perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN INTENSITAS MENGAKSES SITUS JEJARING SOSIAL DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA MAHASISWA 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ERICKSON G0008210 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011 to user commit perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI PRAKATA...............................................................................................................vi DAFTAR ISI............................................................................................................vii DAFTAR TABEL....................................................................................................ix DAFTAR GAMBAR............................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1 B. Perumusan Masalah............................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian................................................................................ 4 D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 4 BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................. 6 A. Tinjauan Pustaka.................................................................................6 B. Kerangka Pemikiran........................................................................... 26 C. Hipotesis............................................................................................. 26 BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 27 A. Jenis Penelitian................................................................................... 27 B. Lokasi Penelitian................................................................................ 27 C. Subjek Penelitian............................................................................... 27 D. Teknik Sampling.................................................................................27 E. Rancangan Penelitian......................................................................... 29 commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F. Variabel Penelitian............................................................................. 29 G. Definisi Operasional Variabel Penelitian........................................... 29 H. Instrumen Penelitian........................................................................... 31 I. Cara Kerja........................................................................................... 31 J. Teknik Analisis Data.......................................................................... 32 BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 33 A. Deskripsi Sampel ............................................................................... 33 B. Analisis Statistika .............................................................................. 34 BAB V PEMBAHASAN..................................................................................... 38 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 41 A. Simpulan ............................................................................................ 41 B. Saran .................................................................................................. 42 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 43 LAMPIRAN commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 1. Frekuensi Penggunaan Jejaring Sosial....................................................33 Tabel 2. Skor Skala Kemampuan Interaksi Sosial................................................ 36 Tabel 3. Uji Normalitas Penyebaran Data dengan Shapiro-Wilk..........................38 Tabel 4. Hasil Analisis Data dengan Uji t........................................................... 38 commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 26 Gambar 2. Rancangan Penelitian ........................................................................ 29 Gambar 3. Gambar Boxplot Perbedaan Rata-Rata Skor Interaksi sosial ............ 39 commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran Lampiran 2. Data Pribadi Responden dan Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner L-MMPI Lampiran 4. Kuesioner Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial Lampiran 5. Kuesioner Kemampuan Interaksi Sosial Lampiran 6. Data Mentah Hasil Penelitian Lampiran 7. Uji Normalitas Data dan Uji Analisis Data commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Erickson, G0008210, 2011. Hubungan Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial Dengan Kemampuan Interaksi Sosial Pada Mahasiswa 2011 Fakultas Kedokteran UNS Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas mengakses situs jejaring sosial dengan kemampuan interaksi sosial pada remaja. Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan negatif yang signifikan antara intensitas mengakses situs jejaring dengan kemampuan interaksi sosial pada remaja. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian adalah mahasiswa tingkat I Fakultas Kedokteran UNS. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data penelitian diperoleh dari tiga macam kuesioner, yaitu kuesioner LMMPI, kuesioner Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial, dan Kuesioner Kemampuan Interaksi Sosial. Analisis statistik menggunakan uji T . Hasil: Dari total 30 jumlah sampel terdiri atas 14 mahasiswa dengan skor interaksi sosial yang sedang dan 16 mahasiswa dengan skor interaksi sosial yang tinggi. Pada mahasiswa dengan skor interaksi sosial yang sedang didapatkan ratarata skor sebesar 72.00 dan SD sebesar 22.504. Pada mahasiswa dengan skor interaksi sosial yang tinggi didapatkan rata-rata skor sebesar 33.20 dan SD sebesar 12.735. Hubungan antara intensitas mengakses situs jejaring sosial dengan interaksi sosial menghasilkan nilai signifikansi (p = 0.000). Simpulan: Terdapat hubungan negatif yang secara statistik signifikan antara intensitas mengakses situs jejaring social dengan kemampuan interaksi sosial (p = 0.046). Skor interaksi sosial pada mahasiswa yang tergolong rendah atau sedang dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial lebih tinggi bila dibandingkan dengan mahasiswa yang tergolong tinggi dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial. Kata kunci : jejaring sosial, interaksi sosial commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai fasilitas diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia guna memenuhi kebutuhan hidup. Setiap orang dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut, tak terkecuali remaja. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pun kini telah diterapkan di dunia pendidikan sehingga remaja yang tengah mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah menjadi akrab dengan setiap perkembangan yang ada. Salah satu bidang teknologi yang berkembang pesat adalah teknologi di bidang informasi dan komunikasi. Internet sering disebut sebagai cyberspace atau virtual world (dunia maya) karena sifat internet yang mirip dengan kehidupan dunia nyata sehari-hari, sehingga interaksi yang terjadi melalui internet layaknya interaksi yang terjadi di dunia nyata. Fenomena yang muncul saat ini adalah meningkatnya minat khalayak untuk berkomunikasi melalui dunia maya dengan semakin populernya teknologi komunikasi online, seperti instant messaging, weblog, dan situs-situs jejaring sosial. Situs jejaring sosial saat ini mendominasi penggunaan layanan online (Syahti, 2010). Untuk mengetahui presentasi pengguna jejaring sosial diadakan sebuah riset dengan sampel survai diambil dari wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Palembang dan Makasar. Hasil riset tersebut dikemukakan pada acara konferensi pers yang commit to user 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 digelar di Le Meridien Hotel, Jakarta, pada tanggal 20 Maret 2009. Hasil risetnya adalah bahwa kalangan remaja usia antara 15 sampai 19 tahun mendominasi pengguna internet di Indonesia, dan disebutkan pula bahwa remaja usia 15-19 tahun mencakup 64 % dari pengguna internet di Indonesia. Hal ini menandakan situs jejaring sosial menempati peringkat sebagai situs yang hampir diakses setiap orang, dan remaja merupakan subjek pengguna beberapa layanan online dengan jumlah yang tinggi. Boyd dan Ellison (2007) mendefinisikan situs jejaring sosial sebagai layanan berbasis web yang memungkinkan individu atau pengguna untuk membangun hubungan publik atau semi publik dalam bentuk profil pada sebuah sistem terikat, menelusuri daftar pengguna lain dengan siapa pengguna berkoneksi, dan menampilkan daftar hubungan pengguna serta daftar milik orang lain. Remaja sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya tidak dapat hidup dalam kesendirian, remaja memiliki dorongan atau keinginan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan sesamanya. Murray (dalam Walgito, 2003) mengemukakan bahwa manusia mempunyai dorongan sosial. Dorongan ini mengarahkan manusia mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau interaksi. Penelitian Larson dan kawan-kawan (Ling & Dariyo, 2002) menemukan fakta, bahwa 74,1 % waktu remaja dihabiskan bersama orang lain di luar lingkungan keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa interaksi sosial atau menjalin hubungan dengan orang lain merupakan kebutuhan yang penting dan mendasar bagi remaja mengingat sebagian besar waktunya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 dihabiskan bersama orang-orang di luar lingkungan keluarganya. Proses interaksi sosial pada remaja tidaklah mudah. Hal ini karena di dalam kehidupannya remaja dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru dan harapan sosial baru. Remaja diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan kemampuan-kemampuan sosial baru dan nilai yang baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang dihadapinya (Hurlock, 1999). Remaja membutuhkan berbagai pengalaman interaksi sosial dalam rangka mengembangkan kemampuan interaksi sosial. Kondisi yang dimungkinkan mempersempit kesempatan remaja mendapat berbagai pengalaman interaksi sosial dalam rangka membangun kemampuan interaksi sosial adalah kecenderungan penggunaan jejaring sosial. Penggunaan jejaring sosial mempunyai peran serta dalam proses interaksi pada remaja. Hal ini bisa membuat seseorang menjadi terlalu asik dengan dirinya sendiri dan hanya ditemani jejaring sosial. Namun jejaring sosial juga bisa menghubungkan dengan seseorang yang posisinya berjauhan bahkan berperan serta dalam penambahan jumlah teman yang dapat dikenal. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada Mahasiswa 2011 Fakultas Kedokteran UNS”. Penelitian ini meneliti hubungan yang terjadi antarvariabel, apakah intensitas remaja dalam mengakses situs jejaring sosial berdampak terhadap interaksi sosial, khususnya di Kota Surakarta. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 B. Perumusan Masalah Apakah ada hubungan antara intensitas mengakses situs jejaring sosial dengan kemampuan interaksi sosial pada remaja? C. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan antara intensitas mengakses situs jejaring sosial dengan kemampuan interaksi sosial pada remaja D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Memberikan gambaran mengenai keterkaitan antara penggunaan jejaring sosial dengan kemampuan interaksi sosial. 2. Manfaat praktis a. Bagi Penulis, menambah pengetahuan dan pengalaman terutama yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu intensitas mengakses situs jejaring sosial dengan kemampuan interaksi sosial pada remaja b. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan penggunaan situs jejaring sosial. c. Bagi pembaca pada umumnya, sebagai bahan pustaka dan kajian guna menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan. Bagi remaja pada commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 khususnya, untuk menambah pengetahuan mengenai pentingnya dampak jejaring sosial terhadap kemampuan interaksi sosial pada remaja commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1.Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial a. Pengertian Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial Intensitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. Intensitas akses internet adalah gambaran berapa lama dan sering seseorang menggunakan internet dengan berbagai tujuan atau motivasi (Andarwati dan Sankarto, 2005). Itryah (2004) menyatakan intensitas penggunaan internet adalah tingkat keseringan atau frekuensi individu dalam menggunakan fasilitas internet di berbagai jaringan komputer atau warnet. Ada banyak situs yang dapat diakses melalui internet. Dewasa ini, popularitas situs jejaring sosial di kalangan masyarakat meningkat. Boyd dan Ellison (2007) mendefinisikan situs jejaring sosial atau disebut situs jaringan sosial (social network sites) sebagai berikut: We define social network sites as web-based services that allow individuals to (1) construct a public or semi-public profile within a bounded system, (2) articulate a list of other users with whom they share a connection, and (3) view and traverse their list of connections and those made by others within the system. The nature and nomenclature of these connections may vary from site to site. commit to user 6 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 Mengacu pada pendapat tersebut, situs jejaring sosial dapat didefinisikan sebagai layanan berbasis web yang memungkinkan individu untuk membangun hubungan publik atau semi publik dalam bentuk profil pada sebuah sistem terikat, menelusuri daftar pengguna lain dengan siapa individu berkoneksi, dan menampilkan daftar hubungan pengguna serta daftar milik orang lain. Situs jejaring sosial mengizinkan penggunanya yang telah terdaftar untuk saling berhubungan dan berkomunikasi melalui halaman profil teman yang bisa dipilih oleh pengarang yang bersangkutan. Jenis dan tata cara koneksi situs jejaring sosial dapat beragam dari satu situs ke situs lain. Haryanto (2009) mendefinisikan situs jejaring sosial atau yang disebutnya situs pertemanan sebagai situs yang mengijinkan penggunanya yang telah terdaftar untuk saling berhubungan dan berkomunikasi melalui halaman profil yang bisa dikustomisasi oleh pengguna yang bersangkutan. Situs jejaring sosial memiliki beragam fitur, namun pada umumnya tulang punggung situs jejaring sosial adalah memuat dan memperlihatkan profil penggunanya serta daftar teman yang juga merupakan pengguna dalam sistem tersebut. Profil dihasilkan dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pengguna yang biasanya mencakup umur, lokasi tempat tinggal, dan deskripsi diri. Kebanyakan situs juga mendorong pengguna untuk menampilkan foto pada profil. Pengguna situs jejaring sosial dapat mengatur privasi terhadap visibilitas profil yang bervariasi menurut situs dan menurut commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 kebijaksanaan pengguna. Visibilitas adalah salah satu cara utama situs jejaring sosial membedakan diri satu sama lain. Tampilan publik koneksi adalah komponen penting dari situs jejaring sosial. Daftar teman berisi hubungan ke setiap profil teman, memungkinkan pengguna untuk melintasi grafik jaringan dengan melihat melalui daftar teman. Kebanyakan situs jejaring sosial juga menyediakan fitur bagi pengguna untuk meninggalkan pesan pada profil teman yang biasanya dikenal dengan meninggalkan “komentar”, meskipun situs satu dengan yang lain memberikan berbagai label untuk fitur tersebut. Situs jejaring sosial sering memiliki fitur pesan pribadi mirip dengan webmail. Fitur situs jejaring sosial sangat bervariasi misalnya dilengkapi photo-video sharing untuk berbagi cerita dan ekspresi, blog dan teknologi instant messaging selain profil, daftar teman, komentar, dan pesan pribadi. Perkembangan situs jejaring sosial dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Perkembangan Situs Jejaring Sosial (Boyd dan Ellison, 2007) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 Menurut sejarahnya, situs jejaring sosial pertama diluncurkan pada tahun 1997 lewat SixDegrees.com. Situs ini memungkinkan pengguna untuk membuat profil dan daftar teman. SixDegrees.com diluncurkan sebagai alat untuk membantu orang berhubungan dengan mengirim pesan ke orang lain. Setelah itu dari tahun ke tahun, sejumlah situs jejaring sosial mulai bermunculan contohnya AsianAvenue, BlackPlanet, MiGente dan seterusnya, hingga yang terpopuler saat ini seperti friendster, facebook dan twitter. Pada mulanya situssitus jejaring sosial hanya berisi profil pribadi, buku harian, dan juga jaringan teman maupun bisnis tetapi kemudian fasilitas seperti chatting, membuat blog, memasang foto pribadi mulai dilengkapi pada situs jejaring sosial akhir-akhir ini. Situs jejaring sosial yang tengah populer di kalangan remaja akhir-akhir ini seperti facebook dan twitter, memiliki banyak aplikasi yang lebih menarik. Pada facebook misalnya, terdapat aplikasi misalnya ruang untuk beriklan, agenda, mengirimkan hadiah, video, game atau membuat tag (menandai) gambar. Berdasarkan uraian di atas, intensitas mengakses situs jejaring sosial adalah diartikan sebagai tingkatan penggunaan situs jejaring sosial dengan berbagai tujuan dan motivasi, mencakup berapa lama (durasi) dan sering (frekuensi) seseorang menggunakan situs jejaring sosial dengan berbagai tujuan dan motivasi melalui penggunaan fiturnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 b. Aspek Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial Andarwati dan Sankarto (2005) mengemukakan aspek intensitas akses internet yaitu mencakup frekuensi dan durasi dalam menggunakan internet. a) Frekuensi Frekuensi mencakup gambaran seberapa sering individu mengakses internet dengan berbagai tujuan. Frekuensi penggunaan dinyatakan dalam satuan kurun waktu tertentu (misalnya per hari, per minggu, atau per bulan). b) Durasi Durasi mencakup gambaran seberapa lama individu mengakses internet dengan berbagai tujuan. Durasi penggunaan dinyatakan dalam satuan kurun waktu tertentu (misalnya per menit atau per jam). Itryah (2004) menyatakan aspek intensitas adalah tingkat keseringan atau frekuensi individu dalam menggunakan fasilitas internet di berbagai jaringan komputer atau warnet. Berdasarkan penjelasan di atas, aspek dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial melalui internet adalah frekuensi (tingkat keseringan) dan durasi (lama akses) dalam menggunakan fasilitas situs jejaring sosial. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 c. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial Komunikasi bermedia yang dilakukan pada kebanyakan remaja saat ini dengan mengakses situs jejaring sosial menjadi semakin populer. Penggunaan media komunikasi secara aktif oleh komunikator mengacu pada suatu teori yaitu teori uses and gratification, yang merupakan perluasan dari teori kebutuhan Maslow. Maslow menyatakan bahwa orang secara aktif berusaha untuk memenuhi hierarki kebutuhan. Teori uses and gratification menjelaskan bahwa orang secara aktif menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan tertentu yang dapat dispesifikasikan (Lull, 1997). Teori uses and gratification didasarkan pada serangkaian hubungan kausal di antara kondisi-kondisi biologis atau psikologis dan praktek-praktek sosial yang berkaitan dengan media. Informasi atau hiburan bukan sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang melainkan sebagai sesuatu yang digunakan untuk memuaskan suatu kebutuhan atau hasrat pribadi yang dalam. Perspektif kegunaan dan kepuasan sebagian besar berdasarkan pada konsep-konsep kognitif seperti kebutuhan, motif-motif, dan kepuasan. Schramm (dalam West dan Turner, 2008) mengemukakan alasan pemilihan terhadap media, yaitu dengan mempertimbangkan besarnya harapan akan penghargaan dinilai dari usaha yang dibutuhkan. Beberapa peneliti merangkum alasan penggunaan media yang didasarkan pada kegunaan, sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 Tabel 1. Tipologi Kegunaan dan Gratifikasi Peneliti Alasan Penggunaan Media Menghabiskan waktu Menemani Kesenangan Pelarian Kenikmatan Interaksi sosial Relaksasi Memperoleh informasi Belajar mengenai muatan tertentu Rubin (1981) Peneliti Alasan Penggunaan Media McQuail, Blumler, dan Brown (1972) Katz, Gurevitch, Hadasaah Haas (1973) Pengalihan perhatian Hubungan personal Identitas personal Pengamatan Keterhubungan dengan orang lain Keterpisahan dengan orang lain Katz, Gurevitch, Hadasaah Haas (dalam West dan Turner, 2008) juga merangkum kebutuhan yang dipuaskan oleh media, sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 Tabel 2. Kebutuhan yang Dipuaskan oleh Media Tipe kebutuhan Deskripsi Contoh media Kognitif Memperoleh informasi, pengetahuan, pemahaman. Televisi (berita), video, film Afektif Pengalaman emosional, menyenangkan, atau estetis. Film, televisi (komedi, situasi, opera sabun) Integrasi personal Meningkatkan kredibilitas, percaya diri, dan status. Video Integrasi sosial Pelepasan ketegangan Meningkatkan hubungan dengan keluarga, teman, dan lainnya. Internet (e-mail, chat, Instant Messaging) Pelarian dan pengalihan. Televisi, video, radio, internet Pada Tabel 2 terlihat bahwa penggunaan internet sebagai media komunikasi dapat digunakan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan akan integrasi sosial dan pelepasan ketegangan. Situs jejaring sosial yang sekarang semakin digemari oleh hampir semua kalangan merupakan media yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan berintegrasi dengan orang lain. McQuail, Blumler, dan Brown (dalam West dan Turner, 2008) juga mengemukakan alasan penggunaan media, beberapa di antaranya adalah untuk hubungan dan identitas personal. Hubungan personal dapat dicapai dengan mengadakan interaksi sosial dan persahabatan, sedangkan identitas personal ditunjukkan dengan referensi pribadi, eksplorasi terhadap realitas, dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 penguatan nilai. Robert Larose dan Matthew Eastin (dalam West dan Turner, 2008) menyarankan teori uses and gratification dapat menjelaskan penggunaan internet, dengan menambahkan beberapa variabel baru seperti hasil akhir aktivitas dan hasil akhir sosial. Hasil akhir sosial merujuk pada apa yang menurut individu peroleh melalui media. Hasil akhir sosial melibatkan status sosial dan identitas. Larose dan Eastin berspekulasi bahwa orang mungkin meningkatkan status sosial dengan mencari orang lain yang memiliki pemikiran sama melalui internet dan mengekspresikan ide-ide kepada orang lain. Remaja sebagai pengguna internet terbanyak, berada pada fase pengembangan hubungan dan menbentuk identitas. Fitur-fitur situs jejaring sosial mendukung dalam pemenuhan kebutuhan berintegrasi dengan orang lain atau hubungan personal dan juga identitas personal. Usaha untuk meningkatkan hubungan dengan orang lain berkaitan dengan kebutuhan pada diri tiap-tiap individu untuk berhubungan dengan orang lain, mempertahankan relasi interpersonal, yang dapat disebut sebagai kebutuhan afiliasi (need for affiliation). Identitas personal yang ditunjukkan individu dalam interaksinya dengan orang lain dapat ditempuh dengan mengadakan relasi yang lebih dalam melalui pengungkapan identitas diri individu, yang dapat dilakukan melalui keterbukaan diri (self-disclosure). Perilaku yang berulang atau intensitas dalam penggunaan berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dan kegunaan. Teori lain yang berkaitan dengan penggunaan media komputer adalah Technology Acceptance Model (TAM) yang diperkenalkan oleh Fred D. Davis commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 (dalam Davis, dkk, 1989). Technology Acceptance Model (TAM) merupakan adaptasi dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein. Theory of Reasoned Action (TRA) menjelaskan mengenai penentuan-penentuan suatu intensi perilaku yang disertai kesadaran. Technology Acceptance Model (TAM) spesifik menjelaskan perilaku individu dalam hal penggunaan komputer. Dua bagian primer yang relevan dalam TAM adalah persepsi kemudahan dan persepsi kemanfaatan. Persepsi terhadap kemudahan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran di mana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami dan digunakan. Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran di mana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya. Persepsi terhadap kemudahan dan manfaat, pada akhirnya mengacu pada Actual System Usage, yaitu kondisi nyata penggunaan sistem. Seseorang akan puas menggunakan sistem jika orang tersebut meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan akan meningkatkan produktifitas, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan. Rewards yang diperoleh menyebabkan perilaku yang berulang, maka dari itu penggunaan sistem meningkat. Selain kedua teori di atas, intensitas penggunaan internet juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain. Emmanouilides dan Hammond (2000) mengemukakan bahwa frekuensi pengguna didasarkan pada waktu sejak penggunaan pertama internet atau lama pengalaman penggunaan internet. Semakin lama pengalaman commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 menjadi pengguna internet, semakin besar kemungkinan menjadi pengguna berat (heavy user). Pengadopsi awal juga paling mungkin untuk menjadi pengguna aktif atau yang menggunakan internet terus-menerus selama satu bulan terakhir, namun hubungan ini tidak selalu linear. Penelitian yang diadakan oleh The Graphic, Visualization, and Usability Center (1998) menemukan bahwa frekuensi akses meningkat seiring dengan tahun penggunaan internet, tetapi pada pengguna dengan pengalaman akses kurang dari satu tahun tidak selalu demikian. Lokasi penggunaan juga mempengaruhi frekuensi penggunaan. Penggunaan internet di rumah yang telah difasilitasi jaringan internet, dapat mempengaruhi individu dalam tingkat keseringan penggunaannya. Individu yang menggunakan internet di rumah atau memiliki akses pribadi lebih mungkin mengakses internet lebih sering dibandingkan individu yang menggunakan internet di tempat yang harus mengeluarkan biaya, misalnya warnet. Hasugian (2005) mengemukakan faktor yang berpengaruh terhadap frekuensi dan lama akses internet adalah waktu, kebutuhan informasi, ketersediaan biaya, kecepatan jaringan, kejelasan alamat, dan jenis informasi yang dicari. Dalam hal penggunaan situs jejaring sosial, faktor yang dapat berpengaruh adalah waktu, ketersediaan biaya, dan kecepatan jaringan. Berdasarkan uraian teori Uses and Gratification dan Technology Acceptance Model di atas dan pendapat ahli, intensitas penggunaan situs jejaring sosial dapat dipengaruhi oleh: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 1) Kegunaan media dan pemuasan kebutuhan terhadap penggunaan media, salah satunya adalah hubungan dan identitas sosial yang dapat berkaitan dengan tingkat kebutuhan afiliasi dan keterbukaan diri. 2) Persepsi kemudahan dan persepsi kemanfaatan penggunaan teknologi komputer. 3) Lama pengalaman penggunaan internet atau waktu sejak penggunaan pertama internet. 4) Ketersediaan waktu, biaya, dan kecepatan jaringan. 2. Interaksi Sosial a. Pengertian kemampuan interaksi sosial Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai hasrat untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan individu lain. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Walgito (2007) bahwa manusia secara alami akan mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Namun, dalam perkembangannya interaksi sosial merupakan suatu proses. Hal demikian menunjukkan bahwa interaksi merupakan suatu kemampuan yang dipelajari. Kemampuan menurut Poerwadarminta (1985) adalah kesanggupan atau kecakapan. Sedangkan menurut Anshari (1996) kemampuan adalah kecakapan atau kekuatan untuk menampilkan suatu tindakan. Interaksi sosial menurut Soekanto (2005) merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 kelompok manusia. Menurut Sarwono (2001), interaksi sosial adalah hubungan antara dua atau lebih individu di mana orang saling tergantung untuk mencapai hal positif. Pendapat lain dikemukakan oleh Walgito (2003), yang mengatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Menurut Combs & Slaby (dalam Yanti, 2005) kemampuan interaksi sosial merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh lingkungan dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan individu, atau bersifat saling menguntungkan atau menguntungkan orang lain. Definisi lain dikemukakan oleh Libet & Lewinsohn (dalam Cartledge & Milburn,1995) yang menjelaskan bahwa kemampuan interaksi sosial merupakan suatu kemampuan yang kompleks untuk melakukan perbuatan yang akan diterima dan menghindari perilaku yang akan ditolak oleh lingkungan. Kemampuan interaksi sosial individu dalam masyarakat akan tampil dalam kualitas yang berbeda-beda. Suatu interaksi dikatakan berkualitas apabila mampu memberikan kesempatan pada individu untuk mengembangkan diri dengan segala kemungkinan yang dimilikinya. Kualitas interaksi sosial sangat tergantung pada tenaga atau daya kekuatan individu untuk menjalin hubungan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 dengan orang lain karena dalam proses perkembangan sosial, individu dengan sendirinya mempelajari proses interaksi sosial dengan lingkungannya (Ali dan Anshori, 2008). Menurut Kartono (1992), seseorang yang memiliki kemampuan interaksi sosial yang baik dapat berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Individu memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, baik yang dikenalnya maupun tidak. Individu juga bersedia membantu orang lain meskipun hal itu tidak menghasilkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Kemampuan interaksi sosial bukanlah kemampuan yang dibawa individu sejak lahir tetapi diperoleh melalui proses belajar, baik belajar dari orang tua, teman dan lingkungan masyarakat. Michelson, dkk (dalam Ramdhani, 1994) menyebutkan bahwa kemampuan interaksi sosial merupakan suatu ketrampilan yang diperoleh individu melalui proses belajar, mengenai cara-cara mengatasi atau melakukan hubungan sosial yang tepat dan baik. b. Aspek-aspek kemampuan interaksi sosial Mar’at (Sugiarto, 2004) menjelaskan bahwa interaksi sosial dapat terjadi bila memenuhi dua aspek, yaitu: 1) Adanya kontak sosial Kontak sosial merupakan hubungan antara individu dengan pihak lain yang dapat berlangsung melalui organisasi fisik, melihat, mendengar dan sebagainya. Bahkan kontak ini dapat terjadi secara tidak commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 langsung melalui tulisan atau dengan cara berhubungan dari jarak jauh. Kontak sosial dapat berlangsung antara orang-perorangan, perorangan dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lain. Kontak sosial dapat bersifat positif dan negatif, kontak sosial yang bersifat positif mengarahkan pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan tidak menghasilkan suatu interaksi sosial sama sekali. 2) Adanya komunikasi Yang dimaksud komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada tingkah laku orang lain yang bisa berwujud pembicaraan, sikap dan perasaan-perasaan yang ingin disampaikan orang tersebut. Dengan adanya komunikasi maka sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok atau perorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lain. Hal ini memungkinkan suatu kerjasama antara orang-perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia Davis dan Newstrom (1996) menjelaskan aspek-aspek yang mendasari keberhasilan interaksi sosial adalah komunikasi dan partisipasi. a) Komunikasi Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dan pengertian dari individu yang satu kepada individu lain. Komunikasi di samping untuk memberitahukan juga untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku oleh seseorang kepada yang orang lain melalui suatu commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 penyampaian pesan. b) Partisipasi Partisipasi merupakan terjemahan dari kata participation yang berati pengambilan bagian atau pengikut sertaan. Partisipasi merupakan penyertaan mental emosi seseorang dalam situasi kelompok atau mendorong individu tersebut untuk menyumbang perasaannya bagi tercapainya tujuan organisasi, serta bertanggung jawab terhadap organisasi tersebut. Partisipasi dalam interaksi sosial akan memperkokoh hubungan antara individu dengan kelompok yang dimiliki. Dengan menggunakan komunikasi, manusia saling mempengaruhi untuk mengubah partisipasi orang lain. Adanya partisipasi, interaksi sosial akan terasa semakin mendalam antara individu maupun antara individu dengan kelompok. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada tiga aspek yang merupakan syarat interaksi sosial yaitu kontak sosial, komunikasi, dan partisipasi. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan interaksi sosial Mollie dan smart (dalam Sugiarto, 2004), faktor yang mempengaruhi kemampuan interaksi sosial adalah faktor dari dalam individu (internal) dan faktor dari luar individu (eksternal). 1) Faktor internal Faktor dari dalam individu merupakan karakteristik yang khas dimiliki commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 individu. Faktor yang mempengaruhi yaitu: a). Umur Semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin dewasa dan semakin mampu mengadakan kontak dengan orang lain. Seseorang dapat dikatakan dewasa apabila mampu menyalurkan ketegangan, rangsangan, dan emosi ke dalam tingkah laku yang konstruktif serta mengarahkan perilaku ke tujuan yang positif. b). Inteligensi Inteligensi merupakan keseluruhan kemampuan individu terhadap lingkungan. Inteligensi yang tinggi akan membawa individu kepada pengambilan langkah yang positif untuk belajar dari pengalaman yang lalu dan kemudian dapat dipergunakan untuk membaca keadaan yang baru, problem yang baru dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. c). Jenis kelamin Pria tidak terlalu peka terhadap kelompok dibanding wanita, sehingga wanita lebih memungkinkan dalam melakukan interaksi sosial dalam lingkungannya. d). Pendidikan Pendidikan yang tingkat tinggi merupakan salah satu faktor dalam menjalin hubungan karena orang yang berpendidikan tinggi mempunyai wawasan pengetahuan yang luas yang mendukung dalam bergaul. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 e). Keterbukaan Dengan adanya keterbukaan ini maka terjalin hubungan yang akrab antar individu. Keterbukaan sangat mempengaruhi hubungan individu dengan orang lain. Seseorang bersikap terbuka lebih konfermistik daripada seseorang yang bersikap tertutup. f). Keinginan mempunyai status Adanya keinginan memiliki status terdorong oleh keinginan berbagi pengalaman, timbul keinginan untuk diterima dan dihargai lingkungannya sehingga orang berinteraksi dengan lingkungannya. 2) Faktor eksternal Faktor dari luar individu ini merupakan keadaan-keadaan peristiwa di luar individu. Faktor yang mempengaruhi yaitu: a) Keadaan sekeliling Pengaruh dari lingkungan akan mempengaruhi tingkah laku individu. Pengaruh dari lingkungan sangat mempengaruhi kuat lemahnya individu dalam menjalin hubungan. b) Interaksi parental Suasana rumah yang tidak menyenangkan dan tekanan dari orang tua menjadi dorongan individu dalam berinteraksi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 3. Hubungan antara Penggunaan Jejaring Sosial dengan Kemampuan Interaksi Sosial Remaja Pada masa remaja, kemampuan interaksi sosial mengambil peran yang semakin penting bagi remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas di mana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial sangat menentukan. Brown (dalam Dacey & kenny, 1997) mengatakan bahwa pada usia 12 tahun, remaja awal mulai menjauhkan diri dari orang dewasa dan menghabiskan waktu dengan teman sebaya. Selama masa remaja pertengahan, remaja menghabiskan waktu dua kali lebih banyak bersama teman-temannya dibandingkan dengan orang tua dan dewasa lainnya. Hal itu menjadi alasan dasar mengapa kebutuhan sosial remaja besar. Kemampuan interaksi sosial merupakan suatu hal yang dipelajari. Walgito (2007) menyebutkan bahwa perkembangan interaksi sosial merupakan hal yang dipelajari dalam kehidupan, interaksi merupakan suatu proses. Kegagalan remaja dalam menguasai kemampuan-kemampuan sosial akan menyebabkan remaja sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, dan berperilaku kurang normatif seperti anti sosial sehingga merasa kesepian. Remaja yang kurang berhasil membangun interaksi sosial cenderung lebih negativistik dan sibuk dengan diri sendiri serta kurang respons terhadap orang lain. Menurut Bell (dalam Baron & Byrne, 2005) individu yang merasa commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 kesepian akan cenderung menghabiskan waktu senggangnya pada aktivitas yang sendiri, memiliki kencan yang sedikit, dan hanya memiliki teman biasa. Remaja merasa disingkirkan dan percaya bahwa hanya memiliki sedikit kesamaan dengan orang-orang yang ditemuinya. Untuk menghindari penolakan, remaja berinteraksi secara terbatas atau memilih berinteraksi secara tidak langsung dengan orang lain. Kondisi lain yang mempersempit remaja dalam mengembangkan kemampuan interaksi sosial adalah kecenderungan mengakses situs jejaring sosial. Jejaring sosial sebagai media komunikasi, informasi dan edukasi yang dapat dinikmati oleh siapapun. Penelitian Greenfield (Chebbi & Koong, 2005) menemukan bahwa 6 % dari pengguna internet mengalami gangguan kecanduan internet. Brignall & Valley (dalam Hardie & Tee, 2007) mengatakan bahwa para remaja yang tumbuh dalam lingkungan internet memiliki gangguan pada kemampuan interaksi sosialnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 B. Kerangka Pemikiran Remaja Makhluk sosial Jejaring sosial Interaksi Sosial Umur Inteligensi Jenis kelamin Pendidikan Keterbukaan Status Lingkungan Parental Keterangan : : kriteria inklusi : kriteria eksklusi C. Hipotesis Terdapat hubungan negatif antara Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada remaja. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Yang dimaksud dengan penelitian analitik, yaitu penelitian yang hasilnya tidak hanya berhenti pada taraf pendeskripsian, akan tetapi dilanjutkan sampai taraf pengambilan simpulan yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik untuk menganalisis data yang diperoleh (Arief, 2004). Yang dimaksud dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dengan pengumpulan data yang dinilai secara simultan pada satu saat, sehingga dalam studi ini tidak ada follow up (Pratiknya, 2001). B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di dalam lingkungan Fakultas Kedokteran UNS pada bulan Agustus 2011 C. Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I Fakultas Kedokteran UNS Surakarta. D. Teknik Sampling Sampel diambil dari populasi yang telah memenuhi kriteria inklusi, commit to user 27 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 kemudian diambil dengan purposive sampling. Besar sampel menurut patokan umum (rule of thumb), setiap penelitian yang datanya akan dianalisis secara statistik dengan analisis bivariat membutuhkan sampel minimal 30 subyek penelitian (Murti, 2010). 1. Kriteria inklusi adalah sebagai berikut: a. Aktif sebagai mahasiswa tingkat I FK UNS. b. Skor L-MMPI < 10 c. Usia 16-18 tahun. d. Bersedia mengisi kuesioner. 2. Kriteria eksklusi, yaitu: a. Skor L-MMPI ≥ 10. b. Status sosial c. Lingkungan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 E. Rancangan Penelitian Mahasiswa Tingkat 1 FK UNS L-MMPI <10 Isian Data Pribadi Kuesioner Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial Kuesioner Kemampuan Interaksi Sosial Hasil Uji t F. Variabel Penelitian Variabel tergantung : Intensitas mengakses situs jejaring sosial Variabel bebas : Kemampuan Interaksi Sosial pada remaja. G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial Intensitas mengakses situs jejaring sosial adalah tingkatan penggunaan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 situs jejaring sosial, mencakup berapa lama (durasi) dan sering (frekuensi) seseorang menggunakan situs jejaring sosial dengan berbagai tujuan dan motivasi melalui penggunaan fiturnya. Situs jejaring sosial adalah situs yang memungkinkan individu untuk membangun hubungan publik atau semi publik dalam bentuk profil, menelusuri daftar pengguna lain yang terkoneksi, dan menampilkan daftar hubungan pengguna serta daftar milik orang lain. Tingkat penggunaan dinyatakan dalam jumlah jam akses per minggu, di mana durasi tiap kali akses diakumulasi sesuai frekuensi rata-rata penggunaan per minggu. Data mengenai intensitas mengakses situs jejaring sosial diungkap dengan Kuesioner Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial yang merupakan kuesioner dengan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup berdasarkan aspek yang dikemukakan Andarwati dan Sankarto (2005) berupa durasi dan frekuensi penggunaan situs jejaring sosial dengan berbagai fitur yang digunakan. 2. Kemampuan Interaksi Sosial Kemampuan Interaksi Sosial adalah kecakapan individu dalam berhubungan dengan dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi, saling menguntungkan dan saling tergantung untuk mencapai hal-hal positif. Variabel kemampuan interaksi sosial di ukur dengan skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kontak sosial (Soekanto, 2005), komunikasi dan partisipasi (Davis & Newstrom, 1996). Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi kemampuan interaksi sosial. Semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula kemampuan interaksi sosial. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 H. Instrumen Penelitian 1. Isian Data Pribadi Untuk mengetahui identitas responden. 2. Kuesioner Lie-Minnesota Multiphase Personality Inventory (L-MMPI) Untuk menilai kejujuran responden, dengan interpretasi bila jawaban “tidak” kurang dari 10 berarti responden dapat dipercaya. 3. Kuesioner Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial Untuk mengetahui lama dari responden menggunakan jejaring sosial dalam kesehariannya dan juga mengetahui jenis-jenis jejaring sosial yang dipergunakan oleh responden. 4. Kuesioner Kemampuan Interaksi Sosial Kuisioner kemampuan interaksi sosial disusun berdasarkan aspek kontak sosial, komunikasi (Soekanto, 2005), dan partisipasi (Davis & Newstrom, 1996). Skala kemampuan interaksi sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interaksi sosial yang terdiri dari 30 butir aitem pernyataan dengan 16 aitem favorable dan 14 aitem unfavorable. I. Cara Kerja 1. Tiap mahasiswa tingkat I diberi tiga macam kuesioner (Skala L-MMPI, Kuesioner Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial , dan Kuesioner Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial) secara bersamaan beserta Data Pribadi Responden. Setiap kuesioner diminta untuk diisi secara lengkap sesuai petunjuk. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 2. Skala L-MMPI dihitung terlebih dahulu. Skala ini berisi 15 butir pernyataan untuk dijawab responden dan dapat dipertanggungjawabkan kejujurannya bila jawaban ”tidak” berjumlah kurang dari 10. Responden diikutsertakan jika memenuhi syarat. 3. Kemudian skala pengisian kuesioner dihitung intensitas responden menggunakan jejaring sosial. 4. Selanjutnya perhitungan skala kuesioner kemampuan interaksi sosial. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi kemampuan interaksi sosial. Semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula kemampuan interaksi sosialnya. 5. Setelah diperoleh skor, dilakukan uji statistik uji t dan akan diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17 for Windows. J. Teknik dan Analisis Data Untuk mengetahui Hubungan antara Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada remaja adalah dengan menggunakan uji statistik uji t dan akan diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17 for Windows. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Sampel Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2011 di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Subjek penelitian adalah mahasiswa tingkat I Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada penelitian ini didapat total sampel sebanyak 60 mahasiswa. Dari 60 mahasiswa tersebut, mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi penelitian sebanyak 32 mahasiswa (53.33 %), mahasiswa yang gugur sebanyak 28 mahasiswa (46.7 %). 28 sampel tersebut gugur dikarenakan mahasiswa tidak lolos tes kejujuran (L-MMPI). Tabel 1. Frekuensi Penggunaan Jejaring Sosial Durasi penggunaan (jam) X < 30 Kategorisasi Jumlah Persen ( % ) Rendah 4 13.3 30 ≤ X < 60 Sedang 13 43.3 60 ≤ X Tinggi 13 43.3 Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah mahasiswa dengan rentang usia 16 - 18 tahun agar sampel lebih homogen sehingga hasil penelitian lebih commit to user 33 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 valid. Tabel 1 menunjukkan bahwa sampel yang tergolong rendah dalam intensitas penggunaan jejaring sosial sebanyak 4 orang (13.3 %), tergolong sedang dalam intensitas penggunaan jejaring sosial sebanyak 13 orang (43.3 %), dan tergolong tinggi dalam intensitas penggunaan jejaring sosial sebanyak 13 orang (43.3 %). Tabel 2. Skor Skala Kemampuan Interaksi Sosial Skor Kategori Jumlah Persen (%) X < 29 Rendah - - 29 ≤ X < 90 Sedang 14 46,6 90 ≤ X Tinggi 16 53,3 Tabel 2 dapat menggambarkan skor interaksi sosial yang telah dihitung dari hasil penelitian. Untuk skor interaksi sosial yang tergolong rendah tidak didapatkan adanya mahasiswa yang termasuk dalam golongan ini, untuk skor interaksi sosial yang tergolong sedang didapatkan 14 orang (46.6 %), sedangkan untuk skor interaksi sosial yang tergolong tinggi didapatkan 16 orang (53,3 %). B. Analisis Statistika Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan uji tindependent yang merupakan uji parametrik dengan program SPSS 17.00 . Uji ini digunakan bila skor kedua kelompok tidak berhubungan satu sama lain. Adapun commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 syarat uji t-independent adalah data berskala numerik, terdistribusi secara normal, dan variansi kedua kelompok dapat sama atau berbeda (untuk 2 kelompok). Untuk mengetahui bahwa data terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Suatu data dikatakan mempunyai sebaran normal jika didapatkan nilai p > 0.05 pada masing-masing kelompok tersebut. Uji normalitas yang dilakukan pada masing-masing sebaran data dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun analitik. Cara analitik memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan deskriptif sehingga dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk. Uji Shapiro-Wilk dilakukan jika sampel kurang dari 50 sampel (Dahlan, 2005). Tabel 3.Uji Normalitas Penyebaran Data dengan Uji Shapiro-Wilk Data Skor interaksi sosial Nilai p Keterangan 0.348 Distribusi normal Uji normalitas penyebaran data dengan Uji Shapiro-Wilk, skor interaksi sosial mempunyai nilai p = 0.348. Karena nilai p > 0.05, dapat disimpulkan bahwa distribusi skor interaksi sosial terdistribusi normal sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan pengolahan dengan uji t. Tabel 4. Hasil Analisis Data dengan Uji t Skor interaksi N Mean Sedang 15 72.00 22.504 Tinggi 15 33.20 12.735 sosial commit to user SD P 0.000 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 Tabel 4, hasil data dianalisis dengan uji statistik uji t dengan menggunakan program SPSS 17.0 untuk mengetahui pengaruh jejaring sosial. Dari uji statistik didapatkan nilai kemaknaan (p) sebesar 0.000 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara intensitas mengakses jejaring sosial dengan interaksi sosial yang secara statistik signifikan. Gambar 3. Gambar Boxplot Rata-Rata Skor Interaksi Sosial Gambar boxplot di atas menunjukkan dengan lebih jelas perbedaan skor interaksi sosial pada siswa yang tergolong tinggi dalam mengakses jejaring sosial commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37 dengan yang tergolong rendah dan sedang dalam mengakses jejaring sosial. Gambar tersebut memberikan informasi bahwa mahasiswa yang tergolong tinggi dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial memiliki skor interaksi sosial yang lebih rendah dibanding dengan mahasiswa yang tergolong rendah dan sedang dalam mengakses situs jejaring sosial. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 dengan memberikan kuesioner kepada 60 mahasiswa tingkat I Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dari 60 mahasiswa tersebut yang memenuhi kriteria penelitian dengan lolos tes kejujuran sebanyak 32 mahasiswa (53.3 %). Sesuai dengan analisis perhitungan statistik yang telah dikemukakan, didapatkan adanya pengaruh negatif antara intensitas mengakses situs jejaring sosial dengan kemampuan interaksi sosial. Hal ini sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyebutkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara intensitas mengakses situs jejaring sosial dengan kemampuan interaksi sosial. Pengaruh negatif antara intensitas mengakses situs jejaring sosial dengan kemampuan interaksi sosial dapat dikarenakan beberapa faktor, yaitu: 1. Individu yang secara sosial tidak terampil dalam bersosialisasi tentu akan merasa kesepian dan cenderung menghabiskan waktunya dengan aktivitas diri sendiri dikarenakan takut akan terjadinya penolakan. Oleh karena itulah individu memilih berinteraksi secara terbatas atau memilih berinteraksi secara tidak langsung dengan orang lain. Kondisi inilah yang membuat situs jejaring sosial lebih dipilih untuk berkomunikasi dengan sesama. 2. Individu yang lebih banyak menggunakan waktunya untuk mengakses jejaring commit to user 38 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 sosial menyebabkan perkembangan kemampuan interaksi sosialnya tidak berkembang secara maksimal, karena secara tidak sadar sebagian besar dari individu tersebut menganggap jejaring sosial menjadi kebutuhan primer bagi hidupnya dan bahkan menjadi pecandu. 3. Individu yang terlalu sering menggunakan jejaring sosial tentu saja jadi mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk berinteraksi atau sekedar bertemu dengan orang lain yang ada di lingkungan sekitar. Perhitungan skor interaksi sosial didapat nilai rata-rata skor depresi sampel dengan mahasiswa tergolong tinggi dalam mengakses situs jejaring sosial adalah sebesar 33.20 dan skor interaksi sosial mahasiswa tergolong rendah dan sedang dalam mengakses situs jejaring sosial adalah sebesar 72.00 dengan nilai p = 0.000 (p < 0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor interaksi sosial mahasiswa yang tergolong tinggi dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial lebih rendah bila dibandingkan dengan skor interaksi sosial mahasiswa yang tergolong rendah dan sedang dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sarwono (2005), bahwa jejaring sosial sebagai salah satu ancaman terhadap kesehatan mental masyarakat luas karena bisa mengganggu hubungan orang tua anak, hubungan antartetangga, sehingga jika dibiarkan terlalu lama akan menimbulkan agresi, gejala penarikan diri, gangguan interaksi sosial, kenakalan remaja, bahkan sampai ada yang bunuh diri. Hasil penelitian yang telah dilakukan ini juga didukung oleh penelitian commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Agung (2009) meneliti tentang hubungan antara kesepian dan kecenderungan internet addiction. Dari penelitian tersebut didapatkan orang yang lebih sering menggunakan internet cenderung mengalami kesepian dan penolakan dalam pergaulan sehingga mempunyai tingkat sosialisasi yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang tergolong tinggi dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial mempunyai skor interaksi sosial yang lebih rendah bila dibandingkan dengan yang tergolong rendah dan sedang dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial. Hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, yaitu terdapat pengaruh yang secara statistik signifikan antara intensitas mengakses situs jejaring sosial dengan interaksi sosial. B. Keterbatasan Penelitian Penulis mengetahui bahwa penelitian ini mempunyai kelemahan dalam hal lokasi cakupan yang terlalu sempit dan jumlah sampel yang tergolong sedikit. Banyak faktor-faktor lain yang dapat merancukan hasil penelitian yang digolongkan dalam variabel luar tidak terkendali seperti lingkungan sosial, ekonomi dan budaya, serta status psikologi namun tidak diteliti pada penelitian kali ini. Hal tersebut terjadi dikarenakan keterbatasan waktu, biaya, serta keterbatasan kemampuan dari penulis yang dibutuhkan dalam penelitian kali ini. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan skor interaksi sosial yang secara statistik signifikan antara mahasiswa yang tergolong tinggi dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial dengan mahasiswa yang tergolong rendah dan sedang dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial (p = 0.000). Skor interaksi sosial pada mahasiswa yang tergolong rendah dan sedang dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial lebih tinggi dibanding dengan mahasiswa yang tergolong tinggi dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial. B. Saran 1. Mahasiswa khususnya mahasiswa tingkat I, yang memiliki tidak terampil dalam bersosialisasi sebaiknya lebih membuka diri terhadap dunia luar sehingga tidak hanya bersosialisasi di dunia maya saja. 2. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi praktisi, khususnya di bidang psikiatri, psikologi serta konseling, dalam penanganan kasus-kasus yang berhubungan dengan jejaring sosial atau interaksi sosial commit to user 41 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan lokasi cakupan penelitian yang lebih luas, termasuk juga dilakukannya analisis tarhadap variabel-variabel perancu lain seperti lingkungan sosial, ekonomi dan budaya serta status psikologi dengan harapan semakin memperkuat simpulan dan semakin memperkecil bias. commit to user