ISSN 1829-7978 TEORI KONTINGENSI, SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DAN KELUARAN PERUSAHAAN: HASIL YANG LALU DAN ARAH MASA DEPAN Sri Layla Wahyu Istanti Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ‘YPPI’ Rembang Email: [email protected] Abstract Contingency theory arose in response to a universal approach which states that the optimal control design was acceptable to all regulatory and company. System contingency form an unbroken circle of implications and affect each other. Contingency factor is determined by the manager's decision, and the factors - other factors determined in accordance with the external conditions. Organizations choose Diman market there is competition and strategy is done. One of the difficulties in studying Management Control Systems is the presence of ambiguity and contradictions in defining the control system. In addition, this type of control used by the corporate structure, corporate culture, and human resources, both include hiring, training, and personnel reduction policies. Keywords: contingency theory, control systems. PENDAHULUAN Tujuan dari artikel ini adalah untuk menjelaskan hubungan dari teori kontingensi dengan sistem pengendalian manajemen. Teori kontingensi adalah adanya peristiwa yang mungkin terjadi pada waktu yang akan datang dan sulit untuk diprediksikan pada saat sekarang. Pengendalian manajemen didefinisikan sebagai pelatihan pengendalian manajer diantara manajer lain. Ini merupakan proses dimana manajer tingkat corporate atau manajer puncak memastikan bahwa manajer tingkat tengah membawa keluar sasaran dan strategi organisasi. Pengendalian yang efektif dapat mendorong manajer untuk membuat keputusan yang mengarah kepada tujuan organisasi. Aktivitas pengendalian berusaha dalam memotivasi para karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan. Pengendalian berbeda dengan perencanaan. Perencanaan berkaitan dengan penentuan tujuan dan sasaran perusahaan sedangkan pengendalian memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan. Penggunaan teori kontijensi untuk analisis dalam akuntansi manajemen telah lama menarik minat para peneliti. Pendekatan kontijensi yang digunakan dalam akuntansi manajemen berdasarkan premis bahwa tidak terdapat satu sistem akuntansi akuntansi manajemen yang secara universal selalu tepat untuk bisa diterapkan pada seluruh organisasi dalam setiap keadaan (Otley, 1980). Sistem akuntansi manajemen tergantung pada faktorfaktor situasional yang ada dalam setiap keadaan. Dalam penelitian-penelitian akuntansi manajemen, pendekatan kontijensi diperlukan untuk mengevaluasi faktor-faktor kondisional yang menyebabkan sistem pengendalian manajemen lebih efektif. Makalah ini bertujuan mendeskripsikan hubungan antara teori kontinjensi dengan Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) yang akan berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Selain itu makalah ini juga akan memaparkan riset-riset POTENSIO Volume 18 No. 2 Januari 2013 94 ISSN 1829-7978 pengendalian kontijensi yang telah dilakukan serta kesempatan untuk riset mendatang. PEMBAHASAN TEORI PENGENDALIAN KONTINGENSI Teori kontingensi mengatakan bahwa desain dan penggunaan dari sistem pengendalian tergantung pada pengaturan perusahaan dimana pengendalian tersebut dioperasikan. Padu padan yang sesuai antara sistem pengendalian dan variabel kontingensi kontekstual diperkirakan akan menghasilkan kinerja perusahaan atau individual yang semakin meningkat. Teori kontingensi timbul sebagai respon dari pendekatan universal yang menyatakan bahwa desain pengendalian yang optimal itu dapat diterima pada semua pengaturan dan perusahaan. Pendekatan pengendalian universal merupakan pengembangan alami dari teori manajemen ilmiah. Menurut teori kontingensi, sistem pengendalian yang sesuai berbeda-beda tergantung pada pengaturan perusahaan. Variabel Kontingensi Beberapa variabel kontinjensi yang dapat terjadi dalam suatu sistem pengendalian manajemen sebuah perusahaan dapat dibagi ke dalam lima kategori (Fisher, 1998): a. Variabel yang terkait dengan unsur ketidakpastian (uncertainty). Sumber utama dari ketidakpastian termasuk ketidakpastian tugas dan lingkungan eksternal. Menurut Hirst (1981) ketidakpastian tugas merupakan perluasan dari aktivitas yang dilakukan manajer untuk mencapai hasil (outcome) yang diharapkan. Ketidakpastian tugas serupa dengan pengetahuan proses transformasi yang didefinisikan oleh Ouchi (1977). Jika seorang evaluator memahami proses transformasi input menjadi output, evaluator dapat merinci tindakan yang dibutuhkan evaluatee dan hal membawa inmplikasi bahwa proses transformasi pengetahuan adalah tinggi. Variasi sifatsifat yang diajukan oleh peneliti untuk menggambarkan lingkungan eksternal mewakili tingkat ketidakpastian. Beberapa dikotomi digunakan untuk menggambarkan lingkungan eksternal termasuk seperti pasti vs tidak pasti, statis vs dinamis, sederhana vs kompleks, dsb. Sebagai tambahan variabel ketidakpastian lingkungan misalnya hubungan dengan pelanggan, pemasok, pasar kerja, dan perwakilan pemerintah. Sedangkan Zainuddin (2003) memaparkan taksonomi variabel lingkungan eksternal dalam: 1) Turbulence (risky, unpredictable, fluctuating) 2) Hostility (stressful, dominating, restrictive) 3) Diversity (variety of produc , input, customer) 4) Complexity (rapidly developing technologies) b. Variabel yang terkait dengan teknologi dan interdependensi perusahaan. Teknologi menurut Zainuddin (2003) menyangkut bagaimana proses operasi organisasi (mengubah input menjadi output) dan termasuk hardware, mesinmesin, alat-alat, manusia, software, dan pengetahuan. Hal ini juga termasuk definisi teknologi yang dikembangkan oleh Woodward (1956) dan Perrow (1967). Woodward (1956) mengklasifikan teknologi dalam small batch, large batch, proses teknologi dan produksi massal. Perrow (1967) menghasilkan teknologi berdasarkan number of exception dan nature of the search process. Thompson (1967) berpendapat bahwa salah satu kunci komponen teknologi perusahaan adalah interdependensi antar sub unit perusahaan. Sri Layla Wahyu Istanti, Teori Kontingensi, Sistem Pengendalian… 95 ISSN 1829-7978 Pooled, sequential, dan reciprocal merupakan tipe kategori dalam kerangka interdependensi tersebut (Fisher, 1994). c. Variabel yang terkait dengan dengan industri, perusahaan, dan unit bisnis Diversifikasi, struktur, dan ukuran perusahaan adalah contoh dari variabel ini. Diversifikasi berkaitan dengan kompleksitas produk maupun struktur perusahaan. Struktur menurut Zainuddin (2003) merupakan spesifikasi formal dari peran yang berbeda untuk anggota organisasi atau tugas-tugas untuk kelompok dalam rangka menjamin bahwa aktivitas organisasi dilaksanakan. Penyusunan struktur mempengaruhi efisiensi kerja, motivasi individu, aliran informasi dan sistem pengendalian serta membantu mengarahkan masa depan organisasi. Hoskisson et al (1990) membagi struktur perusahaan menjadi bentuk multidivisional (M form) dan fungsional (U Form). Selain struktur, Fisher (1998) dan Zainuddin (2003) juga mengkaitkan variabel ini dengan ukuran (size) unit bisnis yang dapat membantu organisasi untuk memperbaiki efisiensi serta penyediaan peluang untuk spesialisasi. Size ini dapat diukur melalui laba, tingkat penjualan, asset, penilaian saham dan karyawan organisasi. d. Varibel misi dan strategi kompetitif Porter (1980) mengklasifakasikan strategi menjadi differentiation strategy, low cost stategy,dan competive stategy. Miles dan Snow (1976) mengklasifikasikan unit bisnis menjadi defenders, prospector dan analyzer sedangkan Simon (1987) menghubungkannya dengan product life cycle yang terdiri dari build, hold, harvest, dan divest strategy. e. Variabel terkait dengan faktor-faktor yang dapat diobservasi (observability) Variabel ini diajukan oleh Thompson (1967) dan Ouchi (1977). Faktor ini meliputi pengukuran, evaluasi, dan umpan balik terhadap aktivitas personal dan hasil (outcome) dalam sistem pengendalian manajemen. Pengukuran, evaluasi, dan umpan balik ini dilakukan dalam rangka menilai keefektifan sistem pengendalian manajemen. Sistem Pengendalian Manajemen Pengendalian digunakan untuk menciptakan kondisi dimana dapat memotivasikan organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau hasil yang telah ditentukan terlebih dahulu. Salah satu kesulitan dalam mempelajari Sistem Pengendalian Manajemen adalah adanya keambiguan dan kontradiksinya dalam mendefinisikan sistem pengendalian. Karena ada bebrapa definisi mengenai pengendalian, mengabungkan dan membandingkan arti dari pengendalian akan mengalami kesulitan. Pengendalian organisasi didefinisikan sebagai tindakan atau aktivitas yang dilakukan untuk mempengaruhi kemungkinan seseorang untuk bertindak seperti yang diinginkan dalam rangka pencapaian tujuan. Beberapa komponen itu dinyatakan bahwa fokus dari pengendalian ada dua macam, yaitu: 1. Strategi diimplementasikan sesuai dengan rencana 2. Hasil yang diproduksi sesuai dengan yang diharapkan Giglioni dan Badelan (1974) menyatakan bahwa pengendalian dalam organisasi yang komplek ada dua tipe. Tipe pertama melibatkan aktivitas pegawai bawahan. Pada awalnya, ini dapat berarti sebagai suatu pemrograman dan standar prosedur operasi. Sebagai tambahan, tipe dari pengendalian ini digunakan melalui struktur perusahaan, kebudayaan perusahaan, dan sumber daya manusianya, baik mencakup penerimaan pegawai, pelatihan, dan kebijakan pengurangan pegawai. Tipe kedua adalah cybernetic. Beberapa ahli menyatakan bahwa POTENSIO Volume 18 No. 2 Januari 2013 96 ISSN 1829-7978 cybernetic adalah pengendalian formal yang seharusnya berjalan secara alami. Cybernetic didefinisikan sebagai suatu sistem diman standart dari kinerja ditentukan telebih dahulu, kemudian mengukur sistem kinerja dengan membandingkan antara standar dengan kineja sesungguhnya. Sistem Pengendalian Cybernetic Sebagian besar penelitian akuntansi pada sistem pengendalian telah memfokuskan pada sistem cybernetic dan pengendalian penganggaran keuangan merupakan sarana utama dalam penggambaran sistem ini.( Dant 1990, Waterhouse and Tiessen 1978 ). Atribut anggaran yang telah ditunjukan pada penelitian utama mencakup jumlah dari partisipasi manajer dalam penentuan anggaran pencapaian standar penerimaan anggaran, dan pakah revisi pada anggaran dapat dilakukan pada saat anggaran tersebut sedang dibuat. Komponen dari sistem pengangaran tidak hanya mencakup faktor keuangan namun juga faktor non keuangan. Pada beberapa perusahaan, sistem kompensasi insentif adalah bagian dari proses cybernetic, karena mereka adalah sistem kunci dari proses umpan balik (fisher & Govindarajan, 1993). Merchant (1985) menyatakan bahwa tujuan utama dalam sistem anggaran adalah perkiraan informasi masa datang yan berguna untuk memonitor atau mengawasi dan memotivasi personel. Kerangka Kerja Pengendalian Kontingensi Sistem kontingensi berupa lingkaran yang tak terputus saling berimplikasi dan mempengaruhi. Faktor kontingensi ditentukan oleh keputusan manajer, dan faktor – faktor yang lain ditentukan sesuai dengan kondisi luar. Organisasi memilih pasar diman ada kompetisi dan stategi yang dilakukan. Kemudian setelah stategi yang jelas dan keputusan garis produk, beberapa faktor tidak lebih bertahan dibawah pengendalian langsung organisasi. oleh karena itu, penentuan faktor kontingensi mungkin adalah proses interaktif, beberapa faktor dipilih oleh perusahaan, sedang yang lain adalah hasil dari keputusan utam dan faktor-faktor lain dari luar. Otley (1980) menyusun kerangka kerja minimum yang diperlukan oleh pengendalian kontijensi yang tidak berbeda jauh yang disusun Fisher (1998). Variabel kontijensi dibagi menjadi dua yaitu variabel yang tidak dapat dipengaruhi oleh organisasi seta tujuan organisasi. Variabel kontijensi tersebut akan mempengaruhi rangkaian pengendalian organisasi yang meliputi desain sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, organisasi, dan rencana pengendalian lain. Hal ini akan mempengaruhi efektivitas organisasi (diukur dalam kaitan dengan tujuan) yang mungkin terdapat variabel intervening antara pengendalian dengan tujuan. Setelah perusahaan menyusun tujuan dan faktor kontingensi, kemudian organisasi memusatkan pada pencapaian objek perusahaan. Perusahaan menggunakan paket dari pengendalian perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Sistem pengendalian cyberntic hanyalah bagian kecil dari paket pengendalian organisasi. Penelitian Pengendalian Kontingensi Konsep penelitian pengendalian kontigensi yang terdiri dari pengaruh teknologi, struktur organisasi, dan lingkungan diharapkan dapat menjelaskan bagaimana desain sistem akuntansi disusun. a. Pengaruh teknologi Teknologi mempunyai pengaruh penting terhadap tipe informasi akuntansi yang perlu disediakan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja. Piper (1978) menunjukkan bahwa kompleksitas tugas organisasi relevan untuk menjelaskan struktur pengendalian keuangan yang Sri Layla Wahyu Istanti, Teori Kontingensi, Sistem Pengendalian… 97 ISSN 1829-7978 tepat. Daft dan Macintosh (1978) mengidentifikasi bahwa variasi tugas mempengaruhi desain sistem informasi akuntansi manajemen yang tepat. b. Pengaruh Struktur Organisasi Terdapat bukti bahwa struktur organisasi mempengaruhi sikap dimana informasi anggaran digunakan. Hopwood (1972) membedakan antara gaya BudgetConstrained (BC) dimana pencapaian anggaran merupakan faktor yang paling penting dalam mengevaluasi bawahan dan Profit-Conscious (PC) dimana efektivitas jangka panjang juga dipertimbangkan. Penelitiannya mengindikasikan bahwa gaya BC yang rigid berkorelasi tinggi dengan tekanan pekerjaan, berkorelasi rendah dengan perilaku disfungsional bawahan seperti manipulasi data akuntansi. Sedangkan PC tidak mempunyai korelasi tersebut. Ia kemudian menyimpulkan bahwa gaya anggaran fleksibel membawa kinerja organisasi yang lebih efektif. c. Pengaruh Lingkungan Faktor lingkungan juga dapat menerangkan perbedaan dalam penyusunan sistem informasi akuntansi. Khandwalla (1972) menguji efek lingkungan yang kompetitif perusahaan terhadap penggunaan pengendalian manajemen dan menyimpulkan bahwa sistem pengendalian dan akuntansi yang canggih dipengaruhi oleh intensitas kompetisi. Ketika pembelajaran mengenai kontingensi menyediakan pengetahuan tentang sistem pengendalian, hasilnya tidak dapat dikembangkan menjadi teori pengendalian manajemen yang diterima secara luas. Beberapa alasan yang menyebabkan hasil akhir kurang meyakinkan: 1. Pengendalian cybernetic bersifat multidimensional dan merupakan bagian dari keseluruhan sistem pengendalian namun penelitian yang dilakukan hanya 2. 3. mencakup sub bagian yang kecil dari pengendalian. Sebagian besar peneliti hanya menguji satu faktor kontingensi pada atu waktu tertentu. Kurangnya kemudahan dalam mengakses database dan rumitnya tekhnik statistik sehingga mempersulit dalam menguji apapun selain hubungan yang sederhana. Klasifikasi Pengendalian Kontingensi Fisher mengklasifikasikan penelitian sebelumnya berdasarkan analitis tingkat kompleksitas. Literatur pengendalian sebelumnya membagi kedalam empat kategori tergantung pada kontingensi, pengendalian, dan variabel keluaran yang diikutkan dalam studi. Namun, walaupun desain penelitian semakin komplek ketika analisis level meningkat, bukan berarti bahwa analisis level 4 lebih baik daripada analisis level 1. Analisis level 1 Dalam analisis tingkat satu ini, satu faktor kontingensi berhubungan dengan satu mekanisme pengendalian. Sebuah hipotesa mengungkapkan bahwa eksistensi dari faktor kontingensi akan menghasilkan atau meningkatkan kemungkinan bahwa sebuah perusahan tertentu menggunakan mekanisme pengendalian. Anlisis level 2 Analisis level dua menguji pengaruh gabungan antara satu mekanisme pengendalian dan faktor kontingensi pada variabel keluaran. Pada analisis ini kehadiran sebuah faktor kontingensi dan sebuah mekanisme pengendalian diperkirakan akan menghasilkan peningkatan afektivitas maupun ketidakefektivan. Simon (1987) menguji perbedaan sistem pengendalian antara unit bisnis yang mempekerjakan strategi defender atau prospektor. POTENSIO Volume 18 No. 2 Januari 2013 98 ISSN 1829-7978 Anlisis level 3 Pada analisis level tiga ini, hal yang diuji adalah efek gabungan dari faktor kontingensi dan mekanisme pengendalian yang bermacam – macam pada variabel keluaran. Analisis ini mengasumsikan bahwa akan ada hubungan yang saling melengkapi ataupun menggantikan diantara variabel – variabel pengendalian yang mungkin tidak dapat tertutupi dengan memasukkan mekanisme pengendalian yang bermacam – macam pada analisis. Anlisis level 4 Analisis level empat adalah analisis yang memasukkan beberapa faktor kontingensi secara bersamaan dalam menentukan design kontrol yang optimal. Menurut Greto, ketika beberapa faktor kontingensi dimasukkan secara serempak dalam analisis, penempatan permintaan dalam sostem kontrol akan mengalami konflik. Design kontrol yang memasukkan semua faktor kontingensi secara serempak hanya dapat efektif untuk faktor kontingensi yang memiliki tipe yang sama saja. Jika tidak sama, maka sistem kontrol tersebut tidak dapat terlaksana dengan baik. RISET KONTUNGENSI DI MASA MENDATANG Pendekatan kontingensi telah menjadi tema yang dominan dalam penelitian sistem pengendalian manajemen. Namun penelitian ini masih menghasilkan hasil yang kurang pasti. Beberapa kelemahan yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada penelitian berikutnya adalah; 1. Masih adanya faktor kontingensi yang terkait, yang belum teridentifikasi. 2. Hubungan antara variabel kontingensi masih perlu untuk dikembangkan. 3. Kurangnya kejelasan dalam mendefinisikan batas suatu pengendalian. SIMPULAN Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian kontingensi menjadi dominan dalam penelitian sistem pengendalian manajemen. Teori kontingensi berpendapat bahwa desain dan penggunaan sistem pengendalian adalah mengatur konteks darii organisasi kontingen yang sedang berlangsung diman pengendalian ini dijalankan. Pendekatan kontingensi menyediakan pandangan untuk mengatur sistem pengendalian manajemen. Meskipun penelitian ini menyediakan pandangan yang berguna, namun pada kenyataannya apa yang dihasilkan dari penelitian ini kurang begitu menjelaskan, dan masih perlunya mengembangkan hubungan variabel-variabel kontingensi,selain itu masih banyak faktor kontingensi yang terkait yang belum teridentifikasi. DAFTAR PUSTAKA Fisher, G Joseph, 1998, Contingency Theory, Management Control System and Firm Outcomes: Past Results and Future Directions, Behavioural Research in Accounting Vol. 10 Marani, Yohanes, 2003, Motivasi dan Pelimpahan Wewenang sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Manajerial, Jurnal MAKSI Vol. 2 Universitas Diponegoro Outley, David, 1980, The Contingency Theory of Management Accounting: Achievement and Prognosis. Accounting and Organization Society 5 Outley, David, 1991, Management Control, Organizational Design and Accounting Information System, Issues in Management Accounting edited by David Asthon, et al Zainuddin, Yuserrie, 2003, Management Accounting and Control System: The State of the Art, makalah seminar dosen tamu Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro 25 September 2003. Sri Layla Wahyu Istanti, Teori Kontingensi, Sistem Pengendalian… 99