hubungan intensitas mengakses situs jejaring sosial dengan

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN INTENSITAS MENGAKSES SITUS JEJARING
SOSIAL DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA
MAHASISWA 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
ERICKSON
G0008210
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011 to user
commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA...............................................................................................................vi
DAFTAR ISI............................................................................................................vii
DAFTAR TABEL....................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xi
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 4
BAB II
LANDASAN TEORI.............................................................................. 6
A. Tinjauan Pustaka.................................................................................6
B. Kerangka Pemikiran........................................................................... 26
C. Hipotesis............................................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 27
A. Jenis Penelitian................................................................................... 27
B. Lokasi Penelitian................................................................................ 27
C. Subjek Penelitian............................................................................... 27
D. Teknik Sampling.................................................................................27
E. Rancangan Penelitian......................................................................... 29
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Variabel Penelitian............................................................................. 29
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian........................................... 29
H. Instrumen Penelitian........................................................................... 31
I. Cara Kerja........................................................................................... 31
J. Teknik Analisis Data.......................................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 33
A. Deskripsi Sampel ............................................................................... 33
B. Analisis Statistika .............................................................................. 34
BAB V
PEMBAHASAN..................................................................................... 38
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 41
A. Simpulan ............................................................................................ 41
B. Saran .................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 43
LAMPIRAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Frekuensi Penggunaan Jejaring Sosial....................................................33
Tabel 2. Skor Skala Kemampuan Interaksi Sosial................................................ 36
Tabel 3. Uji Normalitas Penyebaran Data dengan Shapiro-Wilk..........................38
Tabel 4. Hasil Analisis Data dengan Uji t........................................................... 38
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 26
Gambar 2. Rancangan Penelitian ........................................................................ 29
Gambar 3. Gambar Boxplot Perbedaan Rata-Rata Skor Interaksi sosial ............ 39
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran
Lampiran 2. Data Pribadi Responden dan Informed Consent
Lampiran 3. Kuesioner L-MMPI
Lampiran 4. Kuesioner Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial
Lampiran 5. Kuesioner Kemampuan Interaksi Sosial
Lampiran 6. Data Mentah Hasil Penelitian
Lampiran 7. Uji Normalitas Data dan Uji Analisis Data
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Erickson, G0008210, 2011. Hubungan Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial
Dengan Kemampuan Interaksi Sosial Pada Mahasiswa 2011 Fakultas Kedokteran
UNS
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas
mengakses situs jejaring sosial dengan kemampuan interaksi sosial pada remaja.
Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan negatif yang signifikan antara
intensitas mengakses situs jejaring dengan kemampuan interaksi sosial pada
remaja.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Subyek penelitian adalah mahasiswa tingkat I
Fakultas Kedokteran UNS. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling. Data penelitian diperoleh dari tiga macam kuesioner, yaitu kuesioner LMMPI, kuesioner Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial, dan Kuesioner
Kemampuan Interaksi Sosial. Analisis statistik menggunakan uji T .
Hasil: Dari total 30 jumlah sampel terdiri atas 14 mahasiswa dengan skor
interaksi sosial yang sedang dan 16 mahasiswa dengan skor interaksi sosial yang
tinggi. Pada mahasiswa dengan skor interaksi sosial yang sedang didapatkan ratarata skor sebesar 72.00 dan SD sebesar 22.504. Pada mahasiswa dengan skor
interaksi sosial yang tinggi didapatkan rata-rata skor sebesar 33.20 dan SD sebesar
12.735. Hubungan antara intensitas mengakses situs jejaring sosial dengan
interaksi sosial menghasilkan nilai signifikansi (p = 0.000).
Simpulan: Terdapat hubungan negatif yang secara statistik signifikan antara
intensitas mengakses situs jejaring social dengan kemampuan interaksi sosial (p =
0.046). Skor interaksi sosial pada mahasiswa yang tergolong rendah atau sedang
dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial lebih tinggi bila dibandingkan
dengan mahasiswa yang tergolong tinggi dalam intensitas mengakses situs
jejaring sosial.
Kata kunci : jejaring sosial, interaksi sosial
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Berbagai fasilitas diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia guna
memenuhi kebutuhan hidup. Setiap orang dituntut untuk dapat mengikuti
perkembangan tersebut, tak terkecuali remaja. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi pun kini telah diterapkan di dunia pendidikan sehingga remaja yang
tengah mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah menjadi akrab
dengan setiap perkembangan yang ada. Salah satu bidang teknologi yang
berkembang pesat adalah teknologi di bidang informasi dan komunikasi.
Internet sering disebut sebagai cyberspace atau virtual world (dunia maya)
karena sifat internet yang mirip dengan kehidupan dunia nyata sehari-hari,
sehingga interaksi yang terjadi melalui internet layaknya interaksi yang terjadi di
dunia nyata. Fenomena yang muncul saat ini adalah meningkatnya minat
khalayak untuk berkomunikasi melalui dunia maya dengan semakin populernya
teknologi komunikasi online, seperti instant messaging, weblog, dan situs-situs
jejaring sosial. Situs jejaring sosial saat ini mendominasi penggunaan layanan
online (Syahti, 2010). Untuk mengetahui presentasi pengguna jejaring sosial
diadakan sebuah riset dengan sampel survai diambil dari wilayah Jakarta, Bogor,
Tangerang, Bekasi, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Palembang dan
Makasar. Hasil riset tersebut dikemukakan pada acara konferensi pers yang
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
digelar di Le Meridien Hotel, Jakarta, pada tanggal 20 Maret 2009. Hasil risetnya
adalah bahwa kalangan remaja usia antara 15 sampai 19 tahun mendominasi
pengguna internet di Indonesia, dan disebutkan pula bahwa remaja usia 15-19
tahun mencakup 64 % dari pengguna internet di Indonesia. Hal ini menandakan
situs jejaring sosial menempati peringkat sebagai situs yang hampir diakses setiap
orang, dan remaja merupakan subjek pengguna beberapa layanan online dengan
jumlah yang tinggi.
Boyd dan Ellison (2007) mendefinisikan situs jejaring sosial sebagai layanan
berbasis web yang memungkinkan individu atau pengguna untuk membangun
hubungan publik atau semi publik dalam bentuk profil pada sebuah sistem terikat,
menelusuri daftar pengguna lain dengan siapa pengguna berkoneksi, dan
menampilkan daftar hubungan pengguna serta daftar milik orang lain.
Remaja sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya tidak dapat hidup
dalam kesendirian, remaja memiliki dorongan atau keinginan untuk berhubungan
dan
berinteraksi
dengan
sesamanya.
Murray
(dalam
Walgito,
2003)
mengemukakan bahwa manusia mempunyai dorongan sosial. Dorongan ini
mengarahkan manusia mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau
interaksi. Penelitian Larson dan kawan-kawan (Ling & Dariyo, 2002) menemukan
fakta, bahwa 74,1 % waktu remaja dihabiskan bersama orang lain di luar
lingkungan keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa
interaksi sosial atau menjalin hubungan dengan orang lain merupakan kebutuhan
yang penting dan mendasar bagi remaja mengingat sebagian besar waktunya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
dihabiskan bersama orang-orang di luar lingkungan keluarganya.
Proses interaksi sosial pada remaja tidaklah mudah. Hal ini karena di dalam
kehidupannya remaja dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru dan harapan
sosial baru. Remaja diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial baru,
mengembangkan kemampuan-kemampuan sosial baru dan nilai yang baru sesuai
dengan tugas-tugas baru yang dihadapinya (Hurlock, 1999). Remaja membutuhkan
berbagai pengalaman interaksi sosial dalam rangka mengembangkan kemampuan
interaksi sosial. Kondisi yang dimungkinkan mempersempit kesempatan remaja
mendapat berbagai pengalaman interaksi sosial dalam rangka membangun
kemampuan interaksi sosial adalah kecenderungan penggunaan jejaring sosial.
Penggunaan jejaring sosial mempunyai peran serta dalam proses interaksi
pada remaja. Hal ini bisa membuat seseorang menjadi terlalu asik dengan dirinya
sendiri dan hanya ditemani jejaring sosial. Namun jejaring sosial juga bisa
menghubungkan dengan seseorang yang posisinya berjauhan bahkan berperan
serta dalam penambahan jumlah teman yang dapat dikenal.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, Penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Intensitas Mengakses Situs
Jejaring Sosial dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada Mahasiswa 2011
Fakultas Kedokteran UNS”. Penelitian ini meneliti hubungan yang terjadi
antarvariabel, apakah intensitas remaja dalam mengakses situs jejaring sosial
berdampak terhadap interaksi sosial, khususnya di Kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
B.
Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara intensitas mengakses situs jejaring sosial
dengan kemampuan interaksi sosial pada remaja?
C.
Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan antara intensitas mengakses situs jejaring sosial
dengan kemampuan interaksi sosial pada remaja
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Memberikan gambaran mengenai keterkaitan antara penggunaan jejaring
sosial dengan kemampuan interaksi sosial.
2. Manfaat praktis
a.
Bagi Penulis, menambah pengetahuan dan pengalaman terutama yang
berkaitan dengan topik penelitian, yaitu intensitas mengakses situs
jejaring sosial dengan kemampuan interaksi sosial pada remaja
b.
Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan
dengan penggunaan situs jejaring sosial.
c.
Bagi pembaca pada umumnya, sebagai bahan pustaka dan kajian guna
menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan. Bagi remaja pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
khususnya, untuk menambah pengetahuan mengenai pentingnya
dampak jejaring sosial terhadap kemampuan interaksi sosial pada
remaja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial
a. Pengertian Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial
Intensitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah keadaan
tingkatan atau ukuran intensnya. Intensitas akses internet adalah gambaran
berapa lama dan sering seseorang menggunakan internet dengan berbagai
tujuan atau motivasi (Andarwati dan Sankarto, 2005). Itryah (2004)
menyatakan intensitas penggunaan internet adalah tingkat keseringan atau
frekuensi individu dalam menggunakan fasilitas internet di berbagai jaringan
komputer atau warnet. Ada banyak situs yang dapat diakses melalui internet.
Dewasa ini, popularitas situs jejaring sosial di kalangan masyarakat meningkat.
Boyd dan Ellison (2007) mendefinisikan situs jejaring sosial atau disebut situs
jaringan sosial (social network sites) sebagai berikut:
We define social network sites as web-based services that allow
individuals to (1) construct a public or semi-public profile within a bounded
system, (2) articulate a list of other users with whom they share a connection,
and (3) view and traverse their list of connections and those made by others
within the system. The nature and nomenclature of these connections may vary
from site to site.
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Mengacu pada pendapat tersebut, situs jejaring sosial dapat didefinisikan
sebagai layanan berbasis web yang memungkinkan individu untuk membangun
hubungan publik atau semi publik dalam bentuk profil pada sebuah sistem
terikat, menelusuri daftar pengguna lain dengan siapa individu berkoneksi, dan
menampilkan daftar hubungan pengguna serta daftar milik orang lain. Situs
jejaring sosial mengizinkan penggunanya yang telah terdaftar untuk saling
berhubungan dan berkomunikasi melalui halaman profil teman yang bisa dipilih
oleh pengarang yang bersangkutan. Jenis dan tata cara koneksi situs jejaring
sosial dapat beragam dari satu situs ke situs lain. Haryanto (2009)
mendefinisikan situs jejaring sosial atau yang disebutnya situs pertemanan
sebagai situs yang mengijinkan penggunanya yang telah terdaftar untuk saling
berhubungan
dan
berkomunikasi
melalui
halaman
profil
yang
bisa
dikustomisasi oleh pengguna yang bersangkutan.
Situs jejaring sosial memiliki beragam fitur, namun pada umumnya tulang
punggung situs jejaring sosial adalah memuat dan memperlihatkan profil
penggunanya serta daftar teman yang juga merupakan pengguna dalam sistem
tersebut. Profil dihasilkan dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
ditujukan kepada pengguna yang biasanya mencakup umur, lokasi tempat
tinggal, dan deskripsi diri. Kebanyakan situs juga mendorong pengguna untuk
menampilkan foto pada profil. Pengguna situs jejaring sosial dapat mengatur
privasi terhadap visibilitas profil yang bervariasi menurut situs dan menurut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
kebijaksanaan pengguna. Visibilitas adalah salah satu cara utama situs jejaring
sosial membedakan diri satu sama lain.
Tampilan publik koneksi adalah komponen penting dari situs jejaring
sosial. Daftar teman berisi hubungan ke setiap profil teman, memungkinkan
pengguna untuk melintasi grafik jaringan dengan melihat melalui daftar teman.
Kebanyakan situs jejaring sosial juga menyediakan fitur bagi pengguna untuk
meninggalkan pesan pada profil teman yang biasanya dikenal dengan
meninggalkan “komentar”, meskipun situs satu dengan yang lain memberikan
berbagai label untuk fitur tersebut. Situs jejaring sosial sering memiliki fitur
pesan pribadi mirip dengan webmail. Fitur situs jejaring sosial sangat bervariasi
misalnya dilengkapi photo-video sharing untuk berbagi cerita dan ekspresi,
blog dan teknologi instant messaging selain profil, daftar teman, komentar, dan
pesan pribadi. Perkembangan situs jejaring sosial dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Perkembangan Situs Jejaring Sosial
(Boyd dan Ellison, 2007)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
Menurut sejarahnya, situs jejaring sosial pertama diluncurkan pada tahun
1997 lewat SixDegrees.com. Situs ini memungkinkan pengguna untuk membuat
profil dan daftar teman. SixDegrees.com diluncurkan sebagai alat untuk
membantu orang berhubungan dengan mengirim pesan ke orang lain. Setelah
itu dari tahun ke tahun, sejumlah situs jejaring sosial mulai bermunculan
contohnya AsianAvenue, BlackPlanet, MiGente dan seterusnya, hingga yang
terpopuler saat ini seperti friendster, facebook dan twitter. Pada mulanya situssitus jejaring sosial hanya berisi profil pribadi, buku harian, dan juga jaringan
teman maupun bisnis tetapi kemudian fasilitas seperti chatting, membuat blog,
memasang foto pribadi mulai dilengkapi pada situs jejaring sosial akhir-akhir
ini. Situs jejaring sosial yang tengah populer di kalangan remaja akhir-akhir ini
seperti facebook dan twitter, memiliki banyak aplikasi yang lebih menarik.
Pada facebook misalnya, terdapat aplikasi misalnya ruang untuk beriklan,
agenda, mengirimkan hadiah, video, game atau membuat tag (menandai)
gambar.
Berdasarkan uraian di atas, intensitas mengakses situs jejaring sosial
adalah diartikan sebagai tingkatan penggunaan situs jejaring sosial dengan
berbagai tujuan dan motivasi, mencakup berapa lama (durasi) dan sering
(frekuensi) seseorang menggunakan situs jejaring sosial dengan berbagai tujuan
dan motivasi melalui penggunaan fiturnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
b. Aspek Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial
Andarwati dan Sankarto (2005) mengemukakan aspek intensitas akses
internet yaitu mencakup frekuensi dan durasi dalam menggunakan
internet.
a) Frekuensi
Frekuensi
mencakup
gambaran
seberapa
sering
individu
mengakses internet dengan berbagai tujuan. Frekuensi penggunaan
dinyatakan dalam satuan kurun waktu tertentu (misalnya per hari, per
minggu, atau per bulan).
b) Durasi
Durasi mencakup gambaran seberapa lama individu
mengakses
internet dengan berbagai tujuan. Durasi penggunaan dinyatakan dalam
satuan kurun waktu tertentu (misalnya per menit atau per jam).
Itryah (2004) menyatakan aspek intensitas adalah tingkat keseringan atau
frekuensi individu dalam menggunakan fasilitas internet di berbagai jaringan
komputer atau warnet.
Berdasarkan penjelasan di atas, aspek dalam intensitas mengakses situs
jejaring sosial melalui internet adalah frekuensi (tingkat keseringan) dan durasi
(lama akses) dalam menggunakan fasilitas situs jejaring sosial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
c. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial
Komunikasi bermedia yang dilakukan pada kebanyakan remaja saat ini
dengan mengakses situs jejaring sosial menjadi semakin populer. Penggunaan
media komunikasi secara aktif oleh komunikator mengacu pada suatu teori
yaitu teori uses and gratification, yang merupakan perluasan dari teori
kebutuhan Maslow. Maslow menyatakan bahwa orang secara aktif berusaha
untuk memenuhi hierarki kebutuhan. Teori uses and gratification menjelaskan
bahwa orang secara aktif menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan
tertentu yang dapat dispesifikasikan (Lull, 1997). Teori uses and gratification
didasarkan pada serangkaian hubungan kausal di antara kondisi-kondisi
biologis atau psikologis dan praktek-praktek sosial yang berkaitan dengan
media. Informasi atau hiburan bukan sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh
seseorang melainkan sebagai sesuatu yang digunakan untuk memuaskan suatu
kebutuhan atau hasrat pribadi yang dalam. Perspektif kegunaan dan kepuasan
sebagian besar berdasarkan pada konsep-konsep kognitif seperti kebutuhan,
motif-motif, dan kepuasan. Schramm (dalam West dan Turner, 2008)
mengemukakan
alasan
pemilihan
terhadap
media,
yaitu
dengan
mempertimbangkan besarnya harapan akan penghargaan dinilai dari usaha yang
dibutuhkan. Beberapa peneliti merangkum alasan penggunaan media yang
didasarkan pada kegunaan, sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Tabel 1. Tipologi Kegunaan dan Gratifikasi
Peneliti
Alasan Penggunaan Media
Menghabiskan waktu
Menemani
Kesenangan
Pelarian
Kenikmatan
Interaksi sosial
Relaksasi
Memperoleh informasi
Belajar mengenai muatan tertentu
Rubin (1981)
Peneliti
Alasan Penggunaan Media
McQuail, Blumler, dan Brown
(1972)
Katz, Gurevitch, Hadasaah Haas
(1973)
Pengalihan perhatian
Hubungan personal
Identitas personal
Pengamatan
Keterhubungan dengan orang lain
Keterpisahan dengan orang lain
Katz, Gurevitch, Hadasaah Haas (dalam West dan Turner, 2008) juga
merangkum kebutuhan yang dipuaskan oleh media, sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Tabel 2. Kebutuhan yang Dipuaskan oleh Media
Tipe
kebutuhan
Deskripsi
Contoh media
Kognitif
Memperoleh informasi,
pengetahuan, pemahaman.
Televisi (berita), video,
film
Afektif
Pengalaman emosional,
menyenangkan, atau estetis.
Film, televisi (komedi,
situasi, opera sabun)
Integrasi
personal
Meningkatkan kredibilitas,
percaya diri, dan status.
Video
Integrasi sosial
Pelepasan
ketegangan
Meningkatkan hubungan
dengan keluarga, teman, dan
lainnya.
Internet (e-mail, chat,
Instant Messaging)
Pelarian dan pengalihan.
Televisi, video, radio,
internet
Pada Tabel 2 terlihat bahwa penggunaan internet sebagai media
komunikasi dapat digunakan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan akan
integrasi sosial dan pelepasan ketegangan. Situs jejaring sosial yang sekarang
semakin digemari oleh hampir semua kalangan merupakan media yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan berintegrasi dengan orang lain.
McQuail, Blumler, dan Brown (dalam West dan Turner, 2008) juga
mengemukakan alasan penggunaan media, beberapa di antaranya adalah untuk
hubungan dan identitas personal. Hubungan personal dapat dicapai dengan
mengadakan interaksi sosial dan persahabatan, sedangkan identitas personal
ditunjukkan dengan referensi pribadi, eksplorasi terhadap realitas, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
penguatan nilai. Robert Larose dan Matthew Eastin (dalam West dan Turner,
2008) menyarankan teori uses and gratification dapat menjelaskan penggunaan
internet, dengan menambahkan beberapa variabel baru seperti hasil akhir
aktivitas dan hasil akhir sosial. Hasil akhir sosial merujuk pada apa yang
menurut individu peroleh melalui media. Hasil akhir sosial melibatkan status
sosial dan identitas. Larose dan Eastin berspekulasi bahwa orang mungkin
meningkatkan status sosial dengan mencari orang lain yang memiliki pemikiran
sama melalui internet dan mengekspresikan ide-ide kepada orang lain.
Remaja sebagai pengguna internet terbanyak, berada pada fase
pengembangan hubungan dan menbentuk identitas. Fitur-fitur situs jejaring
sosial mendukung dalam pemenuhan kebutuhan berintegrasi dengan orang lain
atau hubungan personal dan juga identitas personal. Usaha untuk meningkatkan
hubungan dengan orang lain berkaitan dengan kebutuhan pada diri tiap-tiap
individu untuk berhubungan dengan orang lain, mempertahankan relasi
interpersonal, yang dapat disebut sebagai kebutuhan afiliasi (need for
affiliation). Identitas personal yang ditunjukkan individu dalam interaksinya
dengan orang lain dapat ditempuh dengan mengadakan relasi yang lebih dalam
melalui pengungkapan identitas diri individu, yang dapat dilakukan melalui
keterbukaan diri (self-disclosure). Perilaku yang berulang atau intensitas dalam
penggunaan berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dan kegunaan.
Teori lain yang berkaitan dengan penggunaan media komputer adalah
Technology Acceptance Model (TAM) yang diperkenalkan oleh Fred D. Davis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
(dalam Davis, dkk, 1989). Technology Acceptance Model (TAM) merupakan
adaptasi dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikemukakan oleh Ajzen
dan Fishbein. Theory of Reasoned Action (TRA) menjelaskan mengenai
penentuan-penentuan suatu intensi perilaku yang disertai kesadaran. Technology
Acceptance Model (TAM) spesifik menjelaskan perilaku individu dalam hal
penggunaan komputer. Dua bagian primer yang relevan dalam TAM adalah
persepsi kemudahan dan persepsi kemanfaatan. Persepsi terhadap kemudahan
sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran di mana seseorang percaya
bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami dan digunakan. Persepsi
terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran di mana penggunaan
suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang
menggunakannya.
Persepsi terhadap kemudahan dan manfaat, pada akhirnya mengacu pada
Actual System Usage, yaitu kondisi nyata penggunaan sistem. Seseorang akan
puas menggunakan sistem jika orang tersebut meyakini bahwa sistem tersebut
mudah digunakan dan akan meningkatkan produktifitas, yang tercermin dari
kondisi nyata penggunaan. Rewards yang diperoleh menyebabkan perilaku
yang berulang, maka dari itu penggunaan sistem meningkat.
Selain kedua teori di atas, intensitas penggunaan internet juga dipengaruhi
oleh beberapa hal lain. Emmanouilides dan Hammond (2000) mengemukakan
bahwa frekuensi pengguna didasarkan pada waktu sejak penggunaan pertama
internet atau lama pengalaman penggunaan internet. Semakin lama pengalaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
menjadi pengguna internet, semakin besar kemungkinan menjadi pengguna
berat (heavy user). Pengadopsi awal juga paling mungkin untuk menjadi
pengguna aktif atau yang menggunakan internet terus-menerus selama satu
bulan terakhir, namun hubungan ini tidak selalu linear. Penelitian yang
diadakan oleh The Graphic, Visualization, and Usability Center (1998)
menemukan bahwa frekuensi akses meningkat seiring dengan tahun
penggunaan internet, tetapi pada pengguna dengan pengalaman akses kurang
dari satu tahun tidak selalu demikian. Lokasi penggunaan juga mempengaruhi
frekuensi penggunaan. Penggunaan internet di rumah yang telah difasilitasi
jaringan internet, dapat mempengaruhi individu dalam tingkat keseringan
penggunaannya. Individu yang menggunakan internet di rumah atau memiliki
akses pribadi lebih mungkin mengakses internet lebih sering dibandingkan
individu yang menggunakan internet di tempat yang harus mengeluarkan biaya,
misalnya warnet. Hasugian (2005) mengemukakan faktor yang berpengaruh
terhadap frekuensi dan lama akses internet adalah waktu, kebutuhan informasi,
ketersediaan biaya, kecepatan jaringan, kejelasan alamat, dan jenis informasi
yang dicari. Dalam hal penggunaan situs jejaring sosial, faktor yang dapat
berpengaruh adalah waktu, ketersediaan biaya, dan kecepatan jaringan.
Berdasarkan uraian teori Uses and Gratification dan Technology
Acceptance Model di atas dan pendapat ahli, intensitas penggunaan situs
jejaring sosial dapat dipengaruhi oleh:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
1) Kegunaan media dan pemuasan kebutuhan terhadap penggunaan
media, salah satunya adalah hubungan dan identitas sosial yang dapat
berkaitan dengan tingkat kebutuhan afiliasi dan keterbukaan diri.
2) Persepsi kemudahan dan persepsi kemanfaatan penggunaan teknologi
komputer.
3) Lama pengalaman penggunaan internet atau waktu sejak penggunaan
pertama internet.
4)
Ketersediaan waktu, biaya, dan kecepatan jaringan.
2. Interaksi Sosial
a. Pengertian kemampuan interaksi sosial
Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai hasrat untuk berkomunikasi
dan
berinteraksi
dengan
individu
lain.
Sebagaimana
pendapat
yang
dikemukakan oleh Walgito (2007) bahwa manusia secara alami akan
mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Namun, dalam
perkembangannya interaksi sosial merupakan suatu proses. Hal demikian
menunjukkan bahwa interaksi merupakan suatu kemampuan yang dipelajari.
Kemampuan menurut Poerwadarminta (1985) adalah kesanggupan atau
kecakapan. Sedangkan menurut Anshari (1996) kemampuan adalah kecakapan
atau kekuatan untuk menampilkan suatu tindakan.
Interaksi sosial menurut Soekanto (2005) merupakan hubungan-hubungan
sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
kelompok manusia. Menurut Sarwono (2001), interaksi sosial adalah hubungan
antara dua atau lebih individu di mana orang saling tergantung untuk mencapai
hal positif. Pendapat lain dikemukakan oleh Walgito (2003), yang mengatakan
bahwa interaksi sosial adalah hubungan individu satu dengan individu yang
lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi
terdapat hubungan yang timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan
kelompok.
Menurut Combs & Slaby (dalam Yanti, 2005) kemampuan interaksi sosial
merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks
sosial dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh lingkungan dan pada
saat
bersamaan
dapat menguntungkan individu,
atau bersifat saling
menguntungkan atau menguntungkan orang lain. Definisi lain dikemukakan
oleh Libet & Lewinsohn (dalam Cartledge & Milburn,1995) yang menjelaskan
bahwa kemampuan interaksi sosial merupakan suatu kemampuan yang
kompleks untuk melakukan perbuatan yang akan diterima dan menghindari
perilaku yang akan ditolak oleh lingkungan.
Kemampuan interaksi sosial individu dalam masyarakat akan tampil
dalam kualitas yang berbeda-beda. Suatu interaksi dikatakan berkualitas apabila
mampu memberikan kesempatan pada individu untuk mengembangkan diri
dengan segala kemungkinan yang dimilikinya. Kualitas interaksi sosial sangat
tergantung pada tenaga atau daya kekuatan individu untuk menjalin hubungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
dengan orang lain karena dalam proses perkembangan sosial, individu dengan
sendirinya mempelajari proses interaksi sosial dengan lingkungannya (Ali dan
Anshori, 2008). Menurut Kartono (1992), seseorang yang memiliki kemampuan
interaksi sosial yang baik dapat berperilaku sesuai dengan norma-norma yang
berlaku. Individu memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, baik yang dikenalnya maupun tidak. Individu juga bersedia
membantu orang lain meskipun hal itu tidak menghasilkan keuntungan bagi
dirinya sendiri.
Kemampuan interaksi sosial bukanlah kemampuan yang dibawa individu
sejak lahir tetapi diperoleh melalui proses belajar, baik belajar dari orang tua,
teman dan lingkungan masyarakat. Michelson, dkk (dalam Ramdhani, 1994)
menyebutkan bahwa kemampuan interaksi sosial merupakan suatu ketrampilan
yang diperoleh individu melalui proses belajar, mengenai cara-cara mengatasi
atau melakukan hubungan sosial yang tepat dan baik.
b. Aspek-aspek kemampuan interaksi sosial
Mar’at (Sugiarto, 2004) menjelaskan bahwa interaksi sosial dapat terjadi
bila memenuhi dua aspek, yaitu:
1) Adanya kontak sosial
Kontak sosial merupakan hubungan antara individu dengan pihak
lain yang dapat berlangsung melalui organisasi fisik, melihat,
mendengar dan sebagainya. Bahkan kontak ini dapat terjadi secara tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
langsung melalui tulisan atau dengan cara berhubungan dari jarak jauh.
Kontak sosial dapat berlangsung antara orang-perorangan, perorangan
dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lain.
Kontak sosial dapat bersifat positif dan negatif, kontak sosial yang
bersifat positif mengarahkan pada suatu kerja sama, sedangkan kontak
sosial yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau
bahkan tidak menghasilkan suatu interaksi sosial sama sekali.
2) Adanya komunikasi
Yang dimaksud komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran
pada tingkah laku orang lain yang bisa berwujud pembicaraan, sikap dan
perasaan-perasaan yang ingin disampaikan orang tersebut. Dengan
adanya komunikasi maka sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok atau
perorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lain. Hal ini
memungkinkan suatu kerjasama antara orang-perorangan atau antara
kelompok-kelompok manusia
Davis dan Newstrom (1996) menjelaskan aspek-aspek yang mendasari
keberhasilan interaksi sosial adalah komunikasi dan partisipasi.
a)
Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dan
pengertian dari individu yang satu kepada individu lain. Komunikasi di
samping untuk memberitahukan juga untuk mengubah sikap, pendapat
atau perilaku oleh seseorang kepada yang orang lain melalui suatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
penyampaian pesan.
b) Partisipasi
Partisipasi merupakan terjemahan dari kata participation yang
berati pengambilan bagian atau pengikut sertaan. Partisipasi merupakan
penyertaan mental emosi seseorang dalam situasi kelompok atau
mendorong individu tersebut untuk menyumbang perasaannya bagi
tercapainya tujuan organisasi, serta bertanggung jawab terhadap
organisasi
tersebut.
Partisipasi
dalam
interaksi
sosial
akan
memperkokoh hubungan antara individu dengan kelompok yang
dimiliki.
Dengan
menggunakan
komunikasi,
manusia
saling
mempengaruhi untuk mengubah partisipasi orang lain. Adanya
partisipasi, interaksi sosial akan terasa semakin mendalam antara
individu maupun antara individu dengan kelompok.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada tiga aspek yang
merupakan syarat interaksi sosial yaitu kontak sosial, komunikasi, dan
partisipasi.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan interaksi sosial
Mollie dan smart (dalam Sugiarto, 2004), faktor yang mempengaruhi
kemampuan interaksi sosial adalah faktor dari dalam individu (internal) dan
faktor dari luar individu (eksternal).
1)
Faktor internal
Faktor dari dalam individu merupakan karakteristik yang khas dimiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
individu. Faktor yang mempengaruhi yaitu:
a). Umur
Semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin dewasa dan
semakin mampu mengadakan kontak dengan orang lain. Seseorang
dapat dikatakan dewasa apabila mampu menyalurkan ketegangan,
rangsangan, dan emosi ke dalam tingkah laku yang konstruktif serta
mengarahkan perilaku ke tujuan yang positif.
b). Inteligensi
Inteligensi merupakan keseluruhan kemampuan individu terhadap
lingkungan. Inteligensi yang tinggi akan membawa individu kepada
pengambilan langkah yang positif untuk belajar dari pengalaman yang
lalu dan kemudian dapat dipergunakan untuk membaca keadaan yang
baru, problem yang baru dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
c). Jenis kelamin
Pria tidak terlalu peka terhadap kelompok dibanding wanita, sehingga
wanita lebih memungkinkan dalam melakukan interaksi sosial dalam
lingkungannya.
d). Pendidikan
Pendidikan yang tingkat tinggi merupakan salah satu faktor dalam
menjalin hubungan karena orang yang berpendidikan tinggi mempunyai
wawasan pengetahuan yang luas yang mendukung dalam bergaul.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
e). Keterbukaan
Dengan adanya keterbukaan ini maka terjalin hubungan yang akrab
antar individu. Keterbukaan sangat mempengaruhi hubungan individu
dengan orang lain. Seseorang bersikap terbuka lebih konfermistik
daripada seseorang yang bersikap tertutup.
f). Keinginan mempunyai status
Adanya keinginan memiliki status terdorong oleh keinginan berbagi
pengalaman,
timbul
keinginan
untuk
diterima
dan
dihargai
lingkungannya sehingga orang berinteraksi dengan lingkungannya.
2) Faktor eksternal
Faktor dari luar individu ini merupakan keadaan-keadaan peristiwa di luar
individu. Faktor yang mempengaruhi yaitu:
a) Keadaan sekeliling
Pengaruh dari lingkungan akan mempengaruhi tingkah laku individu.
Pengaruh dari lingkungan sangat mempengaruhi kuat lemahnya individu
dalam menjalin hubungan.
b) Interaksi parental
Suasana rumah yang tidak menyenangkan dan tekanan dari orang tua
menjadi dorongan individu dalam berinteraksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
3. Hubungan antara Penggunaan Jejaring Sosial dengan Kemampuan
Interaksi Sosial Remaja
Pada masa remaja, kemampuan interaksi sosial mengambil peran yang
semakin penting bagi remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja
individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas di mana pengaruh
teman-teman dan lingkungan sosial sangat menentukan. Brown (dalam Dacey
& kenny, 1997) mengatakan bahwa pada usia 12 tahun, remaja awal mulai
menjauhkan diri dari orang dewasa dan menghabiskan waktu dengan teman
sebaya. Selama masa remaja pertengahan, remaja menghabiskan waktu dua kali
lebih banyak bersama teman-temannya dibandingkan dengan orang tua dan
dewasa lainnya. Hal itu menjadi alasan dasar mengapa kebutuhan sosial remaja
besar.
Kemampuan interaksi sosial merupakan suatu hal yang dipelajari. Walgito
(2007) menyebutkan bahwa perkembangan interaksi sosial merupakan hal yang
dipelajari dalam kehidupan, interaksi merupakan suatu proses. Kegagalan
remaja dalam menguasai kemampuan-kemampuan sosial akan menyebabkan
remaja sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat
menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, dan berperilaku
kurang normatif seperti anti sosial sehingga merasa kesepian.
Remaja yang kurang berhasil membangun interaksi sosial cenderung
lebih negativistik dan sibuk dengan diri sendiri serta kurang respons terhadap
orang lain. Menurut Bell (dalam Baron & Byrne, 2005) individu yang merasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
kesepian akan cenderung menghabiskan waktu senggangnya pada aktivitas
yang sendiri, memiliki kencan yang sedikit, dan hanya memiliki teman biasa.
Remaja merasa disingkirkan dan percaya bahwa hanya memiliki sedikit
kesamaan dengan orang-orang yang ditemuinya. Untuk menghindari penolakan,
remaja berinteraksi secara terbatas atau memilih berinteraksi secara tidak
langsung dengan orang lain.
Kondisi lain yang mempersempit remaja dalam mengembangkan
kemampuan interaksi sosial adalah kecenderungan mengakses situs jejaring
sosial. Jejaring sosial sebagai media komunikasi, informasi dan edukasi yang
dapat dinikmati oleh siapapun. Penelitian Greenfield (Chebbi & Koong, 2005)
menemukan bahwa 6 % dari pengguna internet mengalami gangguan
kecanduan internet. Brignall & Valley (dalam Hardie & Tee, 2007) mengatakan
bahwa para remaja yang tumbuh dalam lingkungan internet memiliki gangguan
pada kemampuan interaksi sosialnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
B. Kerangka Pemikiran
Remaja
Makhluk sosial
Jejaring sosial
Interaksi Sosial
Umur
Inteligensi
Jenis kelamin
Pendidikan
Keterbukaan
Status
Lingkungan
Parental
Keterangan :
: kriteria inklusi
: kriteria eksklusi
C. Hipotesis
Terdapat hubungan negatif antara Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial
dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada remaja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Yang dimaksud dengan penelitian analitik, yaitu penelitian yang
hasilnya tidak hanya berhenti pada taraf pendeskripsian, akan tetapi dilanjutkan
sampai taraf pengambilan simpulan yang dilakukan dengan menggunakan uji
statistik untuk menganalisis data yang diperoleh (Arief, 2004). Yang dimaksud
dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dengan pengumpulan data
yang dinilai secara simultan pada satu saat, sehingga dalam studi ini tidak ada
follow up (Pratiknya, 2001).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di dalam lingkungan Fakultas Kedokteran UNS pada
bulan Agustus 2011
C. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I
Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.
D. Teknik Sampling
Sampel diambil dari populasi yang telah memenuhi kriteria inklusi,
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
kemudian diambil dengan purposive sampling. Besar sampel menurut patokan
umum (rule of thumb), setiap penelitian yang datanya akan dianalisis secara
statistik dengan analisis bivariat membutuhkan sampel minimal 30 subyek
penelitian (Murti, 2010).
1. Kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
a. Aktif sebagai mahasiswa tingkat I FK UNS.
b. Skor L-MMPI < 10
c. Usia 16-18 tahun.
d. Bersedia mengisi kuesioner.
2. Kriteria eksklusi, yaitu:
a. Skor L-MMPI ≥ 10.
b. Status sosial
c. Lingkungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
E. Rancangan Penelitian
Mahasiswa Tingkat 1 FK UNS
L-MMPI <10
Isian Data Pribadi
Kuesioner Intensitas Mengakses
Situs Jejaring Sosial
Kuesioner Kemampuan
Interaksi Sosial
Hasil
Uji t
F. Variabel Penelitian
Variabel tergantung
: Intensitas mengakses situs jejaring sosial
Variabel bebas
: Kemampuan Interaksi Sosial pada remaja.
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial
Intensitas mengakses situs jejaring sosial adalah tingkatan penggunaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
situs jejaring sosial, mencakup berapa lama (durasi) dan sering (frekuensi)
seseorang menggunakan situs jejaring sosial dengan berbagai tujuan dan
motivasi melalui penggunaan fiturnya. Situs jejaring sosial adalah situs yang
memungkinkan individu untuk membangun hubungan publik atau semi publik
dalam bentuk profil, menelusuri daftar pengguna lain yang terkoneksi, dan
menampilkan daftar hubungan pengguna serta daftar milik orang lain. Tingkat
penggunaan dinyatakan dalam jumlah jam akses per minggu, di mana durasi
tiap kali akses diakumulasi sesuai frekuensi rata-rata penggunaan per minggu.
Data mengenai intensitas mengakses situs jejaring sosial diungkap dengan
Kuesioner Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial yang merupakan
kuesioner dengan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup berdasarkan aspek
yang dikemukakan Andarwati dan Sankarto (2005) berupa durasi dan frekuensi
penggunaan situs jejaring sosial dengan berbagai fitur yang digunakan.
2. Kemampuan Interaksi Sosial
Kemampuan
Interaksi
Sosial
adalah
kecakapan
individu
dalam
berhubungan dengan dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi, saling
menguntungkan dan saling tergantung untuk mencapai hal-hal positif. Variabel
kemampuan interaksi sosial di ukur dengan skala yang disusun oleh peneliti
berdasarkan aspek-aspek kontak sosial (Soekanto, 2005), komunikasi dan
partisipasi (Davis & Newstrom, 1996). Semakin tinggi skor yang diperoleh
maka semakin tinggi kemampuan interaksi sosial. Semakin rendah skor yang
diperoleh maka semakin rendah pula kemampuan interaksi sosial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
H. Instrumen Penelitian
1. Isian Data Pribadi
Untuk mengetahui identitas responden.
2. Kuesioner Lie-Minnesota Multiphase Personality Inventory (L-MMPI)
Untuk menilai kejujuran responden, dengan interpretasi bila jawaban
“tidak”
kurang dari 10 berarti responden dapat dipercaya.
3. Kuesioner Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial
Untuk mengetahui lama dari responden menggunakan jejaring sosial dalam
kesehariannya
dan
juga
mengetahui
jenis-jenis
jejaring
sosial
yang
dipergunakan oleh responden.
4. Kuesioner Kemampuan Interaksi Sosial
Kuisioner kemampuan interaksi sosial disusun berdasarkan aspek kontak sosial,
komunikasi (Soekanto, 2005), dan partisipasi (Davis & Newstrom, 1996). Skala
kemampuan interaksi sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
interaksi sosial yang terdiri dari 30 butir aitem pernyataan dengan 16 aitem
favorable dan 14 aitem unfavorable.
I. Cara Kerja
1.
Tiap mahasiswa tingkat I diberi tiga macam kuesioner (Skala L-MMPI,
Kuesioner Intensitas Mengakses Situs
Jejaring Sosial , dan Kuesioner
Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial) secara bersamaan beserta Data
Pribadi Responden. Setiap kuesioner diminta untuk diisi secara lengkap
sesuai petunjuk.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
2.
Skala L-MMPI dihitung terlebih dahulu. Skala ini berisi 15 butir
pernyataan untuk dijawab responden dan dapat dipertanggungjawabkan
kejujurannya bila jawaban ”tidak” berjumlah kurang dari 10. Responden
diikutsertakan jika memenuhi syarat.
3.
Kemudian skala pengisian kuesioner dihitung intensitas responden
menggunakan jejaring sosial.
4.
Selanjutnya perhitungan skala kuesioner kemampuan interaksi sosial.
Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi kemampuan
interaksi sosial. Semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin
rendah pula kemampuan interaksi sosialnya.
5. Setelah diperoleh skor, dilakukan uji statistik uji t dan akan diolah dengan
Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17 for Windows.
J. Teknik dan Analisis Data
Untuk mengetahui Hubungan antara Intensitas Mengakses Situs Jejaring
Sosial dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada remaja adalah dengan
menggunakan uji statistik uji t dan akan diolah dengan Statistical Product and
Service Solution (SPSS) 17 for Windows.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Sampel
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2011 di Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Subjek penelitian adalah
mahasiswa tingkat I Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada penelitian ini didapat total sampel sebanyak 60 mahasiswa. Dari 60
mahasiswa tersebut, mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi penelitian
sebanyak 32 mahasiswa (53.33 %), mahasiswa yang gugur sebanyak 28
mahasiswa (46.7 %). 28 sampel tersebut gugur dikarenakan mahasiswa tidak lolos
tes kejujuran (L-MMPI).
Tabel 1. Frekuensi Penggunaan Jejaring Sosial
Durasi penggunaan
(jam)
X < 30
Kategorisasi
Jumlah
Persen ( % )
Rendah
4
13.3
30 ≤ X < 60
Sedang
13
43.3
60 ≤ X
Tinggi
13
43.3
Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah mahasiswa dengan rentang
usia 16 - 18 tahun agar sampel lebih homogen sehingga hasil penelitian lebih
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
valid. Tabel 1 menunjukkan bahwa sampel yang tergolong rendah dalam intensitas
penggunaan jejaring sosial sebanyak 4 orang (13.3 %), tergolong sedang dalam
intensitas penggunaan jejaring sosial sebanyak 13 orang (43.3 %), dan tergolong
tinggi dalam intensitas penggunaan jejaring sosial sebanyak 13 orang (43.3 %).
Tabel 2. Skor Skala Kemampuan Interaksi Sosial
Skor
Kategori
Jumlah
Persen (%)
X < 29
Rendah
-
-
29 ≤ X < 90
Sedang
14
46,6
90 ≤ X
Tinggi
16
53,3
Tabel 2 dapat menggambarkan skor interaksi sosial yang telah dihitung dari
hasil penelitian. Untuk skor interaksi sosial yang tergolong rendah tidak
didapatkan adanya mahasiswa yang termasuk dalam golongan ini, untuk skor
interaksi sosial yang tergolong sedang didapatkan 14 orang (46.6 %), sedangkan
untuk skor interaksi sosial yang tergolong tinggi didapatkan 16 orang (53,3 %).
B. Analisis Statistika
Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan uji tindependent yang merupakan uji parametrik dengan program SPSS 17.00 . Uji ini
digunakan bila skor kedua kelompok tidak berhubungan satu sama lain. Adapun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
syarat uji t-independent adalah data berskala numerik, terdistribusi secara normal,
dan variansi kedua kelompok dapat sama atau berbeda (untuk 2 kelompok). Untuk
mengetahui bahwa data terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji
normalitas. Suatu data dikatakan mempunyai sebaran normal jika didapatkan nilai
p > 0.05 pada masing-masing kelompok tersebut. Uji normalitas yang dilakukan
pada masing-masing sebaran data dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun
analitik. Cara analitik memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan deskriptif sehingga dalam penelitian ini dilakukan
dengan uji Shapiro-Wilk. Uji Shapiro-Wilk dilakukan jika sampel kurang dari 50
sampel (Dahlan, 2005).
Tabel 3.Uji Normalitas Penyebaran Data dengan Uji Shapiro-Wilk
Data
Skor interaksi sosial
Nilai p
Keterangan
0.348
Distribusi normal
Uji normalitas penyebaran data dengan Uji Shapiro-Wilk, skor interaksi
sosial mempunyai nilai p = 0.348. Karena nilai p > 0.05, dapat disimpulkan bahwa
distribusi skor interaksi sosial terdistribusi normal sehingga memenuhi syarat
untuk dilakukan pengolahan dengan uji t.
Tabel 4. Hasil Analisis Data dengan Uji t
Skor interaksi
N
Mean
Sedang
15
72.00
22.504
Tinggi
15
33.20
12.735
sosial
commit to user
SD
P
0.000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Tabel 4, hasil data dianalisis dengan uji statistik uji t dengan menggunakan
program SPSS 17.0 untuk mengetahui pengaruh jejaring sosial. Dari uji statistik
didapatkan nilai kemaknaan (p) sebesar 0.000 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh antara intensitas mengakses jejaring sosial dengan
interaksi sosial yang secara statistik signifikan.
Gambar 3. Gambar Boxplot Rata-Rata Skor Interaksi Sosial
Gambar boxplot di atas menunjukkan dengan lebih jelas perbedaan skor
interaksi sosial pada siswa yang tergolong tinggi dalam mengakses jejaring sosial
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
dengan yang tergolong rendah dan sedang dalam mengakses jejaring sosial.
Gambar tersebut memberikan informasi bahwa mahasiswa yang tergolong tinggi
dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial memiliki skor interaksi sosial yang
lebih rendah dibanding dengan mahasiswa yang tergolong rendah dan sedang
dalam mengakses situs jejaring sosial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 dengan memberikan
kuesioner kepada 60 mahasiswa tingkat I Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Dari 60 mahasiswa tersebut yang memenuhi kriteria penelitian
dengan lolos tes kejujuran sebanyak 32 mahasiswa (53.3 %).
Sesuai dengan analisis perhitungan statistik yang telah dikemukakan,
didapatkan adanya pengaruh negatif antara intensitas mengakses situs jejaring
sosial dengan kemampuan interaksi sosial. Hal ini sesuai dengan hipotesis
sebelumnya yang menyebutkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara intensitas
mengakses situs jejaring sosial dengan kemampuan interaksi sosial.
Pengaruh negatif antara intensitas mengakses situs jejaring sosial dengan
kemampuan interaksi sosial dapat dikarenakan beberapa faktor, yaitu:
1. Individu yang secara sosial tidak terampil dalam bersosialisasi tentu akan
merasa kesepian dan cenderung menghabiskan waktunya dengan aktivitas diri
sendiri dikarenakan takut akan terjadinya penolakan. Oleh karena itulah
individu memilih berinteraksi secara terbatas atau memilih berinteraksi secara
tidak langsung dengan orang lain. Kondisi inilah yang membuat situs jejaring
sosial lebih dipilih untuk berkomunikasi dengan sesama.
2. Individu yang lebih banyak menggunakan waktunya untuk mengakses jejaring
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
sosial menyebabkan perkembangan kemampuan interaksi sosialnya tidak
berkembang secara maksimal, karena secara tidak sadar sebagian besar dari
individu tersebut menganggap jejaring sosial menjadi kebutuhan primer bagi
hidupnya dan bahkan menjadi pecandu.
3. Individu yang terlalu sering menggunakan jejaring sosial tentu saja jadi
mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk berinteraksi atau sekedar bertemu
dengan orang lain yang ada di lingkungan sekitar.
Perhitungan skor interaksi sosial didapat nilai rata-rata skor depresi sampel
dengan mahasiswa tergolong tinggi dalam mengakses situs jejaring sosial adalah
sebesar 33.20 dan skor interaksi sosial mahasiswa tergolong rendah dan sedang
dalam mengakses situs jejaring sosial adalah sebesar 72.00 dengan nilai p = 0.000
(p < 0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor interaksi sosial
mahasiswa yang tergolong tinggi dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial
lebih rendah bila dibandingkan dengan skor interaksi sosial mahasiswa yang
tergolong rendah dan sedang dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial. Hal
ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sarwono (2005), bahwa jejaring
sosial sebagai salah satu ancaman terhadap kesehatan mental masyarakat luas
karena bisa mengganggu hubungan orang tua anak, hubungan antartetangga,
sehingga jika dibiarkan terlalu lama akan menimbulkan agresi, gejala penarikan
diri, gangguan interaksi sosial, kenakalan remaja, bahkan sampai ada yang bunuh
diri.
Hasil penelitian yang telah dilakukan ini juga didukung oleh penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Agung (2009) meneliti tentang
hubungan antara kesepian dan kecenderungan internet addiction. Dari penelitian
tersebut didapatkan orang yang lebih sering menggunakan internet cenderung
mengalami kesepian dan penolakan dalam pergaulan sehingga mempunyai tingkat
sosialisasi yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang tergolong tinggi
dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial mempunyai skor interaksi sosial
yang lebih rendah bila dibandingkan dengan yang tergolong rendah dan sedang
dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial.
Hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh penulis, yaitu terdapat pengaruh yang secara statistik signifikan antara
intensitas mengakses situs jejaring sosial dengan interaksi sosial.
B. Keterbatasan Penelitian
Penulis mengetahui bahwa penelitian ini mempunyai kelemahan dalam hal
lokasi cakupan yang terlalu sempit dan jumlah sampel yang tergolong sedikit.
Banyak faktor-faktor lain yang dapat merancukan hasil penelitian yang
digolongkan dalam variabel luar tidak terkendali seperti lingkungan sosial,
ekonomi dan budaya, serta status psikologi namun tidak diteliti pada penelitian
kali ini. Hal tersebut terjadi dikarenakan keterbatasan waktu, biaya, serta
keterbatasan kemampuan dari penulis yang dibutuhkan dalam penelitian kali ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan skor interaksi sosial yang secara statistik signifikan antara
mahasiswa yang tergolong tinggi dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial
dengan mahasiswa yang tergolong rendah dan sedang dalam intensitas mengakses
situs jejaring sosial (p = 0.000). Skor interaksi sosial pada mahasiswa yang
tergolong rendah dan sedang dalam intensitas mengakses situs jejaring sosial lebih
tinggi dibanding dengan mahasiswa yang tergolong tinggi dalam intensitas
mengakses situs jejaring sosial.
B. Saran
1. Mahasiswa khususnya mahasiswa tingkat I, yang memiliki tidak terampil dalam
bersosialisasi sebaiknya lebih membuka diri terhadap dunia luar sehingga tidak
hanya bersosialisasi di dunia maya saja.
2. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi praktisi, khususnya di bidang psikiatri,
psikologi serta konseling, dalam penanganan kasus-kasus yang berhubungan
dengan jejaring sosial atau interaksi sosial
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan lokasi cakupan penelitian yang
lebih luas, termasuk juga dilakukannya analisis
tarhadap variabel-variabel
perancu lain seperti lingkungan sosial, ekonomi dan budaya serta status
psikologi dengan harapan semakin memperkuat simpulan dan semakin
memperkecil bias.
commit to user
Download