BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Kepala BKPM Berdialog dengan Perwakilan Dunia Usaha Sektor Hilirisasi Pertanian, Peternakan Sapi, dan Hortikultura Jakarta, 6 Januari 2015 --- Dalam rangka meningkatkan investasi sektor-sektor prioritas, Kepala BKPM Franky Sibarani mengadakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan para pengusaha dan asosiasi di sektor hilirisasi pertanian, peternakan sapi, dan hortikultura di kantor BKPM pada hari Selasa (6/1). “Tujuan diselenggarakannya kegiatan FGD adalah untuk memperoleh masukan dari kalangan dunia usaha terkait hambatan yang dihadapi dalam menjalankan investasi serta sebagai upaya pemerintah dalam mendukung pertumbuhan investasi sektor-sektor prioritas ,” ujar Franky. Sektor pertanian, peternakan (termasuk hilirisasi peternakan), dan industri pengolahan hasil pertanian (makanan, minuman dan tembakau serta pupuk, kimia dan bahan dari karet) tumbuh positif dalam 10 tahun terakhir dengan tingkat pertumbuhan yang bervariasi. Pertumbuhan rata-rata 2004-2103 ketiga kelompok sektor tersebut lebih rendah daripada pertumbuhan rata-rata PDB Indonesia. Artinya, ketiganya belum mampu berperan besar dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Total realisasi investasi (PMDN dan PMA) di bidang industri pengolahan kelapa sawit, kakao dan karet dalam periode 2010-2014(Q3) bernilai sekitar Rp 136,2 triliun terdiri dari PMDN sebesar Rp 35,1 triliun (26%) dan PMA sebesar USD 10,1 milyar (74%). Sedangkan, di bidang peternakan sapi serta industri daging dan susu, total realisasi investasi (PMDN dan PMA) 2010-2014(Q3) bernilai sekitar Rp 39,5 triliun terdiri dari PMDN sebesar Rp 11.5 triliun (29%) dan PMA sebesar USD 2.8 milyar (71%). Sementara itu, total realisasi investasi (PMDN dan PMA) di bidang pertanian holtikultura dan industri pengolahannya dalam periode 2010-2014(Q3) bernilai sekitar Rp 3,1 triliun terdiri dari PMDN sebesar Rp 823 milyar (27%) dan PMA sebesar USD 225 juta (73%). Peluang peningkatan realisasi investasi di sektor-sektor tersebut kedepan masih cukup besar karena tren pertumbuhan PMDN dan PMA yang positif selama periode 2010-2014 serta proyek PMDN dan PMA yang telah memperoleh Izin Prinsip (pipeline projects) dalam periode yang sama nilainya cukup besar. Kegiatan FGD tersebut dihadiri oleh perwakilan asosiasi yang terdiri dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Industri Pengolahan Makanan dan Peternakan, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), serta Asosiasi Perusahaan Perbenihan Hortikultura Indonesia (Hortindo). Beberapa hal yang mengemuka dalam diskusi yaitu: - Adanya peraturan Menteri Pertanian yang membatasi suatu grup perusahaan hanya boleh mengelola 100 ribu Ha lahan perkebunan sawit dirasakan kurang menguntungkan terhadap rencana ekspansi perusahaan, terlebih lagi investasi di sektor tersebut umumnya dipicu oleh para pemain besar (grup perusahaan); - Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2013 tentang Moratorium Gambut dan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut. Kebijakan ini akhirnya membatasi investasi, bukan hanya di perkebunan sawit tetapi juga sektor lainnya. Padahal sustainabilitynya dapat berjalan bersama dengan kepentingan investasi; - Indeks Harga / Harga Pokok Produksi yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM saat ini belum tepat atau cenderung merugikan bagi pengusaha, baik untuk bioethanol maupun biodiesel. Diharapkan pemerintah dapat menetapkan indeks harga yang cukup sehingga dapat memacu investasi di sektor bio energy; - Undang-Undang Nomor 13 tahun 2010 tentang Hortikultura yang mewajibkan perusahaan asing yang sudah beroperasi selama 25 tahun di bidang pembibitan untuk mendivestasikan 30 persen sahamnya ke perusahaan dalam negeri menyurutkan minat penanam modal asing untuk berinvestasi di Indonesia, terlebih lagi karena ketentuan tersebut berlaku surut. Padahal, konsumsi sayur mayur di Tanah Air baru mencapai 40 kilogram (kg) per tahun, separuh dari rekomendasi Organisasi Pangan Sedunia (FAO) sebanyak 80 kg setiap tahun. Jadi, pangsa pasar ini masih bisa meningkat dua kali lipat, sehingga benih merupakan prioritas dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian. “Pemerintah akan berupaya untuk memperbaiki hambatan-hambatan tersebut sebab fokus pemerintah saat ini untuk menjamin kepastian hukum, baik bagi para investor dalam negeri maupun luar negeri. Langkah selanjutnya kami akan menyampaikan hasil diskusi dan membahasnya dengan kementerian teknis terkait,” imbuh Franky. -----Selesai----Untuk keterangan lebih lanjut : Ariesta Riendrias Puspasari Kepala Biro Peraturan Perundang-Undangan, Humas, dan Tata Usaha Pimpinan Jl. Jend. Gatot Subroto No.44 Jakarta 12190 Telepon : 0215269874 E-mail : [email protected]