Perlindungan Hukum Terhadap Cagar Budaya

advertisement
Majalah Hukum Forum Akademik
Perlindungan Hukum Terhadap Cagar Budaya Candi Muarajambi Yang
Berpotensi Sebagai World Cultural Heritage
Oleh:
Rahayu Repindowaty Harahap1
ABSTRAK
Warisan Dunia yang di dalamnya meliputi warisan budaya dan warisan alam,
merupakan milik umat manusia seluruh dunia yang tidak ternilai harganya, dan
mempunyai peranan yang sangat besar, bagi sejarah, kebudayaan, maupun ilmu
pengetahuan. Perlindungan warisan budaya dan warisan alam dunia diatur
dalam Convention Concerning the Protection of the World Cultural and Natural
Heritage 1972 dan diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal
6 Juli 1989. Di Indonesia, salah satu situs yang berpotensi untuk menjadi warisan
dunia terdapat di Propinsi Jambi yaitu Kawasan Percandian MuaraJambi yang
merupakan peninggalan Kerajaan Melayu Kuno dan satu-satunya peninggalan
masa Hindu-Budha yang terluas di Indonesia. Kawasan Percandian MuaraJambi
telah didaftarkan oleh Pemerintah ke UNESCO dan telah masuk dalam Tentative
List UNESCO Nomor: 5465 kategori Budaya dalam usulan nominasi World
Heritage sebagai Karya Adi Luhung (Outstanding Universal Value). Dengan
terwujudnya Kawasan Percandian MuaraJambi sebagai Kawasan Strategis
Nasional dan masuk ke dalam Tentative List UNESCO maka upaya pelestarian
dan pengelolaan menjadi lebih terarah dan berkesinambungan sehingga nilainilai universalnya dapat dipertahankan dan dapat menjadi Warisan Budaya
Dunia.
Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Warisan Dunia, Candi Muarajambi.
A. Pendahuluan.
Warisan Dunia yang di dalamnya meliputi warisan budaya dan warisan
alam, merupakan milik umat manusia seluruh dunia yang tidak ternilai harganya,
dan mempunyai peranan yang sangat besar, bagi sejarah, kebudayaan, maupun
ilmu pengetahuan. Pengaruh lingkungan baik yang bersifat hayati maupun non
hayati, kondisi kelestarian suatu situs warisan dunia dapat terancam, mengalami
proses degradasi, dan bahkan dapat mengalami kehancuran yang bersifat fatal.
1
Dosen Fakultas Hukum Uniersitas Jambi.
78
Majalah Hukum Forum Akademik
Oleh karena itu, perawatan dan perlindungan warisan dunia merupakan kewajiban
kita semua sebagai umat manusia, agar keberadaannya tetap dapat diwariskan
secara turun temurun kepada generasi penerus kita.
Badan internasonal yang menangani masalah warisan dunia adalah
UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization)
atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB merupakan
badan khusus PBB yang didirikan pada 1945. Tujuan organisasi ini adalah
mendukung perdamaian dan keamanan dengan mempromosikan kerja sama antar
Negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dalam rangka
meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan kepada keadilan,
peraturan hukum, HAM, dan kebebasan hakiki.2
Perlindungan warisan budaya dan warisan alam dunia diatur dalam suatu
konvensi yaitu Convention Concerning the Protection of the World Cultural and
Natural Heritage 1972 (selanjutnya disebut Konvensi Warisan Dunia),
ditandatangani pada Sidang Umum UNESCO ke-17 yang diselenggarakan di
Paris, Perancis, pada tanggal 16 Nopember 1972, dan diratifikasi oleh Pemerintah
Republik Indonesia pada 6 Juli 1989.
Peninggalan budaya dan alam disuatu Negara dapat diakui sebagai warisan
dunia bila memiliki Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value).
Nilai universal luar biasa dimaknai sebagai memiliki nilai-nilai dari segi budaya
dan/atau alam yang sangat luar biasa (exceptional) sehingga melampaui batas
nasional serta memiliki arti penting bagi generasi sekarang maupun yang akan
datang bagi seluruh umat manusia.3 Pencantuman sebuah situs ke dalam daftar
warisan dunia mengikuti garis panduan yang telah ditetapkan oleh Konvensi
Warisan Dunia yaitu terdapat dalam Alinea 77 dari Garis Panduan Operasional
untuk implementasi Konvensi Warisan Dunia (Operational Guidelines for the
2
Artikel 1 konstitusi UNESCO.
Soeroso MP, 2008, Pengelolaan Warisan Budaya Dunia di Indonesia, Direktorat Peninggalan
Purbakala,
Direktorat
Jenderal
Sejarah
Purbakala
Bintek.WarisanDunia,BalaiKonservasiPeninggalanBorobudur.www.gugunborobudur.wordpress.c
om.
3
79
Majalah Hukum Forum Akademik
Implementation of the World Heritage Convention) yang menetapkan 10
(sepuluh) kriteria sebuah situs dianggap memiliki nilai universal yang luar biasa.4
Kawasan Percandian MuaraJambi yang telah didaftarkan oleh Pemerintah
ke UNESCO untuk menjadi salah satu warisan dunia memang memiliki Nilai
Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value) karena memenuhi beberapa
syarat yang terdapat dalam Alinea 77 dari Garis Panduan Operasional untuk
implementasi konvensi warisan dunia (Operational Guidelines for the
Implementation of the World Heritage Convention). Hal ini terlihat dari temuan
tinggal budaya dan lingkungan yang masih utuh dan terjaga yang telah dipelihara
oleh masyarakat lokal. Kawasan ini juga didukung lingkungan alam dan sosial
yang masih terjaga dengan baik.5 Perlindungan dan pengelolaan warisan dunia
dan situs-situs prasejarah di Muara Jambi sangat penting dilakukan mengingat
besarnya kekayaan budaya yang dimiliki dan kekayaan budaya tersebut memang
berpotensi untuk diajukan sebagai warisan dunia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut di atas, maka dapatlah
dirinci permasalahan dalam penelitian ini:
1. Bagaimana perlindungan hukum internasional dan nasional terhadap Warisan
Dunia (World Heritage)?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan situs Candi MuaraJambi layak untuk
dikategorikan sebagai World Cultural Heritage?
C. Pembahasan
1. Perlindungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional Terhadap
Warisan Dunia (World Heritage)
Proses umum dalam melindungi sebuah situs warisan dunia adalah
konservasi.6 Konservasi berarti semua proses dalam rangka memelihara dan
4
UNESCO dan Institute For Taourism Study (IFT). Macao SAR. 2007, Pemandu Khusus Warisan
Budaya Program Pelatihan Dan Sertifikasi Pada Situs Warisan Dunia UNESCO, Architectural
Conservation Programme (ACP), The University of Hong Kong, Hong Kong SAR, hal 2-7 unit 2.
5
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi, 2012, Kawasan Percandian MUARAJAMBI.
6
Piagam Burra, 1999, ICOMOS Australia.
80
Majalah Hukum Forum Akademik
menjaga sebuah situs untuk mempertahankan signifikasi budayanya. Signifikasi
budaya berarti nilai estetika, sejarah, ilmiah, sosial atau spiritual untuk generasi
masa lampau, masa kini dan masa depan.7
1.1. Perlindungan Hukum Internasional Terhadap Warisan Dunia
Perlindungan hukum yang utama terhadap warisan dunia terdapat dalam
World Heritage Convention dan Operational Guidelines for the Implementation of
the World Heritage Convention. Didalam Bab II konvensi tersebut mengatur
mengenai perlindungan hukum nasional dan internasional terhadap warisan
budaya dan alam dunia. Perlindungan hukum tersebut juga dapat diartikan sebagai
kewajiban Negara-negara anggota konvensi untuk memberikan perlindungan bagi
warisan dunia khususnya yang ada di wilayah Negaranya.
World Heritage Convention adalah perjanjian internasional komprehensif
dan luas tentang perlindungan warisan budaya dan alam. Konvensi menetapkan
sistem identifikasi, presentasi, dan pendaftaran dalam Daftar Internasional
Kekayaan Budaya dan situs-situs alam yang luar biasa nilai universalnya.8 Tujuan
Negara meratifikasi World Heritage Convention merupakan kepedulian Negara
Pihak untuk memberikan perlindungan hukum internasional bagi warisan dunia
yang ada diwilayahnya. Adanya suatu kategori situs yang memiliki nilai yang luar
biasa dan karena itu menjadi warisan dunia, maka perlindungan dan tanggung
jawabnya menjadi subyek dari upaya-upaya internasional.
Berdasarkan Pasal 7 World Heritage Convention, perlindungan
internasional terhadap warisan dunia dilakukan dalam 2 (dua) bentuk, pertama
dengan pembentukan Sistem Kerjasama Internasional dan yang kedua dalam
bentuk Bantuan Internasional. Sistem kerjasama internasional diartikan bahwa
masyarakat internasional harus berpartisipasi dalam perlindungan warisan budaya
dan alam yang memiliki nilai universal melalui penyediaan bantuan kolektif.
Konvensi juga menetapkan prosedur dan saluran melalui mana Negara Pihak
7
UNESCO dan Institute For Taourism Study (IFT), Macao SAR. 2007, Pemandu Khusus Warisan
Budaya Program Pelatihan Dan Sertifikasi Pada Situs Warisan Dunia UNESCO, Architectural
Conservation Programme (ACP), The University of Hong Kong, Hong Kong SAR, hal 3-3 unit 3.
8
Francesco Francioni, Federico Lenzerini, 2008, Reviews, Oxford Commentaries In International
Law, The 1972 World Heritage Convention A Commentary, Oxford Unifersity Press,
http://www.oup.com/uk, 29-03-2010.
81
Majalah Hukum Forum Akademik
dapat meminta bantuan internasional untuk situs warisan alam atau budaya di
dalam wilayah mereka.
Lebih lanjut, konvensi juga mendirikan dana untuk Perlindungan
Warisan Alam dan Budaya Dunia yang disebut "World Heritage Fund", yang
berfungsi sebagai dana perwalian dari mana Komite Warisan Dunia dapat
mengalokasikan dana. Setiap Negara pihak pada konvensi harus menyumbangkan
saham ke Dana Warisan Dunia sehingga dapat menyediakan bantuan keuangan
internasional, bantuan teknis dan ilmiah, peralatan, perlengkapan, menuju
perlindungan situs warisan dunia.
Dana bantuan internasional dijelaskan dalam Konvensi Warisan Dunia
artikel 13 (1), 13 (2), dan 19-26, yang menyatakan bahwa bantuan yang diberikan
kepada Negara pihak dari Konvensi Warisan Dunia bertujuan untuk membantu
mereka melindungi warisan budaya atau warisan alam dunia yang terletak di
wilayah mereka dan tertulis di daftar warisan dunia, daftar warisan dunia dalam
bahaya atau daftar tentative mereka. Komite Warisan Dunia mengalokasikan
bantuan internasional melalui Dana Warisan Dunia dan prioritas diberikan kepada
sifat-sifat yang paling terancam. Contoh bantuan internasonal yang pernah
diterima oleh Indonesia dari UNESCO adalah bantuan dalam bentuk dana dan
kerjasama teknis untuk perbaikan Candi Prambanan yang rusak akibat gempa
bumi 27 Mei 2006.
Dalam usaha perlindungan dan pelestarian warisan dunia, Konvensi
Warisan Dunia tidak mencantumkan adanya sanksi pidana terhadap upaya-upaya
pelanggaran atau kejahatan terhadap warisan dunia. UNESCO tidak mempunyai
jangkauan hukum atas penguasaan terhadap suatu situs warisan dunia, kecuali
sebagai penyandang dana dan penasehat konservasi bagi Negara peserta.
Perlindungan pidana diserahkan pengaturannya kepada perundangan nasional
Negara Pihak.
Sanksi
yang bisa dilakukan
UNESCO adalah
dengan
mencabut/mengeluarkan status situs tersebut dari Daftar Warisan Dunia, bila situs
warisan dunia tidak terjaga dengan baik yang mengakibatkan hilangnya ciri-ciri
khusus yang mendukung warisan tersebut sebagai warisan dunia.
82
Majalah Hukum Forum Akademik
1.2. Perlindungan Hukum Nasional Terhadap Warisan Dunia
Meskipun gagasan tentang perlindungan internasional yang diwujudkan
dalam daftar warisan dunia dan bantuan internasional, termasuk penciptaan Dana
Warisan Dunia, World Heritage Convention sepenuhnya mengakui kedaulatan
nasional dimana budaya dan warisan alam itu berada. Negara tersebut memegang
tanggung jawab pertama untuk pengamanan, pemeliharaan dan perlindungan
terhadap mereka sendiri.
Tanggung jawab nasional ini tampak jelas dari teks Pasal 4 dan 5 dari
World Heritage Convention, yang menyatakan bahwa pihak dalam konvensi harus
memastikan langkah-langkah aktif untuk perlindungan, pelestarian dan presentasi
warisan budaya dan alam mereka. Sebagai kewajiban minimal mereka harus
bekerja membuat kebijakan perlindungan, mensetup layanan, mendorong
penelitian dan mengadopsi hukum yang tepat, ilmiah, teknis, administratif dan
ukuran finansial.
Perlindungan hukum nasional terhadap warisan dunia adalah masuk dalam
kategori perlindungan hukum Benda Cagar Budaya/situs. Peraturan perundangan
yang mengatur tentang Benda Cagar Budaya (BCB) di Indonesia adalah UndangUndang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. (selanjutnya
disingkat UU No. 5 Th.1992 tentang BCB). Dalam UU No. 5 Th. 1992 Tentang
BCB, yang dimaksud dengan Benda Cagar Budaya adalah :9
a. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa
kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang
berumur sekurang-kurangnya 50 tahun, atau mewakili masa gaya
sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting
bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan
b. Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan
9
Pasal 1 (huruf 1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda
Cagar Budaya.
83
Majalah Hukum Forum Akademik
Sedangkan Situs adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung
benda
cagar
budaya
termasuk
lingkungannya
yang
diperlukan
bagi
pengamanannya.10
Perbedaan situs warisan dunia dengan warisan nasional atau (di Indonesia
disebut BCB) adalah situs warisan dunia yang ada di Indonesia pastilah tergolong
sebagai BCB karena memenuhi kriteria Pasal 1 dan 2 UU No. 5 Th 1992 serta
pasti mendapatkan perlindungan nasional berdasarkan Undang-Undang tersebut,
akan tetapi tidak semua situs BCB yang ada di Indonesia tergolong menjadi
warisan dunia. Hanya situs BCB yang mempunyai nilai universal yang luar biasa
dan memenuhi kriteria berdasarkan garis panduan implementasi konvensi warisan
dunia lah yang dapat mandapat predikat warisan dunia. Jadi perlindungan hukum
nasional warisan dunia adalah masuk dalam kategori perlindungan hukum
BCB/situs yang terdapat dalam UU No. 5 Th. 1992.
Upaya perlindungan dan pemeliharaan BCB/situs berpedoman pada
ketentuan tentang penanganan BCB sebagaimana termuat dalam UU No. 5 Th
1992 tentang Benda Cagar Budaya pada Bab IV Pasal 13 ayat (1) yang berbunyi :
“Setiap orang yang memiliki atau menguasai benda cagar budaya wajib
melindungi dan memeliharanya. Sedangkan kebijakan untuk melaksanakan
pengelolaan BCB/situs tertuang dalam Bab V Pasal 18 ayat (3) adalah sebagai
berikut : “Ketentuan mengenai tata cara pengelolaan BCB dan situs ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah”.
Tahun 1993 diterbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
10 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1992 Tentang BCB. Dari ketentuan dan peraturan tersebut maka dalam
pengolahan perlindungan dan pemeliharaan situs beserta BCB-nya secara teknis
dilakukan berdasar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
1993 Pasal 23 ayat (1) “perlindungan dan pemeliharaan benda cagar budaya
dilakukan dengan cara penyelamatan, pengamanan, perawatan, dan pemugaran ;
ayat (2) “Untuk kepentingan perlindungan benda cagar budaya dan situs diatur
10
Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar
Budaya.
84
Majalah Hukum Forum Akademik
batas-batas situs dan lingkungannya sesuai dengan kebutuhan ; ayat (3) Batasbatas situs dan lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan
dengan sistim pemintakatan yang terdiri dari mintakat inti, penyangga, dan
pengembangan”.
Selain UU dan PP tersebut di atas pada tahun 1995 diterbitkan beberapa
peraturan pelaksanaan yang mengatur tentang pelestarian BCB dan situs, yaitu :
a. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 Tentang Pemeliharaan dan
Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Di Museum
b. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 087/P/1995
Tentang Pendaftaran Benda Cagar Budaya
c. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 062/U/1995
Tentang Pemilikan, Penguasaan, Pengalihan, dan Penghapusan Benda
Cagar Budaya dan Situs
d. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 063/U/1995
tentang Perlindungan dan Pemeliharaan Benda Cagar Budaya dan Situs
e. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 064/U/1995
tentang Penelitian dan Penetapan Benda Cagar Budaya dan Situs
Kebijakan yang lebih operasional tentang pemeliharaan BCB dan Situs
tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor
063/U/1995 tentang Perlindungan dan Pemeliharaan BCB. Serta Peraturan
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM..17/HK..001//MKP-2005 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pasal
341, 350, 351, 352, dan 353 yaitu mengatur tentang tugas dan fungsi Direktorat
Peninggalan Purbakala dalam melaksanakan tugas-tugas pemeliharaan benda
cagar budaya dan situs.11
11
Sub Direktorat Konservasi-Direktorat Peninggalan Purbakala, 2009, Pemeliharaan Benda
Cagar Budaya (BCB) Dan Situs, http://www.budpar.go.id, diakses 24-02-2010.
85
Majalah Hukum Forum Akademik
2. Faktor-faktor Yang Menjadikan Situs Candi MuaraJambi Layak Untuk
Dikategorikan Sebagai Warisan Budaya Dunia (World Cultural Heritage).
2.1. Nilai Penting Kawasan Percandian MuaraJambi Sebagai Kawasan
Strategis Nasional.
Provinsi Jambi khususnya di Kabupaten Muara Jambi terdapat Kawasan
Percandian MuaraJambi yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Melayu
Kuno dan satu-satunya peninggalan masa Hindu-Budha (abad 7-14 M) yang
terluas di Indonesia. 12 Terdiri dari 82 reruntuhan bangunan kuno, diantaranya 7
(tujuh) buah kompleks bangunan candi telah dibuka dan dilakukan penanganan
pelestarian secara intensif, yakni Candi Gumpung, Candi Tinggi I, Candi Tinggi
II, Candi Kembar Batu, Candi Astano, Candi Gedong I, Candi Gedong II, dan
Candi Kedaton. Tinggalan lain berupa kanal-kanal kuno yang dibuat untuk
protection system dan transportasi di dalam kawasan percandian. Kawasan ini
juga didukung lingkungan alam dan sosial yang masih terjaga dengan baik.13
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dimaksud dengan Kawasan
Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan Negara,
pertahanan dan keamanan Negara, ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan
termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.14 Melihat Peraturan
Pemerintah tersebut maka Kawasan Percandian MuaraJambi dapat dimasukkan
dalam Kawasan Strategis Nasional. Hal ini sesuai dengan 6 (enam) kriteria
Kawasan Strategis Nasional berdasarkan kepentingan sosial dan budaya yaitu:
1. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau
budaya nasional
2. Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati
diri bangsa
12
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi, 2012, Kawasan Percandian MUARAJAMBI.
Wawancara dengan Bapak Drs. Ujang Haryadi selaku Kabid Sejarah PurbakalaDisbudpar
Propinsi Jambi, tanggal 27 Agustus 2013.
14
Pasal 1 Urutan 17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
13
86
Majalah Hukum Forum Akademik
3. Merupakan aset nasional atau internasional yang dilindungi dan
dilestarikan
4. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional
5. Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya
2.2. Nilai Penting Kawasan Percandian MuaraJambi Sebagai Warisan
Budaya Dunia (World Cultural Heritage).
Peninggalan budaya dan alam disuatu Negara dapat diakui sebagai
warisan dunia bila memiliki Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal
Value). Kawasan Percandian MuaraJambi telah didaftarkan oleh Pemerintah ke
UNESCO dan telah masuk dalam Tentative List UNESCO Nomor: 5465 kategori
Budaya dalam usulan nominasi World Heritage sebagai Karya Adi Luhung
(Outstanding Universal Value). Kawasan Percandian MuaraJambi memenuhi 3
(tiga) dari 10 (sepuluh) kriteria sebuah situs dianggap memiliki nilai universal
yang luar biasa yang diatur dalam Alinea 77 dari Garis Panduan Operasional
untuk Implementasi Konvensi Warisan Dunia yaitu pada point 2,3, dan 5 sebagai
berikut:15
i. Menunjukkan pentingnya pertukaran nilai-nilai kemanusiaan, dalam
suatu rentang waktu atau dalam suatu kawasan budaya di dunia
hubungan penting pertukaran nilai-nilai kemanusiaan dalam jangka
waktuu tertentu, dalam pengembangan arsitektur atau teknologi, karya
monumental, tata kota atau desain lansekap.
Kawasan Percandian MuaraJambi menggambarkan pertukaran nilai
budaya dan kemanusiaan dalam sebuah jangka waktu antara masa
budaya Hindu-Budha di Indonesia khususnya di Jambi. Dalam istilah
teknologi dan arsitektur, struktur menggambarkan keterampilan dan
pengetahuan dalam berbagai bidang mulai dari pemilihan lokasi,
metode pembangunan candi dan tata guna lahan yang disesuaikan
dengan kondisi geografis dan lingkungan kawasan percandian.
Kawasan MuaraJambi yang terletak di tanggul alam Sungai Batanghari
dan merupakan daerah rawan banjir telah ditata kembali menjadi daerah
yang baik untuk ritual peribadatan dan pemukiman pada masa itu.
ii. Memiliki keunikan atau sekurang-kurangnya pengakuan luar biasa
terhadap tradisi budaya atau peradapan yang masih berlaku maupun
yang telah hilang.
15
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi, 2012, Kawasan Percandian MUARAJAMBI.
87
Majalah Hukum Forum Akademik
Kawasan Percandian MuaraJambi merupakan bukti peradapan yang
dibangun pada masa Kerajaan Melayu Kuno sekitar abad ke 7-14
Masehi (pada masa Hindu-Budha di Jambi).
v. Memberikan contoh luar biasa tentang pemukiman tradisional manusia,
tata guna tanah, atau tata guna kelautan yang menggambarkan interaksi
budaya (atau sebagai budaya), atau interaksi manusia dengan
lingkungan, terutama ketika pemukiman tersebut menjadi rentan karena
dampak perubahan yang menetap (irreversible).
Dari sudut pandang arsitektur Kawasan Percandian MuaraJambi
merupakan struktur khas pada masa Hindu-Budha di Sumatera sekitar abad 7-14
Masehi yang terdiri dari 82 reruntuhan bangunan kuno dimana 7 (tujuh)
diantaranya telah dibuka dan diberikan tindakan konservasi intensif.
Dengan terwujudnya Kawasan Percandian MuaraJambi sebagai Kawasan
Strategis Nasional, upaya pelestarian dan pengelolaan menjadi lebih terarah dan
berkesinambungan sehingga nilai-nilai universalnya dapat dipertahankan. Upaya
tersebut akan sangat bermanfaat dan mempunyai pengaruh besar dalam
memajukan ilmu pengetahuan, budaya, sejarah, dan nilai arkeologi yang
terkandung dalam kawasan ini. Selain itu peran serta masyarakat yang mempunyai
ikatan kuat baik psikologis, sosiologis dan historis dengan kawasan menjadi aset
yang seharusnya memberikan nilai balik kepada masyarakat. Adanya harmonisasi
antara pelestarian oleh lintas sektor dan kekuatan sosial budaya dan peran serta
masyarakat sehingga termujudnya Kawasan Strategis Nasional yang benar-benar
memberikan arti strategis bagi daerah Jambi, khususnya masyarakat sekitar. Hal
ini akan menjadi dasar yang kuat untuk menjadikan Kawasan Percandian
MuaraJambi sebagai Warisan Dunia (World Heritage) yang diakui oleh
UNESCO.
III. PENUTUP.
1. Kesimpulan
a. Berdasarkan
Pasal
7
World
Heritage
Convention,
perlindungan
internasional terhadap warisan dunia dilakukan dalam 2 (dua) bentuk,
pertama dengan pembentukan Sistem Kerjasama Internasional dan yang
kedua dalam bentuk Bantuan Internasional. Sistem kerjasama internasional
88
Majalah Hukum Forum Akademik
diartikan bahwa masyarakat internasional harus berpartisipasi dalam
perlindungan warisan budaya dan alam yang memiliki nilai universal
melalui penyediaan bantuan kolektif. Konvensi juga menetapkan prosedur
dan saluran melalui mana Negara Pihak dapat meminta bantuan
internasional untuk situs warisan alam atau budaya di dalam wilayah
mereka.
Perlindungan hukum nasional terhadap warisan dunia adalah masuk dalam
kategori perlindungan hukum Benda Cagar Budaya/situs yang terdapat
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang
Benda Cagar Budaya, yaitu pada Bab IV Pasal 13 ayat (1) yang berbunyi :
“Setiap orang yang memiliki atau menguasai benda cagar budaya wajib
melindungi dan memeliharanya. Sedangkan pengolahan perlindungan dan
pemeliharaan situs beserta BCB-nya secara teknis dilakukan berdasar
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1993 yaitu Pasal
23 ayat (1) “perlindungan dan pemeliharaan benda cagar budaya dilakukan
dengan cara penyelamatan, pengamanan, perawatan, dan pemugaran ; ayat
(2) “Untuk kepentingan perlindungan benda cagar budaya dan situs diatur
batas-batas situs dan lingkungannya sesuai dengan kebutuhan ; ayat (3)
Batas-batas situs dan lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan dengan sistim pemintakatan yang terdiri dari mintakat inti,
penyangga, dan pengembangan”.
b. Kawasan Percandian MuaraJambi memiliki nilai penting Kawasan Strategis
Nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan nilai Penting sebagai Warisan
Budaya Dunia (World Cultural Heritage) karena memiliki Nilai Universal
Luar Biasa (Outstanding Universal Value) dimana Kawasan Percandian
MuaraJambi telah didaftarkan oleh Pemerintah ke UNESCO dan telah
masuk dalam Tentative List UNESCO Nomor: 5465 kategori Budaya dalam
usulan nominasi World Heritage sebagai Karya Adi Luhung (Outstanding
Universal Value). Kawasan Percandian MuaraJambi memenuhi 3 (tiga) dari
10 (sepuluh) kriteria sebuah situs dianggap memiliki nilai universal yang
89
Majalah Hukum Forum Akademik
luar biasa yang diatur dalam Alinea 77 dari Garis Panduan Operasional
untuk Implementasi Konvensi Warisan Dunia yaitu pada point 2,3, dan 5.
2. Saran
Terdapat beberapa ancaman yang dapat merusak kawasan percandian seperti
pembangunan pabrik industri yang terdapat disepanjang tepian Batanghari
termasuk yang ada di Situs Percandian MuaraJambi, perkebunan kelapa sawit,
penambangan emas dan koral di sungai Batanghari, bencana alam seperti
banjir, dan ancaman dari penduduk sekitarnya berupa perluasan pemukiman
sebagai akibat peningkatan jumlah populasi penduduk lokal. Ancamanancaman tersebut harus menjadi perhatian bagi kita semua terutama
Pemerintah Daerah agar dapat dicari solusi yang terbaik sehingga kawasan
percandian yang sangat bersejarah tersebut dapat terjaga dan terlindungi.
Dengan terwujudnya Kawasan Percandian MuaraJambi sebagai Kawasan
Strategis Nasional dan masuk ke dalam Tentative List UNESCO maka upaya
pelestarian dan pengelolaan menjadi lebih terarah dan berkesinambungan
sehingga nilai-nilai universalnya dapat dipertahankan dan dapat menjadi
Warisan Budaya Dunia.
90
Majalah Hukum Forum Akademik
Daftar Pustaka
A. Buku :
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi, 2012, Kawasan Percandian
Muarajambi.
Peter Mahmud Marzuki, S.H., MS., LL.M, 2006, Penelitian Hukum, Kencana,
Jakarta.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1985, Penelitian Hukum Normatif,
Alumni, Bandung.
UNESCO, Intergovernmental Committee for the Protection of the World
Cultural and Natural Heritage, 2005, Operational Guidelines for the
Implementation of the World Heritage Convention, World Heritage
Centre.
UNESCO dan Institute For Taourism Study (IFT), Macao SAR, 2007,
Pemandu Khusus Warisan Budaya Program Pelatihan Dan Sertifikasi
Pada Situs Warisan Dunia UNESCO, Architectural Conservation
Programme (ACP), The University of Hong Kong, Hong Kong SAR.
UNESCO, 2008, Operational Guidelines for the Implementation of the World
Heritage Convention, UNESCO World Heritage Centre, Paris.
B. Peraturan Perundangan Nasional
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1992 Tentang Benda Cagar Budaya. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 27.
________________, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
C. Peraturan Internasional
Convention Concerning the Protection of the World Cultural and Natural
Heritage 1972
Operational Guidelines for the Implementation of the World Heritage
Convention 2008
Piagam Burra, 1999, ICOMOS Australia.
UNESCO Constitution
91
Majalah Hukum Forum Akademik
D. Internet
Francesco Francioni, Federico Lenzerini, 2008, Reviews, Oxford
Commentaries In International Law, The 1972 World Heritage Convention A
Commentary, Oxford Unifersity Press, http://www.oup.com/uk
Soeroso MP, 2008, Pengelolaan Warisan Budaya Dunia di Indonesia,
Direktorat Peninggalan Purbakala, Direktorat Jenderal Sejarah Purbakala
Bintek.WarisanDunia,BalaiKonservasiPeninggalanBorobudur.www.gugunboro
budur.wordpress.com.
Sub Direktorat Konservasi-Direktorat Peninggalan Purbakala,
Pemeliharaan
Benda
Cagar
Budaya
(BCB)
Dan
http://www.budpar.go.id
Singgih
Wibisono,
2009,
http://www.sinarharapan.co.id
Wayang,
92
Karya
Agung
2009,
Situs,
Dunia.
Download