Kebijakan Investasi di Sektor Industri Gula

advertisement
Kebijakan Investasi di Sektor Industri Gula
Noor Fuad Fitrianto
Kasubdit Industri Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka
Direktorat Perencanaan Industri Manufaktur
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM RI)
28 Oktober 2013, IPB International Convention Centre, Bogor, Jawa Barat
© 2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved
OUTLINE PAPARAN
1
Kinerja penanaman modal dan Sektor industri manufaktur
2
Kebijakan penanaman modal
3
Isu dan tantangan Pemerintah ke depan
Indonesia Investment Coordinating Board
I. Perkembangan Terakhir Kinerja Investasi
dan Industri Manufaktur
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
3
Forecast Pertumbuhan Industri Manufaktur Nasional ….
PERTUMBUHAN PDB & INDUSTRI MANUFAKTUR, 2001-2012 (%)*
8,0
35,0
Th2013 : 7,1%
7,0
30,0
6,0
25,0
Th2013 : 6,3%
5,0
20,0
4,0
15,0
3,0
10,0
2,0
5,0
1,0
0,0
0,0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Peran Ind Manufaktur
INDIKATOR
PEMBANGUNAN
INDUSTRI
2007
2008
2009
% PDB
2010
2011
2012
2013
% Ind Manufaktur
Menteri Perindustrian
memangkas target
pertumbuhan industri
manufaktur tahun 2013
menjadi 7,1% (sebelumnya
8,0% sesuai Renstra).
Keterangan:
*) 2012 angka sementara
*) 2013 merupakan APBN-P dan
Renstra Kemenperin
Sumber: Kemenkeu, Kemenperin &
BPS, 2012, diolah.
TARGET
TARGET
TARGET
TARGET
2011
2012
2013
2014
Pertumbuhan Sektor
Industri (%)
5.8
6.7
7.7
8.6
Pertumbuhan Industri
Non-Migas (%)
6.1
7.1
8.0
9.0
Kontribusi Produk Industri
thd Ekspor
Non-Migas (%)
52.8
55.8
58.8
61.9
Kontribusi Tenaga Kerja
Sektor Industri (%)
13.1
13.6
14.2
14.7
Indonesia Investment Coordinating Board
Realisasi pertumbuhan industri pengolahan non-migas, 2007 – 2012
NO
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Makanan, Minuman dan
Tembakau
5,05
2,34
11,22
2,78
9,14
7,74
2 Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
(3,68)
(3,64)
0,60
1,77
7,52
4,19
Brg. kayu & Hasil hutan
lainnya.
(1,74)
3,45
(1,38)
(3,47)
0,35
(2,78)
4 Kertas dan Barang cetakan
5,79
(1,48)
6,34
1,67
1,40
(5,26)
5,69
4,46
1,64
4,70
3,95
10,25
3,40
(1,49)
(0,51)
2,18
7,19
7,85
1,69
(2,05)
(4,26)
2,38
13,06
6,45
9,73
9,79
(2,87)
10,38
6,81
6,94
(2,82)
5,15
(0,96)
4,05
3,19
2,56
3,00
5,12
1,82
6,74
(1,00)
6,40
6,35
6,01
4,63
6,22
6,49
6,23
1
3
LAPANGAN USAHA
Pupuk, Kimia & Barang dari
karet
Semen & Brg. Galian bukan
6
logam
7 Logam Dasar Besi & Baja
Alat Angk., Mesin &
8
Peralatannya
9 Barang lainnya
INDUSTRI NON MIGAS
PRODUK DOMESTIK BRUTO
(PDB)
5
Pertumbuhan cabang industri non-migas secara kumulatif hingga tahun 2012 yang tertinggi dicapai oleh
Industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet sebesar 10,25%, Industri Semen & Barang Galian Bukan Logam
sebesar 7,85%, Industri Makanan, Minuman & Tembakau sebesar 7,74%, Industri Alat Angkut, Mesin &
Peralatannya sebesar 6,94%, Industri Logam Dasar Besi & Baja sebesar 6,45% dan Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
sebesar 4,19%.
Sumber: BPS, 2013
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
5
….pertumbuhan industri makanan & minuman kontribusi 4% terhadap PDB non migas
12 BESAR SUBSEKTOR INDUSTRI (USD juta)
NO
URAIAN
2009
2010
2011
2012
PERTUMBUHAN
2012
PERAN 2012
1.
Logam Besi, Mesin dan
Otomotif
31,684
43,219
52,472
62,605
19.3%
45%
2.
3.
4.
Elektronik
Kimia Dasar
Tekstil
10,497
8,095
3,397
14,176
11,432
5,031
16,117
15,413
6,735
16,701
16,076
6,805
3.6%
4.3%
1.0%
12%
12%
5%
5.
Makanan dan Minuman
2,811
4,514
6,852
6,159
-10.1%
4%
6.
7.
Peralatan listrik
Pulp and Paper
2,106
1,883
3,143
2,732
3,769
3,263
4,190
3,020
11.2%
-7.4%
3%
2%
8.
Barang Kimia lainnya
1,662
2,199
2,592
2,757
6.3%
2%
9.
Makanan ternak
1,679
1,872
2,221
2,800
26.1%
2%
10.
Pengolahan tembaga,
timah, dll.
1,027
1,822
2,195
2,377
8.3%
2%
11.
Pupuk
929
1,509
2,707
2,918
7.8%
2%
12.
Pengolahan Aluminium
1,398
1,937
1,973
1.9%
1%
Total 12 Besar Industri
Industri lainnya
66,804
5,734
93,047
8,069
116,272
9,828
128,381
11,333
10.4%
15.3%
92%
8%
Total Industri Manufaktur
72,398
101,115
126,100
139,714
10.8%
100%
Sumber: Kemenperin, 2013
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
6
Pertumbuhan industri manufaktur, periode 2009 - 2012
Proyeksi pertumbuhan
industri manufaktur
6.4% (2012)*
6.0% (2013)**
8% (2014)
Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia*
Subsektor industri
2013 target
(%)
Pupuk, kimia dan produk karet
8,5
Semen dan penggalian mineral
nonlogam
8,3
Makanan, minuman dan tembakau
8,1
Transportasi, mesin dan peralatan
7,7
2,5
2
1,5
1
0,5
0
-0,5
-1
Besi dan baja
6,4
Tekstil, kulit dan alas kaki
4,7
Kertas dan pencetakan
1,0
Furnitur dan produk kehutanan
0,8
Lainnya
1,0
Sumber: Kemenperin, Markit, HSBC, 2013
-1,5
-2
 Indek Manufaktur Indonesia (PMI) mengalami
peningkatan sejak awal tahun 2013 hingga bulan Apr
sekitar 51,7%.
 PMI turun sejak Mei hingga Agustus 48,5 disebabkan
melemahnya permintaan baru, penurunan kapasitas
produksi, pembelian input, penggajian TK, serta
peningkatan harga rata2 bahan baku ditengah naiknya
harga BBM dan depresiasi rupiah.
*PMI mengindikasikan tingkat konsumsi produk manufaktur domestik.
Indonesia Investment Coordinating Board
Realisasi Investasi: Periode Tahun 2010 – Kuartal 3/2013
PMA (USD miliar)
Realisasi Investasi & Target
Rp Trn (USD miliar)
390.3
(43.3)
313.2
293.3
283.5
(34.8)
(32.6)
240.0 251.3 (31.5)
208.5
(27.9)
160.1 (23.1) (26.6)
(17.8)
506.9
(56.3)
24.5
2011
2012
2013
Target
Realisasi
22.1
10.8
10.3
6.0
2006
2010
16.2
14.9
19.3
2014
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Q1-3/2013
PMDN (Rp Trn)
92.2 94.1
Catatan:
76
60.6
 Target realisasi investasi berdasarkan Renstra Penanaman
Modal 2011-2014 (perubahan).
 Realisasi Investasi tahun 2012 mencapai Rp. 313,2 Trn
(110,5% dari target tahun 2012).
 Hingga Kuartal 3/2013: realisasi investasi mencapai Rp 293,3
Trn (75% dari target tahun 2013), terdiri dari: PMDN Rp 94,1
Trn dan PMA Rp 199,2 Trn (USD 22,1 miliar).
Sumber: BKPM, 2013
37.8
34.9
20.8
2006
20.4
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Q1-3/2013
Asumsi Nilai tukar USD 1,- = Rp 9,000
Indonesia Investment Coordinating Board
Realisasi Investasi: Kuartal 1 – 3 Tahun 2013 vs Tahun 2012
Realisasi Investasi Tahun 2013
293,3
Target
2013*
Capaian
**
PMDN
117.7
79.9%
PMA
272.6
73.2%
TOTAL
390.3
75.1%
229,9
71,2
93
76,9
Triwulan 1
99,8
Triwulan 2
2012
81,8
Triwulan 3
Tw2
TAHUN 2013
Tw3
Jan-Sep
PMDN
19.7
20.8
25.2
65.7
PMA
51.5
56.1
56.6
164.2
71.2
76.9
81.8
229.9
TOTAL
Keterangan:
* RENSTRA BKPM 2010-2014 (perubahan)
** Terhadap target 2013
Jan-Sep
2013
TAHUN 2012 (dalam Rp Trn)
Tw1
100,5
Tw1
Tw2
Tw3
Jan-Sep
PMDN
27.5
53.1
33.5
94.1
PMA
65.5
66.7
67.0
199.2
93.0
99.8
100.5
293.3
TOTAL
Asumsi Nilai tukar USD 1,- = Rp 9,000
Sumber: BKPM, 2013
Indonesia Investment Coordinating Board
Realisasi investasi tahun 2012: Sektor, Lokasi, dan Negara asal sumber modal
Sektor:
5 BESAR SEKTOR (PMDN)
5 BESAR SEKTOR (PMA)
1. Ind Makanan, Rp. 11,2 Trn (12,1%)
1. Pertambangan, US$ 4,3 M (17,3%)
2. Ind Mineral Non Logam, Rp. 10,7 Trn (11,6%)
2. Transportasi, Gudang & Telekomunikasi, US$ 2,8 M (11,4%)
3. Pertambangan, Rp. 10,5 Trn (11,5%)
3. Ind Kimia Dasar, Barang Kimia & Farmasi, US$ 2,8 M (11,3%)
4. Tanaman Pangan & Perkebunan, Rp. 9,6 Trn (10,4%)
4. Ind Logam Dasar, Barang Logam, Mesin & Elektronik, US$
2,5M (10,0%)
5. Transportasi, Gudang & Telekomunikasi, Rp. 8,6 Trn
(9,3%)
5. Ind Alat Angkutan & Transportasi lainnya, US$ 1,8 M (7,5%)
Lokasi:
5 BESAR LOKASI (PMDN)
5 BESAR LOKASI (PMA)
1. Jawa Timur, Rp. 21,5 Trn (23,3%)
1. Jawa Barat, US$ 4,2 M (17,1%)
2. Jawa Barat, Rp. 11,4 Trn (12,3%)
2. DKI Jakarta, US$ 4,1 M (16,7%)
3. DKI Jakarta Rp. 8,5 Trn (9,3%)
3. Banten, US$ 2,7 M (11,1%)
4. Kalimantan Timur, Rp. 5,9 Trn (6,4%)
4. Jawa Timur, US$ 2,3 M (9,4%)
5. Jawa Tengah, Rp. 5,8 Trn (6,3%)
5. Kalimantan Timur, US$ 2,0 M (8,2%)
Negara Asal Sumber Modal:
5 BESAR NEGARA ASAL SUMBER MODAL (PMA)
Sumber: BKPM, 2013
1.
2.
3.
4.
5.
Singapura, US$ 4,9 M (19,8%)
Jepang, US$ 2,5 M (10,0%)
Korea Selatan, US$ 1,9 M (7,9%)
Amerika Serikat, US$ 1,2 M (5,1%)
Mauritius,The
US$
1,1 M (4,3%)
Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
10
Perkembangan Rata-rata Realisasi Investasi Sektoral, periode tahun 2008-2012
Realisasi Investasi
(dalam Rp triliun)
120
100
80
60
40
20
0
Primer
Sekunder
08-10 ave
Tersier
10-12 ave
• Investasi di sektor industri manufaktur rata2 tahun
2010-12 mengalami kenaikan 88% dibandingkan
rata2 tahun 2008-10.
• Industri Manim mengalami kenaikan dari Rp 23,2
Trn atau naik 45,8% dari periode sebelumnya Rp
15,9 Trn.
• Nilai investasi industri Manim tahun 2012
mencapai Rp 27,2 Trn, terdiri dari PMDN Rp 11,2
Trn dan PMA Rp 16,0 Trn (USD 1,78 miliar). Nilai ini
naik 52% dari tahun 2011 Rp 17,8 T terdiri dari
PMDN Rp 7,9 Trn dan PMA Rp 9,9 Trn (USD 1,10
miliar).
Investasi Sektor Industri, 7 sektor terbesar
(dalam Rp triliun)
25
20
15
10
5
0
Makanan & Minuman
Tekstil
*) Data realisasi investasi, 2008-2012
Sumber: BKPM, 2013, diolah.
Kertas, Brg dr Kertas & Kimia Dasar, Brg kimia
Percetakan
& Farmasi
08-10 ave
Karet, Brg dr karet &
Plastik
Mineral non logam
Logam Dasar, Brg
logam, Mesin &
Elektronika
10-12 ave
Indonesia Investment Coordinating Board
…Realisasi investasi Industri Manim mengalami tren peningkatan
Realisasi Investasi Industri Makanan & Minuman,
Tahun 2008 – K3/2013
(dalam Rp Trn)
30
25
20
15
10
5
0
2010
2011
2012
PMA
Tahun
PMA
P
PMDN
P
Total
Keterangan:
P = proyek
I = nilai investasi (Rp Trn)
PMDN
I
Tw1-3/2013
I
2010
194
9,23
166
16,40
2011
308
9,94
258
7,94
2012
347
16,05
222
11,17
Q1-3/2013
564
13,38
309
12,91
Asumsi Nilai tukar USD 1,- = Rp 9,000
Sumber: BKPM, 2013
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
12
II. Kebijakan Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
13
Kebijakan Industri Nasional (Peraturan Presiden No. 28/2008)
35 klaster industri prioritas akan dibangun berdasarkan daya saing nasional dalam rangka
menghadapi persaingan global.
Sumber: Kemenperin, 2011
Indonesia Investment Coordinating Board
Sektor – Sektor yang Didorong Bagi Penanaman Modal 2013-2014
1.
Sektor-sektor yang memberikan nilai tambah (value added) dalam
rangka program hilirisasi atau pengolahan lanjutan produk sektor
pertambangan, pertanian, perikanan dan kehutanan
Contoh: Ind. Pengolahan & pemurnian mineral logam, Ind. pengolahan lanjutan CPO,
pengolahan lanjutan kakao dan pengolahan lanjutan hasil perikanan.
2.
3.
NO
KELOMPOK
INDUSTRI
1
Industri Padat
Karya
Tekstil, Alas Kaki, Kulit,
Furniture
Contoh: Ind. Besi dan Baja, Ind. Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Ind. Komponen
Otomotif, Ind. Kimia Dasar dan Ind. Permesinan
2
IKM
Fashion, Kerajinan, batu
mulia, keramik, minyak
atsiri, dll
3
Industri Barang
Modal
Permesinan (TPT & mesin
perkakas), Galangan Kapal
4
Industri berbasis
SDA
Makanan dan minuman,
CPO, Kakao, Karet, Baja &
Aluminium Hulu, Rumput
Laut
5
Industri
Pertumbuhan
tinggi
Otomotif, elektronika dan
Telematika
6
Industri Prioritas
Khusus
Industri Gula, Industri
Pupuk, Industri Petrokimia,
Industri Berbasis Migas
Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masih diimpor sangat
tinggi sebagai konsumsi masyarakat Indonesia (substitusi impor
barang konsumsi)
Sektor-sektor industri yang tren konsumsi dalam negeri meningkat
Contoh: Ind. Semen, bahan bangunan
5.
Sektor-sektor yang berorientasi ekspor, menggunakan bahan baku
dan barang modal impor relatif kecil
Contoh: Ind. Tekstil, Hilirisasi Ind. pengolahan kelapa/kelapa sawit (minyak nabati),
Ind. pengolahan karet, produk kayu, budidaya udang, Ind. kakao, kopi, rumput laut,
Ind. makanan, dll
6.
Sektor-sektor infrastruktur yang pembangunannya didorong oleh
pemerintah melalui pola KPS
Contoh: renewable energy (energi baru dan terbarukan), pembangunan jalan tol,
pelabuhan udara dan laut, penyediaan air minum, pengolahan sampah dan
pembangunan rel kereta api.
7.
JENIS INDUSTRI
Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masih diimpor sangat
tinggi sebagai barang modal dan bahan baku untuk pendukung
industri lainnya (substitusi impor barang modal dan barang baku)
Contoh: Ind. Makanan dan Minuman (makanan olahan), Ind. Peralatan Rumah
Tangga, Ind. Oil Refinery (BBM, Pelumas).
4.
Pengembangan Industri Prioritas 2010 - 2014
Sektor Pariwisata dan industri kreatif
Indonesia Investment Coordinating Board
Kebijakan Penanaman Modal
UU Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007
PERLAKUAN SAMA
 Diberikan perlakuan sama antara perlakuan terhadap investor domestik dan investor
asing sesuai kepentingan nasional
REPATRIASI MODAL & KEUNTUNGAN
 Diberikan hak kelonggaran untuk transfer dan repatriasi modal dan keuntungan hasil
investasi dalam bentuk mata uang asing
PRINSIP DASAR
UU
BIDANG USAHA
 Terdapat bidang usaha yang tertutup bagi seluruh kegiatan investasi dan bidang usaha
yang terbuka dengan persyaratan.
NO. 25/2007
INSENTIF PENANAMAN MODAL
 Diberikan insentif bagi investor atas penanaman modal yang dilakukan
 Insentif Fiskal dan Non Fiskal
FASILITASI PENANAMAN MODAL
 BKPM mempunyai tugas dan fungsi untuk mengoordinasi pelaksanaan kebijakan
penanaman modal melalui pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) Bidang Penanaman
Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
16
Kebijakan Insentif Penanaman Modal
Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan
(Daftar Negatif Investasi/DNI, Perpres No. 36 Tahun 2010)
No
Syarat
Foreign Equity
Participation (FEP)
Keterangan
1.
Usaha perkebunan luas < 25ha, Perkebunan
tanaman pemanis lainnya dan Tebu
(Lamp II no. 3 hal 4)
Dicadangkan
UMKMK
-
2.
Usaha industri pengolahan hasil perkebunan di
bawah kapasitas tertentu sesuai Permentan No
26/2007 dan/atau perubahannya:
- Industri gula pasir, pucuk tebu dan bagas
(Lamp II no 7 hal 8)
Dicadangkan
UMKMK
-
3.
Usaha perkebunan luas > 25ha s.d luasan
tertentu sesuai Permentan No 26/2007, TANPA
unit pengolahan:
- Perkebunan tanaman pemanis lainnya dan
Tebu (Lamp II no. 15 hal 10)
Terbuka u/ asing
Perizinan khusus
dan kepemilikan
modal asing
Maks 95%
Rekomendasi
Mentan cq Dirjen
Perkebunan
4.
Usaha perkebunan dengan luas > = 25 ha yang
TERINTEGRASI dengan unit pengolahan dengan
kapasitas sama atau melebihi kapasitas
tertentu sesuai Permentan No 26/2007
dan/atau perubahannya:
- Perkebunan tebu, Industri Gula Pasir, Pucuk
Tebu dan Bagas (Lamp II no 18 hal 16)
Terbuka u/ asing
Perizinan khusus
dan kepemilikan
modal asing
Maks 95%
Rekomendasi
Mentan cq Dirjen
Perkebunan
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
17
Kebijakan Insentif Penanaman Modal
Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan
(Daftar Negatif Investasi/DNI, Perpres No. 36 Tahun 2010) … lanjutan
No
5.
Industri Gula Pasir (gula kristal putih, gula
kristal rafinasi dan gula kristal mentah)
(Lamp II no 41 hal 42)
Syarat
Foreign Equity
Participation
(FEP)
Keterangan
Terbuka u/ asing
Perizinan khusus
dan kepemilikan
modal asing
Maks 95%
1)
2)
Pendirian pabrik gula
pasir baru maupun
perluasan wajib
membangun terlebih
dulu perkebunan
tebu milik sendiri
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundanganundangan
Pembangunan
pabrik gula baru
dengan kapasitas
8.000 Ton cane per
hari diharuskan
memproduksi gula
kristal mentah
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
18
Kebijakan Insentif Penanaman Modal
Insentif Fiskal : Pembebasan dan Pengurangan Pajak Penghasilan (Tax Holiday)
(Permenkeu No. 130/PMK.011/2011)
 PP No. 94/2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak
Penghasilan Dalam Tahun Berjalan (ps. 29 & 30).
 Insentif Tax Holiday (TH) diatur dalam Permenkeu No. 130/PMK.011/2011.
1. Pembebasan PPh badan untuk jangka waktu paling lama 10 tahun pajak dan paling singkat 5
tahun pajak, terhitung sejak tahun pajak proyek mulai produksi komersial (100% realisasi dan
memiliki Izin Usaha/IU).
2. Wajib pajak diberikan pengurangan PPh badan sebesar 50% dari PPh terutang selama 2 tahun
pajak (12,5 % dari PPh badan selama 2 tahun).
3. Lima industri pionir yang memperoleh fasilitas TH, adalah:
TAX
HOLIDAY
(TH)
4. Industri pionir adalah industri yang memiliki keterkaitan luas, memberi nilai tambah dan
eksternalitas tinggi, memperkenalkan teknologi baru, dan memiliki nilai strategis bagi
perekonomian nasional.
5. Persyaratan: industri pionir, rencana investasi minimum Rp. 1 Trn (USD 112 juta); menempatkan
dana di perbankan Indonesia minimal 10% dari total rencana investasi dan tidak boleh ditarik
sebelum saat mulai pelaksanaan realisasi investasi, berstatus badan hukum Indonesia yang
pengesahannya ditetapkan
paling lama 12 bulan sebelum Permenkeu mulai berlaku.
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
19
Kebijakan Insentif Penanaman Modal
Insentif Fiskal: Tax Allowance (Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2011)
TAX
ALLOWANCE
(TA)
 Investasi berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang digunakan u/ kegiatan utama
usaha, baik u/ penanaman modal baru maupun perluasan usaha yang telah ada.
 PP No. 1/2007 jo. No. 62/2008 jo. No. 52/2011:
1. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah investasi, dibebankan selama 6
tahun masing-masing sebesar 5% per tahun.
2. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat terhadap kelompok aktiva tetap berwujud
(bangunan dan bukan bangunan)
3. Pengenaan PPh atas dividen yang dibayarkan kepada Subjek Pajak LN sebesar 10% atau tarif
yang lebih rendah menurut P3B yang berlaku
4. Kompensasi kerugian lebih dari 5 tahun tapi tidak lebih 10 tahun (syarat: lokasi KI & KB,
tenaga kerja 500 selama 5 tahun, investasi infrastruktur Rp 10 M, R&D 5% selama 5 tahun,
bahan baku dan/komponen hasil produksi DN 70%).
PERSYARATAN
 Fasilitas TA dapat dimanfaatkan setelah WP merealisasikan rencana investasi minimal 80%.
 Ketentuan tambahan :
1. Fasilitas TA dapat dimanfaatkan setelah WP merealisasikan rencana investasi minimal 80%
2. Fasilitas TA dapat diberikan bagi WP yang telah memperoleh izin penanaman modal
sebelum berlaku PP No 52/2011, syarat: rencana investasi minimum Rp 1 Trn, dan belum
produksi komersial/Izin Usaha Tetap (IUT).
BIDANG
USAHA
 PP No. 52/2011 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan u/ Penanaman Modal di Bidang Usaha
Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu, TA diberikan terhadap kegiatan investasi di 129 sektor
dan/atau daerah tertentu serta memenuhi syarat: cakupan produk, minimal investasi, minimal
tenaga kerja, ketentuan lain yang dipersyaratkan.
 Diberikan fasilitas thd sektor baru, yakni: real estate, fiber sintetik, bahan baku kosmetik,
perakitan TV, dan konstruksi teknik sipil.
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
20
Kebijakan Insentif Penanaman Modal
Insentif Fiskal: Tax Allowance (Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2011) … lanjutan
No
-
Industri Gula Pasir [KBLI 10721]
(Lamp II no 45 hal 18)
Cakupan Produk
Daerah/Provinsi
Persyaratan
Gula pasir dari
tebu
Seluruh provinsi
kecuali Pulau Jawa
Kapasitas minimal 70.000
ton gula/tahun,
terintegrasi usaha
budidaya KBLI 0114
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
21
Kebijakan Insentif Penanaman Modal
Insentif Fiskal lainnya
 Permenkeu No. 176/PMK.011/2009 jo. 76/PMK.011/2012 tentang Pembebasan Bea Masuk atas
Impor Mesin serta Barang dan Bahan untuk Pembangunan atau Pengembangan Industri Dalam
Rangka Penanaman Modal, mengatur:
1. Pembebasan bea masuk atas impor mesin, barang dan bahan yang dilakukan oleh Perusahaan yang
melakukan kegiatan usaha di bidang : Industri yang menghasilkan barang, dan/atau
2. Industri yang menghasilkan jasa (Pariwisata dan Kebudayaan, Transportasi/ perhubungan (u/ jasa
transportasi publik), Pelayanan kesehatan publik, Pertambangan, Konstruksi, Industri Telekomunikasi,
Kepelabuhanan).
FASILITAS
PEMBEBASAN
BEA MASUK
IMPOR
 Pembebasan BM impor mesin u/ jangka waktu impor 2 tahun, dapat diperpanjang sesuai jangka
waktu pembangunan industri.
 Perusahaan yang telah menyelesaikan pembangunan industri dan siap produksi (kecuali industri
jasa), dapat diberikan pembebasan BM impor barang & bahan u/ keperluan produksi 2 tahun, dg
jangka waktu impor selama 2 tahun, dapat diperpanjang importasi 1 tahun.
 Perusahan yang melakukan pembangunan atau pengembangan (kecuali ind menghasilkan jasa),
menggunakan mesin produksi DN minimal 30% dari total nilai investasi mesin, pembebasan BM
impor selama 4 tahun.
 Pembebasan bea masuk impor diberikan sepanjang:
1. Belum diproduksi di dalam negeri
2. Sudah diproduksi di DN namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan, atau
3. Sudah diproduksi di DN namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri.
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
22
Kebijakan Insentif Penanaman Modal
Ketentuan Non Sektoral
HAK ATAS
TANAH
 UU No. 5/1960, PP No. 40/1996, Peraturan Menteri Negara/Kepala BPN No. 3/1999
 Jangka Waktu
1. Hak Guna Usaha (HGU) selama 35 tahun, dapat diperpanjang 25 tahun
2. Hak Guna Bangunan (HGB) selama 30 tahun, dapat diperpanjang 20 tahun
3. Hak Pakai (HP) selama 25 tahun, dapat diperpanjang 20 tahun
 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 2/1999 tentang Izin Lokasi
 Perumahan & Pemukiman
1. Perumahan-pemukiman, 1 prov: 400 ha (seluruh INA 4.000 ha)
2. Resort hotel, 1 prov: 200 ha (seluruh INA 2.000 ha)
IZIN LOKASI
 Kawasan Industri, 1 prov: 400 ha (seluruh INA 2.000 ha)
 Perkebunan Besar HGU
1. Tebu, 1 prov: 60.000 ha (seluruh INA 150.000 ha)
2. Lainnya, 1 prov: 20.000 ha (seluruh INA 100.000 ha)
 Tambak
1. Jawa, 1 prov: 100 ha (seluruh INA 1.000 ha)
2. Luar Jawa, 1 prov: 200 ha (seluruh INA 2.000 ha)
LAHAN
INDUSTRI
 PP No. 24/2009.
 Perusahaan industri wajib berlokasi di kawasan industri
 Kewajiban dapat dikecualikan bagi:
a. Perusahaan industri yang menggunakan bahan baku dan/atau proses produksinya memerlukan lokasi khusus
b. Industri mikro, kecil dan menengah (IKM)
c. Perusahaan industri yang akan menjalankan industri dan berlokasi di daerah kab/kota yang belum memiliki
kawasan industri atau yang telah memiliki kawasan industri namun seluruh kaveling industri dalam kawasan
industrinya telah habis.
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
23
Kebijakan Insentif Penanaman Modal
Insentif Fiskal lainnya
PP No. 45/2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman
Modal di Daerah, mengatur:
INSENTIF
PEMERINTAH
DAERAH
Pemberian insentif, berupa:
 Pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah;
 Pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi;
 Pemberian dana stimulus, dan/atau
 Pemberian bantuan modal.
Pemberian kemudahan, berupa:
 Penyediaan data dan informasi peluang investasi;
 Penyediaan sarana dan prasarana,
 Penyediaan lahan atau lokasi,
 Pemberian bantuan teknis, dan/atau
 Percepatan pemberian perizinan.
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
24
III. Isu dan Tantangan Pemerintah
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
25
Isu dan Tantangan Pemerintah ke depan
 Kebutuhan gula dalam jangka panjang (konsumsi RT, industri)
 Kebutuhan industri gula (BUMN, BUMD, swasta (PMDN/PMA))
 Ketersediaan lahan perkebunan tebu (luas lahan, peta lokasi)
Indonesia Investment Coordinating Board
International Representatives Office
THANK YOU
CONTACT US
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 44, Jakarta 12190
P.O. Box 3186, Indonesia
P : +62 21 5292 1334
F : +62 21 5264 211
E : [email protected]
Invest in...
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
27
© 2012 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved
Target Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi RPJMN 2010 – 2014
Pemerintah menjadikan investasi sebagai pilar pokok pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan
6,3 – 6,8% setiap tahun selama 5 tahun (2010 – 2014).
Proyeksi
2010
Pertumbuhan
ekonomi (%)
Pertumbuhan
Investasi (%)
Kebutuhan Investasi
(Rp triliun)
Peran Pemerintah
(Rp triliun dan % dari total
kebutuhan investasi)
Peran Swasta
(Rp triliun dan % dari total
kebutuhan investasi)
2011
2012
2013
2014
5,5-5,6
6,0-6,3
6,4-6,9
6,7-7,4
7,0-7,7
7,2-7,3
7,9-10,9
8,4-11,5
10,2-12,0
11,7-12,1
1.894,1
220,0
(11,6%)
1.674,1
(88,4%)
2.111,1 –2.144,5 2.348,8 – 2.465,0 2.619,9 - 2.788,4 2.939,2 - 3.168,0
272,9 - 274,5
(12,8-12,9%)
329,9 – 336,6
(13,7-14%)
417,8 – 433,1
(15,5-15,9%)
525,6 – 552,5
(17,4-17,9%)
1.838,2 – 1.870,0 2.019,0 – 2.128,4 2.202,1 - 2.355,3 2.413,6 - 2.615,5
(87,1-87,2%)
(86-86,3%)
(84,1-84,5%)
(82,1-82,6)
Sumber: RPJMN 2010-2014 (diolah dari kerangka Ekonomi Makro 2010-2014)
Catatan:
 Total Kebutuhan Investasi: Rp 12.460 Triliun
 Peran Investasi Pemerintah: Rp 1.816,7 Triliun (14,6%)
 Peran Investasi Swasta: Rp 10.643,3 Triliun (85,4%)
 Investasi Swasta berasal dari PMA/PMDN Skala Besar, Investasi sektor Migas dan Pertambangan, Investasi Jasa
Keuangan, serta Investasi UMKM dan Koperasi
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
28
Elemen PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) dalam PDB 2010-2014
(Proyeksi setelah revisi Renstra BKPM 2010-2014)
PMTB TOTAL
PMTB SWASTA
Skala kecil dan menengah: investor domestik yang dikelola oleh
Pemda (PDPPM/PDKPM*)
Belanja modal rumah tangga
Belanja modal pemerintah
Lembaga keuangan
Skala besar: investor domestik + asing sektor migas
dan pertambangan (asing > domestik)
PMTB Swasta (dalam dan luar negeri)
Skala besar: PMA + PMDN yang dikelola BKPM / PDPPM /
PDKPM) (PMA ~80%)
Rp 3.958,6 triliun
(US$ 430,3 miliar)
22%
Rp. 2.065,2 triliun
(US$ 224,5 miliar)
13,9%
6%
24%
Rp 1.204,0 triliun
(US$ 130,9 miliar)
10,7%
7%
31,2%
58,1%
58,3%
2010
32% PDB**
Rp 6.422,9 T
Rp 2.299,9 triliun
(US$ 250,0 miliar)
58,3%
2014
38,5% PDB
Rp 10.280,9 T
Data APBN-P 2010, Asumsi: US$ 1 = Rp 9.200
30,2%
14,1%
18%
10,1%
12,8%
2010
Rp 208,5 triliun
(US$ 22,6 miliar)
58,1%
Rp 506,9 triliun
(US$ 55,09 miliar)
2014
Investasi Swasta 28,1% (2010) dan 26,9% (2014) mencakup
*) PDPPM = Perangkat Daerah Provinsi di Bidang Penanaman Modal
PMA+PMDN dan investasi skala besar (domestik+asing) di
PDKPM = Perangkat Daerah Kabupaten/Kota Bidang Penanaman Modal
sektor migas hulu dan pertambangan
**) Realisasi
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
SUMBER: BAPPENAS, BPS, BI & BKPM, diolah (2009), berdasarkan asumsi dari
tabel Financial Social Accounting Matrix /FSAM (2005) dan dari data PDB 2011)
29
Download