teori kom-antar pribadi

advertisement
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
Teori Komunikasi antar Pribadi: DimensiDimensi Pribadi dan Relasional
S. Djuarsa Sendjaja, Ph, D..
Drs. Tandiyo Pradekso, M. A.
Dr. turnomo Rahardjo
PENDAHULUAN
S
ecara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses
pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian
proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus
menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu
tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan
makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah
kesamaan pemahaman di antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap
pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.
Di balik pengertian ini sebenarnya terdapat karakteristik yang menentukan
apakah suatu kegiatan atau tindakan dapat disebut sebagai komunikasi
antarpribadi atau tidak. Judy C. Pearson (1983) menyebutkan enam karakteristik
komunikasi pribadi (self). Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut
pengamatan dan pemahaman berangkat dari dalam diri kita, artinya dibatasi oleh
siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita . Kedua, komunikasi antarpribadi
bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada tindakan pihak-pihak yang
berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan. Ketiga,
komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan
antarpribadi. Maksudnya komunikasi antarpribadi tidak hanya berkenaan dengan
isi pesan yang dipertukarkan, tetapi juga melibatikan siapa partner komunikasi
kita
dan
bagaimana
Bacaan kuliah
hubungan
kita
dengan
partner
tersebut.
Keempat,
Teori Komunikasi
Page 1
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihakpihak yang berkomunikasi. Kelima, komunikasi antarpribadi melibatkan pihakpihak yang saling tergantung satu dengan yang lainnya (interdependen) dalam
proses komunikasi. Keenam, komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun
diulang. Jika kita salah mengucapkan sesuatu kepada partner komunikasi kita,
mungkin kita dapat meminta maaf dan memberi maaf, tetapi itu tidak berarti
menghapus apa yang pernah kita ucapkan. Demikian pula kita tidak dapat
mengulang suatu pernyataan dengan harapan untuk mendapatkan hasil yang
sama, karena dalam proses komunikasi antarmanusia, hal ini akan sangat
tergantung da ri tanggapan partner komunikasi kita.
Berangkat dari konsep yang telah diuraikan diatas, modul ini akan
membahas teori-teori komunikasi antarpribadi, yaitu: (1) individu dalam
komunikasi antarpribadi, (2) memahami diri pribadi, (3) memahami orang lain,
dan (4) aspek relasional atau hubungan dalam komunikasi antarpribadi. Setiap
pokok bahasan akan menjadi satu topik kegiatan belajar tersendiri. Diharapkan
keempat pokok bahasan ini akan memberikan pemahaman mengenai teori-teori
yang akan dapat digunakan untuk menjelaskan proses komunikasi antarpribadi.
Pelajari dengan cermat setiap topik kegiatan belajar, serta kerjakan semua
pertanyaan latihan dan tes formatif . Apabila ada kesulitan diskusikan dengan
teman-teman anda atau tutor anda.
Secara umum tujuan dari modul ini adalah untuk memberikan pemahaman
tentang berbagai dimensi teori komunikasi antarpribadi dan cakupannya dalam
menjelaskan fenomena individu, diri pribadi, orang lain sebagai partner
komunikasi dan aspek aspek relasional dalam komunikasi antarpribadi.
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 2
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
Individu dalam Komunikasi Antarpribadi
M
emahami komunikasi dan hubungan antarpribadi dari sudut pandang individu
adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi di dalam proses
psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan
makna pribadi terhadap setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki
pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan di mana dia terlibat di
dalamnya. Karena pemahaman tersebut bersifat sangat pribadi dan sangat
bermakna bagi individu maka pemahaman psikologis acapkali dianggap sebagai
makna yang sesungguhnya dari suatu hubungan antarpribadi. Pada bagian ini
akan dibahas beberapa aspek psikologis yang terjadi dalam proses komunikasi
antarpribadi.
A. LETAK (LOKUS) PSIKOLOGIS
Aspek
psikologis
dari
komunikasi
antarpribadi
menempatkan
makna
hubungan sosial ke dalam individu, yaitu dalam diri partisipan komunikasi. Hal ini
akan tampak jika kita melihat suatu hubungan dari sudut pandang kita sendiri
maka kita akan menyertakan semacam rasa memiliki ketika kita berpikir bahwa
orang lain dan hubungan kita dengan orang tersebut seolah-olah milik kita.
Misalnya, kita biasanya berkata istri saya, pimpinan saya, atau teman saya,
sesuatu yang diasosiasikan dengan milik saya. Dengan kata lain, kita biasanya
mengartikan hubungan dan bahkan orang lain dalam pengertian yang berpusat
pada diri kita sendiri (self centered/selfish), yaitu bagaimana segala sesuatunya
atau berkaitan dengan kita sendiri.
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 3
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
Suatu pemahaman psikologis terhadap komunikasi antarpribadi merupakan
bagian
penting
dari
pemahaman
yang
menyeluruh
terhadap
komunikasi
antarpribadi. Meskipun demikian, beberapa persoalan dapat muncul dalam
proses pemahaman oleh individu yang disebut juga sebagai proses intrapribadi
ini. Fisher (1987:106) menyebutkan tiga di antaranya, yaitu: Pertama, munculnya
respons individu terbatas pada setelahkegiatan komunikasi; Kedua, ingatan atau
persepsi individu dapat berubah setelah suatu tindakan komunikasi; Ketiga,
individu sering mencampuradukkan hubungan antarpribadi dengan respons
emosional mereka. Ini semua akan menjadi masalah jika orang menganggap
bahwa lokus psikologis komunikator merupakan pemahaman terpenting atau
paling nyata darikomunikasi antarpribadi. Jadi, dengan aspek psikologis saja
belumlah cukup untuk memahami komunikasi antarpribadi secara menyeluruh.
Hal terpenting dari lokus psikologis dalam komunikasi adalah asumsi bahwa
diri pribadi individu terletak pada suatu tempat di dalam individu, dan tidak
mungkin dapat diamati secara langsung. Asumsi ini juga mencakup anggapan
bahwa kita dapat melakukan pengamatan terhadap diri pribadi seseorang ecara
tidak langsung dengan menyimpulkan berdasarkan pengamatan kita terhadap
perilaku individu tersebut. Dengan demikian, lokus psikologis dari komunikasi
mengasumsikan individu memiliki dua dimensi diri, yaitu internal dan ekternal.
Namun, kita juga mengetahui bahwa dimensi eksternal dari diri tidaklah selalu
sama dengan dimensi internalnya. Biasanya, kita tidak mudah percaya pada
dimensi eksternal karena kita tahu bahwa orang mampu mengendalikan perilaku
eksternalnya.
Fungsi psikologis dari komunikasi adalah untuk menginterpretasikan tandatanda melalui tindakan atu perilaku yang dapt diamati. Kita akan melakukan
seleksi terhadap tanda-tanda dari perilaku dan mengungkap mana yang ”palsu”
dan mana yang ”asli”. Cara inilah yang biasanya kita lakukan dalam upaya untuk
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 4
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
mengungkap
dimensi
internal
dari
diri
yang
sesungguhnya.
Pertanyaan
berikutnya adalah sejauh mana kita dapat menyimpulkan secara akurat? Karena
penyimpulan itu sendiri adalah proses psikologis, suatu proses pikir yang
melibatkan penarikan suatu kesimpulan atas dasar informasi yang tidak lengkap.
Menyimpulkan adalah menggunakan logika, baik yang rasional maupun tidak,
dalam rangka mengisi sejumlah informasi yang belum lengkap sehingga sampai
pada suatu kesimpulan. Dengan kata lain, menyimpulkan adalah melompat
kepada suatu kesimpulan berdasarkan dat yang belum tentu lengkap.
Jadi, meskipun pada dasarnya tidak dapat dilakukan pengamatan secara
langsung pada dimensi internal dari diri, orang melakukan penyimpulan
berdasarkan apa yang dapat dia amati. Satu-satunya cara yang dapat dilakukan
adalah mengamati dimensi eksternal dari diri, yaitu pada perilaku atau tindakan.
B. TATARAN PSIKOLOGIS DALAM KOMUNIKASI
Dalam lokus psikologis, komunikasi antarpribadi merupakan kegiatan yang
melibatkan dua orang atau lebih yang memiliki tingkay kesamaan diri atau
proses psikologis tertentu. Katakanlah Ani berkomunikasi dengan Budi maka
proses psikologis Ani harus memiliki kesamaan tertentu dengan proses
psikologis Budi. Gambar 2.1 memberikan ilustrasi adanya ”overlap” (ssaling
tumpang tindih) antara proses psikologis Ani dan Budi. Ketika Ani dan Budi
berkomunikasi, mereka secara individual dan serempak memperluas diri pribadi
masing-masing ke dalam tindakan komunikasi melalui pemikiran, perasaan,
keyakinan atau dengan kata lain melalui proses psikologis mereka. Proses ini
akan berlangsung terus sepanjang keduanya masih terlibat dalam tindak
komunikasi.
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 5
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
PROSES
PSIKOLOGIS
ANI
PROSES
PSIKOLOGIS
BUDI
BUDI
ANI
Gambar 2.1
Bidang bergaris pada Gambar 2.1 menunjukkan bagian dari proses
psikologis Ani yang memiliki kesamaan dengan proses psikologis Budi. Dapat
dikatakan pula bahwa komunikasi akan menjadi semaikin efektif ketika bidang
yang overlap semakin membesar. Selanjutnya, fenomena ini menghasilkan suatu
situasi di mana Ani dan Budi saling berbagi pemahaman.
Saling
berbagi
pemahaman
tidaklah
berarti
memiliki
kesamaan
pemahaman atau kesamaan diri, namun terdapat dua pemahaman individual yang
berbeda,
yang
mempunyai
kesamaan
karakteristik
tertentu.
Kesamaan
karakteristik ini merupakan suatu persinggungan dari dua atau lebih pemahaman
yang berbeda. Persinggungan tersebut terwujud pada bidang yang overlap dari
dua pemahaman, tetapi hal itu bukan merupakan, dan tidak akan pernah,
menjadi suatu pemahaman tunggal. Jadi, komunikasi psikologis merupakan suatu
persinggungan dari proses-proses psikologis yang berbeda dan tidak dipandang
sebagai suatu proses psikologis tunggal.
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 6
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
Sebenarnya proses psikologis dalam komunikasi mencakup beberapa
proses internal yang berbeda dan berlangsung secara simultan. Proses-proses ini
berlangsung
dalam
beberapa
tataran,
dengan
pengertian
masing-masing
mencakup bagian yang berbeda dari proses psikologis yang “dibagi” oleh para
partisipan dalam komunikasi antarpribadi.
Fiesher (1987:110) mengemukakan bahwa ketika kita berkomunikasi
dengan orang lain, proses intrapribadi kita memiliki paling sedikit tiga tataran
yang berbeda. Tiap tataran tersebut akan berkaitan dengan sejumlah “diri” yang
hadir dalam situasi antarpribadi, yaitu pandangan kita mengenai diri kita sendiri,
pandangan kita mengenai diri orang lain, dan pandangan kita mengenai
pandangan orang lain tentang kita (lihat Gambar 2.2). Sering kali hal ini disebut
pula dengan persepsi, metapersepsi dan meta-metapersepsi. Selanjutnya, ketiga
tataran psikologis ini berfungsi secara simultan ketika kita sedang berkomunikasi
dengan orang lain, dan tiap tataran dapat dipengaruhi atau mempengaruhi
tataran lainnya. Misalnya, Budi memandang Ani sebagai orang yang jujur dan
dapat dipercaya, dan dia menganggap Ani tidak sebagai orang yang jujur dan
dapat
dipercaya,
dan
dia
menganggap
Ani
tidak
menyukai
atau
tidak
mempercayainya maka Budi akan mulai menurunkan citra terhadap dirinya sendiri
(merasa bahwa dirinya mungkin tidak jujur sehingga menganggap tidak disukai
oleh orang orang yang jujur).
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 7
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
Diri
Saya
Sendiri
Diri
Orang
Lain
Pandangan
orang lain
terhadap
diri saya
Gambar 2.2
Perlu kita ingat kembali bahwa komunikasi antarpribadi, setidaknya ada dua
orang yang terlibat di dalamnya. Dengan demikian, pada saat ketiga tataran
psikologis kita beroperasi, hal yang sama berlaku pula pada diri partner
komunikasi kita. Dalam kasus semacam ini kita seolah-olah berusaha untuk
merefleksikan proses psikologis kita dengan proses psikologis yang kita anggap
sedang terjadi dalam diri orang lain. Dan tentunya hal yang sama secara simultan
terjadi pula pada diri partner komunikasi kita. Proses-proses psikologis yang
terjadi pada dua individu ini tentunya tidak akan sama persis, tetapi masingmasing pihak berusaha untuk menghasilkan adanya tingkat persinggungan
tertentu atau bidang yang overlap pada tiap-tiap tataran.
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 8
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
DIRI BUDI
DIRI BUDI
DIRI
SAYA
SENDIRI
DIRI
SAYA
SENDIRI
DIRI
ORANG
LAIN
DIRI
ORANG
LAIN
DIRI ANI
DIRI
ORANG
LAIN
DIRI
SAYA
SENDIRI
DIRI ANI
ANI
BUDI
PANDANGAN BUDI/ANI
DIRI
DIRI
TERHADAP DIRI ANI/BUDI
ORANG
SAYA
LAIN
SENDIRI
PANDANGAN
ORANG
LAIN
TERHADAP
DIRI SAYA
PANDANGAN
ORANG
LAIN
TERHADAP
DIRI SAYA
ANI
BUDI
PANDANGAN BUDI/ANI
TERHADAP DIRI ANI/BUDI
PANDANGAN
ORANG
LAIN
TERHADAP
DIRI SAYA
PANDANGAN
ORANG
LAIN
TERHADAP
DIRI SAYA
Gambar 2.3
Gambar 2.3 menunjukkan adanya persinggungan pandangan antara
dua individu. Meskipun tidak akan pernah terjadi sinkronitas yang sempurna
antara
keduanya,
mereka
akan
tetap
berkomunikasi
berlandaskan
pada
persinggungan proses psikologis mereka. Jadi, arti penting dari komunikasi
bukanlah pada kesamaan yang sempurna antara dua proses psikologis mereka,
tetapi bahwa mereka berkomunikasi satu dengan lainnya seolah-olah ada
kesamaan di antara mereka. Karena orang-orang yang terlibat dalam komunikasi
seolah-olah saling berbagi bagian dari diri mereka, maka proses-proses
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 9
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
psikologis mereka dapat mempengaruhi komunikasi antarpribadi dan hubungan
sosial yang terjadi.
Pentingnya proses psikologis ini hendaknya dipahami dengan hati-hati,
artinya proses intra pribadi individu dari partisipan komunikasi bukanlah hal yang
sama dengan hubungan antarpribadi, melainkan proses psikologis. Meskipun
demikian
proses
komunikasi
psikologis
antarpribadi
dari
yang
diri
pada
tiap
individu
gilirannya
juga
pasti
mempengaruhi
akan
mempengaruhi
hubungan antarpribadi.
Proses psikologis dapat berpengaruh pada komunikasi dan hubungan
antarpribadi karena individu menggunakannya sebagai pedoman untuk bertindak
atau berperilaku. Ketika hal ini berlangsung maka individu akan bertindak atau
berperilaku. Ketika hal ini berlangsung maka individu akan bertindak atas dasar
proses
psikologis
yang
diketahui
atau
diyakininya
sebagai
diri
yang
sesungguhnya. Benar tidaknya penyimpulan yang dilakukan tidak akan dapat
diketahui individu tersebut karena dia memang tidak memiliki pilihan lain, selain
menggunakan penafsirannya terhadap citra diri untuk mempengaruhi perilaku,
terlepas dari apakah dia berhasil menyimpulkan diri yang sesungguhnya atau
tidak.
Persoalan
sebetulnya
memang
bukan
pada
hadirnya
diri
yang
sesungguhnya (real self) dalam tindakan komunikasi karena semuanya akan
kembali kepada pandangan masing-masing individu terhadap diri tersebut.
Bukan pula pada akurat atau tidaknya
pandangan masing-masing individu
Karena mereka berperilaku seolah-olah pandangannya akurat.
Akhirnya,
karena
proses
psikologis
secara
potensial
mampu
mempengaruhi komunikasi, kita tidak dapat mengesampingkannya jika ingin
benar-benar memahami hubungan antarmanusia. Sebaliknya, kita juga jangan
menganggap bahwa hanya proses psikologislah yang menentukan komunikasi.
Kita hendaknya menempatkan proses psikologis sebagai faktor yang dapat
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 10
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
mempengaruhi komunikasi dan hubungan sosial karena secara teknis proses
psikologis bukan merupakan bagian dari hubungan itu sendiri.
Memahami Diri Pribadi dalam Komunikasi
D
iri pribadi adalah suatu ukuran/kualitas yang memungkinkan sesorang untuk
dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya.
Kualitas yang membuat sesorang memiliki kekhasan tersendiri sebagai
manusia
ini,
tumbuh
dan
berkembang
melalui
interaksi
sosial,
yaitu
berkomunikasi dengan orang lain. Individu tidak dilahirkan dengan membawa
kepribadian. Seperti halnya diri fisik kita maka diri social dan diri psikologis
manusia akan terus berkembang dan menjadi matang sejalan dengan usia hidup
kita.
Pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap
manusia, tetapi setiap orang juga harus menyadari apa yang sedang terjadi dan
apa yang telah terjadi pada diri pribadinya. Kesadaran terhadap diri pribadi ini
pada dasarnya adalah suatu proses persepsi yang ditujukan pada dirinya sendiri.
Dalamj hal ini orang akan berusaha untuk mengenali dan memahami siapa
dirinya. Pada bagian ini berikut akan dibahas berbagai konsep diri dan
relevansinya
terhadap
komunikasi
antarpribadi.
Pembahasan
amencakup
bagaimana manusia sampai kepada pengetahuan mengenai diri pribadi melalui
proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness).
A. PERSEPSI TERHADAP DIRI PRIBADI (SELF PERCEPTION)
Proses psikologis yang diasosiasikan dengan interpretasi dan pemberian
makna terhadap orang atau objek tertentu dikenal sebagai persepsi. Dengan
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 11
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
mengutip Cohen, Fisher (1987 : 118) dikemukakan bahwa persepsi didefinisikan
sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai pepresentasi dari objekobjek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan tentang apa yang dapat
ditangkap oleh indra kita. Definisi ini melibatkan sejumlah karakteristik yang
mendasari upaya kita untuk memahami proses antarpribadi.
Pertama, suatu tindakan persepsi mensyaratkan kehadiran objek eksternal
untuk dapat ditangkap oleh indra kita. Dalam hal ini persepsi terhadap diri
pribadi, kehadirannya sebagai objek eksternal mungkin kurang nyata, tetapi
keberadaanya
jelas
dapat
kita
rasakan.
Kedua, adanya informasi untuk
diinterpretasikan. Informasi yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang
diperoleh melalui sensasi atau indra yang kita miliki. Karakteristik ketiga
menyangkut sifat representative dari pengindraan. Maksudnya, kita tidak dapat
mengartikan makna suatu objek secara langsung karena kita sebenarnya hanya
mengartikan makna dari informasi yang kita anggap mewakili objek tersebut.
Jadi, meskipun suatu persepi didasarkan pada pengamatan langsung, hal ini
bukanlah sesuatu yang “sebenarnya” dalam artian kita dapat menangkap atau
menguasai objek tersebut. Kita melihat, membaui, mendengar, mencicip, dan
meraba, tetapi apa yang harus kita interpretasikan adalah penampakan, bau,
suara, rasa, dan bentuk yang mewakili sesuatu, dan kita tidak akan pernah dapat
“merasakan” objek itu sendiri. Konsekuensinya adalah bahwa pengetahuan yang
kita peroleh melalui persepsi bukanlah tentang apakah suatu objek, melainkan
apa yang tampak sebagai objek tersebut. Adakalanya penampakan dapat
menyesatkan seperti yang kita alami dalam ilusi optis, special effects dalam film,
dan sebagainya.
Oleh karenanya, persepsi tidak lebih dari pengetahuan mengenai apa yang
tampak sebagai realitas bagi diri kita. Jadi, sebaliknya kita tidak kelewat yakin
dengan pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi. Ironisnya, pengetahuan
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 12
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
yang biasanya paling kita yakini adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
persepsi kita. Realitas yang kita persepsikan seringkali adalah yang paling jelas,
pribadi, penting, dan terpercaya bagi kita. Ini merupakan suatu alas an mengapa
komunikasi antarpribadi dan hubungan antarmanusia sangat sulit “dipahami”
meskipun sangat mudah “diketahui/dikenali”.
B. SIFAT-SIFAT PERSEPSI
Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, kita
harus memahami bagaimana orang mengenal diri mereka sendiri dan orang lain.
Karena pemahaman tersebut diperoleh melalui proses persepsi, kita harus
mengetahui bagaimana orang mempersepsi diri mereka sendiri atau orang lain.
Adakalanya kita merasa kesal karena orang tidak dapat memahami apa yang kita
maksud sehingga kita akan berpikir bahwa orang tersebut tidak paham ungkapan
yang begitu sederhana dan gambling. Hal ini dapat terjadi karena mungkin orang
tadi mempersepsikan sesuatu dari ungkapan yang kita sendiri bahkan tidak
merasakan/menyadarinya. Pada dasarnya, letak persepsi adalah pada orang yang
mempersepsi, bukan pada suatu ungkapan ataupun objek.
Persepsi terjadi di dalam benak individu yang mempersepsi, bukan di
dalam objek, dan selalu merupakan pengetahuan tentang penampakan. Maka,
apa yang mudah bagi kita boleh jadi tidak mudah bagi orang lain, atau apa yang
jelas bagi orang lain mungkin terasa membingungkan bagi kita. Dalam konteks
inilah kita perlu memahami tataran intra pribadi dari komunikasi antarpribadi
dengan melihat lebih jauh sifat-sifat persepsi.
Pertama, persepsi adalah pengalaman. Untuk mengartikan makna dari
seseorang, objek, atau peristiwa, kita harus memiliki dasar/basis untuk
melakukan interpretasi. Dasar ini biasanya kita temukan pada pengalaman masa
lalu kita dengan orang, objek, atau peristiwa tersebut, atau dengan hal-hal yang
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 13
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
menyerupainya.
Tanpa
landasan
pengalaman
sebagai
pembanding,
tidak
mungkin untuk mempersepsikan suatu makna, sebab ini akan membawa kita
kepada suatu kebingungan.
Kedua, persepsi adalah selektif. Ketika mempersepsikan sesuatu, kita
cenderung memperhatikan hanya bagian-bagian tertentu dari suatu objek atau
orang. Dengan kata lain, kita melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu
dari objek persepsi kita dan mengabaikan yang lain. Dalam hal ini biasanya kita
mempersepsikan apa yang kita “inginkan” atas dasar sikap, nilai, dan keyakinan
yang ada dalam diri kita, dan mengabaikan karakteristik yang tidak relevan atau
berlawanan dengan nilai dan keyakinan tersebut.
Ketiga, persepsi adalah penyimpulan. Proses psikologis dari persepsi
mencakup penarikan kesimpulan melalui suatu proses induksi secara logis.
Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan
atas informasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna
adalah melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan
atas data yang dapat ditangkap oleh indra kita. Sifat ini saling mengisi dengan
sifat kedua. Pada sifat kedua persepsi adalah selektif karena keterbatasan
kapasitas otak maka kita hanya dapat mempersepsi sebagian karakteristik dari
objek. Melalui penyimpulan ini kita berusaha mendapatkan gambaran yang lebih
lengkap mengenai objek yang kita persepsikan atas dasar sebagian karakteristik
dari objek tersebut.
Keempat, persepsi tidak akurat. Setiap persepsi yang kita lakukan, akan
mengandung kesalahan dalam kadar tertentu. Hal ini disebabkan antara lain oleh
pengaruh pengalaman masa lalu, selektivitas, dan penyimpulan. Biasanya
ketidakakuratan ini terjadi karena penyimpulan yang terlalu mudah, atau
menyamaratakan. Adakalanya persepsi tidak akurat karena orang menanggap
sama sesuatu yang sebenarnya hanya mirip. Dan semakin jauh jarak antara orang
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 14
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
yang mempersepsi dengan objeknya maka semakin tidak akurat persepsinya.
Meskipun demikian kita biasanya mengabaikan ketidakakuratan tersebut dalam
kegiatan persepsi kita sehari-hari, dan ketidakakuratan persepsi tidak selalu
menjadi/menimbulkan masalah dalam komunikasi antarpribadi.
Kelima, persepsi adalah evaluatif. Persepsi tidak akan pernah objektif,
karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan
sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk member makna pada
objek persepsi. Karena persepsi merupakan proses kognitif psikologis yang ada
di dalam diri kita maka bersifat subyektif. Fisher (1987 : 125) bahkan
mengemukakan bahwa persepsi bukan hanya merupakan proses intrapribadi,
tetapi juga sesuatu yang sangat pribadi, dan tidak terhindarkannya keterlibatan
pribadi dalam tindak persepsi menyebabkan persepsi sangat subjektif.
Suatu hal yang tidak terpisahkan dari interpretasi subjektif adalah proses
evaluasi. Rasanya hampir tidak
mungkin kita mempersepsi objek tanpa
mempersepsikan pula baik atau buruknya objek tersebut. Adalah samgat langka
kita dapat mempersepsikan sesuatu secara sepenuhnya netral. Hal ini dapat kita
telusuri dari pengalaman kita sendiri. Kita cenderung untuk sangat (baik ataupun
buruk) yang dapat kita ingat dengan baik. Selebihnya, hal-hal yang netral dan
“biasa saja” cenderung dapat kita ingat dengan baik. Selebihnya kita ingat dengan
baik (kabur). Jadi, ketika pengalaman mendasari persepsi yang kita lakukan,
maka tidak dapat dihindari terjadinya proses evaluasi.
C. BEBERAPA ELEMEN DARI PERSEPSI
Kita telah mengetahui bahwa persepsi mensyaratkan adanya tiga hal:
orang yang mempersepsi, objek persepsi, dan suatu interpretasi atau makna yang
merupakan hasil dari tindakakn persepsi. Untuk memahami apa yang disebut
tindak persepsi, apa ayang terjadi ketika orang memperseps, dan saja yang
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 15
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
mempeengaruhi makna yang dipersepsikan maka kita perlu mengenal terlebih
dahulu elemen-elemen yang terlibat dalam proses persepsi.
Elemen Pertama adalah sensasi pengindraan dan interpretasi. Ketika orang
menangkap sesuatu melalui indranya (melihat, mendengar, mencicip, membau,
atau meraba) maka secara simultan dia akan menginterpretasikan makna dari
hasil pengindraanya. Sebagi misal, apa yang akan terjadi ketika kita mencium
mawar? Apakah pertama kali kita mendapatkan sensasi fisik (bau), baru kemudian
persepsi psikis (keharuman yang dihubungkan dengan mawar)? Apakah pertama
kita membau dan kemudian membau mawar? Tentunya bukan itu yang terjadi
karena kita mengasosiasikan sensasi kita dengan keharuman mawar yang telah
kita kenal secara serempak/simultan. Dengan kata lain, adalah tidak mungkin
untuk memisahkan antara sensasi dengan persepsi.
Ada ungkapan yang mengatakan bahwa kita cenderung untuk mendengar
apa yang kita harapkan untuk didengar dan melihat apa yang kita harapkan untuk
dilihat, terlepas dari apa yang ‘sesungguhnya’ kita dengar dan lihat. Harapan,
yang merupakan elemen kedua dari persepsi, dapat menjadi kekuatan yang
sangat berarti dalam mengarahkan persepsi, meskipun adakalanya bertentangan
dari rasio.
Harapan mempengaruhi persepsi terhadap diri pribadi seperti persepsi
terhadap objek lainnya. Kita berharap untuk mendapat simpati dari orang yang
baru kita kenal, dan kita biasanya akan merasa senang bila orang tersebut
memang bersimpati kepada kita. Artinya, kita berharap bahwa harapan kita akan
terpenuhi. Jika akhirnya harapan kita tidak terpenuhi maka reaksi pertama kita
adalah merasionalisasikan hal tersebut dan meletakkan kesalahan pada hal-hal
yang berada di luar kendali kita. Misalnya kita adalah penggemar PSSI dan
mengaharapkannya menang dalam kompetisi sepak bola Pra Piala Dunia. Ketika
ternyata PSSI kalah terus reaksi kita adalah bahwa tim kesayangan kita sedang
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 16
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
sial, wasit yang tidak fair, permainan yang kasar, dan sejumlah alasan lain.
Sementara kita seolah-olah melupakan bahwa tim lawan bermain dengan baik.
Elemen Ketiga adalah bentuk dan latar belakang (figure & background).
Salah satu cara untuk memahami proses persepsi terletak pada kemampuannya
untuk
membeda-bedakan
antara
berbagagi
jenis
informasi.
Orang
yang
mempersepsi, membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang penting dari
yang tidak penting, yang relevean dari yang tidak relevan. Dengan kata lain,
persepsi mencakup pembedaan antara informasi yang menjadi ‘figur’ dan
informasi yang menjadi background.
Orang biasanya ingin meyakini kebenaran persepsinya. Persoalannya
adalah bagaimana menguji dan menginterpretasikan nilai kebenaran. Cara yang
biasa
digunakan
untuk
menentukan
kevalidan
persepsi
kita
adalah
membandingkan dengan sesuatu. Dengan demikian, perbandingan merupakan
elemen keempat dari persepsi, jika makna yang dipersepsikan konsisten atau
mirip dengan criteria yang digunakan sebagai pembanding (pengalaman masa
lalu kita akan menganggapnya valid. Ketika kita menghadapi sesuatu yang tidak
sesuai dengan criteria pembanding maka kita akan mengalami ketidaksesuaian
kognitif
atau
inkonsistensi
kognitif.
Sehingga
kita
merasa
perlu
untuk
menyingkirkan inkonsistensi tadi sebagai upaya untuk mengatasi ketidaksesuaian
psikologis kita.
Dari semua pengaruh terhadap persepsi kita, konteks elemen kelima dari
persepsi, mungkin yang paling potensial. Bukan berarti bahwa system kognitif
kita seperti nilai, sikap, dan keyakinan, atau harapan kita, tidak cukup
berpengaruh. Tetapi konteks di mana kita mempersepsikan suatu objek, sangat
kuat pengaruhnya. Sehingga cenderung mengarahkan struktur kognitif dan
harapan kit, dan pada gilirannya persepsi kita. Dalam hal ini, konteks selalu
terdiri dari seperangkat fenomena yang sama dengan objek persepsikita. Jadi,
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 17
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
kita mempersepsi seseorang, konteks, yang mempengaruhi persepsi kita
terdiridari orang-orang lainnya. Demikian pula terhadap objek atau peristiwa,
konteksnya adalah objek lainnya atau peristiwa-peristiwa lainnya.
Apa yang baru kita bicarakan belum sepenuhnya menjelaskan konteks.
Ketika konteks telah kita kenali, persepsi akan menggunakan konteks tersebut
untuk menginterpretasikan atau mengungkap suatu ‘pola’ yaitu suatu
bentuk
pengorganisasian elemen-elemen untuk menciptakan suatu kesatuan interpretasi
yang utuh. Konteks dan pola merupakan komponen penting yang mendasari
seluruh pemahaman kita tentang komunikasi antarpribadi. Karena, tidak akan
terjadi interpretasi terhadap setiap perilaku komunikasi (verbal atau nonverbal),
tidak akan ada makna dari setiap hubungan (misalnya teman atau lawan), tanpa
menempatkannya dalam suatu konteks dan mengenali pola-polanya dalam
interaksi. Tanpa adanya pola, sama dengan tidak adanya makna, atau setidaknya
suatu
kebingungan
terhadap
terlalu
banyaknya
makna.
Oleh
karenanya
menginterpretasikan makna dalam konteksnya merupakan faktor utama, bahkan
mungkin
merupakan
satu-satunya
faktor
terpenting,
dalam
memahami
komunikasi antarpribadi dan hubungan sosial.
D. KESADARAN PRIBADI (SELF AWARENESS)
Langkah pertama dalam persepsi diri adalah mengetahui/menyadari diri kita
sendiri, yaitu mengungkap siapa dan apa kita ini. Dan sesungguhnya menyadari
siapa diri kita, adalah juga persepsi diri. Karena ketika kita menyadari siapa diri
kita secara simultan kita juga telah mempersepsikan diri kita sendiri. Untuk dapat
menyadari diri kita, pertama kali kita harus memahami apakah ‘diri/self’ tersebut.
‘Diri’ secara sederhana dapat kita artikan sebagai identitas individu. Jadi,
identitas diri adalah cara-cara yang kita gunakan untuk membedakan individu
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 18
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
satu dengan individu-individu lainnya. Dengan demikian ‘diri’ adalah suatu
pengertian yang mengacu kepada identitas spesifik dari individu. Fisher
(1987:134) menyebutkan ada beberapa elemen dari kesadaran diri, yaitu konsep
diri, ‘self esteem’ dan ‘multiple selves’.
Pemahaman terhadap konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita
sendiri. Pada umumnya orang cenderung menggolongkan dirinya sendiri dalam
tiga kategori, yaitu karakteristik atau sifat pribadi, karakteristik atau sifat social,
dan peran social. Dengan kata lain, kita cenderung untuk memandang diri kita
sebagai
memiliki
sifat-sifat
internal
tertentu
yang
kita
gunakan
untuk
menjelaskan bagaimana kita berperan dalam berhubungan dengan orang lain.
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam
persepsi kita mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki,
perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dan sebagainya) atau
kemampuan
tertentu
(pandai,
pendiam,
cakap,
dungu,
terpelajar,
dan
sebagainya). Karakteristik social menunjukkan sifa-sifat yang kita tampilkan
dalam hubungan kita dengan orang lain. Antara lain, ramah atau ketus, ekstovert,
atau introvert, banyak bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak peduli,
dan sebagainya. Peran social, mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam
suatu masyarakat tertentu. Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep
diri, maka kita mendefinisikan hubungan social kita dengan orang lain, seperti
ayah, istri, guru, polisi, eksekutif, dan sebagainya. Peran social ini dapat pula
berbenuk afiliasi terhadap budaya, etnik, agama, dan sebagainya. Konsep diri
dapat berubah siring dengan waktu, oleh karenanya stabilitas dari konsep diri ini
sulit untuk diperkirakan.
Ketika diri kita menjadi objek persepsi maka kitaa juga akan mengevaluasi
diri kita sendiri. Ungkapan yang digunakan untuk
menyatakan persepsi
evaluative seseorang terhadap dirinyya sendiri adalah ‘self esteem’, suatu bagian
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 19
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
yang inheren dari konsep diri. Orang biasanya memiliki self esteem yang relative
tinggi. Namun self esteem yang relative tinggi ini bukan berarti bahwa kita lalu
menjadi egoistik. Ini hanya berarti bahwa tinggkat self esteem dari orang ‘normal’
yang hidup secara normal, rata-rata di atas titik tengah atau titik netral pada
skala evaluasi.
Self esteem juga bersifat lebih mendalam dan langgeng daripada suatu reaksi
temporal. Maksudnya jika suatu ketika kita merasa gagal atau kehilangan
kepercayaan diri pada saat
dikecewakan oleh seorang sahabat, ini hanyalah
reaksi sementara yang tidak mengubah self esteem. Self esteem kita adalah
bagian dari interpretasi atau penyimpulan dari persepsi diri dan bukan sematamata reaksi terhadap suatu peristiwa tertentu dalam kehidupan kita.
Self esteem berpengaruh terhadap perilaku kita, khususnya
perilaku
komunikasi kita. Jika self esteem tinggi, kita cenderung merasa kompeten
sehingga berperilaku secara lebih percaya diri. Orang yang self esteemnyatinggi
biasanya lebih mandiri, tegas, dan tidak mudah dipersuasi. Sementara kebalikan
dari hal-hal tadi biasanya ditemukan pada orang yang self esteemnya rendah.
Meskipun pembahasan kita mengenai ‘diri’ sejauh ini mengacu pada diri
sebagai identitas tunggal, namun sebenarnya masing-masing dari kita memiliki
berbagai identitas diri yang berbeda, yang disebut multiple selves. Beberapa dari
diri kita berkaitan dengan peran kita dalam berbagai hubungan social yang
berbeda dengan berbagai orang yang berbeda pula, misalnya; ayah-anak, suamiistri, atasan-bawahan, teman-teman, atau dalam kelompok yang lebih besar
seperti sebagai pelajar, warga Negara, anggota partai, dan sebagainya. Ini semua
mengacu kepada peran yang kita mainkan dalam berbagai
merefleksikan berbagi aspek dalam kehidupan kita.
komunitas dan
Kesemuanya ini adalah
‘benar’, dalam pengertian seringkali beberapa peran tersebut overlap dan tidak
mencerminkan konflik antara berbagai bagian dari diri kita. Multiple selves ini
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 20
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
harus dipahami sebagai seseorang dengan berbagai aktivitas, kepentingan, dan
hubungan social.
Multiple selves dapat pula dipahamu dalam bentuk yang lain. Ketika kita
terlibat dalam komunikasi antarpribadi, kita memiliki dua diri dalam knsep diri
kita. Pertama adalah persepsi mengenai diri kita, dan persepsi kita tentang
persepsi orang lain terhadap diri kita (metapersepsi). Cara lain untuk melihat
multiple selves adalah melalui diri ideal kita. Sebagian dari konsep diri mencakup
siapa diri kita sebenarnya, sedangkan sebagian lain mencakup kita ingin menjadi
apa (semacam bentuk ‘idealisasi’ diri). Upaya untuk mempersempit celah antara
diri ‘sebenarnya’ dan ‘diri’, tidak lain adalah suatu bentuk usaha untuk
memperbaiki
diri.
Misalnya
orang
yang
sebenarnya
gemuk
berusaha
melangsingkan tubuh untuk mencapai berat dan bentuk yang dia idealkan. Ini
terjadi pula pada berbagai hal lain, orang berusaha memperbaiki diri untuk
mencapai diri yang ideal.
Selama proses kehidupan dan interaksi kita dengan orang lain, kita secara
terus-menerus mengembangkan konsep diri. Proses mengenal diri sendiri akan
berlangsung secara kontinu dan tidak dapat kita hindari. Oleh sebab itu, jika kita
ingin memahami sepenuhnya tingkat hubungan antarpribadi kita dan mendapat
manfaatnya maka kita perlu menyadari konsep diri kita dan bagaimana
perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya. Proses perkembangan kesadaran
diri diperoleh melalui tiga konsep, yaitu reflexive, social self, dan becoming self.
Jika kita memandang ke dalam cermin, apa yang kita lihat? Jika kita menjawab
“Saya melihat diri saya” atau “Saya melihat wajah saya” maka kita belum
sepenuhnya menangkan arti reflektivitas dan peran cermin dalam merefleksikan
image kita. Prinsip dari reflexive self adalah apabila kita memandang ke dalam
cermin dan kita tidak hanya melihat diri kita, tetapi melihat diri kita (yang
dipantulkan oleh cermin) yang sedang memandang kita. Jadi kesadaran diri
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 21
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
dikatakan reflexive jika bersifat dua arah. Ketika kita mempersepsikan diri kita,
kita mempersepsikan bahwa diri kita terlibat dalam persepsi diri.
Analogi lain untuk menggambarkan reflexive self adalah seperti melempar
bola karet ke dinding. Kita melempar bola kearah dinding, dan tindakan tersebut
direfleksikan kembali (bola memantul) ke arah kita. Jadi, pada saat yang
bersamaan kita adalah subjek dan objek dari tindakan kita. Bila diterapkan dalam
kasus self esteemnya, cenderung mandiri. Meskipun demikian, kita tidak dapat
memahami pengertian sebab akibat karena persepsi dan tindakan ini terjadi
secara simultan atau secara refleksif. Proses persepsi dan tindakan ini bergerak
dalam siklus yang terus berlangsung tanpa titik awal ataupun akhir.
Pada sisi lain, indiividu memperoleh konsep dirinya (identitasnya yang spesifik
sebagai individu) melalui interaksi dengan orang lain. Dengan kata lain, orang
mengevaluasi tindakannya terutama dengan mempersepsi dan mengevaluasi
reaksi orang lain terhadap tindakan kita. Reaksi orang lain ini membuat tindakan
kita jauh lebih berarti, dan ini berarti bahwa
sebenarnya orang lain telah
memberikan patokan di mana kita dapat mengukur konsep diri kita.
Menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk menilai konsep diri kita,
disebut menggunakan social self . Pengertian ini juga dikenal dengan istilah
“looking glass self”, yang menggambarkan bagaimana kita mengembangkan
konsep diri melalui interaksi. Dalam interaksi, reaksi orang lain merupakan
informasi mengenai diri kita, dan kemudian kita menggunakan informasi tersebut
untuk menyimpulkan, mengartikan, dan mengevaluasi konsep diri kita.
Aspek lain dari pengembangan kesadaran diri melalui interaksi sosial adalah
self monitoring. Self monitoring memungkinkan kita untuk menyadari perilakuperilaku yang dianggap sesuai untuk suatu social tertentu. Meskipun self
monitoring biasanya mengacu pada kepekaan terhadap perilaku kita sendiri, kita
dapat pula mempelajari perilaku apa yang secara social dianggap sesuai melalui
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 22
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
pengamatan terhadap tindakan orang lain. Self monitoring adalah suatu
kemampuan di
mana tingkatannya berbeda-beda pada setiap orang. Karena
merupakan suatu kemampuan, self monitoring seseorang dapat dilatih dan
diperbaiki. Sehingga orang akan menjadi lebih menyadari konsep dirinya, seiring
dengan
meningkatnya
pemahaman
tentang
interaksi
social
yang
sesuai.
Kemampuan ini akan membuat kita menjadi lebih efektif dalam komunikasi
antarpribadi.
Konsep diri bukan merupakan sesuatu yang tetap, selalu berubah, terusmenerus
berkembang,
dan
selalu
diterpa
oleh
informasi
baru
untuk
dipersepsikan dan diinterpretasikan. Setiap kali kita terlibat dalam komunikasi,
kita akan mendapat tambahhan informasi melalui “looking-glass self ” dan selalu
mencocokkanya dengan kondisi konsep diri pada saat itu. Informasi tersebut
tentu saja dapat mengkonfirmasikan atau memperkuat konsep diri kita, tetapi
dapat pula mempertanyakan, meragukan, menyangkal, dan mengubah konsep
diri
kita.
Jadi,
apa
pun
efeknya,
informasi
akan
selalu
menerpa
dan
mempengaruhi konsep diri kita. Dari pengertian tersebut, konsep diri tidak
pernah dalam kondisi tetap, melainkan selalu dalam keadaan berubah atau
berkembang. Inilah yang disebut dengan becoming self, artinya konsep diri selalu
dalam state of becoming atau proses menjadi konsep diri. Pengertian becoming
ini sekaligus menunjukkan bahwa perubahan konsep diri tidak terjadi secara
mendadak atau drastis, melainkan secara gradual melalui aktivitas sehari-hari
kita.
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 23
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
Memahami Orang Lain dalam Komunikasi
D
alam setiap komunikasi yang melibatkan dua orang, akan terdapat diri pribadi
yang harus di kenali, yaitu diri kita sendiri dan diri orang lain yang menjadi
partner komunikasi kita. Upaya mengenali orang lain bukanlah persoalan
sederhana. Upaya ini menyangkut proses psikologis, yaitu persepsi, dan seperti
telah kita ketahui, persepsi memiliki banyak kelemahan sebagai dasar untuk
memperoleh pengetahuan. Anatara lain persepsi tidak akurat, selektif, subjektif,
dan sebagainya. Dalam mempersepsi orang lain, kita harus membuat kesimpulan
berdasarkan informasi yang tidak lengkap, yaitu informasi yang hanya diperoleh
melalui
kelima
indra
kita.
Maka,
ketika
kita
berkomunikasi,
kita
akan
mendasarkan persepsi terhadap orang lain atas perilaku komunikasinya yang
dapat diamati.
Meskipun sesungguhnya banyak informasi yang kita perlukan untuk
melakukan persepsi terhadap orang lain, namun ada tiga jenis informasi
terpenting yang perlu kita katahui, yaitu tujuan orang tersebut, kondisi
internalnya (psikologis), dan kesamaan antara kita dengan orang tersebut.
Mempersepsi tujuan orang memiliki beberapa arti bagi kita. Pertama adalah
sebagai
mekanisme
proteksi,
yaitu
kita
ingin
mengetahui
apa
yang
diharapakannya dari kita melalui komunikasi yang dia lakukan. Kedua, melalui
pemahaman terhadap tujuan orang, kita dapat mengevaluasi kesungguhan atau
akurasi dari penampilannya. Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa kita
menganggap sebagian besar perilaku memiliki tujuan tertentu, dan kita
menggunakan persepsi untuk mengenali secara cermat apa tujuan orang lain.
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 24
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
Adalah tidak mungkin bagi kita secara nyata mengamati kondisi internal
orang lain. Namun melalui pengamatan terhadap perilakunya, kita dapat
menyimpulkan bagaimana sikap, keyakinan dan nilai orang tersebut. Ada
anggapan bahwa elemen non verbal dari perilaku merupakan refleksi yang paling
akurat dari perasaan atau kondisi internal seseorang. Sementara itu, adanya
kesamaan antara kita dengan orang yang kita ajak berkomunikasi akan mendoro
rasa saling menyukai. Keadaan semacam ini akan membantu kita untuk merasa
lebih nyaman dalam melanjutkan komunikasi.
Setelah kita memperoleh informasi tentang orang lain yang dibutuhkan,
apa yang harus dilakukan dengan informasi tersebut. Dalam komunikasi
antarpribadi, setiap partisipasi perlu mengenali partisipan lainnya dalam rangka
mencapai dua tujuan, yaitu mengurangi ketidakpastian (uncertainly reduction)
dan perbandingan sosial (social comparison). Ketika kita pertama kali bertemu
dengan seseorang, biasanya akan muncul banyak pertanyaan didalam benak kita.
Siapa orang ini ? Apa yang diinginkannya dari kita ? kita memasuki suatu sistem
komunikasi
menemukan
tanpa
kejelasan.
jawaban
bagi
Selanjutnya
kita
akan berkomunikasi
pertanyaan-pertanyaan
kita
tadi.
Dari
untuk
situasi
ketidakjelasan kita berusaha untuk mengeliminasi sebagian dari ketidakjelasan
tadi dalam rangka memperoleh gambaran mengenai perilaku apa yang sesuai
untuk situasi tersebut. Jadi, dalam tahap awal komunikasi antarpribadi, kita akan
berusaha mengurangi jumlah ketidak pastian yang kita rasakan mengenai apa
yang harus kita lakukan. Pada sisi lain, upaya ini juga sekaligus merupakan
proses pemaknaan, yaitu proses mengeliminasi makna-makna yang tidak sesuai
hingga tersisa beberapa makna yang kita anggap sesuai. Dengan menggunakan
proses eliminasi, kita akan mendapatkan pemahaman dan makna melalui
pengurangan ketidakpastian. Sehingga berlangsung proses persepsi yang kita
lakukan terhadap orang lain.
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 25
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
Perbandingan sosial adalah proses membandingkan diri kita dengan orang
lain. Mengutip Leon Festinger, Fisher (1987:160) yang mengemukakan bahwa
orang biasanya melakukan evaluasi diri, yaitu suatu cara untuk mengetahui diri
kita sendiri (konsep diri). Selain itu kita juga ingin mengetahui bagaimana menilai
diri kita (self esteem). Sebagai manusia, kita selalu ingin merasa ”baik”, oleh
sebab itu kita melakukan proses evaluasi diri (seperti pendapat, ide, hasil-hasil
yang telah kita capai, konsep diri) dengan membandingkan diri kita pada orang
lain. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu peluang untuk melakukan
perbandingan sosial.
Ketika melakukan perbandingan sosial, kita cenderung untuk melakukan
dengan orang lain yang setara. Artinya, jarang kita membandingkan diri dengan
orang lain yang jauh di atas ukuran kita. Misalnya, kita membandingkan
keyakinan politik kita dengan orang yang memiliki keyakinan hampir sama,
status sosial ekonomi kita dengan orang lain yang statusnya hampir sama, dan
sebagainya. Jadi, perbandingan sosial bukanlah upaya untuk melakukan evaluasi
diri secara objektif. Meskipun demikian ini adalah cara yang sehat untuk menjaga
kestabilan konsep diri dan self esteem, karena jika kita membandingkan diri
dengan ukuran yang tidak setara maka resikonya adalah merosotnya self esteem
dan meningkatnya gangguan psikologis.
Perlu diingat bahwa proses mengurangi ketidakpastian dan perbandingan
sosial terbatas pada tahap ”pengenalan/mulai mengenal”, yaitu tahap awal dalam
komunikasi
antarpribadi.
Interaksi
selanjutnya
akan
semakin
mengurangi
ketidakpastian dan memperjelas bagaimana harus berinteraksi, dan biasanya juga
membawa kepada penemuan kesamaan. Setelah berhubungan selama beberapa
waktu, proses pengurangan ketidakpastian dan perbandingan sosial menjadi
tidak terlalu penting lagi. Misalnya, jika kita telah memupuk persahabatan
dengan seseorang, biasanya kita denagn orang tadi.
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 26
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
A.
PERSEPSI TERHADAP ORANG LAIN
Proses mempersepsi orang lain mencakup persepsi terhadap karakteristik
fisik dan perilaku komunikasi orang tersebut. Stave Duck (1977) mengemukakan
bahwa perilaku orang akan membantu dalam tiga hal. Pertama, perilaku tersebut
mungkin akan terasa menyenangkan bagi kita karena kita akan selalu merasa
senang jika mendapat senyuman atau pujian misalnya. Kedua, perilaku tersebut
memberikan informasi yang dapat kita gunakan untuk membentuk semacam
kesan mengenai kondisi internal sesorang (kepribadian, sikap, keyakinan, nilai).
Ketiga, perilaku seseorang dapat memberikan perkiraan mengenai mengenai
kelanjutan hubungan di kemudian hari.
Untuk mengartikan perilaku orang dalam menyimpukan kepribadian dan
kondisi internalnya, adalah permainan tebak-tabakan, apakah kesimpulan kita
benar atau salah. Pada kenyataannya, persepsi kita terhadap orang lain memang
tidak bisa lebih dari tebakan/perkiraan. Hanya dengan informasi yang lebih
banyak yang kita peroleh seiring dengan berlangsungnya komunikasi atau
berlanjutnya hubungan maka kita dapat menebak dengan lebih baik/akurat
Bila seseorang melakukan persepsi, sebenarnya yang mengendalikan
penyimpulan terhadap apa yang dilakukannya adalah orang itu sendiri. Oleh
karenanya, untuk memahami proses mempersepsi ini adalah menyadari apa yang
terjadi dalam diri kita ketika perhatian kita tertuju kepada orang lain. Bahasan
berikut akan meguraikan tiga proses kognitif yang terjadi dalam mempersiapkan
orang lain, ketiganya adalah implicit personality theory, proses atribusi, dan
response sets
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 27
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
Implicit personality theory mengasumsikan orang sebagai psikolog amatir,
yang menggunakan perangkat psikologis untuk mempersepsi orang lain. Karena
pengalaman interaksi di masa lalu, kita telah mengenal berbagai ciri-ciri
psikologis/kepribadian yang berbeda dari berbagai orang yang berbeda. Maka,
ketika kita berinteraksi dengan orang dan mengamati perilakunya, kita dapat
mengurangi ketidakpastian mengenai diri orang tadi dengan mengevaluasi sesuai
dengan ciri-ciri psikologis yang telah kita kenal. Dengan informasi dari
perilakuorang
tadi, kita
dapat
mengaplikasikan
ciri-ciri
kepribadian
tadi
kepadanya hingga sampai pada suatu persepsi mengenai siapakah dia.
Menggunakan implicit personality berarti berusaha memahami individu
tertentu dengan menempatkan ciri-ciri individu tersebut ke dalam suatu
kerangka pemahaman. Ini merupakan kebalikan dari proses stereotyping. Ketika
melakukan stereotype terhadap sesorang, kita mulai dengan suatu klasifikasi
sosial secara umum dan menerapkannya pada orang tersebut tanpa tahu lebih
jauh tentang dirinya sebagai individu yang spesifik. Menggunakan implicit
personality
theory,
di
mulai
dengan
individu
dan
mencoba
mengidentifikasikannya ke dalam klasifikasi sosial berdasarkan apa yang kita
ketahui tentang individu tersebut sebagai sosok yang spesifik/khas.
Proses atribusi adalah proses intrapribadi yang menempatkan penyebab
atas suatu peristiwa kepada seorang atau sesuatu. Proses persepsi ini
menempatkan ”locus of control” kepada seseorang (dispositional) atau kepada
konteks (situationa). Sebagai suatu bentuk proteksi, kita biasanya memandang
diri kita sendiri dalam pengertian situasional. Yaitu kita cenderung menimpakan
perilakukita yang tidak disukai kepada situasi, bukan kepada diri kita sendiri.
Seperti misalnya ”Keterlambatan ini bukan kesalahan saya, karena mobil saya
tidak bisa bergerak dalam kemacetan lalu lintas”. Sebaliknya, kita cenderung
mempersepsikan
Bacaan kuliah
orang
lain
dalam
pengertian
disposisional.
Ketika
Teori Komunikasi
Page 28
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
memperhatikan seseorang, kita cenderung menempatkannya pada proses intra
pribadi, yaitu sesuatu yang terjadi di dalam orang tersebut. Misalnya, kita akan
berkata bahwa ”Dia sedang bingung. Sudah dua kali kami berpapasan dan dia
tidak mengenali atau menegurku”.
Proses atribusi memiliki arti penting bagi komunikasi dalam beberapa hal.
Pertama, proses ini membantu kita untuk menyusun penjelasan mengenai suatu
kejadian/peristiwa
dengan
mengggunakan
pola-pola
seperti
yang
telah
dicontohkan di atas. Kedua, proses ini secara relatif akurat menggambarkan
hubungan antara kondisi psikologis dengan perilaku. Meskipun kesesuaian antara
kondisi psikologis dan perilaku masih diperdebatkan (apakah perilaku benarbenar merefleksikan kondisi psikologisnya), namun keduanya berfungsi secara
bersamaan dalam suatu siklus yang saling mempengaruhi. Dalam hal ini kita
biasanya merasa bahwa kondisi psikologis tidak mengendalikan perilaku kita
(perilaku kita tidak secara otomatis merefleksikan perasaan kita). Namun kepada
orang lain kita cenderung menganggap bahwa perilakunya mencerminkan kondisi
psikologisnya, dan ini menjadi acuan bagi kita untuk berperilaku terhadap orang
lain tersebut.
Ketiga, proses atribusi ini akan mempengaruhi hasil dari hubungan
antarpribadi
(misalnya
ingin
meneruskan/meningkatkan
hubungan),
dan
meningkatnya hubungan juga akan mempengaruhi proses atribusi. Pada tahap
awal hubungan, masing-masing pihak belum merasa dekat (baru kenal, atau baru
sebagai teman biasa), kita cenderung menempatkan hal lain sebagai penyebab
suksesnya hubungan kita, yaitu pada hubungan itu sendiri (hubungan yang nyaris
sempurna, ada saling pengertan di antara kami, hubungan baik ini telah memberi
motiasi dan sebagainya). Dengan demikian, tataran intrapribadi (atribusi) dan
antarpribadi (hubungan) dari komunikasi saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya.
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 29
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
Response sets merupakan predisposisi tertentu yang dilakukan untuk
menanggapi orang lain. Proses ini mengandung lompatan penyimpulan dari
perilaku orang lain kepada perilaku kita ketika menanggapinya. Menyadari bahwa
kita tidak akan pernah mendapatkan cukup informasi untuk mengenali orang
lain secara utuh maka kita menggunakan response sets sebagai jalan pintas
melakukan penyimpulan. Oleh karenanya, dalam proses ini kesalahan dalam
mempersepsikan orang dapat mungkin terjadi. Response sets yang sangat umum
digunakan adalah ’hallo effect’, dan ’leniency effect’.
Kita merasakan hallo effect ketika kita terlalu menggenerelisasi perilaku
orang dalam suatu situasi kepada situasi lain yang sama sekali belum kita
ketahui. Misalnya, kita mengetahui perilaku teman kerja kita yang kurang
bertanggung jawab, seperti sering terlambat masuk, lambat dalam mengerjakan
tugas, dan sebagainya. Dari pengamatan ini, kita lalu menyimpulkan bahwa dia
akan berperilaku sama dalam berbagai bidang kehidupannya yang lain. Kita juga
menanggap dia kurang bertanggung jawab pada keluarganya, sering keluar
rumah, curang pada istrinya, dan sebagainya. Demikian pula dengan orang yang
kita kenal ramah, lalu kita menganggap dia juga akan ramah kepada orang-orang
lainnya. Persoalan yang muncul dari ’hallo effect’ ini adalah bahwa kita
mengabaikan situasi yang dapat mempengaruhi tindakan orang. Kita melupakan
kenyataan bahwa yang akan berperilaku dan menampilkan peran yang berbeda
dalam situasi yang berbeda dan kepada orang yang berbeda.
Leniency effect adalah response sets lain di mana kita membiarkan
hubungan kita dengan seseorang mempengaruhi persepsi kita terhadap orang
tersebut. Misalnya, kita cenderung untuk mengidealkan teman kita dan sangat
toleran dalam menilainya. Kita terlalu berlebihan dalam menilai kebaikankebaikannya dan sangat mentolerir perilakunya yang secara umum dianggap
kurang baik. Sehingga dalam persepsi kita dia hanya memiliki sedikit kekurangan
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 30
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
dibandingg begitu banyak kelebihannya. Oleh karenanya, mungkin kita tidak
habis mengerti kenapa banyak orang orang tidak menyukai teman kita yang
nyaris sempurna ini. Hal yang sebaliknya terjadi juga kepada orang yang tidak
kita sukai. Karena kita cenderung menilai kelewat rendah perilaku positifnya, dan
kelewat tinggi pada perilaku negatifnya.
Persepsi terhadap orang lain, seperti halnya persepsi terhadap diri sendiri,
terbuka bagi berbagai kesalahan. Oleh karenanya, persepsi terhadap orang lain
(akurat maupun tidak akurat) dapat menguntungkan atau merugikan dalam
proses hubungan atau komunikasi antarpribadi. Hal yang perlu dicamkan adalah
bahwa kita harus selalu terbuka bagi informasi tambahan dan menggunakannya
untuk memperbaiki persepsi kita terhadap orang lain.
B. PERILAKU TERHADAP ORANG LAIN
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif, kita berharap untuk dapat
mempengaruhi persepsi orang lain terhadap diri kita. Kita menginginkan orang
lain memiliki penilaian yang baik mengenai diri kita, paling tidak, memiliki kesan
bahwa kita konsisten dengan tujuan kita berkomunikasi kepadanya. Kita dapat
berharap agar orang lain memandang kita sebagai teman, pimpinan, pasangan,
dan berbagai peran sosial lainnya. Meskipun kita tidak dapat memkas orang
dalam mempersepikan diri kita, namun kita dapat melakukan sesuatu untuk
mengarahkan persepsi mereka. Kita dapat berperilaku dalam cara-cara tertentu
yang dapat mendorong ke arak kesan tertentu mengenai diri kita. Jadi, kewajiban
kita ketika berkomunikasi adalah memberikan informasi kepada orang lain,
melalui perilaku kita agar dapat digunakan untuk mempersepsikan diri kita sesuai
dengan yang kita harapkan.
Tindakan ini sesungguhnya sangat alamiah/wajar, artinya bukan selalu
merupakan upaya untuk berpura-pura atau menipu orang lain. Karena meskipun
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 31
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
beberapa perilaku kita mungkin pura-pura atau palsu, kita mengetahui pula
bahwa kita memiliki berbagai peran sosial yang berbeda bagi orang dan situasi
yang berbeda, yang akan mempengaruhi perilaku kita ketika berkomunikasi.
Beberapa konsep yang dapat menjelaskan hal ini antara lain impression
management, rhetorical sensitivity, attributional responses, dan konfirmasi antar
pribadi.
Erving Goffman (1963) seorang sosiolog mengemukakan bagaimana setiap
orang dalam kehidupan sehari-harinya terlibat dalam ”memerankan” dirinya
kepada orang lain. Tindakan ini bukanlah upaya kepura-puraan/manipulatif,
melainkan bagian yang wajar dalam interaksi sosial yang disebut impression
management. Lebih lanjut dikemukakan bahwa setiap kali kita berperilaku
terhadap orang lain, tidak ada pilihan lain, kecuali mengarahkan kesan orang
tersebut terhadap kita. Kita tidak memiliki pilihan dalam arti, kita tidak bisa tidak
berperilaku. Persoalannya adalah apakah kita sadar akan upaya kita mengarahkan
kesan orang lain, bukan apakah kita melakukannya atau tidak
Impression management memandang komunikasi antarpribadi sebagai
sebuah drama atau sandiwara. Sebagai partisipan dalam komunikasi, kita bukan
hanya sebagai aktor, tetapi sekaligus penulisan skenario yang menulis naskah
”drama” kehidupan nyata ketika kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi.
Ketika kita mengarahkan kesan orang lain, kita menghadirkan diri kita dalam dua
bentuk perilaku, yaitu ”depan” dan ”belakang”. ”Depan” mengacu pada bagian
dari diri kita yang dapat diamati/tampak oleh orang lain, bagian ”depan” ini
menunjukkan bagian dari diri kita yang berada ”diatas panggung”. ”belakang”
mengacu pada perilaku ’dibalik panggung” kita yang kita lakukan ketika tidak ada
orang lain, atau kita tidak menyadari adanya orang lain yang hadir disekitar kita.
Perlu dipahami bahwa persoalan ”di atas panggung/depan” dan ”di balik
panggung/belakang”
Bacaan kuliah
ini
bukanlah
mengacu
pada
perilakupura-pura
atau
Teori Komunikasi
Page 32
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
perilakusebenarnya. Keduanya adalah wajar, hanya saja yang satu merupakan
situasi sosial, sedangkan lainnya merupakan situasi pribadi. Misalnya kita senang
duduk sambil mengangkat kaki, ini biasanya hanya bisa kita lakukan bila sedang
sendiri, dengan hadirnya orang lain tentunya kita akan duduk secara lebih baik
untuk menanamkan kesan yang baik pula terhadap orang tersebut.
Uraian di atas menunjukkan bahwa sebenarnya impression management
merupakan perilaku yang lebih diarahkan oleh orang lain daripada diri kita
sendiri. Ketika kita menyadari perilaku kita, dan kita membiarkan orang lain
untuk mengarahkannya maka kita menilai kesesuaian perilaku kita sebagai
respons
terhadap
perilaku
orang
lain.
Dalam
impression
management,
sesungguhnya fokus kita bukan pada memanipulasi orang lain tetapi lebih pada
bagaimana berperilaku rsponsif terhadap perilaku orang lain. Jadi, dengan
menyadari bahwa setiap perilaku kita adalah respons terhadap perilaku orang lain
maka kita telah berinteraksi secara wajar dan mampu mengendalikan kesan
orang terhadap diri kita.
Rhetorical sensitivity adalah konsep yang di kembangkan oleh Rod Hart
dan Don Burks (1972) yang mengacu pada kualitas persepsi yang di dasarkan
atas kemungkinan-kemungkinan (contingencies). Menjadi rhetorically sensitive
berarti peka terhadap orang lain. Tindakan ini mencakup pemilihan perilaku
komunikasi yang sesuai bagi kombinasi antara diri kita, orang lain, dan situasi
tertentu selama kegiatan komunikasi antarpribadi. Dengan kata lain, rhetorical
sensitivity berarti melakukan adaptasi/penyesuaian terhadap kemungkinankemungkinan.
Terdapat lima karakteristik yang menandai rhetorical sensitivity. Pertama,
orang yang rhetorcally sensitive dapat menerima kompleksitas pribadi, yaitu
dapat memahami bahwa setiap individu merupakan kesatuan dari banyak diri
(multiple selves). Ingat pembahasan kita sebelumnya bahwa individu memiliki
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 33
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
banyak konsep diri yang berkaitan dengan berbagai peran sosial yang dimainkan
(teman, guru, ayah, suami dan sebagainya). Kedua, orang yang rhetorcally
sensitive menghindari sifat kaku/keras dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Ketiga, orang semacam ini akan mengimbangkan kepentingan pribadi dengan
kepentingan orang lain, suatu kepekaan yang disebut kesadaran interaksi
(interaction consciousness). Keempat, orang yang rhetorcally sensitive sadar
kapan harus mengkomunikasikan atau tidak mengkomunikasikan sesuatu dalam
situasi yang berbeda. Kelima, orang semacam ini menyadari bahwa suatu pesan
dapat dikemukakan melalui berbagai cara, dan dia dapat menyesuaikan cara
penyampaian pesan dalam situasi tertentu.
Attributional responsses merupakan cara lain penggunaan proses attribusi
melalui prilaku kita sebagai reaksi atas tindakan orang lain. Dalam hal ini kita
menanggapi dengan suatu cara yang secara jelas menunjukkan suatu makna
tertentu terhadap prilaku orang lain. Setiap tindak komunikasi dalam suatu
percakapan dalam menyertakan suatu ekspresi atau pernyataan atributif melalui
penilaian terhadap makna perilaku orang lain. Seseorang dalam menanggapi
ungkapan attribut orang lain yang di tujukan padanya memiliki beberapa pilihan.
Misalnya, menanggapi suatu ungkapan atributif seperti ”Kamu sebenarnya tidak
ingin pergi, kan?” maka kita dapat menyangkalnya (”Bukan begitu maksudku”),
atau menyetujuinya (”Karena situasinya sunggu sangat lelah”), atau mengalihkan
lokus atribusi (”karena situasinya sungguh tidak memungkinkan saya untuk
pergi”) . dengan kata lain, atribusi dapat di terapkan sebagai strategi percakapan
seperti halnya para proses persepsi, dan ketika kita menggunakannya sebagai
strategi, atribusi akan mempengaruhi keseluruhan alur percakapan.
Konfirmasi antarpribadi merupakan tanggapan atau reaksi atas perilaku
orang lain. Konsep ini masih berkaitan dengan impression management. Ketika
kita berusaha untuk mengarahkan kesan maka pada saat yang bersamaan orang
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 34
Teori Kimunikasi Antarpribadi : dimensi-dimensi
pribadi dan relasional
lain pun melakukan hal yang sama kepada kita. Dalam menanggapinya kita
memiliki tiga alternatif, yaitu konfirmasi, menolak, atau diskonfirmasi. Jika kita
melakukan konfirmasi berarti kita menerima identifikasi diri orang lain seperti
yang ditampilkannya di hadapan kita. Misalnya kita berkata, ”Usulan kamu sangat
tepat, suatu gagasan yang bagus”. Ketika menolak, kita mengakui keberadaan
orang tersebut namun menyangkal definisi diri yang dia tampilkan, misalnya
”saya
tidak
diskonfirmasi
percaya
berarti
dengan
lebih
apa
jauh
yang
kamu
dari
sekedar
ceritakan”.
Sementara
penolakan.
Ketika
itu
kita
mendiskonfirmasi penampilan orang lain, kita sepenuhnya mengabaikan pesan
orang lain dan menganggapnya tidak pernah di ucapkan. Misalnya teman kita
berkata, ”Sekarang saya ingin mandi air hangat. Badan saya lelah sekali setelah
seharian membetulkan atap rumah”, dan kita menjawab ”Kasihan. Kamu mau apa
sekarang?”. ketiga alternatif tersebut dapat membantu kita untuk memahami
komunikasi antar pribadi. Tanggapan yang mengkonfirmasi menandai sehatnya
hubungan sosial dan efektidnya komunikasi antarpribadi.
Bacaan kuliah
Teori Komunikasi
Page 35
Download