SARANA BERPIKIR ILMIAH Pada hakikatnya manusia adalah

advertisement
SARANA BERPIKIR ILMIAH
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berpikir. Hal ini pernah diutarakan
oleh seniman handal, Auguste Rodin lewat karya pahatan yang menjelaskan hakikat
manusia yang sesungguhnya, patung seorang manusia yang sedang berpikir. Proses
berpikir manusia inilah yang memunculkan berbagai ilmu pengetahuan. Dengan dobrakandobrakan pemikiran dan ide manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang
didasari dengan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan diperlukan metode ilmiah yang langkah dan kegiatannya didasarkan pada
prinsip-prinsip keilmuan.
Sarana ilmiah berperan sebagai alat bantu yang mengorganisasikan metode ilmiah
menjadi sebuah pengetahuan yang lebih sempurna. Tentu saja berpikir berdasarkan
keilmuan amat sangat berbeda dengan proses berpikir pada umumnya. Disnilah para
filsafat menuangkan segala bentuk pemikirannya dengan menggunakan metode dan
kegiatan yang bersifat ilmiah. Kegiatan dan metode yang tidak didasarkan pada pemikiranpemikiran khayal namun logis dan empiris. Semua dibuktikan secara ilmiah dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Filsuf-filsuf mendalami apa yang mereka kembangkan dengan menggunakan
langkah-langkah ilmiah yang didalamnya juag dibutuhkan sarana untuk membantu
lancarnya kegiatan ilmaih tersebut. Maka disinilah peran sarana ilmiah amat sangat berarti.
BERPIKIR ILMIAH
Secara umum tiap perkembangan dalam ide dan konsep dapat disebut dengan
berpikir (Bochenski, 1984:52). Dan yang akan dikupas secara mendalam pada pembahasan
ini adalah berpikir yang didasarkan pada keilmuan. Tentu saja pemikiran yang didasarkan
pada keilmuan akan sangat berbeda dengan pemikiran biasa, seperti memikirkan mau
membeli apa nanti, atau berpikir untuk pergi kemana. Dalam buku Jujun S. Suriasumantri,
Bochenski (1984:52) juga menerangkan bahwa pemikiran yang didasarkan keilmuan
adalah pemikiran yang sungguh-sungguh, artinya suatu cara yang berdisiplin. Ide dan
konsep itu diarahkan pada suatu tujuan tertentu. Disini ide dan konsep tidak dibiarkan
untuk berkelana dalam angan-angan yang tak menentu. Dan kemudian akan berkembang
kepada berpikir ilmiah, cara berpikir yang dilakukan oleh para filsuf.
Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris. Logis berarti masuk akal,
dan empiris berarti dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung
jawabkan (Hillway: 1956). Dalam hal ini ada juga yang berpendapat bahwa berpikir ilmiah
adalah berpikir yang menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan,
mengembangkan secara ilmu pengetahuan yaitu berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan atau
menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan
kebenaran (uripsantoso.wordpress.com). Maka dapat kita garis bawahi bahwa makna dari
berpikir ilmiah adalah pemikiran yang didasarkan pada prinsip-prinsip keilmuan. Yang
tentu saja ini berarti juga erat kaitannya dengan proses untuk mendapatkan ilmu itu sendiri.
Dan untuk melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana ilmiah.
SARANA BERPIKIR ILMIAH
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah
dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya (Salam: 2000). Selain itu, Salam
(2000:24) menambahkan bahwa sarana ilmiah merupakan alat yang membantu kita dalam
mencapai suatu tujuan tertentu atau sarana ilmiah mempunyai fungsi – fungsi yang khas
dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Sarana ilmiah diperlukan untuk membantu kegiatan berpikir ilmiah. Tanpa sarana
berpikir ilmiah maka kegiatan berpikir ilmiah tidak akan berjalan dengan baik. Dan pada
Filsafat Ilmu | Sarana Berfikir Ilmiah 1 hakikatnya sarana berpikir ilmiah terdiri dari empat bagian, yaitu bahasa, matematika,
statistik dan logika. Dan kali ini kita akan membahasnya satu persatu secara mendalam.
Bahasa
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi.
Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas
dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan
kemampuan kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berpikir seseorang dan tiada batas
dunia baginya.
Kemudian Bloch and Trager mengatakan bahwa a language is a system of arbitrary
vocal symbols by means of which a social group cooperates (bahasa adalah suatu sistem
simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai
alat untuk berkomunikasi). Joseph Broam mengatakan bahwa a language is a structured
system of arbitrary vocal symbols by means of which members of social group interact
(bahasa adalah suatu sistem yang berstrukturdari sibol-simbol bunyi arbiter yang
dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama
lain).
Batasan di atas memerlukan sedikit penjelasan agar tidak terjadi salah paham. Oleh
karena itu, perlu diteliti setiap unsur yang terdapat di dalamnya:
• Simbol-simbol
Simbol-simbol berarti things that stand for other things atau sesuatu yang
menyatakan sesuatau yang lain. Sebagai contoh adalah awan hitam dan turunnya
hujan, di amana awan hitam adalah awal turunnya hujan. Jika dikatakan bahwa bahasa
adalah suatu sistem simbol-simbol, hal tersebut mengandung makna bahwa uacapan si
pembicara dihubungkan secara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian dalam
dunia praktis.
• Simbol-simbol vokal
Simbol-simbol yang membangun ujaran manusia adalah simbol-simbol
vokal, yaitu bunyi-bunyi yang urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerjasama
berbagai organ atau alat tubuh dengan sistem pernapasan. Tapi tidak semua bunyi
yang dihasilkan oleh organ-organ vokal manusia merupakan simbol-simbol bahasa
ataupun lambang-lambang kebahasaan. Bersin, dengkur, batuk dan lain sebagainya,
biasanya tidak mengandung niai simbolis. Hanya apabila bunyi tersebut mempunyai
makna tertentu dalam suatu kelompok sosial tertentu.
• Simbol-simbol vokal arbitrer
Istilah arbitrer di sini bermakna “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan
yang valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya. Misalnya,
untuk menyatakan jenis binatang yang disebut Equus Caballus, orang Inggris
menyebutnya horse, orang Perancis menyebutnya cheval, orang Indonesia kuda dan
orang Arab hison. Semua ini sama tepatnya, sama arbitrernya. Semuanya adalah
konvensi sosial yakni sejenis persetujuan yang tidak diucapkan atau kesepakatan
secara diam-diam antara sesama anggota masyarakat yang memberi setiap kata makna
tertentu.
• Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer
Misalnya saja, setiap bahasa beroperasi dengan sejumlah bunyi dasar yang
terbatas (dan ciri-ciri fonetik lainnya seperti tekanan kata dan inotasi). Gabungan
bunyi dan urutan bunyi membuktikan betapa pentingnya kriteria kecocokan dan
permulaan yang teratur rapi.
• Yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu
sama lain.
Filsafat Ilmu | Sarana Berfikir Ilmiah 2 Bagian ini menyatakan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Fungsi
bahasa memang sangat penting dalam dunia manusia. Dengan bahasa para anggota
masyarakat dapat mengadakan interaksi sosial. Telaah mengenai pola-pola interaksi
ini merupakan bagian dari ilmu sosiologi.
a. Fungsi Bahasa
Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai
sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi, sedangkan aliran
sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah untuk perubahan
masyarakat (Bakhtiar: 2004).
Menurut Haliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi
bahasa adalah sebagai berikut:
1) Fungsi instrumental: peggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat
materi seperti makan, minum dan sebagainya.
2) Fungsi regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan
tingkah laku.
3) Fungsi interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan
pemikiran antara seseorang dan oraang lain.
4) Fungsi personal: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan
dan pikiran.
5) Fungsi heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir
fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.
6) Fungsi imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi
seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak
sesuai dengan realita (dunia nyata).
7) Fungsi representasional: penggunaan bahasa unuk menggambarkan pemikiran
dan wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.
b.
Bahasa Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah
Dalam sarana ilmiah, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu pertama,
sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia merupakan
kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Kedua,
tujuan mempelajari secara ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah
secara baik. Sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk
mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah.
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses
berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi
untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ketika bahasa
disifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk komunikasi disifatkan dengan ilmiah
juga, yakni komunikasi ilmiah. Komunikasi ini merupakan proses penyampaian
informasi berupa pengetahuan.
Matematika
Matematika digunakan oleh seluruh kehidupan manusia. Baik matematika yang
sangat sederhana maupun yang sangat rumit. Fungsi matematika sama luasnya dengan
fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan karena ilmuilmu pengetahuan semuanya mempergunakan matematika.
Matematika digunakan sebagai salah satu sarana kegiatan ilmiah, yaitu meliputi
sarana berpikir ilmiah, matematika sebagai bahasa, dan sebagai berpikir deduktif.
Filsafat Ilmu | Sarana Berfikir Ilmiah 3 a. Matematika sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika
bersifat “artifisial” artinya setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu
matematika merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk
dan emosional dari bahasa verbal. Matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik,
dan informative dengan tidak menimbulkan konotasi yang tidak bersifat emosional.
Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa numeric yang
memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sedangkan
bahasa verbal hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif.
b. Matematika sebagai sarana berpikir deduktif
Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman
melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaran-penjabaran).
Matematika lebih mementingkan bentuk logisnya. Pernyataan- pernyataan
mempunyai sifat yang jelas. Pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam
bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada
premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Dalam semua pemikiran deduktif
maka kesimpulan yang ditarik merupakan konsekuensi logis dari fakta-fakta yang
mendasarinya. Kesimpulan yang ditarik tak usah diragukan lagi. Dalam peranan
deduktif, bentuk penyimpulan yang banyak digunakan adalah system silogisme, dan
silogisme Ini disebut juga sebagai perwujudan pemikiran deduktif yang sempurna.
Statistik
a. Pengertian
Awalnya, kata statistik diartikan sebagai keterangan – keterangan yang
dibutuhkan oleh negara dan berguna bagi negara (Anto Dajan, Pengantar Metode
Statistik, Jilid I, Pustaka LP3ES Indonesia, 2000, hlm. 2).
Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa Latin) yang
mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris) yang artinya negara.
Namun, dalam bahasa Inggris, ada dua kata yaitu statistics yang artinya ilmu
statistik dan kata statistic yag dapat diartikan sebagi ukuran yang diperoleh atau berasal
dari sample, yang berarti ukuran yang diperoleh atau berasal dari populasi.
Ditinjau dari segi terminologi, statistik setidaknya memiliki 4 pengertian. Yaitu,
Pertama, memiliki arti sebagai data statistik, adalah kumpulan bahan keterangan
berupa angka atau keterangan.
Kedua, adalah kegiatan statistic
Ketiga, dimaksudkan juga sebagai metode statistic
Keempat, dapat diberi pengertian sebagai “ilmu statistik”.
b. Sejarah Perkembangan Statistik
Konsep statiska sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam
suatu populasi tertentu dan salah satunya adalah Thomas Simpson yang menyimpulkan
terdapat sesuatu distribusi yang berlanjut (continuous distribution) dari suatu variabel
dalam suatu frekuensi yang cukup banyak. Pierre Simon de Laplace (1749-1827)
mengembangkan konsep Demoivre dan Simpson lebih lanjut dan menemukan
distribusi normal sebuah konsep mungkin paling umum dan paling banyak
dipergunakan dalam analisis statistika di samping teori peluang.
Teknik kuadrat terkecil (least squares) simpangan baku dan galat baku untuk
rata-rata (the standard error of the mean) dikembangkan Karl Friedrich Gauss (17771855). Pearson melanjutkan konsep-konsep Galton dan mengembangkan konsep
Filsafat Ilmu | Sarana Berfikir Ilmiah 4 regesi, korelasi, distribusi, chi-kuadrat, dan analisis statiska untuk data kualitatif
Pearson menulis buku The Grammar of Science sebuah karya klasik dalam filsafat
ilmu. William Searly Gosset, yang terkenal dengan nama samaran “Student”,
mengembangkan konsep tentang pengambilan contoh.
Di Indonesia, kegiatan dalam hal penelitian juga cukup meningkat, baik kegiatan
akademik maupun maupun pengambilan keputusan telah memberikan momentum yang
baik untuk pendidikan statistika. Dengan masyarakatnya berpikir secara ilmiah, maka
sesuai dengan apa yang dikatakan oleh HLM. G. Welles bahwa setiap hari berpikir
statistik akan merupakan keharusan bagi manusia seperti juga membaca dan menulis
(Ibid).
c. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika dan Statiska
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain (Ibid., hlm. 167).
Jika ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara
berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu, proses penalaran ilmiah menyandarkan diri
kepada proses logika deduktif dan induktif. Matematika berperan penting dalam
berpikir deduktif dan statistika memiliki peranan yang penting dalam berpikir induktif
(Ibid).
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.
Dan itu semua harus dilakukan dengan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru
dianggap valid kalau prosesnya menggunakan suatu cara tersebut, yang biasa
dinamakan logika. Logika ini dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir
secara sahih”. Cara lainnya adalah dengan logika induktif yang memiliki hubungan
erat dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi
kesimpulan umum, atau dapat juga dengan logika deduktif yang menarik kesimpulan
dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual (Ibid., hlm. 46 48).
Pembahasan selanjutnya adalah mengenai penalaran secara induktif dan
deduktif. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang memiliki
ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan deduktif, merupakan cara berpikir
dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus,
dengan memakai pola berpikir silogismus.
d. Tujuan Pengumpulan Data Statistik
Hal ini dapat dibagi menjadi dua golongan, yang secara kasar dapat dirumuskan
sebagai tujuan kegiatan praktis dan kegiatan keilmuan. Dalam bidang statistika,
perbedaan dari kedua kegiatan ini dibentuk oleh kenyataan bahwa dalam kegiatan
praktis hakikat alternatif yang sedang dipertimbangkantelah diketahui, dimana
konsekuensi dalam memilih salah satu dari alternatif tersebut dapat dievaluasi
berdasarkan serangkaian perkembangan yang akan terjadi. Di lain pihak, kegiatan
statistika dalam bidang keilmuan diterapkan pada pengambilan suatu keputusan yang
konsekuensinya sama sekali belum diketahui.
e. Statistika dan Cara Berpikir Induktif
Ilmu merupakan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua pernyataan
ilmiah adalah sesuai faktual. Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata
rantai dalam metode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan yang lain.
Pengujian mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari
kasus-kasus yang bersifat individual.
Kesimpulan yang ditarik dalam penalaran deduktif adalah benar jika premis
yang digunakannya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya sah.
Filsafat Ilmu | Sarana Berfikir Ilmiah 5 Sedangkan penalaran induktif, meski premisnya benar dan prosedur penarikan
kesimpulannya adalah sah, maka kesimpulan itu belum tentu benar. Tetapi, memiliki
peluang untuk benar. Dalam hal ini statistika memberikan jalan keluar untuk dapat
menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari
populasi yang bersangkutan. Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan
untuk memproses pengetahuan secara ilmiah.
f. Peranan Statistika dalam Tahap-Tahap metode Keilmuan
Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Dan
mengenai langkah-langkah dalam kegiatan keilmuan, rinciannya adalah sebagai
berikut:
1) Observasi. Mengumpulkan dan mempelajari fakta yang berhubungan dengan
masalah yang sedang diselidikinya. Dalam hal ini statistika memiliki peranan untuk
mengemukakan secara rinci tentang analisis mana yang akan dipakai dalam
observasi dan tafsiran apa yang akan dihasilkan dari observasi tersebut.
2) Hipotesis. Untuk menjelaskan fakta yang diobservasi, dugaan yang sudah ada
dirumuskan dalam sebuah hipotesis, atau teori yang menggambarkan sebuah pola,
yang menurut anggapan ditemukan dalam data tersebut. Disini, statiska membantu
kita dalam mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan menyajikan hasil observasi
dalam bentuk yang dapat dipahamidan memudahkan kita dalam mengembangkan
hipotesis.
3) Ramalan. Dari hipotesis atau teori dikembangkanlah deduksi. Nilai dari suatu teori
tergantung dari kemampuan ilmuwan untuk menghasilkan pengetahuan baru
tersebut. Fakta baru ini disebut ramalan, yaitu menduga apa yang akan terjadi
berdasarkan syarat-syarat tertentu.
4) Pegujian kebenaran. Ilmuwan mengumpulkan fakta untuk menguji kebenaran
ramalan yang dikembangkan dari teori. Jika teorinya didukung sebuah data, maka
akan mengalami pengujian yang lebih berat, dengan jalan membuat ramalan yang
lebih spesifik dan memiliki jangkauan lebih jauh, hingga akhirnya ramalan ini diuji
kembali kebenarannya sampai ilmuwan tersebut menemukan penyimpangan yang
memerlukan beberapa perubahan dalam teorinya. Sebaliknya, bila dikemukakan
bertentangan dengan fakta, ilmuwan tersebut menyusun hipotesis baru yang sesuai
dengan berbagai fakta yang dia kumpulkan. Lalu hipotesis baru tersebut kembali
diuji kebenarannya lewat “langkah perjanjian” seterusnya.
Dalam tahap ini, sebuah hipotesis dianggap teruji kebenarannya jika ramalan
yang dihasilkan berupa fakta. Statiska adalah relevan dalam keadaan tersebut
karena masalah pokok yaitu menentukan apakah data yang diobservasi itu sesuai
dengan ramalan atau tidak (Ibid).
g. Penerapan Statistika
Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambilan keputusan
dalam bidang manajemen. Diterapkan dalam penelitian pasar, produksi, kebijaksanaan
penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri,
ramalan ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam pemberian kredit, dan masih
banyak lagi.
Logika
Logika merupakan sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu berfikir logis adalah berfikir sesuai dengan
aturan-aturan berfikir. Logika merupakan satu atau lebih kata yang memiliki arti tertentu,
serta memberikan contah penerapan dalam kehidupan nyata. Berfikir membutuhkan jenisjenis pemikiran yang sesuai, dan sebagai perlengkapan ontologisme, pikiran kita dapat
Filsafat Ilmu | Sarana Berfikir Ilmiah 6 bekerja secara spontan, alami, dan dapat menyelesaikan fungsinya dengan baik terlebih
dalam hal yang biasa, sederhana dan jelas.
a. Aturan Cara Berfikir yang Benar
Untuk berfikir baik, yaitu berfikir secara benar, logis dialektis, dan juga dutuhkan
kondisi-kondisi tertentu.
1) Mencintai Kebenaran
Sikap ini sangat fundamental untuk berfikir yang baik, karena sikap ini senantiasa
menggerakkan si pemikir untuk mencari serta menigkatkan mutu penalarannya.
2) Ketahuilah apa yang sedang anda kerjakan
Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berfikir. Seluruh aktifitas intelek
kita adalah suatu usaha terus menerus mengejar kebenaran yang diselingi dengan
diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi parsial sifatnya. Dengan
demikian untuk mencapai kebenaran, kita harus bergerak melalui berbagai macam
langkah dan kegiatan.
3) Ketauilah yang sedang Anda katakana
Pikiran diungkapkan kedalam kata-kata. Kecermatan pikiran terungkap kedalam
kecermatan kata-kata, karena kecermatan ungkapan pikiran ke dalam kata-kata
merupakan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi.
4) Buatlah pembedaan dan pembagian yang semestinya
Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda.
Tetapi banyak kejadian dimana dua hal atau lebih mempunyai bentuk sama, namun
tidak identik. Di sinilah perlunya dibuat suatu distingsi, suatu pembedaan.
5) Cintailah definisi yang tepat
Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap
sebagaimana yang dimaksudkan, jadi jangan ragu untuk membuat definisi. Definisi
harus diburu hingga tertangkap. Definisi artinya pembatasan, yaitu membuat jelas
batas-batas sesuatu. Harus dihindari kalimat-kalimat yang dan uraian-uraian yang
gelap,tidak terang strukturnya dan tidak jelas artinya. Cintailah cara berfikir yang
terang, jelas, dan tajam membeda-bedakan, hingga terang yang dimaksud.
6) Ketahuilah mengapa Anda menyimpulkan begini atau begitu
Ketahuilah mengapa Anda berkata begini atau begitu. Anda harus bisa melihat
asumsi-asumsi, implikasi-implikasi, dan konsekuensi-konsekuensi dari suatu
penuturan, pernyataan, atau kesimpulan yang Anda buat.
7) Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga
Dalam belajar ilmiah Anda tidak hanya tahu tentang hukum-hukum, prinsipprinsip, dan juga bentuk-bentuk pikiran tetapi tetapi perlu juga. Dalam praktik,
menjadi cakap dan cekatan berfikir sesuai dengan hukum, prinsip, bntuk berpikir
yang betul tanpa mengabaikan dialektika, yakni proses perubahan keadaan. Logika
ilmiah melengkapi dan mengantar kita untuk menjadi cakap dan sanggup berpikir
kritis, yakni berpikir secara menentukan karena menguasai ketentuan-ketentuan
berpikir yang baik.
b. Klasifikasi
Sebuah konsep klasifikasi, seperti panas atau dingin, hanyalah menempatkan
objek tertentu dalam sebuah kelas. Suatu konsep perbandingan, seperti lebih panas
atau lebih dingin. Mengemukakan hubungan mengenai objek tersebut dalam norma
yang mencakup pengertian lebih atau kurang, dibandingkan dengan objek lain. Jauh
sebelum ilmu mengembangkan konsep temperature, yang dapat diukur, waktu itu kita
sudah dapat mengatakan, objek ini lebih panas dibandingkan dengan objek itu. Konsep
seperti ini mempunyai kegunaan yang sangat banyak.
Filsafat Ilmu | Sarana Berfikir Ilmiah 7 c. Aturan Definisi
Suatu usaha untuk memberi batasan terhadap sesuatu yang dikehendaki
seseorang untuk memindahkannya kepada orang lain. Jadi definisi yang baik adalah
menyeluruh dan membatasi. Salah satu contoh yang sering diungkapkan adalah
manusia adalah binatang yang berakal. Binatang adalah genius sedangkan berakal
adalah differensia, pembeda utama manusia dengan makhluk-makhluk lain. Jadi,
definisi yang valid dalam logika perlu batasan yang jelas antara objek-objek yang
didefinisikan.
PENUTUP
Berpikir adalah hakikat seorang manusia. Inilah yang membedakan manusia (homo
sapiens) dengan makhluk hidup lainnya. Manusia memiliki kemampuan untuk
menyampaikan, mengembangkan dan menemukan serta mengolah ilmu pengetahuan
melalui suatu proses rumit yang dinamakan berpikir. Berpikir untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan tentunya berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir yang didasari prinsipprinsip keilmuan adalah proses berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis
dan empiris. Logis berarti masuk akal, dan empiris berarti dibahas secara mendalam
berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan (Hillway: 1956). Dalam proses
berpikir ilmiah dibutuhkan alat bantu atau sarana agar kegiatan ilmiah dapat berjalan
dengan baik. Pada dasarnya sarana berpikir ilmiah terdirr dari empat hal yaitu bahasa,
matematika, statistic dan logika. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan
dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi
untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Matematika sebagai sarana
berpikir ilmiah mengacu pada fungsi matematika sebagai bahasa dan sarana berpikir
deduktif. Sedangkan statistika mengacu pada sarana berpikir induktif. Dan aspek terakhir
yaitu logika, merupakan sarana berpikir sistematis, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Salam, Burhanuddin. 2000. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Jakarta: Rineka Cipta
Suriasumantri, Jujun S. 1984. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Gramedia
uripsantoso.wordpress.com
Penyusun:
• Apin Mareta
• Dini Anggraeni S.
• Fiqih Amrantasi
• Nurul Rohana
• Yeni Dwi Rahayu
Mata Kuliah
: Filsafat Ilmu
Dosen
: Afid Burhanuddin, M.Pd.
Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris STKIP PGRI Pacitan
Filsafat Ilmu | Sarana Berfikir Ilmiah 8 
Download