BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian kerjasama

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba
dipertemukan melalui kesepakatan. Melalui perjanjian perbedaan tersebut diakomodir
dan selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum sehingga mengikat para pihak. Dalam
perjanjian, pertanyaan mengenai sisi kepastian dan keadilan justru akan tercapai apabila
perbedaan yang ada di antara para pihak terakomodir melalui mekanisme hubungan
perikatan yang bekerja secara seimbang.1
Perjanjian kerjasama merupakan perjanjian tidak bernama yang diatur di luar
KUHPerdata, tetapi terjadi di dalam masyarakat. Lahirnya perjanjian kerjasama di dalam
praktek adalah berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata. Berdasarkan Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata, ketentuan ini berbunyi “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.2
Kata “semua” berarti meliputi seluruh perjanjian, baik yang namanya dikenal
maupun yang tidak dikenal oleh undang-undang. Asas kebebasan berkontrak
berhubungan dengan isi perjanjian, yaitu kebebasan menentukan “apa” dan dengan
“siapa” perjanjian itu diadakan dan mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian. Asas kebebasan berkontrak mengandung pengertian bahwa
“setiap orang bebas mengadakan perjanjian, baik perjanjian yang diatur oleh KUHPerdata
maupun perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam
masyarakat. Definisi perjanjian itu sendiri dalam ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata
1
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak
Komersial, (Yogyakarta : Laksbang Mediatama, 2008), hal.1
2
Putra Wicaksono, Perjanjian Bernama dan Perjanjian Tidak Bernama, melalui
http://iyudkidd02street17.blogspot.co.id/2012/11/perjanjian-bernama-dan-perjanjian-tidak.html,
diakses tanggal 26 Februari 2016
1
Universitas Sumatera Utara
berbunyi “Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana 1 (satu) orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu) orang lain atau lebih. Perjanjian yang diatur
dalam Pasal 1313 KUHPerdata dapat dinilai secara materiil atau dinilai dengan uang.
Perjanjian yang dibuat berdasarkan asas kebebasan berkontrak tidak begitu saja dapat
dilakukan, karena masih dibatasi undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.3
Menurut Subekti bahwa, “Perjanjian kerjasama hanya mempunyai daya hukum
intern (ke dalam) dan tidak mempunyai daya hukum keluar” yang bertindak keluar dan
bertanggung jawab kepada pihak ketiga kerugian di antara para sekutu diatur dalam
perjanjiannya, yang tidak perlu diketahui masyarakat.4 Perjanjian pengadaan obat ini
mengandung aspek kefarmasian, ekonomi, dan hukum. Dilihat dari segi kefarmasian
yaitu agar masyarakat dapat memperoleh dan menggunakan obat dengan mudah sehingga
dapat berguna menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit yang diderita, dan dari segi
ekonomi yaitu untuk mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan obat tersebut,
kemudian dari segi hukum yaitu tentang syarat-syarat dan prosedur produksi pengadaan
obat tersebut harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perjanjian pengadaan obat-obatan antara pihak-pihak tersebut dilakukan untuk
memberikan kemudahan dan memberikan keringanan terhadap konsumen yang bertujuan
untuk menghindari obat-obatan yang tidak diperbolehkan digunakan oleh apotik, yang
bisa juga merugikan pihak lain. Kenyataan ini menunjukan terjadi hubungan hukum di
bidang kesehatan yaitu antara pihak apotik dan distributor obat, hubungan hukum ini
dilakukan oleh kedua belah pihak sesuai dengan prosedur yang berlaku dan telah
menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak. Kenyataannya di dalam pelaksanaan
perjanjian kerjasama terkadang terjadi kendala dan masalah dalam pemenuhan hak dan
kewajiban pihak-pihak seperti barang rusak ataupun keterlambatan pengiriman barang
3
Nurul Muslimah Kurniati, Asas Kebebasan Berkontrak, melalui http://notarisnurul
muslimahkurniati.blogspot.co.id/2009/04/asas-kebebasan-berkontrak.htmlm diakses tanggal 27
Februari 2016
4
R. Subekti, Aspek-aspek HukumPerikatanNasional, (Bandung: Alumni, 1976), hal. 53
2
Universitas Sumatera Utara
yang dilakukan distributor obat kepada apotik yang telah membeli barang baik itu secara
tunai maupun secara kredit/angsuran. Peristiwa ini menimbulkan kerugian sehingga
adanya pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap kerusakan barang dan
keterlambatan pengiriman barang.5
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa
sepenuhnya diserahkan kepada daerah masing-masing yang setiap daerah diberi
kewenangan untuk mengelola dan menyelenggarakan seluruh aspek kesehatan serta
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang
bermutu, aman, efisien, dan terjangkau serta menjamin ketersediaan, pemerataan serta
keterjangkauan perbekalan kesehatan, termasuk obat-obatan.
Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor KF/MENKES/167/III/2014 tentang
Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik ditegaskan bahwa seluruh satuan kerja
di bidang kesehatan baik pusat maupun daerah dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
maupun Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang bekerja sama dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dalam pengadaan obat baik untuk Program
Jaminan Kesehatan Nasional maupun program kesehatan lainnya dihimbau agar
pengadaan obat dilaksanakan berdasarkan katalog elektronik (e-catalogue) obat dengan
menggunakan metode pembelian secara elektronik (e-purchasing). Hal ini dimaksudkan
untuk menjamin ketersediaan dan pemerataan obat yang aman, bermutu dan berkhasiat
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, yang pengadaannya dilaksanakan
secara transparan, efektif, efisien serta hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Pengadaan obat dilaksanakan berdasarkan e-catalogue obat dengan menggunakan metode
pembelian secara elektronik (e-purchasing) sebagaimana tercantum dalam e-catalogue
5
Rozi Zulkifli, Deskripsi Perjanjian Pengadaan Obat-Obatan Antaraapotik Pramitha
Dengan PT Enseval Puteramegatrading Cabang Lampung, Jurnal hukum Vol 4 No.16,
Universitas Lampung, 2013
3
Universitas Sumatera Utara
obat yang ditetapkan oleh Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP).
Harga yang tercantum dalam e-catalogue adalah harga satuan terkecil, dimana
sudah termasuk pajak dan biaya distribusi. Pengadaan obat yang sudah termuat dalam ecatalogue dilaksanakan melalui mekasisme e-purchasing, serta bersifat penunjukkan
langsung oleh satuan kerja.
Pengadaan secara elektronik atau e-procurement adalah pengadaan barang/jasa
yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penggunaan teknologi informasi
dalam pengadaan barang/jasa ditujukan untuk mempermudah dan mempercepat proses
pengadaan barang/jasa. Pengadaan secara elektronik dilakukan dengan cara e-tendering
atau e-purchasing. E-purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem ecatalogue yang diselenggarakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP). E-catalogue obat adalah sistem informasi elektronik yang memuat
daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga obat dari berbagai penyedia barang/jasa. Ecatalogue
sebagai
dasar
bagi
Kementerian/Lembaga/Daerah/Instansi
(K/L/D/I)
melakukan pemesanan barang/jasa melalui e-purchasing.6 Harga yang tercantum dalam
e-catalogue adalah harga satuan terkecil, dimana sudah termasuk pajak dan biaya
distribusi.
E-purchasing diselenggarakan dengan tujuan agar tercipta proses secara langsung
melalui sistem katalog elektronik (e-catalogue) sehingga memungkinkan semua Unit
Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan dapat memilih barang/jasa pada pilihan
terbaik dan efisiensi biaya dan waktu proses pemilihan barang/jasa dari sisi penyedia
barang/jasa dan pengguna barang/jasa. Pencantuman harga dan spesifikasi teknis suatu
6
Arif E., & Halim, A. Identifikasi faktor-faktor penyebab minimnya penyerapan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota di Propinsi Riau tahun
2011. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi XVI, 2014.
4
Universitas Sumatera Utara
barang/jasa berdasarkan perjanjian antara Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP) dan penyedia barang/jasa.
Pengadaan barang/jasa secara elektronik dapat dilakukan dengan e-purchasing.
e-purchasing obat merupakan tata cara pembelian obat sesudah sistem e-catalogue
terbangun. E-catalogue sebagai dasar bagi K/L/D/I melakukan pemesanan barang/jasa
melalui e-purchasing.7
E-catalogue atau katalog elektronik, merupakan sistem informasi yang memuat
daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia
Barang/Jasa Pemerintah, yang diatur tata cara pembeliannya dengan menggunakan epurchasing yang bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas,
meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat, memperbaiki tingkat
efisiensi proses pengadaan, serta memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time
guna mewujudkan clean and good government dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.
E-catalogue menjadikan suatu proses pengadaan barang/jasa disektor publik lebih efisien,
waktu pengadaan lebih pendek dan persaingan sehat rekanan menguntungkan pemerintah
dalam mendapatkan obat generik. Sistem e-catalogue obat generik adalah sistem
informasi elektronik yang memuat informasi seputar daftar nama obat, jenis, spesifikasi
teknis, harga satuan terkecil, dan pabrik penyedia. Harga yang tercantum dalam ecatalogue adalah harga satuan terkecil, di mana sudah termasuk pajak dan biaya
distribusi. Pengadaan obat generik yang sudah termuat dalam e-catalogue dilaksanakan
melalui mekasisme e-purchasing, serta bersifat penunjukan langsung oleh satuan kerja.
E-Catalogue telah menghilangkan administrasi dan proses pengadaan barang/jasa yang
cenderung rumit (red tape). Manfaat ini akan semakin terasa ketika semakin banyak
7
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia,
Surat
Edaran
Nomor
KF/MENKES/167/III/2014 Tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik (eCatalogue). (Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
5
Universitas Sumatera Utara
barang/jasa yang dimasukan kedalam e-catalogue.8 Dengan adanya sistem e-catalogue
obat, selain dapat meminimalisasi penyimpangan, juga dapat memudahkan pihak
pemerintah untuk lebih leluasa dalam memilih produk obat yang dibutuhkan.
Pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah antara Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara dengan PT. Merapi Utama Pharma yaitu dalam bidang
pengadaan obat buffer stok dengan Nomor 440.442/6667/VII/2015. Telah ditanda
tanganinya perjanjian antara pemerintah dengan PT. Merapi Utama Pharma. Perjanjian
ini berlaku efektif pada tanggal penandatanganan surat perjanjian oleh para pihak atau
tanggal yang ditetapkan dalam Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK). Kontrak
pengadaan barang/jasa yang selanjutnya disebut kontrak adalah perjanjian tertulis antara
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan penyedia yang mencakup Syarat-Syarat
Umum Kontrak (SSUK) ini dan Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK) serta dokumen
lain yang merupakan bagian dari kontrak.
Dengan uraian di atas, maka tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk
skripsi dengan judul “Perjanjian Kerjasama Pengadaan Obat Berdasarkan E-Catalogue
dengan Prosedur E-Purchasing oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan
PT. Merapi Utama Pharma (Studi di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara).”
B. Permasalahan
Adapun yang merupakan permasalah yang timbul dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan pengadaan obat menggunakan e-catalogue
melalui e-purchasing?
8
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 48 Tahun 2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan
Prosedur e-Purchasing Berdasarkan e-Katalog. (Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013)
6
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan pengadaan obat
menggunakan e-catalogue melalui e-puchasing?
3. Bagaimanakah perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue melalui
e-puchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT. Merapi
Utama Pharma?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pengadaan obat menggunakan ecatalogue melalui e-purchasing.
b. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan pengadaan
obat menggunakan e-catalogue melalui e-puchasing.
c. Untuk mengetahui perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue
melalui e-purcasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT.
Merapi Utama Pharma.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat atau kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Secara Teoretis
a. Untuk memperoleh data dan informasi secara lebih jelas dan lengkap mengenai
permasalahan apa saja yang timbul dari perjanjian kerja sama pengadaan obat
berdasarkan e-catalogue dengan prosedur e-purchasing antara Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara dengan PT. Merapi Utama Pharma dalam mengatasinya.
7
Universitas Sumatera Utara
b. Sebagai suatu bentuk penambahan literatur tentang perjanjian kerjasama
pengadaan obat berdasarkan e-catalogue dengan prosedur e-purchasing.
2. Secara Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan terkait
dengan pengadaan obat berdasarkan e-catalogue dengan Prosedur e-purchasing oleh
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT. Merapi Utama Pharma
2. Untuk memperoleh data dan informasi secara lebih jelas dan lengkap sebagai bahan
untuk menyusun penulisan hukum guna melengkapi persyaratan dalam mencapai
gelar kesarjanaan dibidang hukum perdata.
E. Metode Penelitian
Metode adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu. Sementara itu
metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam
metode tersebut. Dengan demikian metodologi penelitian adalah sebuah materi
pengetahuan untuk mendapatkan pengertian yang lebih dalam mengenai sistematisasi
atau langkah-langkah penelitian.9 Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa bahasa
Inggris yaitu research, yang berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari),
dengan demikian dapat disimpulkan berarti “mencari kembali”.10
Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,
metodologis dan konsisten karena melalui proses penelitian tersebut dilakukan analisis
dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.11
1. Jenis penelitian
9
Syahrum dan Salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Penerbit Citapustaka
Media, 2012), hal 37
10
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Rajawali Pers,
2012), hal 27.
11
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: Penebit Rajawali Pres, 2013), hal 1.
8
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum empiris. Penelitian hukum normatif yang didasarkan pada
bahan hukum sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan
dengan pengadaan obat berdasarkan e-catalogue dengan prosedur e-purchasing.
Penelitian hukum empiris (sosiologis) adalah penelitian yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara yang berkaitan dengan masalah
pengadaan obat berdasarkan e-catalogue dengan prosedur e-purchasing.
2. Sumber data penelitian
Materi yang digunakan untuk melakukan penelitian hukum ini bersumber
dari bahan pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer,
bahan sekunder dan bahan tertier.
Sumber data kepustakaan dan dokumen diperoleh dari :
a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan
hukum primer, terdiri dari :12 norma atau kaidah dasar, peraturan dasar, dan
peraturan atau ketentuan perundang-undangan sebagai hukum yang tertulis
dan terkait di bidang hukum perjanjian kerjasama pengadaan obat terdiri dari
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 Pengadaan Obat
Berdasarkan Katalog Elektronik (e-catalogue), Peraturan Presiden Nomor 4
Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Peraturan Kepala
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor : 14 Tahun
2015 Tentang E-Purchasing, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2013
12
Bambang Sunggono, Op.Cit, hal 185
9
Universitas Sumatera Utara
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan Prosedur epurchasing Berdasarkan e-catalogue.
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai
hukum bahan hukum primer,13 seperti: hasil-hasil penelitian, artikel, hasilhasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya dari kalangan pakar hukum.
Dalam penulisan ini, bahan hukum sekunder yang digunakan adalah
buku-buku yang berkaitan dengan perjanjian kerjasama pengadaan obat.
c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan atau
petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder.14 Bahan hukum tersier
merupakan bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi
petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder,
serta bahan-bahan primer, sekunder tersier (penunjang) di luar bidang
hukum.15 Bahan hukum tersier yang digunakan adalah ensiklopedi, kamus
hukum, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) untuk memberi
penjelasan terhadap pengadaan obat berdasarkan e-catalogue dengan
prosedur e-purchasing.
3. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh bahan hukum yang diperlukan dalam penelitian
ini, maka digunakan metode pengumpulan bahan hukum tersebut dengan
penelitian kepustakaan (library research) dan alat untuk mengumpulkan
bahan hukum tersebut adalah melalui studi dokumen. Selain itu, dalam
penelitian ini juga akan dilakukan penelitian lapangan (field research).
dengan pihak karyawan di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
13
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit
Rajawali Pers, 2013), hal 118 dan 119
14
Ibid
15
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.Cit, hal 41
10
Universitas Sumatera Utara
4. Analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini menggunakan
teknik analisis data kualitatif merupakan mendeskripsikan permasalahan hukum
yang ditemukan melalui penelitian kepustakaan dengan menggunakan peraturanperaturan di bidang perjanjian kerjasama pengadaan obat.
F. Keaslian Penulisan
Adapun judul tulisan ini adalah Perjanjian Kerjasama Pengadaan Obat
Berdasarkan e-catalogue dengan Prosedur e-purchasing oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara dengan PT. Merapi Utama Pharma (Studi di Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara), judul skripsi ini belum pernah ditulis, sehingga tulisan ini asli dalam hal
tidak ada judul yang sama. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa subsub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat
digambarkan sebagai berikut :
BAB I
:
Pendahuluan, bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang
Latar Belakang, Pemasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan,
Metode Penelitian, Keaslian Penulisan dan Sistematika Penulisan.
BAB II
:
Perjanjian Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Menurut Ketentuan
Hukum Perdata Dan Peraturan Perundang-Undangan Yang Berlaku Di
Indonesia. Bab ini berisikan tentang Perjanjian Menurut Kitab Undang-
11
Universitas Sumatera Utara
undang Hukum Perdata terdiri dari Pengertian Perjanjian, Asas-asas
Perjanjian, Syarat Sahnya Suatu Perjanjian, Jenis-jenis Perjanjian,
Berakhirnya Perjanjian. Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 beserta perubahannya
terdiri dari Pengertian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Prinsip dasar
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jenis-jenis Kontrak Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Perbedaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah dengan Kontrak pada Umumnya, Hak dan Kewajiban para
Pihak dan Pemutusan Kontrak dan Penyelesaian Perselisihan.
BAB III
:
Gambaran Umum Tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa
Pemerintah Menggunakan e-catalogue Melalui e-purchasing. Bab ini
berisikan tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan ecatalogue terdiri dari Pengertian, Dasar Hukum dan Peran dan Fungsi ecatalogue. Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah melalui e-purchasing
terdiri dari Latar Belakang, Pengertian, Dasar Hukum dan Pedoman dan
Pelaksanaan e-purchasing.
BAB IV
:
tinjauan atas perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue
melalui e-purchasing antara dinas kesehatan provinsi sumatera utara
dengan PT. Merapi
utama pharma. Bab ini berisi tentang Prosedur
Pelaksanaan Pengadaan obat Menggunakan e-catalogue melalui epurchasing, Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Pelaksanaan
Pengadaan obat Menggunakan e-catalogue melalui e-purchasing dan
Tinjauan atas Perjanjian Kerjasama Pengadaan obat dengan e-catalogue
melalui e-purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
dengan PT Merapi Utama Pharma.
12
Universitas Sumatera Utara
BAB V
:
Kesimpulan dan Saran. Merupakan bab dari seluruh rangkaian bab-bab
sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian
skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran.
BAB II
PERJANJIAN PENGADAAN BARANG DAN JASA
PEMERINTAH MENURUT KETENTUAN HUKUM PERDATA DAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU DI
INDONESIA
13
Universitas Sumatera Utara
Download