RENUNGAN – KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 – MENJADI TELADAN Bacaan Alkitab hari ini: 1Tesalonika 1 Mengingat waktu pelayanan Rasul Paulus di Tesalonika amat singkat, mungkin kita heran saat membaca bahwa jemaat Tesalonika bisa menjadi teladan bagi jemaat di sekitar mereka, bahkan dalam cakupan wilayah geografis yang cukup luas (1:7). Jemaat Tesalonika bisa menjadi teladan karena mereka memenuhi tiga persyaratan: Pertama, mereka menjalin relasi dengan Allah yang esa sehingga mereka disebut sebagai berada “di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus” (1:1, perhatikan kata “di dalam”). Kedua, mereka mendapat “kasih karunia” berupa keselamatan di dalam Yesus Kristus. Seorang yang menyadari bahwa keselamatan yang dia miliki merupakan wujud kemurahan Allah akan membalas kebaikan Allah dengan berbuat baik tanpa mempertimbangkan untung-rugi. Ketiga, mereka memiliki “damai sejahtera” yang tidak tergantung pada situasi. Oleh karena itu, walaupun mereka harus berhadapan dengan orang Yahudi yang menjadi pihak oposisi, mereka tetap tenang dan tidak dikuasai oleh ketakutan. Jemaat Tesalonika menjadi teladan melalui tiga hal: Pertama, mereka mewujudkan iman melalui tindakan meninggalkan pemujaan berhala dan beralih kepada melayani Allah. Kedua, mereka menunjukkan kasih mereka kepada Allah dan kepada sesama melalui kesungguhan (kerelaan berkorban) dalam melayani. Ketiga, pengharapan mereka akan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali membuat mereka sanggup bertahan menghadapi penindasan. Bagaimana dengan Anda: Apakah Anda telah menjalin relasi yang sehat dengan Allah, mengalami kasih karunia Allah, dan memperoleh damai sejahtera yang tidak tergantung pada situasi? Apakah iman, kasih, dan pengharapan Kristen telah terpancar dalam kehidupan Anda? 1Tesalonika 1:6-7 “Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu HARI 2 – MEMBINA JEMAAT TELADAN (1) Bacaan Alkitab hari ini: 1Tesalonika 2 Mengingat bahwa hanya dalam waktu singkat, Rasul Paulus telah berhasil membina orang-orang percaya di Tesalonika menjadi suatu jemaat teladan, para pemimpin Gereja dapat mengambil pengajaran dari cara Rasul Paulus melayani: Pertama, pelayanannya merupakan perjuangan berat yang dilaksanakan dengan keberanian yang dilandasi oleh kebersandaran kepada Allah (2:2). Buah pelayanannya diperoleh melalui perjuangan yang berisiko tinggi. Orang-orang Yahudi—yang tidak mau menerima Tuhan Yesus sebagai Sang Mesias yang dijanjikan Allah—gampang merasa iri saat melihat kesuksesan pelayanan Rasul Paulus, dan mereka menghalalkan segala cara untuk menghalangi pelayanannya. Kedua, pelayanannya dilandasi oleh keinginan menyenangkan hati Allah, bukan untuk menyenangkan manusia. Oleh karena itu, pelayanannya tidak dihentikan saat dia menghadapi oposisi atau saat dia ditolak, bahkan saat dia menghadapi penjara (penganiayaan). Ketiga, pelayanannya dilakukan dengan tulus, dengan sikap seperti seorang ibu yang mengasuh dan merawat anaknya dan seperti seorang ayah yang menasihati dan menguatkan hati anak-anaknya satu persatu. Keempat, pelayanannya dilakukan bukan hanya melalui perkataan, tetapi melalui seluruh hidupnya (2:8). Jemaat Tesalonika bisa menjadi teladan bagi orang percaya di seluruh Makedonia dan Akhaya karena mereka telah lebih dulu melihat teladan di dalam kehidupan Rasul Paulus. Apakah Anda memiliki orang tua rohani atau mentor sebagai pembimbing yang telah menjadi teladan bagi kehidupan Anda? Apakah Anda telah menjadi teladan bagi orang-orang di sekitar Anda; keluarga, rekan kerja, tetangga dan sebagainya? 1Tesalonika 2:8 “Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.” HARI 3 – MEMBINA JEMAAT TELADAN (2) Bacaan Alkitab hari ini: 1Tesalonika 3 Kunci kesuksesan pelayanan Rasul Paulus adalah adanya kepedulian. Bagi Rasul Paulus, pelayanan bukan hanya berarti menabur firman, melainkan juga mendorong jemaat agar mengembangkan potensi dan talenta serta memelihara iman dari kecemaran dunia dan dosa. Untuk bisa menumbuhkan dan memelihara iman, dia membagikan hidupnya sendiri (2:8) dalam wujud keteladanan (2:9-10) dan kepedulian (2:11-13). Rasul Paulus selalu memikirkan orang lain, khususnya orangorang yang pernah dia layani. Saat dia melayani di Tesalonika, orang-orang Yahudi yang merasa iri melihat kesuksesan pelayanan Rasul Paulus menghasut para penjahat sehingga ia akhirnya melanjutkan perjalanan penginjilan ke kota Berea. Kesuksesan pelayanan Rasul Paulus di Berea didengar oleh orang-orang Yahudi di Tesalonika, sehingga mereka menyusul ke Berea dan menghasut massa, sehingga akhirnya Rasul Paulus meninggalkan Berea dan menuju ke Atena. Sekalipun menghadapi banyak tantangan, Rasul Paulus tetap memperhatikan kepentingan jemaat. Silas dan Timotius ditinggalkan di kota Berea untuk meneruskan pelayanannya. Setelah Timotius bergabung kembali dengan Rasul Paulus di Atena, Timotius diutus ke Tesalonika untuk meneguhkan iman jemaat di sana. Bagi Rasul Paulus, sumber penghiburan terbesar adalah bila jemaat teguh dalam iman (3:1-7; Kis. 17:13-15). Jemaat Tesalonika bisa menjadi teladan bagi jemaat di sekitar mereka setelah melalui proses panjang yang menuntut keteladanan dan kepedulian. Kepedulian itulah yang membuat Rasul Paulus lebih mementingkan kepentingan jemaat daripada kepentingannya sendiri. Apakah para pemimpin dan aktivis serta pekerja kudus di gereja Anda melayani dengan kepedulian, bukan hanya melayani sekedar untuk memenuhi tugas atau kewajiban? 1Tesalonika 3:10-11 “Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu. Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu.” HARI 4 – PENDUKUNG KETELADANAN Bacaan Alkitab hari ini: 1Tesalonika 4 Ada dua hal utama yang diperlukan untuk mendukung keteladanan jemaat: Pertama, kekudusan hidup (4:1-8). Kudus berarti terpisah. Hidup yang kudus adalah hidup yang terpisah dari dosa dan dipersembahkan untuk melakukan kehendak Allah. Salah satu wujud kekudusan hidup adalah menjauhi percabulan. Orang yang tidak sanggup menjauhi percabulan tidak akan bisa menjadi teladan bagi orang lain. Perhatikan bahwa banyak pemimpin dunia yang kehilangan wibawa atau pengaruh karena tidak bisa mengekang hawa nafsunya. Untuk bisa menguasai hawa nafsu, salah satu hal yang bisa dilakukan janganlah kita membiarkan pikiran kita menjadi liar, melainkan kita harus membentuk pemikiran bahwa lawan jenis kita adalah saudara kita yang harus kita kasihi, bukan objek pelampiasan hawa nafsu kita (4:910). Kedua, pengharapan akan kehidupan sesudah kematian (4:13-18). Karena kebangkitan Tuhan Yesus membuktikan bahwa Dia telah mengalahkan kematian, maka orang yang mati dalam Tuhan memiliki pengharapan yang melampaui kematian. Pengharapan akan kebangkitan sesudah kematian akan menguatkan kita untuk tidak menggadaikan kekudusan hidup kita hanya untuk menikmati kesenangan sesaat. Karena ada kebangkitan orang mati, maka manfaat perjuangan kita untuk melakukan kehendak Allah tidak akan berakhir di lubang kubur. Kebangkitan sesudah kematian adalah kebangkitan menuju kekekalan. Hidup ini amat singkat bila dibandingkan dengan kekekalan. Oleh karena itu, kesempatan hidup yang singkat ini harus dipergunakan untuk mempersiapkan kehidupan di dalam kekekalan. Apakah menjaga kekudusan dan pengharapan telah menjadi prioritas dalam hidup Anda? 1Tesalonika 4:13 “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orangorang lain yang tidak mempunyai pengharapan.” HARI 5 – MEMPERTAHANKAN KETELADANAN Bacaan Alkitab hari ini: 1Tesalonika 5 Supaya jemaat Tesalonika bisa tetap menjadi teladan, mereka perlu menyadari bahwa kehidupan mereka harus dipertanggung-jawabkan saat Tuhan Yesus datang kembali untuk kedua kalinya. Berhubung waktu kedatangan Tuhan Yesus tidak dapat diperkirakan, ada beberapa petunjuk penting yang bisa menolong jemaat untuk mempertahankan keteladanan. Pertama, mereka harus terus menjalin relasi yang baik dengan Allah sambil tetap mengenakan iman, kasih, dan pengharapan serta berikat pinggangkan kebenaran sebagai perlengkapan utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kedua, mereka harus saling menasihati, saling menegor, menghargai pemimpin (karena posisinya), menghindari perselisihan (hidup dalam damai) tanpa mengabaikan kewajiban menegor (yang hidup nya tidak tertib), menghibur (yang tawar hati), membela (yang lemah), serta berlaku sabar terhadap semua orang (termasuk terhadap yang menjengkelkan). Ketiga, mereka harus mengusahakan kebaikan bagi sesama, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan saat mendapat perlakuan jahat. Pikiran yang baik terhadap semua orang inilah yang memungkinkan kita tetap bersukacita dalam situasi apa pun, termasuk dalam situasi buruk. Keempat, mereka harus tekun berdoa sambil mengucap syukur atas jawaban doa apa pun yang diberikan Tuhan. Berdoa sambil mengucap syukur ini hanya mungkin bila kita yakin bahwa Allah selalu memiliki maksud baik terhadap diri kita. Kelima, mereka harus mengembangkan kepekaan terhadap karya Roh Kudus supaya bisa memahami dan melakukan kehendak Allah. Bila Tuhan Yesus datang, dapatkah Anda mempertanggungjawabkan apa yang telah Anda kerjakan dalam kehidupan Anda? Bila Anda belum siap, sekarang saat untuk memperbaiki diri! Beranikah Anda menempuh bahaya dalam pelayanan? 1Tesalonika 5:21-22 “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.” TUHAN YESUS MEMBERKATI WWW.GYS.OR.ID