Ibadah Hari Minggu Trinitas, 22 Mei 2016. T I G A Y A N G E S A I Kor. 2 : 6 – 16. CATATAN LATAR BELAKANG NATS. Paulus dalam menulis surat Korintus ditujukan kepada Jemaat Allah di Korintus. Disini penggunaan kata “ekklesia” dalam surat Paulus, yang dimaksudkan adalah ‘jemaat” ialah perhimpunan orang-­‐orang percaya dalam suatu daerah tertentu. Dalam Surat I Korintus ini, Jemaat digambarkan sebagai “tubuh”, tubuh manusia memberikan gambaran mengenai hubungan Kristus dengan orang-­‐orang percaya (band.I Kor.12:12-­‐dst). Gagasan ini jemaat yang adalah tubuh Kristus menunjukkan betapa eratnya ikatan yang mempersatukan semua orang percaya.Maksud dengan adanya karunia-­‐karunia rohani yang ada di masing-­‐masing jemaat, juga ada kepentingan yang tidak dapat dihindar dari anggota jemaat diperlukan batasan agar tubuh berfungsj secara efisien dan karunia2 kharismatik yang khusus tetap dilakukan. Oleh sebab itu memandang jemaat harus bersifat “kebersamaan” (corporate) yang meniadakan sikap individualistis, tetapi memberi kesempatan bagi pemanfaatan kemampuan. Hal inilah yang dialami Paulus saat hidup bersama orang percaya di Korintus. Ketika Paulus memberitakan Injil tentang Yesus, masyarakat dari latarbelakang statusnya memberi tanggapan positip dan terbentuk jemaat Kristen di Korintus. Kita mungkin ingin mengetahui metode apa yang disampaikannya dalam pengajaran Paulus, dia menekankan bahwa salib Kristus dan kebangkitanNya adalah paling utama dalam usaha mengerti iman Kristen (I Kor.1:18-­‐25). Bersamaan dengan waktu berjalan timbul benih pandangan ekstrim karena membawa gagasan-­‐ide dengan latarbelakang rohani-­‐intelektual yang berlainan. Saat Paulus berada di jemaat Korintus, keanekaragaman dari jemaat muda ini dipersatukan tetapi ketika ia pergi, orang Kfistdn baru ini mulai merenungkan bagi diri mereka sendiri implikasi dari iman Kristen, maka jawaban berbeda. Disinilah awal mula kekacauan di jemaat Korintus karena diantara mereka membentuk gerakan sesat (yang dikenal gnostiisme) yang adalah gabungan berbagai gerakan ekstrim(libertin=mengikutiPaulus,legalitas=pengikut Kefas,filsuf=para pengikut Apolos, mistik=pengikut Kristus)orang fanatik dari empat jurusan yang berlainan. Disini dasar kebersamaan hidup jemaat disalahmengertikan secara sempit tidak apa yang disampaikan Paulus bahwa iman kepadaYesus Kristus menciptakan peresekutuan baru bagi semua orang Kristen berdasarkan persamaan dan kemerdekaan. Hal ini mengajak orang Kristen mencari jawabnya didalam Kristus. Catatan Pendalaman Nats. Keberagaman dijumpai dalam orang percaya di Korintus, tentu dengan latar belangkang masing-­‐masing, seperti budaya-­‐intelek. Memang tidak harus seragam tetapi jemaat yang adalah kebersamaan yang menggunakan diri dalam kebebasan untuk memperhatikanpersamaan dan kemerdekaan karena kasih anugerah Allah dalam Yesus sebagai pertama dan utama. Berarti dibutuhkan semangat menjalani hidup dalam Kristus yang tidak dapat dipisahkan dari Dia dan bahkan harus melekat atasNya sebagai petunjuk hikmat agar kebebasan dariNya (karena karya tebusan Yesus) kita dapat berhubungan benar dengan Juruselamat. Jemaat kristen kiranya hidup dalam kenyakinan yang benar dalam memandang kebersamaan dengan menggunakan karunia Allah supaya dewasa dalam menjalani kekristenannya. Inilah yang dimaksud Paulus supaya sikap hidup “matang” karena telah menerima penebusan ilahi dapat memberi makna dalan hidupnya untuk menjadi dewasa imannya. Jangan lagi berpikir seperti bayi yang mentah dalam mempengaruhi diri, sebab cenderung terjebak disekitar senang pada perkataan semata (kata indah-­‐ menyenangkan diri) tetapi bagaimana berbuat dalam hidup bersama sebagai pelaku yang mempraktekan kebenaran hidup Kristen. Bukan menonjolkan nilai-­‐nilai yang dicari manusia pada umumnya dan berpusat kepada manusia secara lahiriah tetapi hadirkan kebenaran hidup karena kemafian/kebangkitan Yesus atas advokasi Roh Allah. Kita tidak akan disebut bodoh secara rohani tetapi bersedia dipergunakan oleh kuasa RK supaya tidak mengalami nasib sama seperti orang yang tidak mengenal kebenaran dan daripadanya tidak ada jatidiri jelas (sebab daripadanya tersembunyi hikmat Allah dan kejahatan saja yang ada dalam pikirannya=penguasa dunia). Kehadiran Roh Kudus dalam kebersamaan hidup menempatkan seseorang diberdayakan bukan tersembunyi tetapi terbuka sebab pembimbingnya yaitu RK (bukan berdasarkan akal semata)dan kenyataan hidup bukan rahasia tetapi dalam kebenaran iman memahami rencana Allahuntuk keselamatan. Kita mampu berdinamika dengan gagasan-­‐ide bukti manisfestasi kuasa RK demi kemuliaan NamaNya dalam kebersamaan (ayat 6-­‐7)=bukan dengan usaha kepentingan,popularktas tetapi kemuliaan kita, yaitu dalam kebersamaan. Berangkat dari pemahaman diatas dan juga apa yang pernah dialami Yesus dalam pelayanan Yesus akibat manusia dengan jargon hikmat dunia memperlakukan Yesus tidak wajar. Padahal Dia memikirkan hidup manusia supaya mengalami kemuliaan atas progressNya (menebus dan yang percaya beroleh keselamatan sejati). Paulus mengajak bagi orang percaya di Korintus untuk memahami rencana Allah seperti dilakukan Yesus Kristus supaya kebenaran hidup diletakkan dalam kerangka tersebut dan sealing mengasihi sebab Dia sudah mengasihi manusia (ayat 8-­‐9). Disinilah kita orang percaya, dalam bimbingan Roh Kudus menguasai akal manusiasupaya menolong kita berpikir dalam kebenaran ilahi sebab dengan bersedia dipengaruhiNya dapat dapat mengetahui berkat rohani yaitu pengenalan tentang Allah (ayat 11-­‐12). Bukan hanya itu saja RK mengkomunikasikan dengan menyediakan kata-­‐kata dalam menghubungkan kata yang diucapkan dengan kebenaran yang diungkapkan(ayat 13) Serta mengerti kehidupan rohani dengan keberadaan dirinya menilai-­‐dinilai dan orang Kristen dicakapkan oleh RK untuk melihat segala perkara dalam Kristus (ayat 14-­‐15=Filipi 2:5).