MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 Januari 2016 HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015 Puspita Sari*,Vitawati** * ** Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako Mahasiswi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako ABSTRACT Background: Pneumonia is one of the largest contributors to health problems and causes of death of children under five years old. Pneumonia kills approximately 935,000 children under the age of five in 2013, accounting for 15% of all deaths in children under five years of age. Pneumonia in children most commonly found in children with incomplete immunization status. Immunizations are associated with the incidence of pneumonia is the pertussis immunization in DPT, measles, Haemophilus influenza, and pneumococcal. Objective: To determine the correlation of DPT and measles immunization on the incidence of pneumonia in children aged 10 months-5 years in the city of Palu Sangurara health centers in 2015. Methods: This study is a non-experimental study with cross sectional approach. The population is all pediatric patients who came to the Sangurara clinic which were as many as 1,782 children. The sample was 95 children aged 10 months-5 years, obtained by purposive sampling. Results: The results of the data analysis conducted with chi-square test to find out the correlation between DPT immunization towards pneumonia showed p value was 0,011 so that H1 is accepted. The value of phi test showed 0,260 that indicate negative correlation with the strength of the correlation is weak. Furthermore, the results of data analysis with chi square test about the correlation between measles immunization towards pneumonia found that value of p <0.05 is 0,002 so that H1 is accepted. Phi test values was 0,319 indicates that the negative correlation with the strength of the correlation was intermediate. Conclusion: There is a significant correlation between DPT and measles immunization in reducing the incidence of pneumonia in children aged 10 months-5 years in the city of Palu Sangurara health centers in 2015. Keywords: Pneumonia, DPT and measles immunization 42 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 Januari 2016 ABSTRAK Latar Belakang : Pneumonia membunuh kira-kira 935.000 anak di bawah usia lima tahun pada tahun 2013, terhitung untuk 15% dari seluruh kematian anak di bawah usia lima tahun. Pneumonia pada anak paling banyak ditemukan pada anak dengan status imunisasi yang belum lengkap. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia adalah imunisasi pertusis dalam DPT, campak, Haemophilus influenza, dan pneumokokus. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan pemberian imunisasi DPT dan campak terhadap kejadian pneumonia pada anak usia 10 bulan-5 tahun di puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua pasien anak usia 10 bulan-5 tahun yang datang ke puskesmas Sangurara berjumlah 1.782 anak. Sampel yang digunakan berjumlah 95 anak yang berusia 10 bulan-5 tahun, diperoleh dengan cara purposive sampling. Hasil : Hasil analisa data uji chi square mengenai hubungan antara pemberian imunisasi DPT terhadap kejadian pneumonia diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,011 sehingga H1 diterima. Nilai uji Phi 0,260 menunjukkan bahwa korelasi negatif dengan kekuatan korelasi lemah. Selanjutnya hasil analisis data uji chi square mengenai hubungan antara pemberian imunisasi campak terhadap kejadian pneumonia diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,002 sehingga H1 diterima. Nilai uji Phi 0,319 menunjukkan bahwa korelasi negatif dengan kekuatan korelasi sedang. Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian imunisasi DPT dan campak dalam menurunkan kejadian pneumonia pada anak usia 10 bulan-5 tahun di puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015. Kata Kunci : Pneumonia, Imunisasi DPT dan campak sebagian PENDAHULUAN besar terjadi di negara berkembang. Oleh karena itu pneumonia Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyumbang terbesar penyebab kematian anak usia di disebut sebagai pembunuh anak no 1 (the number one killer of children). Di negara berkembang pneumonia merupakan bawah lima tahun. Pneumonia membunuh penyakit “yang terabaikan” (the neglegted anak lebih banyak daripada penyakit lain disease) atau “penyakit yang terlupakan” apapun, mencakup hampir 1 dari 5 kematian anak-balita, membunuh lebih dari 2 juta anak-balita setiap tahun yang 43 (the forgotten disease) karena begitu banyak anak yang meninggal karena pneumonia namun sangat sedikit perhatian Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 yang diberikan kepada Januari 2016 masalah Sedangkan angka kejadian pneumonia pneumonia[1]. Pneumonia membunuh kira- pada anak di kota Palu pada tahun 2014 kira 935.000 anak di bawah usia lima mencapai 4.050 kasus. Dimana wilayah tahun pada tahun 2013, terhitung untuk kerja 15% dari seluruh kematian anak di bawah merupakan salah satu wilayah dengan usia lima tahun[2]. jumlah penderita pneumonia terbanyak Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan puskesmas Sangurara sendiri pada tahun 2014 yaitu mencapai 468 kasus dari 5.143 anak di puskesmas seseorang secara aktif terhadap suatu Sangurara. penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan imunisasi DPT di kota Palu tahun 2014 dengan penyakit tersebut tidak akan sakit mencapai 3.596 anak dan anak yang atau hanya mengalami sakit ringan[3]. memperoleh Pneumonia pada anak paling banyak mencapai Anak yang memperoleh imunisasi 7804 anak. campak di Sedangkan di ditemukan pada anak dengan status peskesmas Sangurara sendiri pada tahun imunisasi yang belum lengkap. Anak yang 2014, anak yang memperoleh imunisasi belum DPT mencapai 594 anak dan imunisasi mendapatkan imunisasi lebih rentan terkena pneumonia. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia dalam adalah DPT, imunisasi campak, pertusis Haemophilus pneumokokus[4]. influenza, dan penelitian terdahulu campak sebesar 1052 anak[6]. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian pneumonia salah satunya ialah imunisasi, yang kemudian dapat Pada meningkatkan angka kejadian pneumonia. 2009) Hal inilah yang mendasari penulis untuk mengemukakan bahwa dengan imunisasi melakukan penelitian mengenai hubungan campak yang efektif sekitar 11% kematian pemberian imunisasi DPT dan campak pneumonia balita dapat dicegah dan terhadap kejadian pneumonia pada anak dengan imunisasi pertusis (DPT) 6% usia 10 bulan-5 tahun di Puskesmas kematian pneumonia dapat dicegah[5]. Sangurara kota Palu tahun 2015. (Anonim, Jumlah anak pada tahun 2014 di kota Palu adalah sebanyak 38.538 anak. 44 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 METODE PENELITIAN Januari 2016 HASIL PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan pendekatan Cross Sectional. Lokasi penelitian ini adalah di Puskesmas Sangurara Kota Palu dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015- Februari 2016. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini Berdasarkan penelitian diperoleh data yang telah dianalisis yaitu sebagai berikut: 1. Analisis Univariat a. Distribusi sampel berdasarkan usia Tabel 4.1 Distribusi sampel berdasarkan usia adalah semua pasien anak yang datang ke puskesmas Sangurara periode JanuariDesember 2015 yang berjumlah 1.782 anak. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah dengan cara Purposive Sampling, sedangkan jumlah sampel yang di teliti sesuai dengan rancangan penelitian ini adalah 95 anak. Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik masing- Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan jumlah pasien anak yang datang di puskesmas Sangurara kota Palu usia 10-12 bulan sebanyak 27 anak (28,4%) yang masing variabel yang diteliti. Analisis data terdiri bivariat uji mengalami pneumonia dan 13 anak statistik Chi Square untuk mengetahui (25,5%) mengalami pneumonia, jumlah hubungan antara 2 variabel. Jika H1 pasien usia 13-24 bulan adalah sebanyak diterima, selanjutnya dilakukan uji Phi 38 anak (40%) yang terdiri dari 17 anak untuk mengetahui kekuatan hubungan (38,6%) tidak mengalami pneumonia dan antara kedua variabel. 21 anak (41,2%) mengalami pneumonia, yang digunakan adalah dari 14 anak (31,8%) tidak jumlah pasien usia 25-36 bulan adalah sebanyak 23 anak (24,2%) yang terdiri dari 12 anak (27,3%) tidak mengalami 45 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 pneumonia dan 11 anak (21,6%) mengalami pneumonia, dan jumlah pasien usia 37-60 bulan adalah 7 anak (7,3%) yang terdiri dari 1 anak (2,3%) tidak mengalami pneumonia dan 6 c. Distribusi sampel Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan pemberian imunisasi campak anak Jum lah Persentase (%) Ya 38 40 Tidak 57 60 95 100 Imunisasi sampel berdasarkan berdasarkan pemberian imunisasi campak (11,7%) mengalami pneumonia. b. Distribusi Januari 2016 Campak pemberian imunisasi DPT Total Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan pemberian imunisasi DPT Sumber : Data sekunder (KMS, 2015) Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat Imunisasi Ya Jum Persentase lah (%) 45 47,4 sebanyak 38 anak (40%) memperoleh imunisasi campak dan 57 anak (60%) tidak memperoleh imunisasi campak. d. Distribusi DPT Tidak Total 50 52,6 95 100 Sumber : Data sekunder (KMS, 2015) Tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan pneumonia Ya Jum lah 51 Persentase (%) 53,7 Tidak 44 46,3 Total 95 100 sebanyak 45 anak (47,4%) memperoleh memperoleh imunisasi DPT. berdasarkan pneumonia Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat imunisasi DPT dan 50 anak (52,6%) tidak sampel Pneum onia Sumber : Data sekunder (RekamMedik, 2015) 46 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 Januari 2016 Berdasarkan tabel 4.4 diketahui ada berisiko mengalami pneumonia. Hal ini sebanyak 51 anak (53,7%) yang menderita juga didukung dengan hasil uji Chi- pneumonia dan 44 anak (46,3%) tidak Square dimana nilai p < nilai α yaitu p = menderita pneumonia. 0,011 yang berarti H1 diterima. Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan 2. Analisis Bivariat hubungan kedua variabel maka dilakukan a. Hubungan Imunisasi DPT dengan uji Phi, dari hasil statistik ditemukan nilai Phi sebesar 0,260. Hal ini berarti, Kejadian Pneumonia kekuatan hubungan antara pemberian Tabel 4.5 Hubungan Imunisasi DPT dengan Kejadian Pneumonia imunisasi DPT dengan kejadian pneumonia yaitu lemah. b. Hubungan Imunisasi Campak dengan Kejadian Pneumonia Dari tabel 4.5 diketahui bahwa anak yang tidak mengalami pneumonia dan Tabel 4.6 Hubungan Imunisasi Campak dengan Kejadian Pneumonia tidak mendapatkan imunisasi DPT adalah sebanyak 17 anak (38,6%) sedangkan yang tidak mendapat imunisasi DPT dan mengalami pneumonia adalah 33 anak (64,7%). Pasien anak yang memperoleh imunisasi DPT dan tidak mengalami pneumonia adalah 27 anak (61,4%) sedangkan anak yang mengalami pneumonia dan memperoleh imunisasi DPT adalah sebanyak 18 anak (35,3%). Dari data tersebut terlihat bahwa anak yang tidak diberikan imunisasi DPT lebih 47 Dari tabel 4.6 diketahui bahwa anak yang tidak mengalami pneumonia dan tidak mendapatkan imunisasi campak adalah sebanyak 19 anak (43,2%) sedangkan yang tidak mendapat imunisasi campak dan mengalami pneumonia adalah 38 anak (74,5%). Pasien anak yang memperoleh imunisasi campak dan tidak Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 Januari 2016 mengalami pneumonia adalah 25 anak balita masuk dalam kelompok yang rawan (56,8%) sedangkan anak yang mengalami terhadap infeksi seperti influenza dan pneumonia dan memperoleh imunisasi pneumonia. Hal ini disebabkan imunitas campak adalah sebanyak 13 anak (25,5%). yang Dari data tersebut terlihat bahwa anak pernapasan yang relatif sempit. belum sempurna dan saluran yang tidak diberikan imunisasi campak Hasil analisa univariat menunjukkan lebih berisiko mengalami pneumonia. Hal bahwa sebagian besar balita mengalami ini juga didukung dengan hasil uji Chi- pneumonia. Pemberian imunisasi lengkap Square dimana nilai p < nilai α yaitu p = sebelum anak mencapai usia 1 tahun, anak 0,002 diterima. akan terlindung dari beberapa penyebab Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan yang paling utama dari infeksi pernafasan hubungan kedua variabel maka dilakukan termasuk batuk rejan, difteri, tuberkulosa uji Phi, dari hasil statistik ditemukan nilai dan campak. Dengan pemberian imunisasi Phi sebesar 0,319. Hal ini berarti, berarti mencegah kematian pneumonia kekuatan hubungan antara pemberian yang imunisasi penyakit campak dan pertusis[7]. yang berarti campak H1 dengan kejadian pneumonia yaitu sedang. diakibatkan oleh Anak yang telah mendapat imunisasi PEMBAHASAN Distribusi sampel berdasarkan usia campak diharapkan penyakit campak anak usia 13-24 bulan yaitu 38 (40%). penyakit Hasil ini sesuai dengan Hartati (2012) imunisasi bahwa anak-anak berusia 0-24 bulan lebih membantu rentan penyakit pneumonia[7]. pneumonia dibanding anak-anak berusia diatas 2 tahun. dan balita pneumonia pada anak campak. yang Oleh campak Imunisasi karena sangat pencegahan DPT mengalami dapat itu, penting terjadinya mencegah memiliki terjadinya penyakit difteri, pertusi, dan mekanisme pertahanan tubuh yang masih tetanus. Dimana pemberian imunisasi rendah dibanding orang dewasa, sehingga dapat 48 Bayi dari merupakan komplikasi yang paling sering terjadi penyakit terhindar dan diperoleh jumlah pasien terbanyak pada terhadap komplikasi mencegah infeksi yang dapat Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 menyebabkan sebagai pada anak. Begitu pula hasil perhitungan komplikasi penyakit pertusi. Pertusi dapat uji statistik antara pemberian imunisasi diderita oleh semua orang tetapi penyakit campak dengan kejadian pneumonia pada ini lebih serius bila terjadi pada bayi. Oleh anak, diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,002 karena DPT yang artinya terdapat hubungan yang sangatlah tepat untuk mencegah anak bermakna antara pemberian imunisasi terhindar dari penyakit pneumonia[8]. campak dengan Dimana hipotesis Uji pneumonia Januari 2016 pemberian statistik imunisasi yang dipilih untuk kejadian kerja pneumonia. (H1) pada mengetahui hubungan antara pemberian penelitian ini dapat diterima. Selanjutnya imunisasi DPT dan campak terhadap untuk mengetahui kekuatan hubungan kejadian pneumonia adalah uji Chi- maka dilakukan uji Phi, dari hasil statistik Square. Berdasarkan hasil perhitungan uji ditemukan nilai Phi sebesar 0,319. Hal ini antara pemberian imunisasi DPT dengan berarti, kejadian pneumonia, diperoleh bahwa pemberian nilai p < 0,05 yaitu 0,011 yang artinya kejadian pneumonia yaitu sedang dan terdapat korelasinya kearah negatif. kekuatan imunisasi hubungan antara campak dengan hubungan antara pemberian DPT dengan kejadian Tambunan S, et al (2013) melaporkan pneumonia. Oleh karena itu, hipotesis bahwa riwayat status imunisasi memiliki kerja (H1) pada penelitian ini dapat hubungan yang bermakna dengan kejadian diterima. Selanjutnya untuk mengetahui pneumonia pada balita. Jika dilihat dari kekuatan hubungan kedua variabel maka nilai p = 0,009; OR = 3,839 berarti balita dilakukan uji Phi, dari hasil statistik yang tidak mendapatkan imunisasi dapat ditemukan nilai Phi sebesar 0,260. Hal ini meningkatkan kejadian pneumonia 3,839 berarti, antara kali. Hasil penelitian ini didukung oleh dengan teori yang menyatakan bahwa bayi dan kejadian pneumonia yaitu lemah dan balita yang mempunyai status imunisasi korelasinya lengkap imunisasi kekuatan pemberian hubungan imunisasi kearah DPT negatif dimana bila menderita ISPA dapat semakin tinggi pemberian imunisasi DPT diharapkan perkembangan penyakitnya maka semakin rendah kejadian pneumonia tidak akan menjadi lebih berat. Cara yang 49 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 Januari 2016 terbukti paling efektif saat ini adalah pemberian imunisasi DPT dan campak dengan pemberian imunisasi campak dan melalui data sekunder pada rekam medis pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak dan KMS, sehingga hasilnya kurang yang maksimal[1]. efektif sekitar 11% kematian pneumonia balita dapat dicegah dan dengan imunisasi pertusis (DPT) 6% kematian pneumonia dapat dicegah. Hasil penelitian ini juga Berdasarkan penelitian ini dengan dipeoleh kesimpulan yaitu terdapat penelitian yang dilakukan oleh Fanada M hubungan antara pemberian imunisasi & Widyaiswara M, yang menunjukkan DPT dan campak dalam menurunkan adanya hubungan yang bermakna antara kejadian riwayat stastus imunisasi dengan kejadian Berdasarkan pneumonia pada balita (p value = 0,000; α diperoleh, = 0,05)[9]. pneumonia paling banyak pada usia 13- Berbagai sejalan KESIMPULAN DAN SARAN faktor meningkatkan resiko kejadian, yang beratnya pneumonia tingkat anak yang pada anak. usia yang mengalami 24 bulan yaitu 21 anak (41,2%). Peneliti mengharapkan penyakit, dan kematian karena pneumonia petugas yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi Sangurara buruk memperbesar resiko), pemberian berperan ASI (ASI eksklusif mengurangi resiko), pemberian imunisasi DPT dan campak suplementasi (mengurangi dan bagi masyarakat terutama orang resiko), suplementasi Zinc (mengurangi tua diharapkan dapat meningkatkan resiko), bayi dengan berat badan lahir pemahaman rendah (meningkatkan resiko), vaksinasi pemberian imunisasi DPT dan campak (mengurangi resiko), dan polusi udara dalam dalam kamar terutama asap rokok dan balita serta untuk peneliti selanjutnya asap bakaran dari dapur (meningkatkan sekiranya perlu melakukan penelitian resiko). Namun dalam penelitian ini yang menyangkut semua faktor-faktor peneliti 50 vitamin A hanya meneliti kesehatan agar di kepada termotivasi dalam tentang mencegah puskesmas untuk meningkatkan pentingnya pneumonia pada pengaruh Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 lain yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit pneumonia. Januari 2016 6. Dinkes Kota Palu. Profil Kesehatan Kota Palu. Palu: Dinas Kesehatan Kota Palu. 2015. 7. Agussalim. Hubungan Pengetahuan, DAFTAR PUSTAKA 1. Kemenkes RI. Pneumonia Balita. Status Imunisasi Keberadaan Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Perokok 2010 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan 2. WHO. Pneumonia. 2014. [cited 28 Dalam dan Rumah dengan Akut pada Balita Di Puskesmas Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar”. Jurnal April 2015]. 3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Ilmiah STIKES U’Budiyah. 2012; 1 (2): 7-8. [cited 23 April 2016]. Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 8. Hartati, S., Nani N., Dewi G. Faktor tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Risiko terjadinya Pneumonia pada 2013. [cited 14 Mei 2015]. Anak 4. Monita, O., Finny F.Y.,Yuniar L. Profil Pasien Pneumonia Komunitas di sBagian Anak RSUP DR. M. Djamil Padang Sumatera Jurnal Keperawatan Indonesia. 2012; 15 (1): 18-19. [cited 04 Mei 2016]. 9. Tambunan, S., Suharyo., Kriswiharsi, Jurnal K.S. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Kesehatan Andalas. 2015; 4 (1): 220. Pneumonia pada Balita di Wilayah [cited 20 Agustus 2015]. Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota 5. Sukmawati., Sri, Barat. Balita. D.A. Hubungan Status Gizi, Berat Badan Lahir (BBL), Semarang Tahun 2013. 2013; [cited 04 Mei 2016]. Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tunikamaseang Kabupaten Maros. Media Gizi Pangan. 2010; 10 (2): 20. [ cited 20Agustus 2015]. 51 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...