BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sistem vulkanik Gunung Ungaran dikendalikan terutama oleh terjadinya struktur runtuhan akibat gaya berat (Gambar 2.7), (Bemmelen,1949). Sistem sesar baratlaut ke tenggara dan timurlaut ke baratdaya mengontrol pembentukan prakaldera (Budiardjo dkk, 1997 dalam Setyawan, dkk, 2009). Struktur yang berkembang sebagian besar berupa sesar turun dan kekar, di antaranya sesar turun Ringin, Corong, Gading, Kalibanger, Berokan, Losari, Gongso, Tarukan, dan Panjang, (Syabaruddin, dkk. 2003). Gunung Ungaran merupakan daerah prospek panasbumi, ditandai munculnya manifestasi panasbumi di permukaan berupa fumarol, mata air panas dan batuan teralterasi, Rezky, dkk. (2012) menyebutkan manifestasi hasil aktivitas panasbumi juga tersebar disekitar lereng timur hingga ke selatan serta dibagian baratlaut sekitar Gonoharjo. Manifestasi terdiri atas mata air panas, fumarol, tanah panas, dan batuan teralterasi. Mata air panas tersebar dalam enam kelompok yaitu di daerah Gedongsongo, Nglimut, Karangjoho, Diwak, Kali Ulo dan Jatikurung, Sedangkan fumarol, tanah panas, dan batuan teralterasi muncul hanya disekitar Gedongsongo, Mineral alterasi hidrotermal ini menunjukan mineral jenis kaolinite, dimana mineral ini merupakan penciri mineral asam yang terbentuk pada zona argilik. Munculnya fumarol dan belerang mengindikasikan daerah Gedongsongo merupakan daerah up flow dari sistem panasbumi Ungaran. Pour dan Hashim, 2011, menyebutkan mineral alterasi yang berasosiasi dengan zona argilik dapat terwakili oleh mineral kaolinite, illite, alunite, quartz, chlorite. Hasil analisis geokimia dari pengambilan sampel di daerah Nglimut berupa mata air panas, menunjukkan bahwa jenis fluida dari manifestasi di Nglimut berupa air bikarbonat, dengan kisaran suhu 206-207 oC. Berdasarkan jenis fluidanya, maka dapat dikatakan daerah munculnya Nglimut merupakan manifestasi panasbumi daerah lateral outflow atau tepi dari sistem panasbumi Gunung Ungaran (Emianto dan Ariwibowo, 2011). 1 Secara terpisah hasil studi geofisika dengan menggunakan metode Gaya Berat, Geomagnet Total, Self-Potensial, Geolistrik dan Magnetotelurik Frekuensi Audio yang berlokasi di lereng selatan Gunung Ungaran tepatnya di komplek depresi vulkanik Ungaran, Gedong Songo, di bawah Desa Darum, terindikasi intrusi andesit yang masih menyimpan panas (Gaffar, dkk. 2007). Informasi yang masih terpisah-pisah kurang memberikan gambaran kondisi lapangan panasbumi yang ada, dengan menyatukan beberapa informasi dalam sebuah peta skala 1 : 60.000 dan menambah informasi yang masih kurang diharapkan akan memberikan gambaran kondisi lapangan serta memberikan informasi yang lebih jelas. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat bantu berupa data Citra, antara lain data Citra ASTER L1B, dan SRTM 30m dimana data Citra ini diharapkan mampu memberikan informasi pelamparan temperatur permukaan hasil aktivitas panasbumi, pelamparan batuan teralterasi hasil kativitas hidrotermal, penyebaran struktur geologi, dan fasies vulkanik. 1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian A. Maksud Penelitian Beranjak dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, peneliti bermaksud melakukan analisis Citra ASTERL1B dan SRTM30m untuk : 1) Identifikasi dan analisis persebaran manifestasi panasbumi di permukaan. 2) Identifikasi dan analisis persebaran struktur geologi. 3) Identifikasi dan analisis persebaran fasies vulkanik. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi lapangan panasbumi di gunung Ungaran, serta luas lapangan panasbumi di permukaan yang tercermin pada peta tematik yang dibuat sebagai hasil akhir (skala kedetailan 1: 60.000) dengan tetap melihat dan mempertimbangkan hasil penelitian peneliti terdahulu. 2 1.3. Rumusan Masalah Indonesia berilkim tropis (terletak 0o - 23.5o LU/LS) dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan munsim penghujan (http://www.litbang. pertanian.go.id/buku /katam/bagian-2.pdf), keberadaan 2 musim menjadikan Indonesia memiliki tingkat pelapukan yang sangat tinggi, sehingga tanah di Indonesia sangat gembur, menjadikan Indonesia khususnya daerah penelitian memiliki indek kerapatan vegetasi yang sangat tinggi. 1) Pemetaan indikasi mineral alterasi hasil aktivitas panasbumi Kerapatan vegetasi yang sangat tinggi menghalangi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh sumber tenaga (matahari) untuk sampai ke mineral yang dicari. Hadirnya vegetasi yang lebat di daerah penelitian menyulitkan peneliti untuk mengidentifikasi indikasi pelamparan batuan teralterasi sebagai hasil dari aktivitas panasbumi. 2) Pemetaan suhu permukaan yang berasosiasi dengan aktivitas panasbumi Vegetasi menghalangi pancaran termal dari bumi, sehingga termal yang tertangkap oleh satelit bukan termal yang sebenarnya. Disisi lain termal di suatu tempat dipengaruhi oleh ketinggian dan musim, Sehingga untuk mengidentifikasi termal yang berasosiasi dengan aktivitas panas bumi perlu metode dan pendekatan khusus. 3. Pemetaan prediksi struktur geologi Pelapukan tinggi menjadikan struktur primer di lapangan susah dijumpai, selain itu daerah penelitian berupa pegunungan, sehingga diperlukan Citra Satelit (SRTM 30M) untuk menginterpretasikan sebaran struktur geologi di daerah penelitian. Citra SRTM 30m yang diolah menggunakan software GIS dengan teknik sun shading memberikan satu orientasi medan pandang, dengan sebagian wilayah berwarna gelap akibat tertutup tinggian. Akibatnya memerlukan banyak azimuth (arah pencahayaan) agar semua daerah penelitian dapat terlihat jelas. Banyaknya azimuth menjadikan Citra SRTM30m yang harus dianalisis menjadi lebih banyak, sehingga perlu 3 teknik dan pendekatan khusus dalam menganalisis prediksi struktur geologi di daerah penelitian. 4. Pemetaan fasies vulkanik gunung ungaran Gunungapi di Indonesia, kususnya Gunung Ungaran bertipe stratovolcano (http://volcano.si.edu/volcano.cfm?vn=263230), dimana gunungapi ini memiliki tipe erupsi yang berulang, sehingga memberikan kondisi perlapisan yang tumpang tindih. Kondisi perlapisan yang tumpang tindih, pelapukan tinggi, erosi tinggi, keberadaan vegetasi yang lebat serta bentuk gunung yang tidak utuh lagi menyulitkan peneliti dalam menganalisis fasies vulkanik di Gunung Ungaran. 1.4. Keunggulan Penelitian Data Citra ASTER L1B jika dibandingkan dengan data Citra Landsat memiliki perbedaan yang mencolok pada resolusi spasialnya (Gambar 2.34), saluran VNIR (visible nier infrared) memiliki resolusi spasial 15m, SWIR (short wave infrared) memiliki resolusi spasial 30m, dan TIR (thermal infrared) dengan resolusi spasial 90m, selain pada resolusi spasial saluran SWIR pada Citra ASTER dipertajam menjadi 5 saluran, saluran ini sangat bagus jika digunakan untuk pemetaan mineral, (Soetoto & Setianto, 2005). Citra ASTER kususnya gelombang TIR yang diambil pada pada dini hari mampu memberikan gambaran anomali panas di permukaan dengan baik, namun saluran TIR ASTER memiliki kekurangan pada resolusi spasialnya, saluran ini memiliki resolusi lebih kecil (90m). Citra SRTM yang digunakan memiliki resolusi horizontal 30m, dan resolusi vertikal ± 16m (Chirico, 2004), keunggulan Citra SRTM 30m selain pada resolusi spasial berada pada kemampuan menembus vegetasi, sehingga gambaran bentuk morfologi hasil dari Citra SRTM30m mendekati keadaan yang sebenarnya. Citra SRTM 30m ini digunakan untuk mengekstrak struktur patahan dan kelurusannya dengan pendekatan sun shading, selain itu Citra SRTM 30m juga digunakan untuk 4 mendeliniasi batas lithologi dengan pendekatan pola (pattern), bentuk (shape), asosiasi (association), tekstur (texture) dan kelerengan. Keberadaan Benda Cagar Budaya berupa Candi di lapangan panasbumi perlu dijaga dan dilestarikan. Pengamanan situs Candi didasarkan pada UndangUndang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Benda Cagar Budaya. Dalam upaya perlindungan situs peninggalan berupa Candi, melalui Balai Pelestarian Benda Cagar Budaya Jawa Tengah, pemerintah Indonesia membuat suatu zonasi yang dikenal dengan zona tata ruang. zona tata ruang ini ditujukan untuk pelestarian Candi. Zona tata ruang dibagi menjadi tiga bagian, zona tata ruang pertama (zona inti) sebagai keberadaan bangunan Candi yang tidak boleh diadakan aktivitas yang mengganggu/ merusak/ mengurangi nilai dari tinggalan arkeologis, zona tata ruang kedua (zona penyangga Candi) adalah area di sekeliling Candi, zona tata ruang ketiga (zona pendukung/ pengembangan) adalah area pengembangan yang digunakan untuk mendukung kegiatan pemanfaatan candi seperti tempat parkir dan bangunan infrastruktur lainnya. Terkait dengan tujuan penelitian, peneliti akan memperhatikan dan memasukkan batas zona tata ruang yang merupakan batas area cagar budaya. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : dengan mengetahui persebaran manifestasi panasbumi, fasies vulkanik serta persebaran struktur geologi yang terintegrasi secara utuh dalam sebuah peta tematik skala 1:60.000, diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi lapangan panasbumi dan luas area panasbumi yang tampak dipermukaan, serta dapat membantu dalam merekonstruksi sistem panasbumi yang berkembang di lapangan panasbumi tersebut. Peta Tematik hasil penelitan dan termasuk di dalamnya memuat batas zonasi tata ruang Benda Cagar Budaya berupa Candi memberikan gambaran tentang luas lapangan yang memungkinkan untuk dieksplorasi dan memberikan pertimbangan dalam strategi pengembangan lapangan selanjutnya. 5 1.6. Lokasi Penelitian dan Aksesibilitas Gambar 1.1. Peta lokasi penelitian Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) panasbumi Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 1789 K/33/MEM/2007. Secara geografis WKP Ungaran terletak pada koordinat 110°18'42.36” – 110°29'35.16” BT dan 7°07'42.69” – 7°15’44.96” LS. Luas WKP adalah 29.800 Ha dengan estimasi potensi sebesar 50 MWe (Rezky, 2012). Studi ini difokuskan di Gunung Ungaran dan sekitarnya (Gambar 1). Akses ke Gunung Ungaran dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 (dua) ataupun roda 4 (empat), dengan jarak tempuh sekitar + 71 km kearah Utara dari kota Yogjakarta, atau sekitar 38 km kearah Timurlaut dari kota Magelang. Gunung Ungaran selain daerah prospek panasbumi merupakan daerah pariwisata, sehingga secara umum mudah dilalui dengan kendaraan bermotor. 6 1.7. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Peneliti hanya membahas penggunaan data Citra (ASTER, dan SRTM 30m) untuk identifikasi dan analisis aktivitas panasbumi di Gunung Ungaran, struktur geologi dan penyebaran satuan batuan (fasies) serta mencari hubungan kausalnya. Citra ASTER dipilih karena memiliki resolusi spektral yang lebih tinggi dibandingkan dengan Citra Landsat yang sudah digunakan dalam penelitian terdahulu, selain itu ASTER khususnya gelombang SWIR mampu mengenali beberapa mineral hasil dari aktivitas hidrotermal misalnya kaolinite, illite, (Hewson dkk 2004a dalam Gazar, 2006). Sedangkan TIR dari ASTER yang diambil pada dini hari mampu mendeteksi dengan baik anomali temperatur dipermukaan (Danoedoro, 2012). 1.8. Peneliti Terdahulu 1) Syabaruddin dkk., (2003), Peneliti melakukan pemetaan fasies vulkanik didasarkan pada data Foto Udara, Citra Landsat dan peta topografi skala 1:25.000 yang dilanjutkan dengan detail lapangan, berdasarkan analisis fasies vulkanik dapat dikelompokkan menjadi fasies sentral ( fasies sentral Ungaran Tua, Pertapan, Gendol, dan Ungaran Muda) dan fasies proksimal (Fasies Proksimal Ungaran Tua dan Ungaran Muda). Pada Fasies sentral tersusun dari aliran lava dan piroklastik aliran yang beberapa diantaranya telah teralterasi seperti yang ada di Gedongsongo, endapan tersebut memiliki permeabilitas rendah sehingga memungkinkan sebagai lapisan penudung. 2) Phuong dkk., (2005), Peneliti melakukan penelitian tentang geokimia panasbumi, dengan menggunakan metode geokimia isotop dan metode fluida geothermometer dengan menganalisis fluida panasbumi. Didapatkan kesimpulan bahwa air di lapangan prospek panasbumi tersusun atas 2 tipe, yaitu air sulfat dan air bikarbonat. Berdasarkan geokimia isotop sistem panasbumi di Gedongsongo mendapat suplai dari air meteorik. 7 3) Gaffar dkk., (2007), Penelitian lapangan berupa pengambilan sampel air panas untuk studi geokimia, dan pengukuran data geofisika yang terdiri dari metode gayaberat, geomagnet total, self-potential, geolistrik dan magnetotelurik frekuensi - audio. Berdasarkan interpretasi disimpulkan bahwa lapisan penudung berada di bawah Kawah Item, dan di bawahnya diduga sebagai puncak reservoir. 4) Setiawan dkk., (2008), Peneliti melakukan studi anomaly gravity, dengan menggunakan forward method, termasuk didalamnya analisis spectral, filtering, horizontal Gradient method (HGD) dan 2-D forward modeling dengan menggunakan algoritma Talwani. Berdasar analisis Gradient Horizontal, nilai maksimum Gradient Horizontal diinterpretasikan sebagai sesar, hasil interpretasi mempunyai pola melingkar seperti caldera rim, terindikasi didaerah yang memiliki nilai Gradient Horizontal maksimum terdapat fitur panasbumi, dimana keberadaannya di vulkanik muda. 5) Setyawan dkk.,(2009), Peneliti membuat model konseptual dengan bantuan software Hydrotherm 2.2, dari simulasi dapat diestimasi besar cadangan sebesar 2.3 – 40 MW. 6) Emianto & Ariwibowo., (2011), Peneliti melakukan penelitian terhadap fluida geothetmal untuk identifikasi tipe fluida dan perkiraan suhu direservoir pada manifestasi berupa mata air panas di Nglimut. Dari hasil analisis jenis fluida berupa air bikarbonat yang mengindikasikan bahwa daerah manifestasi merupakan daerah out flow dari sistem panasbumi Ungaran, dengan menggunakan metode geotermometer Na-K-Ca diperkirakan suhu reservoir berkisar 206-207 0C. 7) Nn,Kementerian ESDM 2012, Gunung Ungaran merupakan Wilayah Kerja Pertambangan, yang ditetapkan berdasar SK Menteri ESDM No. 1789.K/33/MEM/2007, pada tanggal 23 Mei 2007 dengan luas WKP 29.800Ha. Manifestasi panasbumi di Gunung Ungaran tersebar luas mencapai 126 km2 , berupa mata air panas, fumarol, tanah panas dan batuan teralterasi dimana manifestasi panasbumi berupa up flow diperkirakan berada di daerah Gedongsongo. Studi geologi permukaan, 8 geokimia dan geofisika telah dilakukan, namun masih belum dapat ditentukan dimana letak sumber panas dari sistem hidrotermal di Gunung Ungaran. 8) Rezky dkk., (2012), Peneliti mengkompilasi data geosains yang terdapat pada laporan ilmiah dan riset terdahulu untuk merekonstruksi gambaran bawah permukaan dari sistem panasbumi. Sistem panasbumi di daerah Gunung Ungaran secara geologi berada di zona depresi dengan litologi utama berupa batuan vulkanik berumur Kuarter (Resky 2012). Struktur yang berkembang pada lapangan ini merupakan struktur runtuhan akibat gaya berat (Zen dkk., 1983), struktur ini bergerak dari baratlaut ke tenggara. Struktur sesar berarah baratlaut ke tenggara dan timurlaut ke baratdaya diduga mengontrol pembentukan pra-kaldera (Budiardjo dkk, 1997 dalam Setyawan, dkk, 2009). Secara umum struktur yang berkembang sebagian besar berupa sesar turun dan kekar, diantaranya sesar turun Ringin, Corong, Gading, Kalibanger, Berokan, Losari, Gongso, Tarukan, dan Panjang, (Syabaruddin, dkk. 2003). Fasies vulkanik Gunung Ungaran dapat dikelompokkan menjadi Fasies Sentral dan Fasies Proksimal. Fasies Sentral terdiri dari Fasies Sentral Ungaran Tua, Fasies Sentral Pertapan, Fasies Sentral Gendol, dan Fasies Sentral Ungaran Muda dimana produk utama batuan berupa aliran lava. Fasies proksimal dapat dikelompokan menjadi Fasies Proksimal Ungaran Tua dengan produk berupa aliran lava yang mengandung xenolith dan Ungaran Muda yang tersusun atas endapan piroklastik aliran yang diselingi dengan endapan piroklastik surge. Pada fasies sentral tersusun dari aliran lava dan piroklastik aliran yang beberapa diantaranya telah teralterasi seperti yang ada di Gedongsongo, endapan tersebut memiliki permeabilitas rendah sehingga memungkinkan sebagai cap rock, (Syabaruddin, dkk. 2003). Gunung Ungaran merupakan salah satu gunung yang memiliki aktivitas panasbumi berupa fumarol, mata air panas, kolam panas, batuan teralterasi serta tanah panas (Phoung, 2005; Setyawan, 2009; Emianto, 2011; Resky, 2012,). Berdasar analisis geokimia dari sampel yang diambil di daerah Gedongsongo, 9 didapatkan jenis fluida panasbumi berupa air sulfat dan air bikarbonat (Phuong, 2005). Berdasar hasil analisis sampel fluida yang diambil didaerah Nglimut, jenis fluida panasbumi menunjukan jenis fluida air bikarbonat, dengan menggunakan metode Na-K-Ca prediksi kisaran temperatur reservoir 206-207 oC, Air dari manifestasi ini disimpulkan sebagai aliran tepi dari sistem panasbumi (out flow), ( Emianto, 2011). Mineral hasil alterasi juga muncul di lapangan ini yang merupakan hasil dari aktivitas hidrothermal diantaranya : kaolinite, silica amorf, cristobalite, illite dan pyrite dimana mineral ini terbentuk pada zona argilik, ,(Resky, 2012). Berdasar studi geofisika yang dilakukan Gaffar, (2007), up flow zone diperkirakan berada di bawah Kawah Item, analisis ini berdasarkan anomaly Geomagnet dengan nilai < -600 nT, dimana anomaly yang sangat rendah ini berkaitan dengan zona konduktif . Berdasar studi Tahanan Jenis, di bawah Kawah Item diperkirakan terdapat cap rock dengan ketebalan 400m dengan nilai tahanan jenis >1000-3000 ohm – m, pada kedalaman 600-1600m disimpulkan sebagai reservoir panasbumi dengan nilai tahanan jenis 30-300 ohm-m, sumber panas di perkirakan terletak di bawah Desa Darum dan Desa Ngipik, analisis ini didasarkan pada penampang lintasan Utara –Selatan model Tahanan Jenis Inverse 2D data MT. 10