1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah berimbang untuk pertumbuhan dan produksi tanaman (Tisdale et al, 1975). Dengan demikian, tanah dalam suatu lahan ada yang mempunyai kesuburan tanah rendah dan tinggi. Kondisi kesuburan tanah yang rendah, umumnya mengandung hara tersedia yang rendah dan tidak berimbang sehingga menghambat bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Umumnya tanah di daerah iklim tropis seperti Indonesia mempunyai kesuburan tanah yang cenderung rendah. Hal ini disebabkan intensitas curah hujan yang relatif tinggi sehingga berdampak terhadap pencucian hara. Tanah kurang subur juga dapat terbentuk dari bahan induk masam dan tanah-tanah tersebut biasanya mengandung bahan organik yang rendah. Penggunaan pupuk merupakan suatu kebutuhan bagi tanaman dalam hal mencukupi kebutuhan nutrisi dan menjaga keseimbangan hara yang tersedia selama siklus pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk organik merupakan tindakan pengelolaan yang diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, sehingga kesuburan tanah dapat ditingkatkan. Dengan pemberian bahan organik diharapkan terjadi efisiensi pemberian pupuk anorganik yang dapat menunjang produksi yang maksimal. Kemampuan tanah menyediakan hara senantiasa berbeda-beda tergantung jenis tanah. Bahkan pada jenis tanah yang sama sering dijumpai kadar hara yang berbeda pula. Tanah yang memiliki buffering capacity yang tinggi, cenderung memerlukan pemupukan yang tinggi, sehingga usaha budidaya tanaman pada tanah tersebut harus dipenuhi melalui pemupukan yang cukup dan seimbang untuk menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal. Tanaman jagung dan ubi jalar adalah tanaman pangan yang memiliki kadar karbohidrat yang cukup tinggi dan di beberapa daerah tanaman tersebut digunakan sebagai sumber pangan pokok. Untuk memperoleh produksi yang tinggi sesuai potensi dari kedua jenis tanaman ini sangat ditentukan oleh pola pertumbuhan awal yang cukup baik, karena pada fase pertumbuhan adalah fase penggunaan sejumlah senyawa kimia yang diperuntukan dalam menyusun tubuh 2 tanaman. Bilamana proses pertumbuhan awal mengalami hambatan, akan berdampak pada produksi akhir yang cenderung menurun, sebagai akibat dari transformasi sejumlah senyawa kimia yang disintesis di dalam sel tanaman mengalami gangguan. Untuk memperoleh pertumbuhan awal yang baik pada fase vegetatif tanaman memerlukan sejumlah hara yang tersedia dalam jumlah cukup dan seimbang. Pemberian bahan organik dan pupuk anorganik (N, P dan K) adalah salah satu usaha dalam memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman jagung dan ubi jalar. Fungsi bahan organik menurut Leiwakabessy et al (2003) adalah (1) memperbaiki struktur tanah, (2) menambah ketersediaan unsur N, P dan S, (3) meningkatkan kemampuan tanah mengikat air (4) memperbesar kapasitas tukar kation (KTK) dan (5) mengaktifkan mikroorganisme. Sedangkan fungsi pupuk anorganik adalah untuk menambah hara dalam tanah sesuai kebutuhan tanaman. Pemberian sisa tanaman dan kotoran hewan ke dalam tanah mampu menambah bahan organik tanah, memberikan kontribusi terhadap ketersediaan hara dan mengefiensienkan penggunaan pupuk anorganik. Bahan organik dari jenis kotoran hewan (pupuk kandang) umumnya mudah terurai karena C/N rasio yang rendah. Selain itu, penggunaan bahan organik (pupuk kandang) secara ekonomis murah, mudah diperoleh dan tanpa pendekatan teknologi yang tinggi sehingga relatif mudah dijangkau oleh petani. Produksi tanaman jagung di pulau Ternate masih relatif rendah berkisar antara 1,5 sampai 2,0 ton/ha (Dinas Pertanian Kota Ternate, 2006), sedangkan produksi rataan nasional, antara 3 sampai 7 ton/ha (Warisno, 2003). Demikian pula, untuk tanaman ubi jalar produksi rataan di Ternate berkisar antara 5,2 sampai 6,0 ton/ha (Dinas Pertanian Kota Ternate, 2006) sedangkan produksi rataan nasional adalah 12 sampai 20 ton/ha (Rukmana, 1997). Fenomena yang menyebabkan rendahnya produksi tanaman jagung dan ubi jalar di Ternate adalah petani belum menggunakan pupuk organik dan anorganik yang cukup dan seimbang selama budidaya tanaman tersebut. Petani hanya bergantung pada kondisi kesuburan alami. Berdasarkan hasil analisis tanah awal (pH 6.02, C-organik rendah, N-total rendah, P-tersedia sedang, K-dd tinggi, Ca-dd tinggi, Mg-dd tinggi, KTK tanah sedang dan kejenuhan basa tinggi), kondisi tanah tersebut diduga belum dapat menunjang pertumbuhan dan produksi jagung dan ubi jalar secara maksimal dari rata-rata produksi nasional. 3 Oleh karena itu, untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung dan ubi jalar maka pemberian bahan organik dan pupuk N, P dan K yang sesuai jenis tanah dan jenis tanaman perlu diusahakan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis bahan organik dan pupuk N P K terhadap serapan hara dan produksi tanaman jagung dan ubi jalar pada tanah Inceptisol Ternate. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi terkait dan petani di pulau Ternate dalam pengelolaan lahan dan mempertahankan kesuburan tanah secara berkesinambungan dan lestari. Hipotesis Adapun hipotesis yang dapat dikemukakan dari percobaan ini adalah : 1. Bahan organik memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan serapan hara dan produksi tanaman jagung dan ubi jalar pada tanah Inceptisol Ternate. 2. Terdapat dosis pupuk N P K memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap serapan hara dan produksi tanaman jagung dan ubi jalar pada tanah Inceptisol Ternate. 3. Terdapat pengaruh interaksi antara kombinasi dosis bahan organik dan pupuk N P K terhadap peningkatan serapan hara dan produksi tanaman jagung dan ubi jalar pada tanah Inceptisol Ternate.