PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG

advertisement
PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT)
TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI
PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. V
DI TANGGERANG
DI SUSUN OLEH
MARIA FRANSISKA
1410721043
PROGRAM STUDI PROVESI NERS
FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2015
PROPOSAL HOME VISIT
TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI DENGAN
KELUARGA Ny. V
A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan kesehatan pelayanan keperawatan kepada klien yang
mengalami gangguan jiwa. Dukungan dari pihak keluarga merupakan unit yang paling
dekat dengan klien serta keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang
diperlukan bagi klien dengan gangguan jiwa, mengenai masalah yang sedang dihadapi oleh
klien dan mencegah terjadinya kekambuhan
Home visite adalah suatu kegiatan kunjungan rumah dimana mahasiswa yang di
tugaskan akan mengunjungi rumah klien dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dari
keluarga kemudian memvalidasi data, selain itu membantu keluarga dalam memberikan
informasi
tentang hal – hal yang berkaitan dengan perawatan keluarga pada klien
khususnya perawatan di rumah.
Kunjungan rumah atau home visit pada keluarga klien yang sedang di rawat di RS
jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta merupakan salah satu bentuk tindakan keperawatan
yang bertujuan memberdayakan keluarga sehingga keluarga dapat melakukan perawatan
klien di rumah.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
untuk melengkapi dan mengklasifikasi data yang didapat dari klien serta melakukan
asuhan keperawatan, yaitu memberikan penyuluhan kesehatan jiwa kepada keluarga
khususnya keperawatan yang dihadapi klien.
2. Tujuan khusus
Mengidentifikasi riwayat kesehatan klien yaitu :
o Riwayat penyakit yang diderita klien baik sebelum maupun sesudah dirawat di
o
RSJ.
Mengidentifikasi riwayat kesehatan keluarga, apakah ada yang menderita
o
gangguan jiwa.
Mengidentifikasi tentang klien, apakah klien mempunyai masalah dalam keluarga,
o
o
o
lingkungan, masyarakat, tempat kerja.
Mengklasifikasi data yang didapat dari klien dan keluarga.
Melakukan intervensi (Penkes) kepada keluarga tentang perawatan klien.
Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit yang dialami klien dan cara
mengatasinya.
o
Mengajukan kepada keluarga untuk siap dan dapat menerima klien sebagai
o
anggota keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan klien.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan kesempatan
o
mencurahkan perasaannya.
Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan aktifitas/kesibukan sesuai
o
dengan kemampuan klien.
Menganjurkan kepada klien agar terus berkomunikasi dan berinteraksi dengan
keluarga (mengunjungi klien).
PROPOSAL HOME VISITE
A. Identitas Klien
Nama
: Ny. V
Umur
: 48 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: SI
Agama
: Muslim
Status
: Janda
kepada
klien
Alamat
: komplek Sekneg No.D14 RT 003/006, Kel. Pondok
kacang barat, KEC. Pondok Aren, Kota Tanggerang
Tanggal masuk rumah sakit
: 20 April, 2014
No. RM
: 02.40.80
Alasan Masuk RS
: klien sering berbicara sendiri dan marah-marah
Diagnosa keperawatan
: 1. Halusinasi pendengaran
2. Harga Diri Rendah
3. Resiko Perilaku Kekerasan
Keluarga Yang Dikunjungi
Nama keluarga
: Ny. D
Jenis kelamin
: Perempuan
Hubungan
: kakak
Alamat
: komplek Sekneg No.D14 RT 003/006, Kel. Pondok
kacang barat, KEC. Pondok Aren, Kota Tanggerang
Tanggal kunjungan
: 23 Mei, 2015
B. Tujuan Kunjungan Rumah
1. Tujuan umum
Keluarga dapat memerima dan merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa sesuai dengan keadaan klien berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang ada.
2. Tujuan khusus
a. Memberikan informasi kepada keluarga tentang perkembangan klien di Rumah
Sakit dan cara merawat klien dirumah
b. Mengklasifikasi dan melengkapi data yang di peroleh dari klien dan data sekunder
(dokumen medik) tentang:
1) Alasan klien masuk rumah sakit
2) Faktor predisposisi dan presipitasi
3) Genogram keluarga
4) Psikososial dan lingkungan
5) Persepsi keluarga tentang penyakit klien
6) Dukungan dalam keluarga
c. Mengevaluasi kemampuan keluarga tentang perawatan klien dengan gangguan
jiwa di rumah berdasarkan 5 fungsi keluarga dalam hal:
1) Keluarga dapat mengenal masalah yang menyebabkan klien kambuh
2) Keluarga dapat mengambil keputusan dalam melakukan perawatan terhadap
klien
3) Keluarga dapat merawat klien di rumah
4) Keluarga dapat memodifikasi lingkungan dalam merawat klien
5) Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
untuk merawat klien.
C. Rencana Tindakan Keperawatan
1.
Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
a. Paasien
SP 1
- Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
- Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
- Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
- Mengidentifikasi frekuennsi halusinasi pasien
- Mengidentifikasi situasi yangmenimbulkan halusinasi
- Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
- Mengajnurkan pasien memasukan cara mengontrool halusinasi dengan menghardik
kedalam jadwal kegiatan harian
SP 2
-
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap – cakap dengan orang
-
lain
Menganjurkan pasien memasukan kedalan jadwal kegiatan harian
SP 3
-
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
Menganjurkan pasien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian.
SP 4
-
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
Mengajurkan pasien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian
b. Keluarga
SP 1
- Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
- Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi yang dialami
-
klien berserta proses terjadinya
MenJelaskan cara- cara merawat klien halusinasi pendengaran
SP 2
-
Melatih keluarga mempraktekakan cara merawat klien dengan halusinasi
-
pendengaran
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada padien jiwa
SP 3
- Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumahi termasuk minum obat.
- Menjelaskan follow up pasien pulang
2. Harga Diri Rendah
a) Pasien
SP 1
- Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
- Membantu pasien menillai kemampuan pasien yang masih dapat di gunakan
- Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
pasien
Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
Menganjurkan pasien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian pasien
-
SP 2
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Melatih kemampuan kedua
- Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
b) Keluarga
SP 1
-
Mendiskusikan maslah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala Harga Diri Rendah yang dialami oleh
-
pasien berserta proses terjadinya
Menjelaskan cara-cara merawat pasien Harga Diri Rendah
SP 2
-
Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah
SP 3
-
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minnum obat
Menjelaskan follow up pasien setalah pulang
3. Resiko Perilaku Kekerasan
a. Pasien
SP 1
- Mengidentifikasi penyebab PK
- Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
- Mengidentifikasi PK yang dilakukan
- Mengidentifikasi akibat PK
- Menyebutkan cara mengontrol PK
- Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik 1
- Menganjurkan pasien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian
SP 2
-
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat
-
Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
SP 3
-
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II
Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
SP 4
-
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih pasien mengontrol Pk dengan cara verbal
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 5
-
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual
Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
b. Keluarga
SP 1
- Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
- Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya PK
- Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK
SP 2
-
Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan PK
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK
SP 3
-
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga
1. Orientasi
a. Salam terapeutik dan perkenalan
“Selamat pagi bapak dan ibu, perkenalkan nama saya Maria Fransisika, saya
adalah mahasiswa keperawatan UPN “Veteran” Jakarta, saya ditugaskan oleh
Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan untuk melakukan kunjungan ke rumah
pasien yang bernama Ny. V Saya mendapatkan surat tugas untuk melakukan
kunjungan ke rumah bapak/ibu.” “Tujuan kunjungan saya pada hari ini, untuk
membantu proses keperawatan Ny. V melalui pengumpulan data yang lengkap dan
saya ingin memberitahukan tentang perkembangan Ny. V selama dirawat di RSJ
Soeharto Heerdjan Grogol dan juga ingin memberitahukan penyuluhan tentang
peranan keluarga dalam merawat Ny. V di rumah sakit, dan juga bagaimana cara
merawat Ny. V di rumah bila sudah pulang nantinya.”
b. Evaluasi/ Validasi
“ Baiklah bapak dan ibu, sebelumnya saya ingin menanyakan tentang alasan Ny.
V di rawat?”
” Apakah Ny. V sebelumnya pernah di rawat juga?”
” Bapak/ibu bisa menceritakan kepada saya apa penyebab Ny.V bisa sakit?”
” Menurut pendapat bapak/ibu apa sebenarnya yang di alami oleh Ny.V?”
”Apakah didalam keluarga ada yang sakit sama dengan seperti
Ny. V?”
” Apa bapak/ibu sering mengunjungi Ny.V?”
” Kapan terakhir kali bapak/ibu mengunjungi Ny. V?”
” Selain bapak/ibu, siapa saja yang sering mengunjungi Ny. V?”
c. Kontrak
Topik : ”Bapak/ibu, hari ini saya akan mengajak bapak dan ibu mengobrol sambil
berdiskusi tentang cara merawat keluarga Bapak / Ibu khuusnya Ny. V
Waktu : kita akan berdiskusi sekitar 1-2 jam
Tempat: Bapak/ Ibu kita hari ini akan berdiskusi dimana?
Tujuan : agar ibu dapat merawat saudara Ibu di rumah.
2. Fase kerja (tindakan keperawatan)
“Apakah bapak dan ibu mengetahui tentang keadaan yang dialami oleh Ny. V?“
“Baiklah Bapak/Ibu, saya akan menjelaskan dan menceritakan tentang kondisi
atau keadaan terakhir yang dialami Ny.V. Saat ini Ny.V marah-marah sudah
terkendalikan, baik dengan teman-teman ataupun perawat disana dan sudah tidak
takut lagi untuk berbincang-bincang dengan teman-temannya . Ny. V sudah mengerti
kegiatan seharian yang harus dilakukan, seperti mandi, membersihkan tempat tidur,
maupun makan tetapi, rasa malasnya belum hilang kadang dilakukan kegiatannya,
kadang tidak karena kangen ingin bertemu dengan anaknya. Ny. V sudah diajarkan
cara mengontrol halusinasinya yaitu dengan cara menghardik, bercakap – cakap,
melakukan kegiatan, dan yang terakhir minum obat.Ny V masih dalam tahap
penyembuhan Ny. V juga mengatakan kangen dengan kakak dan anaknya Ny. V nitip
salam untuk kakak dan anaknya.”
“Bisakah bapak/ibu menceritakan kenapa Ny V bisa dirawat di RS? Adakah
dalam keluarga bapak/ibu yang mengalami masalah seperti ini? Usaha apa saja yang
telah bapak/ibu lakukan untuk mencapai kesembuhan Ny. V dan bagaimana
kesembuhannya? Bagaimana sikap keluarga dalam menghadapi keadaan Ny. V
selama ini ? Apa harapan bapak/ibu dengan dirawatnya Ny. V di RS ? Menurut
bapak/ibu apa yang sedang dialami Ny. V? Bagaimana tanggapan keluarga jika Ny. V
pulang kerumah? Dan bagaimana penerimaan lingkungan terhadap Ny. V?”
“ Berdasarkan hasil pengkajian yang saya lakukan dalam merawat Ny.V saya
mendapatkan beberapa masalah yaitu halusinasi pendengaran, harga diri rendah
prilaku kekerasan,”
”Baiklah bu, sebelum kita berdiskusi, saya akan menjelaskan sedikit tentang
halusinasi pendengaran. Apa sebelumnya ibu pernah mendengar istilah tersebut ? atau
apa yang bapak ketahui tentang halusinasi pendengaran?”
“Yang pertama saya akan menjelaskan apa itu halusinasi pendengaran. Perilaku
pendengaran adalah Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi di sebabkan oleh Secara umum klien dengan gangguan halusinasi
timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi,
perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stresor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan
(Keliat, 2006).
Cara untuk mencegah timbulnya halusinasi yaitu dengan menganjurkan klien
untuk mengungkapkan suara – suara yang Adik Ibu dengar, mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik, bercakap – cakap, melakukan kegitan dan minum obat..
Kalau untuk penanganan di rumah ibu/bapak bisa melakukan menyuruh anaknya
untuk melakukan tarik nafas dalam, melakukan kegiatan fisik dan mengawasi adik Ibu
agar teratur minum obat. Nah saya akan menjelaskan nama obat dan kegunaannya
untuk apa yang pertama obat yang warna orange (CPZ) 2x1 ini gunanya untuk
menghilangkan suara-suara dan bisa tidur diminum setiap pagi dan malam, yang
warna putih THP 2x1 jamnya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku, sedangkan
yang warna merah jambu minumnya 2x1 funngsinya agar pikiran tenang jamnya sama
pagi dan malam.
“Sekarang saya akan menjelaskan yang kedua yaitu harga diri rendah Harga diri
rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat
bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri. Gangguan harga diri rendah
digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri,
penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak
mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial. Faktor yang mempegaruhi
harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis,
kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Sedangkan stresor
pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
yang mengancam.
2. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jeis transisi peran :
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai
tekanan untuk peyesuaian diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh,
perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.
Yang ketiga yaitu Resiko Perilaku Kekerasansaya akan menjelaskan apa
itu prilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal/marah yang tidak konstruktif.
“Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau
intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat
diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan
perhatian dan ketergantungan pada orang lain.
Gejala klinis :Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi) Rasa bersalah terhadap diri sendiri
mengkritik/menyalahkan diri sendiri) Gangguan hubungan social (menarik diri)
Percaya diri kurang sukar mengambil keputusan) Menciderai diri (akibat dari harga
diri yang rendah serta harapan yang suram, mungkin klien akan mengakhiri
kehidupannya.
Akibat perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik pada diri sendiri ataupun orang
lain. Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya
bagi dirinya, orang lain maupun lingkungan, seperti menyerang orang lain,
memecahkan perabot, membakar rumah, dll.
Cara untuk mencegah timbulnya marah yaitu dengan menganjurkan klien untuk
mengungkapkan perasaan saat jengkel atau marah membantu klien untuk
mengidentifikasikan penyebab marah atau jengkel membicarakan dengan klien
akibat/kerugian dari cara yang dilakukan, memukul-mukul bantal, melakukan tarik
nafas dalam, teratur minum obat, rajin kontrol dan melakukan aktifitas fisik dengan
melakukan kegiatan sehari-hari di rumah menyapu, ngepel, mencuci piring dll. Kalau
untuk penanganan di rumah ibu/bapak bisa melakukan menyuruh anaknya untuk
melakukan tarik nafas dalam, melakukan kegiatan fisik dan mengawasi anak agar
teratur minum obat
Yang sangat penting untuk diperhatikan oleh bapak/ibu adalah bahwa klien ke
RS.J Soeharto Heerdjan atau RS.J terdekat apabila tanda dan gejala semakin
memburuk.”
“Itulah beberapa masalah yang dirasakan Ny. V selama sakit” ”Apa yang
bapak/ibu lakukan kepada Ny. V sehingga penyakitnya kambuh ? apa menurut bapak
lingkungan sudah cukup membantu dalam penyembuhan Ny. V ? Oia pak/ibu,
sebelum Ny. V dibawa ke rumah sakit jiwa Grogol, apakah yang bapak/ibu lakukan
dalam pengobatan Ny. V? Lalu bagaimana respon keluarga yang lain tentang kondisi
yang dialami oleh Ny. V? Apakah mereka menolak, menghindar, atau membantu
dalam pengobatan Ny. V?”
”Jika Ny.V pulang dari rumah sakit jiwa apakah Ibu sering mengontrol ke
pelayanan kesehatan terdekat ?”
”Dengan kondisi Ny. V sekarang, Ny. V lebih banyak membutuhkan
perhatian dari keluarga dan orang-orang terdekatnya. Dan alangkah baiknya
jika bapak/ibu dan keluaga yang lainnya menjenguk Ny. V dilakukan secara
bergantian, bukan harus Ibu saja yang monoton, saudara-saudaranya yang lain
juga perlu dilibatkan. Hal ini sangat membantu kondisi kejiwaan Ny. V karena
dengan begitu Ny.V tidak akan merasa di tolak, dihindari, atau bahkan
dijauhi.”
”Bapak dan ibu, jika Ny. V pulang nanti ada beberapa hal yang bisa
bapak/ibu lakukan dalam merawat Ny.V di rumah, seperti:
a. Membantu Ny.V memenuhi kebutuhan sehari-hari.
b. Melibatkan Ny.V dalam kebutuhan sehari-hari yang dilakukan dan
keluarga.
c. Mendengarkan keluhan yang di rasakan Ny.V.
d. Memberikan pujian bila Ny.Vdapat melakukan tugasnya.
e. Memberikan jalan keluar jika Ny.V mengalami masalah.
f. Tetap mempertahankan tentang jadwal minum obat karena minum obat
secara teratur sangat penting bagi kesembuhan klien”
”Selain itu, bapak/ibu dan keluarganya juga perlu tahu tentang tanda dan gejala
Ny,V kambuh lagi, misalkan Ny.V suka tertawa sendiri, marah gak jelas, tangan
mengepal, mengamuk, dan suka memukuli, jika hal tersebut terjadi, bapak/ibu harus
tahu sikap apa yang harus dilakukan karena keluarga merupakan penanggung jawab
dalam merawat klien”
3. Terminasi
a. Evaluasi
- subjektif
”Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita mengobrol dan berdiskusi tadi ?
Apakah bapak/ibu merasa senang ?”
objektif
”apakah bapak/ibu dapat mengulangi cara merawat Ny. V?” bagus Pak / Ibu
b. Rencana Tindak Lanjut
kesepakatan keluarga untuk terlibat dalam asuhan keperawatan (baik di rumah
-
maupun di rumah sakit)”
Saya harap, bapak/ibu dapat mengunjungi Ny. V di rumah sakit sesering mungkin
dan secara bergantian, agar Ny.V merasa di perdulikan , ya bu…?”
c. Kontak Yang Akan Datang
Topik : Baiklah pak/ibu, selain saya kemungkinan ada perawat dari RSJ yang
datang berkunjung kerumah ibu lagi untuk mendiskusikan dan melihat
perkembangan Ny.V
Waktu : akan tetapi waktunya belum di pastikan nanti kamu hubungi kembali jika
kami akan melakukan kunjungan rumah.
Tempat : saya harap kita dapat bertemu lagi di rumah Ibu.
“Teima kasih atas kerjasamanya bapak dan ibu” selamat siang
Download
Study collections