PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA Oleh : Andang Muryanta Sudah banyak kita ketahui pembahasan terkait Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) yang dilaksanakan BKKBN dalam Program KB-nya yang menyebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (UU. No. 52 tahun 2009, Bab I Pasal (1) butir (8)) Berbagai upaya diatas dapat dilakukan salah satunya melalui Pendewasaan Usia Perkawianan dengan maksud untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga pada saat perkawinan mencapai usia minimal 20 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki Didalam program PUP ada terkait dengan Perencanaan Keluarga, dimana Perencanaan Keluarga menjadi kerangka program PUP yang terdiri dari 3 (tiga) masa reproduksi, yaitu masa menunda perkawinan dan kehamilan, masa menjarangkan kehamilan dan masa mencegah kehamilan Setelah ada perencanaan keluarga tentu akan ada tujuan dalam memasuki kehidupan berkeluarga, dimana akan diperlukan adanya persiapan yang matang dari setiap pasangan dalam membangun keluarga yang harmonis dan sejahtera Dalam tulisan ini akan dibahas terkait pentingnya Pendewasaan UsiaPerkawinan, baik ditinjau dari aspek kesehatan, ekonomi, psikologis, pendidikan dan aspek kependudukan, selanjutnya juga disampaiakan upaya optimalisasi fungsi keluarga melalui pembahasan 8 (delapan) fungsi keluarga, yaitu fungsi agama,sosial budaya, cinta kasih dan sayang, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi dan lingkungan dimana setiap fungsi keluarga tersebut terkandung nilai-nilai moral yang harus ditanamkan dalam keluarga Keluarga dapat dijadikan sebagai wahana pertama dan utama dalam pembangunan bangsa dan memiliki peran dan tanggung jawab dalam mewujudkan keluarga berkualitas, maka judul diatas merupakan upaya keluarga dalam memperhatikan anggota keluarga dan lingkungan sekitar tentang masalah PUP dalam keluarga PENTINGNYA PUP 1. Dilihat dari aspek kesehatan, bagi remaja puteri yang menikah pada usia muda (<20 tahun) dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu yang melahirkan, kematian bayi serta rendahnya derajad kesehatan ibu dan anak Dalam masa reproduksi perempuan, usia dibawah 20 tahun adalah usia yang diharapkan dapat menunda perkawinan dan kehamilan, karena merupakan masa tumbuh kembang secara fisik dan psikis, kemudian tubuh remaja puteri berusia kurang dari 20 tahun, secara anatomi juga belum siap untuk proses mengandung maupun melahirkan (dapat terjadi komplikasi), karena itu dianjurkan agar perempuan menikah pada usia minimal 20 tahun dan laki-laki usia 25 tahun Apabila terjadi pernikahan usia dini, maka dianjurkan untuk menunda kehamilan sampai usia isteri 20 tahun, yaitu dengan menggunakan kontrasepsi KB Apabila sudah terlanjur hamil pada pernikahan usia dini, maka upaya ektra segera dilakukan, yaitu menjaga kondisi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya dengan melakukan pemeriksaan rutin maupun berkala kepada tenaga medis (dokter/bidan), kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah ibu hamil mendapatkan asupan makanan yang bergizi, menghindari stress dan sebagainya Perempuan yang hamil pada usia remaja cenderung memiliki berbagai resiko kehamilan yang disebabkan kurangnya pengetahuan dan ketidaksiapan dalam menghadapi kehamilannya, akibatnya mereka kurang memperhatikan kehamilannya, hal ini dapat mengakibatkan keguguran pada usia kurang dari 20 minggu, pre eklampsia (tekanan darah yang tidak teratur), eklamsia (terjadi kejang pada kehamilan), infeksi (peradangan), anemia (kadar hemoglobin dalam darah berkurang), terjadinya kanker rahim karena belum sempurnanya perkembangan pada dinding rahim Terjadinya resiko kematian pada proses persalinan, premature (kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu), terjadi kesulitan persalinan (disebabkan karena faktor dari ibu, bayi dan proses persalinan), BBLR (berat bayi lahir rendah < dari 2.500 gram), kematian bayi (usia < dari 1 tahun), kelainan bawaan (kelainan/cacat sejak dalam proses kehamilan) 2. Dilihat dari aspek ekonomi, memperhatikan perekonomian dalam keluarga memang sangat penting, karena ekonomi dapat mempengaruhi keharmonisan dalam keluarga, secara umum pada usia remaja yang menikah dini mempunyai sebab akibat dengan kemiskinan, keluarga dengan kondisi ekonomi rendah memiliki kecenderungan untuk menikahkan anak di usia dini, disisi lain remaja yang menikah usia dini sering kali mengalami kesulitan ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarga biasanya masih bergantung kepada orang tua dan orang lain yang mau membantu, pada hal orang tua berharap dengan menikahkan anak remajanya akan berkurang beban ekonominya, oleh karena itu idealnya setiap calon suamiisteri harusnya sudah menyiapkan diri untuk memenuhi kebutuhannya, seperti kebutuhan primer (kebutuhan yang wajib dipenuhi), kebutuhan sekunder (kebutuhan yang diperlukan setelah semua kebutuhan primer terpenuhi) dan kebutuhan tersier (kebutuhan sifatnya mewah), disisi lain program PUP menganjurkan setiap remaja dapat mempersiapkan diri secara ekonomi sebelum memasuki kehidupan keluarga, yaitu dengan menunda usia perkawinan sampai dengan adanya kesiapan secara ekonomi untuk masing-masing pasangan atau calon suami-isteri 3. Dilihat dari aspek psikologis, merupakan kesiapan individu dalam menjalankan peran sebagai suami atau isteri, mengetahui akan tugasnya masing-masing, siap dalam memasuki kehidupan perkawinan, mampu menghadapi berbagai masalah yang timbul, saling menjaga keharmonisan rumah tangga/keluarga, menjaga kelangsungan pernikahan, kemampuan menyesuaikan diri sebagai pasangan suami-isteri 4. Dilihat dari aspek pendidikan, menyangkut pendidikan dan keterampilan sebagai penopang dan sumber dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup, biasanya pernikahan dini sering kali menyebabkan remaja tidak lagi bersekolah, mempunyai tanggungjawab baru sebagai kepala keluarga dan calon ayah atau isteri sebagai calon ibu, kondisi lain biaya pendidikan yang tidak terjangkau menyebabkan remaja terutama perempuan berhenti sekolah dan kemudian dinikahkan untuk mengalihkan beban tanggungjawab orang tua 5. Dilihat dari aspek kependudukan, median usia kawin pertama bagi perempuan sangat mempengaruhi situasi kependudukan, terutama fertilitas (kemampuan seorang perempuan untuk melahirkan bayi hidup), pernikahan dini pada perempuan akan mempunyai rentang waktu lebih panjang terhadap resiko untuk hamil, semakin muda umur perkawinan seseorang, maka masa subur reproduksi akan lebih panjang dilewatkan dalam ikatan perkawinan OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA Menyiapkan pribadi yang matang sangat diperlukan dalam membangun keluarga yang harmonis dan sejahtera, terlebih kehidupan berkeluarga yang matang dan mapan sangat menjadi dambaan bagi setiap pasangan yang membina keluarganya, melalui penanaman nilainilai moral di dalam fungsi keluarga akan tercipta kehidupan keluarga yang lebih berkualitas Dalam upaya mengantisipasi tingginya Pernikahan dini bagi remaja tentu dapat dilakukan tindakan preventif/pencegahan bagi orang tua yang memiliki anak remaja (10-24 tahun) dengan mengoptimalkan penanaman nilai-nilai moral melalui 8 (delapan) fungsi keluarga, yaitu; 1. Fungsi agama, agama merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam kandungan, keluarga menjadi tempat pertama seorang anak mengenali agamanya, keluarga mempunyai tugas menananmkan, menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama di dalam kehidupan keluarga sehari-hari Ada 12 (dua belas) nilai dasar yang dapat ditanamkan dalam keluarga : a. Iman, yaitu mempercayai akan adanya Allah SWT, Tuhan YME, mengamalkan segala ajaranNya b. Taqwa, mengamalkan segala sesuatu yang diperintahkan dan menghindari segala yang dilarang Allah SWT c. Kejujuran, menyampaikan apa adanya d. Tenggang rasa, adanya kesadaran bahwa setiap orang berbeda dalam sifat dan karakternya e. Rajin, menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil terbaik f. Kesalehan, memiliki nilai moral tinggi untuk melakukan sesuatu yang benar secara konsisten g. Ketaatan, dengan segera dan senang hati melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya h. Suka membantu, memiliki kebiasaan menolong dan membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan i. Disiplin, tepat waktu, mematuhi aturan yang telah disepakati j. Sopan santun, berperilaku sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai agama k. Sabar dan ikhlas, menahan diri dalam menginginkan sesuatu serta dalam menghadapi kesulitan l. Kasih sayang, ungkapan perasaan dengan penuh perhatian, kesadaran dan kecintaan terhadap seseorang 2. Fungsi sosial budaya, manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain serta berinteraksi dengan orang lain, setiap keluarga yang tinggal di suatu daerah memiliki kebudayaan sendiri, keluarga sebagai bagian dari masyarakat diharapkan mampu mempertahankan dan mengembangkan sosial budaya setempat Ada 7 (tujuh) nilai dasar yang dapat ditanamkan dalam keluarga : a. Gotong royong, melakukan pekerjaan secara bersama-sama yang dilandasi oleh suka rela dan kekeluargaan b. Sopan santun, perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial budaya setempat c. Kerukunan, hidup berdampingan dalam keberagaman secara damai dan harmonis d. Peduli, mendalami perasaan dan pengalaman orang lain e. Kebersamaan, adanya perasaan bersatu, sependapat dan sekepentingan f. Toleransi, bersikap menghargai pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri g. Kebangsaan, kesadaran diri sebagai WNI yang harus menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa 3. Fungsi cinta dan kasih sayang, mendapatkan cinta kasih adalah hak anak dan kewajiban orang tua untuk memenuhinya, dengan kasih sayang; anak belajar bukan hanya menyayangi tetapi juga belajar menghargai orang lain Ada 8 (delapan) nilai dasar yang dapat ditanamkan dalam keluarga : a. Empati, memahami dan mengerti akan perasaan orang lain b. Akrab, hubungan yang dilandasi oleh rasa kebersamaan dan kedekatan perasaan c. Adil, memperlakukan orang lain dengan sikap tidak memihak d. Pemaaf, dapat menerima kesalahan orang lain tanpa perasaan dendam e. Setia, kesetiaan terhadap kesepakatan f. Suka menolong, ditandai dengan tindakan suka menolong dan suka membantu orang lain g. Pengorbanan, rela memberikan sebagian haknya untuk membantu orang lain h. Tanggung jawab, mengetahui serta melakukan apa yang menjadi tugasnya 4. Fungsi perlindungan, sebagai tempat berlindung bagi anggota keluarga dalam memberikan rasa aman, tenang dan tenteram bagi anggota keluarga Ada 5 nilai dasar yang dapat ditanamkan dalam keluarga : a. Aman, adanya perasaan yang terbebas dari rasa ketakutan dan kekhawatiran b. Pemaaf, memberitahukan atau menunjukkan kesalahan seseorang dan memberi kesempatan untuk memperbaikinya c. Tanggap, mengetahui dan menyadari sesuatu yang akan membahayakan/mengkhawatirkan d. Tabah, mampu menahan diri ketika menghadapi situasi yang tidak diharapkan e. Peduli, suatu upaya untuk memlihara, melindungi lingkungan dari kerusakan 5. Fungsi reproduksi, salah satu tujuan perkawinan untuk memperoleh keturunan sebagai Pengembangan dari tuntutan fitrah manusia, keturunan diperoleh dengan bereproduksi oleh pasangan suami isteri yang syah Ada 3 (tiga) nilai dasar yang dapat ditanamkan dalam keluarga : a. Tanggung jawab, mengetahui apa yang menjadi tugasnya b. Sehat, keadaan prima/sehat secara fisik, fungsi dan sistem reproduksi serta mental/emosional dengan kemampuan menjaga kebersihan dan kesehatan reproduksinya c. Teguh, kemampuan untuk menjaga fungsi reproduksi dengan menjaga kesucian organ reproduksinya sebelum menikah 6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan, dalam kehidupan manusia saling membutuhkan bantuan satu sama lain, hidup secara kelompok dan bermasyarakat Ada 7 (tujuh) nilai dasar yang dapat ditanamkan dalam keluarga : a. Percaya diri, kebebasan berbuat secara mandiri dengan mempertimbangkan serta memutuskan sendiri tanpa tergantung orang lain b. Luwes, menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada c. Bangga, perasaan senang ketika selesai melakukan pekerjaan/tugas dan berhasil meraih sesuatu yang diinginkan d. Rajin, menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugasnya dan mendapatkan hasil yang optimal e. Kreatif, mendapatkan banyak cara untuk melakukan sesuatu dan banyak ide melakukan sesuatu tanpa pernah berhenti f. Tanggung jawab, mengetahui serta melakukan apa yang menjadi tugasnya g. Kerjasama, melakukan pekerjaan secara bersama-sama 7. Fungsi ekonomi, mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ada 3 (tga) nilai dasar yang dapat ditanamkan dalam keluarga : a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan dating 8. Fungsi lingkungan, wahana bagi keluarga agar dapat mengaktualisasikan diri dalam membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera Ada 2 (dua) nilai dasar yang dapat ditanamkan dalam keluarga : a. Bersih, keadaan lingkungan yang bebas dari kotoran, sampah dan polusi b. Disiplin, mematuhi aturan dan norma-norma yang berlaku Dengan adanya program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) dapat memberikan informasi kepada keluarga terutama berkaitan dengan remaja yang hendak memasuki kehidupan berkeluarga akan menjadi lebih siap secara fisik dan psikologis dengan menyiapkan pribadi secara matang untuk membangun keluarga yang harmonis dan sejahtera Seiring dengan itu penanaman nilai-nilai moral melalui 8 (delapan) fungsi keluarga tetap harus dioptimalkan melalui berbagai media, seperti pada pertemuan kelompok-kelompok kegiatan, penyebaran informasi baik cetak maupun elektronik dan sebagainya Dengan kata lain Pendewasaan Usia Perkawinan akan dapat meningkatkan kualitas remaja dalam menyongsong kehidupan berkeluarga dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga Semoga bermanfaat Drs. Andang Muryanta, adalah Penyuluh Keluarga Berencana Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Fadlyana dan Larasaty, Pernikahan Usia Dini Dan Permasalahannya, Sari Pediatri 2009 BPPM DIY, Bidang KB, Leaflet : Tanamkan 8 Fungsi Keluarga, 2015 Afifah, Perkawinan Dini dan Dampak Status Gizi, Gizi Indon 2011 BKKBN, Direktorat Bina Ketahanan Remaja, Jakarta, Materi Pegangan Kader : Tentang Bimbingan Dan Pembinaan Keluarga Remaja 2013