diajukan dan dipertahankan didepan sidang lengkap - USU-IR

advertisement
PENGARUH PENTOXIFYLLINE TERHADAP PERUBAHAN
SKOR FORNS PENDERITA HEPATITIS KRONIS B
PENELITIAN DI BAGIAN /SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS
KEDOKTERAN USU/ RS H ADAM MALIK MEDAN
FEBRUARI 2008 – JULI 2008
TESIS
OLEH
F SAHAT H SITUMORANG
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H ADAM MALIK/ RSUD DR PIRNGADI
MEDAN
2008
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
DIAJUKAN DAN DIPERTAHANKAN DIDEPAN SIDANG LENGKAP
DEWAN PENILAI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
DAN DITERIMA SEBAGAI SALAH SATU SYARATUNTUK MENDAPATKAN
KEAHLIAN DALAM BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
PEMBIMBING TESIS
(Prof. Dr. LUKMAN HAKIM ZEIN SpPD, KGEH)
DISAHKAN OLEH :
KEPALA DEPARTEMEN
KETUA PROGRAM STUDI
ILMU PENYAKIT DALAM
ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
(Dr SALLI R NASUTION, SpPD-KGH)
(Dr ZULHELMI BUSTAMI, SpPD-KGH)
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
DEWAN PENILAI
1. Prof dr Lukman Hakim Zain, SpPD-KGEH
2. Prof dr M. Yusuf Nasution, SpPD-KGH
3. Dr. Adin A St. Bagindo, SpPD-KKV
4. Dr. Juwita Sembiring SpPD-KGEH
5. Dr. Alwinsyah Abidin, SpPD-KP
6. Dr. Blondina Marpaung, SpPD-KR
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan berkat dan kasihNya, sehingga saya dapat menyelesaikan
tesis
ini
yang
berjudul:
“PENGARUH
PENTOXIFYLLINE
TERHADAP
PERUBAHAN SKOR FORNS PENDERITA HEPATITIS KRONIS B”, yang
berlangsung sejak Februari 2008 hingga Juli 2008. Tulisan ini dibuat sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan dokter spesialis dibidang
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dengan selesainya karya tulis ini, maka penulis ingin menyampaikan
terima kasih dan rasa hormat serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dr Salli Rossefi Nasution, SpPD-KGH, selaku Kepala Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan, dan Prof. Dr.
Lukman Hakim Zain SpPD-KGEH, selaku Kepala Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan periode 19972007 dimana penulis memulai pendidikan pada Januari 2003, yang telah
memberikan kemudahan dan perhatian yang besar terhadap pendidikan
penulis.
2. Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Dalam Dr Zulhelmi Bustami SpPDKGH dan Sekretaris Program Studi Ilmu Penyakit Dalam Dr Dharma
Lindarto SpPD-KEMD dengan sungguh-sungguh telah embmantu dan
membentuk penulis menjadi ahli penyakit dalam yang berkualitas, handal
dan berbudi luhur serta siap untuk mengabdi bagi nusa dan bangsa.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
3. Khusus untuk karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Lukman Hakim Zain SpPD-KGEH
sebagai Kepala Devisi Gastroentero-Hepatologi dan selaku pembimbing
tesis saya, yang penulis rasakan benar-benar dengan tulus membantu
dan membimbing penulis menyelesaikan penelitian dan karya tulis ini,
hanya doa yang dapat penulis berikan kiranya berkat berlimpah dari Yang
Maha Kuasa selalu beserta beliau dan keluarga.
4. Seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU/ RSUD Dr
Pirngadi/ RSUP H. Adam Malik Medan : Prof Dr Harun Rasyid Lubis,
SpPD-KGH, Prof Dr T Renardi Haroen SpPD-KKV, MPH, Prof Dr Bachtiar
Fanani Lubis, SpPD-KHOM, Prof Dr Habibah Hanum, SpPD-Kpsi, Prof Dr
Sutomo Kasiman SpPD-KKV, Prof Dr Azhar Tanjung, SpPD-KP-KAISpMK, Prof Dr Kariman Sudin, SpPD-KPTI (alm), Prof Dr Pengarapen
Tarigan, SpPD-KGEH, Prof Dr OK Moehadsjah, SpPD-KR, Prof Dr
Lukman Hakim Zain, SpPD-KGEH, Prof Dr M Yusuf Nasution, SpPDKGH, Prof Dr Azmi S Kar, SpPD-KHOM, Prof Dr Gontar A Siregar, SpPDKGEH, Prof Dr Harris Hasan SpPD-SpJP(K), Dr Rusli Pelly, SpPD-KP
(alm), Dr Nur Aisyah SpPD-KEMD, Dr A Adin St Bagindo SpPD-KKV, Dr
Lufti Latief, SpPD-KKV, Dr Syafii Piliang, SpPD-KEMD, Dr T Bachtiar
Panjaitan, SpPD, , Dr H OK Alfien Syukran SpPD-KEMD (alm), Dr Betthin
Marpaung, SpPD-KGEH, Dr Sri M Sutadi SpPD-KGEH, Dr Mabel
Sihombing, SpPD-KGEH, Dr Salli R Nasution SpPD-KGH, Dr Rustam
Efendi YS, SpPD, Dr Abdurrahim Rasyid Lubis, SpPD-KGH, Dr Abiran
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
Nababan, SpPD-KGEH, Dr Chairul Bahri, SpPD (alm), Dr Alwinsyah
Abidin-SpPD-KP, Dr Juwita Sembiring, SpPD-KGEH, Dr Dharma Lindarto
SpPD-KEMD, Dr Umar Zein SpPD-KPTI-DTM&H-MHA, Dr Yosia Ginting,
SpPD-KPTI, Dr Refli Hasan SpPD-SpJP, Dr EN Keliat SpPD-KP, Dr
Blondina Marpaung SpPD-KR, Dr Leonardo B Dairi SpPD-KGEH yang
merupakan guru-guru saya yang telah banyak memberikan arahan dan
petunjuk kepada saya selama mengikuti pendidikan.
5. Dr Armon Rahimi, SpPD, Dr Heriyanto Yoesoef SpPD, Dr R Tunggul Ch
Sukendar, SpPD-KGH, Dr Daud Ginting SpPD, Dr Tambar Kembaren
SpPD, Dr Saut Marpaung SpPD, Dr Mardianto, SpPD, Dr Zuhrial SpPD,
Dr Dasril Efendi SpPD, Dr Ilhamd SpPD, Dr Calvin Damanik SpPD, Dr
Zainal Safri SpPD, Dr Rahmat Isnanta, SpPD, Dr Santi Safril, SpPD, Dr
Dairion Gatot SpPD, Dr Jerahim Tarigan SpPD, Dr Endang Sembiring
SpPD, Dr Abraham SpPD, Dr Soegiarto Gani SpPD, Dr Savita Handayani
SpPD, Dr Franciscus Ginting SpPD sebagai dokter kepala ruangan/ senior
yang telah amat banyak membimbing saya selama mengikuti pendidikan
ini.
6. Direktur RSUP H Adam Malik Medan dan RSUD Dr Pirngadi Medan yang
telah
memberikan
begitu
banyak
kemudahan
dan
izin
dalam
menggunakan fasilitas dan sarana Rumah Sakit untuk menunjang
pendidikan keahlian ini.
7. Kepada Manager RS Sri Pamela PTP Nusantara III Tebing Tinggi Dr
Syukron Taufik serta konsultan di RS Pamela Dr Nazrin Bey Sitompul
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
SpPD, yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan kepada
penulis selama ditugaskan sebagai Konsultan Penyakit Dalam RS Sri
Pamela PTP Nusantara III Tebing Tinggi dalam rangka pendidikan ini.
8. Kepada Direktur RS Umum Pematang Siantar, Kepala Dinas Kesehatan
TK I Departemen Kesehatan RI Propinsi Sumatera Utara, Rektor
Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan menerima saya,
sehingga dapat mengikuti pendidikan keahlian ini.
9. Para pasien yang telah dengan ikhlas menjadi “guru” sehingga
memungkinkan saya mencapai gelar dokter spesialis dibidang Ilmu
Penyakit Dalam.
10. Kepada Drs Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan yang tulus dalam menyelesaikan penelitian ini.
11. Para sejawat PPDS-Interna, perawat serta paramedis dan seluruh
karyawan/karyawati di lingkungan SMF/Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Dr Pirngadi / RSUP H Adam Malik Medan atas segala
kerjasamanya yang baik selama ini.
12. Buat teman-temanku Dr Alwi, Dr Lili Syarief, Dr Anita, Dr Wika lubis, Dr
Mahriani Silva, Dr Zainuddin, Dr Rudi M, Dr Risma, Dr Bistok, Dr. Zulfan,
Dr. Haris P, Dr Eric Halim S yang penuh kesetiakawanan dan
kebersamaan memberi bantuan, dorongan dan pengorbanan selama
menjalani pendidikan sehingga terjalin rasa persaudaraan yang erat.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
13. Kepada yang mulia ayahanda Marulam Situmorang BA dan Ibunda Taraul
Sitinjak yang sangat ananda sayangi dan kasihi, tiada kata-kata yang
paling tepat untuk mengungkapkan perasaan hati, rasa terima kasih atas
segala jasa-jasa ayahanda dan ibunda yang tiada mungkin terucapkan
dan terbalaskan, dan kiranya ayahanda selalu tabah dan penuh semangat
menghadapi penyakitnya dan pengobatan selama menjalani hemodialisis.
Demikian juga kepada Bapak Mertua penulis, Ir. Japurba Sirait (alm)
penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga dan sebagian amanahmu
sudah penulis selesaikan, kepada ibu mertua Kartini br Gultom yang
dengan ikhlas memberikan “bahunya” sebagai tempat sandaran penulis
disaat suka duka, serta memberi dorongan dan semangat kepada penulis
dalam menyelesai pendidikan ini.
14. Kepada saudara-saudaraku: Kakanda JF Hasudungan SE,MM, adinda
Romana R dan Florense N dan abang / adik ipar serta keluarga besarku
telah banyak membantu, memberi semangat dan dorongan selama
pendidikan, terima kasihku yang tak terhingga untuk segalanya.
15. Kepada istriku tercinta Cristine Bunga Sinta br Sirait, tiada kata yang
paling tepat selain terima kasih Tuhan atas istri yang Engkau karuniakan
bagiku, selalu menjadi pendorong dan teman paling setia dalam suka
maupun duka, selalu mendengarkan dan memberikan solusi yang baik
dalam berbagai masalah yang dihadapi penulis. Juga putra-putri
tersayang Tuan Apri, Dicky Arjuna dan Santi Aghata yang merupakan
tempat curahan kasih sayang penulis, pendorong setia dan pelipur lara
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini, rajin-rajin belajar
anakku Papi berdoa dan berharap anak-anakku lebih bijak dan lebih pintar
dari Papinya.
16. Sebenarnya masih banyak lagi kata ucapan terima kasih yang ingin
penulis sampaikan buat berbagai pihak yang tidaklah mungkin disebutkan
satu persatu, pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang tulus secara menyeluruh.
Medan, September 2008
Penulis
F Sahat H Situmorang
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar ……………………………………………………………....
i
Daftar Isi ………………………………………………………………….......
vii
Daftar Tabel dan Gambar ………………………………………………......
x
Daftar Singkatan .....................................................................................
xi
Abstrak ....................................................................................................
xii
BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………….......
1
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fibrosis hati dan hepatitis B ........………………………………............
3
2.1.1. Pengertian..............................................................................
3
2.1.2. Prevalensi............................................................................... 3
2.1.3. Patogenesis dan Patofisiologi................................................
4
2.2. Penilain Fibrosis Hati
2.2.1. Biopsi Hati............................................................................... 8
2.2.2. Radiologi................................................................................. 9
2.2.3. Petanda Serum....................................................................... 10
2.3. Skor Forns............................................................................................ 13
2.4.Terapi Fibrosis Hati............................................................................... 15
2.5. Pentoxifylline........................................................................................ 20
2.5.1. Farmakokinetik Pentoxifylline................................................. 21
2.5.2. Mekanisme kerja Pentoxifylline sebagai anti-fibrosis............. 22
2.5.3. Studi Pentoxifylline pada penyakit hati kronis........................ 23
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
BAB III : PENELITIAN SENDIRI
3.1. Latar Belakang ................................................................................... 27
3.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 28
3.3. Hipotesa ............................................................................................
29
3.4. Tujuan Penelitian...............................................................................
29
3.5. Manfaat Penelitian ............................................................................. 29
3.6. Kerangka Konsepsional ....................................................................
29
3.7. Bahan dan Cara
3.7.1. Desain Penelitian ................................................................. 30
3.7.2. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................
30
3.7.3. Populasi Terjangkau...........................................................
30
3.7.4. Besar Sampel ...................................................................... 30
3.7.5. Kriteria Inklusi ...................................................................... 31
3.7.6. Kriteria Eksklusi.................................................................... 31
3.7.7. Cara Penelitian .................................................................... 31
3.7.8. Analisa Data ........................................................................ 32
3.7.9. Definisi Operasional ............................................................ 32
3.7.10. Kerangka Operasional ...................................................... 34
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Karakteristik Subjek Peneltian ...........................................
35
4.1.2. Efek Terapi Pentoxifylline selama 4 Minggu......................
37
4.1.3. Efek Samping Pentoxifylline..............................................
40
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
4.2. Pembahasan ...................................................................................
40
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...........................................................................
45
5.2. Saran ....................................................................................
45
BAB VI : DAFTAR PUSTAKA ...............................................................
46
LAMPIRAN
1. Master Tabel ....................................................................................... 55
2. Lembaran penjelasan kepada calon subjek......................................... 56
3. Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan ........................................... 57
4. Form Data Peserta Penelitian ............................................................ 58
5. Persetujuan Komite Etik .....................................................................
60
6. Daftar Riwayat Hidup .......................................................................... 61
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1
: Skoring METAVIR pada fibrosis hati..............................
8
Tabel 2
:
Petanda langsung deposit dan pembersihan MES.......
12
Tabel 3
: Data dasar karakteristik pasien.....................................
36
Tabel 4
: Respon terapi Pentoxifyllline........................................
38
Tabel 5
: Efek Pentoxifyllline pada kategori fibrosis...................
39
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Komponen utama MES pada fibrosis hati manusia ............. 4
Gambar 2 : Perubahan komposisi kolagen dan glikosaminoglikan
normal dan sirosis hati manusia............................................ 5
Gambar 3 : Ilustrasi patogenesis fibrosis hati ......................................... 6
Gambar 4 : Intervensi Farmakologi anti-fibrosis berdasar patogenesis..16
Gambar 5 : Obat anti-fibrosis berdasar target........................................17
Gambar 6 : Obat antifibrosis berdasar target fibrolisis...........................20
Gambar 7 : Struktur Pentoxifyllline dan Hydroxypentoxifylline................22
Gambar 8 : Efek anti-fibrosis Pentoxifylline.............................................23
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR SINGKATAN
MES
:
Matriks ekstraseluler
HSC
:
Hepatic stellate cells
MMP
:
Metalloproteinase
PINP
:
Procolllagen I carboxy terminal peptide
PIIINP
:
Procollagen III amino terminal peptide
TIMP
:
Tissue inhibitor of metalloproteinase
TGF-β
:
Transforming growth factor beta
PDGF
:
Platelet-derived growth factor
TNF-α
:
Tumor necrosis factor-α
ROS
:
Reactive oxygen species
KC
:
Kupffer cells
IFN-α
:
Interferon-α
AST
:
Aspartate aminotranferase
ALT
:
Alanine aminotranferase
NPV
:
Negative predictive value
PPV
:
Positive predictive value
NASH
:
Nonalcoholic Steatohepatis
IL
:
Interleukin
GGT
:
Gamma glutamyl transpeptidase
SGOT
:
Serum glutamic-oxaloacetic transaminase
SGPT
:
Serum glutamic-pyruvic transaminase
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
Abstrak
Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis
Kronis B
F Sahat H Situmorang, Lukman Hakim Zain
Divisi Gastroentero-Hepatologi, Departemen Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara – RSUP H Adam Malik , Medan
Latar Belakang:
Hepatitis kronis B berlanjut menjadi fibrosis hati dan akhirnya berkembang menjadi
sirosis hati dan penyakit hati tahap akhir. Fibrosis hati proses reversibel dan
pemahaman patogenesis fibrosis telah membuka peluang penggunaan terapi anti
fibrosis. Sekarang ini, belum tersedia terapi kuratif untuk fibrosis hati dan pasien
tergantung transplantasi. Sehingga dibutuhkan farmakoterapi anti-fibrotik. Pentoxifylline
telah dipostulatkan bekerja sebagai anti-fibrosis dengan menghambat proliferasi HSC
dan sintesa kolagen pada invitro dan invivo.
Tujuan:
Untuk mengetahui penurunan skor Forns pada penderita hepatitis
pemberian pentoxifylline.
kronis B setelah
Metode :
14 pasien hepatitis kronis B dengan peningkatan GPT (>1.3 kali) dilakukan secara uji
klinis dengan penilaian skor Forns sebelum dan sesudah pemberian pentoxifylline
dengan dosis 3x400 mg selama 4 minggu.
Hasil :
Setelah 4 minggu terapi, penurunan berrmakna pada SGOT (65.1 ± 37.3 vs 51.0 ± 16.5
p=0.015), SGPT (79.6 ± 20.7 vs 67.4 ± 14.4, p=0.008), bilirubin total (1.68 ± 1.78 vs
1.12 ± 1.16, p=0.021). Peninggian tidak bermakna pada Albumin (4.39 ± 0.76 vs 4.51 ±
0.57), kolesterol (192.6 ± 53.1 vs 199.7 ± 62.4), trombosit (182.8 ± 77.0 vs 186.8 ± 75.9).
Penurunan tidak bermakna skor Forns (5.98 ± 2.16 vs 5.79 ± 2.50, p= 0.124), Sebanyak
9 pasien kategori fibrosis ringan-sedang menjadi 4 orang kategori bukan fibrosis dengan
nilai p=0.046.
Kesimpulan :
Terapi jangka pendek pentoxifylline sebagai anti-fibrosis pada terhadap penderita
hepatitis kronis B berdasar skor Forns adalah tidak sepenuhnya bermakna. Namun
efektif mencapai penurunan SGOT, SGPT dan bilirubin.
.
Kata kunci : Hepatitis B kronis, Fibrosis, HSC. Pentoxifylline
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
Abstract
Pentoxifylline impact for the alteration Forns score in Chronic Hepatitis B
F Sahat H Situmorang, Lukman Hakim Zain
Gastroentrologyhepatology devision, Internal Departement Faculty of Medicine
University of Sumatera Utara-H.Adam Malik Hospital
Medan.
Background:
Chronic Hepatitis B can lead to liver fibrosis and eventually evolve to cirrhosis hepatis
and the end-stage liver disease. Hepatic fibrosis is reversible, and understanding the
patogenesis of fibrosis had opened the use of anti-fibrotic therapies. To date, there is no
appropriate treatment for liver fibrosis and patients depend on liver transplantation.
Thus, Anti-fibrotic farmachoterapy was needed. Pentoxifylline was postulated acted as
anti-fibrosis by inhibiting HSC proliferation and colllagen sintesis on invitro and invivo.
Aim :
To know the decreasing of Forns Score for pateints with chronic hepatitis B after
pentoxifylline administration.
Method:
Fourteen patients with chronic hepatitis B with the elevation of GPT (>1.3 times) was
done clinically assessment of Forns score before and after pentoxifylline administration
with dose 3x400 mg for 4 weeks.
Results:
After 4 weeks of therapy, There were significant decreases on GOT (65.1 ± 37.3 vs 51.0
±16.5 p=0.015), GPT (79.6 ± 20.7 vs 67.4 ± 14.4, p=0.008), Total Billirubine (1.68 ±
1.78 vs 1.12 ± 1.16, p=0.021). There were no significant increases on Albumin (4.39 ±
0.76 vs 4.51 ± 0.57), Cholesterol (192.6 ± 53.1 vs 199.7 ± 62.4), platelet (182.8 ± 77.0
vs 186.8 ± 75.9).Threre were no significant decreases Forns score (5.98 ± 2.16 vs 5.79
± 2.50, p= 0.124). There were 9 patients who had fibrosis mild-moderate category led to
non fibrosis with p value = 0.046.
Conclusions :
Short-term pentoxifylline therapy as anti-fibrotic for patients with chronic hepatitis B
based on forns score is not fully significant. However it is effective to achieve the
decreasing of GOT, GPT and Billirubin
Keywords : Chronic Hepatitis B, Fibrosis, HSC, Pentoxifylline
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit hati kronis secara umum berkembang menjadi sirosis hati
melalui mekanisme inflamasi dan respon penyembuhan. Fibrosis hati akibat viral
merupakan salah satu penyebab kematian penting di dunia 1. Sehingga fibrosis
hati sewajarnya dideteksi dan diterapi dengan anti-fibrosis yang efektif untuk
mencegah berkembangnya penyakit hati tahap lanjut. Untuk menilai fibrosis hati
biopsi merupakan baku emas, namun memiliki keterbatasan. Sehingga saat ini
berkembang penilaian fibrosis hati secara non-invasif 1,2.
Hepatic stellate cells (atau disebut juga ito cells, perisinusoidal cells atau
fat-storing cells) akan teraktivasi setelah sel
hati mengalami injuri diikuti
peningkatan proses proliferasi miofibroblas, produksi berlebihan matriks
ekstraseluler (MES) dan endapan komponen MES, hal ini merupakan gambaran
patologi hepatik fibrosis. Sehingga, hepatic stellate cells (HSC) dipertimbangkan
sebagai peran kunci patogenesis fibrosis hati dan penekanan aktivasi HSC
menjadi target terapeutik melawan fibrosis hati 3.
Bagaimanapun, injuri sel hati kronis tidak selalu sembuh dengan efektif,
dan fibrosis adalah komplikasi utama dari penyakit hati kronis. Berbagai injuri
kronis pada hati akibat viral hepatitis (terutama hepatitis B dan C), Alkohol, obatobatan, penyakit metabolik dan autoimun
4
. Hepatitis kronis B merupakan
masalah kesehatan global penduduk diseluruh dunia, terutama dinegara
berkembang. Hepatitis B berkembang menjadi sirosis hati dan penyakit hati
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
tahap akhir dan di Asia Pasifik, berperan pada 500.000-1,2 juta kematian
pertahun karena sirosis hati dan karsinoma sel hati 5-6.
Fibrosis hati proses reversibel dan pemahaman patogenesis fibrosis
khususnya keterlibatan HSC, secara invitro dan invivo telah membuka peluang
penggunaan terapi anti fibrosis
7,8
. Sekarang ini, belum tersedia terapi kuratif
untuk fibrosis hati dan pasien tergantung pada transplantasi hati
1,7,8
. Sehingga
dibutuhkan farmakoterapi anti-fibrotik sebagai tantangan utama. Intervensi
farmakologi terhadap anti-fibrosis adalah efektif melalui 3 mekanisme meliputi:
pencegahan fibrosis, fibrostasis, dan fibrolisis
1,10
. Telah dilaporkan, secara
invivo dan invitro bahwa pentoxifylline sebagai anti-fibrosis bekerja sebagai
fibrostasis pada HSC 8,11.
Dengan berkembangnya pengetahuan mengenai fibrosis hati dan evaluasi
dinamika fibrogenesis melalui pemeriksaan non-invasif
12
. Skor Forns salah satu
petanda non-invasif diagnosis fibrosis hati telah digunakan terhadap subjek
hepatitis kronis B dan hepatitis kronis C 14,15.
Belum ada penelitian mengenai pengaruh pentoxifylline sebagai antifibrosis terhadap hepatitis kronis B sepengetahuan penulis selama ini di
Indonesia. Oleh karena itu penulis ingin meneliti dampak jangka pendek terapi
pentoxifylline terhadap hepatitis kronis B berdasar perubahan skor Forns.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
FIBROSIS HATI DAN HEPATITIS B
2.1.2. Pengertian
Menurut WHO 1978 fibrosis adalah kolagen berlebih akibat pembentukan
jaringan ikat baru 10. Fibrosis hati adalah proses penyembuhan luka setelah injuri
hati kronis, ditandai oleh aktivasi HSC dan produksi berlebihan komponen MES.
HSC aktif meliputi
transdiferensiasi dari keadaan quiscent (kurang aktif)
menjadi sel miofibroblas dengan munculnya smooth muscle α-actin (SMA) dan
hilangnya cadangan selular vitamin-A. Aktivasi HSC tergambar dengan
peningkatan proliferasi dan produksi komponen MES
16
. Radang hati kronis
akibat berbagai penyebab seperti virus, autoimun, imbas obat, dan penyakit
metabolik. Infeksi viral hepatitis, terutama hepatitis kronis B dan C merupakan
penyebab utama fibrosis hati 17-19. Hepatitis kronis B adalah nekroinflammasi hati
kronis karena infeksi persisten virus hepatitis B
20
. Virus hepatitis B, merupakan
virus “double-shelled” DNA (“deoxyribonucleic acid”) berukuran 42 nm, dari kelas
Hepadnaviridae dan virus hepatotropic non citopatik 21,22.
2.1.2. Prevalensi
Hepatitis B merupakan masalah kesehatan global, menurut WHO virus
hepatitis B adalah termasuk 10 penyebab kematian didunia
23
. Sekitar 2 miliar
penduduk diseluruh dunia terpapar virus hepatitis B, 400 juta orang penderita
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
hepatitis B kronis terutama terdapat dinegara berkembang. Hepatitis B
berkembang menjadi sirosis hati dan penyakit hati tahap akhir dan di Asia-Pasifik
berperan pada 500.000-1,2 juta kematian pertahun karena sirosis hati dan
karsinoma sel hati
5,6,20
. Prevalensi di Asia Tenggara 2-8% (Indonesia, Thailand,
India) 24.
2.1.3. Patogenesis dan Patofisiologi
Konsep berdasar patofisiologi, bahwa kolagen dikenal sebagai komponen
jaringan ikat paling lazim pada fibrosis hati. Patogenesis fibrosis merupakan
produksi dan akumulasi berlebihan protein MES (fibrogenesis).
meliputi tiga kelompok besar protein
Protein MES
yakni glikoprotein, kolagen, dan
proteoglikan (gambar-1) 10,25.
Gambar-1. Komponen utama MES pada fibrosis hati manusia 10
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
Akumulasi MES lebih sering berawal pada ruang Disse perisinusoid
terutama pada metabolic zone 3 di asinus hati (perivenous) menuju fibrosis
pericentral. Fungsi biologi sel hepatosit
terganggu oleh pengaruh dari
perubahan komposisi dan jumlah MES selama fibrogenesis. Akumulasi matriks
diruang
Dise
perisinusoid
membentuk
kapilarisasi
inkomplet
sehingga
menghalangi pertukaran aliran diantara hepatosit dan aliran darah sinusoid.
Kemudian mengganggu fungsi clearence dan fungsi biosintesis sel jaringan
parenkim. Penyempitan lumen sinusoid oleh fibrosis perisinusoid merupakan
faktor penyedia resistensi hemodinamik intraparenkim (hipertensi portal).
Perbandingan distribusi topografi dari MES dan peningkatan jumlah konsentrasi
pada sirosis hati diperlihatkan pada gambar-2 10,25.
Gambar-2.
Perubahan komposisi kolagen dan glikosaminoglikan normal dan
sirosis hati 10
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
Patogenesis fibrosis hati diawali destruksi sel parenkim (nekrosis lebih banyak
daripada apoptosis), kemudian mekanisme inflamasi mengaktifkan HSC, yang
berperan penting secara patofisiologi terhadap fibrogenesis dan fibrolisis
10
. Injuri
di hati mengakibatkan kerusakan sel hepatosit dan reaksi inflamasi. Sel hepatosit
rusak, komponen membran, metabolik zat toksik dan infiltrasi inflamasi akan
mengaktifkan sel Kupffer. Kemudian sel Kupffer melepas zat terlarut meliputi
sitokin, transforming growth factor β (TGF-β), platelet-derived growth factor
(PDGF), tumor necrosis factor (TNF-α), reactive oxygen species (ROS), dan
faktor lainnya (gambar-3) 16,26.
Gambar-3. Ilustrasi patogenesis fibrosis hati. 16
Sitokin akan mempengaruhi HSC, dimana HSC secara normal adalah quiscent
dan memproduksi sedikit komponen MES seperti laminin, kolagen tipe I, tipe III
dan tipe IV untuk pembentukan basement membrane. HSC keadaan aktif akan
kehilangan lipid (retinyl palmitate), dan mengalami transisi morfologi menjadi sel
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
miofibroblas. Transisi ini ditandai produksi sejumlah besar komponen MES dan
penurunan degradasi MES oleh metalloproteinase (MMP) dimana kerja MMP
dihambat tissue inhibitor of metalloproteinase (TIMP). Kolagen, MMP dan TIMP
dihasilkan oleh sel Miofibroblas. Pada penyakit sirosis akumulasi komponen
MES dapat meningkat sampai 10 kali lipat. Injuri kronis mengakibatkan fibrosis,
gangguan arsitektur dan fungsi hati, akhirnya bermanifestasi sebagai sirosis dan
komplikasinya10. Patogenesis fibrosis hati bagaimanapun juga dihubungkan
dengan berbagai etiologi dan faktor yang mendasari penyakit hati
16,26,27
.
Pada hepatitis kronis B, patogenesis fibrosis dihubungkan dengan sitokin
TNF-α, interferonhati
28
(IFN- ), interleukin-4 (IL-4) dan TGF-β berdasar studi biopsi
. Infeksi kronis virus hepatitis B mengakibatkan kerusakan hepatosit yang
berkembang menjadi fibrosis, sirosis dan karsinoma sel hati
29,30
. Penyakit
hepatitis B bervariasi tingkat keparahan pada masing-masing individu ada yang
dapat mengontrol infeksi secara efisien dan virus bersih dari aliran darah tanpa
bukti klinis penyakit hati. Sebagian gagal membersihkan virus dan berkembang
menjadi infeksi kronis. Penderita umumnya asimtomatik tanpa penyakit hati yang
mengancam, namun 10-30% virus hepatitis B menjadi sirosis hati dan karsinoma
sel hati akibat proses nekroinflamasi kronis
29
. Pada hepatitis kronis B, terapi
antiviral dengan viral clearence telah dihubungkan dengan pengurangan fibrosis
secara bermakna
31
. IFN-α atau lamividune, keduanya menghasilkan remisi viral,
biokemikal dan histologikal sekitar 30-45%. Bahkan kombinasi IFN-α dan analog
nucleoside/nucleotide dihubungkan dengan rekurensi yang tinggi, efek samping
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
yang serius, dan biaya sangat mahal sehingga obat-obatan ini tidak digunakan
secara luas di negara-negara berkembang 32.
2.2.
PENILAIAN FIBROSIS HATI
2.2.1. Biopsi Hati
Biopsi hati merupakan metode tradisional untuk menilai, mendeteksi dan
memonitoring fibrosis hati. Berbagai jenis sistem skoring telah dipakai untuk
menilai stadium fibrosis hati seperti skor METAVIR oleh Poynard dkk, Knodell
dkk, skor Ishak’s, dan analisis biopsi dengan morfometri komputer menggunakan
pewarnaan jaringan. Pada saat ini skor METAVIR direkomendasikan untuk
menilai fibrosis hati (Tabel-1) :
Tabel -1. Skoring METAVIR pada fibrosis hati 34
Stage
F0
F1
F2
F3
F4
Gambaran
Tanpa fibrosis
Fibrosis portal tanpa fibrosis septa
Fibrosis portal dengan sedikit fibrosis septa
Fibrosis septal tanpa sirosis
Sirosis
Fibrosis portal adalah pembesaran stellate pada traktus portal tanpa
bridging fibrosis. Sedikit fibrosis septa adalah sedikitnya satu fibrosus septal
pada inti biopsi. Fibrosis septal adalah biopsi hati melewati beberapa septa;
transisi antara F2 dan F3, dimulai bila fibrosis septa lebih banyak dari traktus
portal. Sirosis adalah jaringan hati menggondong dengan fibrosis nodular yang
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
digambarkan nodule hepatosit. Sistem skoring memiliki berbagai kelemahan
antara lain tingginya kemungkinan sampling error dan tidak dapat menentukan
dinamika fibrogenesis. Beberapa peneliti menyatakan bahwa stage fibrosis hati
menurut Poynard berhubungan secara non-linear dengan akselerasi dan
progresi fibrosis hati 33,34.
Biopsi hati merupakan baku emas namun memiliki beberapa keterbatasan
seperti keengganan pasien dilakukan biopsi, biaya lebih mahal, kesalahan
sampel, kesalahan interpretasi, risiko yang dimiliki pasien, sirosis makronodular
cenderung perdarahan, dan keterbatasan pemahaman fibrosis bila sampel
minimal. Beberapa studi menyarankan sampel adekuat bila panjang sedikitnya
15 mm dan berisi lebih dari 5 traktus portal. Guide dkk menyarankan tingkat dan
stadium fibrosis lebih adekuat dengan panjang 20 mm dan berisi lebih dari 11
traktus portal. Bagaimanapun biopsi hati bukan merupakan baku emas yang
sempurna karena hasil tergantung ukuran sampel dan variabilitas interpretasi
antara peneliti yang dapat mencapai 33 % 33.
2.2.3. Radiologi
CT, MRI dan ultrasound mampu merinci gambar dari hati dan struktur
sekitarnya, namum tidak cukup menentukan stadium dini dari fibrosis. Studi
melaporkan ultrasound mampu mendeteksi sirosis dengan akurasi diantara 8288%13,33.Fibroscan suatu tehnologi elastografi, mampu untuk menentukan
stadium fibrosis hati lebih sensitif dengan mengukur rerata kekakuan hati dimana
kekakuan hati dihubungkan terhadap derajat fibrosis. Sudi melaporkan akurasi
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
diagnosa terhadap stadium fibrosis F1, F2, F3, dan F4 masing-masing adalah
90%, 88%, 91% dan 99%. Keuntungan fibroscan adalah cepat, tidak mahal, tidak
ada rasa sakit dan kesalahan interpretasi lebih sedikit dibanding biopsi hati 13.
2.2.4. Petanda Serum
Dengan keterbatasan biopsi hati, petanda fibrosis non invasif sangat
dibutuhkan untuk melihat progresifitas penyakit dan fibrosis hati sebelum dan
sesudah pengobatan. Adapun petanda non invasif fibrosis hati harus memenuhi
persyaratan seperti; spesifik untuk hati, mudah dilakukan dilaboratorium klinik,
menggambarkan stadium dari fibrosis, tidak mahal, pemeriksaan terstandarisasi
dilaboratorium 18,33,34.
Petanda serum untuk fibrosis hati dibagi atas 2 kelompok: petanda
langsung dan tidak langsung. Petanda tidak langsung bertanggung jawab
terhadap perubahan fungsi hati tetapi tidak secara langsung bertanggung jawab
pada metabolisme MES. Petanda langsung menunjukkan pergantian MES
secara langsung. Sehingga kombinasi kedua petanda ini adalah pilihan yang
menjanjikan terhadap pasien fibrosis hati 13,33.
a. Petanda tidak langsung (inderect marker).
Studi-studi sebelumnya telah mengevaluasi petanda non-invasif untuk
memprediksi keberadaan fibrosis atau sirosis pada penderita hepatitis kronis,
seperti:
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
1. Rasio Aspartate aminotransferase (AST)/ Alanine aminotransferase (ALT)
atau (indeks AAR: Rasio AST/ALT lebih besar dari 1 dengan kuat
menyarankan sirosis dengan sensitiviti 78% dan spesificiti 97%.
2. Skor PGA: Kombinasi pengukuran indeks protrombin, gamma glutamyl
transpeptidase (GGT) dan apolipoprotein A1. Akurasi diagnosa skor PGA
untuk mendeteksi sirosis dilaporkan antara 66%-72%.
3. Fibrotest, pemeriksaan melibatkan alfa2-makroglobulin, alfa2-globulin,
globulin, apolipoprotein A1, GGT, dan billirubin total. Hasil formula
ditentukan dalam 3 kelompok: ringan (METAVIR F 0-1), fibrosis bermakna
(METAVIR F 2-4), dan indeterminate.
4. Acti Test, pemeriksan memodifikasi Fibrotest dengan menyertakan ALT.
5. Skor Forns (indeks Forns), berdasar 4 variabel yang umum dijumpai
diklinik meliputi jumlah trombosit, umur, level kolesterol, dan GGT. Skor ini
memperlihatkan 96% NPV terhadap pasien pasien dengan fibrosis dini
tetapi hanya 66% PPV untuk bermakna pada (F2-4).
6. Rasio AST/ trombosit (indeks APRI), model ini konsinten dan objektif
pada laboratorium rutin pasien-pasien dengan penyakit hati kronis.
7. Fibroindex menggunakan variabel trombosit, AST dan
Globulin.
8. Kombinasi AST, INR, trombosit (indeks GUCI) 25,29,33.
b. Petanda langsung (direct marker)
Fibrosis hati mengakibatkan petanda MES berubah secara kualitatif dan
kuantitatif karena petanda MES menggambarkan fibrogenesis dan regresi
fibrosis. Petanda langsung yang potensial meliputi produksi sintesa atau
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
degradasi kolagen, enzim yang terlibat pada biosintesa atau degradasi
glikoprotein MES, proteoglikan dan glikosaminoglikan. Belum ada petanda
langsung yang ideal melibatkan pembentukan dan pembersihan MES. Pada
umumnya, petanda langsung yang telah dilaporkan terhadap pergantian MES
ditunjukkan pada tabel-2. Kombinasi biomarker meliputi European Liver Fibrosis
(ELF), Fibrospect, indeks SHASTA (kombinasi serum asam hyaluronat, AST,
dan albumin) 13,33.
Tabel-2. Petanda langsung terhadap deposit dan pembersihan MES 33
Petanda deposit MES
• Procollagen I C terminal
• Procollagen III N terminal
• Tenascin
• Tissue inhibitor of metalloproteinase TIMP
• TGF-β
Petanda pembersihan MES
• Procollagen IV C peptide
• Procollagen IV N peptide (7-S collagen)
• Collagen IV
• Undulin
• Metalloproteinase MMP
• Urinary demosine dan hydroxylysylpyridinoline
Belum pasti
• Hyaluronan
• Laminin
• YKL-40 (chonrex)
2.3.
SKOR FORNS
Skor Forns merupakan petanda fibrosis hati non invasif
35
, pertamakali
dikemukakan oleh Forns dkk, dengan menggunakan variabel umur pasien, GGT,
kolesterol dan jumlah trombosit terhadap 351 pasien hepatitis C kronis. Rumus
untuk menghitung skor adalah:
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
7,811– 3,131.ln (jumlah trombosit) + 0,781.ln (GGT) + 3,467. ln (umur) –
0,014 (kolesterol).
Nilai cutoff dipilih adalah skor <4,21 sebagai tanpa fibrosis (dengan NPV 96%,
PPV 61%, Sensitivitas 94% spesifisitas 60%) , dan skor >6,9 sebagai fibrosis
(NPV 80%, PPV 66%, Sensitivitas 62%, spesifisitas 95%). Area under reseiver
operator curve (AUROC) adalah 0,86 (95% confidence interval) untuk fibrosis
bermakna. Bukan fibrosis sesuai dengan sistem skor METAVIR F0 dan F1
sebaliknya fibrosis bermakna sesuai dengan sistem skor METAVIR F2, F3, dan
F4 36.
Pada penelitian Forns dkk ada 4 variabel sebagai prediktor fibrosis, yakni:
umur (P=0,0001), GGT (P=0,0001), jumlah trombosit (P=0,0001), jumlah
kolesterol (P=0,008). Umur sebagai petanda fibrosis karena progresifitas fibrosis
tergantung waktu. Umur terinfeksi menunjukkan dan mempengaruhi outcome
penderita hepatitis dan pasien-pasien terinfeksi setelah dekade 40 memiliki risiko
progresifitas penyakit lebih tinggi. Hal ini membuktikan bahwa durasi terinfeksi
hepatitis akan lebih tepat sebagai indikator fibrosis dari pada umur, namun
secara umum populasi penderita tidak mengetahui kapan awal terinfeksi,
sehingga lama infeksi sulit ditentukan
36
. Alex Yui Hui dkk terhadap 235
penderita hepatitis B kronis melaporkan ada hubungan jumlah umur (tahun)
dengan
fibrosis, yakni:
fibrosis negatif/ ringan (37,4 ± 1,1) dan fibrosis
bermakna (44,1 ± 1,4) dengan nilai P=0,001
15
. Pada penelitian Kim dkk (2007)
terhadap 346 penderita hepatitis B didapat umur (P= 0,000) sebagai prediktor
terhadap sirosis hati 15,37.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
Nilai prognosis jumlah trombosit rendah sebagai petanda fibrosis telah
dilaporkan
36
. Wai dkk terhadap 218 penderita hepatitis B melaporkan jumlah
trombosit secara independen berhubungan dengan fibrosis dan sirosis
(P=0,001), trombosit cenderung menurun dengan meningkatnya fibrosis
38
. Alex
Yui Hui dkk terhadap 235 penderita hepatitis B kronis didapat ada hubungan
jumlah trombosit (109/L) dengan fibrosis, yakni: pada fibrosis negatif/ ringan (192
± 5) dan fibrosis bermakna (156 ± 7) dengan nilai P=0,00115. Kim dkk (2007)
terhadap 346 penderita hepatitis B dilaporkan jumlah trombosit sebagai faktor
independen terhadap sirosis hati dengan nilai P=0,000
37
. Meningkatnya fibrosis
dan memberatnya hipertensi portal mengakibatkan meningkatnya sequestrasi
dan destruksi trombosit oleh limpa yang membesar. Selain itu progresifitas
fibrosis dihubungkan dengan menurunnya produksi thrombopoietin oleh
hepatosit sehingga mengakibatkan produksi trombosit berkurang 37,39.
Hubungan antara kolesterol dan fibrosis hati karena penurunan jumlah
kolesterol pasien fibrosis hati disebabkan oleh berkurangnya sintesa kolesterol
36
. GGT sebagai petanda fibrosis telah digambarkan sebelumnya. Myers RP dkk
(2003), GGT merupakan prediktor terhadap aktivitas penyakit hati ringan sampai
dengan berat (P=0.005)
36,40
. Zeng dkk melaporkan petanda GGT memprediksi
fibrosis hati pada pasien hepatitis kronis B dengan AUROC: 0,84
41
. Penelitian
lain menggunakan skor Forns sebagai petanda fibrosis hati:
1. Bourliere M dkk terhadap 235 penderita hepatitis C kronik dengan fibrosis
bermakna diperoleh AUROC adalah 0,76 (95 % confidence interval: 0,700,82). Tidak ada fibrosis (skor <4,2); NPV 79%, PPV 56%, sensitivitas
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
80%, spesifisitas 54%, akurasi diagnosa 65%. Sedangkan fibrosis
bermakna (skor >6,9); NPV 65%, PPV 83%, sensitivitas 60%, spesifisitas
96%, akurasi diagnosa 68%. Untuk diagnosa fibrosis hati skor Forns
memiliki spesifisitas yang baik dan sensitivitas yang rendah 42.
2. Sebastini dkk (2007); terhadap 110 pasien penderita hepatitis kronik B
dengan rerata umur (42,6±11,3), dinilai skor Forns
dan petanda non
invasif lainnya pada saat bersamaan dilakukan biopsi hati. Hasilnya
sangat memuaskan yakni 100% PPV untuk fibrosis bermakna 43.
2.4.
TERAPI FIBROSIS HATI
Meningkatnya pemahaman patogenesis terjadinya fibrosis hati khususnya
keterlibatan HSC baik secara invivo dan invitro, telah membuka peluang
berkembangnya penggunaan terapi anti-fibrosis. Intervensi farmakologi bekerja
efektif pada tiga mekanisme berbeda (gambar-4) yakni 10,26,44,46 :
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU
e-Repository Intervensi
© 2008
Gambar-4.
farmakologi anti-fibrosis berdasar patogenesis. 10
a. Pencegahan fibrosis (Fibroprevention)
Pencegahan injuri sel hati dapat dicapai dengan efektif bila penyakit dasar
karena
viral,
metabolik,
autoimun,
penyakit
hati
karena
obat,
hemokromatosis, penyakit wilson’s dan schistomiasis dapat dihilangkan
atau
diminimalisasi.
Contoh
pantangan
alkohol
pada
alkoholik,
pembersihan virus pada hepatitis kronis B dan hepatitis kronis C.
Mengurangi kerusakan sel hati dapat dilakukan dengan pemberian obat
hepatoprotektif 10,45.
b. Fibrostasis.
Menghambat sintesis, sekresi, proses, dan deposit protein MES. Obatobatan termasuk golongan fibrostasis (gambar-5) dampak klinis dapat
dinilai dengan ketersediaan parameter non-invasif yang dapat memonitor
proses dinamik dari fibrogenesis 10.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
10
Gambar-5. obat antifibrosis berdasar target fibrostatis.
Pendekatan teraupetik berdasar patogenese jalur fibrogenesis hepatik (a
dan b) adalah sangat potensial
45
. Obat-obatan yang berperan sebagai
fibrostatis adalah:
1. Pada HSC. PPAR-
agonis dan farnesoid X reseptor agonis menekan
aktivasi HSC telah diuji klinis pada pasien Nonalcoholic Steatohepatis
(NASH) dan penyakit fibrosis hati lainnya. Smad7 dan Smad3 dan
halofuginone menghambat signaling TGF-β menurunkan aktivasi HSC.
Trichostatin A, selain menghambat
aktivasi HSC juga menekan
sintesa kolagen (pada binatang percobaan). Penghambat Angiotensinconverting enzyme (ACE-Inhibitor) dan antagonis reseptor angiotensin
sebagai
anti-fibrosis.
Angiotensin-II
(AT-II)
merupakan
sitokin
vasokonstriktor pada sistem renin-angiotensin dihubungkan dengan
fibrosis karena menimbulkan peningkatan kontraksi dan proliferasi
HSC. Pada binatang percobaan pemberian losartan, olmesartan dan
penghambat angiotensin-converting enzyme memiliki efek anti-fibrosis
dan
anti-inflamasi.
Pentoxifylline
akan
dibahas
pada
halaman
berikutnya.
2. Pada reseptor sitokin. TGF-β inhibitor menghambat produksi dan
mempercepat degradasi MES (pada binatang percobaan). PDGF
inhibitor menghambat
aktivasi HSC dengan menurunkan proliferasi
selular (pada binatang percobaan). Endotelin-reseptor antagonis;
sebab endotelin berperan pada kontraksi HSC (pada binatang
percobaan). IL-10 dan IL-1Ra menekan proses inflamasi dan sintesa
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
kolagen (pada binatang percobaan). IFN-α; menekan aktivasi HSC,
anti-inflamatori, dan menekan sintesa kolagen (pada binatang
percobaan dan manusia). Leptin antagonis digunakan sebagai antifibrosis terutama dihubungkan dengan NASH. Hepatocyte growth
factor (HGF); menghambat sitokin TGF-β
(memperbaiki level AST
pada hepatits C).
3. Pada
ROS.
Vitamin
E,
N-acetylcysteine,S-adenosyl-Lmethionin
sebagai anti-oksidan menekan aktivasi selular dan produksi kolagen.
4. Sintesa kolagen. HOE 077, colchicine (alkoholik serosis) selain
menghambat sintesa kolagen berperan sebagai antioksidan, antiinflamatori. Sho-saiko-to dan herbal medicine telah digunakan sebagai
anti-fibrosis di negara-negara Asia 10,45,46.
c. Fibrolisis
Pendekatan keadaan reversibel fibrosis dapat juga dicapai secara klinis,
melalui resolusi MES dan merangsang fibrolisis dengan target nekrosis
dan apoptosis sel miofibroblas (gambar-6)10. TIMP berperan menetralkan
anti-fibrotik tubuh, Gliotoxin dan antagonis TIMP merangsang apoptosis
miofibroblas.
MMP,
antagonis
TIMP
dan
penghambat
TGF-β
meningkatkan degradasi matriks 10,44-46.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
Problema umum penggunaan terapi anti-fibrosis terbatas oleh spesifikasi
organ (jaringan) maupun aktifitas penyakit. Dan efek samping penggunaan obat
tidak dapat dihindari selama pemberian jangka panjang10,46,47.
Gambar-6. Obat antifibrosis berdasar target fibrolisis. 10
2.5.
PENTOXIFYLLINE
Pentoxifylline,1-(5-oxohexyl)-3,7-dimethylxanthine, adalah derivat dari
methylxanthine theobromine (BM 278.31) (Mohler dkk 1966) dan merupakan
inhibitor fosfodiesterase
48
. Pentoxifylline adalah suatu hemorheological agent
dengan berbagai efek farmakologi meliputi: Menghambat produksi sitokin proinflamatori, efek anti-oksidan, meningkatkan deformalitas sel darah merah,
menurunkan viskositas darah, telah digunakan terhadap penyakit peripheral
vascular dan penyakit cerebrovaskular. Pentoxifylline dapat memperbaiki perfusi
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
jaringan hati sehingga disarankan untuk pasien hipertensi portal
transplantasi hati
50
48,49
, dan pasien
. Selain itu pentoxifylline mempunyai efek mengurangi
kerusakan hepatoselular dan respon inflamasi 51,52.
Pada studi experimental, pentoxifylline menurunkan kolagen hati dari
peningkatan diatas 20 kali menjadi diatas 2,5 kali jaringan hati normal tikus dan
memperbaiki parameter klinis AST, ALT, dan fibrosis selama 6 minggu
53
. Studi
lain melaporkan penurunan massenger Ribonucleid acid (mRNA) kolagen
setelah 24 jam pemberian pentoxifylline, melalui hambatan sitokin TGF β dan IL6 54.
Pada studi klinikal, pentoxifylline menunjukkan perbaikan mortalitas pada
pasien hepatitis alkohol
55
. Pentoxyfillin telah digunakan sebagai anti fibrosis hati
melalui efek antifibrogenesis dengan mengurangi transdiferensiasi HSC menjadi
miofibroblas dan menghambat proliferasi HSC 55,56.
2.5.1. Farmakokinetik Pentoxifylline
Pemberian pentoxifylline secara oral sangat cepat diabsorbsi, dan dosis
400 mg dicapai konsentrasi serum puncak 1900 µg/l metabolik hydroxy
pentoxifilline (HPTX), pemberian oral bioavabilatas 20-30%. Sebagian besar
dimetabolisme di hati. Ada 7 metabolit pentoxifylline diketahui tetapi HPTX dan
carboxypentoxifylline merupakan 2 metabolit utama di sirkulasi. Namun HPTX
merupakan metabolit utama yang berperan sebagai efek farmakologi (gambar7). Metabolit diekskresi terutama melalui melalui urine 44.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
Pada gangguan fungsi hati (sirosis hati), konsentrasi metabolit HPTX di
plasma meningkat 8 kali dibanding orang sehat. Efek samping pentoxifylline
menurut sejumlah studi adalah aman pada pemberian jangka panjang.
Pemberian pentoxifylline selama 1 tahun diamati sedikit menimbulkan efek
samping. Gangguan saluran cerna 2,6 % (mual dan muntah); efek neurologi, dan
dermatologi adalah lebih kecil dari 0,25%
44
. Pada penelitian Bharucha (2000),
pemberian Pentoxifylline 3 x 400 mg selama 1 tahun terhadap pasien primary
sclerosing cholangitis (PSC), efek samping pentoxifylline dapat ditoleransi
ditemukan nausea 2 pasien dalam 3 bulan pertama 51.
Gambar-7. Struktur Pentoxifylline dan Hydroxypentoxifylline 44
2.5.2. Mekanisme kerja Pentoxifylline sebagai anti-fibrosis.
Pentoxifylline sebagai anti-fibrosis adalah potensial dan telah digunakan
pada manusia 41. Secara umum bersifat fibrostasis dengan menghambat akitivasi
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
HSC
55
, efek lain menghambat sintesa MES dan fibrolisis dengan meningkatkan
resolusi matriks melalui sifat penghambat TGF-β. Efek antifibrosis melalui 3 jalur
(gambar-8) yakni:
1. Menghambat transdiferensiasi HSC menjadi myifibroblast (MFB) dengan
menghambat stimulasi TNFα dan TGF-β.
2. Menghambat proliferasi HSC dan MFB melalui jalur PDGF
3. Menghambat sintesa MES, melalui jalur PDGF dan TGF-β.
44
Menekan
sintesa prokolagen PINP dan PIIINP. Pada sudi lain dilaporkan aktivasi
kerja kolagenase, namun tidak mempengaruhi glikosaminoglikan dan
fibronektin 44,55,56.
Gambar-8. Efek anti-fibrosis PTX, melalui 3 jalur: penghambatan
transdiferensiasi, proliferasi HSC dan sintesa MES. (PTX= Pentoxifylline)
44
.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
2.5.3. Studi Pentoxifylline pada penyakit hati kronis:
1. Eleftheriadis E, dkk (1998), Pemberian pentoxifyllin dosis 1,4 mg/Kg.BB
terhadap 10 pasien sirosis hepatis dengan varises esofagus dibandingkan
dengan plasebo menghasilkan penurunan viskositas aliran darah dan
hipertensi portal secara bermakna 49.
2. Akriviadis E dkk (2000), Studi pada 101 pasien dengan hepatitis alkohol
berat didapat mortaliti secara bermakna turun 4 minggu pada group
pentoxifylline, dan mamfaat yang terlihat berkurangnya risiko sindroma
hepatorenal 57.
3. Austin AS dkk (2004) meneliti pemberian pentoxifylline (1800 mg/hari)
bertujuan menilai tekanan hipertensi portal selama 2 Minggu terhadap 12
penderita alkoholik sirosis kompensata. Penelitian tersebut melaporkan
kenaikan jumlah trombosit (109/L) selama terapi dari 76 (56–131) menjadi
80 (66–243). Dan penurunan kadar TNF-α (pg/mL) selama terapi dari 295
(211–841) menjadi
210 (181–884). Efek samping selama penelitian
adalah nausea, anoreksia dan sakit kepala dan pasien dapat ditoleransi
dengan pengurangan dosis menjadi 1200 mg/hari 58.
4. Adams LA dkk (2004); meniliti pemberian pentoxifylline (3x400 mg)
selama 12 bulan pada 20 penderita NASH. Hasil: Tidak ada efek samping
serius yang terjadi, ALT dan AST secara bermakna lebih rendah bulan ke
12 59.
5. Satapathy K dkk (2004), terhadap 18 pasien NASH dengan peningkatan
ALT >1,5 kali batas atas normal diterapi dengan pentoxifylline (3x400 mg)
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
selama 6 bulan. Setelah 6 bulan terapi; fatiq diperbaiki (55.6 vs 20%,
p=0.016), rerata AST (66 ± 29 vs 33 ± 11 IU/L, p <0.0001) dan ALT (109 ±
44 vs 47±20 IU/L, p <0.0001) adalah berkurang secara bermakna. Pada
bulan ke-1 ALT normal sejumlah 23% (p=0.125), 35 % (p=0.125) pada
bulan ke-2, dan 60 % (p=0.008) pada bulan ke-6. Serum TNF-α berkurang
secara bermakna setelah terapi (22.15±2.49 vs 17±2.58 pg/ml, p=0.011).
Efek samping yang terjadi dapat ditoleransi dan tidak bermakna. Nyeri ulu
hati ditemukan pada 3 (16%) pasien, dan membutuhkan obat oral proton
pump
inhibitor.
Seluruh
pasien
menyelesaikan
penelitian
tanpa
pengurangan dosis 60.
6. Satapathy KS dkk (2007), terhadap 9 pasien NASH, dengan peningkatan
ALT (>1,5 batas atas normal). Terapi jangka panjang pentoxifylline
(3x400mg/hari) selama 12 bulan adalah efektif memperbaiki parameter
biokimia dan resolusi secara histologis, masing-masing ALT (111 ± 53
IU/L vs 45 ±19 IU/L, p=0.003), AST (61 ± 27 IU/L vs 33 ±12 IU/L,
p=0.005). Steatosis dan inflamasi lobular masing-masing berkurang
sebanyak 55% dan 67%, dimana p=0,009 56.
7. Tanikella R
dkk (2008), pemberian pentoxifylline (400 mg tiap 8 jam)
selama 2 minggu terhadap 9 pasien sirosis hepatis dengan sindroma
hepatopulmoner disebabkan hepatitis C kronis dan alkoholik (55%),
menghasilkan penurunan kadar TNF-α dengan bermakna, tidak ada
perubahan bermakna pada PaO2, efek samping dapat ditoleransi dimana
nausea (100%) adalah paling dominan 61.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
8. Fontaine H dkk (2008) di Paris, terapi pentoxifylline (2x400 mg) kombinasi
dengan tocopherol (2x500 mg) selama 12 bulan terhadap 100 pasien
hepatitis C kronis yang intoleran dan kontra indikasi terhadap terapi
kombinasi interferon alfa dan ribavirin. Tujuan penelitian menilai efikasi
dan
keamanan
kombinasi
pentoxifylline
dan
tocopherol
sebagai
antifibrosis. Penelitian baru selesai dan hasil belum dipublikasikan 62.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
BAB III
PENELITIAN SENDIRI
3.1.
Latar Belakang
Penyakit hepatitis viral kronis paling sering ditimbulkan oleh virus hepatitis
B. Hepatitis kronis B adalah penyakit nekro inflamasi hati kronis yang disebabkan
oleh infeksi persisten virus hepatitis B
20
. Hepatitis B merupakan masalah
kesehatan yang global, diperkirakan 2 miliar penduduk diseluruh dunia terpapar
virus hepatitis B, sekitar 400 juta orang menderita hepatitis B kronis dan
terutama terdapat dinegara berkembang. Hepatitis B berkembang menjadi
sirosis hati dan penyakit hati tahap akhir dan di Asia-Pasifik berperan pada
500.000-1,2 juta kematian pertahun karena sirosis hati dan karsinoma sel hati
5,6,20
. Prevalensi di Asia Tenggara 2-8% (Indonesia, Thailand, India) 24.
Injuri kronis dengan berbagai etiologi terhadap sel hati menghasilkan
fibrosis hati yang ditandai akumulasi berlebih dari protein MES. Kerusakan sel
hati kronis mengakibatkan sintesa protein MES meningkat (fibrogenesis) dan
menurun degradasi protein MES (fibrolisis). Sel yang paling berperan terhadap
fibrogenesis hati adalah HSC. Fibrogenesis diawali kerusakan sel hepatosit dan
diikuti keadaan aktif sel inflamasi menghasilkan sitokin fibrogenesis untuk
mengaktifkan HSC.
Fibrosis hati proses reversibel dan pemahaman patogenesis fibrosis
khususnya keterlibatan HSC, secara invitro dan invivo, telah membuka peluang
penggunaan terapi anti fibrosis. Sekarang ini, belum tersedia terapi kuratif untuk
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
fibrosis hati dan pasien tergantung pada transplantasi hati
1,7,8
. Sedangkan
transplantasi hati membutuhkan organ, biaya mahal, problema serius dan gagal
hati setelah transplantasi merupakan beban mortaliti tinggi
9
. Sehingga
dibutuhkan farmakoterapi anti-fibrotik sebagai tantangan utama. Intervensi
farmakologi terhadap anti-fibrosis efektif
melalui 3 mekanisme meliputi:
Pencegahan fibrosis, fibrostasis, dan fibrolisis
1,10
. Telah dilaporkan, secara
invivo dan invitro bahwa pentoxifylline berfungsi sebagai anti-fibrosis melalui
mekanisme fibrostasis pada HSC dan sebagai fibrolisis pada MES dengan
menghambat sitokin inflamasi TNF-α, TGF-β dan PDGF 7,8,11.
Dengan berkembangnya pengetahuan mengenai fibrosis hati, dan
pemeriksaan non invasif semakin dibutuhkan karena risiko dan beberapa
kelemahan biopsi hati
12
. Dimana skor Forns salah satu petanda non invasif
diagnosis fibrosis hati telah diuji klinis pada subjek hepatitis kronis B dan
hepatitis kronis C. Skor dihitung berdasar 4 variabel yakni jumlah trombosit,
umur, jumlah kolesterol, GGT 13,14.
Belum ada penelitian mengenai pengaruh pentoxifylline sebagai antifibrosis terhadap hepatitis kronis B sepengetahuan penulis selama ini di
Indonesia Oleh karena itu penulis ingin meneliti pengaruh
pentoxifylline
terhadap hepatitis kronis B berdasar perubahan skor Forns.
3.2.
Perumusan masalah
Apakah terdapat perbedaan skor Forns pada penderita hepatitis kronis B
sebelum dan sesudah pemberian pentoxifylline selama 4 minggu.
3.3.
Hipotesa
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
Terdapat penurunan skor Forns pada penderita hepatitis kronis B empat
minggu sesudah pemberian pentoxifyllin
3.4.
Tujuan penelitian
Untuk mengetahui penurunan skor Forns pada penderita hepatitis kronis
B setelah pemberian pentoxifylline.
3.5.
Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui penurunan skor Forns pada penderita hepatitis kronis
B, dapat menentukan manfaat pentoxifylline sebagai salah satu alternatif
anti-fibrotik pada penderita hepatitis kronis.
3.6.
Kerangka Konsepsional
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
3.7.
Bahan dan Cara
3.7.1. Desain Penelitian
Penelitian dilakukan secara uji klinis dengan perlakuan ulang (pre dan
post test design).
3.7.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Februari-Juli 2008 di poliklinik rawat
jalan dan rawat inap di berbagai rumah sakit dan laboratorium klinik di
Medan.
3.7.3. Populasi terjangkau
Penderita hepatitis kronis B dengan pemeriksaan HBsAg positif yang
dirawat jalan ataupun rawat inap dilakukan pemeriksaan klinis, darah rutin,
fungsi hati, ureum, kreatinin, kadar GGT, SPE dan kolesterol, USG hati.
3.7.4. Besar sampel
Perkiraan besar sampel :
⎡ ( Zα )S ⎤
Rumus yang digunakan : η = ⎢
⎣ d ⎥⎦
2
zα
= nilai baku normal berdasarkan α = 0,05 Æ Zα =
S
= simpangan baku kadar trombosit
=7
d
= tingkat ketepatan (presisi)
3,5
⎡ (1,96.7) ⎤
η=⎢
⎥
⎣ 3,5 ⎦
=
1,96
33
2
η= 15,4 ≈ 15
Jadi besar sampel minimal 15 orang
3.7.5. Kriteria inklusi:
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
1. Penderita hepatitis kronis B
2. Jenis kelamin pria dan wanita
3. Usia diatas 37 tahun
4. Bersedia mengikuti penelitian
5. Tidak mendapat hepatoprotektif
3.7.6. Kriteria eksklusi:
1. Penderita hepatitis kronis B dengan :
2. Riwayat perdarahan serebral
3. Riwayat perdarahan retina
4. Riwayat angina pektoris
5. Riwayat pasca operasi 2 minggu
6. Tidak sedang menggunakan obat–obat golongan theophylline dan
cimetidine.
7. Demam Berdarah
8. Idiopatik trombositopenia purpura (ITP)
9. Sirosis hati dekompensata.
3.7.7. Cara penelitian:
a. Dilakukan skrining
untuk kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian
subyek penelitian diminta untuk menandatangani persetujuan tertulis,
setelah dilakukan pemeriksaan pendahuluan, termasuk anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan USG dan laboratorium yang meliputi
fungsi hati, HbsAg, darah perifer lengkap, GGT, kolesterol, ureum,
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
kreatinin, dan SPE. Data hasil pemeriksaan dicantumkan didalam
kuesioner penelitian. Kemudian dihitung skor Forns.
b. Subyek penelitian mendapat pentoxifylline 3x400 mg/ hari selama 4
minggu.
c. Evaluasi
efek
samping
dan
pengunaan
tablet
pentoxifylline.
Penggunaan tablet pentoxifylline dengan sistim pill count yaitu pasien
diberi tablet untuk 1 minggu dan evaluasinya dengan cara menghitung
tablet yang tersisa. Serta anamnese efek samping malaise, flushing,
nausea, muntah, nyeri ulu hati, diare, chepalgia, dizzines dan dicatat
dalam kuesioner. Pasien dengan mual, muntah medapat obat
domperidon, dengan nyeri ulu hati mendapat obat omeperazole.
d. Setelah
4
minggu
pemakaian
tablet,
dilakukan
pemeriksaan
laboratorium ulang terhadap subyek meliputi darah perifer lengkap,
fungsi hati, ureum, kreatinin, GGT, kolesterol, SPE dan dihitung skor
Forns.
3.7.8. Analisa data
Untuk membandingkan penurunan skor Forns sebelum dan sesudah 4
minggu pemberian pentoxifylline dengan menggunakan uji t berpasangan.
3.7.9. Definisi Operasional
a. Hepatitis Kronis B
Adalah hepatitis B dengan HBsAg menetap lebih dari 6 bulan dan
serta pemeriksaan USG abdomen didapatkan gambaran hati
membesar
atau
normal,
permukaan
reguler
atau
ireguler,
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
bertambahnya densitas gema parenkim hati dari homogen sampai
heterogen dengan peningkatan serum Glutamic-pyruvic transaminase
(SGPT) diatas 1,3 kali nilai batas atas normal.
b. Sirosis hati (SH)
Kriteria diagnosis SH yang dipakai adalah pada pemeriksaan USG
didapatkan permukaan hati iregular, tepi hati tumpul, pelebaran vena
porta, vena lienalis, splenomegali, permukaan hati noduler, ekogenitas
yang inhomegen dan kasar, vena hepatika berkelok-kelok. Sirosis
dekompensata bila sirosis hati disertai asites dengan atau tanpa
edema tungkai, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat,
ensefalopati hepatik, muntah darah dan atau melena.
c.
Pentoxifylline:
Tablet trental (pentoxifylline) oral mengandung
1. bahan aktif 1-(5-oxohexyl)-3,7-dimethylxanthine 400 mg
2. bahan tidak aktif :
ƒ
FD&C Red No. 3
ƒ
Hypromellose USP
ƒ
Magnesium stearate NF
ƒ
Polyethylene glycol NF
ƒ
Povidone USP
ƒ
Talc USP
ƒ
Titanium dioxide USP
ƒ
Hydroxyethyl cellulose dalam formulasi lepas lambat
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
d. Skor Forns:
Dihitung dengan menggunakan variabel umur, GGT, kolesterol dan
jumlah trombosit. Rumus untuk menghitung skor adalah :
7,811– 3,131.ln (jumlah trombosit) + 0,781.ln(GGT) + 3,467. ln
(umur) – 0,014 (kolesterol).
Skor < 4,21 adalah bukan fibrosis, skor antara 4,21 - 6,9 adalah fibrosis
ringan sampai sedang dan skor >6,9 adalah fibrosis berat. Skor diatas
4,21 ikut dalam penelitian.
3.7.10. Kerangka Operasional
SUBYEK
Hepatitis Kronis B
Skor FORNS
Pentoxifylline 3 X 400 mg / hari
Selama 4 minggu
Skor FORNS
BAB IV
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
HASIL PENELITIAN
4.1.1. Karateristik subjek penelitian
Peserta yang menandatangani informed consent untuk mengikuti
penelitian berjumlah 15 orang. Kemudian 1 orang peserta mengundurkan diri
pada hari kedua setelah mendapat terapi pentoxifilline. Alasan tidak melanjutkan
penelitian adalah gejala nyeri ulu hati dan mual dialami sehingga tidak
berkeinginan melanjutkan penelitian.
Resume klinis pasien yang keluar dari penelitian adalah: Seorang
perempuan berumur 52 tahun, telah menderita hepatitis B selama 2 tahun
dengan keluhan mual dan malaise. Hasil laboratorium: Hb 10 g/dL, trombosit
(248.103/ul), SGOT (1.594 U/L), SGPT (758 U/L), bilirubin total (1.99 mg/dL),
GGT (165 U/L), albumin (3.45 g/dL), kolesterol (136 mg/dL), kreatinin (1.34
mg/dL), skor Forns (5.87). Akhirnya seluruh peserta yang menyelesaikan
penelitian berjumlah 14 orang.
Pada penelitian ini derajat fibrosis penderita hepatitis kronis B dibagi
menjadi 3 kategori berdasar nilai skor Forns: Bukan fibrosis (skor <4.21), fibrosis
ringan-sedang (skor antara 4,21 dan 6,90), dan fibrosis berat (skor >6,90). Pada
tabel-3 diperlihatkan data dasar seluruh penderita hepatitis kronis B yang ikut
penelitian. Peserta berumur rerata 51.9±7.1 tahun dimana umur termuda 42
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
tahun dan umur tertua 68 tahun, 11 orang laki-laki dan 3 orang perempuan,
rerata IMT (kg/m2): 20.8 ± 1.6 dan IMT dibawah 18.1 adalah 14.3%.
Tabel-3. Data dasar karakteristik pasien.
Parameter
Rerata
Range
x ± SD
Jenis kelamin (Laki-laki:Perempuan)
% Abnormal
(n=14)
11: 3
Umur ± SD (tahun)
51.9 ± 7.1
42.0 - 68.0
IMT (18.5-24.9 kg/m2)
20.8 ± 1.6
18.1 - 22.7
14.3% (2)
Haemoglobin (L=14-18 P=12-16 gr/dL)
12.9 ± 1.8
10.0 - 16.3
71.4% (10)
Trombosit (150-450.103 /µL)
182.8 ± 77.0
49 - 308
35.7 (5)
SGOT (<30.U/L)
65.1 ± 37.3
40 - 178
100 (14)
SGPT (<50.U/L)
79.6 ± 20.7
66 - 135
100 (14)
Bilirubin total (<1.30 mg/dL)
1.68 ± 1.78
0.15 - 7.39
42.9 (6)
Bilirubin direk ( < 0.30 mg/dL)
0.83 ±1.21
0.16 - 4.21
78.6 (11)
GGT (8-61.U/L)
78.2 ± 69.9
11 - 240
28.6 (4)
Albumin (4.6-5.4 g/dL)
4.39 ± 0.76
2.84 - 5.49
64.3 (9)
Kolesterol (<200 mg/dL)
192.6 ± 53.1
112 - 278
42.9 (6)
Kreatinin (0.7-1.2 mg/dL)
1.01 ± 0.51
0.58-2.67
7.1 (1)
Skor Forns (<4.21)
5.98 ± 2.16
4.23 - 9.92
100(14)
Kategori Fibrosis
a.Tanpa fibrosis (< 4.21)
0
b.Fibrosis ringan-sedang (4.21-6.90)
9
c.Fibrosis berat ( >6.90)
5
Rerata Haemoglobin (g/dL) adalah 12.9 ± 1.8 dengan range antara 10.016.3 dimana didapatkan anemia sebanyak 71.4%. Seluruh peserta memiliki nilai
SGOT (U/L) dan SGPT (U/L) abnormal dengan masing-masing rerata adalah
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
65.1 ± 37.3 dan 79.6 ± 20.7. Hiperbilirubinemia sebanyak 42.9% dengan nilai
rerata 1.68 ± 1.78 mg/dl.
Skor fibrosis seluruh penderita diatas 4.21, kategori fibrosis ringansedang: 9 orang dan fibrosis berat: 5 orang dengan hipoalbuminemia sebanyak
64.3% dimana rerata dan range albumin (g/dL) adalah: 4.39 ± 0.76 (2.84-5.49).
Skor Fibrosis dihitung berdasar selain variabel umur juga kolesterol (mg/dL),
trombosit (103/µL) dan GGT (U/L) dengan masing-masing nilai rata-rata dan
range adalah: 192.6 ± 53.1 (112-278), 182.8 ± 77.0 (49-308), dan 78.2 ± 69.9
(11 – 240).
4.1.2. Efek Terapi Pentoxifylline selama 4 minggu.
Perubahan parameter klinis selama 4 minggu terapi pentoxifylline
ditunjukkan pada tabel-4. Analisa statistik variabel skor Forns meliputi, trombosit,
kolesterol dan GGT setelah terapi pentoxifylline terlihat pada tabel-4. Terjadi
peningkatan rerata trombosit dan kolesterol masing-masing (182.8±77.0 vs
186.8±75.9) dan (192.6±53.1 vs 199.7±62.4), dan penurunan rerata GGT
(78.2±69.9 vs 78.1±72.0) adalah tidak bermakna secara statistik dengan masingmasing nilai p adalah 0.564, 0.352, dan 0.814.
Hal yang menarik pada penelitian ini terjadi penurunan nilai rerata SGPT,
SGOT, dan bilirubin total dan peningkatan rerata jumlah albumin setelah terapi
pentoxifylline selama 4 minggu.
Persentasi abnormal SGOT dan SGPT sedikit mengalami penurunan,
masing-masing (100% vs 92.9%) dan (100% vs 85.7%). Sedangkan penurunan
rerata jumlah SGPT dan SGOT mengalami penurunan bermakna secara
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
statistik, masing-masing nilai p adalah (79.6±20.7 vs 67.4±14.4, nilai p=0.008),
(65.1±37.3 vs 51.0±16.5, nilai p=0.015).
Tabel-4. Respon terapi pentoxifylline.
Parameter klinis
Trombosit a)
a. Mean
b. Range
c. % abnormal
SGOT b)
a. Mean
b. Range
c. % abnormal
SGPT b)
a. Mean
b. Range
c. % abnormal
Bilirubin total a)
a. Mean
b. Range
c. % abnormal
Bilirubin direk b)
a. Mean
b. Range
c. % abnormal
GGT b)
a. Mean
b. Range
c. % abnormal
Albumin a)
a. Mean
b. Range
c. % abnormal
Kolesterol a)
a. Mean
b. Range
c. % abnormal
Kreatinin b)
a. Mean
b. Range
c. % abnormal
Skor Forns b)
a. Mean
b. Range
c. % abnormal
Keterangan
a)
Pre-Pentoxifylline
Post-pentoxifylline
Nilai P
182.8 ± 77.0
43-308
35.7 (5)
186.8 ± 75.9
60-294
35.7 (5)
0.564
65.1 ± 37.3
47-178
100 (14)
51.0 ± 16.5
28-92
92.9 (13)
0.015*
79.6 ± 20.7
66-135
100 (14)
67.4 ± 14.4
39-94
85.7 (12)
0.008*
1.68 ± 1.78
0.15-7.39
42.9 (6)
1.12 ± 0.77
0.12-3.22
21.4 (3)
0.021*
0.83 ± 1.20
0.16 - 4.92
78.6 (11)
0.54 ± 0.48
0.01-1.98
64.3 (9)
0.084
78.2 ± 69.9
11-240
28.6 (4)
78.1 ± 72.0
11-230
35.7 (5)
0.814
4.39 ± 0.76
2.84-5.49
64.3 (9)
4.51 ± 0.57
3.21- 5.24
42.9 (6)
0.371
192.6 ± 53.1
112-278
42.9 (6)
199.7 ± 62.4
106-350
42.9 (6)
0.352
1.01 ± 0.51
0.58 – 2.67
7.1 (1)
0.98 ± 0.42
0.51-2.25
14.3 (2)
0.861
5.98±2.16
4.23-9.92
100 (4)
5.79 ± 2.30
3.23-9.54
71.4 (10)
0.124
uji T berpasangan b) Uji Wilcoxon * signifikan.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
Penurunan rerata bilirubin total diperlihatkan dari 1.68 ± 1.78 menjadi 1.12
± 1.16 adalah bermakna secara statistik dimana nilai p=0.021. Hasil ini didukung
perubahan persentasi abnormal pada hasil penelitian, dimana terjadi penurunan
hiperbilirubinemia dari 42.9% menjadi 21.4%.
Efek terapi pentoxifylline juga memperlihatkan penurunan persentasi
hipoalbuminemia dari 64.3% menjadi 42.9%, namun sangat disayangkan
peningkatan rerata albumin dari 4.39 ± 0.76 menjadi 4.51 ± 0.57 adalah tidak
bermakna secara statistik dimana nilai p=0.371.
Penilaian efek jangka pendek terapi pentoxifylline sebagai anti-fibrosis
terhadap hepatitis kronis B berdasar penilaian skor Forns menghasilkan
penurunan rerata skor dari 5.98 ± 2.16
menjadi 5.79 ± 2.30 adalah tidak
bermakna secara statistik dengan nilai p=0.124. Sebaliknya, penurunan derajat
fibrosis secara kategorikal setelah terapi pentoxifylline adalah berbeda. Dimana,
dari 9 orang penderita hepatitis kronis B yang mengalami fibrosis ringan-sedang
setelah terapi pentoxifylline mengalami perbaikan sebanyak 4 orang menjadi
kategori bukan fibrosis. Perbaikan ini adalah bermakna secara statistik dimana
nilai p=0.046 berdasar analisis uji Wilcoxon (tabel-5).
Tabel-5. Efek Pentoxifylline pada perubahan kategori fibrosis.
Perubahan Kategori Fibrosis
Pre-Pentoxifylline
Post-Pentoxifylline
Fibrosis ringan-sedang Bukan Fibrosis
Fibrosis ringan-sedang Fibrosis ringan-sedang
Fibrosis berat
Fibrosis berat
Jumlah
* Signifikan dengan uji Wilcoxon
N
4
5
5
14
%
28.6
35.7
35.7
100
P
0.046*
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
4.1.3. Efek samping Pentoxifylline
Efek samping pemberian pentoxifylline dapat ditoleransi masing-masing
pasien dan tidak dilakukan penyesuaian dosis selama 4 minggu. Nausea dialami
8 (57.1%) pasien, nyeri ulu hati dialami 12 (85.7%), cefalgia dialami 1 (7.1%),
dizzenes 1 (7,1%), sedangkan gejala diare tidak ditemukan. Pasien yang
mengalami gejala nyeri ulu hati dan nausea mendapat obat omeperazole dan
domperidon.
Pentoxifylline diekskresi melalui ginjal terdapat penurunan rerata serum
kreatinin (1.01 ± 0.51 vs 0.98 ± 0.42) adalah tidak bermakna secara statistik
dimana nilai p=0.861, kreatinin bernilai abnormal pre-pentoxifylline dan postpentoxifylline masing-masing adalah 1 orang (2.67) dan 2 orang (2.25 dan 1.26).
Pada master tabel diperlihatkan masing-masing kreatinin pasien sebelum dan
sesudah penelitian adalah 2.67 menjadi 2.25 dan 1.15 menjadi 1.26.
4.2.
PEMBAHASAN.
Trombositopenia
adalah
komplikasi
umum
penyakit
hati
kronis
dihubungkan dengan memberatnya hipertensi portal mengakibatkan peningkatan
sequestrasi dan destruksi trombosit oleh limpa yang membesar. Selain itu
progresifitas fibrosis dihubungkan dengan menurunnya produksi trombopoietin
oleh hepatosit sehingga mengakibatkan produksi trombosit berkurang
Pengaruh
terapi
pentoxifylline
sebagai
anti-fibrosis
pada
penelitian
37,39
.
ini
memperlihatkan peningkatan rerata jumlah trombosit (182.8 ± 77.0 vs 186.8 ±
75.9) namun tidak bermakna secara statistik dimana p=0.564.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
Fungsi biologi sel hepatosit
tidak bisa dihindari oleh pengaruh dari
perubahan komposisi dan jumlah MES selama fibrogenesis. Akumulasi matriks
diruang
Dise
perisinusoid
membentuk
kapilarisasi
inkomplet
sehingga
menghalangi pertukaran aliran diantara hepatosit dan aliran darah sinusoid.
Kemudian mengganggu fungsi biosintesis sel hepatosit10,25. Hubungan antara
kolesterol dan fibrosis hati adalah penurunan jumlah kolesterol pasien fibrosis
hati disebabkan berkurangnya sintesa kolesterol
36
. Hasil yang menarik
diperlihatkan pada penelitian ini dimana terjadi peningkatan rerata jumlah
albumin (g/dL) (4.39 ± 0.76 vs 4.51 ± 0.57) selama 4 minggu pemberian
pentoxifylline, namun sangat disayangkan tidak bermakna secara statistik
dimana p=0.371. Demikian juga dengan kolesterol (mg/dL) diperlihatkan
kenaikan rerata jumlah (192.6 ± 53.1 vs 199.7 ± 62.4) adalah tidak bermakna
secara statistik dimana p=0.352.
Fibrosis hati merupakan proses reversibel dan pemahaman patogenesis
fibrosis khususnya keterlibatan HSC, secara invitro dan invivo, telah membuka
peluang penggunaan terapi anti-fibrosis
7,8
. Intervensi farmakologi sebagai anti-
fibrosis efektif terhadap 3 mekanisme meliputi: Pencegahan fibrosis, fibrostasis,
dan fibrolisis
1,10
. Telah dilaporkan, secara invivo dan invitro bahwa pentoxifylline
sebagai anti-fibrosis
8,11
. Secara umum bersifat fibrostasis dengan menghambat
aktivasi HSC dan sintesa MES
44,55
, efek lain meningkatkan resolusi matriks
(fibrolisis) melalui inhibisi sitokin TGF-β
44-46
. Pada studi eksperimental, pada
stage awal injuri, pentoxifylline mampu mengurangi propilerasi fibrosis,
transdiferensiasi miofibroblas dan mengurangi kerusakan hepatoselular dan
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
respon inflamasi
52
. Hasil penelitian Satapathy dkk (2004) pada penyakit hati
kronis akibat NASH, dilaporkan penurunan jumlah SGPT dan SGOT pada bulan
pertama setelah terapi pentoxifylline 60.
Pada penelitian ini menunjukkan perbaikan signifikan SGPT, SGOT, dan
bilirubin total masing-masing (79.6 ± 20.7 vs 67.4 ± 14.4, p=0.008), (65.1 ± 37.3
vs 51.0 ± 16.5, p=0.015) dan (1.68 ± 1.78 vs 1.12 ± 0.77, p=0.021). Perbaikan
level SGPT, SGOT dan bilirubin total karena efek pentoxifylline menekan proses
inflamasi melalui inhibisi sitokin-sitokin inflamasi. Pada hepatitis kronis B,
patogenesis fibrosis dihubungkan dengan inhibisi sitokin inflamatori TNF-α, IFN, IL-4 dan TGF-β berdasar studi biopsi hati 28.
Hepatitis kronis terutama hepatitis kronis B akan berkembang menjadi
sirosis dan kanker sel hati
20
. Sekarang ini, masih sedikit tersedia terapi kuratif
dan belum tersedia obat anti-fibrotik yang efektif mencegah progresifitas penyakit
dan
pasien
masih
tergantung
pada
transplantasi
hati1,7,8.
Kami
ingin
membuktikan hipotesis penelitian, bahwa terjadi penurunan skor fibrosis dengan
terapi pentoxifylline selama 4 minggu namun hasil ini tidak bermakna secara
statisitik dimana nilai p=0.124 berdasar uji-t berpasangan. Analisis berdasar uji
wilcoxon terhadap perubahan kategori pasien fibrosis ringan-sedang menjadi
bukan fibrosis sejumlah 4 (28.6%) pasien. Perbaikan ini adalah bermakna secara
statistik dimana nilai p=0.046.
Pentoxifylline merupakan obat yang menjanjikan dan telah dipostulatkan
sebagai anti-fibrosis
sintesa kollagen
44,56,59,60
10,11,44
, bekerja dengan menghambat proliferasi HSC dan
serta bersifat fibrolisis melalui jalur penghambat TGF-β
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
10,44-46
. Studi sebelumnya, terapi pentoxifylline jangka panjang adalah efektif
mencapai parameter biokimia, dan resolusi histologi pada pasien NASH dengan
pemberian pentoxifylline (3x400 mg) selama 12 bulan
56
. Studi jangka pendek
menyarankan bahwa pentoxifylline memiliki efek bermanfaat pada binatang
percobaan
54
dan pada penderita NASH
63
. Pada penelitian ini terapi
pentoxifylline jangka pendek tidak sepenuhnya menghasilkan efek anti-fibrosis
secara bermakna. Meskipun menunjukkan hasil perbaikan SGOT, SGPT dan
bilirubin total secara bermakna. Hal yang menarik ditemukan, adalah selain
peningkatan rerata trombosit juga rerata albumin dari 4.39 ± 0.76 menjadi 4.51 ±
0.57 tetapi sayang hasil ini tidak bermakna secara statistik dimana nilai p =
0.371.
Efek samping yang ditimbulkan pentoxifylline selama penelitian ini dapat
ditoleransi seluruh pasien tanpa ada pengurangan dosis. Hasil ini sesuai dengan
penelitian-penelitian sebelumnya. Bahwa pentoxifylline aman dan berguna pada
pemakaian jangka panjang terhadap penyakit peripheral vascular disease,
ischemic heart disease, cerebrovascular disease. Hanya sedikit dijumpai efek
samping flushing, weakness, nausea, perut gembung, sakit kepala, dan muntah
yang dilaporkan
58,60
. Pada penelitian Satapathy ditemukan minimal efek
samping dan hanya pada sebagian pasien 51.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
KESIMPULAN
5.1.1. Penelitian ini menghasilkan bahwa terapi jangka pendek pentoxifylline
sebagai anti-fibrosis terhadap penderita hepatitis kronis B berdasar skor
Forns adalah tidak sepenuhnya bermakna.
5.1.2. Parameter rerata SGOT, SGPT, Bilirubin total mengalami perbaikan
secara bermakna pada penderita hepatitis kronis B setelah terapi
Pentoxifylline dosis 3x400 mg selama 4 minggu. Sedangkan rerata
albumin menunjukkan perbaikan tetapi tidak bermakna secara statistik.
5.1.3 Efek samping pentoxifylline dapat ditoleransi seluruh pasien tanpa ada
penyesuaian dosis.
5.2.
SARAN
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jangka lebih lama, sampel lebih
banyak untuk menilai efikasi pentoxifyllline sebagai anti-fibrosis pada
penyakit hati kronis.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1.
Bovenkamp VM , Groothuis G M M, Meijer D K F, Olinga P. Liver slices as
a model tostudy fibrogenesis and test the effects of anti-fibrotic drugs on
fibrogenic cells in human liver. Toxicology in vitro 2008; 22:771-8
2.
Shin W G, Park S H, Jang M K, Hahn T H, Kim J B, Lee M S etal. Aspartate
aminotransferase to platelet ratio index (APRI) can predict liver fibrosis in
chronic hepatitis B. Digestive and Liver Disease 2008; 40;267-74
3.
Lee M K, Ha N R, Yang H, Sung S H, Kim G H, Kim Y C. Antiproliferative
activity of triter penoids from eclipta prostrata on hepatic stella cells.
Phytomedicine 2008; 15:775-80
4.
Guyot C, Lepreux S, Combe C, Doudnikoff E, Sage PB, Balabaud C etal.
Hepatic fibrosis and crrhosis: The (myo)fibroblastic cell subpopulations
involved. The International Journal of Biochemistry & Cell Biology 2006;
38:135-51.
5.
Sharma SK, Saini N and Chwla Y. Hepatitis B virus: Inactive carriers.
Virology Journal 2005; 2 82:1-5.
6.
Aggarwal R, Ranjan P. Preventing and treating hepatitis B infection. BMJ
2004; 329:1080-86.
7.
Friedman SL. Molecular regulation of hepatic fibrosis, an integrated cellular
response to tissue Injury. J Biol Chem 2000; 275:2247-50.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
8.
Lotersztajn S, Julien B, Clerc FT, Grenard P, Mallat A. Hepatic fibrosis:
molecular mechanisms and drug targets. Annu Rev Pharmacol Toxicol
2005; 45:605-28.
9.
Gonzalo T, Talman E G, Van den Ven A , Temming K, Greupink R, Beljaars
L etal. Selective targeting of pentoxifylline to hepatic stellate cells using a
novel platinum-based linker technology. Journal of controlled Release 2006;
111:193-203).
10. Gressner AM, Weiskirchen R. Modern pathogenetic concepts of liver
fibrosis suggest stellate cells and TGF-β as major players and therapeutic
targets. J. Cell. Mol. Med. 2006; 10:76-99.
11. Salam OME, Baiuomy AR, El-Shenawy SM, Hassan NS. Effect of
pentoxifylline on hepatic injury caused in the rat by administration of carbon
tetrachloride or acetaminophen. Pharmacological Reports 2005; 57:596-603
12. Kelleher TB, Afdhal N. Assessment of liver fibrosis in co-infected patients. J
Hepatol 2000; 44:126-31
13. Kelleher TB, Afdal N. Noninvasive assesment of liver fibrosis. Clin Liver Dis
2005; 9: 667-83.
14. Poynard T, Imbert F, Munteanu M, et al. Biomarkers as non-invasive
assessment of hepatic fibrosis in chronic hepatitis C. J Gastroenterol
Hepatol 2004;19: 236-45.
15.
Hui AY, Chan HLY, Wong VWS, et al. Identification of chronic hepatitis B patients without significant liver fibrosis by a simple
noninvasive predictive model. Am J Gastroenterol 2005; 616-23.
16. Prosser CC, Yen RD, Wu J. Molecular therapy for hepatic injury and
fibrosis: Where are we?. Word J Gastroenterol 2006;12: 509-15.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
17. Bataller R, Brenner DA. Liver fibrosis. J Clin Invest 2005; 115:209-18
46:381–386.
18. Mardini H, Record C. Detection assessment and monitoring of hepatic
fibrosis: biochemistry or biopsy. Ann Clin Biochemistry 2005; 42:441-47.
19. Fabris C, Smirne C, Toniutto P, et al. Assessment of liver fibrosis
progression in patients with chronic hepatitis C and normal alanin
aminotransferase values: The role of AST to the platelet ratio index. Clini
Biochem 2006; 39:339-43.
20. Lok ASF, McMahon BJ. AASLD Practice Guidelines Chronic Hepatitis B.
Hepatology 2001; 34(6):1225 – 1241
21. Ganem D, Prince AM. Mechanisms of disease : Hepatitis B virus Infectionnatural history and clinical consequences. N Engl J Med 2004; 350:1118-29
22. Bertoletti A, Gehring AJ. The immune response during hepatitis B virus
infection. J Gen Virol 2006; 87:1439–49.
23. Gish RG. Current treatment and future direction in the management of
chronic hepatitis B viral infection. Clin Liver Dis 2005;9:541-65.
24. Lesmana LA, Leung NWY, Mahachai V, et al . Hepatitis B: overview of the
burden of disease in the Asia-Pacific region. Liver International 2006; 26:310
25. Tsukada S, Parsons CJ, Rippe RA. Mechanisms of liver fibrosis. Clinica
Chimica Acta 2006; 364:33–60.
26. Sato M, Suzuki S, Senoo H. Hepatic stellae cells: Unique characteristics in
cell biology and phenotype. Cell Structure and function. 2003; 28:105-12.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
27. Schuppan D, Porov Y. Hepatic fibrosis: from bench to bedside. J
Gastroenterol Hepatol 2002; 17:300-5.
28. Akpolat N,Yahsi S, Godekmerdan A, Demerbag K,Yalniz M. Relatioship
betweenserum cystokine levels and histopatological changes of liver in
patients with hepatitis B. World J Gastroenterol 2005; 11:3260-63.
29. Hung CH, Lu SN, Wang JH, et al. Correlation between ultrasonographic
and pathologic diagnoses of hepatitis B and C virus-related cirrhosis. J
Gastroenterol 2003; 38:153–157.
30. Poynard T, Mathurin P, Lai CL, et al. A comparison of fibrosis progression
in chronic liver diseases. J Hepatol 2003; 38:257–65.
31. Reyes GG. Ruiz M C G. Kershenobich D. Liver fibrosis and chronic viral
hepatitis. Archive of medical research 2007; 38:644-51
32. Liu J, McIntosh H, Lin H. Chinese medical herbs for chronic hepatitis B : a
systemic review. Liver 2001; 21:280-6.
33. Afdhal NH, Nunes D. Evaluation of liver fibrosis: a concise review. Am J
Gastroenterol 2004; 99: 1160-74.
34. Sebastiani G, Alberti A. Non invasive fibrosis biomarkers reduce but not
substitute the need for liver biopsy .Gastroenterol 2006; 12: 3682-94
35. Koda M, Matunaga Y, Kawakami M, Kishimoto Y, Suou T, Murawaki Y.
FibroIndex a practical index for predicting significant fibrosis in patients with
chronic hepatitis C. Hepatology 2007; 45:297-306.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
36. Forns X, Ampurdan`es S, Llovet JM, et al. Identification of chronic hepatitis
C patients without hepatic fibrosis by a simple predictive model. Hepatology
2002; 36:986-92.
37. Kim BK, Kim SA, Park YN, et al. Noninvasive models to predict liver
cirrhosis in patients with chronic hepatitis B. Liver International 2007; 96976.
38. Wai C-T, Cheng CL, Wee A, et al. Non-invasive models for predicting
histology in patients with chronic hepatitis B. Liver International 2006: 26:
666–72.
39. Karasu Z, Tekin F, Ersoz G,et al. Liver fibrosis is associated with decreased
peripheral platelet count in patients with chronic hepatitis B and C. Dig Dis
Sci 2007; 52:1535-39.
40. Myers RP, Tainturier MH, Ratziu V, et al. Prediction of liver histological
lesions with biochemical markers in patients with chronic hepatitis B. J
Hepatology 2003;39:222–30.
41. Zeng MD, Lu GL, Mao YM, Qiu DK, Li JQ, Wan MB.et al. Prediction of
significant fibrosis in HBeAg-positive patients with chronic hepatitis B by a
Noninvasive Model. Hepatol 2005; 42:1437-45.
42. Bourliere M, Penaranda G, Renou C, Fridlund DB,Tran A, Portal I et al.
Validation and comparison of indexes for fibrosis and cirrhosis prediction in
chronic
hepatitis
C
patients:
proposal
for
a
pragmatic
approach
classification without liver biopsies. Journal of Viral Hepatitis, 2006. 1-12.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
43.
Sebastiani G, Vario A, Guido M, Alberti A. Sequential algorithms combining
non-invasive markers and biopsy for the assessment of liver fibrosis in
chronic hepatitis B. World J Gastroenterol 2007; 13: 525-31
44. Windmeier C,Gressner AM. Pharmacological aspect of pentoxifylline with
emphasis on Its inhibitory action on hepatic fibrogenesis. Gen. Pharmac
1997; 29:181-96.
45. Rockey DC. New therapies in hepatitis C virus and chronic liver disease:
antifibrotics . Clin Liver Dis 2006; 10:881-900
46. Friedman SL. Hepatic fibrosis-overview. Toxicol 2008; xxx:1-10.
47. Friedman SL. Liver fibrosis-from bench to bedside. J Hepatol 2003; 38: 38–
53.
48. Raoul JM, Peterson MR, Peterson TC. A novel drug interaction between the
quinolone antibiotic ciprofloxacin and a chiral metabolite of pentoxifyllin.
Biochemical pharmacology 2007; 74:639-46.
49. Eleftheriadis E, Kotzampassi K, Koufogians D. Modulation of Intravarisel
Pressure with pentoxifylline : A Possible New Approach in the treatment of
portal Hypertension. The American Journal of Gastroenterology 1998;
93:2431-5
50. Kozaki K, Egawa H, Bermudez L, Keefe E B, So S K, Esquivel C O. Effect
of pentoxifyllline pretreatment on Kupffer cells in rat liver transplantation.
Hepatology 1995; 21:1079-82
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
51. Bhrarucha A E, Jorgensen R, Lichtman S N, LaRusso N F, Lindor K D. A
Pilot Study of Pentoxifylline for the treatment of Primary Sclerosing
Cholangitis. The Am J of Gastroenterol 2000; 95:2238-42
52. Desmouliere A, Xu G, Costa A M A, Yousef I M, Gabbiani G, Tuchweber B.
Effect Pentoxifylline on early proliferation and phenotypic modulation of
fibrogenic cells in two rat models of liver fibrosis and cultured hepatic
stellate cells. Journal of Hepatology 1999; 30:621-31
53. Raetsch C, Dia JD, Boigk G, Bauer M, Hahn EG, Riecken EO.
Pentoxifylline downregulation profibrogenic cytokines and procollagen I
expression in rat secondary billiary fibrosis. Gut 2002; 50: 241-247.
54. Hernandez E, Correa A, Bucio L, Souza V, Kershenobich D, Ruiz G.
Pentoxifylline diminished acetaldehyde-inducedcollagen
production
in
hepatic stellate cellls by decreasing interleukin-6 expression. Pharmacol
Research 2002; 46:435-43.
55. Koppe S W P, Sahai A, Malladi P, Witington P F, Green R M. Pentoxifyllien
attenuates steatohepatitis induced by the methionine choline deficient diet.
Journal of Hepatology 2004; 41:592-8.
56. Gonzalo T,Talman EG,Temming K,Greupink R, et al. Selective targeting of
pentoxifylline to hepatic stellate cells using a novel platinum-based linker
technology. Journal of Controlled Release 2006; 111:193–203
57. Bissell M. Chronic liver injury, TGF-β, and cancer. Experimental and
molecular medicine 2001; 33:179-90.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
58. Satapathy KS,Sakhuja P, Malhotra V, Sharma BJ, Sarin SK. Beneficial
effects of pentoxifylline on hepatic steatosis, fibrosis and necroinflammation
in patients with non-alcoholic
steatohepatitis. J Gastroenterol Hepatol
2007; 22:634–38
59. Akriviadis E, Botla R, Briggs W, Han S, Reynolds T, Shakil O. Pentoxifylline
improves short-term survival in severe acute alcoholic hepatitis: a doubleblind, placebo controlled trial. Gastroenterology 2000; 119: 1637–48.
60. Austin AS, Mahida YR, Clarkre D, Ryder SD ,& Freeman JG. A pilot study
to investigate the use of oxpentifylline (pentoxifylline) and thalidomide in
portal hypertension secondary to alcoholic cirrhosis. Aliment Pharmacol
Ther 2004; 19: 79–88
61. Adams LA, Zein CO, Angulo P, Lindor KD. A Pilot trial of pentoxifylline in
nonalcoholic steatohepatis. Am J Gastroenterol 2004; 99:2365-68.
62. Satapathy SK, Garg S, Chauhan R, et al. Benefecial effects of tumor
necrosis factor-α Inhibition by pentoxifylline on clinical, biochemical, and
metabolic parameters of patients with nonalcoholic steatohepatis. Am J
Gastroenterol 2004; 99:1946-52
63. Tanikella R, Philips GM, Faulk DK, Kawut SM,Falllon MB. Pilot study
pentoxifylline in hepatopulmonary syndrome. Liver Transpl 2008; 14:1199203.
64. Fontaine H. Efficacy and safety of pentoxifylline and tocopherol on the
fibrosis in patients with chronic hepatitis C. Clinical Trial.gov. Augustus,
2008.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
65. Vial P, Riquelme A, Pizzaro M, Solis N, Madariaga JA, Aguayo G et al.
Pentoxifylline does not prevent neither liver damage nor early profibrogenic
events in a rat model of non-alcoholic steatohepatis. Annals of Hepatology
2006; 5(1):25-9).
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
LAMPIRAN I
MASTER TABEL
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
LAMPIRAN 2
LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK
Salam Sejahtera.
Pada hari ini saya ingin menjelaskan kepada bapak/ibu tentang penelitian
yang akan saya lakukan, yang berjudul : “Pengaruh Pentoxifylline Terhadap
Perubahan Skor Forns Pada Penderita Hepatitis B Kronis.”
Penelitian ini
meneliti manfaat pemberian pentoxifylline sebagai salah satu alternatif obat
antifibrosis hati terhadap skor Forns salah satu penanda fibrosis hati non invasif
pada orang yang menderita penyakit hepatitis kronis B.
Penelitian ini dilakukan dengan mengukur skor Forns sebelum dan
sesudah diberikan pengobatan pentoxifylline 3x400 mg selama 4 minggu.
Manfaatnya adalah dapat mencegah perburukan fibrosis hati (sirosis hati,
hipertensi portal) pada penderita hepatitis kronis.
Keiikut - sertaan bapak/ibu adalah suka rela. Bila keterangan yang saya
berikan masih belum jelas atau ada hal - hal yang belum jelas, bapak/ibu dapat
langsung bertanya kepada saya.
Nama
: Dr. F Sahat H Situmorang
Alamat
: Jl Pembangunan 101 Dr Mansur Medan
No telp
: 08126012672 / 061-77377430
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
LAMPIRAN 3
INFORMED CONSENT UNTUK PENELITIAN “PENGARUH PENTOXIFYLLINE
TERHADAP PERUBAHAN SKOR FORNS PADA PENDERITA HEPATITIS B
KRONIS “
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Alamat
:
No telp
:
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang kebaikan dan keburukan
prosedur penelitian ini, menyatakan bersedia untuk ikut dalalm penelitian tentang
: “Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Pada Penderita
Hepatitis B Kronis.”
Demikian surat pernyataan bersedia ikut dalam penelitian ini saya perbuat untuk
dapat digunakan seperlunya.
Medan, .....................2008
(.......................................)
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
LAMPIRAN 4
Tanggal :
MR
Data Peserta Penelitian
………..
No. Pemeriksaan Lab
I.
Anamnese Pribadi
II.
Nama
: …………………………………
Umur
: …………………………………
Jenis Kelamin
: …………………………………
Alamat
: …………………………………
No telp
: …………………………………
III.
:
……….
Pemeriksaan
a. Laboratorium
- Hb
(g/dL)
- Lekosit (103/mm3)
0 minggu* PTX
4 minggu PTX
....................
..................
....................
...................
- Trombosit (103/mm3) ...................
...................
- HBsAg
....................
..................
- Bilirubin total
....................
...................
- SGPT (ALT)
....................
...................
- SGOT (AST)
.....................
...................
- Gamma GT
......................
..................
- Ureum
...................
..................
Kreatinin
....................
-
..................
- Kolesterol total
....................
..................
- SPE
...................
...................
b. USG hati
...................................................
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
III.
Efek samping Pentoxifylline
Minggu 1
A
Malaise
B
Flushing
C
Nausea
D
Vomitus
E
Nyeri uluhati
F
Diare
G
Chepalgia
H
Dizzines
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
PERSETUJUAN KOMITE ETIK KEDOKTERAN
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
LAMPIRAN 5. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
DATA PRIBADI
Nama
: Fransiskus Sahat Halomoan Situmorang
NIP
: 140344493
Pangkat /Golongan : Penata Muda Tk.I / IIIb
Tempat/ tgl lahir
: Tapanuli Utara,31 Januari 1968
Agama
: Katolik
Alamat
: Jl Pembangunan 101 Dr Mansur P. Bulan
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 1 Perdagangan
: jazah tahun 1980
2. SMP Negeri 1 Perdagangan : Ijazah tahun 1983
3. SMA Negeri 1 Perdagangan : Ijazah tahun 1986
4. Fak.Kedokteran USU Medan : Ijazah tahun 1994
III. PENGALAMAN KERJA
1. Dokter Jaga Klinik Medica di Medan
1994
2. Staf Medis Pertamina Offshore Jakarta
1994-1995
3. Ka Puskesmas Lahusa Kab.Nias
1995-1998
4. Staf Medis RSU P.Siantar
1998-2002
5. Staf Medis RSU Vita Insani P. Siantar
1998-2002
6. Dokter Jaga RS Sari Mutiara Medan
2006-2008
IV. KEANGGOTAAN PROFESI
1. Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
2. Persatuan Ahli Penyakit Dalam (PAPDI)
V.
KARYA ILMIAH DI BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM.
1.
F Sahat H Situmorang, Abdur Rahim Lubis. Secondary Hypertension
caused by Pheochromocytoma .PERNEFRI, 24-27, November 2005.
2.
F Sahat H Situmorang, Habibah Nasution. Pendekatan Terapi Kognitif pada
gangguan psikosomatik: KOPAPDI Palembang, 6-10 Juli 2006
VII. PARTISIPASI DALAM KEGIATAN ILMIAH.
1.
Peserta PIT PAMKI, PETRI, PERPARI, dan PERALMUNI Medan, 19-20
Juli 2003.
2.
Panitia dan peserta Simposium Gastroenterohepatologi Update 2003.
Medan, 18-19 Oktober 2003.
3.
Panitia dan peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan V 2004. Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FK USU. Medan, 4-6 Maret 2004.
4.
Peserta simposium Putting Patients First : A New Paradigm in Treatment of
Erectile Dysfunction. Medan, 14 Maret 2004.
5.
Peserta
simposium
overactive
bladder
:
Exposing
The
Hidden
Problem.Medan, 20 Maret 2004.
6.
Peserta simposium Infections Update 2004. “Strategi Pengenalan Infeksi
Menuju Indonesia Sehat 2010”. Medan, 24 Juli 2004.
7.
Panita dan peserta Gastroentero-Hepatologi Update 2004. Medan, 17-18
September 2004.
8.
Panitia dan peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan VI Bagian Ilmu Penyakit
Dalam
FK
USU
“Dengan
Penyegaran
Ilmu
Penyakit
Dalam
kita
meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Lebih Profesional”. Medan, 3-5
Maret 2005.
9.
Panitia dan peserta Simposium Pertemuan Ilmiah Tahunan ke V Ilmu
Penyakit Dalam. “Awareness of Emerging and Reemerging Infectious
Diseases”. Medan, 4-6 Maret 2005.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
10. Peserta simposium The 3rd New Trend Cardiovascular Management.
Medan, 6 -8 Juni 2005.
11. Panitia dan peserta workshop USG. Gastroentero-Hepatologi Update III.
Medan, 5 Agustus 2005.
12. Pembicara free oral presentation 9th of InaSN & Annual Meeting of
NEPHROLOGY 2005. Bali, 24-27 Novemver 2005.
13. Peserta pada 9th of InaSN & Annual Meeting of NEPHROLOGY 2005. Bali,
24-27 Novemver 2005.
14. Peserta seminar Peranan VCT dan CST dalam Penanganan Kasus
HIV/AIDS (Peringatan Hari Aids Sedunia 1 Desember 2005). Medan, 3
Desember 2005.
15. Panitia dan peserta Gastroentero-Hepatologi Update III 2005. Medan,
16. Peserta Lounching Symposium Olmetec, experience the zone. Medan 14
Januari 2006.
17. Panitia dan peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) VII 2006 Departemen
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU. Medan, 2-4 Maret 2006.
18. Peserta Temu Ilmiah Mini-Simposia Nyeri 2006. Medan, 8 April 2006.
19. Panitia dan Peserta 15th Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart
Association. “Better Understanding in The Management of Cardiovascular
Disease”. Medan, 19-20 April 2006.
20. Peserta simposium IDI Cabang Medan dan Singapore Medicine “
Partnership in Healthcare : A Continual Sharing Relationship”. Medan, 13
Mei 2006.
21. Panitia dan peserta workshop “ Management of Chronic Hepatitis C in Daily
Practice”. Medan, 10 Juni 2006.
22. Pembicara free oral presentation 13th National Congress of the Indonesian
Society of Internal Medicine (KOPAPDI XIII). Palembang, 6-9 Juli 2006.
23. Peserta 13th National Congress of the Indonesian Society of Internal
Medicine (KOPAPDI XIII). Palembang, 6-9 Juli 2006.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
24. Panitia dan Peserta Kongres Nasional PETRI XII, PERPARI VIII, PKWI IX,
Simposium Infections Update III 2006 PETRI-PERPARI-PKWI Cabang
SUMUT. Medan, 28-29 Juli 2006.
25. Peserta workshop USG pada Simposium Gastroentero-Hepatologi Update
IV. Medan 7 September 2006.
26. Panitia dan Peserta Simposium Gastroentero-Hepatologi Update IV. Medan
8-9 September 2006.
27. Peserta simposium Integrated Clinical Management of Patients at High Risk
of Vascular Events, Departemen Neurologi FK USU – RS H.Adam Malik
Medan. Medan, 25 Nopember 2006.
28. Peserta workshop ECG in Daily Practice. Medan, 14 April 2007.
29. Peserta Road Show PAPDI 2007. Medan 14 April 2007.
30. Peserta simposium “Era Baru Penggunaan Probiotic”. Medan 28 April 2007.
31. Peserta simposium Meningkatkan Peran Trombosis-Hemostasis Dalam
Multi Disiplin Ilmu Kedokteran. Perhimpunan Trombosis Hemostasis
Indonesia Cabang Medan –Sumatera Utara. Medan, 1-2 Mei 2007.
32. Peserta The 3rd Simposium on Critical Care and Emergency Medicine.
Medan, 4-5 Mei 2007.
33. Peserta simposium Diabetes, The Vitamin dan Mineral Antioxidans
Connection. Medan, 26 Mei 2007.
34. Peserta simposium “ Current Issues in the Management of Gastritis and
Gastropathy”. PPHI, PEGI, PGI Divisi Gastroentero-Hepatologi Departemen
Ilmu Penyakit Dalam RSUP H Adam Malik. Medan, 9 Juni 2007.
35. Peserta simposium The 4th New Trend in Cardiovascular Management.
Medan, 15-16 Juni 2007.
36. Peserta simposium “New hope for smokers” Ikatan dokter Indonesia
Wilayah Sumatera Utara. Medan, 1 September 2007.
37. Peserta workshop Hepatitis & simposium Gastroentero-Hepatologi update V
2007. Medan, 9-10 Nopember 2007.
38. Peserta simposium “New Paradigm in Maintenance Fluid Therapy” Medan,
17 Nopember 2007.
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
39. Panitia dan peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) VIII 2007 Departemen
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU. Medan, 8-10 Maret 2007.
40. Peserta simposium Road Show 2008 Eli Lilly Insulin Training for Excellence
Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
(PB PAPDI) & Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB
PERKENI). Medan, 26 Januari 2008.
41. Peserta workshop “Hemostasis & Thrombosis Dan Penatalaksanaan
Demam Dengue” Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IX 2008 Departemen
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan,
14 April 2008.
42. Peserta simposium “How to Choose an Appropriate OAD” Pertemuan Ilmiah
Tahunan (PIT) IX 2008 Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Medan, 15 April 2008.
43. Peserta simposium “New Era in Therapeutic Options” Pertemuan Ilmiah
Tahunan (PIT) IX 2008 Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Medan, 17-19 April 2008.
44.
Peserta The 4th Symposium on Critical Care and Emergency Medicine.
Medan, 9-10 Mei 2008.
45. Peserta workshop Disfungsi Tiroid Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI) Cabang Medan. Medan, 24-25 Mei 2008.
46. Peserta simposium “Fucoidan, Nature’s Way for Faster Peptic Ulcer
Healing”. Medan, 14 Juni 2008.
47. Peserta
simposium
”
Symposium
of
Venous
Thromboembolism”.
Perhimpunan Trombosis Hemostasis Indonesia Cabang Medan/ Sumatera
Utara. Medan, 26 Juli 2008
F Sahat H Situmorang : Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B…, 2008
USU e-Repository © 2008
Download