implementasi classroom management untuk mewujudkan suasana

advertisement
IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT
UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS AKTIF
PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA
SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)s
Oleh
SITI ZULAIKHA
NIM 111 11 133
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2015
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
    
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
PERSEMBAHAN
Yang terkasih dan tak kan tergantikan, ibu bapak ku,
Para guru dan pendidiK,
Teman-taman mahasiswa seperjuanganku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi
guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Agama Islam IAIN
Salatiga.
Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada jujungan kita, Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman. Sehingga dapat menjadi bekal
hidup kita di dunia dan akhirat kelak.
Suatu kebanggaan tersendiri penulis dapat menyeleseikan skripsi ini,
karena bagi penulis penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan.
Penulis sadar banyak hambatan dalam menusun skripsi ini, dikarenakan
keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan, itu karena dukungan dari beberapa pihak yang membantu penulis
dalam menyusun skripsi ini.
Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuannya dalam menyusun skripsi ini, khususnya kepada:
1.
Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Kajur PAI IAIN Salatiga.
4.
Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan sumbangan pikiran terbaiknya
selama masa bimbingan sampai selesenyai penulisan skripsi ini.
5.
Segenap dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang
telah banyak memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama
di bangku perkuliahan.
6.
Bapak Adam Widiyanto, S.Si. selaku kepala sekolah SMP ISLAM ALAZHAR 18 Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
7.
Ibu Inayatul Wakidah, M.Pd. dan Ibu Nur Milatul Jannah, S.Pd.I. selaku guru
PAI di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk membentu penulis memperoleh informasi.
Atas jasa mereka penulis hanya dapat memohonkan doa semoga amal
kebaikan mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan di
dunia maupun di akhirat.
Dalam hal ini penulis juga mengharap kritik dan saran dari pembaca yang
dapat membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 12 September 2015
Penulis
Siti Zulaikha
ABSTRAK
Zulaikha, Siti. 2015. Implementasi Classroom Manajemen untuk Mewujudkan
Suasana Kelas Aktif pada Proses Pembelajaran PAI bagi Siswa SMP
Islam Al-Azhar 18 Salatiga Tahun 2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah Dan
Ilmu Keguruan. Progarm Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Sri Suparwi, M.A.
Kata Kunci: Implementasi Classroom Management, Suasana Kelas Aktif dan
Pembelajaran PAI.
Kurangnya pemahaman guru PAI tentang Classroom Management dan
masih sedikitnya guru PAI yang menerapkan Classroom Management serta
jarangnya metode pembelajaran aktif yang dipakai dalam mengajar menyebabkan
kelas tidak kondusif dan proses pembelajaran tidak berjalan dengan efektif. Hal
tersebut membuat siswa merasa bosan saat mengikuti proses pembelajaran
akibatnya tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan maksimal.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah ICM di SMP Islam AAzhar 18 Salatiga tahun 2015 yaitu: (1) bagaimana pemahaman guru PAI tentang
ICM di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga tahun 2015?, (2) bagaimana cara guru
PAI dalam melaksanakan ICM di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga tahun 2015?,
(3) apa kesulitan/hambatan guru PAI dalam melaksanakan ICM di SMP Islam AlAzhar 18 Salatiga tahun 2015?, (4) bagaimana solusi atas masalah pelaksanaan
ICM di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga tahun 2015?. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik
pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, observasi dan
dokumentasi. Data yang diperoleh dari ketiga teknik tersebut ditafsirkan dan
dianalisis. Keabsahan data diuji dengan teknik triangulasi dan tenik ketekunan
pengamatan.
Hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) guru PAI telah
memahami dan menerapkan Classroom Management dengan baik, pemahaman
guru PAI tentang Classroom Management yaitu serangkaian kegiatan yang
berupaya mengatur dan mengelola kelas agar tercipta suasana yang kondusif
sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai maksimal, (2) cara guru PAI melaksanakan ICM
sudah sesuai dengan perencanaan, guru melakukan pengorganisasian siswa,
pengorganisasian fasilitas dan pengorganisasian kegiatan-kegiatan pembelajaran,
(3) kesulitan/hambatan pelaksanaan ICM yaitu guru kurang maksimal dalam
menerapkan manajemen kelas, karakter siswa yang bervariasi, kurangnya
perhatian dan motivasi yang diberikan orang tua pada anak, (4) solusi pelaksanaan
ICM yaitu, guru belajar memperbaiki kualitas diri, guru memberikan apersepsi
atau testimoni, memberikan kegiatan yang dapat menghambat siswa untuk berbuat
onar di kelas, menegur sampai menghukum siswa yang bermasalah, memberikan
kegiatan yang dapat menghambat siswa untuk berbuat onar di kelas, menjalin
kerjasama yang baik dengan wali murid agar lebih memperhatikan anak.
DAFTAR ISI
SAMPUL JUDUL........................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO..................................................................................
ii
JUDUL..........................................................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
v
DEKLARASI KEASLIAN TULISAN........................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................
vii
KATA PENGANTAR..................................................................................
viii
ABSTRAK....................................................................................................
x
DAFTAR ISI................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL........................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................
1
B. Fokus Penelitian...............................................................................
6
C. Tujuan Penelitian..............................................................................
6
D. Manfaat Penelitian............................................................................
7
E. Penegasan Istilah..............................................................................
8
F. Metode Penelitian.............................................................................
10
G. Sistematika Penulisan.......................................................................
18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Classroom Management...................................................................
20
B. Suasana Kelas Aktif..........................................................................
32
C. Pembelajaran PAI.............................................................................
38
D. Clasroom Management untuk Mewujudkan Suasana Kelas Aktif
pada Proses Pembelajaran PAI.........................................................
52
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................
68
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga...
68
2. Profil SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.....................................
68
3. Subjek Penelitian........................................................................
80
B. Paparan Data Temuan Peneliti..........................................................
81
1. Pemahaman Guru tentang Classroom Management..................
81
2. Pelaksanaan Classroom Management........................................
87
3. Kesulitan/Hambatan dalam Pelaksanaan Classroom
Management...............................................................................
90
4. Solusi atas Masalah dalam Pelaksanaan Classroom
Management...............................................................................
93
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pemahaman Guru tentang Classroom Management.........................
97
B. Pelaksanaan Classroom Management..............................................
100
C. Kesulitan/Hambatan dalam Pelaksanaan Classroom Management..
104
D. Solusi atas Masalah dalam Pelaksanaan Classroom Management...
106
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................
111
B. Saran.................................................................................................
113
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
115
LAMPIRAN-LAMPIRAN...........................................................................
155
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.....................................................................
180
BAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pernyataan yang mendorong siswa berfikir dan berproduksi.......
34
Tabel 2.2 Contoh umpan balik yang tidak memvonis..................................
37
Tabel 3.1 Jumlah guru/pegawai....................................................................
71
Tabel 3.2 Data peserta didik.........................................................................
71
Tabel 3.3 Lulusan empat tahun terakhir.......................................................
74
Tabel 3.4 Sarana-prasarana sekolah.............................................................
76
Tabel 3.5 Anggaran sekolah.........................................................................
78
Tabel 3.6 Daftar ekstrakurikuler...................................................................
79
BAB I
PEBDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manajemen kelas merupakan salah satu faktor penunjang
keberhasilan proses belajar mengajar, dikatakan demikian karena
menajemen kelas mengatur, menciptakan dan mempertahankan suasana
kelas secara optimal supaya kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
dengan efektif. Sebagai seorang guru baik guru yang telah berpengalaman
maupun guru pemula harus senantiasa memperhatikan bagaimana cara
mengelola kelas dengan baik agar pembelajaran dapat berjalan efektif dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Tugas seorang guru dalam dunia pemdidikan adalah mengayomi
siswa, mendidik dan mengarahkan siswa agar memiliki kehidupan yang
lebih baik, sejalan dengan tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu
membentuk insan yang berakhlak mulia. Dari itu peran guru PAI sebagai
pendidik sangat dibutuhkan guna mengantarkan siswa menjadi manusia
yang berbudi luhur dan berakhlak mulia, melalui upayanya dalam
melaksanakan manajemen kelas dengan baik. Peran guru dalam dunia
pendidikan tersirat dalam Q.S. Mujadilah ayat 11 yang berbunyi:
          
             
       
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan."
Selain masalah manajemen kelas (classroom management)
masalah pengajaran (instruktional problem) juga ikut menunjang proses
belajar mengajar yang kondusif. Pengajaran dan manajemen adalah dua
kegiatan yang saling berkait, keduanya diyakini mempunyai implikasi
dalam pencapaian hasil pembelajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan
pengajaran akan sangat tergantung pada masalah manajemen kelas.
Namun keduanya memiliki tujuan yang berbeda, pengajaran mencakup
semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai
tujuan-tujuan khusus pengajaran (menentukan entry behavior siswa,
menyusun rencana pelajaran, memberi informasi, bertanya, menilai dan
sebagainya) sedangkanan manajemen kelas merujuk kepada kegiatankegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal
bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian tingkah
laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran
bagi siswa yang tepat waktu mengerjakan tugas, penetapan norma
kelompok yang produktif, dan sebagainya) (T. Raka Joni, 1989) dalam
Mulyadi (2009: 2).
Mengingat
pentingnya
manajemen
kelas
dalam
proses
pembelajaran guru perlu mengoptimalkan pelaksaan manajemen kelas
sebelum memulai pengajaran. Guru harus mempunyai planning bagaimana
mengelola kelas agar siswa merasa nyaman saat mengikuti kegiatan
balajar mengajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru bahwa
dalam kegiatan belajar mengajar siswa membutuhkan suasana yang wajar
tanpa tekanan, siswa membutuhkan suasana yang merangsang keaktifan
dalam mengikuti pembelajaran. Yang tidak kalah penting siswa
membutuhkan kesempatan untuk berkomunikasi baik dengan guru, teman
maupun dengan lingkungannya. Suasana tersebut dapat tercapai apabila
guru memiliki keterampilan yang baik dalam mengelola kelas.
Persiapan yang dapat dilakukan oleh guru sebelum melaksanakan
pembelajaran berkaitan dengan pengelolaan kelas yakni memperhatikan
kondisi fisik (mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan, mengatur
tempat duduk, dll) dan kondisi sosio-emosional (tipe kepemimpinan guru,
sikap guru, suara guru, dll) sehingga siswa benar-benar merasakan
kenyamanan dan keamanan saat belajar. Disamping mempersiapkan halhal yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, guru juga wajib
mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pengajaran diantaranya
memastikan kesiapan siswa dalam menerima materi, memilih metode
pengajaran yang tidak monoton dan dapat menumbuhkan keaktifan siswa,
serta menggunakan media pengajaran yang menarik.
Kegiatan belajar mengajar akan berlangsung kondusif apabila guru
memiliki pemahaman dalam menjalankan manajemen kelas dengan baik,
akan tercipta suasana kelas yang nyaman, akan tercipta keaktifan para
siswa dalam belajar dan tercipta timbal balik antara guru dengan siswa dan
antara siswa satu dengan siswa yang lain. Yang paling penting dan
diharapkan oleh para guru dan pihak sekolah adalah dapat tercapainya
tujuan-tujuan pembelajaran yang dapat dilihat dari pemahaman materi dan
prestasi belajar yang ditunjukkan oleh siswa.
Pemahaman guru yang kurang dalam menjalankan manajemen
kelas dan pembelajaran akan mengakibatkan kegiatan belajar mengajar
tidak berjalan dengan efektif. Siswa merasa tidak nyaman berlama-lama
berada di ruang kelas, siswa terlihat pasif saat proses pengajaran
berlangsung, hal itu akan menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan.
Apabila hal itu terjadi siswa tidak akan memperhatikan penjelasan dari
guru dan akan menyibukkan diri dengan kegiatan yang dapat
menghilangkan kejenuhannya di kelas dengan cara mengobrol dengan
teman sebangku.
Proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan membutuhkan
kerjasama yang terorganisir antara pihak sekolah dan pendidik. Pihak
sekolah harus bisa myediakan fasilitas yang memadai dan menunjang
keberhasilan pengajaran dan pendidik harus belajar bagaimana cara
mengelola kelas dengan efektif dan mengelola pengajaran dengan aktif
agar tercapai tujuan-tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Sangat disayangkan sampai sekarang masih banyak kita jumpai
sekolah-sekolah yang belum melaksanakan manajemen kelas dengan baik.
Masih banyak pula guru-guru yang dalam pelaksanaan pengajaran belum
bisa menghidupkan suasana kelas, khususnya pengajaran PAI. Guru PAI
masih sering menggunakan metode yang monoton dalam mengajar tanpa
membubuhi kegiatan yang memacu keaktifan siswa. Misalnya metode
ceramah, siswa hanya dituntut untuk mendengarkan penjelasan guru yang
menyebabkan siswa merasa bosan. Dengan demikian siswa tidak akan
memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru akibatnya tujuan
pembelajaran tidak dapat tercapai.
Kalaupun ada sekolah yang telah menerapkan manajemen kelas,
itu hanya sebagian kecil dari guru-guru yang ada di sekolah tersebut. Hal
itu
disebabkan
kurangnya
pemahaman
guru
tentang
pentingnya
manajemen kelas dalam pencapaian prestasi siswa serta pencapaian
keberhasilan pembelajaran.
Survei awal peneliti, implementasi classroom management belum
dilaksanakan secara maksimal oleh guru PAI di SMP ISLAM AL-AZHAR
18 Salatiga. Untuk mengetahui penerapan manajemen kelas lebih lanjut
maka dapat diketahui melalui penelitian ini. Berangkat dari persoalan di
atas maka peneliti mengangkat judul IMPLEMENTASI CLASSROOM
MANAGEMENT UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS AKTIF
PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AAZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2015.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman guru tentang classroom management untuk
mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi
siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015?
2. Bagaimana cara guru dalam melaksanakan classroom management
untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI
bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015?
3. Apa
kesulitan/hambatan
guru
dalam
pelaksanaan
classroom
management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses
pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga
tahun 2015?
4. Bagaimana solusinya dalam pelaksanaan classroom management
untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI
bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pemahaman guru tentang classroom management untuk
mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi
siswa di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015.
2. Mengetahui cara guru dalam melaksanakan classroom manajement
untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI
bagi siswa di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015.
3. Mengetahui kesulitan/hambatan guru dalam pelaksanaan classroom
management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses
pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga
tahun 2015.
4. Mengetahui solusinya dalam pelaksanaan classroom management
untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI
bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Teoritis
Sebagai pengembangan disiplin ilmu, berupa penyajian informasi
ilmiah dalam classroom management untuk mewujudkan suasana
kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM ALAZHAR 18 Salatiga tahun 2015, mulai dari pemahaman guru
mengenai
clasroom
management,
cara
pelaksanaan,
kesulitan/hambatan, dan solusi dalam pelaksanaannya.
2. Praktis
Bagi pihak sekolah sebagai bahan masukan dalam memfasilitasi
pelaksanaan manajemen kelas. Bagi guru, khususnya guru PAI sebagai
bahan
pertimbangan
untuk
lebih
meningkatkan
pelaksanaan
manajemen kelas dan menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya
manajemen kelas bagi pencapaian tujuan pembelajaran.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari adanya kemungkinan penafsiran yang salah
tentang istilah yang digunakan dalam judul skripsi penelitian ini, maka
perlu dikemukakan batasan dan penjelasan judul sebagai berikut:
1. Implementasi/penerapan
Menurut para ahli implementasi adalah suatu tindakan atau
pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang
dan
terperinci.
http://el-kawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-
implementasi-menurut-para ahli.html.
2. Classroom/kelas
Kelas menurut Hamalik dalam Martinis (2009: 34) adalah
sekelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang
mendapat pengajaran dari guru.
3. Management/pengelolaan
Adalah sebagai proses merencanakan, mengorganisasi, memimpin
dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar
tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien (Martinis, 2009: 2).
4. Susana aktif
Peserta
didik
aktif
secara
fisik
dan
mental
dalam
hal
mengemukakan penalaran (alasan), menemukan kaitan yang satu
dengan yang lain, mengkomunikasikan ide/gagasan, mengemukakan
bentuk repressentasi yang tepat, dan menggunakan semua itu untuk
memecahkan masalah saat proses pembelajaran (Lif Khoiru Ahmadi &
Sofan Amri, 2011: 30).
5. Pembelajaran PAI
Menurut Asep Jihad & Abdul Haris, (2008: 11) dalam Martinis
(2009: 123) pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari
kombinasi dua aspek yaitu belajar (tertuju kepada apa yang harus
dilakukan siswa) dan mengajar (berorientasi pada aspek yang harus
dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran).
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi
antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam
rangka perubahan sikap. Dalam penelitian ini proses pembelajaran
yang dimaksud yaitu pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam
yang meliputi semua standar materi yaitu (Al-Qur’an, keimanan,
akhlak, fiqih/ibadah dan tarikh), dam materi lain yang relevan dan
dianggap menunjang pembelajaran PAI (Depag (2004) dalam Abdul
Majid, 2008: 134).
6. Implementasi classroom management untuk mewujudkan suasana
kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI
Paparan di atas dapat dipahami bahwa implementasi classroom
management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses
pembelajaran PAI adalah pelaksanaan pengelolaan kelas untuk
menciptakan suasana kelas yang kondusif agar proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
dapat berjalan efektif sehingga tercapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Untuk
mendapatkan
pemahaman
yang
substantif
terhadap
permasalahan implementasi classroom management di SMP ISLAM
AL-AZHAR 18 Salatiga, maka jenis penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis /lisan dari orangorang & perilaku yg diamati. Penelitian ini menuntut peneliti agar
secara fisik mendatangi orang, kelompok, masyarakat, setting, tempat
(field) agar dapat merekam fenomena yang sebenarnya dalam setting
alamiah.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi
kasus, studi kasus adalah suatu penelitian kualitatif yang berusaha
menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian
dan pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi
(Emzir, 2011: 20). Studi kasus bertujuan untuk melengkapi deskripsi
detail yang kaya tentang situasi, untuk menangkap kompleksitas penuh
dan keunikan dari informasi kasus tersebut.
2. Kehadiran Peneliti
Penelitian kualitatif menun tut peneliti berperan sebagai instrumen
utama, dari itu kehadiran peneliti di lapangan mutlak dibutuhkan.
Adapun tujuan peneliti di lapangan yaitu untuk mengamati secara
langsung keadaan, kegiatan, dan venomena yang berlangsung sehingga
peneliti memperoleh data-data yang valid dan objektif terhadap apa
yang diteliti.
Jadi dalam penelitian ini, instrumen penelitian adalah peneliti itu
sendiri,
sedangkan
pendukung/pelengkap.
instrumen-instrumen
yang
lain
merupakan
Maksudnya, data sangat bergantung pada
validitas peneliti dalam melakukan pengamatan dan eksplorasi lansung
ke lokasi penelitian (Afifuddin & Saebandi, 2009: 125).
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP ISLAM AL-AZHAR 18
Salatiga Tahun 2015. Subjeknya adalah guru pengampu mata pelajaran
PAI. Waktu penelitian dimulai bulan Agustus sampai dengan selesai
guna memperoleh data yang dibutuhkan.
4. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi berbagai
macam data yang berhubungan dengan implementasi classroom
management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses
pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga.
Menurut Afifuddin & Saebandi (2009: 118) dalam penelitian kualitatif
peneliti sebagai instrumen utama atau sumber data primer yang utama
dan yang paling penting, sedangkan naskah dan dokumen hanya
dipandang
sebagai
sumber
data
sekunder
yang
memperkuat
permasalahan yang diteliti.
Data primer dalam penelitian ini meliputi hasil wawancara, hasil
observasi dan hasil dokumentasi yang diperoleh melalui pengamatan
penulis.
Sedangkan
data
sekunder
yaitu
data
yang
diperolah/dikumpulkan peneliti (naskah dan dokumen) yang pada
penelitian ini meliputi: 1) kondisi umum SMP ISLAM AL-AZHAR 18
Salatiga, 2) profil sekolah, 3) kurikulum sekolah.
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode Interview
Interview/wawancara dapat didefinisikan sebagai interaksi
bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling
berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara
meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang
berputar disekitar pendapat dan keyakinannya (Hasan dan
Garabiyah1 dalam Emzir, 2011: 50).
Peneliti melakukan wawancara secara mendalam terhadap
informan yang menjadi objek penelitian yaitu guru pengampu mata
pelajaran PAI dengan menggunakan pedoman wawancara dan alat
perekam. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi
yang ada hubungannya dengan persoalan yang akan diteliti, yaitu
pemahaman guru mengenai implementasi classroom management,
bagaimana pelaksanaannya, apa kesulitan/hambatan serta solusi
dalam mengatasi kesulitan/hambatan tersebut untuk mewujudkan
suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa
SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Slatiga tahun 2015.
b. Metode Observasi
Menurut Nawawi & Martini dalam Saebani (2009: 134)
observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejalagajala dalam objek penelitian.
Observasi dibutuhkan untuk memahami proses terjadinya
wawancara
dan
hasil
wawancara
dapat
dipahami
dalam
konteksnya. Onservasi dilakukan terhadap subjek, perilaku subjek
selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti, dan hal-hal
yang dianggap relevan sehingga dapat menberikan data tambahan
terhadap hasil wawancara (Afifuddin & Saebandi, 2009: 134).
Pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti,
memudahkan
mengetahui
peneliti
secara
dalam
memperoleh
detail
tentang
informasi
dan
bagaimana
penerapan/pelaksanaan classroom management yang di praktekkan
oleh guru dalam mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses
pembelajaran PAI di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun
2015.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulkan data
dengan menjajagi buku-buku atau sumber tertulis yang memuat
bagian-bagian penting dan berkaitan erat dengan penlitian
(Darmawan, 2013: 164).
sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mendapatkan
informasi dalam penelitian ini diantaranya buku-buku dan
beberapa literatur yang berkaitan dengan penerapan manajemen
kelas, arsip sekolah, foto, dan sebagainya.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
didasarkan oleh data (Afifuddin & Saebandi, 2009: 145).
Penelitian ini menggunakan metode induktif untuk menarik suatu
kesimpulan terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang
telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi
yang bisa digeneralisasikan (ditarik kearah kesimpulan umum), maka
jelas metode induktif ini untuk menilai fakta-fakta empiris yang
ditemukan lalu dicocokan dengan teori-teori yang ada. Mengenai data
yang telah terkumpul digunakan dua langkah dalam menganalisis data
diantaranya:
a. Persiapan
Persiapan kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu:
1) Mengenai nama dan kelengkapan interview dan bendabenda
yang merupakan
sumber
data
yang telah
dikumpulkan.
2) Mengecek kelengkapan data, yakni memeriksa isi
instrumen pengumpul data dan isian-asian data yang
terkumpul dari sumber informasi penelitian. Termasuk
didalamnya tentang tanggal pengutipan data, tanggal
interview dan tanggal dilakukan observasi.
b. Penerapan
Penerapan yang digunakan adalah penerapaan yang sesuai
dengan penerapan kualitatif, yakni lebih cenderung menggunakan
analisa induktif yang berangkat dari khusus ke umum. Penerapan
yang dimaksud ialah mengungkapkan proses pemahaman guru,
mengetahui pelaksanaan guru, mengatahui kesulitan/hambatan
guru dan mengetahui solusinya dalam pelaksanaan manajemen
kelas untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses
pembelajaran PAI bagi siswa di SMP N 3 Salatiga tahun 2015.
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Setiap penelitian harus dapat dipertanggungjawabkan kebenaran
hasilnya. Hasil penelitian kualitatif adalah kredibel atau dapat
dipercaya dari perspektif partisipan, karena dari perspektif ini tujuan
penelitian kualitatif adalah untuk mendeskripsikan atau memahami
fenomena yang menarik perhatian dari sudut pandang partisipan.
Strategi
untuk
meningkatkan
kredibilitas
data
meliputi
perpanjangan pengamatan, ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi
teman sejawat, analisis kasus negatif, dan memberchecking (Emzir,
2011: 80).
Untuk menunjukkan kredibilitas dalam penelitian ini, peneliti
memilih dua teknik utama yaitu:
1) Teknik triangulasi, Triangulasi adalah proses penguatan bukti dari
individu-individu yang berbeda (Emzir, 2011: 82). Dalam hal ini
peneliti akan membandingkan hasil temuan data dari informan
(guru PAI) yang satu dengan informan yang lain di tempat dan
waktu yang berbeda, ataupun membandingkan hasil temuan data
dati interview dengan observasi. Hal ini akan menjamin bahwa
studi akan menjadi akurat karena informasi berasal dari berbagai
sumber.
2) Teknik pembahasan teman sejawat melalui diskusi, hasil analisis
sementara akan selalu dikonfirmasikan dengan data atau informasi
baru yang diperoleh dari sumber yang lain. Prosedur ini juga akan
dilakukan dengan metode yang berbeda, misalnya observasi,
wawancara dan dokumentasi. Hasil dari berbagai sumber data
tersebut yakni data tentang implementasi classroom management
di SMP N 3 Salatiga tahun 2015.
8. Tahap-tahap Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian terdapat empat tahap diantaranya:
tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis
data, dan tahap penulisan laporan.
Dalam penelitian ini tahap-tahap yang ditempuh adalah sebagai
berikut:
a. Tahap sebelum ke lapangan: meliputi kegiatan menentukan fokus,
penyesuaian paradikma dengan teori, penjajakan alat peneliti,
mencakup observasi lapangan dan permohonan izin kepada pihak
yang dijadikan subjek penelitian, konsultasi fokus penelitian dan
menyusun usulan penelitian.
b. Tahap pekarjaan lapangan: mengumpulkan bahan-bahan yang
berkaitan dengan implementasi classroom management di SMP N
3 Salatiga tahun 2015. Data tersebut diperoleh melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat bagaimana
implementasi classroom management di SMP N 3 Salatiga tahun
2015 apakah sudah terlaksana secara maksimal, sedang/cukup atau
kurang.
c. Tahap analisis data: meliputi analisis data baik yang diperoleh
melalui observasi, dokumentasi maupun wawancara mendalam
dengan guru pengampu mata pelajaran PAI kelas VII dan VIII.
Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks
permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan
keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat
dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai
dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan
proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang
sedang diteliti.
d. Tahap penulisan laporan: merupakan kegiatan penyusunan hasil
penelitian dari semua rangkaian penyusunan data sampai
pemberian makna data. Kemudian melakukan konsultasi dengan
dosen pembimbing untuk mendapat perbaikan dan saran-saran
demi kesempurnaan skripsi. kemudian hasil bimbingan tersebut
ditindak lanjuti dengan penulisan skripsi yang sempurna. Langkah
terakhir mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk
ujian skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penyusunan skripsi, penulis mencoba
membaginya menjadi V bab.
BAB I
: Bab pertama merupakan pendahuluan yang di dalamnya
berisi tentang: Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah,
Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II
: Bab kedua merupakan Kajian Pustaka dan Kerangka
Berfikir terdiri dari classroom management, suasana kelas
aktif, pengajaran PAI dan classroom management untuk
mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses
pembelajaran PAI.
BAB III
: Bab ketiga merupakan Paparan Hasil Penelitian berisi
tentang classroom management, gambaran umun SMP
ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga Tahun 2015 (letak
geografis, subjek penelitian, visi dan misi, profil sekolah).
BAB IV
: Bab keempat merupakan Pembahasan Hasil Penelitian
berisi konsep pemahaman guru tentang implementasi
classroom management di SMP ISLAM AL-AZHAR 18
Salatiga tahun 2015, cara guru dalam melaksanakan
classroom management di SMP ISLAM AL-AZHAR 18
Salatiga tahun 2015, kesulitan/hambatan guru dalam
pelaksanaan classroom management di SMP ISLAM ALAZHAR 18 Salatiga tahun 2015, dan sosusinya dalam
pelaksanaan classroom management di SMP ISLAM ALAZHAR 18 Salatiga tahaun 2015.
BAB V
: Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan
dan saran-saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Classroom Management
Setiap proses kegiatan belajar mengajar dibutuhkan pengelolaan
kelas yang baik agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif
serta tujuan pembelajaran dapat dicapai. Dapat dikatakan pengelolaan
kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses
belajar mengajar yang efektif, karena apabila guru dapat mengkondisikan
kelas dengan baik maka proses pembelajaran akan berjalan lancar.
Tentunya guru terlebih dulu harus memahami apa yang dimaksud dengan
manajemen kelas.
Manajemen kelas berasal dari dua kata, yaitu manajemen dan
kelas. manajemen dari kata management yang diterjemahkan pula menjadi
pengelolaan, memiliki arti proses penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran. Sedangkan
pengelolaan adalah proses yang
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
dan pencapaian tujuan (Mulyadi, 2009: 2).
Menurut Manulang dan Swardi dalam Martinis & Maisah (2009:
34) mengartikan manajemen sebagai seni dan ilmu perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan dari pada
sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Kelas menurut Hamalik adalah sekelompok orang yang melakukan
kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru. Sementara
Suharsimi menyebutkan bahwa kelas berarti sekelomok siswa dalam
waktu yang sama menerima pelejaran dari guru yang sama.
Menurut Mulyadi (2009: 2) manajemen kelas mengacu kepada
penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam
kelas tersebut untuk dapat belajar dengan efektif.
Menurut Djamarah & Zaini dalam Swardi (2008: 108) secara
sederhana pengelolaan kelas berarti kegiatan pengeturan kelas untuk
kepentingan pengajaran. Sedangkan menurut Mulyasa (2007: 91)
pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi ganguan
dalam pembelajaran (Martinis & Maisah, 2009: 34).
Sebagai pemberian dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya
proses belajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjuk kepada
pengaturan orang (dalam hal ini terutama peserta didik) maupun
pengaturan fasilitas. Fasilitas di sini mencakup pengertian yang luas mulai
dari ventilasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan
progam belajar mengajar yang tepat, termasuk penggunaan perangkat
lunak sebagai media pembelajaran.
1. Fungsi Manajemen Kelas
Selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya
kondisi kelas yang optimal, manajemen kelas berfungsi:
a. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas,
misalnya:
membantu
pembentukan
kelompok,
membantu
kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu
individu
agar
dapat
bekerjasama
dengan
kelompok/kelas,
membantu prosedur kerja dan mengubah kondisi kelas.
b. Memelihara agar tugas itu dapat berjalan dengan lancar.
2. Tujuan Manajemen Kelas
Sedangkan tujuan manajemen kelas adalah:
a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas sebagai lingkungan
pembelajaran
yang
memungkinkan
peserta
didik
untuk
mengembangkan kemampuan mereka semaksimal mungkin.
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terwujudnya interaksi pembelajaran.
c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta media pembelajaran
yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai
dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual mereka
dalam kelas.
d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang
sosial, ekonomi, budaya dan sifat-sifat individunya.
John W. Santrock (2004) dalam Mulyadi (2009: 5) berpendapat
manajemen
kelas
yang
efektif
bertujuan
membantu
siswa
menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi
waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan pembelajaran
dan mencegah siswa mengalami problem akademik dan emosional.
3. Beberapa Pendekatan dalam Manajemen Kelas
a. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (Behavior
Modivicatian Approach)
Pendekatan manajemen kelas berdasarkan perubahan tingkah
laku bertolak dari sudut pandang psikologi behavioral yang
mengemukakan asumsi sebagai berikut:
1) Semua tingkah laku yang baik dari yang kurang baik
merupakan hasil proses belajar.
2) Dalam proses belajar terdapat proses psikologis yang
fundamental berupa penguat positif (positive reinforcement),
hukuman (punishment), penghapusan (extinction) dan penguat
negatif (negative reinforcement) (Hadari Nawawi, 2002 dalam
Mulyadi, 2009: 35).
Dalam hal ini tugas guru adalah menguasai dan
menerapkan keempat proses diatas yang terbukti merupakan
pengontrol tingkah laku manusia, berikut penjelasannya:
a) Penguat positif (positive reinforcement)/penghargaan
Penguat adalah respons rhadap ttingkah laku yang
dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali
tingkah laku tersebut. Pemberian penguat dalam kelas akan
mendorong siswa meningkatkan usahanya dalam kegiatan
belajar mengajar dan mengembangkan hasil belajar.
Adapun komponen-komponen yang harus dipahami
dan haarus dikuasai penggunaannya oleh guru agar dapat
memberikan penguat secara bijaksana adalah sebagai
berikut:
(1) Penguat verbal, yaitu pemguat berupa kata-kata pujian,
pengakuan,
dorongan
yang
dipergunakan
untuk
menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa.
(2) Penguat non verbal, yaitu penguat berupa mimik dan
gerakan badan, penguat dengan cara mendekati,
penguat dengan bentukan, penguat dengan kegiatan
yang menyenangkan dan penguat berupa simbol atau
benda.
b) Hukuman
Hukuman
digunakan
untuk
mengurangi
atau
meniadakan tingkah laku siswa yang menyimpang.
Penggunaan hukuman secara bijaksana terhadap hal-hal
tertentu secara terbas dapat menimbulkan akibat yang baik
secara cepat (segera), tetapi guru harus hati-hati mencatat
akibat-akibat sampingan dari hukuman itu.
Dalam menggunakan hukuman sebagai suatu upaya
pendidikan
guru
harus
memahami
dan
mengenali
keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman. Dalam
bimbingan ini Edward Lee Thorndike (dalam Mulyadi,
2004) memberi beberapa saran untuk mengurangi dan
memperbaiki akibat negatif dari hukuman, saran-saran
tersebut antara lain:
(1) Memberi hukuman hendaknya diketahui dengan pasti
bahwa
hukuman
itu
ada
hubungannya
dengan
pelanggaran.
(2) Adalah lebih baik mencegah hukuman dari pada
memberi hukuman.
(3) Melakukan hukuman lebih buruk dari pada memneri
ganjaran kepada anak yang berkelakuan baik.
Guru harus menyadari bahwa hukuman tidak boleh
diberikan dalam keadaan marah, sebagai pembalasan
dendam, dan hukuman yang diberikan akan berdampak
positif terhadap perubahan tingkah laku siswa.
c) Penghapusan (extinction)
Penghapusan
adalah
menahan
(tidak
lagi
memberikan) ganjaran yang diharapkan akan diberikan
seperti yang sudah-sudah. Hal ini akan mengakibatkan
penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat
penguat.
Misalnya, guru selalu memberikan pujian pada
salah satu siswa yang selalu mengemukakan pendapatnya
di kelas, suatu hari saat siswa mengemukakan pendapatnya
guru tidak lagi memberikan pujian seperti yang diharapkan
siswa sebelumnya. Pada kesempatan berikutnya siswa
menjadi malas untuk mengemukakan pendapatnya lagi.
d) Penguat negatif (negative reinforcement)
Yang dimaksud penguat negatif adalah peniadaan
perangsang yang tidak mengenakkan (hukuman) setelah
ditampilkannya suatu tingkah laku yang mengakibatkan
menurunnya frekuensi tingkah laku yang dimaksud.
Misalnya, guru selalu menegur salah satu siswa
yang suka membuat gaduh suasana kelas, walaupun sudah
ditegur berulang-ulang tapi siswa tersebut tetap saja gaduh.
Suatu ketika siswa tersebut lebih sedikit diam dari
biasanya, guru tidak menegur dan tidak berkomentar
apapun,
selanjutnya
siswa
tersebut
menjadi
lebih
memperhatikan dan tidak berbuat gaduh lagi.
b. Pendekatan Iklim Sosio Emosional (Socio Emosional Climate
Approach)
Pendekatan iklim sosio emosional dalam manajemen kelas
berdasarkan pada pandangan psikologi klinis dan konseling
(penyuluhan). Untuk itu terdapat dua asumsi pokok yang
dipergunakan dalam manajemen kelas sebagai berikut:
1) Iklim sosial dan emosional yang baik dalam arti terdapat
hubungan inter personal yang harmonis antar guru dengan
guru, guru dengan siswa dan siswa dengan siswa merupakan
kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar
mengajar yang efektif.
Asumsi ini mengharuskan guru kelas berusaha menyusun
program kelas dan pelaksanaannya yang didasari oleh sikap
saling menghargai dan saling menghormati antar personal di
kelas. setiap siswa diberi kesempatan untuk ikut serta dalm
kegiatan kelas sesuai dengan kemampuannya masing-masing,
sehingga timbul suasana sosial emosional yang menyenangkan
pada siswa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
masing-masing.
2)
Iklim sosial dan emosional yang baik menurut
Nawawi dalam Mulyadi (2009: 46) tergantung pada guru dalam
usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang
didasari dengan hubbungan yang manusiawi yang efektif.
Asumsi kedua menunjukkan bahwa dalam manajemen kelas
guru harus berusaha mendorong guru-guru lain agar mampu
dan bersedia mewujudkan hubungan yang penuh saling
pengertian, hormat dan menhormati dan saling menghargai.
Selain itu guru harus bersedia mendengar kritik, saran dan
pendapat dari siswa sehingga manajemen kelas berlangsung
dinamis.
c. Pendekatan Proses Kelompok (Group Process Approach)
Dasar dari pendekatan ini adalah psikologi sosial dan dinamika
kelompok yang menmgemukakan dua asumsi sebagai berikut:
1) Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks sosial.
Guru dalam manajemen kelas harus selalu mengutamakan
keggiatan yang dapat mengikutsertakan seluruh personal di
kelas, kegiatan kelas harus diarahkan pada kepentingan
bersama dan sedikit mungkin kegiatan yang bersifat individual.
2) Tugas guru yang terutama dalam manajemen kelas adalah
pembinaan dan memelihara kelompok yang produktif dan
efektif (T. Raka Joni, 1989 dalam Mulyadi, 2009: 55).
Guru harus mampu mmembentuk dan mengaktifkan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar. Proses belajar dalam
kelompok harus dilaksanakan secara efektif agar hasilnya lebih
baik dari pada siswa belajar sendiri-sendiri.
Adapun pandangan Richard A. Schmuck dan Patricia A.
Schmuck berhubungan dengan pendekatan proses kelompok ada
enem unsur yang mmenyangkut manajemen kelas yaitu: a)
Harapan, b) Kepemimpinan, c) Kemenarikan, d) Norma, e)
komunikasi, f) keeratan.
4. Faktor-Faktor Penghambat Manajemen Kelas
Dalam pelaksanaan manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor
penghambat, yaitu:
a. Faktor guru
Dalam manajemen kelas, guru pun dapat merupakan faktor
penghambat dalam melaksanakan penciptaan suasana yang
menguntungkan
dalam
proses
belajar
mengajar.
Faktor
penghambat yang datang dari guru dapat berupa:
1) Tipe kepemimpinan guru yang otoriter
Tipe kepemimpinan guru dalam mengelola proses belajar
mengajar
yang
otoriter
dan
kurang
demokratis
akan
menumbuhkan sikap agresif atau pasif dari murid-murid.
2) Format belajar mengajar yang monoton
Format balajar mengajar yang monoton akan menimbulkan
kebosanan bagi siswa, format belajar yang tidak bervariasi
dapat menyebabkan para siswa bosan, kecewa, frustasi dan hal
ini merupakan sumber pelanggaran disiplin. Karena dalam
situasi tersebut para siswa akan mengalihkan rasa bosan dengan
kegiatan-kegiatan yang negatif seperti melawak dalam kelas.
Sebaliknya, format belajar yang bervariasi merupakan
kunci manajemen kelas untuk menghindari kejenuhan serta
pengulangan-pengulangan
aktivitas
yang
menyebabkan
menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa.
3) Kepribadian guru
Seorang guru yang berhasil dituntut untuk besikap adil,
hangat, objektif dan fleksibel sehingga terbina suasana
emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.
Sekiap yang bertentangan dengan kepribadian tersebut akan
menimbulkan masalah manajemen bagi siswa.
4) Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku
siswa dan latar belakangnya
Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru
dengan sengaja memahami siswa dan latar belakangnya,
mungkin karena tidak tahu caranya ataupun karena beban
mengajar guru yanh di luar batas kemampuannya yang wajar.
5) Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah manajemen
dan pendekatan manajemen baik yang sifatnya teoritis maupun
pengalaman praktis
Untuk mengatasi masalah ini, salah satu cara yabg
disarankan adalah mendiskusikan masalah ini dengan para
kolega, diharapkan dengan cara ini dapat membantu mereka
dalam meningkatkan keterampilan manajemen proses belajar
mengajar.
b. Faktor siswa
Setiap siswa harus memiliki perasaan diterima terhadap
kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kelas.
perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggung jawab
terhadap
kelas
yang
secara
langsung
berpengaruh
pertumbuhan dan perkembangan masing-masing.
pada
Setiap siswa harus mengetahui hak-hak dan kewajibannya
sebagai anggota kelas dan menghormati hak-hak siswa lain.
Kekurangsadaran siswa dalam memenuhi tugas dan hak-haknya
sebagai anggota satu kelas atau satu sekolah dapat menjadi faktor
masalah manajemen kelas. Pembiasaan yang baik di sekolah dalam
bentuk tata tertib sekolah yang disetujui dan diterima bersama oleh
sekolah dan siswa penuh kesadaran akan membawa siswa menjadi
tertib.
c. Faktor keluarga
Keluarga
merupakan
pendidik
yang
pertama
yang
mempengaruhi tingkah laku dan kepribadian anak. Pada masa
sebelum sekolah orang tua lah yang menjadi pendidik. Segala
bentuk perilaku siswa di kelas merupakan cerminan bagaiman
perilakunya di rumah. Dari itu dibutuhkan kerjasama antara
keluarga dan pihak sekolah dalam mengatasi perilaku siswa agar
terdapat keselarasan antara situasi dan tuntutan dalam lingkungan
keluarga dengan situasi dan tuntutan di kelas atau sekolah.
d. Faktor fasilitas
Fasilitas merupakan penunjang pembelajaran, fasilitas tersebut
meliputi besar kelas, besar ruangan kelas dan ketersediaan alat
belajar. Semua itu harus di sesuaikan dengan kondisi siswa,
misalnya banyak siswa harus disesuaikan dengan besar ruangan
kelas atau jumlah buku pelajaran harus sama dengan banyak siswa.
Jika antara semua itu tidak berjalan dengan sinkron maka akan
menimbulkan masalah dalam manajemen kelas.
B. Suasana Kelas Aktif
Suasana kelas yang aktif ditunjukkan dari bagaimana aktivitas
siswa di dalam kelas saat mengikuti pembelajaran. Sebagai seorang
pendidik tentu mengharapkan terciptanya suasana kelas yang hidup saat
proses pembelajaran, terlihat dari adanya interaksi antara pendidik dengan
siswa dan antara siswa satu dengan yang lain. Dapat dibayangkan apabila
saat proses pembelajaran tidak ada interaksi/aktivitas yang bararti di dalam
kelas, siswa hanya duduk dan mendengarkan guru berbicara di depan kelas
tentu hal tersebut sangat membosankan. Sebaliknya, apabila tercipta
suasana yang aktif dalam kelas saat proses pembelajaran maka siswa akan
merasa senang dan rileks dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut.
Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian
besar pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan otak mereka,
mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan
menerapkan apa yang mereka pelajari.
Pembelajaran Aktif berarti peserta didik aktif secara fisik dan
mental dalam hal mengemukakan penalaran (alasan), menemukan kaitan
yang
satu
dengan
yang
lain,
mengkomunikasikan
ide/gagasan,
mengemukakan bentuk representasi yang tepat, dan menggunakan semua
itu untuk memecahkan masalan (Ahmadi & Amri, 2011: 30).
Perlunya diadakan kegiatan belajar yang aktif untuk mempelajari
sesuatu dengan baik. Belajar aktif membantu untuk mendengarkannya,
melihatnya, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu dan
mendiskusikannya dengan yang lain.
Proses belajar dapat dikatakan aktif apabila mengandung hal-hal di
bawah ini:
1. Komitmen (keterlekatan pada tugas), berarti materi, metode, dan
strategi pembelajaran bermanfaat untuk siswa, sesuai dengan
kebutuhan siswa (relevant).
2. Tanggung jawab, merupakan suatu proses belajar yang memberi
wewenang pada siswa untuk kritis, guru lebih banyak mendengar dari
pada bicara, menghormat ide-ide siswa, memberi pilihan dan memberi
kesempatan pada siswa untuk memutuskan sendiri.
3. Motivasi
intrinsik
dan
motivasi
ekstrinsik,
dengan
lebih
mengembangkan motivasi intrinsik siswa agar proses belajar yang
ditekuninya muncul berdasarkan minat dan inisiatif sendiri bukan
karena dorongan lingkungan atau orang lain. Motivasi belajar siswa
akan meningkat karena ditunjang oleh pendekatan belajar yang
dilakukan guru lebih dipusatkan kepada siswa.
Agar tercipta keaktifan siswa saat peoses pembelajaran maka guru
perlu merencanakan tugas dan alat belajar yang menantang, pemberian
umpan balik, belajar kelompok dan penyediaan program penilaian yang
memungkinkan
semua
siswa
mampu
unjuk
kemampuan
atau
mendemonstrasikan kinerja sebagai hasil belajar. Dalam pengelolaan
kegiatan pembelajaran guru juga perlu memiliki kemampuan merancang
pertanyaan produktif dan mampu menyajikan pertanyaan sehingga
memungkinkan semua siswa terlibat baik secara mental maupun secara
fisik.
Sedikitnya ada empat strategi yang perlu dikuasai guru dalam
pengelolaan kegiatan pembelajaran dalam memacu keaktifan siswa yaitu:
a. Tersedianya
pertanyaan
yang
mendorong
siswa
berfikir
dan
berproduksi.
Salah satu tujuan mengajar adalah mengembangkan potensi siswa
untuk berfikir, melalui proses bertanya akan merangsang siswa
menggunakan gagasan sendiri dalam menjawabnya. Jenis pertanyaan
yang dimaksud antara lain pertanyaan produktif, terbuka, dan
imajinatif.
Di bawah ini merupakan contoh pertanyaan yang dapat merangsang
berfikir anak:
Tabel 2.1 Pertanyaan yang mendorong siswa berfikir dan
berproduksi
Kategori
Arti
Contoh
Pertanyaan
Terbuka
Pertanyaan yang memiliki Mengapa
lebih dari satu jawaban Muhammad
Nabi
ketakutan
benar.
Produktif
saat berada di Gua Hira?
Pertanyaan
dapat
yang
dijawab
pengamatan,
hanya Bagaimanakah
cara
melalui bertayyamum yang benar
percobaan, itu?
atau penyelidikan.
Imajinatif
Interpretatif
pertanyaan Diperlihatkan anak yang
yang jawabannya di luar sedang
memandangi
benda/gambar/kejadian
gambar Ka’bah kemudian
yang diamati.
guru
mengajukan
pertanyaan.
Apa
yang
sedang dipikirkan anak
tersebut? (maka jawaban
siswa akan bervariasi).
Selain siswa yang bertanya, guru juga perlu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Hal itu dapat menumbuhkan
motivasi, menarik perhatian dan mengkondisikan siswa.
Di bawah ini merupakan manfaat pertanyaan yang diajukan guru,
diantaranya:
1) Mengarahkan konsentrasi siswa: ketika pertanyaan diajukan dapat
memotivasi siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Artinya
pikiran siswa telah terfokus terhadap pertanyaan dan inderanya
tidak lagi disibukkan dengan hal-hal lain.
2) Terjadi interaksi yang seimbang antara guru dengan siswa:
pertanyaan dapat menjadikan siswa merasa tertantang, ini yang
disebut
dengan
kompetisi
untuk
mendapatkan
informasi/pengetahuan.
3) Mengajukan pertanyaan dapat mencapai tiga tujuan moral dan
edukasi, yaitu: kogmitif, emosi dan kinetik.
4) Pertanyaan dapat lebih menonjolkan informasi/pengetahuan ynag
lebih menarik.
5) Pengejaran
langsung
sekaligus
cepat
dalam
mendapatkan
pengetahuan: dapat membuat rangsangan bagi siswa, sehingga
siswa
begitu antusias untuk mengetahui jawabannya sebelum
meninggalkan kelas.
b. Menyediakan umpan balik yang bermakna.
Umpan balik adalah respon/reaksi guru terhadap perilaku siswa.
Apa yang dilakukan guru ketika siswa bertanya, ketika siswa
berpendapat, ketika siswa menunjukkan hasil kerja, ketika siswa
membuat kesalahan.
Umpan balik yang baik adalah respon guru yang bersifat tidak
memvonis (salah, bukan, tidak, baik atau betul). Umpan balik yang
bersifat memvonis menjadikan siswa tergantung pada guru, sedangkan
umpan balik yang tidak memvonis membuat siswa merasa dihargai,
dapat befikir, dan bertanggung jawab untuk menilai mutu gagasan
sendiri.
Tabel 2.2 Contoh umpan balik yang tidak memvonis
Perilaku Siswa
Umpan Balik dari Guru
Bertanya:”pak, apakah berbohong Bertanya balik:“menurut ananda
itu membatalkan puasa?”
Memberi
bagaimana?”
pendapat:”berbohong Bertanya:”mengapa
tidak membatalkan puasa?”
ananda
berpendapat seperti itu? coba
jelaskan!”.
“Argumen ananda sangat logis,
Beragumentasi
bagaimana pendapat teman-teman
ananda?”
c. Belajar secara kelompok.
Salah satu cara mengaktifkan siswa adalah melalui belajar
kelompok, melalui belajar kelompok siswa akan terlatih untuk
mengemukakan pendapat terhadap persoalan yang didiskusikan. Selain
itu siswa akan terlatih terampil bekerjasama dan mandiri dalam
mengembangkan pemikiran untuk memecahkan suatu masalah.
d. Menyediakan penilaian yang memberi peluang semua siswa mampu
melakukan unjuk perbuatan.
Menilai adalah mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar
siswa, tentang apa yang sudah dikuasai dan belum dikuasai siswa.
Informasi
tersebut
diperlikan
agar
guru
dapat
menentukan
tugas/kegiatan atau bantuan apa yang harus diberikan berikutnya
kepada siswa agar pengetahuan, kemampuan, dan sikap mereka lebih
berkembang. Oleh karena itu penilaian sebaiknya dilakukan secara
alami dalam konteks guru mengajar dan siswa belajar, tidak diadakan
secara khusus dalam waktu yang khusus terpisah dari kegiatan belajar
mengajar, seperti tes.
C. Pembelajaran Pai
Belajar pada hakikatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan
perubahan tingkah laku pada individu yang belajar. Menurut Jihad & Haris
dalam Martinis (2009: 123) pembelajaran merupakan suatu proses yang
terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu belajar (tertuju kepada apa yang
harus dilakukan siswa) dan mengajar (berorientasi pada aspek yang harus
dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran). Dengan kata lain
pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara
peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka
perubahan sikap.
Belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: bahan yang
dipelajari, instrumen, lingkungan dan kondisi individu siswa. Sedangkan
mengajar pada hakikatnya adalah membantu siswa memperoleh informasi,
ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan
dirinya dan cara-cara belajar bagaimana belajar (Jayce, Weil dan Shire,
dalam Abdul Majid (2008: 225).
Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan utama dari kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas adalah agar murid dapat menguasai bahan-bahan
belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu guru
melakukan bernagai upaya mulai dari penyususnan rencana pelajaran,
menggunakan srategi belajar mengajar yang relevan, dan sebagainya.
Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa setelah kegiatan belajar
mengajar berakhir masih saja ada murid yang tidak menguasai materi
pelajaran dengan baik sebagimana tercermin dalam nilai atau hasil belajar.
Hal itu terjadi khususnya pada pembelajaran PAI. Pelajaran PAI
tidak sesederhana dalam proses penyampaiannya, tetapi lebih jauh dari itu,
fungsi dan peran PAI sampai pada pembentukan akhlak karimah dan
kepribadian seutuhnya (kaffah). Maka pembelajaran PAI memerlukan
model-model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan isi dan hasil yang
diharapkan. Dan perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang menyokong
pembelajaran PAI.
1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Telah disampaikan bahwa fungsi dan peran PAI adalah membentuk
akhlak karimah dan kepribadian yang utuh. Dibawah ini terdapat
beberapa prinsip yang dapat dijadikan pelajaran dari tindakan
Rasulullah dalam menanamkan rasa keimanan dan akhlak terhadap
anak, yaitu:
a. Motivasi: segala ucapan Rasulullah mempunyai kekuatan yang
dapat menjadi pendorong-pendorong individu untuk melkukan
suatu kegiatan mencapai tujuan. Begitu pula seorang guru
hendaknya dapat menjadi motivator bagi siswanya.
b. Fokus:
perkataan
Rasulullah
ringkas,
langsung
pada
inti
pembicaraan tanpa ada kata yang memalingkan dari ucapannya,
sehingga mudah dipahami. Seorang guru dalam memberi
penjelasan materi hendaknya menggunakan bahasa yang mudah
dipahami dan tidak berbelit-belit.
c. Pembicaraannya tidak terlalu cepat sehingga dapat memberikan
waktu yang cukup kepada anak untuk menguasainya.
d. Repetisi: senantiasa melakukan tiga kali pengulangan pada
kalimat-kalimatnya supaya dapat diingat atau dihafal.
e. Analogi langsung: menggunakan perumpamaan langsung untuk
mengasah otak dalam menggerakkan potensi pemikiran atau timbul
kesadaran untuk merenung atau tafakkur.
f. Memperhatikan tiga tujuan moral, yaitu: kognitif, emosional dan
kinetik.
g. Menumbuhkan
kreativitas
anak:
dengan
cara
mengajukan
pertanyaan kemudian mendapat jawaban dari anak yang ditanyai.
h. Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak secara
psikologis, sehingga dapat mengatasi dan memahami perilaku
anak.
i. Aplikasi: Rasulallah langsung memberikan pekerjaan kepada anak
yang berbakat.
j. Do’a: setiap perbuatan Rasulallah mengajarkan mengawali dan
mengakhirinya dengan do’a.
k. Teladan: Rasulallah senantiasa mencontohkan mengenai perbuatan
yang diajarkan (satu kata antara ucapan dan perbuatan yang
dilandasi dengan niat yang tulus karena Allah).
Sementara itu prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar yang lain,
yaitu: Berpusat pada anak didik, belajar dengan melakukan,
mengembangkan kemampuan sosial, mengembangkan keingintahuan
dan imajinasi, dan mengembangkan kreativitas dan keterampilan
memecahkan masalah.
2. Prosedur Pembelajaran
Pemahaman terhadap pendekatan, metode dan teknik pembelajaran
tidak dapat diabaikan dalam proses pembelajaran. Pendekatan dapat
diartikan sebagai seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat dan
belajar mengajar agama islam, metode adalah rencana menyeluruh
tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan
pendekatan yang ditentukan, sedangkan teknik adalah kegiatan
sepesifik yang diimplementasikan dalam kelas sesuai dengan metode
dan pendekatan yang dipilih.
Pengembangan kegiatan belajar mengajar PAI harus diorientasikan
pada fitrah manusia yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu jasad, akal dan
ruh. Ketiga dimensi dalam diri manusia tersebut haruslah dipelihara
agar terwujud keseimbangan. Untuk mewujudkan keseimbangan
tersebut diperlukan ketepatan dalam menentukan pendekatan, metode
dan teknik yang digunakan. Pada PAI, pemilihan ketiga hal tersebut
diorientasikan pada pembiasaan, pelatihan, dan perenungan yang
dibantu oleh seorang guru/pembimbing.
1) Pendekatan
Menurut Talkhah (2004) dalam Abdul Majid, 2008: 133)
ada beberapa pendekatan yang perlu mendapat kajian lebih lanjut
berkaitan dengan pembelajaran agama islam, diantaranya:
a) Pendekatan Psikologis (psychological approach)
Berdasarkan aspek psikologis manusia, meliputi aspek
rasional/intelektual: mendorong manusia untuk berfikir ciptaan
Tuhan di langit dan di bumi, emosional: untuk merasakan
adanya Kekuasaan Tertinggi yang gaib sebagai pengendali
jalannya alam dan kehidupan , ingatan: untuk difungsikan ke
dalam kegiatan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama
yang diturunkan-Nya.
b) Pendekatan sosio-kultural (socio-cultural)
Melihat dimensi manusia tidak saja sebagai individu
melainkan juga seabagai makhluk sosial yang mampu
mengembangkan sistem budaya dan kebudayaan yang berguna
bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya.
Sedangkan Depag (2004) menyajikan konsep pendekatan
terpadu dalam pembelajarn agama Islam yang meliputi:
a) Keimanan, mengembangkan pemahaman siswa tentang adanya
Tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk.
b) Pengalaman,
mempraktekkan
dan
merasakan
hasil-hasil
pengamalan ibadah dalam kehidupan.
c) Pembinaan, membiasakan sikap dan perilaku baik yang sesuai
dengan ajaran islam dan budaya bangsa dalam menghadapi
kehidupan.
d) Rasional, memahami dan membedakan berbagai bahan ajar
dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik
dengan perilaku yang buruk.
e) Emosional, menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran
agama dan budaya bangsa.
f) Fungsional, menyajikan bentuk semua standar materi (AlQur’an, keimanan, akhlak, fiqih/ibadah dan tarikh), dari segi
manfaatnya bagi peseta didik.
g) Keteladanan, menjadikan figur guru agama dan non agama
serta petugas sekolah lainnya maupun orangtua peserta didik
sebagai cerminan manusia berkepribadian agama.
2) Metode
Berbagai
pendekatan
yang
dipergunakan
dalam
pembelajaran agama Islam harus dijabarkan ke dalam metode
pembelajaran PAI yang bersifat prosedural yang turut menentukan
sukses tidaknya pencapaian tujuan pendidikan agama Islam.
Berkenaan dengan metode, al-Qur’an (al-Nahl: 125) telah
memberi petunjuk mengenai metode pendidikan secara umum.
            
            
Artinya: “ Serulah (semua manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dam pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang
sangat mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang sangat mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.”
Berikut ini merupakan beberapa metode yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran.
a) Metode ceramah
Metode ceramah merupakan cara menyampaikan materi
ilmu pengetahuan dan agama kepada siswa, hendaknya
ceramah mudah diterima, isinya mudah dipahamiserta mampu
menstimulasi siswa untuk melakukan hal-hal yang baik dan
benar dari isi ceramah yang disampaikan.
Ceramah yang disampaikan hendaknya mempunyai bobot,
logis, fsih dan jelas, sehingga siswa cepat memahami, mengerti
dan menerima apa yang disampaikan guru.
Dalam proses belajar di sekolah tujuan metode ceramah
adalah menyampaikan bahan yang bersifat informasi (konsep,
pengertian, prinsip-prinsip) yang banyak serta luas. Secara
spesifik metode ceramah bertujuan untuk:
(1) Menciptakan landasan pemikiran siswa melalui produk
ceramah yaitu bahan siswa sehingga siswa dapat belajar
melalui bahan tulisan tersebut.
(2) Menyajikan
garis-garis
besar
isi
pelajaran
dan
permasalahan yang terdapat dalam isi pelajaran.
(3) Merangsang peserta didik untuk belajar mandiri dan
menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan
belajar.
(4) Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan
secara gamblang.
(5) Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya
menjelaskan prosedur yang harus ditempuh siswa.
b) Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan kepada
peserta didik bermaksud untuk merangsang berfikir dan
membimbing dalam mencapai kebenaran. Proses tanya jawab
terjadi apabila ada ketidak tahuan atas ketidak pahaman akan
sesuatu peristiwa, dalam proses belajar mengajar tanya jawab
dijadikan salah satu metode untuk menyampaikan materi
pelajaran dengan cara guru bertanya kepada peserta didik atau
peserta didik bertanya pada guru.
Adapun tujuan metode tanya jawab adalah:
(1) Mengecek dan mengetahui sampai sejauhmana kemampuan
siswa menguasai pelajaran.
(2) Memeberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan
pertanyaan kepada guru tentang sesuatu masalah yang
belum dipahaminya.
(3) Memotivasi dan menimbulkan kompetisi belajar.
(4) Melatih siswa untuk berfikir dan berbicara secara sistematis
berdasarkan pemikiran yang orisinil.
c) Metode diskusi
Diskusi pada dasarnya ialah tukar-menukar informasi,
pendapat, dan pengalaman untuk mendapat pengertian bersama
yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu (Nana Sudjana,
2002 dalam Abdul Majid, 2008: 142).
Metode diskusi bertujuan untuk:
(1) Melatih siswa mengembangkan keterampilan bertanya,
berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan.
(2) Melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional.
(3) Mengembangkan
kemampuan
berfikir
sendiri
dalam
memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang
lebih positif.
(4) Mengembangkan keberhasilan siswa dalam menemukan
pendapat.
(5) Melatih siswa untuk berani berpendapat tentang sesuatu
masalah (Mulyani Sumantri, 1999: 1455 dalam Abdul
Majid, 2008: 142).
d) Metode kisah
Al-Qur’an dan al-hadis banyak meredaksikan kisah untuk
menyampaikan pesan-pesannya. Seperti kisah malikat, para
Nabi, umat terkemuka pada zaman dahulu dan senagainya.
Dalam kisah itu tersimpan nilai-nilai religius dan pedagogis
yang memungkinkan siswa mampu meresapinya, apalagi
menyampaikan kisah-kisah tersebut dilakukan dengan cara
yang menyentuh hati dan perasaan.
Menurut al-Nahwawi dalam A. Tafsir (2004: 140) (Abdul
Majid, 2008: 144). Metode kisah ini amat penting karena:
(1) Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau
pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan
maknanya,
selanjutnya
makna-makna
itu
akan
menimbulkan kesan dalam hati.
(2) Kisah Qurani dan Nabawi dapat menyentuh hati karena
kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang
menyeluruh sehingga pembaca atau pendengar dapat atau
merasakan kisah-kisah itu, seolah-olah ia sendiri yang
menjadi tokohnya.
(3) Kisah Qurani dan Nabawi memdidik rasa keimanan dengan
cara:
(a) Membangkitkan berbagai perasaan seperti kauf, rida
dan cinta.
(b) Mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpu pada
suatu puncak yaitu kesimpulan kisah.
(c) Melibatkan pembaca/pendengar ke dalam kisah itu
sehingga ia terlibat secara emosional.
e) Metode Suri Teladan
Uswah al-hasanah, yaitu metode yang dapat diartikan
sebagai "keteladanan yang baik.” Dengan adanya teladan yang
baik itu, maka akan menumbuhkab hasrat bagi orang lain untuk
meniru atau mengikutinya. Dan memang sebenarnyalah bahwa
dengan adanya contoh ucapan, perbuatan dan contoh tingkah
laku yang baik dalam hal apapun, maka hal itu merupakan
suatu amaliyah yang paling penting dan paling berkesan, baik
bagi pendidikan anak maupun dalam kehidupan dan pergaulan
sehari-hari.
f) Metode Hikmah dan Mau’izah Hasanah
Hikmah mengandung pengertian perkataan tegas dan benar
antara hak dan yang batil. Penggunaan metode hikmah adalah
upaya menuntut orang lain menggunakan akalnya untuk
mendapatkan kebenaran dan kebaikan, namun untuk itu
diperlukan penjelasan yang rasioanal, keterangan yang tegas
dan apa yang dikemukakan dengan dasar atau alasan yang
benar beserta bukti yang nyata. Untuk mewujudkan hikmah,
maka dibutuhkan dua hal yaitu adanya akal dan ilmu.
Sedangkan al-mau’izah al-hasanah adalah mengingatkan
dengan cara yang baik.
Tentu masih banyak lagi metode-metode lain yang dapat di
praktekkan dalam pembelajaran PAI yang menunjang tercapainya
tujuan-tujuan pembelajaran PAI sebagai pembentuk akhlak
karimah siswa.
3) Teknik
Berbagai metode yang telah dikemukakan selanjutnya perlu
dikembangkan secara rinci ke dalam teknik atau prosedur
pembelajaran.
Dibaawah ini dijabarkan prosedur penggunaan teknikteknik pembelajaran yang berorientasi pada nilai sebagaimana
diuraikan Muhaimin (2004: 176-179) dalam Abdul Majid (2008:
161-164) sebagai berikut:
a) Teknik indoktrinasi
Tekinik ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: (1)
tahap brainwashing, merusak tata nilai yang sudah mapan
dalam pribadi siswa, (2) tahap menanamkan fanatisme,
menanamkan ide-ide baru yang dianggap benar ssehingga nilai-
nilai yang ditanamkannya masuk kepada anak tanpa melalui
pertimbangan rasional yang mapan, (3) tahap penanaman
doktrin, pada saat penanaman doktrin hanya dikenal adanya
satu nilai kebenaran yang disajikan.
b) Teknik moral reasoning
Teknik ini dilakukan dengan jalan: (1) penyajian dilema
moral, guru menyajikan problematik nilai yang bersifat
kontradiktif melalui observasi, koran, dll, (2)
pembagian
kelompok diskusi, siswa dibagi ke dalam kelompok kecil untuk
mendiskusikan hasil pengamatan terhadap dilema moral
tersebut, (3) diskusi kelas,
mengklarifikasi nila, membuat
alternatif dan konsekuensinya, (4) menggorganisasi nilai-nilai
terpilih dalam diri siswa melalui pendapat siswa.
c) Teknik meramalkan konsekuensi
Mengandalkan kemampuan berfikir ke depan bagi siswa
untuk membuat proyeksi tentang hal-hal yang akan terjadi dari
penerapan suatu nilai tertentu. Adapun langkah teknik ini
sebagai berikut: (1) siswa di beri kasus, (2) siswa diberi
pertanyaan yang berhubungan dengan nilai-nilai yang ia lihat,
(3) membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam kasus
dengan nilai-nilai yang bersifat kontradiktif, (4) kemampuan
meramalkan konsekuensi yang akan terjadi dari pemilihan dan
penerapan suatu tata nilai tertentu.
d) Teknik klarifikasi
Merupakan salah satu cara untuk membantu siswa dalam
menentukan nilai-nilai yang akan dipilihnya. Dapat ditempuh
melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap pemberian contoh, guru
memperkenalkan pada siswa nilai-nilai yang baik kemudian
memberikan contoh penerapannya, (2) tahap mengenal
kelebihan dan kekurangan nilai, siswa dapat memilih nilai-nilai
yang ia setujui dan yang dianggap paling baik dan benar, (3)
tahap mengorgenisasikan tata nilai pada diri siswa, siswa dapat
mengorganisasikan sistem nilai tersebut dalam dirinya dan
menjadikan nilai itu sebagai dari pribadinya.
e) Teknik internalisasi
Tahap-tahap dari teknik ini adalah: (1) tahap transformasi
nilai, guru menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang
kurang baik kepada siswa, (2) tahap transaksi nilai, guru
melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang nyata dan
siswa diminta memberikan respons yang sama yakni menerima
dan
mengamalkan
nilai-nilai
tersebut,
(3)
tahap
transinternalisasi, komunikasi dua kepribadian (gur dan siswa)
yang masing-masing terlibat secara aktif, siswa melihat guru
bukan dari fisiknya lagi tapi dari sikap mentalnya.
D. Classroom Management untuk Mewujudkan Suasana Kelas Aktif
pada Proses Pembelajaran Pai
Agar dalam pelaksanaan pengelolaan kelas dapat mewujudkan
suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran, khususnya
pembelajaran PAI maka guru harus memahami hal-hal di bawah ini:
1. Prinsip Pengelolaan Kelas
Di bawah ini merupakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan
dalam pengelolaan kelas diantaranya: (1) kehangatan dan keantusiasan,
(2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal
positif, dan (6) penanaman disiplin diri.
2. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Keterampilan dalam mengelola kelas memiliki komponen sebagai
berikut:
a. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal.
1) Menunjukkan sikap tanggap dengan cara: memandang secara
seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberikan
reaksi terhadap gangguan di kelas.
2) Membagi perhatian secara visual dan verbal.
3) Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan
peserta didik dalam pembelajaran.
4) Memberi petunjuk yang jelas.
5) Memberi teguran secara bijaksana.
6) Memberi penguatan ketika diperlukan.
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi
belajar yang optimal.
1) Modifikasi perilaku.
a) Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan.
b) Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan.
c) Mengurangi perilaku buruk dengan hukuman.
2) Pengelolaan kelompok dengan cara:
a) Peningkatan kerjasama dan keterlibatan
b) Menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul.
3) Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan
masalah.
a) Pengabdian yang direncanakan.
b) Campur tangan dengan isyarat.
c) Mengawasi secara ketat.
d) Mengakui perasaan negatif peserta didik.
e) Mendorong
peserta
didik
untuk
mengungkapkan
perasaannya.
f) Menjauhkan
benda-benda
yang
dapat
konsentrasi.
g) Menyusun kembali program belajar.
h) Menghilangkan ketegangan dengan humor.
i) Mengekang secara fisik.
mengganggu
3. Masalah-Masalah dalam Manajemen Kelas
Masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori besar yaitu masalah perorangan dan masalah kelompok.
a. Masalah Perorangan
Masalah perorangan muncul karena dalam individu ada
kebutuhan ingin diterima kelompok dan ingin mencapai harga diri.
Setiap orang memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan merasa
dirinya berguna. Jika seseorang mencapai kegagalan dalam
mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia
akan bertingkah laku yang menyimpang.
Dalam konteks ini (Casse dalam T. Raka Joni, 1989)
membedakan empat kelompok masalah manajemen kelas yang
bersifat individual (Mulyadi, 2009: 12), yaitu:
1) Attention-getting behaviors (tingkah laku menarik perhatian
orang lain).
2) Power-seeking behavoirs (tingkah laku mencari kekuasaan).
3) Revenge-seeking behaviors (tingkah laku menuntut balas).
4) Peragaan ketidak mampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali
menolak untuk mencoba melakukan apaun karena yakin hanya
kegagalanlah yang menjadi bagiannya.
Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalahmasalah perorangan seperti diuraikan di atas pada diri para siswa.
Pertama, apabila seorang guru merasa terganggu olen perbuatan
seorang siswa maka kemungkinan siswa yang bersangkutan ada pada
kategori Attention-getting behaviors (tingkah laku ingin menarik
perhatian orang lain). Kedua, apabila guru merasa dikalahkan atau
terancam maka kemungkinan siswa yang bersangkutan ada pada
kategori Power-seeking behavoirs (tingkah laku mencari kekuasaan).
Ketiga, jika guru merasa tersinggung atau terluka hati maka
kemungkinan siswa tersebut ada pada kategori Revenge-seeking
behaviors (tingkah laku menuntut balas). Keempat, jika guru merasa
tidak mampu menolong lagi, hal ini merupakan tanda bahwa siswa
yang bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidak mampuan.
Guru hendaknyaa benar-benar mampu mengenal dan memahami
secara tepat arah tingkah laku siswa yang mengarah ke mencari
perhatian, mencari kekuasaan, menuntut bakas atau memperlihatkan
ketidak mampuan agar guru mampu menangani masalah siswa secara
tepat pula.
Menurut Maman Rahman (1998) dalam Mulyadi (2009: 15),
bahwa dari keempat tindakan individu di atas akan mengakibatkan
terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering dijumpai pada anak
usia sekolah, yaitu:
a) Pola aktif konstruktif yaitu pola tingkah laku yang ekstrim,
ambiguous untuk menjasi superstar di kelas dan berusaha
membentuk guru dengan penuh vitalitas dan sepenuh hati.
b) Pola aktif destruktif yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan
dalam bentuk membuat banyolan, suka marah, kasar dan
membrontak.
c) Pola pasif kinstruktif yaitu pola yang menunjukkan kepada satu
bentuk tingkah laku yang lamban dengan maksud supaya selalu
dibantu dan mengharapkan perhatian.
d) Pola
pasif
destruktif
yaiatu
pola
tingkah
laku
yang
menunjukkan kemalasan dan keras kepala.
b. Masalah Kelompok
Louis V Johnson dan Mary A, bany (dalam T. Raka Joni, 1989)
mengemukakan
tujuh
kategori
masalah
kelompok
dalam
manajemen kelas (Mulyadi, 2009: 15). Masalah-masalah yang
dimaksud adalah:
1) Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku,
tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Kurang kohesifnya
kelompok dalam suatu kelas ditandai dengan adanya konflik
diantara para anggota kelompok, akibatnya siswa-siswi tidak
saling bantu membantu.
2) Penyebalan
terhadap
norma-norma
tingkah
laku
yang
disepakati sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras
diruang baca perpustakaan.
3) Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya,
misal mengejek anggota kelas yang dalam pelajaran seni suara
menyanyi dengan suara sumbang.
4) Membimbing anggota kelas yang justru melanggar norma
kelompok, misalnya memberi semangat kepada badut kelas.
5) Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas
yang tengah dikerjakan.
6) Semangat kerja rendah atau melakukan semacam aksi protes
kepada guru karena menganggap yang diberikan kurang fair.
7) Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru
seperti gangguan jadwal, guru kelas terpaksa diganti sementara
oleh guru lain dan sebagainya.
4. Prosedur Manajemen Kelas
Untuk memiliki kemampuan manajemen kelas, guru harus
memahami pengertian prosedur manajemen kelas itu sendiri.
Pengertian prosedur manajemen kelas sukar dipisahkan dengan
pengertian manajemen kelas, karena manajemen kelas adalah
pekerjaannya sedangkan prosesdur manajemen kelas adalah langkahlangkah bagaiman pekerjaan itu dikerjakan.
Kalau manajemen kelas diartikan sebagai kegiatan menciptakan
dan mempertahankan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien, maka prosedur manajemen kelas
adalah langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan bagi terciptanya
kondisi optimal dan mempertahankan optimal tersebut agar proses
belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Dengan demikian maka prosedur manajemen kelas merupakan
langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melakukan pekerjaan
manajemen kelas itu dengan baik. Hal ini mengandung pengertian
bahwa langkah-langkah yang akan diambil itu harus didahului dengan
suatu pertimbangan yang masak (reflection) lalu mulai merencanakan
(planning) serta merumuskan langkah-langkah yang dilaksanakan
(action).
Adapun prosedur manajemen kelas dapat dikategorikan menjadi
dua, yaitu:
a. Prosedur manajemen kelas dimensi pencegahan (preventif).
Tindakan pencegahan yaitu menyediakan kondisi baik fisik
maupun sosio-emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik
rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar (Ahmad Rohani,
2004: 127).
Menurut Mulyani Sumantri (1999) dalam Mulyadi (2009: 20)
dalam mengembangkan keterampilan manajemen siswa yang
bersifat preventif, guru dapat menggunakan kemampuannya
dengan cara sebagai berikut:
1) Menunjukkan sikap tanggap
Dalam proses pengajaran guru harus terlibat secara fisik
maupun mental (guru selalu memiliki waktu untuk semua
perilaku peserta didik), baik perilaku yang posotif maupun
perilaku negatif siswa.
2) Membagi perhatian
Guru harus mampu membagi perhatian kepada semua peserta
didik, perhatian itu dapat bersifat verbal maupun visual.
3) Memusatkan perhatian kelompok
Guru harus selalu menyiagakan peserta didik dan menuntut
tanggung jawab atas tugas-tugasnya.
4) Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas
Petunujuk mengenai materi yang disampaikan, tugas yang
diberikan dan perilaku-perilaku peserta didik lainnya yang
berhubungan dengan pelajaran.
5) Menegur
Guru harus menegur peserta didik bila mereka menunjukkan
perilaku yang menyimpang atau mengganggu. Sampaikan
teguran itu dengan tegas dan jelas, hindari ejekan dan
peringatan yang kasar serta menyakitkan.
6) Memberikan penguatan
Guru hendaknya memberi penguatan pada perilaku peserta
didik yang positif agar perilaku tersebut muncul kembali, dan
memberi teguran atau hukuman kepada perilaku negatif siswa
agar perilaku tersebut tidak diulang kembali.
b. Prosedur manajemen kelas dimensi penyembuhan (kuratif).
Merupakan langkah-langkah tindakan penyembuhan terhadap
tingkah laku menyimpang yang dapat mengganggu kondisi optimal
dan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
Berkenaan dengan kegiatan yang bersifat penyembuhan ini,
Johar Purnama (2000) dalam Mulyadi (2009: 25) mengemukakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi masalah siswa
Pada
langkah
pengelolaan
ini,
kelas.
guru
mengenal
berdasarkan
masalah
masalah-masalah
tersebut
guru
mengidentifikasi jemis penyimpangan sekaligus mengetahui
latar belakang yang membuat peserta didik melakukan
penyimpangan tersebut.
2) Menganalisis masalah
Guru menganalisis penyimpanagan peserta didik dan
menyimpulkan latar belakang serta sumber-sumber dari
penyimpangan itu. Selanjutnya menentukan alternatif-alternatif
penanggulannya.
3) Menilai alternatif-alternatif pemecahan
Guru menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah
yang dianggap tepat dalam menangani masalah tersebut.
4) Mendapatkan balikan (feed-back)
Pada langkah ini guru melaksanakan monitoring, dengan
tujuan menilai keampuhan pelaksanaaan dari alternatif
pemecahan untuk mencapai sasaran sesuai dengan yang
direncanakan. Kegiatan kilas balik ini dapat dilaksanakan
dengan mengadakan pertemuan dengan para peserta didik.
Guru perlu menjelaskan maksud pertemuan tersebut sehingga
siswa mengetahui dan menyadari bahwa pertemuan itu sematamata untuk perbaikan peserta didik maupun lembaga.
5. Strategi Pembelajaran Aktif
Apabila guru telah memahami hal-hal yang berkaitan dengan
pengelolaan kelas di atas (Prinsip Pengelolaan Kelas, Komponen
Keterampilan
Pengelolaan
Kelas,
Masalah-Masalah
Dalam
Manajemen Kelas, Prosedur Manajemen Kelas), maka tugas guru
selanjutnya
adalah
bagaimana
melaksanakan
pengelolaan
pembelajaran dengan baik.
Perlu diketahui, yang paling mempengaruhi hidup tidaknya suatu
kelas adalah bagaimana strategi dan teknik yang digunakan oleh guru
dalam menyampaikan materi pelajaran. Kelas yang hidup dapat dilihat
dari adanya interaksi yang aktif antara guru dengan siswa dan antara
siswa dengan siswa.
Dibawah ini akan diuraikan beberapa strategi dan teknik yang dapat
digunakan guru untuk mengaktifkan siswa pada saat proses pembelajaran,
diantaranya (Melvin L. Siberman, 2009: 103-211).
a. Pengajaran kelas penuh (full class-Learning)
Bagian ini berkaitan dengan cara-cara membuat pengajaran yang
dibimbimng oleh guru menjadi lebih interaktif. Salah satu teknik yang
dapat digunakan dalam strategi ini adalah Inquiring Minds What To
Know (membangkitkan rasa ingin tahu), teknik ini merangsang rasa
ingin tahu peseerta didik dengan mendorong spekulasi mengenai topik
atau permasalahan. Berikut prosedur pelaksanaan
1) Tanyakan ke kelas, satu pertanyaan pembangkit minat untuk
merangsang keingintahuan tentang sebuah persoalan yang ingin
anda diskusikan. Contoh: mengapa seorang muslim diwajibkan
menutup aurat?
2) Doronglah untuk berspekulasi dan menebak dengan bebas.
3) Jangan memberi umpan balik dengan segera, terimalah semua
tebakan siswa.
4) Gunakan pertanyaan sebagai petunjuk ke arah apa yang
sekiranya anda ajarka, sertakan jawaban terhadap pertanyaan
anda dalam presentasi anda.
b. Merangsang diskusi kelas
Meskipun melalui diskusi akan membuat suasana kelas menjadi panas,
tetapi pertukaran pendapat dapat diatur antara peserta didik dan
dirancang agar seluruh peserta didik terlibat. Salah satu teknik dalam
strategi ini adalah Aktive Debate (perdebatan aktif), mengembangkan
pemikiran dan refleksi. Berikut Prosedur pelaksanaan
1) Kembangkan suatu pertanyaan yang berkaitan dengan sebuah
isu kontroversial yang berkaitan dengan mata pelajaran anda.
Misalnya: hukuman mati hidup bagi koruptor.
2) Bagi kelas menjadi dua tim debat, pro dan kontra.
3) Masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi 3 atau 4 sub
kelompok. Jadi terdapat 3 kelompok pro dan 3 kelompok
kontra. Tiap sub kelompok mengembangkan argumen untuk
posisi yang ditentukan. Suruh sub kelompok memilih seorang
juru bicara.
4) Aturlah 3 sampai 4 kursi untuk juru bicara tiap sub kelompok,
juru bicara kelompok pro dan kontra saling berhadapan.
Mulailah perdebatan dengan menyuruh para juru bicara
menyampaikan pandangan-pandangan mereka.
5) Ketika dipikir sudah cukup, akhiri perdebatan tersebut.
c. Mengajar teman sebaya
Salah satu tenik dalam strategi ini adalah Jigsaw, berikut prosedur
pelaksanaannya:
1) Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagianbagian. Contoh: masalah shalat mengenai syarat dan rukun.
2) Hitunglah jumlah bagian belajar dan jumlah siswa. Bagikan
tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda,
suruh kelompok untuk berdiskusi bagian bab yang di dapat.
3) Setelah selesai, bentuklah kelompok jigsaw learning, setiap
kelompok mempunyai wakil dari masing-masing kelompok
dalam kelas. contoh, setiap anggota masing-masing kwartet
menghitung 1, 2, 3, 4, kemudian bentuklah kelompok peserta
didik jigsaw learning dengan jumlah sama. Hasilnya akan
terdapat 4 kelompok yang terdiri dari 3 orang (trio). Dalam
setiap trio akan ada orang peserta yang mempelajari bagian 1,
seorang peserta bagian 2, dan seorang lagi bagian 3.
4) Mintalah anggota kelompok jigsaw untuk mengajarkan materi
yang telah dipelajari kepada yang lain.
5) Kumpulkan kembali peserta didik ke kelas besar untuk
memberi ulasan dan sisakan pertanyaan guna memastikan
pemahaman yang tepat.
d. Belajar mandiri
Salah satu teknik dari strategi ini adalah mind maps (peta pikiran),
pelaksanaannya sebagai berikut:
1) Pilihlah topik untuk pemetaan pikiran, contoh Rukun Haji
2) Kontruksikan bagi kelas peta pikiran yang sederhana yang
menggunakan warna, khayalan, atau simbol. Contoh menggunakan
gambar orang memakai pakaian ihram, gambar ka’bah, dan
sebagainya.
3) Berikanlah kertas, pena dan sumber-sumber yang lain yang anda
pikir akan membantu peserta didik membuat peta pikiran yang
berwarna dan indah.
4) Berikanlah waktu yang banyak bagi peserta didik untuk
mengembangkan peta pikiran mereka. Doronglah mereka untuk
melihat karya orang lain untuk menstimulasi ide-ide.
5) Perintahkan pada peserta didik untuk saling membagi peta
pikirannya. Lakukan diskisi tentang nilai cara kreatif untuk
menggambarkan ide-ide.
e. Belajar efektif
Salah satu teknik dalam strategi ini adalah Non Threatering Role
Playing (bermain yang menyenangkan), berikut adalah prosedur
pelaksanaannya:
1) Buatlah
satu
permainan
peran
dimana
anda
akan
mendemonstrasikan perilaku yang diinginkan, seperti berbakti
pada kedua orang tua.
2) Informasikan kepada kelas bahwa anda akan memainkan peran
utama dalam bermain peran ini, pekerjaan peserta didik adalah
membantu anda behubungan denagn situasi.
3) Mintalah relawan peserta didik bermain peran menjadi orang lain
dalam situasi itu (anak), berilah peserta didik itu catatan
pembukaan untuk dibaca guna membantu atau membawa masuk
pada peran. Mulailah bermain peran, tetapi berhentilah pada
interval yang sering dan mintalah kelas untuk memberi anda
feedback dan arah seperti kemajuan skenario. Jangan ragu untuk
memberikan garis khusus bagi anda untuk digunakan,
4) Teruskan bermain peran sampai siswa secara meningkat melatih
anda bagaimana menangani situasi, hal ini memberi mereka latihan
keterampilan ketika anda melakukan peran yang sebenarnya untuk
mereka.
f. Pengembangan kecakapan
Salah satu teknik dalam strategi ini adalah Practice-rehearsal pairs
(latihan praktek berpasangan), berikut prosedur pelaksanaannya:
1) Pilihlah serangkaian kecakapan atau prosedur yang anda inginkan
untuk dikuasai peseta didik misalnya hafalan ayat-ayat al-qur’an.
Buatlah pasangan. Dalam setiap pasangan tugaskan dua peran, satu
sebagai penjelas/demonstrator dan dua sebagai pengecek.
2) Penjelas/demonstran menjelaskan dan atau mendemonstrasikan
hafalannya, pengecek memverifikasi bahwa hafalan tersebut adalah
benar, mendorong dan memberikan latihan kalau diperlukan.
3) Partner-partner menukar balik peran, penjelas/demonstrator baru
diberi kecakapan atau prosedur lain untuk dilaksanakan.
4) Proses terus berlangsung sampai semua kecakapan dilakukan gladi
resik.
Itulah beberapa strategi pembelajaran aktif yang dapat peneliti sampaikan,
tentu masih banyak lagi berbagai strategi pembelajaran aktif yang dapat di
terapkan dalam proses belajar mengajar. Maka dengan adanya pelaksanaan
pengelolaan kelas yang baik dan penerapan strategi serta tenik mengajar yang
efektif maka tidak dapat diragukan lagi proses pembelajaran akan berlengsung
dengan aktif, siswa tidak akan merasa jemuh lagi dan akan lebih memerhatikan
materi yang diajarkan guru, dengan demikian tujuan-tujuan pembelajaran pun
akan tercapai.
BAB III
PAPARAN DATA
DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum dan Subjek Penelitian
1. Sejarah berdiri SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga
SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga merupakan sekolah swasta yang
berdiri di bawah naungan Yayasan Pesantren Luhur Salatiga yakni
pada tahun 2004. Sekolah ini merupakan salah satu SMP favorit di
salatiga, pada tahun 2007 sekolah ini memperoleh akreditasi B, namun
karena prestasi yang terus meningkat dari kualitas lulusan dan fasilitas
yang memadai maka pada tahun 2011 sekolah ini berhasil memperoleh
akreditasi A.
Sekolah yang mengutamakan mutu dan religiusitas ini memiliki
visi yaitu mewujudkan sekolah unggulan berdasarkan iman dan taqwa
yang berwawasan ilmu pengetahuan, teknologi dan lingkungan.
Dengan merekrut tenaga pendidik yang profesional dibidangnya, dan
didukung oleh sarana dan fasilitas yang lengkap dan memadai
merupakan modal untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas
secara intelegensi tapi juga berakhlak mulia.
2. Profil SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga
a. Tahun Pelajaran
b. Sekolah:
: 2015 – 2016
1) Nama Sekolah
: SMP
Islam Al – Azhar
18
Salatiga
2) NIS/NPSN
: 200220 / 20328443
3) NSS
: 202036204026
4) Status Sekolah
: Swasta
5) Akreditasi
: B ( 2007 ) dan
6) Alamat Sekolah
: Jl. Siranda Raya –Bancaan Salatiga
A ( 2011 )
Telp. / Fax. (0298) 326828
7) Kelurahan
: Sidorejo Lor Salatiga
8) Kecamatan
: Sidorejo
9) Kota
: Salatiga
10) Propinsi
: Jawa Tengah
11) Kode Pos
: 50711
12) Tahun Berdiri
: 2004
13) Kelompok Sekolah
: Filiat ( Biasa )
14) Luas Bangunan
: 1.056 M2 ( 3 lantai )
15) Bangunan Sekolah
: Milik Sendiri
16) Organisasi Penyelenggara: Organisasi/Yayasan Pesantren
Luhur Salatiga.
c. Visi dan Misi SMP Al-Azhar 18 Salatiga
Visi: “ Terwujudnya sekolah unggulan berdasarkan iman dan
taqwa yang berwawasan ilmu pengetahuan, teknologi dan
lingkungan.”
Misi:
1) Mewujudkan nilai–nilai agama dan budaya bagi bekal
hidup peserta didik.
2) Mewujudkan pengembangan kurikulum
3) Mewujudkan pengembangan proses pembelajaran yang
ideal baik intra dan ekstakurikurer.
4) Mewujudkan
pembelajaran yang inovatif, kreatif
dan
dinamis.
5) Mewujudkan
kompetensi pendidik dan
tenaga
kependidikan yang profesional
6) prestasi akademik dan non akademik
7) Mewujudkan pengembangan fasilitas pendidikan.
8) Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan
berwawasan ke depan.
9) Mewujudkan Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ) yang
sinergis.
10) Mewujudkan penggalian sumber dana dan pengelolaan
keuangan.
11) Mewujudkan sistem penilian yang berkelanjutan.
12) Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih,sehat , aman
dan nyaman.
d. Kepala Sekolah :
1) Nama Lengkap
: M. Adam Widiyanto,S.Si
2) NIK
: 05.10.069
3) Pangkat dan Gol.
: IV B
4) Masa Kerja (Guru)
: 7 Tahun 11 Bulan
5) Masa Kerja (KepSek) : 10 Bulan
6) Pendidikan terakhir
: S-1
7) Fakultas/Jurusan
: IPS – Geografi
8) Alamat rumah
: Jatirejo- Suruh Rt.03 Rw.03
Kab. Semarang.
e. Jumlah Guru/Pegawai
f.
GT PNS
GTY
GTT
PT PNS
PTY
PTT
1
18
3
-
8
1
Peserta Didik
Tabel 3.1 data peserta didik
Jumlah
Tahun
Kelas
Jumlah Peserta Didik
Rombongan
Belajar
VII
2
VIII
-
2004-2005
L
P
Seluruhnya
16
14
30
IX
Jumlah
2005-2006
2
16
14
30
VII
2
12
15
27
VIII
2
15
14
29
IX
-
-
4
27
29
56
VII
2
23
18
41
VIII
2
12
14
26
IX
2
17
14
31
6
52
46
98
VII
2
20
16
36
VIII
2
26
16
42
IX
2
13
15
28
6
59
47
106
VII
2
29
30
59
VIII
2
21
15
36
IX
2
23
17
40
6
73
62
135
VII
3
35
33
68
VIII
2
30
27
57
Jumlah
2006-2007
Jumlah
2007-2008
Jumlah
2008-2009
Jumlah
2009-2010
-
-
IX
2
20
17
37
7
85
77
162
VII
2
22
26
48
VIII
3
37
35
72
IX
3
32
29
61
8
91
90
181
VII
3
48
45
93
VIII
2
27
25
52
IX
3
37
35
72
8
112
105
217
VII
4
58
42
100
VIII
2
43
47
90
IX
3
25
26
51
8
112
105
241
VII
4
54
60
114
VIII
4
47
54
101
IX
4
43
45
88
12
114
159
303
Jumlah
2010-2011
Jumlah
2011-2012
Jumlah
2012-2013
2013-2014
Jumlah
T2014-2015
2015 - 2016
VII
4
48
56
104
VIII
4
63
59
122
IX
4
48
54
102
VII
4
47
44
91
VIII
4
50
57
107
IX
4
63
59
122
12
159
169
328
Jumlah
Tabel 3.2 Lulusan/tamatan 4 tahun terakhir
Lulusan
(Tamatan)
Tahun
Peserta Didik yang
Rata-rata Nilai
Ujian Nasional
Melanjutkan ke
SMA
%
ajaran
2006 -
Jumlah
Target
Hasil
Target
Jumlah
Target
25
100 %
8.15
75
25
25
28
100 %
7.49
75.05
28
28
40
100 %
8.08
75.10
40
40
2007
2007 2008
2008 2009
2009 -
37
100 %
8.1
75.15
37
37
61
100 %
7.9
75.20
61
61
72
100 %
7.69
75.30
72
72
58
100 %
7,60
75
58
58
88
100%
7,60
75
88
88
92
100%
101
101
2010
2010 2011
2011 2012
2012 2013
2013 2014
2014 2015
g.
Sarana prasarana
Tabel 3.3 Sarana-prasarana sekolah
Luas
N0
Ruang
Jumlah
( M2)
Keterangan
@ 56
1
R. Teori/Kelas
12
448
2
Perpustakaan
1
77
3
Lab IPA
1
56
4
Lab Bahasa
-
63
Lab Computer
1
63
6
R. Ketrampilan
7
R.Media ( Audio Visual)
8
R.BK
1
20
9
R.Ibadah/Musholla
1
120
10
R.Kepala Sekolah
1
35
11
R.Guru
2
86
12
R. Tata Usaha
1
63
13
KM/WC Kepsek
14
KM/WC Guru/Pegawai
-
15
KM/WC Peserta Didik
9
12.48
16
R.UKS
1
20
17
Studio Musik
1
42
@1.56
18
Aula
1
19
Gedung Olahraga
-
20
Gudang Olahraga
-
21
Gudang Umum
1
25
22
(Lapangan Olahraga)
1
400
23
(Tempat Parkir)
-
24
(Green House)
25
(Taman Sekolah)
-
-
h. Anggaran Sekolah ( sesuai RAPBS/APBS )
Tabel 3.4 Anggaran sekolah
112
Sumber Dana
Tahun
Ajaran
Orang tua/
Jumlah
Ket.
Pemerintah
Masyarakat
2005/
131.650.000,-
131.650.000,-
(68.589.250)
243.400.000,-
243.400.000,-
(49.049.700)
2006
2006/
2007
2007/
2008
281.042.000,-
2008/
2009
400.980.000,-
2009/
2010
487.760.000,-
2010/
2011
582.475.000,-
2011/
2012
752.000.000,-
2012/
2013
830.250.000,-
2013/
2014
1.100.000.000,-
i. D
aftar ekstrakulikuler
Tabel 3.5 Daftar ekstrakulikuler
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nama
Ekstrakulikuler
PMR
FUTSAL
ECC
PENCAK SILAT
FOTOGRAFI
BULUTANGKIS
PASKIBRA
REBANA
CCQ
MENGAJI
PRAMUKA
MUSIK
TARI
DRUMBAND
Hari
SENIN
SELASA
SELASA
RABU
RABU
KAMIS
JUMAT
JUMAT
JUMAT
SABTU
SABTU
SABTU
SELASA
SABTU
Jam
14.30-15.30
14.30-16.00
14.30-15.30
14.30-16.00
14.30-16.00
14.30-16.00
13.30-15.00
13.30-15.00
13.00-14.00
08.30-09.30
10.00-11.30
12.00-13.30
14.30-16.00
11.30-13.30
j. Data prestasi siswa tiga tahun terrakhir
Tahun 2013 : Juara I lomba FLS2N melukis tingkat kota
: Juara II lomba story telling tingkat kota
Tahun 2014 : Juara II lomba pidato tingkat kota
: Juara II lomba tartil tingkat kota
: Juara II lomba poster tingkat provinsi
: Juara II lomba POPDA cabang sepak bola
Tahun 2015 : juara III lomba pionering pramuka tingkat kota
3. Subjek Penelitian
Peneliti memilih SMP AL-AZHAR 18 Salatiga karena SMP
tersebut merupakan salah satu SMP swasta yang berkualitas dan
berakreditasi A. Memiliki tenaga pendidik yang kompeten dalam
bidangnya dan memiliki fasilitas-fasilitas yang baik pula dalam
menunjang proses belajar mengajar, sehingga pelaksanaan manajemen
kelas dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat khususnya
melalui perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi dalam proses
pembelajaran PAI kelas VII, VIII dan IX.
Pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana yang
aktif pada proses pembelajaran PAI telah didukung oleh tenaga
pendidik yang benar-benar kompeten dalam bidangnya. Dalam hal ini
guru PAI kelas VIII dan IX diampu oleh ibu Inayatul Wakidah, M.Pd
sedangkan guru PAI kelas VII diampu oleh ibu Siti Nur Milatul
Jannah, S.Pd.I. Selain itu hubungan guru dengan siswa terjalin dengan
baik, hubungan guru dengan wali murid juga terjalin dengan baik
karena setiap tahun ajaran baru SMP AL-AZHAR 18 Salatiga rutin
mengadakan pertemuan dengan wali murid utuk menjalin komunikasi
yang baik salah satunya melalui ahwalusanah. Hubungan guru dengan
siswa dan dengan wali murid yang terjalin dengan baik maka sangat
mendudkung kondusifnya pelaksanaan manajemen kelas.
Manajemen kelas ini sebenarnya telah diterapkan di SMP ALAZHAR 18 Salatiga sejak lama, akan tetapi belum teradministrasi
dengan baik, namun pada prakteknya dapat dilihat bagaimana
kerjasama guru dan sekolah dalam melaksanakan manajemen kelas
mengingat
pentingnya
berlangsungnya
proses
manajemen
kelas
pembelajaran.
dalam
Peran
memudahkan
sekolah
adalah
menyediakan fasilitas-fasilitas yang memadai sedangkan peran guru
adalah merencanakan bagaimana mendesain kelas yang kondusif dan
melaksanakan berbagai metode pengajaran yang sesuai dengan materi.
Dari itu peneliti tidak ragu untuk memilih SMP AL-AZHAR 18
Salatiga sebagai subjek penelitian.
B. Paparan Data Temuan Peneliti
1. Pemahaman Guru Tentang Classroom Management
Implementasi Classroom Management untuk mewujudkan suasana
kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI di SMP Al-Azhar 18
Salatiga telah tersusun dan terencana dengan baik. Guru pengampu
mata pelajaran PAI telah memahami dan mengetahui pentingnya
pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan
suasana kelas yang aktif.
SMP Al-Azhar 18 Salatiga menggunakan kurikulum 2013 yang
tentunya menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,
khususnya pembelajaran PAI. Tidak mungkin suatu pembelajaran akan
berjalan maksimal dan efektif apabila guru tidak melaksanakan
manajemen kelas dengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
sebagai berikut:
“Manajemen kelas berasal dari kata manajemen dan kelas,
berarti bagaimana caranya memanage kelas agar kelas itu bisa
maksimal dalam proses belajar mengajar, sehingga apa yang
menjadi tujuan pembelajaran itu bisa terlaksana dengan baik
dan maksimal” (IW, 27 Agustus 2015, 13:30-14:25).
Tujuan pembelajaran dapat dicapai melalui kegiatan pembelajaran
yang kondusif, suasana kondusif dapat tercipta apabila ada kesesuaian
antara guru, siswa dan kondisi kelas.
“Manajemen kelas adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan
untuk mengelola kelas agar kelas kondusif saat proses
pembelajaran” (SN, 7 September 2015, 14.50-15.30).
Pendapat di atas menunjukkan betapa pentingnya manajemen kelas
dalam proses pembelajaran dari mengatur proses pelaksanaan
pembelajaran sampai pada pencapaian tujuan pembelajaran. Di bawah
ini merupakan penjelasan mengenai fungsi dan tujuan manajemen
kelas berdasarkan hasil wawancara.
“Fungsi manajemen kelas sangat penting, karena dengan
manajemen itu memudahkan anak dalam belajar sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai ketika anak belajar dengan
senang. Tujuannya adalah agar anak bisa memahami atau
mengetahui tujuan pembelajaran secara maksimal” (IW, 27
Agustus 2015, 13:30-14:25).
Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh SN
“Fungsinya untuk mengatur siswa, membimbing siswa agar
belajar lebih giat lagi, sehingga nanti pembelajarannya bisa
efektif. Kalau sudah efektif siswa akan bisa memahami dengan
baik. Tujuannya agar siswa mudah menerima materi pada
proses pembelajaran” (7 September 2015, 14.50-15.30).
Penjelasan yang telah di ungkapkan oleh kedua guru PAI tersebut
dapat diketahui bahwa pengajaran akan berhasil dalam arti
pembelajaran dapat berjalan kondusif dan tujuan pengajaran dapat
tercapai apabila guru dapat melaksanakan manajemen kelas dengan
baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas adalah upaya
untuk mangatur atau memanage segala sesuatu yang menjadi faktor
pendukung pelaksanaan pembelajaran, sehingga dapat menciptakan
atau mempertahankan suasana yang kondusif demi tercapainya tujuan
pembelajaran.
Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran, maka guru
harus memiliki kemampuan untuk menciptakan suasana belajar yang
rileks dan menyenangkan, dengan suasana belajar yang rileks dan
menyenangkan siswa akan tereksplor potensi dan keaktifannya.
Aktifnya kelas dalam proses pembelajaran menjadi tolak ukur
berhasil tidaknya guru dalam menguasai kelas, dengan suasana kelas
yang aktif siswa akan merasa senang saat proses pembelajaran, siswa
tidak akan jenuh saat mengikuti proses pembelajaran bahkan tidak
jarang dengan metode pembelajaran yang aktif siswa akan lebih
mudah memahami materi. Berikut ini merupakan pengertian suasana
kelas yang aktif menurut IW.
“Suasana kelas yang aktif yaitu dimana di dalam kelas anak
terlibat dalam pembelajaran secara sukarela, anak bisa aktif
untuk bertanya, anak bisa aktif untuk mengeksplor diri. Dapat
dikatakan terjadi interaksi antara siswa dengan guru maupun
siswa dengan siswa” (27 Agustus 2015, 13:30-14:25).
Ungkapan di atas diperjelas oleh SN.
“Suasana kelas yang aktif itu pertama siswa mau
memperhatikan guru, mau mendengarkan guru. Mendengarkan
bukan sekedar mendengar, kalau mendengarkan berarti siswa
menyimak penjelasan atau instruksi dari guru, penjelasan dari
temannya, gagasan dari temannya dengan baik. Yang kedua,
siswa sanggup mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan
sudah diinstruksikan oleh guru. Dan ketiga, siswa mau
bertanya atau mengkritisi jika ada materi yang belum jelas.
Dapat dikatakan suasana kelas yang aktif itu ada interaksi
antara guru dengan siswa dan siswa satu dengan siswa yang
lain” (7 September 2015, 14.50-15.30).
Sampai saat ini masih banyak siswa yang mengangap pelajaran
PAI adalah pelajaran yang membosankan, karena materi PAI lebih
banyak menjelaskan toeri melalui ceramah atau kisah dan lebih pada
praktek ibadah. Agar pelajaran PAI menjadi pelajaran yang menarik
dan dapat memicu keaktifan siswa maka seorang guru harus pandai
menggunakan strategi pembelajaran aktif yang sesuai dengan materi
yang akan diajarkan.
Namun aktif tidaknya suatu kelas dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu faktor dari guru, siswa, fasilitas bahkan pihak keluarga
seperti yang diperoleh dari hasil wawancara.
“Ada beberapa faktor, yang pertama fasilitas, jika guru
menayangkan suatu tayangan yang mungkin menarik bagi
siswa maka banyak siswa yang mau berkomentar atau
bertanya. Yang kedua dari faktor siswa, kalau siswa sedang
kelelahan maka siswa akan cenderung pasif, cenderung
meminta guru untuk tidak menggunakan metode pembelajaran
yang aktif, maunya guru yang bercerita siswa Cuma
mendengarkan,masih dari faktor siswa, kalu siswa ada minat
untuk belajar dia akan aktif dengan sendirinya tanpa disuruh.
Yang ketiga dari faktor materi,kalau materi itu kebetulan
mungkin menyenggol atau menyangkut pengalaman siswa
maka siswa akan bekomentar dan akan bertanya” (SN, 7
September 2015, 14.50-15.30).
IW mempunyai strategi pembelajaran untuk menciptakan suasana
kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI sebagai berikut.
“Agar suasana kelas bisa aktif metode yang saya gunakan
salah satunya adalah diskusi, ketika diskusi anak antusias
untuk ingin tahu sehingga anak merasa senang saat proses
pembelajaran. Jadi pembelajaran tidak kaku yang hanya
monoton, guru berbicara anak mendengarkan, maka hasilnya
kurang maksimal” (27 Agustus 2015, 13:30-14:25).
Begitu pula strategi yang dipakai oleh SN untuk menciptakan suasana
kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI seperti yang
diungkapkan di bawah ini
“Metode yang saya gunakan misalnya diskusi atau membuat
pertanyaan
terbimbing,
kemudian
praktik
ibadah”
(7
September 2015, 14.50-15.30).
Strategi atau metode pembelajaran aktif yang digunakan guru
merupakan salah satu cara agar siswa memahami tujuan pembelajaran
PAI, yakni membentuk siswa yang cerdas secara intelegensi dan
memiliki
akhlak
mulia.
Dalam
proses
pembelajaran
IW
mengungkapkan tujuan pembelajaran PAI sebagai berikut
“Kalau pada proses pembelajaran PAI tujuan yang ingin
dicapai anak bisa memahami, mengetahui apa yang menjadi
tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan oleh kurikulum”
(27 Agustus 2015, 13:30-14:25).
SN menambahkan penjelasan dari ungkapan diatas yaitu.
“Kalau dalam proses pembelajaran tujuannya siswa mau
mengikuti materi dari awal sampai akhir, kemudian tidak
hanya sekedar mengikuti saja, siswa mau mendengarkan
instruksi dari guru dari awal sampai akhir, siswa mau
bekerjasama dengan teman-temannya, bisa menghargai
temannya, tidak membuat gaduh saat di kelas, kemudian siswa
mau bertanya ketika belum paham, mau mengakui sebenarnya
siswa sudah paham atau belum” (7 September 2015, 14.5015.30).
Agar proses pembelajaran PAI dapat berjalan dengan aktif, yakni
anak dapat mengeksplor potensi dalam dirinya, dapat memperoleh
pemahamanya sendiri secara aktual, dan dapat mengkritisi berbagai
persoalan yang ditemui maka guru harus berupaya bagaimana cara
meningkatkan suasana kelas yang aktif mengingat banyaknya
keuntungan yang diperoleh melalui keaktifan siswa tersebut.
IW mengungkapkan upayanya dalam meningkatkan suasana kelas
yang aktif pada proses pembelajaran PAI sebagai berikut.
“Pertama kita melihat materi apa yang disampaikan, kemudian
kita melihat kondisi bagaimana kondisi pembelajaran anak,
apakah kelas ini anak-anaknya masuk pada audiotori,
kinestetik atau visual. Jadi dengan mengetahui kondisi seperti
itu kita akan menentukan metode dan model apa yang sesuai
demgan anak, dengan membuat metode atau model
pembelajaran yang menarik. Contoh materi sholat. Guru
mengajarkan bagaimana anak bisa sholat, yang saya pakai
adalah metode modeling, tapi sebelum itu saya ajak anak untuk
mencari macam-macam sholat. Kalau sudah anak presentasi
lewat power point bagaiman contoh sholat itu. Di endingnya
guru mengajak anak-anak untuk memahami dengan cara
mempraktekkan sholat yang telah dipresentasikan. Guru hanya
meluruskan pekerjaan anak yang salah” (27 Agustus 2015,
13:30-14:25).
Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan upaya yang dilakukan SN
dalam
meningkatkan
suasana
kelas
yang
aktif
pada
proses
pembelajaran PAI.
“yang pertama membangkitkan minat siswa, memberi motivasi
pada sisiwa, mengapa harus belajar PAI, apa fungsi PAI, maka
dengan demikian siswa akan berfikir. Kedua, mengatur metode
atau strategi pembelajaran, misalnya diskusi atau membuat
pertanyaan terbimbing, kemudian adalagi praktek, contohnya
praktek ibadah” (7 September 2015, 14.50-15.30).
Wawancara di atas menyimpulkan bahwa pembelajaran yang aktif
adalah adanya interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa satu
dengan siswa lainnya, kemudian ada partisipasi siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran, ada kerjasama dan komunikasi yang baik di
kelas. Dapat dikatakan siswa mendengarkan penjelasan guru, siswa
aktif bertanya, menyampaikan gagasan dan juga mengkritisi masalahmasalah yang timbul saat membahas suatu materi.
2. Pelaksanaan Classroom Management
Berawal dari pemahaman guru PAI mengenai manajemen kelas
untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI
bagi siswa, maka bagaimanakah pelaksanaan manajemen kelas
tersebut?
Pelaksanaan manajemen kelas meliputi persiapan-persiapan yang
berhubungan dengan faktor yang menunjang proses pembelajaran.
Meliputi faktor guru, siswa, kondisi kelas, fasilitas dan perencanaan
pembelajaran seperti metode dan strategi pembelajaran. Semua faktor
tersebut sangat mempengaruhi pelaksanaan manajemen kelas, apabila
ada satu faktor yang tidak dapat terlaksana dengan baik maka
manajemen kelas juga tidak dapat berjalan dengan baik pula.
“Sebagai guru, kita sudah memiliki perencanaan atau
merencanakan bagaimana proses pembelajaran bisa aktif
melalui manajemen kelas. salah satunya melalui RPP,
menggunakan metode yang memicu keaktifan anak seperti
diskusi dan presentasi” (IW, 27 Agustus 2015, 13:30-14:25).
Ungkapan di atas menjelaskan bahwa dalam melaksanakan manajemen
kelas
seorang
guru
harus
mempersiapkan
perencanaan
yang
berhubungan dengan pembelajaran. Senada dengan penjelasn SN di
bawah ini.
“Saya sudah merasa cukup baik dalam melaksanakan
manajemen kelas, tapi juga kadang merasa belum baik, karena
saya masih muda masih merasa belum profesional
dibandingkan dengan guru senior. Tapi yang jelas saya sudah
melaksanakan upaya menciptakan suasana aktif tersebut” (7
September 2015, 14.50-15.30).
Baik belumnya suatu manajemen kelas memerlukan proses yang
tidak sebentar dan bukan merupakan proses yang mudah, harus ada
kerjasama
antara
pihak
sekolah,
guru
dan
keluarga
untuk
melaksanakannya. Baik guru maupun pihak sekolah harus sama-sama
belajar memperbaiki kualitas, khususnya para guru muda hendaknya
lebih baik lagi dalam mempelajari manajemen kelas.
Dapat dikatakan manajemen kelas yang baik untuk mewujudkan
suasana kelas yang aktif pada pembelajara PAI tergantung pada guru
sebagai pelaksana manajemen kelas tersebut. Berkat kemampuan guru
dalam memahami apa itu manajemen kelas dan berbagai inovasi dalam
mempraktekkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai maka
proses pembelajaran akan berlangsung dengan aktif dan efektif.
Mengenai pelaksanaan manajemen kelas yang baik, IW menyatakan.
“Sebelumnya guru harus mengetahui apa itu manajemen kelas,
kemudian bagaimana caranya sesudah di kelas guru memanaj
kelas itu, bisa membuat kelas itu menarik dan kelas itu aktif
sehingga proses pembelajaran PAI tidak lagi menjadi mata
pelajaran yang membosankan” (27 Agustus 2015, 13:3014:25).
Hal ini senada dengan SN mengungkapkan pelaksanaan manajemen
kelas yang baik itu adalah sebagai berikut.
“Masalah manajemen kelas yang baik pertama kelas itu
tergantung dari metode yang digunakan guru, kalau pengen
metodenya ceramah, pengennya guru didengarkan maka
suasana kelas harus tidak ada suara kecuali suara guru, kalau
anak mau bertanya baru kita persilahkan. Tapi kalau
pengennya metode diskusi kelas mesti rame, kalau metode
diskusi yang saya harapkan bukan aktif fisik saja tapi juga aktif
secara mental, kalau aktif mental berarti siswa benar-benar
bekerja, tapi kalau aktif fisik siswa Cuma menggerombol ,
mengelompok tapi ternyata yang diobrolkan masalah lain.
Dapat dikatakan manajemen kelas yang baik itu adanya
suasana kondusif saat proses pembelajaran” (7 September
2015, 14.50-15.30).
Pernyataan di atas, telah memperjelas bahwa pelaksanaan
manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada
proses pembelajaran PAI sudah dilaksanakan dengan baik. Dapat
dikatakan manajemen kelas yang baik yaitu terciptanya situasi
kondusif dalam proses pemebelajaran.
3. Kesulitan dan Hambatan dalam Pelaksanaan Classroom
Management
Dalam pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana
kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI tentunya tidak terlepas
dari berbagai masalah. Masalah ini tidak hanya muncul dari individu
dan kelompok, tapi juga timbul dari guru itu sendiri, siswa dan pihak
keluarga.
“Saat diskusi kelompok kalau saya menyuruh siswa untuk
memilih kelompok sendiri pasti ada satu anak yang tidak dapat
kelompok, itu bisa diidentifikasi kalau anak tersebut biasanya
punya masalah dengan temannya. Kalau sudah saya tetapkan
kelompoknya ada sebagian siswa yang pengen pindah
kelompok maunya dengan teman yang itu-itu saja” (SN, 7
September 2015, 14.50-15.30).
Ternyata untuk mengatur siswa dalam satu kelas itu tidak mudah,
begitu pula untuk menciptakan kerjasama kelompok. Sesuai dengan
ungkapan di atas ada siswa yang mengalami masalah dengan siswa
lain yang menghambat proses diskusi kelas.
Guru juga kerap mengakui bahwa masalah manajemen kelas terkadang
timbul dari diri guru sendiri.
“Biasanya ada masa-masa dimana guru merasa jenuh, ada
masa guru tidak mau belajar. Hal itu mengurangi maksimalnya
proses mengajar. Guru harus cepat merefresh hal-hal yang
dapat menghambat kemaksimalannya untuk mengajar” (27
Agustus 2015, 13:30-14:25).
“Kurangnya profesionalitas atau pemahaman guru mengenai
palaksanaan manajemen kelas” (SN, 7 September 2015, 14.5015.30).
Kesimpulan yang dapat diambil dari kedua pernyataan tersebut
masalah manajemen kelas yang timbul dari guru adalah kadang
kurangnya kesadaran guru dalam mempelajari manajemen kelas secara
menyeluruh sehingga menghambat proses pembelajaran.
Hambatan yang berasal dari siswa diungkapkan oleh IW sebagai
berikut.
“Siswa memiliki banyak karakter, memiliki cara belajar yang
berbeda-beda. Seperti di kelas ada anak yang bersifat
kinestetik, audiens dan auditori, sedangkan guru inginnya
menyampaikan materi dengan metode yang dapat diterima
semua anak dengan senang. Terkadang satu metode belum
tentu cocok dengan semua anak, kadang si A cocok si B tidak
cocok, atau si B cocok si A tidak cocok. Jadi guru merasa
kerepotan dengan karakter siswa yang bervariasi” (27 Agustus
2015, 13:30-14:25).
Sejalan dengan pemikiran SN juga mengungkapkan masalah
manajemen kelas yang timbul dari siswa yaitu.
“Karakter siswa yang berbeda, misalnya guru menggunakan
metode diskusi agar menciptakan kelas aktif, kalau anak tipe
belajarnya auditorial, kalau belum dijelaskan belum paham itu
memang agak kesulitan, biasanya siswa tersebut akan protes”
(7 September 2015, 14.50-15.30).
Pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas
yang aktif tidak akan telaksana jika fasilitas yang dibutuhkan dalam
proses pembelajaran tidak memadai. Dari itu dibutuhkan fasilitas yang
lengkap dan memadai guna kelancaran prose pembelajaran. Di SMP
Al-Azhar 18 Salatiga telah memiliki fasilitas kelas yang lengkap dan
memadai, jadi guru tidak meperoleh kendala dalam melaksanakan
proses pembelajaran berkenaan dengan fasilitas.
Tidak dapat dipungkiri masalah manajemen kelas juga dapat
timbul dari keluarga. IW mengungkapkan masalah yang timbul dari
keluarga yaitu.
“Tidak adanya atau kurangnya kesesuaian antara tujuan yang
dilaksanakan dan diajarkan di sekolah dengan contoh yang
diterima dikeluarga. Misalnya di sekolah anak diajarkan untuk
menutup aurat, mengenakan jilbab, tapi di rumah ternyata
ibunya tidak berjilbab dan suka memakai pakaian terbuka. Hal
tersebut tentu memengaruhi pamahaman anak.contoh lagi, di
sekolah anak diajarkan untuk sholat lima waktu, tapi di rumah
orang tua tidak mengingatkan anak dan tidak memberikan
contoh yang baik” (27 Agustus 2015, 13:30-14:25).
Pemikiran di atas tidak jauh beda dengan pernyataan dari SN mengenai
masalah manajemen kelas yang timbul dari keluarga dibawah ini.
“Dukungan keluarga sangat berpengaruh pada perhatian anak
di dalam kelas, biasanya anak yang mendapat dukungan baik
dari keluarga, misal mendapat motivasi biasanya dari segi
mental akan antusias dalam pembelajaran. Jadi kebanyakan
anak-anak yang aktif bertanya tidak lepas dari motivasi
keluarga” (7 September 2015, 14.50-15.30).
Bergai masalah di atas dapat disimpulkan bersama bahwa masalah
guru adalah timbulnya rasa jenuh yang mengakibatkan kurangnya
semangat untuk lebih belajar memahami manajemen kelas dan
memahami karakter siswa, dari faktor siswa adalah karakter siswa
yang berbeda-beda sehingga kadang guru mengalami kesulitan dalam
menerapkan metode pembelajaran yang dapat diterima oleh semua
siswa di kelas, sedangkan dari faktor keluarga yaitu kurangnya
perhatian orang tua terhadap anak, dan kurang sesuainya orang tua
dalam menerapkan ajaran yang diterima anak dei sekolah dengan
kebiasaan orang tua di rumah.
4. Solusi atas Masalah dalam Pelaksanaan Classroom Management
Dapat kita ketahui bersama bagaimana solusi atas masalah
manajemen kelas melalui hasil wawancara sebagai berikut, berkenaan
prosedur manajemen kelas dimensi pencegahan dari faktor guru
sebagaimana yang diungkapkan oleh IW dibawah ini.
“Guru masih harus banyak belajar dalam mengatasi dan
mengurus siswa, contohnya bagaimana cara menerapkan
metode yang terbaru yang sesuai dengan karakter siswa” (27
Agustus 2015, 13:30-14:25).
“Guru harus terus belajar, dan juga memperbaiki kualitas diri”
(SN, 7 September 2015, 14.50-15.30).
Sedangkan solusi masalah yang timbul dari faktor siswa SN
mengungkapkan sebagai berikut.
“Saya lebih cenderung memberikan pemahaman pada siswa,
menasehati dan mengarahkan kepada hal yang lebih baik” (7
September 2015, 14.50-15.30).
IW memberikan penjelasan mengenai solusi yang timbul dari siswa
yaitu.
“Guru memberikan apersepsi diawal pembelajaran, atau
memancing rasa ingin tahu siswa dengan hal-hal yang menarik
kalau materinya baru. Atau guru memberi testimoni-testimoni.
Misal materi sholat, guru memberi anak testimoni ada anak
yang rajin melaksanakan sholat dan apa yang diinginkan dapat
terkabul. Dengan testimoni tersebut maka siswa akan tertarik
dengan guru dan materi pembelajaran” (27 Agustus 2015,
13:30-14:25).
Adapun prosedur manajemen kelas dimensi penyembuhan sebagai
solusi masalah yang timbul dalam pelaksanaan manajemen kelas yakni
masalah yang timbul dari faktor siswa adalah sebagaimana
diungkapkan oleh IW yaitu.
“Guru harus selalu mengingatkan anak, bagi anak yang bersifat
kinestetik guru harus memberikan kegiatan yang dapat
menghambat siswa untuk berbuat onar di kelas, seperti
menyuruhnya membawakan laptop, menyolokkan kabel LCD
dan lainnya, maka anak tersebut akan merasa senang dan
merasa dihargai” (27 Agustus 2015, 13:30-14:25).
Sedangkan solusi yang diungkapkan oleh SN yaitu.
“Seumpama siswa tidak bisa diberi pemahaman maka saya
minta bantuan pada wali kelas untuk membimbing siswa
tersebut” (7 September 2015, 14.50-15.30).
Mengenai masalah dari pihak keluarga, IW memberikan solusi
sebagaimana diungkapkan di bawah ini.
“Harus ada kerjasama yang baik antara sekolah dan keluarga
dalam mendidik anak, orang tua harus bisa mengkondisikan
diri dengan ajaran yang diterima anak di sekolah” (27 Agustus
2015, 13:30-14:25).
Hal senada diungkapkan oleh SN dalam memberikan solusi mengenai
masalah yang timbul dari keluarga sebagai berikut.
“Berkomunikasi pada orang tua siswa lewat bantuan wali kelas
untuk melaporkan bagaimana kondisi siswa di sekolah, agar
orang tua lebih memperhatikan anak” (7 September 2015,
14.50-15.30).
Penjelasan di atas mengenai solusi masalah-masalah yang timbul
dalam pelaksanaan manajemen kelas dapat ditarik kesimpulan, untuk
mengatasi masalah yang timbul dari guru, seorang guru harus
senantiasa belajar dan belajar bagaimana memahami prosedur
manajemen kelas secara mendalam, dan juga mempelajari lagi metode
pembelajaran yang pas untuk diterapkan pada siswa. Untuk mengatasi
masalah yang timbul dari siswa, guru harus selalu mengingatkan,
memberi pemahaman dan membimbing siswa yang sering membuat
masalah di kelas, kemudian melakukan kerjasama dengan wali kelas
untuk membantu menyelesaikan masalah siswa.
Mengatasi masalah yang timbul dari pihak keluarga, harus ada
kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan pihak orang tua
siswa, orang tua hendaknya lebih memperhatikan bagaimana kondisi
siswa dan harus memberukan motivasi yang kuat, serta dukungan
moril dan materil.
Banyak upaya yang harus ditempuh untuk meningkatkan
manajemen kelas yang baik agar suasana kelas bisa aktif. IW
berpendapat bahwa:
“Dalam manajemen kelas yang paling berpengaruh adalah
guru, guru harus senantiasa belajar dan belajar, kemudian
menilai kembali atau mengklarifikasi, menelaah metodemetode yang selama ini digunakan. Apa kekurangan dan
kelebihannya, apakah sudah sesuai dan mendukung proses
pembelajaran atau belum. Guru harus lebih belajar memahami
bagaimana karakter anak sehingga mampu memutuskan
kepada kelas mana suatu metode di terapkan. Kemudian guru
belajar mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah yang
muncul pada proses pembelajaran” (27 Agustus 2015, 13:3014:25).
Senada dengan pendapat di atas SN menyatakan:
“Untuk meningkatkan manajemen kelas yang baik agar kelas
menjadi aktif pertama dari faktor guru, guru lebih
mempersiapkan materi dengan baik, merancang metode
pembelajaran dengan baik. Kemudian dari faktor siswa, dari
awal siswa sudah harus dikondisikan untuk mengikuti
pembelajaran di kelas, siswa harus melaksanakan tugas dengan
baik, membuat peraturan kelas yang harus disepakati bersama.
Dari faktor fasilitas harus memadai dan harus dipersiapkan
dengan baik, dari faktor keluarga, harus ada pendekatan
emosional dari pihak keluarga dengan siswa” (7 September
2015, 14.50-15.30).
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan
manajemen kelas yang baik agar tercipta suasana kelas yang aktif
maka dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: pertama guru
harus senantiasa belajar dan belajar, kemudian mempersiapkan materi
dan metode pembelajaran dengan baik, mengkaji apakah metode yang
digunakan sudah tepat atau belum, dan yang lebih penting guru harus
belajar memahami karakter siswa. Kedua siswa harus dipersiapkan
dengan baik sebelum mengikuti proses pembalajaran, ketiga keluarga
harus memberikan semangat dan motivasi pada anak agar anak lebih
semangat dalam mengikuti pembelajaran.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pemahaman
Guru
Tentang
Classroom
Management
untuk
Mewujudkan Suasana Kelas Aktif pada Proses Pembelajaran PAI
Setiap guru pasti menginginksn situasi
yang mendukung
kelancaran proses pengajarannya, begitu pula sebagai siswa pasti juga
mengharapkan situasi yang rileks, nyaman dan menyenangkan saat
menerima pelajaran. Kondisi seperti itu tidak akan terlaksana apabila guru
tidak mengerti apa itu manajemen kelas, tanpa pelaksanaan manajemen
kelas maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan
kondusif. Karena segala sesuatu yang merupakan faktor pendukung
pelaksanaan pembelajaran diatur dalam manajemen kelas, baik dari faktor
guru, siswa, fasilitas, penataan ruang kelas, sampai pada penyusunan RPP.
Sebagai pemberian dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya
proses belajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjuk kepada
pengaturan orang (dalam hal ini terutama peserta didik) maupun
pengaturan fasilitas. Fasilitas di sini mencakup pengertian yang luas mulai
dari ventilasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan
progam belajar mengajar yang tepat, termasuk penggunaan perangkat
lunak sebagai media pembelajaran.
Hasil penelitian di SMP Al-Azhar 18 Salatiga mengenai
pemahaman guru PAI tentang manajemen kelas bahwa keberhasilan tujuan
pembelajaran tidak lepas dari penerapan manajemen kelas sebagai mana
yang telah diungkapkan oleh guru PAI di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga
bahwa manajemen mempunyai fungsi yang sangat penting, karena dengan
manajemen itu akan memudahkan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. ketika anak
belajar dengan senang maka anak bisa mudah memahami atau mengetahui
materi yang disampaikan guru dengan begitu tujuan pembelajaranpun
dapat tercapai dengan maksimal.
Berdasarkan hasil temuan peneliti guru PAI di SMP Islam AlAzhar 18 Salatiga telah memahami apa itu manajemen kelas. dapat
dikatakan bahwa pemahaman guru PAI mengenai manajemen kelas adalah
serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengelola kelas agar kelas
kondusif saat proses pembelajaran. Dengan terciptanya susana kelas yang
kondusif maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik, guru dapat
menyampaikan materi dengan lancar dan siswa pun dapat menerima
materi dengan senang hati.
Suasana yang kondusif dapat diciptakan oleh guru melalui
pengaturan metode pembelajaran yang aktif. Aktifnya kelas dalam proses
pembelajaran menjadi tolak ukur berhasil tidaknya guru dalam menguasai
kelas, dengan suasana kelas yang aktif siswa akan merasa senang saat
proses pembelajaran berlangsung, siswa tidak akan jenuh saat mengikuti
proses pembelajaran bahkan tidak jarang dengan metode pembelajaran
yang aktif siswa akan lebih mudah memahami materi.
Suasana kelas yang aktif terlihat dari adanya interaksi antara guru
dengan siswa dan siswa satu dengan siswa yang lain, siswa terlibat dalam
pembelajaran secara sukarela, siswa juga bisa aktif bertanya dan aktif
mengeksplor diri.
Apabila dalam suatu pembelajaran di kelas, tidak ada interaksi
yang berarti dalam proses pembelajaran, hanya guru yang terlihat
berbicara sedangkan siswa hanya diam dan mendengar tentu suasana
menjadi kaku, siswa akan merasa jenuh dengan pembelajaran. Dari itu
siswa akan menyibukkan diri dengan melakukan aktifitas yang dapat
menghilangkan kejenuhan namun mengganggu proses pembelajran seperti
mencoret-coret buku atau bercerita dengan teman sebangku. Kalau hal itu
terjadi siswa tidak akan memperhatikan penjelasan guru sehingga tujuan
pembelajaranpun tidak tercapai dengan maksimal.
Pembelajaran aktif menghendaki peran serta siswa yang tidak
hanya mendengar, melainkan juga melihat supaya lebih paham walaupun
sedikit,
mendiskusikannya
agar
memahami
atau
mendalami,
melakukannya agar memperoleh pengetahuan, dan mengerjakannya agar
menguasainya (Suyadi, 2013: 34).
Selain lebih mudah memahami materi, pembelajaran aktif juga
akan
meningkatkan
rasa
ingin
tahu
siswa,
mengajarkan
siswa
berkomunikasi dengan baik, mengajarkan siswa bertanggung jawab dan
mendorong siswa kepada kepedulian sosial.
Menurut
Confusius
dalam
Munthe
(2009:
63)
strategi
pembelajaran yang paling baik adalah yang melibatkan siswa berperilaku
aktif dalam praktik, sebab dengan praktik siswa telah memahami apa yang
menjadi tujuan pembelajaran. Strategi ceramah yang lebih banyak
memanfaatkan
keberhasilan
kemampuan
belajar.
mendengar
Strategi
tidak
memanfaatkan
membawa
visual
banyak
akan
lebih
memungkinkan siswa mengingat materi pelajaran, karena strategi ini dapat
membentuk sebuah gambar atau ingatan dalam otak siswa.
Terciptanya suasana aktif dalam proses pembelajaran PAI tidak
lepas dari pemahaman dan keterampilan guru dalam melaksanakan
manajemen kelas, dari itu sebelum melaksanakan pembelajaran guru
terlebih dulu sudah merencanakan seperti apa pelaksanaan pembelajaran
yang diharapkan agar siswa bisa aktif di kelas. yakni melalui penggunaan
strategi pembelajaran yang mendorong keaktifan siswa.
B. Pelaksanaan Classroom Management untuk Mewujudkan Suasana
Kelas Aktif pada Proses Pembelajaran PAI
Untuk menyukseskan pelaksanaan manajemen kelas dalam
menciptakan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI, perlu
diadakan
perencanaan-perencanaan.
Perencanaan
tersebut
meliputi
pengorganisasian siswa di kelas, pengorganisasian kegiatan-kegiatan
pembelajaran, dan pengorganisasian sarana-sarana pembelajaran.
Pembelajaran PAI bagi siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga
telah menggunakan pengelolaan kelas yang baik hal tersebut dapat
diketahui dari hasil wawancara bahwa guru PAI telah memiliki
perencanaan dan melaksanakan manajemen kelas dengan baik. Guru
merencanakan bagaimana proses pembelajaran PAI dapat berlangsung
aktif melalui manajemen kelas, salah satunya melalui penyusunan RPP.
Dimana RPP yang disusun telah ditetapkan metode pembelajaran aktif
yang akan diterapkan di kelas seperti metode diskusi dan presentasi.
Persiapan guru PAI dalam pengorganisasian siswa di kelas dapat
dilihat dari upaya guru dalam mengkondisikan dan mempersiapkan siswa
sebelum menerima materi dari guru. Setelah semua siswa masuk ke kelas,
guru memberikan apersepsi yaitu menyamakan persepsi siswa dengan
memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi
pelajaran atau dengan cara memberikan testimoni yang membuat siswa
tertarik dengan materi yang akan disampaikan, sehingga dengan rasa
tertarik itu siswa akan memperhatikan dan mengikuti proses pembelajaran
dengan baik.
Berdasarkan
pengamatan
penulis
saat
mengikuti
proses
pembelajaran PAI secara langsung, testimoni yang diberikan guru yaitu
seputar pengalaman religius siswa yang berhubungan dengan materi
pelajaran PAI. Waktu itu guru akan menyampaikan materi tentang shalat
sunah, guru memberikan pertanyaan pada siswa apa saja yang merupakan
shalat sunnah. Lalu ada salah satu siswa yang memnjawab shalat Dhuha,
siswa tersebut diminta maju ke depan kelas karena rajin melaksanakan
shalat Dhuha dan menceritakan manfaat apa yang diperoleh. Siswa
bercerita semenjak rajin shalat Dhuha keinginannya jadi terkabul, sebelum
meminta komputer pada orang tuanya, orang tuanya sudah terlebih dulu
membelikan komputer yang diinginkan.
Pengorganisasian kegiatan-kegiatan pembelajaran, dapat dilihat
dari perencanaan guru sebelum mengajar. Yakni planing bagaimana kelas
akan dibentuk melalui penyusunan RPP, dalam RPP tersebut telah
ditetapkan apa materi yang akan diajarkan, kemudian metode apa yang
akan digunakan dan instrumen pembelajaran yang diperlukan untuk
menyampaikan materi.
Berdasarkan pengamatan penulis, guru menyampaikan materi
pelajaran Shalat sunnah dengan menggunakan metode diskusi dan
presentasi. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok sesuai
dengan tema yang di tentukan. Ada yang mendapat shalat gerhana bulan,
gerhana matahari, shalat istisqa’ dan sebagainya. Setelah selesai
berdiskusi, masing-masing kelompok bergantian untuk presentasi di depan
kelas. disini terlihat bagaimana keaktifan siswa saat mengemukakan
pendapatnya dan saat mengajukan pertanyaan pada kelompok yang
presentasi.
Pengorganisasian sarana-sarana pembelajaran, dapat dilihat dari
persiapan sarana-sarana yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
Sesuai pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di kelas VIII D, saat itu
guru menyampaikan materi shalat istisqa’, guru membagi siswa kedalam
beberapa kelompok kemudian meminta diskusi mengenai shalat istisqa’
dan bergantian mempresentasikannya. Siswa diminta menuliskan hasil
diskusi
dengan
power
point
dari
itu
masing-masing
kelompok
menggunakan laptop yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, kemudian
untuk presentasi di depan kelas, siswa menayangkannya dengan
menggunakan LCD, semua sarana tersebut telah dipersiapkan sebelum
pelajaran dimulai sehingga tidak menghabiskan waktu yang ada.
Strategi pembelajaran merupakan bagian dari manajemen kelas,
karena strategi pembelajaran merupakan upaya guru untuk mencapai
kompetensi. Begitu pula manajemen kelas bertujuan untuk memudahkan
siswa mengikuti proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Sebagaimana
penjelasan,
mengajar
adalah
usaha
yang
memanfaatkan berbagai strategi, metode, dan teknik guna memungkinkan
tercapainya kompetensi atau hasil belajar tertentu dalam arti terjadinya
perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mampu menjadi mampu
(Bermawi Munthe, 2009: 53).
Dari hasil pemaparan di atas, maka sudah jelas bahwa guru PAI di
SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga telah melaksanakan manajemen kelas
dengan beik dan terncana. pelaksanaan pembelajaran telah direncanakan
terlebih dahulu, mulai dari pengorganisasian siswa, pengorganisasian
kegiatan-kegiatan pembelajaran, dan pengorganisasian sarana-sarana
pembelajaran. Yang mencakup menyusun RPP dan menentukan strategi
pembelajaran. Setelah semua perencanaan itu matang baru dilaksanakan
sesuai rencana.
C. Kesulitan dan Hambatan dalam Pelaksanaan Classroom Management
untuk Mewujudkan Suasana Kelas Aktif pada Proses Pembelajaran
PAI
Pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas
aktif pada proses pembelajaran PAI tentunya tidak terlepas dari berbagai
masalah, hambatan dan kesulitan. Hambatan tersebut bisa berasal dari
guru, siswa, fasilitas dan pihak keluarga.
Kesulitan/hambatan yang berasal dari guru yaitu adanya masamasa dimana guru merasa jenuh, ada masa guru tidak mau belajar. Hal itu
mengurangi keefektifan proses pembelajaran, karena menghambat
kemaksimalan guru dalam menyampaikan pelajaran. Dengan demikian
manajemen kelas tidak diterapkan dengan baik. Dari pernyataan yang
disampaikan oleh salah satu guru PAI saat merasa jenuh mengajar yang
seharusnya kelas melaksanakan presentasi akhirnya guru menggantinya
dengan tugas.
Kesulitan/hambatan yang berasal dari siswa yaitu siswa memiliki
banyak karakter, memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Terkadang satu
metode belum tentu cocok dengan semua anak, jadi guru merasa kerepotan
dengan karakter siswa yang bervariasi. Dijelaskan oleh guru PAI bahwa
karakter siswa dalam menerima pelajaran itu berbeda-beda, ada anak yang
model pembelajarannya kinestetik, ada yang audiens ada juga yang visual.
Terkadang untuk menggabungkan ketiga model tersebut dalam satu
metode tidaklah mudah, maka guru dituntut untuk kreatif bagaimana
disuatu pembelajaran dalam kelas yang siswanya berbeda karakter dapat
melaksanakan metode pembelajaran yang dapat diterima oleh semua anak.
Kesulitan/hambatan yang berasal dari keluarga yaitu tidak adanya
atau kurangnya kesesuaian antara nilai-nilai yang dilaksanakan dan
diajarkan di sekolah dengan kebiasaan yang diterima di lingkungan
keluarga. Misalnya di sekolah anak diajarkan untuk menutup aurat,
mengenakan jilbab, tapi di rumah ternyata ibunya tidak berjilbab dan suka
memakai pakaian terbuka. Hal tersebut tentu memengaruhi pamahaman
anak.contoh lagi, di sekolah anak diajarkan untuk sholat lima waktu, tapi
di rumah orang tua tidak mengingatkan anak dan tidak memberikan contoh
yang baik. Selain itu juga kurangnya perhatian dan motivasi yang
diberikan orang tua kepada anak yang mengakibatkan anak tidak semangat
dalam mengikuti pelajaran.
Dari berbagai masalah yang telah diungkapkan di atas dapat
disimpulkan bahwa masalah yang barasal dari guru adalah masih
kurangnya konsistensi mengenai tanggung jawab guru sebagai pengajar,
dengan adanya rasa malas untuk belajar memperbaiki kualitas diri serta
adanya rasa jenuh, sedang masalah siswa yaitu karakter siswa yang
berbeda-beda dalam belajar sehingga kadang guru merasa kesulitan untuk
menerapkan metode yang sesuai dan dapat diterima oleh semua siswa, dari
faktor keluarga sendiri kurangnya perhatian orang tua kepada anaknya,
kurangnya motivasi yang diberikan serta kurangnya kesesuaian antara
nilai-nilai yang diajarkan di sekolah dengan kebiasaan keluarga.
Masalah manajemen kelas juga bisa berasal dari individu dan juga
kelompok siswa, seperti saat diskusi kelompok pasti ada satu anak yang
tidak dapat kelompok, itu bisa diidentifikasi kalau anak tersebut biasanya
punya masalah dengan temannya atau ada sebagian siswa yang pengen
pindah kelompok maunya dengan teman yang itu-itu saja.
Masalah individu dari pemaparan tersebut, ada siswa yang merasa
mampu mengerjakan tugas sendiri sehingga tidak suka kerja sama dengan
temannya dan tidak suka dengan kerja kelompok, sedangkan masalah
kelompok ada siswa yang kurang bisa menerima kehadiran siswa lain
dalam kelompoknya, entah apa permasalahannya yang jelas guru harus
bertindak cepat dalam mengidentifikasi masalah-masalah tersebut agar
tidak mengganggu proses pembelajaran.
D. Solusi
dalam
Pelaksanaan
Classroom
Management
untuk
Mewujudkan Suasana Kelas yang Aktif pada Proses Pembelajaran
PAI
Beberapa solusi yang dilakukan oleh guru PAI untuk mengatasi
hambatan dalam melaksanakan manajemen kelas, guna mewujudkan
suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI, berkenaan dengan
prosedur manajemen kelas dimensi pencegahan yaitu.
Solusi terhadap masalah yang muncul dari faktor guru, guru harus
segera merefresh hal-hal yang dapat menghambat kemaksimalannya dalam
mengajar, guru harus terus belajar memperbaiki kualitas diri, contohnya
bagaimana cara menerapkan metode yang sesuai dengan karakter siswa.
Guru masih harus banyak belajar dalam mengatasi dan memahami
karakter siswa.
Solusi terhadap masalah yang muncul dari faktor siswa, guru harus
lebih memberikan pemahaman pada siswa, menasehati dan mengarahkan
kepada hal yang lebih baik yang dapat melancarkan proses pembelajaran.
Kemudian guru memberikan apersepsi diawal pembelajaran, atau
memancing rasa ingin tahu siswa dengan hal-hal yang menarik kalau
materinya baru. Atau guru memberi testimoni-testimoni kepada anak
untuk menarik perhatian.
Sedangkan berkenaan dengan prosedur manajemen kelas dimensi
penyembuhan, solusi yang dilakukan guru dalam mengatasi masalah
manajemen kelas yaitu.
Solusi terhadap masalah yang muncul dari faktor siswa, jika siswa
tidak bisa diberi pemahaman maka hendaknya guru meminta bantuan pada
wali kelas untuk membimbing siswa tersebut, serta menghubungi wali
murid untuk mengabari sikap anak di kelas. Guru harus selalu
mengingatkan anak, bagi anak yang bersifat kinestetik guru harus
memberikan kegiatan yang dapat menghambat siswa untuk berbuat onar di
kelas. Guru selalu menegur siswa yang suka membuat onar di kelas,
terkadang guru juga memberi hukuman, hal tersebut merupakan upaya
yang dilakukan guru untuk mempertahankan suasana kelas agar tetap
kondusif.
Solusi terhadap masalah yang muncul dari pihak keluarga,
Berkomunikasi pada orang tua siswa lewat bantuan wali kelas untuk
memberitahu bagaimana kondisi siswa di sekolah, agar orang tua lebih
memperhatikan anak. Harus ada kerjasama yang baik antara sekolah dan
keluarga dalam mendidik anak, orang tua harus bisa mengkondisikan diri
dengan nilai-nilai yang diterima anak di sekolah.
Berbagai masalah yang muncul dari faktor guru dapat dicegah
melalui sikap konsisten guru untuk terus belajar meningkatkan kualitas
diri, meliputi belajar bagaimana prosedur pelaksanaan manajemen kelas
yang baik, belajar penguasaan materi yang akan diajarkan, belajar
bagaimana cara menerapkan berbagai strategi pembelajaran aktif yang
ssesuai dengan karakter siswa, juga belajar memahami berbagai karakter
siswa.
Sedangkan berbagai masalah yang muncul dari faktor siswa dapat
dicegah dengan upaya guru dalam menasehati, memberi bimbingan dan
pemahaman serta memberikan motivasi pada siswa, sehingga dengan cara
tersebut siswa merasa dihargai, siswa merasa diperhatikan. Selain itu
dalam proses pembelajaran sebelum menyampaikan materi guru juga
harus memberi motivasi dengan cara menyampaikan testimoni, sebagai
penyemangat manfaat apa yang diperoleh dari materi tersebut, serta
memberikan apersepsi terhadap materi baru sehingga anak punya
pandangan mengenai materi yang akan diterima.
Berbagai masalah yang muncul dari faktor siswa dapat diatasi
dengan cara, apabila siswa yang bermasalah tidak bisa diberi pemahaman
secara halus, maka guru dapat menggunakan hukuman yang bisa
menimbulkan efek jera, selain itu guru melibatkan siswa yang cenderung
aktif dalam aktifitas pengajaran, contoh siswa disuruh untuk menyiapkan
LCD, mengambil buku paket di perpustakaan sehingga siswa yang aktif
tersebut tidak melakukan kegiatan yang dapat mengganggu proses
pembelajaran. Kemudian guru bekerjasama dengan wali kelas untuk samasama memberikan bimbingan pada siswa yang bermasalah tersebut.
Masalah yang muncul dari pihak keluarga dapat diatasi dengan
cara pertemuan rutin dengan wali murid, kemudian menjalin komunikasi
dan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan keluarga agar samasama menbimbing anak, orang tua harus memberikan motivasi yang lebih
pada anak agar anak dapat bersemangat saat mengikuti pembelajaran.
Mengingat begitu penting peranan keluarga dalam menentukan perilaku
anak, sebaiknya orang tua harus memberikan penanaman nilai yang sama
dengan apa yang diperoleh anak di sekolah.
Apabila guru telah melaksanakan solusi tersebut dengan baik,
maka proses pembelajaran PAI tidak akan menjadi mata pelajaran yang
membosankan
lagi,
akan
tercipta
suasana
yang
kondusif
bagi
tereksplornya potensi dan keaktifan siswa sehingga siswa akan lebih
memahami materi yang disampaikan guru dan tujuan pembelajaran pun
dapat tercapai.
Satu hal yang tidak boleh diabaikan oleh guru PAI adalah
bagaimana cara meningkatkan manajemen kelas yang baik untuk
mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi
siswa. Tentu banyak upaya yang harus ditempuh untuk meningkatkan
manajemen kelas yang baik agar suasana kelas bisa aktif sebagaimana
hasil wawancara dengan guru PAI maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
untuk meningkatkan manajemen kelas yang baik agar tercipta suasana
kelas aktif pada proses pembelajaran PAI. maka dapat ditempuh langkahlangkah sebagai berikut: pertama guru harus senantiasa belajar dan belajar,
kemudian mempersiapkan materi dan metode pembelajaran dengan baik,
mengkaji apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum, dan
yang lebih penting guru harus belajar memahami karakter siswa. Kedua
siswa harus dipersiapkan dengan baik sebelum mengikuti proses
pembalajaran, ketiga keluarga harus memberikan semangat dan motivasi
pada anak agar anak lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di
SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Tahun 2015, mengenai penerapan
manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses
pembelajaran PAI bagi siswa dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Guru PAI telah memahami apa yang dimaksud dengan Classroom
Management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses
pembelajaran PAI bagi siswa. Pemahaman guru PAI tentang
Classroom Management adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan
untuk mengelola kelas agar kelas kondusif dan proses pembelajaran
dapat berlangsung dengan efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara maksimal.
2. Pelaksanaan Classroom Management untuk mewujudkan suasana
kelas aktif pada proses pembelajaran PAI telah terencana dan
dilaksanakan dengan baik oleh guru PAI. Perencanaan tersebut
meliputi Pengorgansasian siswa, pengorganisasian kegiatan-kegiatan
pembelajaran dan pengorganisasian sarana-sarana pembelajaran.
3. Kesulitan/hambatan dalam pelaksanaan Classroom Management untuk
mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi
siswa berasal dari beberapa faktor, diantaranya: faktor guru, faktor
siswa dan faktor keluarga.
4. Solusi atas masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Classroom
Management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses
pembelajaran PAI.
a. Dimensi pancegahan
1) Masalah yang muncul dari faktor guru, guru harus terus belajar,
dan memperbaiki kualitas diri, guru masih harus banyak belajar
dalam memahami karakter siswa
2) Masalah yang muncul dari faktor siswa, guru harus lebih
memberikan
pemahaman
pada
siswa,
menasehati
dan
mengarahkan kepada hal yang lebih baik yang dapat
melancarkan proses pembelajaran. Kemudian guru memberikan
apersepsi diawal pembelajaran, memberi testimoni-testimoni
kepada siswa untuk menarik perhatian.
b. Dimensi penyembuhan
1) Masalah yang muncul dari faktor siswa, jika siswa tidak bisa
diberi pemahaman maka hendaknya guru meminta bantuan
pada wali kelas untuk membimbing siswa tersebut, serta
menghubungi wali murid untuk memberitahu sikap anak di
kelas. Guru harus selalu mengingatkan anak, bagi anak yang
bersifat kinestetik guru harus memberikan kegiatan yang dapat
menghambat siswa untuk berbuat onar di kelas.
2) Masalah yang muncul dari pihak keluarga, guru berkomunikasi
dengan orang tua siswa melalui wali kelas untuk melaporkan
bagaimana kondisi siswa di sekolah, Harus ada kerjasama yang
baik antara sekolah dan keluarga dalam mendidik anak, orang
tua harus bisa mengkondisikan diri dengan nilai-nilai yang
diterima anak di sekolah.
B. Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh, agar
Implementasi Classroom Management dapat berjalan dengan baik dalam
mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI,
penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi guru PAI kelas VII, VIII dan IX hendaknya jangan pernah bosan
untuk belajar dan belajar, lebih meningkatkan kualitas diri dalam
menguasai materi, metode serta memahami karakter siswa, karena
proses pembelajaran merupakan proses yang berkelanjutan, interaksi
antara guru dan siswa harus dilaksanakan dengan baik dan hangat.
Sehingga siswa merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
2. Bagi pihak sekolah, hendaknya meningkatkan kualitas saranaprasarana serta fasilitas yang memadai, sehingga siswa dapat
mengeksplor
potensi
diri
dengan
mudah,
tentunga
dengan
pendampingan dari guru.
3. Bagi orang tua siswa, sebaiknya meningkatkan komunikasi yang baik
dengan anak, memberikan motivasi dan bimbingan secara emosional,
agar dapat mendampingi pertumbuhan anak dalam belajar, sehingga
anak memiliki rasa semangat dalam mengikuti pembelajaran.
4. Bagi peneliti lain, agar dapat meneliti Classroom Mnagement dengan
menggali lebih dalam tentang segala aspek yang berhubungan dengan
Classroom Management agar mendapatkan hasil penelitian yang
sempurna untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin & Beni Ahmad Saebandi. 2009. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Ahmadi & Sofyan Amri. 2011. cet pertama. Paikem Gembrot. Jakarta: PT.
Prestasi Puatakarya.
Darmawan, Deni. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja
Posdakarya.
Emzir. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan
Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Posdakarya.
Moleong, Lexi J. 2008. Metodologi Penelitian Kwalitatif. Bandung:
Posdakarya.
Mulyadi. 2009. Classroom management Mewujudkan Suasana Kelas Yang
Menyenangkan Bagi Siswa. Malang: Malang Pres.
Munthe, Bermawi. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: PT. Pustaka
Insan Madani.
Rohani, Ahmad. cet ke2. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Silberman, Melvin L. 2009. Aktiv Learning 101 Strategi Pembelajaran
Aktif. Diterjemahkan oleh: Sarjuli dkk. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT.
Remaja Posdakarya.
Wardani, Asih, 2013. Implementasi Classroom Management untuk
Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkan bagi Siswa Kelas
IA dan IB di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga. Skripsi tidak
diterbitkan. Salatiga: jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
Yamin, Martinis & Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas
(Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran). Jakarta: Gaung
Persada.
http://el-kawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurutpara ahli.html.
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK
MEWUJUDKAN SUASANA KELAS AKTIF PADA PROSES
PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18
SALATIGA TAHUN 2015
Wawancara untuk guru PAI
Responden
:
Peran
:
Data
:
Hari/tanggal
:
Daftar pertanyaan
:
1. Apakah yang ibu/bapak guru ketahui tentang manajemen kelas?
meliputi:
a. Pengertian manajemen kelas.
b. Fungsi dan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan manajemen
kelas.
2. Menurut ibu/bapak guru bagaimanakah suasana kelas yang aktif itu?
a. Bagaimana strategi ibu/bapak guru agar tercipta suasana kelas yang
aktif saat proses pembelajaran PAI? Berkaitan dengan teknik atau
metode mengajar?
b. Menurut ibu/bapak guru apa yang mempengaruhi aktif tidaknya
suasana kelas saat proses pembelajaran PAI?
c. Tujuan apa yang ingin dicapai pada proses pembelajaran PAI?
d. Bagaimana upaya guru untuk meningkatkan suasana kelas yang aktif
pada proses pembelajaran PAI?
3. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana
kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa, apakah sudah
berjalan dengan baik atau belum?
4. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kelas yang baik itu agar tercipta
suasana ke;as yang aktif pada proses pembelajaran PAI?
5. Apa kesulitan/hambatan ibu/bapak guru dalam pelaksanaan manajemen
kelas untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses
pembelajaran PAI bagi siswa? Meliputi:
a. Masalah-masalah yang dihadapi, masalah individu dan kelompok.
b. Kesulitan/hambatan dari faktor guru.
c. Kesulitan/hambatan dari faktor Siswa.
d. Kesulitan/hambatan dari faktor Fasilitas.
e. Kesulitan/hambatan dari faktor keluarga.
6. Bagaimana solusi atas masalah-masalah tersebut dalam pelaksanaan
manajemen kelas? berkenaan dengan:
a. Prosedur manajemen kelas dimensi pencegahan (preventif).
b. Prosedur manajemen kelas dimensi penyembuhan (kuratif).
7. Menurut ibu/bapak guru bagaimana cara meningkatkan manajemen kelas
yang baik agar tercipta suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran
PAI bagi siswa?
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK
MEWUJUDKAN SUASANA KELAS AKTIF PADA PROSES
PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18
SALATIGA TAHUN 2015
Wawancara untuk siswa
Nama
:
Kelas
:
Hari/tanggal
:
Waktu
:
Daftar Pertanyaan
:
1. Bagaimana suasana kelas saat proses pembelajaran PAI, apakah menarik
atau membosankan?
2. Apa yang biasanya dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran?
3. Apakah guru sering menggunakan metode pembelajaran aktif?
4. Metode apa yang sering digunakan guru saat mengajar PAI?
5. Apakah dengan metode yang digunakan guru siswa memahami materi
pembelajaran?
REDUKSI WAWANCARA
IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK
MEWUJUDKAN SUASANA KELAS YANG AKTIF PADA PROSES
PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18
SALATIGA TAHUN 2015
Responden 1 : Inayatul Wakidah,M. Pd
Peranan
: Pengampu mapel PAI kelas VIII dan IX
Data
: Wawancara
Hari/tanggal
: Kamis, 27 Agustus 2015
Waktu
: 13:30-14:25
1. Apakah yang ibu ketahui tentang manajemen kelas? meliputi:
a. Pengertian
“manajemen kelas berasal dari kata manajemen dan kelas, berarti
bagaimana caranya memanaj kelas agar kelas itu bisa maksimal
dalam proses belajar mengajar, sehingga apa yang menjadi tujuan
pembelajaran itu bisa terlaksana dengan baik dan maksimal.”
b. Fungsi dan tujuan
“ fungsi manajemen kelas sangat penting, karena dengan manajemen
itu memudahkan anak dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai ketika anak belajar dengan senang. Tujuannya adalah
agar anak bisa memahami atau mengetahui tujuan pembelajaran
secara maksimal.”
2. Menurut ibu bagaimanakah suasana kelas yang aktif itu?
“Suasana kelas yang aktif yaitu dimana didalam kelas anak terlibat dalam
pembelajaran secara sukarela, anak bisa aktif untuk bertanya, anak bisa
aktif untuk mengeksplor diri. Dapat dikatakan terjadi interaksi antara
siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa.”
a. Bagaimana strategi ibu agar tercipta suasana kelas yang aktif saat
proses pembelajaran PAI? Berkaitan dengan teknik atau metode
mengajar.
“agar suasana kelas bisa aktif metode yang saya gunakan salah
satunya adalah diskusi, ketika diskusi anak antusias untuk ingin tahu
sehingga anak merasa senang saat proses pembelajaran. Jadi
pembelajaran tidak kaku yang hanya monoton, guru berbicara anak
mendengarkan, maka hasilnya kurang maksimal.”
b. Menurut ibu apa yang mempengaruhi aktif tidaknya suasana kelas saat
proses pembelajaran PAI?
“ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktif tidaknya suatu kelas,
yaitu guru, siswa, fasilitas dan keluarga.”
c. Tujuan apa yang ingin dicapai pada proses pembelajaran PAI?
“kalau pada proses pembelajaran PAI tujuan yang ingin dicapai anak
bisa memahami, mengetahui apa yang menjadi tujuan pembelajaran
yang sudah ditentukan oleh kurikulum.”
d. Bagaimana upaya ibu untuk meningkatkan suasana kelas yang aktif
pada proses pembelajaran PAI?
“pertama kita melihat materi apa yang disampaikan, kemudian kita
melihat kondisi bagaimana kondisi pembelajaran anak, apakah kelas
ini anak-anaknya masuk pada audiotori, kinestetik atau visual. Jadi
dengan mengetahui kondisi seperti itu kita akan menentukan metode
dan model apa yang sesuai demgan anak, dengan membuat metode
atau model pembelajaran yang menarik. Contoh materi sholat. Guru
mengajarkan bagaimana anak bisa sholat, yang saya pakai adalah
metode modeling, tapi sebelum itu saya ajak anak untuk mencari
macam-macam sholat. Kalau sudah anak presentasi lewat power point
bagaiman contoh sholat itu. Di endingnya guru mengajak anak-anak
untuk memahami dengan cara mempraktekkan sholat yang telah
dipresentasikan. Guru hanya meluruskan pekerjaan anak yang salah.”
3. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana
kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa?
“sebagai guru, kita sudah memiliki perencanaan atau merencanakan
bagaimana proses pembelajaran bisa aktif melalui manajemen kelas.
salah satunya melalui RPP, menggunakan metode yang memunculkan
keaktifan anak seperti diskusi dan presentasi.”
4. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kelas yang baik itu, agar tercipta
suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI?
“sebelumnya guru harus mengetahui apa itu manajemen kelas, kemudian
bagaimana caranya sesudah di kelas guru memanaj kelas itu, bisa
membuat kelas itu menarik dan kelas itu aktif sehingga proses
pembelajaran
PAI
tidak
lagi
menjadi
mata
pelajaran
yang
membosankan.”
5. Apa kesulitan/hambatan ibu dalam pelaksanaan manajemen kelas
untukmewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI
bagi siswa? Meliputi:
a. Kesulitan/hambatan dari faktor guru
“biasanya ada masa-masa dimana guru merasa jenuh, ada masa guru
tidak mau belajar. Hal itu mengurangi maksimalnya proses mengajar.
Guru harus cepat merefresh hal-hal yang dapat menghambat
kemaksimalannya untuk mengajar.”
b. Kesulitan/hambatan dari faktor siswa
“siswa memiliki banyak karakter, memiliki cara belajar yang berbedabeda. Sepeti di kelas ada anak yang bersifat kinestetik, audiens dan
auditori, sedangkan guru inginnya menyampaikan materi dengan
metode yang dapat diterima semua anak dengan senang. Terkadang
satu metode belum tentu cocok dengan semua anak, kadang si A cocok
si B tidak cocok, atau si B cocok si A tidak cocok. Jadi guru merasa
kerepotan dengan karakter siswa yang bervariasi.”
c. Kesulitan/hambatan dari faktor fasilitas
“fasilitas mempengaruhi proses belajar mengajar, apabila dalam kelas
vasilitas yang dibutuhkan tidak atau kurang memadai maka akan
menghambat proses belajar mengajar. Tapi disini fasilitas bukan
merupakan masalah yang berarti karena sudah tersedia dengan
lengkap dan dapat digunakan kapanpun dibutuhkan.”
d. Kesulitan/hambatan dari faktor keluarga
“tidak adanya atau kurangnya kesesuaian antara tujuan yang
dilaksanakan dan diajarkan di sekolah dengan contoh yang diterima
dikeluarga. Misalnya di sekolah anak diajarkan untuk menutup aurat,
mengenakan jilbab, tapi di rumah ternyata ibunya tidak berjilbab dan
suka memakai pakaian terbuka. Hal tersebut tentu memengaruhi
pamahaman anak.contoh lagi, di sekolah anak diajarkan untuk sholat
lima waktu, tapi di rumah orang tua tidak mengingatkan anak dan
tidak memberikan contoh yang baik.”
6. Bagaimana solusi atas masalah-masalah tersebut dalam pelaksanaan
manajemen kelas? berkenaan dengan:
a. Prosedur manajemen kelas dimensi pencegahan
1) Kesulitan/hambatan dari faktor guru
“guru masih harus banyak belajar dalam mengatasi dan mengurus
siswa, contohnya bagaimana cara menerapkan metode yang
terbaru yang sesuai dengan karakter siswa.”
2) Kesulitan/hambatan dari faktor siswa
“guru
memberikan
apersepsi
diawal
pembelajaran,
atau
memancing rasa ingin tahu siswa dengan hal-hal yang menarik
kalau materinya baru. Atau guru memberi testimoni-testimoni.
Misal materi sholat, guru memberi anak testimoni ada anak yang
rajin melaksanakan sholat dan apa yang diinginkan dapat
terkabul. Dengan testimoni tersebut maka siswa akan tertarik
dengan guru dan materi pembelajaran.”
b. Prosedur manajemen kelas dimensi penyembuhan
1) Kesulitan/hambatan dari faktor siswa
“guru harus selalu mengingatkan anak, bagi anak yang bersifat
kinestetik
guru
harus
memberikan
kegiatan
yang
dapat
menghambat siswa untuk berbuat onar di kelas, seperti
menyuruhnya membawakan laptop, menyolokkan kabel LCD dan
lainnya, maka nak tersebut akan merasa senang dan merasa
dihargai.”
2) Kesulitan/hambatan dari faktor keluarga
“harus ada kerjasama yang baik antara sekolah dan keluarga
dalam mendidik anak, orang tua harus bisa mengkondisikan diri
dengan ajaran yang diterima anak di sekolah.”
7. Menurut ibu bagaimana cara meningkatkan manajemen kelas yang baik
agar tercipta suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi
siswa?
“dalam manajemen kelas yang paling berpengaruh adalah guru, guru
harus senantiasa belajar dan belajar, kemudian menilai kembali atau
mengklarifikasi, menelaah metode-metode yang selama ini digunakan.
Apa kekurangan dan kelebihannya, apakah sudah sesuai dan mendukung
proses pembelajaran. Guru harus lebih belajar memahami bagaimana
karakter anak sehingga mampu memutuskan kepada kelas mana suatu
metode di terapkan. Kemudian guru belajar mencari jalan keluar untuk
mengatasi masalah yang muncul pada proses pembelajaran.”
REDUKSI WAWANCARA
IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK
MEWUJUDKAN SUASANA KELAS YANG AKTIF PADA PROSES
PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18
SALATIGA TAHUN 2015
Responden
: Siti Nur Milatul Jannah, S.Pd.I
Peranan
: Guru pengampu mapel PAI kelas VII
Data
: Wawancara
Hari/tanggal
: Senin, 7 September 2015
Waktu
: 14.50-15.30
1. Apakah yang ibu ketahui tentang manajemen kelas? meliputi:
a. Pengertian
“manajemen kelas adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
mengelola kelas agar kelas kondusif saat proses pembelajaran.”
b. Fungsi dan tujuan
“fungsinya untuk mengatur siswa, membimbing siswa agar belajar
lebih giat lagi, sehingga nanti pembelajarannya bisa efektif. Kalau
sudah efektif siswa akan bisa memahami dengan baik. Tujuannya agar
siswa mudah menerima materi pada proses pembelajaran.”
2. Menurut ibu bagaimanakah suasana kelas yang aktif itu?
“suasana kelas yang aktif itu pertama siswa mau memperhatikan guru,
mau mendengarkan guru. Mendengarkan bukan sekedar mendengar,
kalau mendengarkan berarti siswa menyimak penjelasan atau instruksi
dari guru, penjelasan dari temannya, gagasan dari temannya dengan baik.
Yang kedua, siswa sanggup mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan
sudah diinstruksikan oleh guru. Dan ketiga, siswa mau bertanya atau
mengkritisi jika ada materi yang belum jelas. Dapat dikatakan suasana
kelas yang aktif itu ada interaksi antara guru dengan sisiwa dan siswa
satu dengan siswa yang lain..”
a. Bagaimana strategi ibu agar tercipta suasana kelas yang aktif saat
proses pembelajaran PAI? Berkaitan dengan teknik atau metode
mengajar.
“metode yang saya gunakan misalnya diskusi atau membuat
pertanyaan terbimbing, kemudian praktik ibadah.”
b. Menurut ibu apa yang mempengaruhi aktif tidaknya suasana kelas saat
proses pembelajaran PAI?
“ada beberapa faktor, yang pertama fasilitas, jika guru menayangkan
suatu tayangan yang mungkin menarik bagi siswa maka banyak siswa
yang mau berkomentar atau bertanya. Yang kedua dari faktor siswa,
kalau siswa sedang kelelahan maka siswa akan
cenderung
meminta
guru
untuk
tidak
cenderung pasif,
menggunakan
metode
pembelajaran yang aktif, maunya guru yang bercerita siswa Cuma
mendengarkan,masih dari faktor siswa, kalu siswa ada minat untuk
belajar dia akan aktif dengan sendirinya tanpa disuruh. Yang ketiga
dari faktor materi,kalau materi itu kebetulan mungkin menyenggol
atau menyangkut pengalaman siswa maka siswa akan bekomentar dan
akan bertanya.”
c. Tujuan apa yang ingin dicapai pada proses pembelajaran PAI?
“kalau dalam proses pembelajaran tujuannya siswa mau mengikuti
materi dari awal sampai akhir, kemudian tidak hanya sekedar
mengikuti saja, siswa mau mendengarkan instruksi dari guru dari
awal sampai akhir, siswa mau bekerjasama dengan teman-temannya,
bisa menghargai temannya, tidak membuat gaduh saat di kelas,
kemudian siswa mau bertanya ketika belum paham, mau mengakui
sebenarnya siswa sudah paham atau belum.”
d. Bagaimana upaya ibu untuk meningkatkan suasana kelas yang aktif
pada proses pembelajaran PAI?
“yang pertama membangkitkan minat siswa, memberi motivasi pada
sisiwa, mengapa harus belajar PAI, apa fungsi PAI, maka dengan
demikian siswa akan berfikir. Kedua, mengatur metode atau strategi
pembelajaran, misalnya diskusi atau membuat pertanyaan terbimbing,
kemudian adalagi praktek, contohnya praktek ibadah.”
3. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana
kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa?
“saya sudah merasa cukup baik dalam melaksanakan manajemen kelas,
tapi juga kadang merasa belum baik, karena saya masih muda masih
merasa belum profesional dibandingkan dengan guru senior. Tapi yang
jelas saya sudah melaksanakan upaya menciptakan suasana aktif
tersebut.”
4. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kelas yang baik itu, agar tercipta
suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI?
“masalah manajemen kelas yang baik pertama kelas itu tergantung dari
metode yang digunakan guru, kalau pengen metodenya ceramah,
pengennya guru didengarkan maka suasana kelas harus tidak ada suara
kecuali suara guru, kalau anak mau bertanya baru kita persilahkan. Tapi
kalau pengennya metode diskusi kelas mesti rame, kalau metode diskusi
yang saya harapkan bukan aktif fisik saja tapi juga aktif secara mental,
kalau aktif mental berarti siswa benar-benar bekerja, tapi kalau aktif fisik
siswa Cuma menggerombol , mengelompok tapi ternyata yang diobrolkan
masalah lain. Dapat dikatakan manajemen kelas yang baik itu adanya
suasana kondusif saat proses pembelajaran .”
5. Apa kesulitan/hambatan ibu dalam pelaksanaan manajemen kelas untuk
mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi
siswa? Meliputi:
a. Kesulitan/hambatan individu/kelompok
“saat diskusi kelompok kalau saya menyuruh siswa untuk memilih
kelompok sendiri pasti ada satu anak yang tidak dapat kelompok, itu
bisa diidentifikasi kalau anak tersebut biasanya punya masalah
dengan temannya. Kalau sudah saya tetapkan kelompoknya ada
sebagian siswa yang pengen pindah kelompok maunya dengan teman
yang itu-itu saja.”
b. Kesulitan/hambatan dari faktor guru
“kurangnya
profesionalitas
atau
pemahaman
guru
mengenai
palaksanaan manajemen kelas.”
c. Kesulitan/hambatan dari faktor siswa
“karakter siswa yang berbeda, misalnya guru menggunakan metode
diskusi agar menciptakan kelas aktif, kalau anak tipe belajarnya
auditorial, kalau belum dijelaskan belum paham itu memang agak
kesulitan, biasanya siswa tersebut akan protes.”
d. Kesulitan/hambatan dari faktor fasilitas
“fasilitas harus lengkap dan memadai untuk mendukung proses
pembelajaran.”
e. Kesulitan/hambatan dari faktor keluarga
“dukungan keluarga sangat berpengaruh pada perhatian anak di
dalam kelas, biasanya anak yang mendapat dukungan baik dari
keluarga, misal mendapat motivasi biasanya dari segi mental akan
antusias dalam pembelajaran. Jadi kebanyakan anak-anak yang aktif
bertanya tidak lepas dari motivasi keluarga.”
6. Bagaimana solusi atas masalah-masalah tersebut dalam pelaksanaan
manajemen kelas? berkenaan dengan:
a. Prosedur manajemen kelas dimensi pencegahan
1) Kesulitan/hambatan dari faktor individu/kelompok
“memberikan pemahaman pada siswa untuk bisa belajar
memahami karakter orang lain, misalnya pada pembelajaran
kelompok, tidak hanya belajar mandiri tetapi juga belajar
memahami teman.”
2) Kesulitan/hambatan dari faktor guru
“guru harus terus belajar, dan juga memperbaiki kualitas diri.”
3) Kesulitan/hambatan dari faktor siswa
“saya lebih cenderung memberikan pemahaman pada siswa,
menasehati dan mengarahkan kepada hal yang lebih baik.”
b. Prosedur manajemen kelas dimensi penyembuhan
1) Kesulitan/hambatan dari faktor siswa
“seumpama siswa tidak bisa diberi pemahaman maka saya minta
bantuan pada wali kelas untuk membimbing siswa tersebut.”
2) Kesulitan/hambatan dari faktor keluarga
“berkomunikasi pada orang tuasiswa lewat bantuan wali kelas
untuk melaporkan bagaimana kondisi siswa di sekolah, agar orang
tua lebih memperhatikan anak.”
7. Menurut ibu bagaimana cara meningkatkan manajemen kelas yang baik
agar tercipta suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi
siswa?
“untuk meningkatkan manajemen kelas yang baik agar kelas menjadi aktif
pertama dari faktor guru, guru lebih mempersiapkan materi dengan baik,
merancang metode pembelajaran dengan baik. Kemudian dari faktor
siswa, dari awal siswa sudah harus dikondisikan untuk mengikuti
pembelajaran di kelas, siswa harus melaksanakan tugas dengan baik,
membuat peraturan kelas yang harus disepakati bersama. Dari faktor
fasilitas harus memadai dan harus dipersiapkan dengan baik, dari faktor
keluarga, harus ada pendekatan emosional dari pihak keluarga dengan
siswa.”
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK
MEWUJUDKAN SUASANA KELAS AKTIF PADA PROSES
PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18
SALATIGA TAHUN 2015
Wawancara untuk siswa
Nama
: Dinda Meilia Afta
Kelas
: VII C
Hari/tanggal
: Kamis/ 1 Oktober 2015
Waktu
: 09:45
Daftar Pertanyaan
:
1. Bagaimana suasana kelas saat proses pembelajaran PAI, apakah menarik
atau membosankan?
“Pelajaran PAI di kelas VII cukup menarik, gurunya enak saat
mengajar.”
2. Apa yang biasanya dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran?
“Sebelum pelajaran dimulai biasanya bu guru memberikan cerita untuk
menyemangati siswa belajar.”
3. Apakah guru sering menggunakan metode pembelajaran aktif?
“Ya terkadang aktif, kadang juga tidak. Tapi lebih sering diterangkan.”
4. Metode apa yang sering digunakan guru saat mengajar PAI?
“Metode pembelajaran yang sering digunakan yaitu kerja kelompok,
siswa diberi tugas atau pertanyaan untuk dikerjakan bersama-sama.
Setelah selesai dikerjakan pertanyaan yang paling sulit dijelaskan bu
guru, kalau tidak tanya jawab.”
5. Apakah dengan metode yang digunakan guru, siswa memahami materi
pembelajaran?
“Ya, sebagian besar materi yang dijelaskan paham, tapi kalau tidak
memperhatikan jadi kurang paham.”
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK
MEWUJUDKAN SUASANA KELAS AKTIF PADA PROSES
PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18
SALATIGA TAHUN 2015
Wawancara untuk siswa
Nama
: Yasmin Syafa
Kelas
: VIII D
Hari/tanggal
: Kamis/ 01 Oktober 2015
Waktu
: 10:15
Daftar Pertanyaan
:
1. Bagaimana suasana kelas saat proses pembelajaran PAI, apakah menarik
atau membosankan?
“Suasana kelas saat pelajaran PAI sangat menyenangkan, gurunya enak
saat menjelaskan.”
2. Apa yang biasanya dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran?
“Biasanya sebelum mengajar bu Ina memberikan pertanyaan seputar
materi yang akan diajarkan, kadang salah satu siswa di minta maju untuk
bercerita tentang pengalaman religius yang menjadikan siswa merasa
semangat belajar.”
3. Apakah guru sering menggunakan metode pembelajaran aktif?
“Bu Ina sering sekali menggunakan metode pembelajaran aktif.”
4. Metode apa yang sering digunakan guru saat mengajar PAI?
“Bu Ina seringnya menggunakan metode diskusi, setelah diskusi masingmasing kelompok diminta presentasi di depan kelas.”
5. Apakah dengan metode yang digunakan guru siswa memahami materi
pembelajaran?
“Karena sering diskusi dan presentasi siswa jadi paham materi, karena
kalau kita tidak paham materi kita jadi tidak bisa presentasi dengan
lancar.”
SATUAN KREDIT KEAKTIFAN (SKK)
Nama
: Siti Zulaikha
NIM
: 11111133
Progdi
: Pendidikan Agama Islam
Pembimbing Akademik (PA) : Eva Palupi, S.Psi
NO Nama Kegiatan
1 Orientasi Pengenalan
Akademik DAN
kemahasiswaan (OPAK)
STAIN Salatiga
2 Achievement Motivation
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Training (AMT) STAIN Salatiga
Orientasi Dasar Keislaman
(ODK) STAI Salatiga
Seminar Entrepreneurship dan
Koperasi, STAIN Salatiga
User Education, UPT
Perpustakaan STAIN Salatiga
Seminar Ekonomi Islam dengan
tema:”Peran Ekonomi Islam
dalam Mengatasi Krisis Ekonomi
Global”
Grebeg Pelajar “SALATIGA
BESHOLAWAT”. PC. IPNUIPPNU Kota Salatiga
Pendidikan KSEI Tingkat Lanjut
dengan tema “Melangkah
Bersama Ekonomi Syariah”
Grand Launching dan Diskusi
Publik dengan tema: “Peran
Generasi Muda Terhadap
Fenomena HIV/AIDS di Kota
Salatiga”. Generasi Muda Peduli
Salatiga.
Aksi ALIM I (Ajang Kompetisi
Anak Muslim I dengan tema:”
Mengembangkan Potensi Anak
Secara Islam Dalam Berkah
Ramadhan”
Dialog Publik dan Silaturahmi
Nasional dengan tema:”
Pelaksanaan
20-23 Agustus 2011
Status
Peserta
Nilai
3
23 Agustus 2011
Peserta
2
24 Agustus 2011
Peserta
2
25 Agustus 2011
Peserta
2
20 September 2011
Peserta
2
14 Januari 2012
Peserta
2
8 Maret 2012
Panitia
3
01 April 2012
Peserta
2
12 Juli 2012
Peserta
2
12 Agustus 2012
Panitia
3
10 November 2012
Peserta
2
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Kemanakah Arah Kebijakan
BBM? Mendorong Subsidi BBM
untuk Rakyat”
Seminar Nasional dengan
tema:”Kepemimpinan dan Masa
Depan Bangsa”
Seminar Pencegahan Bahaya
NAPSA, HIV/AIDS Mewaspadai
Pergaulan Bebas untuk
Membentuk Remaja yang
Tangguh. PIK SAHAJASA
STAIN Salatiga
Seminar Nasional Sharia
Economic Festival dengan
tema:”Indonesia Will Grow and
Shine With Sharia Economics”
Seminar Regional dengan
tema:”Deteksi Dini Gangguan
Perkembangan Pada Anak
Seminar Festival Dakwah Milad
XI LDK dengan tema:” Ya Allah
Aku Jatuh Cinta”
Buka Bersama dengan Anak
Yatim di Gedung NU Kota
Salatiga
Aksi ALIM II (Ajang Kompetisi
Anak Muslim II dengan
tema:”Membangun Generasi
Aswaja Aktif, Kreatif, dan
Religius”
Seminar Regional dengan tema:”
Pengembangan Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam
serta Kualitas Lulusan”
Seminar Regional dengan tema:”
Selamatkan Temanggung dari
Lingkaran HIV/AIDS”
Sarasehan Akbar Bersama Tokoh
Nasional dengan
tema:”Komitmen Politik Islam
dalam Menata Arah Masa Depan
Bangsa Indonesia”
Sosialisasi Penanggulangan
HIV/AIDS Kota Salatiga.
Seminar ”Pelajar Berkualitas
Tanpa HIV/AIDS, Pelajar
Berakhlak Tanpa Diskriminasi
Pelaku HIV/AIDS”
Seminar Nasional Berkontribusi
untuk Negeri Melalui
23 Februari 2013
Peserta
8
29 April 2013
Peserta
2
14 Juni 2013
Peserta
8
18 Juni 2013
Peserta
4
11 Juni 2013
Peserta
2
21 Juli 2013
Panitia
3
24 November 2013
Panitia
3
28 November 2013
Peserta
4
2013
Peserta
4
15 Maret 2014
peserta
2
6 April 2014
Panitia
3
6 April 2014
Peserta
2
5 November 2014
Peserta
8
25
26
27
28
29
30
31
Televisi/TV
Seminar Nasional dengan tema:”
Perbaikan Mutu pendidikan
Melalui Profesionalitas
Pendidikan”. HMJ Tarbiyah
Seminar Nasional
Entrepreneurship. RACANA
STAIN Salatiga
Seminar dengan tema:
”Mempertegas Peran Pendidikan
dalam Mencerahkan Masa Depan
Anak Bangsa”
Seminar Nasional Perlindungan
Hukum Terhadap Usaha Mikro
Menghadapi Pasar Bebas
ASEAN
Seminar Nasional Perlindungan
Hukum Terhadap Usaha Mikro
Menghadapi Pasar Bebas
ASEAN
Kepengurusan PIK SAHAJASA
Biro Konsultasi TAZKIA IAIN
Salatiga Periode 2014-2015.
Sebagai Pendidik Sebaya
Sosialisasi Program
Pendewasaan Usia Perkawinan
(PUP) PIK IAIN Salatiga
13 November 2014
Peserta
8
16 November 2014
Peserta
8
19 November 2014
Peserta
2
2014
Peserta
8
06 Mei 2015
Peserta
8
12 Mei 2015
Pengurus
4
12 Juni 2015
Panitia
3
JUMLAH
119
Salatiga, 14 September 2015
Mengetahui,
Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan
dan
Kerjasama
Achmad Maimun, M.Ag.
NIP:19700510 199803 1 003
Gambar 1. Doa bersama sebelum mulai pembelajaran kelas VII A.
Gambar 2. Guru menjelaskan materi
Gambar 3. Suasana Belajar
Gambar 4. Siswa Mengajukan Pertanyaan
Gambar 5. Guru Menanggapi Pertanyaan Siswa
Gambar 6. Guru menegur siswa yang bercanda saat proses pembelajaran
Gambar 7. Siswa praktek wudhu
Gambar 8. Guru memancing siswa untuk bertanya menggunakan gambar (VIII D)
Gambar 9. Diskusi kelompok
Gambar 10. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Gambar 11. Diskusi kelompok lain
Gambar 12. Siswa mempraktekkan gerakan shalat gerhana
Gambar 13. Siswa antusias mengajukan pertanyaan pada kelompok yang presentasi
Gambar 14. Guru meluruskan jawaban dari siswa yang presentasi
Gambar 15. Hasil prestasi siswa
Download