedikit bahkan tidak ada. Aktifitas penambangan ini beberapa diantara dilakukan di bawah tanah. Hal ini menyebabkan masyarakat enggan untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Berkaitan dengan hal ini muncul sisi positif dan negatif dari penambangan tradisional Intan Cempaka. Berdasarkan hasil penelitian Rosadi R, Wulandari DA, Putra AK, dan Putri MK, didapatkan bahwa 19 responden (80%) dari 25 responden mengalami gangguan gangguan pendengaran, dan 6 responden adalah normal. Hilangnya pendengaran rata-rata terjadi selama waktu kerja (>10 tahun) ada 8 responden. Pengaruh masa kerja pada gangguan pendengaran pekerja adalah gangguan sensorineural. Hasil Fisher’s Exact Test dari 95% antara masa kerja terhadap gangguan pendengaran akibat kebisingan nilai p= 0,002 (p> 0,01). Pada penelitian sebelumnya, uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara lama pemaparan kebisingan menurut masa kerja dengan keluhan gangguan pendengaran para pekerja di penambangan Cempaka. Disarankan kepada pemerintah untuk meninjau kembali persyaratan penambangan dan kegiatan pengelolaan lingkungan pasca penambangan. Selain itu, disarankan agar pemerintah bekerja sama dengan Puskesmas Cempaka untuk memberikan konseling mengenai dampak kesehatan, seperti bahaya kebisingan dan pentingnya penggunaan APD untuk. Tujuan: Mengidentifikasi pihak yang mendukung maupun menentang terhadap kegiatan penambangan tradisonal. Metode: Melalui kajian literatur terkait penambangan tradisional. Hasil: Terdapat beberapa pihak yang berkemungkinan pro, kontra atau bersikap netral terhadap adanya kegiatan penambangan tradisional ini. Pihak yang terlibat diantaranya pemerintah daerah, kementerian penambangan dan energi, masyarakat penambang maupun luar, akademisi/praktisi, Puskesmas dan BAPEDAL. Sikap ini muncul dikarenakan adanya nilai ekonomis dari penambangan tersebut bagi masyarakat. Namun di satu sisi, aktivitas ini dapat menimbulkan kerusakan pada lingkungan, serta berbahaya bagi mereka yang bekerja tanpa APD. Perlu pula ditegakkan perizinan penambangan sesuai yang telah diatur pada peraturan pemerintah. Kesimpulan: Kerjasama lintas sektor diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam kegiatan penambangan tradisional,baik dari sisi aspek kesehatan masyarakat, lingkungan maupun produk kebijakan disertai sanksi yang tegas. Kata kunci: APD, kebisingan, kerjasama lintas sektor, kerusakan lingkungan, penambangan tradisional