Laporan Penelitian ANALISIS P A J A K PENGHASILAN PERUSAHAAN PT, SEMEN (PPH BADAN) INDARUNG PADANG , .-.---.-- I : ,., , ... , . . ', ., j :-kt-- --.-. .,,.. : : - = ? a :-SJ.!..L,+/?~ C.5) : . _ _.__ ....., ; ....-. i i .e.,*.x oleh Drs. Hasdi Aimon, M.Si DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT KEGURUAN PADANG DAN ILMU PENDIDIKAN - SUMATERA BARAT 1998 .: % ' KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan perkenan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang menganalisis tentang Pajak Penghasilan Perusahaan (PPh Badan) PT. Semen Indarung Padang. Penulis menyadari bahwa penelitian ini dari kesempurnaan, baik isi, tata bahasa maupun Oleh karena kebaikan itu kritik dan saran yang masih jauh susunannya. membangunan penelitian ini, dengan senang hat.i penulis demi harap- kan. Semoga penelitian ini adn manfaatnya bagi kita semua. Amin.. . Padang, Juni 1998 Penulis, DAFTAR IS1 Halaman ......................................... IS1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . KATA PENGANTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR ABSTRAK BAB . 1. 2. I 3. ................................................ PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . BAB I 1 . TINJAUAN PUSTAKA 1 . Sist.em Pajak ............................... Penghasilan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i ii iv v vi 1 1 10 11 12 12 2 . Keseimbangan Pendapatan dan Sistem Pajak Pengha- .......................................... 3 . Efisiensi dan Keadilan Pajak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 . Beban Akhis Pajak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 . Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . silan BAB I 1 1 . METODOLOGI 1. 2. . 4. 3 .................................... Ruang Lingkup Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Sumber Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Defenisi Variabel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Model Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13 18 20 24 25 25 25 26 28 B A B IV . ................ 36 .... 36 .................. 41 .......... 44 ..................... 44 ...................... 46 HASIL P E N E L I T I A N D A N P E M B A H A S A N 1 . Efektivitas dan ~ n t e n s i v i t a sPernungutan P P h 2 . Elastisitas P a j a k Penghasilan 3 . Fungsi Permintaan dan Penawaran S e m e n a . Fungsi Permintaan S e m e n b . Fungsi Penawaran S e m e n 3 . Distribusi Beban Akhir P P h B a d a n Antara Konsumen .................... 48 ........................ 1 . Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 . Implikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52 Dan P e m i l i k Faktor Produksi BAB V . XESIMPULAN D A N IMPLIMASI DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN ..................................... ................................................ 53 53 56 58 Ha 1aman Tabel 1.1 Produksi dan Konsumsi Semen PT. Semen Indarung Padang 1985 - 1995 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6 Tabel 1.2 Perkembangan Harga Pedoman Setempat (HPS) di Padang Tahun 1979 - 1995 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9 Tabel IV.l Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh Badan) UU No. 7 Tahun 1983 dan UU No. 7 Tahun 1991 PT. Semen Indarung Padang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39 Tabel IV.2 Efektivitas dan Intensivitas Pernungutan PPh Badan PT. Semen Indarung Padang Periode 1985 - 1995 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 Tabel IV.3 Pph Badan PT. Semen Padang dan Pendapatan Nasional Periode 1985 - 1995 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42 Tabel IV.4 Pergeseran Beban PPh Badan PT. Semen Padang Antara Konsumen dan Produsen . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51 Gambar 1 . Pengaruh P a j a k Penghasilan terhadap Pendapatan G a m b a r 2. Dampak Pajak Perusahaan T e r h a d a p Penjualan .... 17 22 G a m b a r 3. Pengaruh PPh Badan atas Harga d a n Jurnlah Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31 ABSTRAK Penelitian ini difokuskan pada pajak penghasilan perusahaan (PPh Badan) pada PT. Semen Indarung Padang. Data diperoleh melalui observasi langsung dan studi kepastakaan. Data primer digunakan untuk mengetahui efektivitas dan intensivitas pernungutan PPh Badan. elastisitas, seria distribsi bebnn beban akhir PPh Badan PT. Semen Indarung PaGang. Ternuan penelitian menunjukkan bahwa efektivitas d a n intensivitas pemungutan PPh Rndan P T . Semen Indarung Padang merupakan suatu pajak y a n g baik. Elastisitas PPh B z d a n adazah clastis. Distribr1si bebnn akhir menunjukkan bahwa: PPh Badan PT, Sarnen Indarung Padang 5 8 . 7 2 % bebannya di tanggung oleh produsen !pemilik f2ktr)x. produksi) clan 41,2?.?i d i ta~;gg!ing 0 1 e h k o n s u m ~ n . I meningkntkan I ) P r a n % I 1 PPh Sadan P'T. S~?n;en Indarung Padang, implikasinya terhada~) pengempurnaan sistem admi i l i s t r a s i pengenaan . I n n pc.mun,grLr.an PPtl R a c l a n dengan m c n g a p l i k a s i k a n s i s t e m kornput~r :;zing tprintegrasi. Sehingga a s p e k ke;~clil a i l r!an ;tr;pefi pemrralaan : i . : n ~ , t r l .zh di capai d a p n t . d i t l n g k a t 1 : a n menja:?i l t V , i h b a i k . BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah UUD 1945 pada pasal 33 ayat ( 2 ) dan ( 3 1 , menyatakan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Bumi dan air beserta kekayaan yang terkandung dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan untuk di sebesar- besar kemakmuran rakyat. Sehubungan dengan amanat konstitusi tersebut, maka peranan pemerintah dalam perekonomian Indonesia sangat menentukan. Real isasi da.ri pesan konst i tusi tersebut,, penerintah ikut campur t,angan dalam kegiatan ekonomi baik lui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kegiatan oleh produksi barang dan jasa pribadi mela- (APBK), dan dilaksanakan Badan Usaha Milik Negara (BUMU), maupun pengaturan kegiatan ekonomi melalui berbagai kebijakan pemerintah. Dipertegas Negara (GBHN lagi oleh Garis-Garis 1993) yang menyatakan Besar bahwa pengembangan perangkat fiskal meliputi perpajakan dan berbagai patan Haluan penda- negara lainnya dilaksanakan berdasarkan atas "keadilan" dan "pemerataan" dengan meningkatkan azas peranan pajak, sehingga berfungsi sebagai alat untuk rnenunjang pembangunan. Pengembangan perangkat perpajakan tersebut sesuai dengan fungsi utama perpajakan yaitu (Musgrave, 1981, 6) p. ; a) Fungsi Alokasi Proses pembagian keseluruhan sumberdaya untuk kan sebagai barang pribadi dan barang diguna- sosial, dan bagaimana kornposisi "barang sosial" ditentukan. b) Fungsi Distribusi Merapakan proses penycsuaian pendapat,an clan kekayaan untuk apa yang terhadap menjamin dianggap masyarakat sebagai distribusi terpenuhinya suatu keadaan yang tinggi, distribusi yang merata dan adil. C) Fungsi Stabilisasi Upaya mempertahankan kesempatan kerja tingkat "stabilitas" yang semestinya, dan laju pertumbuhan ekonomi segala yang akibatnya tepat, terhadap dengan memperhitungkan perdagangan dan neraca pembayaran. Pelaksanaan Pendapatan selalu dan fungsi tersebut rnelalui Eelanja Negara (APEX), Anggaran setiap rneningkat. Pada APBN 1995/96 tersaji tahunnya sebesar 78.024,2 milyar yang berarti terjadi peningkatan Rp sebesar 11,867: dari APBN 1994/95. Peningkatan tersebut dihasilkan dari peningkatan penerimaan dalam negeri sebesar 10,93% yang terdiri dari peningkat penerimaan migas 3,3% dan non migas 13,02%, serta peningkatan penerimaan pembangunan (hutang luar negeri) sebesar 17,45%. Komposisi pertumbuhan sisi penerimaan migas menunjukkan semakin surutnya dalam anggaran pemerintah dan non migas (Mulyani dan Jasmina, 1995 peranan menguatnya : peranan p. 9). Sistem dan prosedur perpajakan untuk pendapatan negara terus disempurnakan dan meningkatkan disederhanakan memperhatikan azas keadilan, pemerataan, dengan manfaat dan kemampuan pelayanan yang bertanggung jawab. Upaya ini telah memberikan hasil berupa peningkatan penerimaan pada APBN 1995/96 yaitu; Pajak Pertambahan Nilai 25.813, dan Pajak Bumi dan Bangunan 18,09%. Penyempurnaan Undang-undang rangi sistem perpajakan dan pernberlakuan pajak baru tersebut ternyata tidak penerimaan pajak. Bahkan rata-rata naik mengu- 18% dari semula (Syahriful, 1996, p. 2 ) . Penyempurnaan sistem prosedur perpajakan yang baru, merupakan salah dan satu strategi bidang pembiayaan pembangunan. Pemerintah semenjak tahun nasional, 1984 telah melakukan pembaruan meliputi satu undang-undang tentang perpajakan ketentuan umum dan tata cara, dan empat undang-undang pajak masingmasingnya; Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Meterai. Nilai, Tujuan utama pernbaruan perpajakan nasional adalah untuk meningkatkan penerimaan pemerintah melalui perpa- jakan dari Dari sumber-sumber di luar minyak dan k e empat pajak yang diperbarui itu gas alam. terlihat peme- rintah meletakkan harapan yang besar pada Pajak silan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Bea Pengha- Meterai yang selama ini rnasih relatif kecil. Keberhasilan pemerintah dalarn upaya peningkatan penerimaan pajak melalui usaha intensifikasi dan eksten- sifikasi perpajakan atau dengan kata lain melalui penyempurnaan p. perangkat. perpajakan. Sebaliknya 1 ) mengemukakan kewajiban masyarakat pajak Esmara untuk (1997, nembayar seringkali dirasakan sebagai beban. Karena pajak, masyarakat j u g a dibebani berbagai macam selain pungutan yang tidak jelas pertanggungjawabannya. Selanjutnya jika pernungutan kualitas saja. rintah Karimi pajak pelayanan, (1997, dimaksudkan p. 2) untuk tidak ada persoalan mengemukakan, meningkatkan dan baik-baik Karena untuk pelayanan yang lebih baik itu, membutuhkan biaya (pendapatan). "Tapi layanan tidak baik, maka kenaikan pajak ini akan beban bagi masyarakat". peme- jika pe- menjadi Lebih publik lanjut merupakan ia rnengemukakan faktor produksi bahwa dan pelayanan input kegiatan ekonomi. Karena itu, pelayanan publik harus ada kepastian dan waktunya harus jelas dan cepat. Ini diperlukan bagi pengusaha dan masyarakat agar rnakin jelas dalam mengarnbil keputusan, sehingga biaya bisa ditekan. "Jika pelayanan publik tidak ada kepastian dan tidak jelas, rnaka hasil bahwa pajak akhirnya merupakan beban". hiusgrave (1981, p. 2 3 0 ) nlenyebutkan dapat dibagi atas; ( 1 ) pajak langsung (direct t a x e s ) 2 dan pajak tidak langsung (indirect taxes). Pajak sang (direct rumah tangga t.axes) yaitupajak yang dikenakan atau perorangan yang rnemiku! beban atas pajak (indirect taxes), yaitu pajak yang dikenakan pada tftik pembebanan lainnya tersebut. Dan pajak tidak langsune lang- tetapi dimaksudkan untuk dialihkan kepada siapa saja yang menjadi pihak penanggung akhir dari beban pajak tersebut. Pajak penghasilan (PPh) perusahaan (badan) rnerupakan pajak langsung yang dikenakan terhadap keuntungan (laba) perusahaan setelah dikurangi dengan biaya sinya. Namun tersebut dapat demikian tidak digeser tertutup bebannya kepada pemilik faktor produksi. opera- kemungkinan kepada konsumen PPh dan PPh perusahaan bersumber dari kegiatan yang dilaksanakan perusahaan yang bergerak di berbagai sektor nomi. penting adalah industri. Dalam ha1 ini perhatian difokuskan pada indus- tri Salah semen satu sektor ekonomi PT. Semen Indarung yang eko- Padang mengingat bahwa tersebut merupakan salah satu andalan daripada propinsi Sumatera Barat. Produksi dan penjualan (konsum- industri si) semen daripada PT. Semen Indarung Padang secara selalu neningkat seperti terlihat. pada Tabel 1.1 absolut berikut ini. Tabel 1.1 Produksi, dan Konsumsi Semen PT. Semen Indarung Padang 1985 - 1995 I II Tahun 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 Sumber : /. Juml ah Produksi Semen (ton) 0/ Perturnbuhan 9.817.431 10.940.822 11.836.618 12.242.133 14.099.027 15.780.656 16.153.351 17.279.843 19.450.000 1 22.088.895 23.727.790 1 11,44 8,19 3,48 15,17 11,93 2,36 6,97 12,56 13,57 11,95 Jumlah Konsnmsi Semen (ton) 9.174.000 9.478.000 9.922.113 10.130.629 11.365.003 13.778.659 15.378.751 16.140.902 18.066.453 20.705.338 23.344.243 1 . PT. Semen Indarung Padang. a( ,'a Per-t umbuhan 3,31 4,65 2,12 12,19 21,24 11,61 4,96 11,93 14,61 12,74 Tabel 1.1 di atas menunjukkan pertumbuhan produksi tertinggi terjadi pada tahun 1989 yaitu sebesar sedangkan konsumsi tahun 1990 sebesar 2 1 , 2 4 % . Dan hasil persandingan produksi dan kon- sumsi tersebut tertinggi terjadi menunjukkan bahwa pada 15,17%, antara produksi konsumsi semen PT. Semen Indarung Padang dari tahun - 1995 pertumbuhannya meningkat secara proporsional. dangkan PPh badan (perusahaan) dihitung dari tumbuhan yang seimbang dcngan produksi dan semen. Timbul pertanyaan bagi kita; Bagaimakah oleh badar, atau per- elastisi- rung Paclang? dan Apakah PPh badan ( P T . Semen Padang) ditanggung Se konsumsi tas permintaan dan penawaran harga semen PT. Semen sepenuhnya 1985 keuntungan set,elah biaya operasi, juga menunjukkan perusahaan dan nlereka Indaini geser kepada konsumen?. Menurut Mangkoesoebroto (1993, p. 1911, dapat atau tidaknya suatu pajak digeser kepada konsumen kepada 4 (empat.) faktor : a) Elas t isi t.as penawar-an b ) Elastisitas permintaan C ) Bentuk pasar d ) Motivasi pengusaha. tergantung posisi pasar semen PT. Dimanakah Padang? produk Semen Indarung Apakah pasar persaingan sempurna? Apabila semennya, merupakan pasar persaingan Mangkoesoebroto, (1983, p. 2 2 8 ) sepenuhnya menjadi tanggungan akan mengatakan pasar sempurna, bahwa perusahaan, PPh karena pihak perusahaan tidak mampu untuk menggeser PPh tersebut kepada konsumen atau pemilik faktor produksi dan sebaliknya bersifat monopoli, maka PPh sepenuhnya rnenjadi tang- gungan konsumen. HPS (Harga Pedoman Setempat) merupakan harga dari industri secara semen kepada konsumen yang bersama-sama oleh; ( 1 ) Industri semen sangkutan, ( 2 ) Pemerintah Daerah Setempat, ( 3 ) jual ditetapkan yang ber- Assosiasi Semen Indonesia, dan ( 4 ) Pemerintall Pusat. Dalam melalui ha1 ini terlihat ada intervensi pengaturan harga semen dengan pemerintah menetapkan pedoman setempat (HPS) dari harga jual semen. HPS harga pagu (ceiling price) yang lebih rendah dari keseimbangan mum. yang diperlukan untuk mencapai laba Tujuannya adalah untuk melindungi konsumen harga adalah harga maksidalam negeri, dan mendorong produsen untuk meningkatkan jumlah produksi melalui peningkatan persentase kapasitas terpa- kai (Lains, 1991, p. 4 ) . Sehubungan dengan kebijakan tersebut mengintervensi agar struktur pasar semen di Indonesia berbentuk oligo-polistik dan Asosiasi Semen Indonesia (AS11 mampu struktur tersebut ke merobah Dengan kata lain industri arah semen tidak monopolistik. Indonesia mempunyai kekuatan monopoli potensial. Gambaran perkembangan harga pedoman setempat (HPS) semen di Padang, dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.2 Perkembangan Harga Pedoman Setempat (HPS) Semen PT. Semen Indarung Padang Tahun 1979 - 1995 Tahun ! I 1979 1980 1982 1983 1983 1984 1986 1988 1990 1991 1993 1995 19'35 Bulan ' Padang I April j May Januari i Januari April Januar i Oktober November Maret 1 Juli 1 Januar i I Maret April i ' 2,300 2,650 2,825 3,350 3,725 ~~~ 5,425 5,930 8,290 7,461 L I I I X Naik 17.95 15.22 18.58 11.19 10.07 21.95 8.50 9.31 39.80 (10.00) Sumber : Departemen Perdagangan, 1979-1995, Berdasarkan HPS tertinggi Tabel 1 . 2 di atas baik di Padang adalah diolah PDBI. terlihat pada Maret sebesar 3 9 , 8 0 % . Tetapi pada April 1995 HPS turun menjadi Rp 7.461,- per sak. Dan apabila kenaikan 1995 kembali dibandingkan dengan Januari Selain dari 1993, maka kenaikan HPS pada itu secara umum terjadi secara terus menerus dari tahun 1979 kenaikan adalah HPS tersebut terjadi - 25,82%. kenaikan HPS 1995. Apakah da-lam penggeseran PPh kepada konsumen semen? Kondisi di yang demikian memungkinkan industri menggeser PPh Indonesia pihak lain. per-usahaan Untuk i t u penelitian ini semen (badan) akan kepada memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas. 2. Perumusan Masalah Bertitik tolak dari uraian-uraian di atas mengenai pajak penghasilan, menjadi pertanyaan bagi kita bagaima- nakah sesungguhnya kondisi PPh PT. Semen Indarung Padang tersebut?. Dalam ha1 ini secara khusus dilihat pada pajak penghasilan perusahaan PT. Semen Indarung Padang sebagai salah satu penyumbang penerimaan pajak penghasilan cukup bermakna. Untk itu permasalahan penelitian yang dapat dirumus sebagai berikut : a. Sejauhmanakah efekt.ivitas dan intensivitas pernungutan PPh Perusahaan PT. Semen Indarung Padang? b. Bagaimanakah peranan elastisi tas PPh PT. Semen Indarung Padang? c. Bagaimanakah distribusi PPh PT.Semen Indarung antara konsumen dan pemi 1 ik faktor produksi? Padang 3. T u j u a n Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini adalah untuk melihat a. Tingkat maka tujuan : e f e k t i ~ i ~ adan s intensivitas pernungutan PPh P T . Semen Indarung Padang. b. Peranan elastisitas PPh PT. Semen Indarung Padang sebagai suatu s u m b e r penerin~aan n e g a r a . c. Distribusi beban akhir P P h PT. S e m e n Indarung antara konsumen dan pemilik faktor produksi. Padang BAB I 1 TINJAUAN PUSTAKA 1. S i s t e m Pajak Penghasilan Dalam usaha meningkatkan pendapatan nasional beberapa kebijaksanaan fiskal yang dapat ditempuh intah dalam rangka mernbelanjakan uangnya guna ada pemer- mencapai tujuan negara dan dalam rangka mendapatkan dana-dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaran tersebut (Jhingan, 1934 : h. 8 6 ) . Keberhasi lan kebi jaksarlaan fis1ia.l dalam rneningkat- kan laju pertumbuhan ekonomi tergantung pada pe-ningkatan jumlah penerimaan negara sex-ta jumlah dan arah ran negara. pemerintah surplus bank. Sarana fiskal yang dapat untuk meningkatknn sumber digunakan penerimaan penerin~aanpajak, pinjan~an dari Dari Pajak diartikan : oleh adalah masyarakat semua sarana tersebut pajak paling efektif (Boediono, 1994 pengelua- merupakan dan yang h. 1 1 0 ) . sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang secara tidak langsung memberikan umum balas jasanya kepada pembayarnya, dan pada pelaksanaannya perlu dipaksakan (Usman dan Subroto, Musgrave pajak 1980 h. 16). : (1984,h. 577) mengemukakan bahwa penghasilan adalah fleksibel dimana bila sistem antara pajak dengan pendapatan ada keselarasan. Lebih lanjut ia rnenyatakan sistem tersebut sebagai sistem yang dimana penerimaan pajak tergantung dari pada realistis pendapatan. Sejalan dengan pendapat tersebut Soediyono (1988, h. 103) Inenyatakan - bahwa antara pajak dan tingkat pendapatan terdapat hubungan fungsional yang dapat ditulis T sebagai: f ( Y ) dimana T adalah pajak, dan Y adalah pendapatan. Dengan demikian dapat disimpulkan dan sesuai dengan Undang-undang No. 10 tchun 1994 bahwa pajak adalah iuran dari wajib pajak (objek pajak) yang harus diserahkan pada pemungut pajak (pemerintah) dimana penetapannya ditentu- kan oleh si wajib pajak (self assessment) dan juga berdasarkan ketetapan pemerintah tanpa mernperhitungkan beban atau kesanggupan si wajib pajak. 2. Keseimbangan Pendapatan dan Sistem Pajak Penghasilan Sistem perpajakan yang berlaku pada suatu sangat menentukan sistem pembiayaan negara yang kutan. Sistem pajak penghasilan adalah negara bersang- proporsional terhadap pendapatan, (Soediyono, 1992 sehingga persamaan fungsi pajak h. 145-150), dan (Dernburg, 1992 : : h. 114) menjadi : T = tY ...................................... (1) dimana t adalah koefisien pajak. Dengan fungsi pajak yang dernikian itu fungsi konsumsi rumah tangga yakni mempengaruhi : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3a) Yd = (1 - t)Y C = a + cYd atau C = a + c(l - t)Y ............................ i3b? Efek pajak ini berlanjut pada pendapatan ekuilibrium. Menurut Froyen (1993, h . 34-95) dan Dernburg 105-1061 pada perekonornian tertutup dengan tiga (1992, sektor, pendapatan nasional digunakan untuk konsumsi rumah tangga ( C ) , investasi ( I ) , dan pengeluaran pemerintah (GI yakni: Y = C + I + G ................................. Disisi lain pendapata:~ digunakan untuk Y = C + S + T (4) : ................................... (5) Dalam kesimbangan pendapatan menjadi; C + I + G = Y = C + S + T I + G = S + T atau .................................. (6) Dilihat dari sudut pendapadatan disposibel, maka Y d = C + S = a + c Y d + S S - = (1 - c)Yd a = ( 1 - c ) (1 - t)Y - a maka - I + G = (1 - c)(1 - dan Y C ( 1 YC1 - c)(l c(l - - t)Y - t) + t] t) a + tY - a = I + G = a + I + G sehingga keseimbangan pendapatan menjadi; Perubahan pengeluaran pemerintah, akan mempengaruhi pendapatan nasional, dimana sifat pengeluaran adalah ekspansif. Besarnya perubahan pendapatan nasional akibat perubahan pengeluaran pemerintah adalah sebagai Serikut. Dari persamaan keseimbangan pendapatan dapat hat besar pengaruh koefisien pajak (multiplier karena dalam sistem pajak penghasilan terdapat dilipajak), keselara- san dalam perekonomian. Dari kesimbangan pendapatan dapat diturunkan multiplier pajak yang bersifat restriktif (menurunkan pendapatan) sebagai berikut. Soediyono (1988, h. menyatakan 171: koefisien pajak menyebabkan pajak yang terpungut naik bila pendapatan naik dan turun bila pendapatan turun. Jadi naik turun penerimaan pajak selaras dengan tingkat pendapatan. Setelah bersifat mengetahui ekspansif kenaikan sementara pengeluaran kenaikan pajak adalah bersifat restriktif, maka perlk dipertimbangkan perrlbahan anggaran berimbang seperti [l/l-c(1-t)ldG, luaran = Kenaikan dT. pendapatan = yakni efek ekspansif dari kenaikan penge- pemerintah. C-c/l-c(1-t!ldT dG sen~entara penurunan (Musgrave, 1984 : pendapatan = h. 484). Sehubungan dengan itu pertambahan pendapatan persis sama dengan kenaikan pengeluaran pemerintah, dan pengganda anggaran berimbang sama dengan 1 (satu). Jika faktor pengganda anggaran berimbang lebih besar dari satu, maka marjinal wajib pajak lebih kecil dari pada kecendrungan kecenclrungan marjinal dari penerima pendapatan. Penerimaan pemerintah dari sistem pajak penghasilan yang proporsional merupakan ha1 yang berbeda bila dibandingkan dengan yang berasal dari sistem pajak Pengenaan "lump-sum". pajak proporsional ini tidak menggeser fungsi konsumsi secara paralel, sebagaimana halnya dengan sistem pajak "lump-sum". Tetapi bergerak ke bawah, berputar pada titik potong dengan sumbu vertikal. Karena pajak sional bertambah sejalan dengan bertambahnya maka perlu pendapatan, kemiringan fungsi konsumsilah dan bukan tong-nya yang menurun. Agar pendapatan propor- titik meningkat penurunan pajak, seperti terlihat pada pomaka Gambar berikut ini. Pengeluaran I F P Pendapatan dY Gambar 1 . Pengaruh Pajak Penghasilan (PPh) terhadap Penclapatan. 1. Pada Gambar 1 di atas terlihat C ' C 1 adalah fungsi konsumsi sebelum penurunan pajak dan C'C., se-telah penu- & runan pajak, dimana pendapatan meningkat dari OP k e OF. Proses ini diperlihatkan pada persamaan ( 1 ) sampai (8), dimana penerimaan pajak (T) sama dengan tY yang rnerupakan fungsi dari Y. Dengan naiknya pendapatan naik pula pajzk, sehingga memperkecil Yd dan C . Hal ini bisa meniadakan efek ekspansi yang ditimbulkan oleh G. Apabila pemerintah nenaikkan anggaran setelah menyadari kenaikan pengeluaran bersifat ekspansif tara kenaikan pajak bersifat restriktif semen- (rnenurunkan pendapatan nasional), maka perlu mempertimbangkan perubahan anggaran dG = d T . 3. Efisiensi dan Keadilan Pajak Analisis dalam dan efisiensi perpajakan pada mulanya rnenentukan yang mana di antara pajak pajak mengurnpulkan atas penghasilan yang sejurnlah penerimaan paling atas efisien pemerintah adalah barang dalam tertentu. Untuk mengukur efisiensi ini digunakan beban pajak lebi- han (excess burden). Suatu pajak dikatakan efisien apabila menimbulkan beban lebihan yang paling kecil. Sehubungan dengan itu perlu adanya suatu pajak optimal yang merupakan kombinasi pajak yang dapat menaikkan penerimaan pemerintah dan sekaligus menimbulkan beban lebihan minimal. Untuk itu ada beberapa menghasilkan pajak yang demikian yaitu aturan : ( 1 ) Kebalikan elastisitas. Tarif pajak atas suatu bergantung pada elastisitas permintaan barang supaya beban dengan elastisitas tinggi, tarif dan lebihan yang kecil ditimbulkan dikenakan barang tersebut, kecil. tarif barang dengan elastisitas agar Barang pajak besar yang dikenakan yang rendah. B,~umoldan Bradford, ( 1 9 7 0 : h. telah membuktikan bahwa elastisitas adalah penentu 326) untuk nenghasilkan beban lebihan yang paling kecil. (2) Pengurangan proporsional. Rarnsey (1972 : h. 172) mengemukakan suatu teori yang menyatakan bahwa pajak yang optimal adalah suatu pajak yang mengurangi permintaan terhadap semua barang secara proporsional. (3) Penjumlahan langsung utilitas. Jika fungsi utilitas seseorang dapat ditulis sebagai penjumlahan langsung maka tarif dengan pajak optimal elastisitas berkebalikan permintaan secara proporsional terhadap penghasilan (Hyman, 1993 : h. 2 0 6 ) . ( 4 ) Optimaljtas pajak penghasilan. Pajak penghasilan pajak barang atas barang dengan tarif yang seragam untuk akan optimal jika elatisitas permintaan penghasilan untuk semua barang sama dengan dan semua terhadap satu, dan perubahan dalam tenaga kerja tidak mernpengaruhi substitusi marginal tiap barang (Boadway, 1979 : tingkat h. 343). 4. Beban Akhir Pajak Analisis Seban akhir pajak (tases incidence) adalah suatu kajian yang berusaha menentukan siapa yang akhirnya menanggung atau mengorbankan sumber-sumber untuk dialih- kan k e sektor publik. Dengan analisis ini dapat diketahui dampak perubahan suatu pajak atas dist.ribusi penghasilan, efisierisi penggunaan sumber, clan efek makrv lainnya diperlukan dalam menetukan kebijakan perpnjakan yang dan transfer . Definisi Musgrave beban akhir pajak menurut Musgrave (1984, h. 227) adalah penernpatan beban dan pajak pada pembayar pajak yang terakhir atau tempat beban akhir suatu pajak. distribusi Beban akhir pajak merupakan penghasilan yang diakibatkan oleh perubahan perubahan kebijaksanaan anggaran belanja pemerintah. Pajak penghasilan (PPh) perusahaan dikenakan terhadap keuntungan/laba perusahaan (badan hukum) dalam periocle terTt.entu.Dapat atau tidaknya PPh perusahaan digeserkan kepada konsumen tergantung kepada suatu ini struktur* pasar atau motivasi pengusaha (Mangkoesoebroto, 1993 : h. 226) . Pada pasar persaingan sempurna PPh perusahaan dalam jangka pendek tidak dapat digeserkan kepada konsumen, ha1 ini disebabkan produsen tidak dapat rnempengaruhi harga dan harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran selu- ruh industri serta pengusaha tidak dapat berpindah usaha kepada yang tidak dikenakan PPh perusahaan. Dalam keseimbangan jangka panjang perusahaan tidak memperoleh tungan ekonomi, sebab dalani jangka panjang tidak ada keunPPh yang dibayar oleh perusahaan karena mereka tidak memperoleh keuntungan ekonorni (Mangkoesoebroto, 1933 : h. 2 3 0 ) . Lebih lanjut Mangkoesoebroto (1993, h. 2 3 1 1 , mengemukakan bahwa dalam pasar monopoli PPh dikenakan pada motivasi pengusaha. keuntungan keuntungan maksimum, perusahaan Apabila perusahaan yang bergantung pada perusahaan maka ia menetapkan motivasi-nya produksi biaya marginal sama dengan penerirnaan marginal (MC = dan keuntungan dengan penerimaan biaya total (TR - TC). PPh perusahaan tidak pengaruhi PPh adalah selisih antara penerimaan total rnaupun biaya total, perusahaan penghasilan. tidnk dapat mengubah posisi atas MR) total rnern- sehingga maksirnum Kaitan (omzet) antara pajak perusahaan dengan penjualan dapat dilihat pada Gambar 2. Kurva TC, TR, OAB menunjukkan biaya total, penerimaan total, dan tungan perusahaan. Agar tingkat keuntungan yang kan maksimum, maka barang yang dijual OQ9 dan perusahaan akan mendapatkan maka keun- diingin- haruslah sebesar keuntungan sebesar AQO (=CD). Sebaliknya apabila perusahaan ingin maksimum dan jumlah barang yang harus dijual penjualan sebesar OQ1. Tingkat penjualan sebesar OQt ini tidak akan dipilih oleh rnanajer maksimum perusahaan sebab pada tingkat keuntungan sama dengan no1 (TR = TC) penjualan sehingga keadaan ini tidak memuaskan pemilik perusahaan. Rupiah 0 QO Q3 Q2 Q1 Jumlah Barang Gambar 2. Dampak Pajak Perusahaan Terhadap Penjualan Untuk memuaskan para pemilik modal (pemegang saham) pimpinan perusahaan penjualan. untuk memaksimumkan Misalkan keuntungan minimum yang dikehendaki saham sebesar OL maka pimpinan perusahaan pemegang menjual akan berusaha barang yang diproduksinya sebesar akan Dengan OQ2. adanya PPh sebesar 20 persen, maka pimpin-an akan menjual produk-nya sebesar OQ3, sehingga total keuntungan menjadi FQ3 dan 20 persen PPh dari keuntungan ( 2 0 % x FQ,) ., FG dan keuntungan nettu perusahaan sebesar ( \ I a n g k . ; . o r s o c ~ b r n(1, f 1 Sebagaimana 11 yaitu sebesar GQ3 lh9' yang telah dikernukakan di atas rangnn penjualan atau produksi akan rnenyebabkan harga barang pada pasar nunopoli atau tidak sempurna pasar lainnya. Akibat pengenaan pengu- kenaikan persaingan PPl: produksi barang akan semakin sedikit, artinya PPh dapat digeserkan sebagian atau seluruhnya kepada konsumen dengan mernbayar harga tersebut yang digeserkan elastisitas Semakin lebih tinggi. Seberapa besar kepada konsurnen akan sangat permintaan akan barang PPh bergantung yang elastis permintaannya akan semakin pada dihasilkan. sedikit PPh yang dapat digeserkan kepada konsumen. Sebaliknya sernakin inelastis kurva permintaannya, maka semakin yang dapat digeserkan kepada konsumen. besar PPh 5. Hipotesis Hipotesis yang dapat ditarik dan sekaligus menjadi jawaban sementara didasarkan dari permasalahan pada tinjauan pustaka yang adalah sebagai berikut penelitian. sudah serta dipaparkan : a. Efektivitas dan intensivitas pemungutan PPh Perusahaan PT. Semen Indarung tinggi. b. Peranan PPh Perusahaan PT. Semen Indarung Padang cukup berarti sebngai srlatu sumber penerimaan n e g a r a . c. Beban akhir PPh Perusahaan PT. Semen Indarung dialokasikan lebih besar kepada kcinsumen Fadnng pengguna produk tersebut dari pada pcmi 1 ik faktor produksj . BAB I 1 1 M E T O D O L O G I 1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang yang lingkup penelitian meliputi segala sesuatu berkaitan dengan pajak penghasilan PT. Semen Inda- rung Padang, terutama yang dapat menjelaskan tentang : a. Efektivitas dan intensivitas pernungutan; b . Struktur, dan elastisitas PPh Perusahaan Industri Semen; dan c. Distribusi beban akhir antara konsumen dan pemilik faktor produksi . 2. Sumber Data Data yang diolah dan dianallsis berupa data primer berupa biaya produksi (jumlah dan kon~posisinya), penerimaan yang diperoleh, keuntungan, dan PPh Perusahaan Semen IndarSung Padang dari tahun 1984/55 sampai PT. 1994/95. Dat,a sekunder diperoleh dari Biro Pusat Statistik yang dipublikasikan. clipublikasikan maupun yang tidak baik Selain itu data sekunder juga diperoleh dari lembaga dan instansi terkait seperti Departemen Perindustrian, dan Departemen Keuangan. 3. Definisi Variabel Untuk mencapai keseragaman penafsiran atas varia- bcl-variabel yang diteliti, maka penulis berikan definisi varibel berikat ini batasnn : a. Beban Akhir Pajak Tempat atau kepada siapa beban akhir suatu pajak penempatan behail pajak p a d n pemhayar pajaf; terakhir (Musgrav?, 1 9 8 4 : h . 227). Eeban Sang akhir ini diukur' besarannya berdasarkan tarif pajaf;, e1astisit:as permintaan dan elastisitas pennwarari semen. b. Pajak Penghasilan Perusahaan Beban atas pajak yang dikenakan kepada keantungan yang diperolehnya perusahaan, setelah dikurangi dengan biaya operasi per-usnhaan tersebut. Asunisi bahwa beban pajak tersebut dialokasikan kedalam produksi per unit Undang (PPh seagai penarnbah biaya produksi. Perpajakan Pasal Dalam dikenal dengan istilah 2 9 ) . Diukur berdasarltan Undang- PPh persentase Eadan yang d i t ~ t a p k a noleh Undang-Undang Perpajakan yang Derlaku. c. Efektivitas Pemungutan Pajak Persentase pencapaian penorimaan pajak sekarang dibandingkan penerimaan pajak tahun nya. Apabila nilainya positif dikatakan tahun sebelum- efektif dan jika nilainya negatif dikatakan inefektif. d. Intensivitas Pemungutan Pajak Persentase beban pajak sctelah dikurangi dengan pajak terutang. Cntuk mengetahui tingka.t perolehan tunai beban pajak pada p ~ r i o d et . Xpabila intensivitas pernungutan pa jak besarnya: 0-30°; = kurang bail;, 21-40% = a g a k baik, 41-60% = baik, 61-80% = l e b i h baik, dan 81-100". = sangat baik atnu diseb~lt intensivitas pemu- nguten PPh Badan ideal. e. Elastisitas Pajak Repekaan perubahan nasional variabel penerimaan pendapatan nasional. diukur berdasarkan pajak Sedangkan Produk terhadap pendapatan Domestik Bruto (PDB) Rerdasarkan Harga Eerlaku. f. Pergeseran Pajak Pendistribusian beban pajak kepada pihak lain seperti; kepada konsumen atau pernilik faktor produlisi. Atau dengan kata lain suatu proses dimana beban pajak dipindahkan melalui penyesuaian harga dari pengenaannya k e tempat akhir pembebanannya 1984 : h. 2 3 0 ) . Penggeseran beban pajak tempat (Musgrave, ini berdasarkan tarif rata-rata pajak, elatisitas diukur permin- taan dan elastisitas penawaran. 4 . Model Analisis Kajian dan analisis dipusatkan pada masalah efelc- tifitas dan intesivitas, annlisis struktitr, d a n analisis dis t.ribusi beban akhir. PPh perusallaan indus tr-i semen. a . Analisis Efektivitas dan Intesivitas Pemungutan Kaj ian ngliput i n s p e k tujuan pengenaan, objek PPh B a d a n d a n tar-if PPh Radan. subjek Dalam dan kaitannya dcngan bes?~rnq'abeban PPh Baclan Periocle yang bersangkr~tan dan PPii Badan terutang HPS, serta proses admi nistrasi . Dalanl kajiar~ ini efekt ivi tas dilihat derlgan men;bandingkan antara beban PPh Radan d a r - i periode t.ertentu periode sebelumnya. Apabila hasilnya positif efektif dan jika negatif dikatakan tidak efektif dengan dikatakan (inef- fec.tive). Sedangkan intensivitas dilihat dengan mernbanding- kan antara beban PPh badan dengan PPh Radan terutang p a d a per-iocle tertentu. Sekiranya hasi lnya posi tif be~-art j intensif upaya pemungutan P P h Badan, dan tidak intensif upaya pemungutan PPh badan apabila hasi lnya negatif. Kemudian dilihat perlakuan yang seharusnya menurut teori dan seperti yang hal-ha1 lain yang penting untuk diterapkan yang diingini oleh undang-undang dengan terjadi. Sehingga dapai diketahui bagaimana penetapan PPh tersebut ditetapkan, apakat~sesuai undang-undang yang berlaku. Jika tidak praktek sistem decgan dicari faktor penyebab dan imp1 ikasinya atas PPh Eaclan indus t r i senion. b. Elastisitas PPh Elastisitas pertthahan PPh adalah ~erhandingan p e l - s e n t a s e PPh terhadnp p e r - s e n t a s e nasional (Choudry, 1979 : pe1'115ahan perlciapa t n r l h . 8 8 1 , d q p a t dirumuskan dinlana Eppi, adalah elastisitas P P h , dan Y adalah : penda- patan nasional pada harga berlaku. c. Elatisitas Permintaan dan Penawaran Elastisitas permintaan adalah perbandingan persentase perubahan jumlah barang yang diminta terhadap per- sentase perubahan harganya, yang diruinuskan sebagai berikut : dimana Ec. adalah elastisitas permintazn, p adalah harga dan q adalah jumlah barang yang diminta. Elastisitas p?nawaran adalah perbandingan tase perubahan j u m l a h barang yang ditawarkan persentase harganga, !rang dapat dirumuskan dimana E, perserterhadap : adalah elastisitas penawnran. d. Beban Akhir PPh Perusahaan Pengenaan PPh Badan (perusahaan) atas keuntungan (laba) perusahaan, akan mengurangi keuntungan perusahaan. Sehubungan dengan perusahaan diasumsikan itu beban atas PPh Eadan sebagai pajak yang oleh pihak merupakan penambah biaya produksi. Sehingga PPh Badan akan menambah biaya marginal perusahaan, seperti terlihat pada Gambar 3 berikut ini. Harga MC + P P h B a d a n Qt 0 Jumlah Q:-I Gambar 3 . P e n g a r u h PPh B a d a n a t a s H a r g a dan Jumlah P r o d u k s i Berdasarkan Gambar 3 d i atas pengaruhnya jelas kepada b i a y a p r o d u k s i , h a r g a , dan jumlah p r o d u k s i . Peru- bahan t e r s e b u t memotivasi pengusaha untuk menggeser beban PPh Badan k e p a d a p i h a k l a i n , b a i k k e p a d a konsumen harga produk yang l e b i h t i n g g i maupun kepada dengan pernilik f a k t o r p r o d u k s i d e n g a n rnernbayarnya d e n g a n l e b i h m u r a h P e n g a l o k a s i a n b e b a n a k h i r PPh p e r u s a h a a n . industri s e m e n a d a l a h p e m b a g i a n b e b a n a n t a r a konsurnen d a n p r o d u s e n y a n g d i t e n t u k a n dengan rumus ( I c h s a n , 1959, h. 5 2 ) : I[; = 1 IP - dan IP = (t - 1) Ed/{Es dalam + (t - 1 ) Eel) mana I k adalah beban akhir yang ditanggung konsu- men, dan I p adalah beban akhir yang ditanggung produsen. Biaya pemungutan atas PTh PT. Semen Indarung diperkirakan berdasarkan jumlah biaya yang Padang luarkan pemerintah dan subjek PPh atas pemasukan dikePPh setiap tahunnya. ( 1 ) Estimasi fungsi permintaan dan penawaran I3entu.k urnunl d n r i f r ~ n g is ba1-ang (Maurice, 1982 adalah : : pel-mintclan akan h . 16 dan Rosen, 1 9 8 5 s t i a ti1 : 11. 5601 substitusi atau dimana Qcl adalah Ruantitas barang yang diminta Po adalah harga barang per unit P, adalah adalah harga barang komplementer per unit. Y p adalah pendapatan perkapita U adalah selera konsumen V adalah ekspektasi konsumen. Sedangkan bentuk operasional persamaan yang sering digunakan adalah berbentuk log linear. Bentuk persamaan log linear merniliki banyak keuntungan antara lain; mudah s e c a r a ernpiris, dapat mengatasi nilai negatif, dapat mengatasi rnasalah heteroskedatisitas yang biasanya ditaksir timbul dalam analisa yang menggunakan data sgri parameter dapat langsung diinterpretasi, dan rnenghampiri naksimasi kepuasan individu (Waiters. 1968 h. 2 2 1 : clan Johnsan, 1976. 117). Sehubungan dengan fungsi permintaan ynng d i g u n + ~ k a nberbe~ituk bentuk operasionalnya adalah ysrtg Penawaran harga suatu waktu, Itu Hasan makd : : barring ditentukan barang tersebnt ( P o ) , harga fafitor oleh produksi digunakan ( P i ! , dan teknologi sang digunakan dzlarn faktor yang dalam proses produksi barang tersebut ( 2 ) (Maurice, dkk. 1982 h. 36; dan R o s e n , 1985 : h. 563). nalam hubungan ditulis sebagai berikut : bentuk : fungsi Karena perusahaan analisis beban akhir pajak penghasilan PPh dilakukan untuk melihat distribusi beban perusahaan pada suatu periode tertentu, maka pengaruh dianggap tetap. Dengan demikian penentu yang perlu mengestimasi fungsi penatkaran adalah harga barang Pi untuk terse- but dan teknologi yang digunakan. Dengan demikian besaran teknologi akan dinakili oleh data. berupa falitor input yang digunakan dalam proses p r o d ~ ~ k s i barang tersebut. Sehingga clalnnl fungsi penawaran dapat dinyatakan log linear berikut ini ;node! : yang dalam bentuk operasionalnya dinyatakan sebagai : Penentuan harga dan kuantitas keseimbangan terjadi secara bersamaan, pada saat : Persarnaan ( 5 1 , ( 6 1 , dnn ( 7 1 mernbentuk suatu sistern persamaan yang "exactly identified". ( 2 ) Elastisitas Permintaan dan Penawaran Berdasarkan parameter-parameter persamaan-persamaan di atas, maka fungsi permintaan dan penawaran dapat dihitung, selanjatnya dihitung elastisitas permintaan dan penawaran semen dengan menggunakan persamaan ( 2 ) clan ( 3 ) . ( 3 ) Alokasi Beban Akhir PPh Perusahaan Untuk perusahaan mendapatkan distribusi k e p a d a k o n s u r n e n d a n pemi l ik: beban aktlir faktor PPh prcdalcs i d i g u n ~ k a npersamaan ( 4 ) un?u!.< m e 1 i h a t hesaran alokasi . BAB IV HASIL PENELITIAN D A N PEMBAHASAN 1. Efektivitas dan Intensivitas Pemungutan PPh Ketentuan 2 3 ayat ( 2 ) Undang-Undang Dasar 1915, mengenai k~tentuan-ketentuanperpajakan yang meru- pakan Pasal landasan pemungutan pajak harus ditetapkan undang-undang. Berdasarkan LTndang-undang perpajakan ketentuan tahun 1933 dengan tersebut, tela!? nalia diundangkaq Undang-unclang Nomor 7 Tahun 1983 tentsng Pajak Penghasilan, sebagai landasan hukum pengenaan Pajak Penghasilan j.ang b ~ r l a k use jak tahun 195.2. Sistem pajak penghasilan ( P P h l berdasarlian undang Pajak petlghasilan du. 1983 tidak lagi rnemb~dakan antara perusahaan dengan pajali penghasilan Pajal; penghasilan perusahaan dimaksud penghasilan berbadan Undang- pajak indivi- adalah !PPh) yang dikenakan kepada perusahaan hukum (PT), sehingga dalam istilah pajak Fang perpajakan dikenal dengan FPh Badan (PPh Pasal 1 9 ) . PPh badan tersebut dikenakan pada keuntungan (laba) perusahaan. Tarif marjinal PPh mpnurut Undang-undang Pajak 1983 ditetapkan menjadi 3 (tigal kelornpok, yaitu: - 15% dari keuntungan di bawah Rp. 10 juta. - 25% dari keuntngan antara Rp. 10 - 35% dari keuntungan di atas Rp. 50 juta. Dengan demikian PPh merupakan - 5 0 juta. sumber penerimaan negara yang sangat potensial. Walaupun dernikian persoalan pajak tetap Kendala fundamental adalah sistern administrasi dan hukum, dihadapi aparat masih kompleks. perpajakan, dan kepatuhan yang kualitas masyarakat rnembayar pajak. Agar efektivitas dan intensivitas pemungutan PPh dapat tercapai, diperlukan prasyarat perangkat perpajakan yang baik, yaitu melalui penyempurnaan sistem perpajakan. Misalnya yang pemerintah harus menciptakan standar, serta mendorong sistem pembukuan pelaksanaannya melalui sistem komputerisasi yang terintegrasi. Untuk mencapai tujuan efektivitas dan pemungutan Pajak penghasilan perusahaan intensivitas (PPh pemerintah antara lain mengeluarkan Undang-undang tahun 1991 sebagai upaya penyempurnaan Nomor 7 Tahun 1983. Tarif marjinal PPh Badan), No. 7 Undang-undang menurut Undang- undang No.7 tahun 1991 ditetapkan menjadi 3 (tigal kelompok, yaitu: - 10% dari keuntungan di bawah Rp. 25 juta 15% dari keuntungan antara Rp. 25 - . 50 juta. 30% dari keuntungan di atas Rp. 50 juta. Pemberlakuan berlaku tahun Sehingga tarif PPh ini secara efektif 1995 untuk industri semen temuan yang bisa di dibandingkan mulai Indonesia. kedua Undang- undang itu adalah untuk tahun 1994 dan 1995. Temuan perhitungan pajak penghasilan perusahaan (PPh Badan) dari PT. Semen [ndarung Padang yang diberlakukan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991, tahun 1995 dan untuk tahun 1994 yang diberlakukan Undang-undang Nomor 7 tahun 1983, dapat dilihat pada Tabel IV.1. Efektivitas pemungutan PPh Eadan pada tahun ditunjukkan oleh peningkatan penerimaan PPh Badan sar Rp. 7.8511.009 (110,04%). Dan jika dilihat tas pemungutan jumlah PPh PPh Badan tahun terhutang Intensivitas 8.515.055. tahun PPh terpungut F'P~+ 7 . PPhU,. x 1(30% PPh : sebe- intensivi- ditemukan adalah 1995 dengan menggunakan formula berikut IP = - 1995 1995 bahwa sebesar dapat RP. dihitung Tabel IV. 1 Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh Badan) UU No. 7 Tahun 1983 dan UU No. 7 Tahun 1991 PT. Semen Indarung Padang ( 000 Keterangan Laba sebelum pajak Ditambah atau (Dikurangi) - Koreksi beban untuk perhitungan PPh (netto) - Deviden (Anak Perush. 1 1994 Rp. 49.751.531 Rp. 12.374.467 Rp. (Rp. Laba kena pajak 552.481 69.0671 Rp. 8.130.783 - Rp. 50.234.945 Rp. 20.505.250 I Perhitungan Pajak PenghasiIan Perusahaan PPh Badan Tahun 1995 : 1995 I 1994 RP RP Rp. 15.055.596 = = lm x Rp. 25.000 15% x Rp. 25.000 3076xRp. 50.184.945 = 1 I Rp. 15.061.846 Jumlah PPh Badan 1995 I PPh Badan Tahun 1994 : 15% x Rp. 10.000 25% x Rp. 40,000 35% x Rp. 20.455.250 I 1995 I = = = 1 %: ! 1 .500 10.000 Rp. 7.159.337 Rp. 7.170.837 Jumlah PPh Badan Tahun 1994 i Surnber : 1. PT. Semen Padang. 2. Diolah. Hal ini berarti intensivitas PPh sebesar 46,83% dihitung dari terpungut adalah : Rp. 15.061.846 - Rp. 8.008.768 IP = x 100% Rp. 15.061.846 = 46,83% dimana : IP = Intensivitas Pernungutan Pajak. PPht = Beban PPh Badan pada tahun t. PPhUt = PPh Badan Terhutang pada tahun t. Dan perkembangan efektivitas dan intensivitas PT. Semen Indarung Padang untuk sepuluh tahun PPh terakhir dapat dilihat pada Tabel I V . 2 berikut ini. Tabel IV.2 Efektivitas dan Intesivitas Pemungutan PPh Badan PT. Semen Indarung Padang Periode 1985 - 1995 r Reban PPh Badan Tahun (Rp. 000) Efekti- I Intenvi tas i sivitas PPh Badan Teru tang (Rp. 0 0 0 ) 1 ( -1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 Rata-rata ( % I - 1,568,887 2,461,463 2,201,279 2,506,370 4,586,732 17,339,793 18,592,785 23,438,708 16,799,986 7,170,837 15,061,846 0 0 1,554,180 634,530 3,380,922 10,480,895 2,989,171 4,407,342 10,808,712 L,331,684 8,000,768 56.89 (10.57) 13.86 83.00 278.04 7.23 26.06 (28.32) (57.32) 110.04 100.00 100.00 29.40 71.68 26.29 39.56 83.92 81.20 35.66 81.43 46.83 10,157,120 3,963,291 43.54 63.54 L Sumber : PT. Semen Padang. Dari Tabel IV.2 di atas kelihatan perkembangan,' peningkatan efektivitas tertinggi terjadi pada tahun 1990 yaitu sebesar 2 7 8 , 6 4 % dan yang terendah terjadi pada tahun dengan 1994 tingkat efektivitas negatif yaitu (57,32%). Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas pernungut- an PPh secara Semen industri semen sangat berfluktuasi. efektivitas pernungutan PPh rata-rata Sedangkan PT. Badan Indarung Padang adalah 43,547;. Kondisi ini nienun- jukkan efektivitas adalah katagori baik. Dari sisi intensivitas pernungutan PPh badan tri semen (yaitu tahun tertinggi terjadi pada tahun 1985 indus- dan 1007;), dimana pada saat itu Undang-undang 1986 No. 1983 baru diberlakukan 2 (dual tahun dalam 7 perhi- tungan PPh badan PT. Semen Indarung Padang. Dan intesifitas terendah Sedangkan adalah rata-rata 63,54%. pemungutan terjadi pada tahun 1989 sebesar PPh intensivitas pernungutan Hal ini menunjukkan bahwa Badan PT. Semen Indarung 26, PPh 39%. badan intensivitas Padang adalah katagori lebih baik. 2. Elastisitas Pajak Penghasilan Estimasi dilakukan ries) penerirnaan Pajak Penghasilan (PPh) dengan menggunakan data seri waktu dari tahun 1985 yang dinyatakan : - 1995 dan memakai yang (time fungsi se- linear agar secara sekaligus dapat melihat elastisitasnya maka persamaan fungsinya menjadi : - T = a. ynB atau In T = In a + B In Yn dimana T mewakili penerimaan PPh Badan. Sedangkan Yn adalah pendapatan Nasional menurut harga berlaku. Gambaran PPh Badan, dan Pendapatan Nasional dapat dilihat pada Tabel IV.3 berikut ini. T a b e l IV.3 PPh Badan PT. Semen Padang dan Pendapatan Nasional Periode 1985 - 1995 ( R p . milyar) Tahun 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 Rata-rata PPh Yn 1.57 2.46 2.20 2.51 4.59 17.34 18.59 23.44 16.80 7.17 15.06 80,125.60 88,296.90 104,920.50 121,605.95 142,454.71 166,518.40 192,803.10 227,795.41 269,385.30 283,465.20 298,734.70 10.06 179,645.98 r Sumber : Keterangan 1. PI'. Semen Padang. 2. Ministry of Finance. 3. BAPPENAS. : PPh = PPh Badan PT. Semen Indarung Padang Yn = Pendapatan Nasional Berdasarkan Harga Berlaku. Berdasarkan atas Tabel IV.3 di atas dilakukan pendapatan nasional 7). Hasil estimasi terhadap Pendapatan Nasional dengan regresi PPh model yang Badan telah ditetapkan pada persarnaan log linear di atas adalah : In T = - 19,877 + 1,8155 In Yn (51 (4,6877) (4,6511) R~ = 0,7062 t-Ratio = 4,6511 dan F = 21,633 et, = 0,2938 DW = 1,0484 Hasil pada Rho = 0,47016 tersebut secara ekonometrik sangat derajat (autoregressive) tidak t kepercayaan 99% baik melalui uji rnaupun uji F. Akan tetapi menunjukkan adanya dalam persarnaan fungsi oleh DM' = 1,0484. Sesuatu ditunjukkan berrnakna Ratio swahubungan ini. fungsi Hal ini dikatakan terdapat auto regresi, apabila DW = 3,OO. Menurut Supranto, (1984 : h. 164) dan Gujarati, (1995 : h. 217) bahwa untuk rnelihat adanya auto regresi tidak cukup hanya dengan milihat DW yang hampir rnendekati 2 saja, tapi juga harus dilihat kalau r (Rho) = 0 baru berarti tidak terda- pat serial korelasi. Secara perangkat dimana Rho ekonornetrik lunak = Shazam F Rho (Rho) dengan langsung 0,4706 atau dapat juga menggunakan dapat diketahui dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini (Supranto, 1984 : h. 165). Hasil perhitungan baik dengan Shazam rnaupun rumus r di atas menunjukkan Rho kecil dari 0,5 autoregresi yang terjadi dalam dengan berarti hubungan fungsi dapat di abaikan. Dengan demikian makna ekonomi dari persamaan fungsi tersebut, berupa elastisitas Yn terhadap PPh bersifat elastis. Dimana setiap kenaikan pendapatan 1 persen akan menaikan penerimaan PPh Badan sebesar 1,8155 persen. 3. Fungsi Permintaan dan Penawaran Semen (a) Fungsi Permintaan Semen Fungsi permintaan semen yang diestimasi adalah fungsi agregatif dengan menggunakan data seri waktu tahun 1985 - 1995. Besarnya jumlah permintaan yang dari dies- timasi, dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : dimana : = Jumlah permintaan semen yang diestimasi Q~ St-l = Jumlah stok semen sebelum tahun t Prodt = Jumlah produksi semen pada tahun t Xt = Jumlah ekspor semen pada tahun t St = Jumlah stok semen pada tahun t. Setelah jumlah permintaan semen yang akan diestimasi dapat diketahui, model fungsi permintaan yang kan untuk meregres adalah dimana diguna- : : Po = HPS rata-rata Semen (Rp/zak) Yp = Pendapatan perkapita dalam harga berlaku ( R p . ribu). Hasil pengolahan data menunjukkan fungsi permintaan dalam bentuk fungsi log linear adalah sebagai berikut In Qd = 8,9125 - 0,75180 In : Po + 0,64903 In Y p (0,43846) (0,26265) (0,14038) R~ = 0,9402 t-Ratio Po = -2,8624 t-Ratio Yi,= 4,6233 et = 0,0598 DW = 2,4193 F = 62,917 Rho = -0,28773 (91 Secara ekonometrik, dilihat secara (Uji 95% sendiri-sendiri t-ratio) harga signifikan pada tingkat dan pendapatan signifikan pada tingkat kepercayaan kepercayaan Fl 99%. Sedangkan pada tingkat kepercayaan 99%. Selain itu hasil sesuai secara bersama-sama (Uji dengan teori permintaan, dimana harga negatif dan tanda parameter signifikan tanda tersebut parameter pendapatan positif. Dalam bentuk fungsi pzngkat dapat ditulis: Nilai elastisitas yang diperoleh menunjukkan tisitas maupun elas- permintaan adalah inelastis baik terhadap pendapatan perkapita. Perbedaannya, harga apahila ke- naikan harga 1 persen akan memperkecil permintaan 0 , 7 5 1 8 0 persen dan setiap kenaikan pendapatan perkapita 1 persen akan memperbesar permintaan 0,64903 persen. (b) Fungsi Penawaran Semen Fungsi penawaran semen yang diestimasi adalah fungsi dari agregatif dan masih menggunakan data tahun 1985 - 1995. Besarnya jumlah seri penawaran juga waktu yang diestimasi dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: dimana : = Jumlah penawaran semen yang diestimasi. Q~ Setelah jumlah penawaran semen yang akan diestimasi dapat diketahui, model fungsi penawaran untuk meregres adalah dimana yang digunakan : : Po = HPS rata-rata Semen (Rp/zak) Z = Teknologi (faktor input produksi). Hasil pengolahan data rnenunjukkan fungsi penawaran dalam bentuk fungsi log linear adalah sebagai berikut : ln Qs = 3,7626 + 0,37004 In Po + 0,47433 In Z (0,69527) (0,12083) (0,13301 R~ = 0,9625 t-Ratio Po = 3,0624 t-Ratio Z = 3,5660 et = 0,0375 DW = 2,7168 Secara maupun F = 102,590 Rho = -0,42833 ekonometrik, (13) Secara bersama-sama secara parsial (Uji t-Ratio) harga dan menunjukkan signifikan pada tingkat (Uji F) teknologi kepercayaan 99%. 48 Dalam bentuk fungsi pangkat dapat ditulis Nilai elastisitas yang diperoleh menunjukkan tisitas penawaran adalah inelastis baik terhadap : elasharga maupun teknologi. Apabila terjadi kenaikan harga 1 persen akan memperbesar penawaran 0,37004 persen dan penambahan (perubahan) teknologi 1 persen akan setiap memperbe- sar pernawaran 0,47433 persen. Dalam ha1 kaitannya dengan hipotesis 2 yang menya- takan peranan PPh perusahaan industri semen cukup berarti sebagai suatu sumber penerimaan negara sangat terbukti. Oleh karena itu hipotesis diterima. 4. Distribusi Beban Akhir PPh Badan Antara Konsumen dan Pemilik Faktor Produksi Undang-undang Undang-undang Badan yang Nomor 7 Tahun Nomor 7 Tahun 1991 menetapkan (Pajak Penghasilan Perusahaan) adalah laba dari menghasilkan Dengan Perpajakan demikian (keuntungan) perusahaan (produsen) 1983 dan subjek PPh perusahaan operasinya. menderita beban pertama dari PPh Badan, yaitu sebagai pihak yang melunasi PPh Badan terutang kepada pemerintah. Besarnya pemerintah jumlah PPh Badan yang dibayarkan kepada merupakan pengeluaran perusahaan yang rnengu- rangi keuntungan Badan tersebut. secara (laba) perusahaan yang Sehubungan dengan itu dikenakan para PPh pengusaha ekonomi sesuai dengan perkembangan ekonomi akan berupaya menggeser beban PPh Badan tersebut mikro sebaha- gian atau seluruhnya kepada pihak lain. Penggeseran itu dapat dilakukan dua arah yaitu kepada pemakai semen (konsurnen) dan kepada pemilik faktor produksi sebagai badan yang memasok faktor produksi dalam ha1 ini dilihat hanya sebatas pemilik modal. Dengan asumsi bahwa industri semen di Indonesia; (1) memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja, sehingga penggeseran kapur dapat kepada tenaga kerja, ( 2 ) tidak bahan dieksploitasi secara bebas, terjadi baku batu sehingga juga tidak terjadi penggeseran kepada bahan baku. Sehubungan dengan itu penggeseran PPh Badan kedepan adalah kepada konsurnen dan kebelakang hanya kepada pemi- lik dapat modal perusahaan. Industri semen dibagi Usaha kepemilikan atas 2 golongan (1) swasta, dan ( 2 ) BUMN Milik Negara. Kapasitas produksi dan pangsa (Badan pasar semen 63,92% dikuasai oleh swasta dan 36,0876 dikuasai oleh BUMN (Business News, 1994 h. 4 ) . Sarnpai kepada pihak ditentukan yang seberapa lain oleh besar beban (konsumen), PPh Badan secara digeser rnikro ekonomi posisi dan kekuatan pasar dihasilkan produsen. Dalam ha1 ini dari barang tercerrnin dari elastisitas permintaan dan penawaran barang tersebut. Dan semakin kuat posisi produsen maka akan untuk menggeserkan beban PPh kemampuannya semakin besar Badan kepada pihak lain. Ichsan, menunjukkan (1989 : h. 5 2 ) d a n T a n , (1967 besarnya beban pajak yang dapat : h. 89) digeserkan kepada pihak lain (konsumen) ditentukan oleh tarif Pajak, elastisitas permintaan dan penawaran barang yang bersangkutan seperti yang telah dikemukakan pada persamaan (4) pada Bab I XI. Dari hasil perhitungan maka dapat diketahui seberapa besar digeser kepada produsen. Hasil penggeseran tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.4 beri- konsumen kut ini. PPh Badan industri semen itu dan seberapa besar ditanggung Tabel IV.4 Pergeseran Beban P P h Badan PT. Semen Padang Antara Produsen dan Konsumen Surnber : D i o l a h . Keterangan : Ip = B e b a n p r o d u s e n a t a s PPh R a d a n P T . Semen P a d a n g . I k = B e b a n konsumen a t a s PPh B a d a n PT. Semen P a d a n g . Tabel sarkan IV.4 d i a t a s , rnenunjukkan pada dikenakan tarif rata-rata pergeseran PPh B a d a n t a h u n p a d a PT. Semen I n d a r u n g P a d a n g dida- 1995 yaitu yang sebesar 29,987;. J a d i p e r g e s e r a n PPh B a d a n k e p a d a sebesar 58,727;. Dan b e b a n PPh B a d a n y a n g d i g e s e r kepada k o n s u m e n s e b e s a r 41,28%. Jabvaban a t a s h i p o t e s i s 3 menya- takan pexiilik bahwa PPh B a d a n P T . Semen I n d a r u n g P a d a n g modal ditang- g u n g o l e h p e m i l i k modal l e b i h b e s a r d a r i p a d a k o n s u r n e n . BAB V KES I MWLAN DAN I MPL I KAS I 1 . Kesimpulan Sebagaimana telah diuraikan berbagai temuan sistem PPh Badan pada PT. Semen Indarung Padang, dari tentang efektivitas dan intensivitas pemungutan PPh Badan, pera- nan serta PPh Badan yang dilihat melalui elastisitas alokasi beban akhir PPh Badan. Temuan tersebut melihatkan sisi positif penerapan dari PPh Badan (Pasal 2 9 ) pada PT. Semen Indarung Padang. Dari berbagai temuan yang telah dibahas pada Bab IV s e b e l u m n ~ a ,maka dapnt diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Efektivitas pemungutan PPh Eadan menunjukkan tingkat efektivitas pemungutan yang sangat positif bagi pemerintah sebagai salah satu sumber penerimaan Kadar efektivitas secara rata-rata untuk 11 tahun 43,547G. terakhir yaitu dari tahun 1985 Demikian juga halnya - negara. (sebelas) sebesar 1995 dengan intensivitas pemungutan PPh Badan, secara rata-rata tingkat sivitasnya adalah 6 3 , 5 4 % . Hal. ini menunjukkan dengan sistem "self assesment", intensivitas tan PPh Badan pada PT. Semen Padang adalah (intensivitas 61-80%). intenbahwa pemungulebih baik Artinya kesadaran dunia PT. Semen Indarung Padang dalam membayar pajak cukup tinggi. b. Elastisitas PPh Badan PT. Semen Indarung Padang. terhadap pendapatan nas ional adalah elat is (ynl f 8 l S 5 ) Arti ekonominya bahwa setiap kenaikan pendapatan 1 persen akan menaikan penerimaan PPh nasional . Badan PT. Semen Padang 1,8155 persen. c. Elastisitas dan elastisitas harga penawaran semen yaitu Elastisitas harga permintaan bersifat berhubungan negatif. Yaitu apabila harga persen maka permintaan 1 persen. - harga permintaan semen adalah Elastisitas harga 0.37004. inelastis terjadi akan penawaran 0,75180 kenaikan turun juga 0,75180 bersifat inelastis tapi ada berhubungan positif. Yaitu harga naik 1 persen maka penawaran semen dan apabila akan naik sebesar 0,37004 persen. d. Distribusi menunjukkan semen, beban bahwa akhir PPh Badan 41,28% PT. ditanggung Semen oleh Padang konsumen dan 58,72% ditanggung oleh produsen. Dan dari 41,28%. 2. Implikasi Saran dan implikasi dari temuan penelitian ini juga penulis kelompokkan atas (a) efektivitas dan intesivitas pemungutan PPh Badan, (b) elastisitas PPh Badan, dan Alokasi beban akhir PPh Badan. Saran-saran dari (c) temuan ini tidak meneliti lebih masukan dalam hanya ditujukan kepada lanjut, tapi dan pertimbangan yang juga diharapkan bagi para pengambil perpajakan di Indonesia bidang berminat untuk sebagai keputusan umumnya dan PT. Semen Indarung Padang khususnya. a. Implikasi temuan penelitian ini dalam bidang efektivitas dan intesivitas pemungutan PPh Badan PT. Semen Padang telah menunjukkan secara rata-rata adalah baik. Namun demikian bila dilihat secarn periodik tas pemungutan yaitu tahun 1 9 9 3 , dan 1994. Sehubungan dengan ha1 ini penu- lis sarankan untuk tetap meningkatkan pelayanan admi- 1987, nistrasi masih ada yang negatif efektivi- Badan ini. Sebab apabila PPh dilihat suclut produksi clan konsumsi dari pada semen dari kecende- rungannya adalah menitigkat terus. Dalam ha1 ini tentu sekaligus harus akan meningkatkan penerimaan PPh, diiringi dengan peningkatan efektivitas pemungutan PPh Badan. b. Elastisitas PPh badan bersifat elastis, tetapi elasti- sitas harga permintaan dan penawaran inelastis. Hal semen ini menunjukkan dari sisi bersifat PPh Badan sebagai sumber penerimaan negara sangat menguntungkan, namun dari konsumen dengan pihak sis i rumah semen kondisi kurang tangga (masyarakat menguntungkan. ini penulis ingin yang terkai t dalam ha1 semen sebagai Dalam kaitan menyarankan sebagai pada komodi t i strategis, perlu memperhatikan pihak konsumen (masya- rakat) pemakai komoditi ini. c. Alokasi beban akhir PPh Badan diharapkan dapat mempertahankan perirnbangan konsumen dan produsen. Dalam ha1 ini disarankan dengan beban saran memperkecil beban lebihan yaitu perbaikan Dengan dalam menanggung fungsi permintaan dan penawaran kata lain meningkatkan jumlah antara sarna melalui semen. produksi semen dan menurunkan HPS. d . Sehubungan dengan saran dan implikasi di atas, maka penelitian PPh individu dan pajak lainnya perlu dila- kukan dalarn agar aplikasinya informasi dapat rnelihat sifat-sifat pajak di Indonesia. Selain itu semakin dalarn bidang perpajakan yang lengkap diperoleh, tentu akan mewujudkan sistem perpajakan Indonesia yang progresi f . DAlTAR KEPUSTAKAAN Aimon, H. 1997. Analisis Beban Akhir Pajak Penghasilan Perusahaan (PPh Badan) : Kasus Industri Semen di Indonesia, Tesis (tidak dipublikasikan), Universitas Syiay Kuala, Banda Aceh. Bank Indonesia. 1995. Statistik Ekonomi-Keuangan volume XXVIII, Jakarta. Indonesia, Boadway, W.R. 1979. Public Sector Economic, Winthrop lishers, Inc., Cambridge, Massachusetts. Pub- Boediono. 1994. Ekonomi Makro, Seri Sinopsis Pengantar Ekonomi No. 2 , Edisi 1, BBPFE, Yogyakarta. Ilmu Business News. 1994. "Mengamati Harga-Harga Romoditi Strategis", Ruang Angka & Grafik, No. 270, h. 4-7, Jakarta. Dernburg, D.F. 1985. Macroeconomics: Concepts, Theories, and Policies, McGraw-Hill, Inc., Alih Bahasa: Earyaman Muchtar, Penerbit Erlangga, Jakarta. Departernen Keuangan. 1991. Undang-Undang No.7 Tahun 1991, Depaternen Keuangan, Jakarta. . 1994. Undang-Undang Departernen Keuangan, Jakarta. No. 10 Tahun Dernburg, T.F. 1986. Macroeconomics, Alih Bahasa, bfuchtar, hfakro Ekonomi, Erlangga, Jakarta. 1994, Karyaman, Esmara, H. 1997. "Peningkatan Pajak Harus Diimbangi Pelayanan Publik": Masyarakat Mengeluh, Kompas Online, corn/9701/EKONO~~I/peni.htm.,h. 1, http://www.kompas. Jakarta. Froyen, T.R. 1993. Macroeconomics Theories and Macrnillan Publishing Company, New York. Policies, Jhingan M.L. 1994. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Gujarati, D . 1995. Basic Econometrics, Alih Bahasa, Sumarno, Ekonornetrika Dasar, Erlangga, Jakarta. Zein Hyman, N.D. 1972. Public Finance : A Contemporary Application of Theory to Policy, T h e Dryden Press, Chicago. ' . 1993. The Economics of Govermental Activity, Holt Kinehart and Winston, Inc., San Francisco. Ichsan, C. 1989. Struktur Dan Beban Akhir Cukai di Indonesia : Kasus Tembakau dan Qula, Disertasi (tidak dipublikasikan), Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. . 1993. Pengeluaran Pemerintah, Pajak dan Perubahan Output, Fakultas Ekonomi Unsyiah, Banda Aceh. Karimi, S. 1997. "Peningkatan Pajak Harus Diimbangi Pelayanan Publik,: Pelayanan Publik, Kompas Online, h. 2, http://www.kompas. com/9701/EKONOh!I/peni.htrn., Jakarta Lains, A . 1991. Kapasitas Produksi Terpasang Optimal dan Kebijaksanaan Harga pada Industri Semen di Indonesia, Pusat Penelitan Universitas Andalas, Padang. hfangkoesoebroto, G., 1994. Kebijakan Ekonomi Publik Di Indonesia Substansi dan Urgensi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. . 1993. Ekonomi Publik, Edisi 3, BPFE, Yogya- karta. . 1979. Tax Incidence in a Developing Country: The Case of Indonesia, Dissertation (Unpublished), University of Colorado, Boulder. Mulyani, S.I. dan Jasmina, T. 1995. "Tinjauan Triwulan Perekonomian Indonesia", Ekonorni dan Keuangan Indonesia, Volume XLIII, h. 4-12, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Musgrave, R.A. 1984. The Theory of Public Finance, Mc. Hills, New York. Ramsey, F.P. 1972. "A Contribution to The Theory tion", Economic Journal, No. 37, h. 37-61. of Soediyono, R. 1988. Ekonomi Makro Pengantar Analisa patan Nasional, Liberty, Yogyakarta. Graw TaxaPenda- Syahriful. 1996. "Penurunan Tarif Pajak Tidak Pengaruhi Januari Pendapatan", Harian S i n g g a l a m , Edisi 11 1996.) h. 2, Padang. - Usman, B. dan Subroto, K. 1980. Yayasan Eina Pajak, Jakarta. Pajak-pajak Indonesia, Lampiran 1 Print Out Regresi Fungsi Permintaan Semen Periode 1985 - 1995 UNIT 6 IS NOW ASSIGNED TO: c:\mon-2\demand,out : FILE 4 c:\mon-?\demand.prn UIL'IT 4 IS NOW ASSIGNED TO: c:\man-2\demand .prn -S W L 1 1 1 -READ(4) QD PO M 3 VARIABLES AND 11 OBSERVATIONS STARTING AT OBS I I REQUIRED MEMORY IS PAR= OLS ESTIM4TION 11 OBSERVATIONS 2 CVRRENT PAR= 1 182 DEPE3TIENT Fr.AF.IABLE= LQD R-SQUARE = 0.9402 R-SQU-XE .ADJU.STED = 0.7253 V.?\RIANCEOF THE ESTIMATE-SIGhlA**2 = 0.12473E-02 STANDARD ERROR OF THE ESTIMATE-SIGbi-4= 0.35317E-01 SLTM OF SQUARED ERRORS-SSE= 0.99781E-02 MWnJ OF DEPENDENT YARIABLE = 11 .581 LOG OF THE LIKELIHOOD FUNCTIOn! = 2.2.9206 hlODEL SELECTION TESTS - SEE JLDGE ET.AL. (1985, P .241) AKAIKE (1969) FINAL PREDICTIOR ERROR- FPE = 0.15871E-02 (FPE ALSO KNOWN AS MlEMIYA PREDICTION CRITERION -PC) AKAIKE (1973) INFORMATION CRITERIO8- LOG AIC = -6.4598 SCHWARZ(1978) CRITERIOV-LXX3 SC = -6.3513 MODEL SELECTION TESTS - SEE RAKANATHAN(1989,P.166) CUVEN-WAHBA(1979) GENER4LIZED CROSS VALIDATION(1979) -GCV= 0.17150E-02 H4NNkN AND QU INN ( 1979) CRITERIOPi -HQ= 0.14616E-02 RICE (1984) CRITERION-RICE 0.19956E-02 SHIBATA ( 1981) CRITERIOM-SHIBATAz 0.14019E-02 SCHW.4RTZ (1978) CRITERION-SC= 0.17445E-02 AKAIKE (1974)INFOR~TIONCRITERION-AIC= 0.15651E-03 REGRESSION ERROR TOTAL REGRESSIO?! ERROR PJTMi ANALYSIS OF V.ARIAVCE - FROM hE4N SS DF MS 0.78173s-01 0.15695 2. 0.99781E-02 8. 0.12473E-02 10. 0.16692E-01 0.16692 ANALYSIS OF VARIANCE - FROM ZERO SS DF MS 1475.6 3. 191.85 0.99781E-02 8. 0.12473E-02 1495 , & 11 134, I d n VARIABLE NAME ESTIMATED STANDARD COEFFICIENT ERROR LPO -0.75180 0.64903 CONSTANT 8.9125 0.26265 0.14038 0.43846 LYD T-RATIO 8 DF PARTIAL STANDARDIZED ELASTICITY CORR. COEFFICIENT AT MEANS -2.8624 4.6233 20.327 -0.7113 0.8530 0.9905 -0.54860 -1.4904 2.4073 0.77905 0.00000E+00 0.76956 DURBIN-WATSON = 2.4193 VON NEUMANN RATIO = 2.6612 RHO = -0.28773 RESIDU-AL SmI = -0.24356E-14 RESIDLYAL VARIAMCE = 0.12473E-02 SUM OF M3SOLVTE ERRORS= 0.28429 R-SQUARE BETWEEN OBSERVED AND PREDInED = 0.9402 8RUNS, 6 POSITIVE, 5 NEGATIVE, NORMALSTATISTIC= 0.9915 RUNS TEST: COEFFICIEXT OF SKEWNESS = 0.4151 WITH STA?iDARD DEVIATION OF 0.6607 COEFFICIENT OF EXCESS KURTOSIS = -0.5120 WITH ST.U!.W DEYIATIO!! OF 1.2794 GOODNESS OF FIT TEST FOR NORWLIn OF RESIDUALS OBSERVED 0.0 1.0 4.0 5.0 1.0 0 . 0 EXPECTED 0 . 3 1.5 3 . 8 3.8 1.5 0.3 1.2587 WITH 1 DEGREES OF FlXEDO~f CHI-SQUARE = 6 GROUPS ' -AUTO LQD LPO L Y D N DN I REQUIRED MEMORY IS PAR= 3 CLRREET P.U= 182 DEPENDENT V.AJ?I.#3LE= LQP 9%OPTION IN EFFECT - DIVISOR IS N KAXIhic91 LIKELIHOOD ESTIMATION 11 OBSERVATIONS BY COCHRANE-ORCUTT TYPE PROCEDLRE WITH CONWRGENCE = 0.0(3100 ITERATION 1 2 3 4 5 6 7 8 LOG L.F. = RHO L.F. 22.9206 23.5968 23.8437 23.8964 23.903 1 23.9038 23.9038 23.9039 RHO 0.00000 -0.27305 -0.43458 -0.50936 -0.53601 -0.54432 -0.54679 -0.54752 23.9039 ESTIMATE -0.54752 ATRHO= -0.51753, ASIMPTOTIC ASYWTWl"IC AS-IC ST. ERROR T-RAT I0 VARI AWE 0.2.5230 -2.17007 0.06366 R-SQUARE = 0.9516 R-SQUARE ADJltTSTED = 0.9395 VARIANCE OF THE ESTIhlATE-SIGhLA**2 = 0.73442E-(33 STANDARD ERROR OF THE ESTIMATE-SIGMA = 0.27100E-01 SUM OF SQUARED ERRORS-SSE= 0.80786E-02 h E A N OF DEPENDENT VARIAI3LE = 11.581 LOG OF THE LIKELIHOOD FUNCTION = 23.9039 MODEL SELECTION TESTS - SEE JlDGE ET..4L.(1985, P.212) SSE 0.99781E-02 0.87618E-02 0.82774E-02 0.81308E-02 0.80927E-02 0.80821E-02 0.80795E-02 n.80786E-02 AKAIKE (1969) FINAL PREDICTION ERROR- FPE = 0.93472E-03 (FPE ALSO KNOWN AS AWIYA PRDICTION CRITERION -PC) AKAIKE (1973) INFORMATION CRITERION- LOG AIC = -6.6710 SCHWARZ(1978) CRITERION-LOG SC = -6.5625 MODEL SELECTION TESTS - SEE RAMANATHAN ( 1989,P .I66) CRAVEN-WAHBA ( 1979) GENERAL1ZED CROSS VALID.4TION( 1979) -GCV= HANNAN AND QUINN(1979) CRITERION -HQ= 0.11834E-03, RICE (1984) CRITERION-RICE= 0.16157E-02 SHIBATA (1981) CRITERION-SHIBATAz 0.11350E-02 SCHWARTZ (1978) CRITERION-SC= 0.14121E-03, AKAIKE (1974)INFORhUTION CRITERION-AIC= 0.12672E-02 REGRESSION ERP.OR TVrAL REGRESSION ERROR TO?'AL VARIAElLE NAm LPO ANALYSIS OF VARIANCE - FROM BiE4X SS DF MS 0.15885 2. 0.79423E-01 0.80736E-02 11. 0.73442E-03 0.16692 10. 0.16692E-01 AWAL.k'SISOF SS 1475.6 0.80786E-02 1475.6 I VARIAUCE - FRO\! ZERO DF \fS 3. 491.85 11. 0.73342E-03 11. 131.1P ASYMPTOTIC ESTIMATED STANDARD T-RATIO COEJTICIENT ERROR -0.48860 0.51782 CONSTANT 8.5130 ' -S M P LYD 0.1388SE-02 0.18661 0.98230E-01 0.28393 -2.6183 5.2715 29.983 PARTIALSTAND~IZED~STICITY O R R . COEFFICIENT AT MEANS -0.6793 -0.96862 -0.35654 0.8812 1.9206 0.62155 0.9956 O . ~ E + O O0.73506 Lampiran 2 Print Out Regresi Fungsi Penawaran Semen Periode 1985 - 1995 UNIT 6 IS NOW ASSIGNED TO: c:\mon-2\supply-1.out :-FILE 4 c:\mon-2\supply-l.prn UNIT 4 IS NOW ASSIGNED M: c:\mon-2\supply-l.prn -S!PL 1 11 I -RE;U)(4) QS PO Z 3 VARIABLES A h ' 11 OBSERVATIONS STARTING AT OBS I 1 -GEP!! LQS=LOG (QS -GEJ'R LPO=LOG(PO ' GENR LZ=LDG(Z) I I I 1 -OLS WS LPO LZ/ RSTAT REQUIRED MEMORY IS PAR= OLS FSTIMATION 1 1 OBSERVATIONS 2 CURRENT PAR= 182 DEPEXDEXT V.4RI.4BLE = M S R-SQUARE = 0.9625 R-SQU.4RE .ADJli,STED = 0.9531 V.4RI.U1CEOF THE ESTIMATE-SIGX4xx2 = 0.19418E-02 STX42).U?D ERROR OF THE ESTIMTE-SIC3dA = 0.43066E-01 SUM OF SQUARED ERRORS-SSE= 0.15535E-01 MEAN OF DEPENDENT VARIABLE = 12.001 LOG OF THE LIKELIHOOD FUNCTION = 20.4858 h!ODEL SELECTION TESTS - SEE J U X E ET.AL.(1985, P.243,) .MIKE (1969) FINAL PREDICTION ERROR- FPE = 0.24714E-02 (FPE ALSO KNOWN AS AWIYX PREDICTION CRITERION -PC) X4IKE (1973) INFORh(ATI0N CRITERION- LOG AIC = -6.0171 SCHWARZ( 1978) CR ITERION-LOG SC = -5.9086 MODEL SELECTION TESTS - SEE: RZhKWATH4V(1989,P.166) CRAVER-W.AHB.4( 1979 GENERAL1ZED CROSS V.4LID.4TION ( 1979 -GCV= HXVNA!! Ah?> QUINN ( 1979) CRITERION -HO= 0.22756E-02 RICE (1984) CRITERION-RICE= 0.31069E-02 SHIBATA (1981) CRITERION-SHIBATA= 0.21826E-02 SCHIY;IRTZ (1978) CRITERION-SC= 0.271MIE-02 AKAIKE (1974)INFORMATION CRITERION-AIC= 0.21367E-02 REGRESSION ERROR TOTAL REGRESSION ERROR TOTAL 0 - FROM h(EZN MS 0.19921 0.19418E-02 0.41396E-01 F 102.590 ANALYSIS OF VARIANCE - FROM ZERO SS DF MS 3. 528.18 1584.5 0.15535E-01 8. 0.19418E-02 1584.6 11. 144.05 F 271998.845 A!!.ALYSIS OF VARIANCE SS Dl? 0.39843 2. 0.15535E-01 8. 10. 0.11396 VARIABLE NAME ESTIMATED STANDARD C O ~ I C I E N T ERROR LFQ LZ 0.37004 0.47433 CONSTANT 3.762.6 T-RATIO 8 DF 0.12083 0.13301 0.69527 PARTIAL STANDARDIZED ELASTICITY CORR. COEFFICIEKT AT MEANS 0.7346 0.7835 0.8863 3.0624 3.5660 5.4117 0.46583 0.54243 0.00000E+00 0.26060 0.42587 0.31353 DURBIN-WATSON = 2.7168 VON NEUXANN RATIO = 2.9885 RHO = -0.42833 RESIDUAL, SUM = 0.68556E-14 RESIDUAL VIUIIARCE= 0.19318E-02 SLM OF AEISOLUTE ERRORS= 0.35458 R-SQUARE BMNEEN OBSERVED AMD PREDICTED = 0.9625 RUNS TEST: 7 RUNS, 4 WSITIVE, 7 NEGATIVE, NORMAL STATISTIC = COEFFICIENT OF SKERNESS = 0.7561 WITH STANIIARD DEVIATION OF 0.6607 COEFFICIEYT OF EXCESS KURTOSIS = -0.6381 WITH. ST.AND.4RD DEXrIATION OF 1 GOODNESS OF FIT TEST FOR NORMALITI' OF RESIDLr.4LS OBSERVED 0.0 1 . 0 6 . 0 2.0 2.0 0.0 EXPECTED 0.3 1 . 5 3 . 8 3.8 1.5 0 . 3 CHI-SQLIIZRE = 2.9992 WITH 1 DEGREES OF FREEDO\{ 6 GROUPS '-AUTO LQS LPO LZ/ML DN 1 IEQrlIRE'DMEMORY IS PAR= 3 CtURRENT P.== 182 DEPEWENT VARIABLE = MS DN OPTION IY EFFECT - DIVISOR IS 3 \'14YIhK!lll LIKELIHWD ESTI\L4TION 11 OBSERV.ATIOMS EY COCHRQVE-ORCUTT TYPE PROCEDLRE WITH COPIVERGEYCE = 0.00100 I TEF-ATI O?! 1 2 3 4 5 LOG L.F. RHO = RHO 0.00000 -0.39146 -0.46750 -0.47308 -0.47343 21.7170 EST1MATE -0.47313 LOG L.F. 20.4858 21.6712 21.7167 21.7170 21.7170 .$T RHO ASYMPTOTIC VARIANCE 0.07053 = SSE 0.15535E-01 0.12335E-01 0.12144E-01 0.12136E-01 0.12136E-01 -0. 47343 ASYMPTOTIC ASYUPTOTIC T-RATIO ST. ERROR -1 .78264 0.26558 R-SQUARE = 0.9707 R-SQUARE ADNSTED = 0.9634 VARIANCE OF TKE ESTIMATE-SIGKA**2 = 0.11033E-02 STAh9ARD ERROR OF THE ESTIhlATE-SIGMA = 0.33215E-01 SUM OF SQUARED ERRORS-SSE= 0.12136E-01 MEAN OF DEPEP'ENT VARIABLE = 12.001 LOG OF THE LIKELIHOOD FUNCTION = 21.7170 MODEL SELECTION TESTS - SEE JUDGE ET.AL.(1985, P.242) M I K E (1969) FINAL PREDICTION ERROR- FPE = 0.14041E-02 (FPE ALSO KXOH'N AS MEMIYA PREDICTIO?! CRITERION -PC) AKAIKE (1973) INFORMATION CRITERION- COG AIC = -6.2640 SCHWARZ(1978) CRITERION-LOG SC = -6.1555 MODEL SELECTION TESTS - SEE RAMANATIL4N ( 1989,I?. 166) CRAVEN-WAHBA(1979) GENERALIZED CROSS VALIDATION(1979) -GCV= HAYNAN Ah9 QUINN(1979) CRITERION -HQ= 0.17777E-02 RICE (1984) CRITERION-RICE= 0.24272E-02 SHIBATA (1981) CRITERION-SHIBATAz 0.17050E-02 SCHWARTZ (1978) CRITERION-SC= 0.31217E-02 AKAIKE (1974~INFORhiATIOMCRITERION-AIC= 0.19036E-02 REGRESSIOM ERROR TOTAL REGRESSION ERROR l-72T.a i'.NALYSISOF SS 0.40183 0.12136E-01 0.41396 0.20858E-02 VARIANCE - FROM MEAN DF MS 2. 0.20091 11. 0.11033E-02 10. 0.11396E-01 ANALYSIS OF VARIM'CE - FROM ZERO SS DF hiS 1584.5 3. 528.18 0.12136E-01 11. 0.11033E-02 1581.6 11. 144.05 ASYMPTOTIC VARIABLE NAME ESTIMATED STANDARD COEFF ICIENT ERROR LPO 0.42566 LZ 0.4268'1 CONSTANT 3.8057 ' -STOP I 0.69626E-01 0.75643E-01 0.38668 T-RATI 0 6.1135 5.6424 9.8421 PARTIAL STANDARDIZED ELASTICITY CORR. COEFFICIENT AT MEANS 0.9076 0.53581 0.29976 0.8940 0.48809 0.38321 0.9611 0.00000E+00 0.31713