hubungan antara frekuensi baby spa dengan pola tidur bayi usia 3

advertisement
HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BABY SPA DENGAN POLA TIDUR BAYI USIA
3-6 BULAN DI KLINIK BABY SPA ANANDA KECAMATAN AMBARAWA
KABUPATEN SEMARANG
Siti Fatimah1), Chichik Nirmasari2), Widayati3)
1) Mahasiswa AKBID Ngudi Waluyo
2) Dosen Akbid Ngudi Waluyo
3) Dosen Akbid Ngudi Waluyo
[email protected]
ABSTRAK
Tidur merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi terutama pada fase perkembangan. Fase
perkembangan bayi dapat meningkat ketika bayi diberikan rangsangan baby spa, tetapi bayi
merupakan individu yang memerlukan proses adaptasi. Kesulitan proses adaptasi baby spa dapat
mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Data yang didapatkan dari
wawancara 2(50%) ibu bayi yang melakukan baby spa secara rutin mempunyai pola tidur teratur 14
jam/hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan frekuensi baby spa dengan pola
tidur bayi usia 3-6 bulan di Klinik Baby SPA Ananda, Kabupaten Ambarawa, Kabupaten Semarang.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional
yang jenis datanya berupa data primer dan data sekunder. Populasinya bayi usia 3-6 bulan di Klinik
Baby Spa Ananda berjumlah 24 bayi dan sampelnya berjumlah 24 bayi yang diambil secara total
sampling serta dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dan uji Kendall Tau.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kategori rutin lebih sedikit sebanyak 7 (29,2%)
sedangkan pada kategori teratur lebih banyak sebanyak 15 (62,5%). Hasil uji statistik diperoleh
nilai p (0,084>0,05), hal ini menunjukkan bahwa pola tidur bayi tidak dipengaruhi oleh kunjungan
baby spa. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi ibu yang mempunyai bayi usia
3-6 bulan untuk melakukan baby spa.
Kata kunci :Frekuensi baby spa, Pola tidur bayi
Hubungan antara Frekuensi Baby Spa dengan Pola Tidur Bayi Usia 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang
1
ABSTRACT
Sleep is a human need that must be fulfilled especially in the development phase. The
development phase of a baby can be increased when given a stimulus of baby spa, but the baby is an
individual who requires adaptation process. The difficulty in baby spa adaptation process can lead
to retard in growth and development. The data were obtained by interview, two (50%) mothers who
implement regularly spa baby has a regular sleep pattern of 14 hours/day. The purpose of this study
is to find the correlation between frequencies of baby spa and sleep patterns in baby aged 3-6
months at Ananda Baby SPA Clinic, Ambarawa Sub-district, Semarang regency.
This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The data were used both
primary and secondary data. The population in this study was babies aged 3-6 months at Ananda
Baby Spa Clinic Ambarawa as many as 24 babies and the samples were 24 respondents were
sampled by using the total sampling technique and the data were analyzed by using frequency
distributions and the Kendall Tau test.
The results of this study indicate that in the category of routine there are 7 respondents (29.2%),
while in the category of regular there are 15 respondents (62.5%). The results of the statistical test
obtained p value of 0.084 > 0.05), that means that baby's sleep pattern is not influenced by spa baby
visits. This study is expected to provide information for mothers who have babies aged 3-6 months
to make a baby spa.
Keywords
: Frequency of baby spa, Sleep pattern
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa bayi adalah masa keemasan
sekaligus
masa
kritis
perkembangan
seseorang.Dikatakan masa kritis karena pada
masa ini bayi sangat peka terhadap
lingkungan dan dikatakan masa keemasan
karena masa bayi berlangsung sangat singkat
dan tidak dapat diulang kembali. Masa bayi
dibagi menjadi dua periode yaitu masa
neonatal dan masa post neonatal. Masa
neonatal dimulai dari umur 0-28 hari,
sedangkan masa post neonatal dimulai dari
umur 29 hari sampai 11 bulan (Departemen
Kesehatan, 2009). Bayi diberikan rangsangan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan, akan tetapi bayi merupakan
individu yang lemah dan memerlukan proses
adaptasi. Kesulitan proses adaptasi akan
mengalami keterlambatan tumbuh kembang
bayi, karena faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang bayi adalah tidur. Ketika
tidur tubuh bayi memproduksi hormon
pertumbuhan tiga kali lebih banyak
dibandingkan
ketika
bayi
terbangun
(Maimunah, 2009;h.42).
Indonesia cukup banyak bayi yang
mengalami masalah tidur, yaitu sekitar 44,2%
bayi mengalami gangguan tidur seperti sering
terbangun di malam hari. Namun hampir atau
bahkan lebih dari 72% orang tua tidak
menganggap gangguan tidur pada bayi sebagai
suatu masalah.Meskipun dianggap masalah
mereka hanya menganggapnya sebagai masalah
kecil. Padahal, masalah tidur dapat menganggu
pertumbuhan bayi, menyebabkan fungsi imun
rentan, dan mengganggu regulasi system endokrin
(Rizema,2011;h.69) .
Tidur merupakan prioritas utama bagi
bayi, karena aktivitas tidur merupakan
stimulus bagi proses tumbuh kembang otak.
Sebab,75% hormon pertumbuhan dikeluarkan
saat tidur. Hormon pertumbuhan inilah yang
bertugas merangsang pertumbuhan tulang dan
jaringanya.Selain itu hormon pertumbuhan
Hubungan antara Frekuensi Baby Spa dengan Pola Tidur Bayi Usia 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang
2
juga memungkinkan tubuh memperbaiki dan
memperbarui seluruh sel yang ada di tubuh,
mulai dari sel kulit, sel darah, sampai sel saraf
otak. Proses pembaruan sel tersebut akan
berlangsung lebih cepat bila bayi sering kali
terlelap tidur sesuai dengan kebutuhan
tidurnya.
Tidur
juga
membantu
perkembangan psikis emosi, kognitif,
konsolidasi pengalaman dan kecerdasan.Bayi
menghabiskan jumlah rata-rata waktu tidur
sekitar 60%.Pola siklus tidur-bangun terlihat
jelas pada umur 3-5 bulan, dimana proporsi
tidur mulai lebih banyak pada malam hari.
Secara umum morning naps( tidur di pagi
hari) berhenti umur 1 tahun dan afternoon
naps ( tidur di sore hari ) berlangsung umur 3
tahun (Rizema, 2011; h.67) .
Menurut dr. Rini, kualitas tidur bayi
dilihat dari fase tidur yang dilaluinya, yaitu
tidur aktif ( rapid eye movement atau REM )
dan tidur tenang (non REM ). Usia 3 – 6
bulan diperlukan waktu tidur sekitar 14
jam/hari, ( Rizema, 2011; h.66 ) . Tidur bayi
dapat berubah sesuai tahapnya, yaitu dari
tahap pertama non REM menuju ke tahap
ketiga atau keempat. Bayi mungkin kembali
ke tahap pertama, lalu berputar kembali.
Tidur tahap I terjadi bila merasakan ngantuk
dan mulai tertidur, jika terdengar bunyi
sesuatu langsung terbangun, sebenarnya tidur
berlangsung 30 detik sampai 5 menit pertama
dari siklus tidur. Tidur tahap II seluruh tubuh
seperti berada pada tahap tidur I yang lebih
dalam dan masih mudah dibangunkan,
meskipun benar-benar berada dalam keadaan
tidur berlangsung dari 10 sampai 40 menit,
dapat terbangun karena sentakan tiba-tiba dari
ekstremitas tubuhya. Tidur tahap III tertidur
cukup pulas, rileks sekali, tonus otot
lenyap.Tidur tahap IV adalah tidur paling
nyenyak, tanpa mimpi dan sulit dibangunkan
(Rizema, 2011; h.65).
Siklus tidur bayi konsisten dengan
karakternya, bayi yang aktif akan tidur
dengan aktif juga, biasanya bayi bermain dan
melakukan aktivitas yang membuat bayi
nyaman seperti bayi akan menangis,
menghisap jarinya, menggoyang – goyangkan
dan memukul kepalanya, bergerak kesana –
kesini serta tertidur lagi. (Rizema, 2011; h.
81) .
Waktu untuk tidur bayi kurang lebih 18
jam perhari dan waktu yang tersisa untuk bayi
adalah bermain melakukan aktivitas yang
membuat
bayi
nyaman,
misalnya
bercengkrama dengan ibu dan anggota
keluarga. Tetapi masalah yang dialami ibu
adalah permasalahan bagi bayi yang sulit
sekali untuk tidur dimalam hari dan jika tidak
ditangani dengan serius ada gangguan
perilaku, tumbuh kembang serta gangguan
otak. (Ismail, 1994 dalam Widodo, A. 2012;
h.3).
Menurut
Permenkes
No.
1205/Menkes/X/2004, spa merupakan upaya
tradisional yang menggunakan pendekatan
holistik, melalui perawatan menyeluruh
dengan menggunakan metode kombinasi
antara hidroterapi (terapi air) dan massage
(pijat) yang dilakukan secara terpaduuntuk
menyeimbangkan tubuh, pikiran, serta
perasaan. Baby spa merupakan perawatan spa
tubuh pada bayi yang dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu mandi berendam atau
berenang dan pijat. Manfaat baby spa ini
dapat memberikan rasa tenang, nyaman, dan
segar. Hantaman air yang ditimbulkan dari air
yang bergolak dapat memberi sensasi dan
pijatan
yang
menghilangkan
lelah,
melancarkan
peredaran
darah
dan
menciptakan relaksasi. Tidur bayi akan
semakin lelap sehingga dapat meningkatkan
jumlah jam tidur siang dan malam. Dimana
dalam tidur bayi ini terjadi peningkatan
pengeluaran hormon pertumbuhan.
Berendam
dan
berenang
akan
merangsang gerakan motorik bayi. Ketika
bermain air, otot - otot bayi akan berkembang
dengan sangat baik, persendian tumbuh secara
optimal, pertumbuhan badanmeningkat, dan
tubuhpun menjadi lentur. Gerakan berenang
didalam air semua anggota tubuh bayi akan
terlatih, karena seluruh anggota tubuh
digerakkan mulai dari kaki, tangan hingga
kepala walaupun belum sempurna. Selain itu
kemampuan mengontrol otot bayi akan lebih
meningkat karena pada saat berenang didalam
air efek gravitasi sangat rendah sehingga
memungkinkan bayi untuk bergerak lebih
banyak dan semua otot pun dapat bekerja
dengan optimal. (Yahya, 2011 dalam Qoriesa,
2012; h.5).
Hubungan antara Frekuensi Baby Spa dengan Pola Tidur Bayi Usia 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang
3
Mandi berendam sangat efektif untuk
menghilangkan kelelahan dan kejenuhan.Pada
bayi dan anak, mandi berendam merupakan
pilihan yang tepat untuk membantu
menghilangkan kelelahannya.
Bayi yang
berendam, sebagian besar tubuhnya akan
terkena air dalam waktu cukup lama dan
dengan suasana menyenangkan, tubuh
merekapun akan jauh lebih segar dan lebih
bersih. Sebenarnya sejak dalam perut ibu,
bayi sudah bisa berenang dalam air ketuban.
Meletakkan bayi usia dibawah tiga bulan di
dalam air, secara refleks ia akan menggerakgerakkan kaki agar tidak tenggelam. Bisa
dikatakan, pada usia dibawah tiga bulan bayi
sudah bisa berenang dengan gaya primitive.
Adanya gaya gravitasi, bayi merasa ditekan
dari bawah air sehingga ia bisa mengambang.
Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan
pengobatan yang dipraktekkan sejak berabadabad silam.Bahkan, diperkirakan ilmu ini
telah dikenal sejak awal manusia diciptakan
ke dunia, karena pijat sangat berhubungan
erat dengan kehamilan dan proses kelahiran
manusia (Roesli, 2010 dalam Indaryani 2012;
h.7).
Pemijatan bayi lebih dini, bayi akan
memperoleh manfaat lebih besar. Bayi yang
di pijat akan terlihat lebih responsif, dapat
lebih banyak menyapa dengan kontak mata,
lebih banyak tersenyum, lebih banyak
bersuara, lebih banyak menanggapi, lebih
cepat mengenal lingkungan, dan lebih
tanggap. Pijat bayi dapat mempengaruhi
hormon melatonin, dengan hormon tersebut
hormone tersebut bayi dapat memiliki pola
tidur teratur. Efek dari tindakan pijat adalah
mengembalikaan hormon stress sehingga
tidak mengejutkan bayi dan memberikan rasa
nyaman dan tenang sehingga meningkatkan
kualitas tidurnya. (Budhiarta, 2011 dalam
Indriyani, 2012; h.2).
Tahun pertama kehidupannya, bayi
mengalami perkembangan yang pesat pada
otaknya. Renang bayi telah diketahui
bermanfaat dalam merangsang perkembangan
otak secara optimal, menguatkan saraf, dan
meningkatkan kualitas tidur, meningkatkan
pertumbuhan motorik. Air sebagai media
dalam renang ini, memungkinkan bayi untuk
bisa bergerak dengan bebas. Kondisi
berenang ini sama denagn bayi ketika masih
dalam kandungan, saat bayi masih dikelilingi
dengan air ketuban ibu. Sehingga bayi
memiliki refleks gerak kaki yang banyak dan
sering, gerak ini sangat membantunya ntuk
berenang.
Usia 3-6 bulan merupakan saat yang tepat
bagi bayi untuk mengenal kolam renang
karena pada usia ini bayi sangat senang
dengan air dan tidak menangis saat berenang.
Hal ini dikarenakan reflek akuatiknya belum
menghilang (kemampuan menarik nafas
sebelum menyentuh air), bayi juga
mempunyai naluri mengapung dan menyelam
yang mencegahnya menelan air saat berada di
dalam
air.Renang
bayi
dilakukan
menggunakan pelampung khusus dan
dilakukan berkisar 10-15 menit, dua kali
seminggu.Air yang digunakan untuk berenang
cukup hangat, minimal bersuhu 34-350Cagar
bayi tidak kedinginan dan rileks (Riksani,
2014 dalam Qoriesa 2014; h.5).
Berdasarkan studi pendahuluan yang
telah dilakukan pada Tanggal 27 November
2014 di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa
pada 4 orangtua bayi ternyata 2 (50%)
orangibu mengatakan setelah bayinya
melakukan baby spa selama 2x dalam 1
minggu, ibu mengatakan tidur bayinya
semakin lelap dan lebih lama karena tidak
rewel. Bayi tidur pada malam dan siang hari
kurang lebih 14-15 jam per hari. Sedangkan 2
(50%) orang ibu mengatakan melakukan
kunjungan baby spa selama 1x dalam 1
minggu,
1
orang
ibu
mengatakan
perkembangan dan pertumbuhan bayinya
lebih aktif, untuk pola tidurnya tidak teratur
karena bayi sering rewel dan tidur siang 3
jam, tidur malam 10 jam dan 1 orang ibu
mengatakan tidur bayinya tidak teratur karena
tidur siang 5 jam dan tidur malam 8 jam.
Sebelum melakukan baby spa bayinya
pendiam (kurang aktif dalam beraktifitas atau
merespon),tidur bayi tidak teratur sehingga
sering rewel, kurang soaialisasi dengan orang
disekitarnya, kurang ceria, dan menurunnya
nafsu makan sehingga berat badan lama
Hubungan antara Frekuensi Baby Spa dengan Pola Tidur Bayi Usia 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang
4
kelamaan menurun. Selain itu efek dan
manfaat lain yang dapat di peroleh dari baby
spa yaitu dapat Melancarkan peredaran darah
sehingga perkembangan bayi akan lebih pesat
pada usia pertumbuhanya dan meningkatkan
IQ. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
sistem metabolisme tubuh dan meningkatkan
daya tahan tubuh bayi agar tidak mudah
terserang penyakit, memberikan efek relaksasi
sehingga bayi bisa tumbuh ceria membantu
membentuk pribadi yang supel, ceria,
mandiri, meningkatkan kualitas tidur dapat
membantu anak tidur dengan teratur, tidur
bayi yang tidak cukup dan kualitas tidur yang
buruk dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan fisiologi dan psikologi, karena
berpengaruh terhadap perkembangan otak
bayi yang akan berkembang selama masa
tidurnya. Sehingga lamanya tidur bayi dapat
meningkatkan aliran darah ke otak, sel otak
lebih cepat tumbuh, mengoptimalkan tumbuh
kembang anak, mengembangkan ketrampilan
motorik fisik, keseimbangan, koordinasi
tangan dan kaki. Saat berenang seorang bayi
akan terlatih gerakan motoriknya karena kaki,
dan tubuhnya akan bergerak-gerak, membantu
memperbaiki sistem pencernaan bayi dan
membuatnya mudah makan, meningkatkan
asupan oksigen, mengembangkan paru-paru,
meregangkan otot, meluruskan struktur tubuh
dan persendian setelah lahir, terapi untuk bayi
premature, dan bayi ikterus (bayi kuning).
Manfaat pijat payi yaitu Menstimulasi
syaraf otak. Bayi yang dipijat secara rutin
akan membuat bayi mudah dalam merekam
memori apa yang dilihat dan didengarnya.
Bayi juga dapat tidur dengan lelap, melatih
respon syaraf pada tubuh bayi yang dapat
memacu perkembangan reflek tubuh bayi,
membantu
dan
menstimulasi
sistem
pencernaan pada perut bayi karena pijatan
bayi dapat meningkatkan kerja peristaltis
usus, melancarkan sistem peredaran darah
bayi, melancarkan pernafasan bayi karena
dapat membantu suplai oksigen pada tubuh
bayi, dan membantu perkembangan susunan
otot bayi, meningkatkan daya tahan tubuh
bayi.Sehingga, peneliti tertarik untuk
mengetahui “Hubungan FrekuensiBaby Spa
dengan Pola Tidur Bayi Usia 3-6 bulan di
Klinik Baby Spa
Ananda Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang”.
Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara frekuensi
baby spa dengan pola tidur bayi usia 3 – 6
bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui frekuensi kunjungan baby
spa pada bayi usia 3 – 6 bulan di
Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang.
b. Mengetahui pola tidur pada bayi usia
3 – 6 bulan di Klinik Baby Spa
Ananda
Kecamatan
Ambarawa
Kabupaten Semarang.
c. Menganalisis
hubungan
antara
frekuensi baby spa dengan pola tidur
bayi usia 3 – 6 bulan di Klinik Baby
Spa Ananda Kecamatan Ambarawa
Kabupaten Semarang.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi penelitian
Meningkatkan
kemampuan
dan
ketrampilan peneliti dalam melaksanakan
penelitian dan penulisan ilmiah, khususnya
mengenai hubungan antara frekuensi baby spa
dengan pola tidur bayi usia 3 – 6 bulan di
Klinik Baby Spa
Ananda Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang
2. Manfaat bagi institusi
Meningkatkan
pengetahuan
serta
pengalaman mahasiswa dalam hal penelitian,
sehingga institusi mampu meluluskan
mahasiswa yang berkompeten, serta hasil ini
dapat dijadikan sumber referensi bagi
mahasiswa lain tentang baby spa.
3. Manfaat bagi masyarakat
Penelitian ini dapat digunakan sebagai
informasi edukasi tentang baby spa sehingga
dapat meningkatkan kualitas tidur bayi.
Hubungan antara Frekuensi Baby Spa dengan Pola Tidur Bayi Usia 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang
5
METODE PENELITIAN
Penelitian ini variabel yang diteliti
menggunakan jenis variabel bebas dan
terikat.Penelitian ini variabel bebasnya
ialahfrekuensi baby spa. Penelitian ini
variabel terikatnya ialahpola tidur bayi. Tidak
ada hubungan antara frekuensi baby spa
dengan pola tidur bayi usia 3-6 bulan di
Klinik baby spa Ananda Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang. Penelitian
ini dilaksankan pada bulan April 2015.Desain
penelitian yang digunakan adalah deskriptif
korelatif dengan pendekatan cross sectional
yang jenis datanya berupa data primer dan
data sekunder.Populasinya seluruh bayi usia
3-6 bulan di Klinik baby spa Ananda. Tehnik
yang digunakan menggunakan tehnik total
samplingdan sampelnya berjumlah 24 bayi.
Alat ukur dengan kuesioner serta dianalisis
menggunakan distribusi frekuensi dan uji
Kendall Tau.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis Univariat
Tabel 1 Distribusi FrekuensiBerdasarkan
Frekuensi Baby Spa pada bayi
umur 3-6 bulan di Klinik Baby
Spa
Ananda
Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang
Frekuensi Baby
Spa
Tidak Rutin
Rutin
Jumlah
Frekuensi
17
7
Persentase (%)
70,8
29,2
24
100.0
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
bahwa frekuensi baby spa pada bayi umur 3-6
bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang, lebih
banyak dalam kategori tidak rutin, yaitu
sejumlah 17 bayi (70,8%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pola Tidur Bayi umur 3-6 bulan di
Klinik
Baby
Spa
Ananda
Kecamatan Ambarawa Kabupaten
Semarang
Pola Tidur
Tidak Teratur
Teratur
Jumlah
Frekuensi
9
15
Persentase (%)
37,5
62,5
24
100.0
Berdasarkan tabel 2dapat diketahui
bahwa bayi umur 3-6 bulan di Klinik Baby
Spa
Ananda
Kecamatan
Ambarawa
Kabupaten Semarang, sebagian besar
memiliki pola tidur yang teratur, yaitu
sejumlah 15 bayi (62,5%).
Analisis Bivariat
Tabel 3 Hubungan antara Frekuensi Baby
Spa dengan Pola Tidur Bayi Usia
3-6 Bulan di Klinik Baby Spa
Ananda Kecamatan Ambarawa
Kabupaten Semarang
Frekuen
si Baby
Spa
Tidak
Rutin
Rutin
Jumlah
Pola Tidur
Tidak
Teratur
Teratur
F
% F %
8 47,1 9 52,9
1
9
14,3 6
37,5 15
Total
F
17
%
70,8
P Value
0,308
85,7
7 29,2
62,5 24 100,0
Berdasarakan tabel 3di atas dapat
diketahui bahwa bayi yang melakukan baby
spa tidak rutin sebagian besar memiliki pola
tidur yang tidak teratur sejumlah 8 bayi
(47,1%). Sedangkan bayi yang melakukan
baby spa secara rutin sebagian besar memiliki
pola tidur yang teratur sejumlah 6 bayi
(85,7%).
Berdasarkan uji korelasi Kendall Tau
diperoleh nilai korelasi sebesar 0,308 dengan
p-value 0,084>0,05, maka disimpulkan bahwa
tidak ada hubunganantara frekuensi baby spa
dengan pola tidur bayi usia 3-6 bulan di
Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang.
Hubungan antara Frekuensi Baby Spa dengan Pola Tidur Bayi Usia 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang
6
Pembahasan
Analisis Univariat
1. Frekuensi Baby Spa
Hasil penelitian mendapatkan bahwa
sebagian besar responden melakukan
kunjungan baby spa dalam kategori rutin
yaitu sebanyak 7 responden (29,2%),
sedangkan sisanya sebanyak 17 responden
(70,8%) dalam kategori tidak rutin. Data
penelitian ini menunjukan kategori rutin lebih
sedikit dibandingkan kategori tidak rutin.Baby
spa termasuk dalam kategori rutin bila
dilakukan setiap dua kali seminggu selama 1
bulan, dan baby spa dalam kategori tidak
rutin bila dilakukan kurang dari dua kali
seminggu selama 1 bulan.
Frekuensi
merupakan
sejumlah
pengulangan kejadian tertentu yang berulang
secara teratur dan berkelanjutan (Endarmoko,
2007). Baby spa baik dilakukan setiap dua
kali seminggu, baby spa baik dilakukan
secara teratur (Riksani, 2014).Kategori rutin
melakukan kunjungan baby spa dua kali
dalam seminggu selama 1 bulan, kunjungan
baby spa dapat rutin jika orangtua
mempunyai waktu luang untuk melakukan
kunjungan baby spa.Selain itu hal yang
mempengaruhi tidak dilakukan baby spa
adalah kondisi bayi, karena saat bayi sedang
sakit atau kurang sehat tentunya tidak dapat
melakukan baby spa. Hal ini akan
memperburuk
kondisi
bayi
apabila
dipaksakan melakukan baby spa. Kondisi bayi
yang sehat pastinya akan membuat bayi
semakin lebih tenang dan nyaman ketika
melakukan baby spa (Riksani, 2014 dalam
Qoriesa 2014;h.17).
Hasil penelitian di Klinik Baby Spa
Ananda pada saat wawancara tidak
berstruktur,
ada
dua
faktor
yang
mempengaruhi tidak dilakukanya baby spa
yaitu biaya dan waktu orangtua yang tidak
sempat meluangkan waktu untuk mengajak
bayinya melakukan baby spa karena orangtua
sibuk bekerja. Sedangkan dari faktor biaya
untuk mendapat satu kali treatment baby spa
di Klinik baby spa Ananda membayar sebesar
Rp. 45.000,-. Hal ini dapat mempengaruhi
frekuensi untuk melakukan baby spa bagi
pendapatan ekonomi yang kurang.
Kategori tidak rutin adalah dapat
dipengaruhi oleh faktor dari luaryang dapat
mempengaruhi minat ibu untuk tidak rutin
membawa bayi nya melakukan baby spa.
Faktor dari luar ini berasal dari orang-orang
terdekat dalam kurangnya memberikan
dorongan atau motivasi dari orang-orang
terdekat seperti ayahnya untuk mendukung
dan mendorong ibumelakukan baby spa demi
perkembangan bayi mereka. Lingkungan
sekitar juga dapat mempengaruhi minat ibu
untuk melakukan baby spa, lingkungan yang
peduli
akan
kesehatan
pasti
akan
mengupayakan
kesehatan.Akan
tetapi
sebaliknya lingkungan yang kurang peduli
akan kesehatan anaknya dapat mempengaruhi
tumbuh kembang anak menjadi tidak optimal
(Hadiono dan Subekti, 2007 dalam
Kurniawan, A.2013).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Agus
Widodo (2012) yang berjudul “Efektivitas
Baby Spa dengan Lamanya Tidur Bayi Usia
3-4 bulan di Desa Gonilan tahun 2012” yang
menyatakan bahwa baby spa sangat efektif
bila dilakukan selama dua kali dalam 4
minggu Hasil penelitian dengan uji wilcoxon
test kelompok perlakuan didapatkan hasil p=
0,026, adanya kemaknaan baby spa terhadap
lamanya tidur bayi usia 3 – 4 bulan.
Kelompok kontrol p= 0,029, adanya
kemaknaan massage bayi terhadap lamanya
tidur bayi usia 3 - 4 bulan. Berdasarkan uji
bedaMann-Whitney didapatkan hasil p=
0,015, pemberian spa baby sedikit lebih
bermakna.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ari
Kurniawan (2013) yang berjudul “Hubungan
Frekuensi Kunjungan Solus Per Aqua (SPA)
Bayi kaitanya dengan Kenaikan Berat Badan
Bayi Umur 0-6 bulan di Puskesmas
Gantiwarno Klaten” yang menyatakan bahwa
kunjungan spa secara teratur dapat bermanfaat
terhadap pertumbuhan bayi sehingga dapat
meningkatkan nafsu makan bayi dan berat
badan bayi meningkat. Berdasarkan hasil
penelitian menggunakan Spearman Rank
didapatkan hasil p-value = 0,001 (p<0,05)
dengan rho 0,676. Dapat disimpulkan bahwa
nilai rho 0,676 berarti hubungan frekuensi
kunjungan Solus Per Aqua dengan kenaikan
berat badan bayi di Puskesmas Gantiwarno
Hubungan antara Frekuensi Baby Spa dengan Pola Tidur Bayi Usia 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang
7
Klaten adalah kuat karena terletak 0,6000,799.
2.
Pola Tidur Bayi
Hasil penelitian mendapatkan bahwa
sebagian besar bayi mempunyai pola tidur
teratur sebanyak 15 bayi (62,5%), sedangkan
sisanya sebanyak 9 bayi (37,5%) dalam
kategori tidak teratur. Pola tidur bayi teratur
bila tidur bayinya 14 jam/hari meliputi siang
4 jam dan malam 10 jam, sedangkan pola
tidur bayi tidak teratur bila tidur bayinya ˂14
jam/hari. Pola tidur teratur bayi usia3-6 bulan
14 jam dalam sehari, dengan pembagian 10
jam pada malam hari, dan 4 jam pada siang
hari. Kebutuhan tidur bayi sangat penting
karena saat tidur otot, kulit, sistem jantung
dan pembuluh darah, metabolisme tubuh serta
tulang-tulangnya mengalami pertumbuhan
pesat ketika tidur.Tidur bayi juga berkaitan
erat dengan pertambahan berat badan, tinggi
badan dan kesehatan fisiknya.
Tidur merupakan periode pemulihan,
sebagai suatu keadaan fisiologi untuk
mengistirahatkan tubuh dan pikiran. Tidur
termasuk bagian dari periode alamiah
kesadaran yang terjadi ketika tubuh
direstorasi (diperbaiki) oleh rendahnya
kesadaran dan keadaan metabolisme tubuh
yang minimal (Rizema, 2011;h.35).
Bayi mengalami gangguan tidur seperti
sering terbangun di malam hari.Namun orang tua
tidak menganggap gangguan tidur pada bayi
sebagai suatu masalah.Meskipun dianggap
masalah mereka hanya menganggapnya sebagai
masalah kecil. Padahal, masalah tidur dapat
menganggu pertumbuhan bayi,menyebabkan
fungsi imun rentan,dan mengganggu regulasi
system endokrin (Rizema,2011;h.69).
Namun demikian adanya beberapa faktor
yang mempengaruhi tidur bayi Menurut
Rizema (2011), faktor yang mempengaruhi
tidur, antara lain : Keadaan lingkungan yang
aman dan nyaman bagi bayi dapat
mempercepat
terjadinya
proses
tidur.
Sebaliknya lingkungan yang tidak aman dan
nyaman dapat menyebabkan hilangnya
ketenangan sehingga mempengaruhi proses
tidur, Keletihan akibat aktivitas fisik yang
tinggi akan membuat bayi memerlukan waktu
untuk tidur yang lebih banyak untuk menjaga
keseimbangan energi yang telah dikeluarkan,
nutrisi bagi bayi yang memerlukan protein
yang tinggi maka akan mempercepat proses
terjadinya tidur. Karena dihasilkan triptofan
yang merupakan asam amino hasil
pencernaan protein yang dicerna dapat
membantu mudah tidur, penyakit yang
meneyebabkan
rasa
nyeri
ataupun
ketidaknyamanan fisik dapat menyebabkan
masalah tidur.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Heni
indaryani yang berjudul “Pengaruh pijat bayi
terhadap kualitas tidur bayi umur 0-3 bulan di
Desa Keji Ungaran Barat tahun 2011” yang
menyatakan bahwa bayi yang sudah
memperoleh perlakuan pijat bayi akan
memperbaiki pola tidur sehingga kualitas
tidurnya mengalami peningkatan dari sebelum
dilakukan
pemijatan
serta
dapat
meningkatkan
pertumbuhan
dan
perkembangan secara optimal dengan hasil
analisa data uji wilcoxon diperoleh nilai p
value 0,008 < 0,05, sehingga ada pengaruh
pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi di Desa
Keji Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wahyu Putri Beauty (2014) yang berjudul
“Hubungan Frekuensi Pijat Bayi Dengan
Kualitas Tidur Bayi Umur 6 - 12 Bulan Di
Desa Pringsurat Kecamatan Pringsurat
Kabupaten Temanggung” yang menyatakan
bahwa pijat bayi yang dilakukan minimal 3
kali dalam satu minggu dapat meningkatkan
kualitas tidur bayi secara teratur. Berdasarkan
hasil penelitian uji Kendall tau didapatkan
hasil p-value sebesar 0,036 (α = 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara frekuensi
pijat bayi dengan kualitas tidur bayi pada
umur 6 - 12 bulan di Desa Pringsurat
Kecamatan
Pringsurat
Kabupaten
Temanggung.
Analisis Bivariat
Hasil penelitian mendapatkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara
frekuensi baby spa dengan pola tidur bayi usia
Hubungan antara Frekuensi Baby Spa dengan Pola Tidur Bayi Usia 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang
8
3-6 bulan. Hal ini ditunjukan dari hasil uji
Kendall Taubahwa
responden yang
melakukan
kunjungan
rutin
(29,2%).
Sebaliknya responden yang mempunyai pola
tidur teratur sebanyak (62,5%), hasil
penelitian menunjukan pola tidur teratur lebih
banyak padahal responden yang melakukan
kunjungan rutin sedikit. Hasil uji statistik
Kendall Tau menunjukkan bahwa nilai ‫= ז‬
0,308 dengan p-value 0,084 > 0,05 maka Ha
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak adahubungan yang signifikan antara
frekuensi baby spa dengan pola tidur bayi usia
3-6 bulan.
Baby Spa merupakan spa tubuh bayi
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu baby
swimming dan pijat bayi. Baby swimming
merupakan terapi berendam atau berenang
dengan air hangat sedangkan pijat merupakan
terapi sentuhan yang mempunyai banyak
manfaat dari segi kesehatan maupun dari segi
psikologis dan pengbatan. Setelah selesai
berenang tahap selanjutnya adalah pijat atau
massage, namun semuanya diberikan dengan
porsi yang sama dan fungsi yang sesuai
dengan kebutuhan bayi. Baby spa akan
memperbaiki tubuh bayi sekaligus merasakan
relaksasi yang nyaman serta baik untuk
perkembangan
jiwanya
(Septiari,
2012;h.133).
Tidur yang berkualitas dan sehat sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
otak bayi, aktivitas tidur merupakan salah satu
stimulus bagi proses tumbuh kembang otak.
Perkembangan kognitif bayi yang mengalami
gangguan tidur juga terganggu, sehingga ia
akan tumbuh menjadi anak yang kurang
perhatian dan konsentrasi, kurang waspada,
bereaksi lambat dan mempunyai daya memori
yang rendah (Rizema, 2011;h.67).
Namun dalam penelitian ini banyak
responden yang melakukan kunjungan baby
spa secara tidak rutin, tetapi pola tidur bayi
yang teratur lebih banyak.Jika orang-orang
terdekat bisa memberikan dorongan atau
motivasi kepada ibu seperti ayahnya untuk
mendukung dan mendorong ibumelakukan
baby spa demi perkembangan bayi. Ibu akan
merasa lebih semangat dan senang ketika
mengajak bayinya untuk melakukan baby spa
karena ayah dan keluarga sangat mendukung
untuk melakukan baby spa. Dengan
memberikan dorongan dan motivasi pada ibu,
diharapkan ibu dapat mengajak bayinya untuk
melakukan kunjungan baby spa secara rutin
agar dapat meningkatkan kualitas tidur bayi
sehingga dapat meningkatkan kemampuan
kecerdasan bayi.
Bayi yang mempunyai pola tidur teratur
lebih banyak, karena adanya beberapa faktor
yang mempengaruhi tidur bayi, antara lain :
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman
bagi bayi dapat mempercepat terjadinya
proses tidur. Keletihan akibat aktivitas fisik
yang tinggi akan membuat bayi memerlukan
waktu untuk tidur yang lebih banyak untuk
menjaga keseimbangan energi yang telah
dikeluarkan. Nutrisi bayi, misalnya bayi
dengan pola makan teratur dan banyak
mengonsumsi makanan yang mengandung
banyak protein dapat membuat tidur bayi
menjadi teratur, penyakit yang meneyebabkan
rasa nyeri ataupun ketidaknyamanan fisik
dapat menyebabkan masalah tidur akan tetapi
bayi yang sehat dengan lingkungan yang
aman dan nyaman juga dapat membuat tidur
bayi teratur.
Hal ini sebanding dengan penelitian yang
dilakukan oleh Noor Wulan Juniati, A.Md
yang berjudul “Perbedaan terapi pijat bayi
dan baby swimming terhadap frekuensi
menyusu dan lama tidur bayi usia 0-6 bulan di
Nismara Modern Kids and Baby SPA di
Surakarta tahun 2013” yang menyatakan
bahwa pijat dan baby swimming mampu
meningkatkan kualitas dengan angka yang
signifikan (p value 0,002 < 0,05), serta
bermanfaat juga untuk meningkatkan
frekuensi menyusui dengan angka yang
signifikan (p value 0,007 < 0,05).
Hal ini sebanding dengan penelitian yang
dilakukan oleh Siti Fatimah Lubis yang
berjudul “Hubungan SPA Bayi dengan
Kualitas Tidur Bayi Usia 3-12 Bulan di
Lolypop Kids And Baby SPA Medan” yang
menyatakan bahwa perawatan spa bayi dapat
menstimulus pemenuhan kebutuhan tidur
bayi. Sampel pada penelitian ini adalah bayi
usia 3-12 bulan yang melakukan spa bayi.
Hasil penelitian Analisis bivariat dengan uji
Spearman rho menunjukkan bahwa spa bayi
dengan kualitas tidur bayi memiliki hubungan
Hubungan antara Frekuensi Baby Spa dengan Pola Tidur Bayi Usia 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang
9
yang signifikan dibuktikan dengan p value=
0,000, serta memiliki kekuatan hubungan
yang kuat dan positif dengan r value= 0,553.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Responden yang melakukan kunjungan
baby spa secara rutin pada bayi usia 3-6
bulan yang mencapai 29,2 %, sedangkan
kunjungan bayi tidak rutin mencapai 70,8
%.
2. Pola tidur bayi pada bayi usia 3-6 bulan,
yang pola tidurnya teratur mencapai
62,5%, sedangkan pola tidur yang tidak
teratur mencapai 37,5%.
3. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara frekuensi baby spa
dengan pola tidur bayi usia 3-6 bulan.
Nilai koefisien korelasi kendall tau (‫)ז‬
sebesar
0,308
dengan
pvalue
:
0,084>0,05.
Saran
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan
sebagai sumber informasi bagi peneliti
untuk
mengembangkan
penelitian
selanjutnya yang akan meneliti lebih luas
tentang baby spa.
2. Bagi Institusi
Penelitian ini dapat digunakan
sebagai tambahan referensi dan masukan
bagi peneliti yang selanjutnya, serta hasil
ini dapat dijadikan sumber referensi bagi
mahasiswa lain tentang baby spa.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan
bagi
masyarakat
khususnya ibu yang mempunyai bayi
usia 3-6 bulan dklinik baby spa Ananda,
mendapatkan informasi tentang baby spa
yang dapat memberikan rangsangan
sehingga meningkatkan kualitas tidur
bayi.
4. Bagi Peneliti lain
Peneliti lain diharapkan meneliti
faktor lain yang dapat mempengaruhi
baby spa yaitu lingkungan dan orangtua,
sedangkan faktor yang mempengaruhi
tidur bayi yaitu lingkungan, nutrisi,
latihan fisik, penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Galenia. 2014. Home Baby SPA.Jakarta :
Penebar Swadaya
Indriyani, H. 2012. PengaruhPijat Bayi
terhadap Kualitas Tidur Bayi umur 0-3
bulan di Desa Keji Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Semarang.[Diakses
tanggal 23 Febuari 2015]. Di dapat dari
:
Skripsi,
http://www.perpusnwu.web.id/karyailm
iah
Kurniawan, A.2013. Hubungan Frekuensi
Kunjungan Solus Per Aqua (SPA) Bayi
kaitannya dengan Kenaikan Berat
Badan Bayi Umur 0-6 bulan di
Puskesmas
Gantiwarno
Klaten
.[Diakses tanggal 4 Juni 2015]. Di dapat
dari :Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan,
Volume 2, Nomor 2,pdf
Qoriesa, S. 2014. Hubungan Frekuensi Baby
SPA dengan perkembangan bayi pada
usia 4-6 bulan di Klinik Baby SPA
Ananda
Kecamatan
Ambarawa
Kabupaten
Semarang.[Diakses
29
Desember 2014]. Di dapat dari :
Skripsi,http://www.perpusnwu.web.id/k
aryailmiah
Rizema, S. 2011. Tips Sehat dengan Pola
Tidur Tepat dan Cerdas. Yogyakarta :
Buku Biru
Roesli, U. 2010. Pedoman Pijat Bayi. PT
Trubus Agriwidya : Jakarta
Septiari, B. 2012.Mencetak Balita Cerdas dan
Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta :
Nuha Medika
Widodo, Agus. 2012. Efetivitas Baby SPA
Terhadap Lamanya Tidur Bayi Usia3-4
Bulan.[Diakses tanggal 28 November
2014].
Di
dapat
dari:
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstre
am/handle/123456789/3316/12.%20AG
US%20WIDODO.pdf
Hubungan antara Frekuensi Baby Spa dengan Pola Tidur Bayi Usia 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang
10
Hubungan antara Frekuensi Baby Spa dengan Pola Tidur Bayi Usia 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang
11
Download