94 TEORI KONTINGENSI, SISTEM

advertisement
ISSN 1829-7978
TEORI KONTINGENSI, SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
DAN KELUARAN PERUSAHAAN: HASIL YANG LALU DAN ARAH MASA DEPAN
Sri Layla Wahyu Istanti
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ‘YPPI’ Rembang
Email: [email protected]
Abstract
Contingency theory arose in response to a universal approach which states that the optimal
control design was acceptable to all regulatory and company. System contingency form an
unbroken circle of implications and affect each other. Contingency factor is determined by the
manager's decision, and the factors - other factors determined in accordance with the
external conditions. Organizations choose Diman market there is competition and strategy is
done. One of the difficulties in studying Management Control Systems is the presence of
ambiguity and contradictions in defining the control system. In addition, this type of control
used by the corporate structure, corporate culture, and human resources, both include hiring,
training, and personnel reduction policies.
Keywords: contingency theory, control systems.
PENDAHULUAN
Tujuan dari artikel ini adalah untuk
menjelaskan hubungan dari teori kontingensi
dengan sistem pengendalian manajemen. Teori
kontingensi adalah adanya peristiwa yang
mungkin terjadi pada waktu yang akan datang
dan sulit untuk diprediksikan pada saat
sekarang.
Pengendalian
manajemen
didefinisikan sebagai pelatihan pengendalian
manajer diantara manajer lain. Ini merupakan
proses dimana manajer tingkat corporate atau
manajer puncak memastikan bahwa manajer
tingkat tengah membawa keluar sasaran dan
strategi organisasi.
Pengendalian yang efektif dapat
mendorong manajer untuk membuat keputusan
yang mengarah kepada tujuan organisasi.
Aktivitas pengendalian berusaha dalam
memotivasi para karyawan untuk mencapai
tujuan perusahaan. Pengendalian berbeda
dengan perencanaan. Perencanaan berkaitan
dengan penentuan tujuan dan sasaran
perusahaan
sedangkan
pengendalian
memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan.
Penggunaan teori kontijensi untuk
analisis dalam akuntansi manajemen telah lama
menarik minat para peneliti. Pendekatan
kontijensi yang digunakan dalam akuntansi
manajemen berdasarkan premis bahwa tidak
terdapat satu sistem akuntansi akuntansi
manajemen yang secara universal selalu tepat
untuk bisa diterapkan pada seluruh organisasi
dalam setiap keadaan (Otley, 1980). Sistem
akuntansi manajemen tergantung pada faktorfaktor situasional yang ada dalam setiap
keadaan. Dalam penelitian-penelitian akuntansi
manajemen, pendekatan kontijensi diperlukan
untuk mengevaluasi faktor-faktor kondisional
yang menyebabkan sistem pengendalian
manajemen lebih efektif. Makalah ini bertujuan
mendeskripsikan hubungan antara teori
kontinjensi dengan Sistem Pengendalian
Manajemen (SPM) yang akan berpengaruh
terhadap kinerja organisasi. Selain itu makalah
ini juga akan memaparkan riset-riset
POTENSIO Volume 18 No. 2 Januari 2013
94
ISSN 1829-7978
pengendalian kontijensi yang telah dilakukan
serta kesempatan untuk riset mendatang.
PEMBAHASAN TEORI PENGENDALIAN
KONTINGENSI
Teori kontingensi mengatakan bahwa
desain
dan
penggunaan
dari
sistem
pengendalian tergantung pada pengaturan
perusahaan dimana pengendalian tersebut
dioperasikan. Padu padan yang sesuai antara
sistem pengendalian dan variabel kontingensi
kontekstual diperkirakan akan menghasilkan
kinerja perusahaan atau individual yang
semakin meningkat.
Teori kontingensi timbul sebagai
respon dari pendekatan universal yang
menyatakan bahwa desain pengendalian yang
optimal itu dapat diterima pada semua
pengaturan dan perusahaan. Pendekatan
pengendalian
universal
merupakan
pengembangan alami dari teori manajemen
ilmiah. Menurut teori kontingensi, sistem
pengendalian yang sesuai berbeda-beda
tergantung pada pengaturan perusahaan.
Variabel Kontingensi
Beberapa variabel kontinjensi yang dapat
terjadi dalam suatu sistem pengendalian
manajemen sebuah perusahaan dapat dibagi ke
dalam lima kategori (Fisher, 1998):
a. Variabel yang terkait dengan unsur
ketidakpastian (uncertainty).
Sumber utama dari ketidakpastian termasuk
ketidakpastian tugas dan lingkungan
eksternal.
Menurut
Hirst
(1981)
ketidakpastian tugas merupakan perluasan
dari aktivitas yang dilakukan manajer untuk
mencapai hasil (outcome) yang diharapkan.
Ketidakpastian tugas serupa dengan
pengetahuan proses transformasi yang
didefinisikan oleh Ouchi (1977). Jika
seorang evaluator memahami proses
transformasi
input
menjadi
output,
evaluator dapat merinci tindakan yang
dibutuhkan evaluatee dan hal membawa
inmplikasi bahwa proses transformasi
pengetahuan adalah tinggi. Variasi sifatsifat yang diajukan oleh peneliti untuk
menggambarkan lingkungan eksternal
mewakili tingkat ketidakpastian. Beberapa
dikotomi digunakan untuk menggambarkan
lingkungan eksternal termasuk seperti pasti
vs tidak pasti, statis vs dinamis, sederhana
vs kompleks, dsb. Sebagai tambahan
variabel
ketidakpastian
lingkungan
misalnya hubungan dengan pelanggan,
pemasok, pasar kerja, dan perwakilan
pemerintah. Sedangkan Zainuddin (2003)
memaparkan
taksonomi
variabel
lingkungan eksternal dalam:
1) Turbulence
(risky,
unpredictable,
fluctuating)
2) Hostility
(stressful,
dominating,
restrictive)
3) Diversity (variety of produc , input,
customer)
4) Complexity
(rapidly
developing
technologies)
b. Variabel yang terkait dengan teknologi dan
interdependensi perusahaan.
Teknologi menurut Zainuddin (2003)
menyangkut bagaimana proses operasi
organisasi (mengubah input menjadi
output) dan termasuk hardware, mesinmesin, alat-alat, manusia, software, dan
pengetahuan. Hal ini juga termasuk definisi
teknologi yang dikembangkan oleh
Woodward (1956) dan Perrow (1967).
Woodward
(1956)
mengklasifikan
teknologi dalam small batch, large batch,
proses teknologi dan produksi massal.
Perrow (1967) menghasilkan teknologi
berdasarkan number of exception dan
nature of the search process. Thompson
(1967) berpendapat bahwa salah satu kunci
komponen teknologi perusahaan adalah
interdependensi antar sub unit perusahaan.
Sri Layla Wahyu Istanti, Teori Kontingensi, Sistem Pengendalian… 95
ISSN 1829-7978
Pooled,
sequential,
dan
reciprocal
merupakan tipe kategori dalam kerangka
interdependensi tersebut (Fisher, 1994).
c. Variabel yang terkait dengan dengan
industri, perusahaan, dan unit bisnis
Diversifikasi,
struktur,
dan
ukuran
perusahaan adalah contoh dari variabel ini.
Diversifikasi
berkaitan
dengan
kompleksitas produk maupun struktur
perusahaan. Struktur menurut Zainuddin
(2003) merupakan spesifikasi formal dari
peran yang berbeda untuk anggota
organisasi atau tugas-tugas untuk kelompok
dalam rangka menjamin bahwa aktivitas
organisasi
dilaksanakan.
Penyusunan
struktur mempengaruhi efisiensi kerja,
motivasi individu, aliran informasi dan
sistem pengendalian serta membantu
mengarahkan masa depan organisasi.
Hoskisson et al (1990) membagi struktur
perusahaan menjadi bentuk multidivisional
(M form) dan fungsional (U Form). Selain
struktur, Fisher (1998) dan Zainuddin
(2003) juga mengkaitkan variabel ini
dengan ukuran (size) unit bisnis yang dapat
membantu organisasi untuk memperbaiki
efisiensi serta penyediaan peluang untuk
spesialisasi. Size ini dapat diukur melalui
laba, tingkat penjualan, asset, penilaian
saham dan karyawan organisasi.
d. Varibel misi dan strategi kompetitif
Porter (1980) mengklasifakasikan strategi
menjadi differentiation strategy, low cost
stategy,dan competive stategy. Miles dan
Snow (1976) mengklasifikasikan unit bisnis
menjadi defenders, prospector dan analyzer
sedangkan
Simon
(1987)
menghubungkannya dengan product life
cycle yang terdiri dari build, hold, harvest,
dan divest strategy.
e. Variabel terkait dengan faktor-faktor yang
dapat diobservasi (observability)
Variabel ini diajukan oleh Thompson
(1967) dan Ouchi (1977). Faktor ini meliputi
pengukuran, evaluasi, dan umpan balik
terhadap aktivitas personal dan hasil (outcome)
dalam sistem pengendalian manajemen.
Pengukuran, evaluasi, dan umpan balik ini
dilakukan dalam rangka menilai keefektifan
sistem pengendalian manajemen.
Sistem Pengendalian Manajemen
Pengendalian
digunakan
untuk
menciptakan
kondisi
dimana
dapat
memotivasikan organisasi untuk mencapai
tujuan yang diinginkan atau hasil yang telah
ditentukan terlebih dahulu. Salah satu kesulitan
dalam mempelajari Sistem Pengendalian
Manajemen adalah adanya keambiguan dan
kontradiksinya dalam mendefinisikan sistem
pengendalian. Karena ada bebrapa definisi
mengenai pengendalian, mengabungkan dan
membandingkan arti dari pengendalian akan
mengalami kesulitan. Pengendalian organisasi
didefinisikan sebagai tindakan atau aktivitas
yang
dilakukan
untuk
mempengaruhi
kemungkinan seseorang untuk bertindak seperti
yang diinginkan dalam rangka pencapaian
tujuan. Beberapa komponen itu dinyatakan
bahwa fokus dari pengendalian ada dua macam,
yaitu:
1. Strategi diimplementasikan sesuai dengan
rencana
2. Hasil yang diproduksi sesuai dengan yang
diharapkan
Giglioni dan Badelan (1974) menyatakan
bahwa pengendalian dalam organisasi yang
komplek ada dua tipe. Tipe pertama melibatkan
aktivitas pegawai bawahan. Pada awalnya, ini
dapat berarti sebagai suatu pemrograman dan
standar prosedur operasi. Sebagai tambahan,
tipe dari pengendalian ini digunakan melalui
struktur perusahaan, kebudayaan perusahaan,
dan sumber daya manusianya, baik mencakup
penerimaan pegawai, pelatihan, dan kebijakan
pengurangan pegawai. Tipe kedua adalah
cybernetic. Beberapa ahli menyatakan bahwa
POTENSIO Volume 18 No. 2 Januari 2013
96
ISSN 1829-7978
cybernetic adalah pengendalian formal yang
seharusnya berjalan secara alami. Cybernetic
didefinisikan sebagai suatu sistem diman
standart dari kinerja ditentukan telebih dahulu,
kemudian mengukur sistem kinerja dengan
membandingkan antara standar dengan kineja
sesungguhnya.
Sistem Pengendalian Cybernetic
Sebagian besar penelitian akuntansi pada
sistem pengendalian telah memfokuskan pada
sistem
cybernetic
dan
pengendalian
penganggaran keuangan merupakan sarana
utama dalam penggambaran sistem ini.( Dant
1990, Waterhouse and Tiessen 1978 ). Atribut
anggaran yang telah ditunjukan pada penelitian
utama mencakup jumlah dari partisipasi
manajer dalam penentuan anggaran pencapaian
standar penerimaan anggaran, dan pakah revisi
pada anggaran dapat dilakukan pada saat
anggaran tersebut sedang dibuat. Komponen
dari sistem pengangaran tidak hanya mencakup
faktor keuangan namun juga faktor non
keuangan.
Pada beberapa perusahaan, sistem
kompensasi insentif adalah bagian dari proses
cybernetic, karena mereka adalah sistem kunci
dari proses umpan balik (fisher &
Govindarajan,
1993).
Merchant
(1985)
menyatakan bahwa tujuan utama dalam sistem
anggaran adalah perkiraan informasi masa
datang yan berguna untuk memonitor atau
mengawasi dan memotivasi personel.
Kerangka Kerja Pengendalian Kontingensi
Sistem kontingensi berupa lingkaran
yang tak terputus saling berimplikasi dan
mempengaruhi. Faktor kontingensi ditentukan
oleh keputusan manajer, dan faktor – faktor
yang lain ditentukan sesuai dengan kondisi luar.
Organisasi memilih pasar diman ada kompetisi
dan stategi yang dilakukan. Kemudian setelah
stategi yang jelas dan keputusan garis produk,
beberapa faktor tidak lebih bertahan dibawah
pengendalian langsung organisasi. oleh karena
itu, penentuan faktor kontingensi mungkin
adalah proses interaktif, beberapa faktor dipilih
oleh perusahaan, sedang yang lain adalah hasil
dari keputusan utam dan faktor-faktor lain dari
luar.
Otley (1980) menyusun kerangka kerja
minimum yang diperlukan oleh pengendalian
kontijensi yang tidak berbeda jauh yang disusun
Fisher (1998). Variabel kontijensi dibagi
menjadi dua yaitu variabel yang tidak dapat
dipengaruhi oleh organisasi seta tujuan
organisasi. Variabel kontijensi tersebut akan
mempengaruhi
rangkaian
pengendalian
organisasi yang meliputi desain sistem
informasi
akuntansi,
sistem
informasi
manajemen,
organisasi,
dan
rencana
pengendalian lain. Hal ini akan mempengaruhi
efektivitas organisasi (diukur dalam kaitan
dengan tujuan) yang mungkin terdapat variabel
intervening antara pengendalian dengan tujuan.
Setelah perusahaan menyusun tujuan dan
faktor kontingensi, kemudian organisasi
memusatkan
pada
pencapaian
objek
perusahaan. Perusahaan menggunakan paket
dari pengendalian perusahaan dalam pencapaian
tujuan perusahaan. Sistem pengendalian
cyberntic hanyalah bagian kecil dari paket
pengendalian organisasi.
Penelitian Pengendalian Kontingensi
Konsep
penelitian
pengendalian
kontigensi yang terdiri dari pengaruh teknologi,
struktur organisasi, dan lingkungan diharapkan
dapat menjelaskan bagaimana desain sistem
akuntansi disusun.
a. Pengaruh teknologi
Teknologi mempunyai pengaruh penting
terhadap tipe informasi akuntansi yang
perlu disediakan yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap kinerja. Piper (1978)
menunjukkan bahwa kompleksitas tugas
organisasi relevan untuk menjelaskan
struktur pengendalian keuangan yang
Sri Layla Wahyu Istanti, Teori Kontingensi, Sistem Pengendalian… 97
ISSN 1829-7978
tepat. Daft dan Macintosh (1978)
mengidentifikasi bahwa variasi tugas
mempengaruhi desain sistem informasi
akuntansi manajemen yang tepat.
b. Pengaruh Struktur Organisasi
Terdapat bukti bahwa struktur organisasi
mempengaruhi sikap dimana informasi
anggaran digunakan. Hopwood (1972)
membedakan
antara
gaya
BudgetConstrained (BC) dimana pencapaian
anggaran merupakan faktor yang paling
penting dalam mengevaluasi bawahan dan
Profit-Conscious (PC) dimana efektivitas
jangka panjang juga dipertimbangkan.
Penelitiannya mengindikasikan bahwa
gaya BC yang rigid berkorelasi tinggi
dengan tekanan pekerjaan, berkorelasi
rendah dengan perilaku disfungsional
bawahan seperti manipulasi data akuntansi.
Sedangkan PC tidak mempunyai korelasi
tersebut. Ia kemudian menyimpulkan
bahwa gaya anggaran fleksibel membawa
kinerja organisasi yang lebih efektif.
c. Pengaruh Lingkungan
Faktor lingkungan juga dapat menerangkan
perbedaan dalam penyusunan sistem
informasi akuntansi. Khandwalla (1972)
menguji efek lingkungan yang kompetitif
perusahaan
terhadap
penggunaan
pengendalian
manajemen
dan
menyimpulkan bahwa sistem pengendalian
dan akuntansi yang canggih dipengaruhi
oleh intensitas kompetisi.
Ketika
pembelajaran
mengenai
kontingensi menyediakan pengetahuan tentang
sistem pengendalian, hasilnya tidak dapat
dikembangkan menjadi teori pengendalian
manajemen yang diterima secara luas. Beberapa
alasan yang menyebabkan hasil akhir kurang
meyakinkan:
1. Pengendalian
cybernetic
bersifat
multidimensional dan merupakan bagian
dari keseluruhan sistem pengendalian
namun penelitian yang dilakukan hanya
2.
3.
mencakup sub bagian yang kecil dari
pengendalian.
Sebagian besar peneliti hanya menguji satu
faktor kontingensi pada atu waktu tertentu.
Kurangnya kemudahan dalam mengakses
database dan rumitnya tekhnik statistik
sehingga mempersulit dalam menguji
apapun selain hubungan yang sederhana.
Klasifikasi Pengendalian Kontingensi
Fisher mengklasifikasikan penelitian
sebelumnya berdasarkan analitis tingkat
kompleksitas.
Literatur
pengendalian
sebelumnya membagi kedalam empat kategori
tergantung pada kontingensi, pengendalian, dan
variabel keluaran yang diikutkan dalam studi.
Namun, walaupun desain penelitian semakin
komplek ketika analisis level meningkat, bukan
berarti bahwa analisis level 4 lebih baik
daripada analisis level 1.
Analisis level 1
Dalam analisis tingkat satu ini, satu
faktor kontingensi berhubungan dengan satu
mekanisme pengendalian. Sebuah hipotesa
mengungkapkan bahwa eksistensi dari faktor
kontingensi
akan
menghasilkan
atau
meningkatkan kemungkinan bahwa sebuah
perusahan tertentu menggunakan mekanisme
pengendalian.
Anlisis level 2
Analisis level dua menguji pengaruh
gabungan antara satu mekanisme pengendalian
dan faktor kontingensi pada variabel keluaran.
Pada analisis ini kehadiran sebuah faktor
kontingensi
dan
sebuah
mekanisme
pengendalian diperkirakan akan menghasilkan
peningkatan
afektivitas
maupun
ketidakefektivan. Simon (1987) menguji
perbedaan sistem pengendalian antara unit
bisnis yang mempekerjakan strategi defender
atau prospektor.
POTENSIO Volume 18 No. 2 Januari 2013
98
ISSN 1829-7978
Anlisis level 3
Pada analisis level tiga ini, hal yang
diuji adalah efek gabungan dari faktor
kontingensi dan mekanisme pengendalian yang
bermacam – macam pada variabel keluaran.
Analisis ini mengasumsikan bahwa akan ada
hubungan yang saling melengkapi ataupun
menggantikan diantara variabel – variabel
pengendalian yang mungkin tidak dapat
tertutupi dengan memasukkan mekanisme
pengendalian yang bermacam – macam pada
analisis.
Anlisis level 4
Analisis level empat adalah analisis
yang memasukkan beberapa faktor kontingensi
secara bersamaan dalam menentukan design
kontrol yang optimal. Menurut Greto, ketika
beberapa faktor kontingensi dimasukkan secara
serempak
dalam
analisis,
penempatan
permintaan dalam sostem kontrol akan
mengalami konflik. Design kontrol yang
memasukkan semua faktor kontingensi secara
serempak hanya dapat efektif untuk faktor
kontingensi yang memiliki tipe yang sama saja.
Jika tidak sama, maka sistem kontrol tersebut
tidak dapat terlaksana dengan baik.
RISET KONTUNGENSI DI MASA
MENDATANG
Pendekatan kontingensi telah menjadi
tema yang dominan dalam penelitian sistem
pengendalian manajemen. Namun penelitian ini
masih menghasilkan hasil yang kurang pasti.
Beberapa kelemahan yang harus diperhatikan
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada
penelitian berikutnya adalah;
1. Masih adanya faktor kontingensi yang
terkait, yang belum teridentifikasi.
2. Hubungan antara variabel kontingensi
masih perlu untuk dikembangkan.
3. Kurangnya
kejelasan
dalam
mendefinisikan batas suatu pengendalian.
SIMPULAN
Dari berbagai uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pengendalian kontingensi
menjadi dominan dalam penelitian sistem
pengendalian manajemen. Teori kontingensi
berpendapat bahwa desain dan penggunaan
sistem pengendalian adalah mengatur konteks
darii organisasi kontingen yang sedang
berlangsung diman pengendalian ini dijalankan.
Pendekatan kontingensi menyediakan
pandangan untuk mengatur sistem pengendalian
manajemen.
Meskipun
penelitian
ini
menyediakan pandangan yang berguna, namun
pada kenyataannya apa yang dihasilkan dari
penelitian ini kurang begitu menjelaskan, dan
masih perlunya mengembangkan hubungan
variabel-variabel kontingensi,selain itu masih
banyak faktor kontingensi yang terkait yang
belum teridentifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Fisher, G Joseph, 1998, Contingency Theory,
Management Control System and Firm
Outcomes: Past Results and Future
Directions, Behavioural
Research in
Accounting Vol. 10
Marani, Yohanes, 2003, Motivasi dan Pelimpahan
Wewenang sebagai Variabel Moderating
dalam
Hubungan
antara Partisipasi
Penyusunan Anggaran dengan Kinerja
Manajerial, Jurnal MAKSI Vol. 2
Universitas Diponegoro
Outley, David, 1980, The Contingency Theory of
Management Accounting: Achievement and
Prognosis. Accounting and Organization
Society 5
Outley,
David, 1991, Management Control,
Organizational Design and Accounting
Information System, Issues in Management
Accounting edited by David Asthon, et al
Zainuddin, Yuserrie, 2003, Management Accounting
and Control System: The State of the Art,
makalah seminar dosen tamu Magister Sains
Akuntansi Universitas Diponegoro 25
September 2003.
Sri Layla Wahyu Istanti, Teori Kontingensi, Sistem Pengendalian… 99
Download