BAB I Pendahuluan

advertisement
BAB I
Pendahuluan
Wilayah teritorial laut Indonesia yang berada di bagian selatan dari
Laut Cina Selatan, dikenal sebagai wilayah Cekungan Laut Natuna terdiri
dari dua area cekungan, Cekungan Natuna Barat dan Timur yang
dipisahkan oleh Natuna Ridge, merupakan tinggian dari Sunda Platform.
Cekungan Natuna Barat merupakan perluasan sebelah timur dari
Cekungan Malaya. Terdapat di antara Semenanjung Malaya dan Pulau
Kalimantan, dekat dengan Pulau Anambas sebelah selatan dan Pulau
Natuna sebelah timur. Cekungan ini memanjang dengan arah baratdaya –
timurlaut, dan meluas melewati garis median sampai wilayah air Malaysia.
Cekungan ini menduduki area kurang lebih sekitar 92.000 km 2 .
Cekungan Natuna Barat merupakan cekungan sedimen yang
terletak di sisi barat Pulau Kalimantan. Cekungan ini merupakan bagian
dari lempeng Eurasia, bagian dari Sundaland. Cekungan ini mempunyai
dasar berupa kerak benua.
Gambar 1: Peta lokasi Cekungan Natuna Barat.
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
2
BAB II
Perkembangan Struktur Geologi Regional
2.1 Pendahuluan
Model tektonik lempeng untuk Asia Tenggara telah dikemukakan
oleh beberapa penulis (di antaranya Hall, 1995; Rangin et al 1990; Daly et
al 1991; Daines, 1985; Parker & Gealey 1983; Tapponier et al 1982).
Kebanyakan penulis ini mengemukakan teorinya berdasarkan data
geologi dan paleomagnetik, kebanyakan dari model tersebut masih belum
lengkap.
2.2 Tektonik Lempeng Pada Kenozoik
Lokasi dari Indonesia pada pertemuan antara Lempeng Pasifik,
Eurasia, dan Indo-Australia telah menghasilkan beberapa komplek
interaksi antara subduction, extension, collision dan extrusion tectonics.
Tambahan pergerakan dari Lempeng Filipina dan Carolina di bagian barat
dan beberapa micro plates, mengakibatkan rekontruksi menjadi semakin
sulit. Oleh karena itu diskusi ini hanya akan tertuju pada ringkasan dari
event utama yang mempengaruhi perkembangan tektonik dari Cekungan
Natuna Barat. Pembahasan dari perkembangan tektonik lempeng
menitikberatkan pada publikasi terbaru oleh Hall et al (1995 & 1996) dan
membagi sejarahnya dari Eosen Awal sampai sekarang dengan interval
waktu sampai 10 Ma.
2.3 Akhir Eosen Awal (50 Ma)
Terutama untuk Indonesia 50 Ma didominasi oleh subduksi busur
magma ke selatan sepanjang Trans-Himalayan dan ke timur Lempeng
Pasifik. Posisi relatif dan gerakan lempeng India, Australia,dan Eurasia
dibatasi dengan pergerakan cepat Lempeng India ke utara, tetapi belum
kolisi dengan busur kepulauan sepanjang bagian selatan batas Lempeng
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
3
Eurasia. Bukti awal kolisi India dan Eurasia dibuktikan dengan obduksi
ofiolit Kapur di sisi barat Lempeng India, yang terlipat dan tidak selaras di
atas batuan karbonat Eosen Tengah. Peristiwa ini mengakibatkan
docking antara Lempeng India dengan Lempeng Eurasia bersamaan
dengan
spreading
yang
mengakibatkan
Lempeng
India
berputar
berlawanan arah jarum jam.
Area dalam cekungan Natuna Barat adalah bagian yang stabil dari
Sunda Platform dan mungkin mencakup laut dangkal.
Gambar 2 : Struktur geologi pada akhir Eosen Awal
2.4 Eosen Akhir (40 Ma)
Pada Miosen Akhir, tepi cekungan antara India dan Eurasia telah
tertutup dan kolisi benua-benua dimulai sepanjang batas Lempeng IndiaEurasia. Bagian barat dari zona kolisi bergerak ke timur seperti Lempeng
India, diawali dari blok Indocina bergerak ke tenggara kemungkinan
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
4
membentuk sesar-sesar dekstral yang melewati Natuna Barat, Malay, dan
Cekungan Thailand.
Gambar 3 : Struktur geologi pada 40 Ma.
2.5 Oligosen Tengah (30 Ma)
Kelanjutan ekstrusi blok Indochina akibat peningkatan pemendekan
zona kolisi Himalaya, menghasilkan peningkatan aktivitas transtensional
sepanjang Thailand, Malaya, dan Cekungan Natuna Barat. Kekuatan
transtensional di Cekungan Natuna Barat menghasikan graben-graben.
Pada bagian selatan dan barat daya Cekungan Natuna Barat, Sumatra,
Jawa yang pernah mengalami kompresional pada akhir Oligosen Awal
yang menghasilkan inversi cekungan. Ini adalah hasil dari zona subduksi
ke selatan yang menghasilkan penutup tepi cekungan dan kolisi busur
subsekuen. Inversi ini juga membuktikan banyak cekungan-cekungan
pada Natuna Barat dan Malaya oleh ketidakselarasan yang tersebar luas
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
5
pada 31 Ma dan juga bersamaan dengan akhir rifting utama Cekungan
Natuna Barat dan pemekaran lantai samudera di Laut Cina Selatan.
Gambar 4 : Struktur geologi pada Oligosen Tengah
2.6 Miosen Awal (20 Ma)
Proses
ekstrusi
Indocina
berlanjut
menghasilkan
ekstensi
sepanjang Cekungan Natuna Barat dan Malay. Sekitar 23 Ma tanda
pertama inversi Cekungan Natuna Barat adalah angular unconformity
yang jelas akibat rotasi, di antaranya Proto South China (searah jarum
jam) dan Semenanjung Malaya, Sumatra, dan Kalimantan (tidak searah
jarum jam), hasil kompresi pada bagian timur barat daya dan zona
transtensional Indocina dengan bagian barat Kalimantan dan ekstensional
Teluk Thailand menyebabkan kolisi antara lempeng Australia, Filipina, dan
busur Halmahera.
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
6
Gambar 5 : Struktur geologi pada miosen Awal.
2.7 Miosen Akhir (10 Ma)
Pada Miosen Akhir, rotasi Kalimantan sudah lengkap, proses
spreading berhenti di Laut Cina Selatan, ekstensi dan spreading dimulai di
Laut Andaman. Inversi di cekungan busur belakang Sumatra dimulai
sebagai oblique subduction dan pergerakan subsequent dextral stike-slip.
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
7
Gambar 6 : Struktur geologi pada Miosen Akhir.
BAB III
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
8
Sejarah Pembentukan Cekungan Natuna Barat
3.1 Pendahuluan
Sekitar 45-50 juta tahun yang lalu terjadi kolisi antara Lempeng
India dengan Lempeng Eurasia (Tapponier, 1986; Dewey, 1988; Peltzer &
Tapponnier, 1988; Harrison, 1992; Le Pichon, 1992 dan Hall, 2002) yang
menghasilkan pemekaran di Eurasia melalui sejumlah sesar strike-slip
utama (Gambar 2). Sesar ini yang menyebabkan transtensional dan
berhubungan dengan terbukanya cekungan-cekungan pada Sundaland
selama Tersier (Peltzer & Tapponnier, 1988).
Gambar 7 : Peta lokasi Cekungan Natuna Barat pada Sundaland dan batas-batas
tektonik lempeng ditunjukkan oleh zona subduksi dan sesar utama di Asia
Tengara (di sisi kiri). Peta tektonik regional (di sisi kanan) yang menunjukkan
sejumlah pergerakan lateral akibat sesar utama yang terbentuk akibat
collision dengan India pada 45-50 jt tahun yang lalu (modifikasi dari Peltzer
& Tapponnier, 1988).
Seluruh evolusi yang terjadi pada cekungan natuna selama tersier
terus berlanjut hingga saat ini. Cekungan Natuna Barat menunjukkan
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
9
tanda aktivitas tektonik yang berkelanjutan dari awal terjadinya dan semua
aktivitas setelahnya. Dimulai dengan pemekaran dan setelah terjadi
pembalikan itu secara tektonik. Perubahan dari gaya ekstensional menjadi
gaya kompresional terjadi dalam waktu yang relatif singkat, akibat adanya
pengaturan ulang lempeng secara global.
McClay & Bonora (1998) mengenalkan dua arah utama sesar
secara regional: trend Timurlaut-Baratdaya dan Baratlaut-Tenggara, yang
secara aktif menyebabkan deformasi berkelanjutan. Arah sesar yang
pertama umumnya terdapat pada setengah cekungan sisi tenggara,
sementara yang satu lagi umumnya diamati pada setengah Cekungan
Natuna Barat sisi baratlaut. Sesar ini, utamanya planar-domino style,
menyebabkan half-grabens seperti saat cekungan mulai meluas pada
Eosen akhir. Tektonik inversi yang terjadi pada regional cekungan
merupakan penyebab terjadinya antiklin tumbuh yang terbalik, dengan
karakteristik sayapdepan yang hampir datar dan sayapbelakang dengan
sudut yang kecil. Geometri bentuk baji umum terdapat pada endapan synextensional dan syn-inversion (Cooper dan Williams, 1989).
3.2 Tektonik Natuna Barat
Perkembangan tektonik Natuna Barat dapat dibagi dalam empat
perbedaan fase:
1) Crustal extensional,
2) Post-rift quescence period,
3) Syn-inversion, dan
4) Post-inversion.
3.2.1 Crustal Extensional
Crustal extensional dan rifting di Cekungan Natuna Barat
berlangsung
selama Eosen Bawah sampai Oligosen dalam reaksi
kolisi dari subkontinen India dengan Eurasia. Faktor pertama trend
rifting adalah transtensional di graben baratlaut dan timurlaut, yang
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
10
diisi oleh endapan lacustrine yang terjadi secara lateral karena proses
ekstrusi Indocina dan rotasi dari zona subduksi Sumatra sebagai
akibat dari lekukan Lempeng India dan Asia. Faktor kedua adalah
adanya rift trend yang dominan di tenggara dan baratdaya.
3.2.2 Post-rift Quiescence Period
Dari Oligosen Tengah sampai Miosen Awal, cekungan Natuna
Barat memasuki masa pasif. Pada saat itu terjadi pengendapan
beberapa formasi.
3.2.3 Syn-Inversion
Bukti pertama dari inversi di cekungan Natuna Barat terjadi pada
23 Ma dalam bentuk ketidakselarasan di barat Fomasi. Inversi kedua
kira-kira 22 Ma dan bukti dimulainya fase graben utama. Reaktivasi
dan pembalikan dari patahan sebelumnya mengontrol formasi. Inversi
dimulai dengan patahan graben besar dan disusul dengan grabengraben yang lebih kecil. Dasar geometri struktur right-lateral shear
regime.
3.2.4 Post-Inversion
Inversi dan
pergerakan sesar hampir berhenti pada Miosen
Tengah dan cekungan regional mengalami fase subsiden tenang
selama formasi muda mengalami deposisi.
BAB IV
Stratigrafi Cekungan Natuna Barat
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
11
4.1 Pendahuluan
Sedimen Tersier Cekungan Natuna Barat dapat digolongkan
utamanya berdasarkan pada penamaan lithostratigrafi yang mengacu
pada Klasifikasi AGIP (1973). Bagaimanapun, klasifikasi urutan stratigrafi
diterapkan baru-baru ini dalam usaha mencari jebakan-jebakan stratigrafi.
Ketidakselarasan utama sebagai batas urutan di Cekungan Natuna Barat
sangat berkaitan dengan sejarah tektonik cekungan, yaitu syn-rift, postrift, syn-inversion dan post iinversion.
Sedimen Tersier Cekungan Natuna Barat, seperti juga dalam
Cekungan Malay dan Sub Cekungan Penyu sama-sama diendapkan pada
basement granitik dan metamorfik Pra-Tersier. Tersier Awal (Oligosen
Awal–Miosen Tengah) banyak disusun oleh sedimen non-marine, mulai
dari lakustrin, fluvialo-deltaic dengan transgresi laut minor pada Miosen
Awal. Kondisi laut hanya dimulai selama Miosen Akhir yang masih
berlanjut sampai saat ini.
Diagram kolom stratigrafi (Gambar 8) menggambarkan variasi
fasies regional.
4.2 Urutan Syn-Rift
4.2.1 Formasi Belut (Eosen Tengah – Oligosen Awal)
Formasi Belut merupakan unit pengendapan syn-rift yang mengisi
half graben Natuna Barat. Formasi Belut menyisakan ketidakselarasan
pada basemen granitik dan metamorfik Pra-Tersier dan ditutupi oleh
Formasi Gabus Bawah. Ketebalan Formasi Belut ini berkisar antara
550 – 2000 kaki. Dan mungkin mencapai hingga 10.000 kaki pada
pusatnya. Kehadiran half-graben extensional dan rift valley mengontrol
pola-pola penyebaran dan pengendapan dari Formasi Belut. Litologi
pada Formasi Belut mengandung perlapisan klastik berwarna merah,
subordinat vulkanik dan kemungkinan lempung lacustrin pada titik
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
12
pertengahan half-graben. Perlapisan pada formasi ini berwarna cokelat
kemerah-merahan, hal ini terjadi karena adanya paleo-oksidasi yang
sebagian besar menyusun batupasir arkosik dan konglomerat dengan
metamorf lithoklastik yang berangsur berubah menjadi warna abu-abu
terang, cokelat, merah dan batulempung ungu dan batulanau. Batuan
vulkaniknya terdiri dari konglomerat dengan fragmen lithik vulkanik,
batupasir vulkaniklastik, vulkanik debris flow, dan beberapa tuff
vulkanik dalam bentuk batulempung yang berwarna kuning muda. Data
sumur menunjukkan bahwa batupasir menyusun sekitar 10 – 70 %
seluruh bagian dan kebanyakan telah terkompaksi dan tersementasi
dengan baik, sehingga menunjukkan pula bahwa sejarah terbentuknya
pada lingkungan burial dalam.
4.2.2 Serpih Keras/Sambas (Oligosen Awal – Tengah)
Satuan serpih ini menyebabkan keselarasan pada Belut’s Red Bed
dan pada sebagian luas menyamping sejajar dengan Formasi Gabus
Bawah. Interval ini merupakan serpih lacustrin airtawar mayor yang
paling tua dalam Cekungan Natuna Barat. Tidak seperti halnya pada
serpih Gajah dan Barat, satuan
Keras/Sambas
dikontrol
oleh
pengendapan serpih muda
topografi
lembah,
karenanya
penyebarannya tidak meluas secara regional. Akibatnya, akumulasi
yang paling tebal terdapat di cekungan “paleo deep”. Serpih ini hanya
dapat ditembus di struktur pengangkatan yang tinggi, karena posisi
deep secara noramal seperti Anoa – AR dan graben Raja Gajah.
Sumur Raja Gajah – 1 menembus hingga ketebalan 1.000 kaki dari
Keras Serpih. Umumnya satuan serpih ini memiliki ketebalan dari 200
kaki sampai 2500 kaki. Secara litologi, satuan ini massif, dapat dibelah
dan sangat karbonatan. Plant debris adalah yang umum hadir, terbukti
dengan Keras Serpih yang menjadi sumber minyak secara kondisi
thermal.
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
13
Gambar 8 : Kolom stratigrafi menurut Pupilli.
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
14
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
Gambar 9. Kolom Stratigrafi Cekungan Natuna Barat
4.3 Urutan Post – Rift
4.3.1 Formasi Gabus Bawah (Oligosen Awal – Tengah)
Penyebaran Formasi Gabus Bawah menyebar luas secara
regional, kecuali pada bagian yang paling bawah. Pengendapannya
tidak dikontrol oleh topografi basemen. Satuan ini mewakili transisi
sejarah cekungan dari tektonik syn – rift sampai sedimentasi post – rift.
Formasi Gabus Bawah merupakan endapan syn – rift, yang umumnya
berkembang dengan baik dalam graben mayor Paleogen pada
cekungan,
seperti
graben-graben
Anoa,
Raja
Gajah,
dan
Anambus/Bawal.
Formasi Gabus Bawah merupakan sikuen pengendapan yang terus
berlanjut, dengan bidang batas ketidakselarasan pada bagian atas dan
bagian bawahnya. Formasi ini terdiri dari serpih dan batulempung
dengan sisipan batupasir yang tipis dan tebal, yang diendapkan di
alluvial flood plain atas hingga daerah muka pantai, sedangkan pada
tubuh batupasir yang paling tipis diendapkan pada fasies lakustrin.
Batupasir tersebut memilki butiran dari yang sangat halus sampai
sedang. Struktur sedimen internal yang ada pada formasi ini adalah
paralel laminasi, cross bedding, dan ripple laminasi dengan bioturbasi.
Sekitar 48 %, batupasir ini menyusun formasi iini. Ketebalan dari
batupasir ini sekitar 350 kaki, dan sekitar kurang dari 15 kaki disusun
oleh batupasir channel pada lingkungan distal. Satuan serpihan terdiri
dari batulempung lanauan masif yang mengandung mineral pyrit, dan
plant debris.
4.3.2 Serpih Gajah/ Gabus (Oligosen Tengah)
Serpih Gajah/ Gabus ini memilki ketebalan maksimum yang dapat
diamati sekitar 750 kaki di daerah Anoa. Pada titik tengahnya, yang
berada di sebelah selatan Anoa, data seismik menunjukkan bahwa
ketebalannya sekitar 1.200 kaki. Formasi ini memiliki warna merah –
cokelat, walaupun semakin kearah pusat cekungan warnanya
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
berangsur menjadi warna abu-abu, yang menunjukkan adanya
perubahan tingkat oksidasi. Pada struktur pengangkatan yang tinggi,
Formasi Serpih Gajah ini menunjukkan rekahan-rekahan kecil yang
sangat keras dalam matriksnya, karena terhentinya proses lithostatic
selama
pengangkatan
berlangsung.
Rekahan-rekahan
tersebut
menyebabkan masalah pada saat pengeboran karena tidak bisa
mengurangi beban pada saat pengeboran. Satuan serpih ini sebagai
penanda yang memisahkan Formasi Gabus Bawah dari Formasi
Gabus Atas yang lebih muda.
4.3.3 Formasi Gabus Atas (Oligosen Akhir – Miosen Awal)
Formasi ini merupakan sikuen sedimen post-rift yang paling muda.
Penyebarannya meluas melalui cekungan, dengan bagian yang paling
tebal berada pada pusat graben Paleogen. Sikuen ini mengandung
batupasir sisipan batuserpih. Dalam area graben Paleogen, khususnya
di Anoa, graben-graben Gajah dan Anambas menutupi Formasi Keras/
Gajah yang mengandung serpih tebal. Serpih ini mendominasi sikuen.
Jauh dari graben Paleogen, sikuen yang tidak selaras menutupi
basemen pra-tersier. Serpih masif dari Formasi Barat menutupi
Formasi Gabus Atas. Formasi ini merupakan target utama eksplorasi di
Cekungan
Natuna
Barat.
Formasi
Gabus Atas
memiliki
pola
pengendapan yang hampir seragam, dan hadir menyeluruh pada
cekungan sebelum proses inversi mendahuluinya. Formasi ini menebal
dari arah utara dan selatan kearah pusat cekungan.
Bukti dari inti pengeboran, menunjukkan pengujian biostratigrafi
dan wireline log mengindikasikan bahwa bagian yang paling bawah
dari Formasi Gabus Atas ini diendapkan di bawah kondisi lingkungan
terrestrial, fluvial, dan lacustrin. Secara llithologi, formasi ini terdiri dari
batupasir dan sisipan batuserpih, yang menyerupai pada bagian dasar
dari Formasi Gabus Bawah. Batupasir diendapkan sebagai fluvial
channel. Channel-channel tersebut terlihat seperti bentuk meander
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
kompleks pada alluvial plain yang berasosiasi dengan tanggul sungai
dan celah di dalam gletser (sungai salju). Batulempung lanauan
diendapkan pada alluvial flood plain, danau dan rawa airtawar. Bagian
atas dari formasi ini kebanyakan diendapkan di terrestrial, deltaik, dan
lingkungan laut dangkal. Batupasir berbutir mengasar ke atas ini
terlihat seperti endapan muka pantai
yang berasosiasi dengan
kompleks lagoon atau delta. Dimana pun, apabila berasosiasinya
dengan batulanau dan batu lempung, maka diinterpretasikan sebagai
lumpur laut dangkal yang diendapkan dengan berbagai cara pada
lingkungan laut.
Semua batupasir pada formasi ini mengandung butiran kuarsa dari
yang halus sampai sedang, dan kebanyakan masif, akan tetapi secara
lokal terdapat struktur sedimen paralel laminasi, ripple cross laminasi
dan cross bedding. Plant debris, pyrite dan siderite pada umumnya
banyak ditemukan. Mineral klorit pun juga hadir dan kadang
dibingungkan dengan glaukonit Formasi Arang Bawah. Satuan
serpihan terdiri atas batulempung lanauan berwarna abu-abu hingga
cokelat tua, graded bedding batulanau dan serpih hitam. Plant debris
dan batuan-batuan karbonatan juga ada pada formasi ini. Lapisan
batubara tipis dan fragmen-fragmen pohon telah dideskripsikan dari inti
sumur.
4.4 Syn - Inversi
4.4.1 Formasi Serpih Barat (Oligosen Akhir – Miosen Awal)
Formasi ini sebagian besar berwarna abu-abu dan cokelat muda
kemerah-merahan, terdiri dari batulempung lanauan dan serpih, serta
diendapkan pada lingkungan danau. Pada umumnya, batuserpih ini
mengandung lignite dan plant debris yang karbonatan. Glaukonit dan
batupasir halus ada pada beberapa lokasi. Struktur sedimen graded
bedding, bioturbasi dan paralel laminasi terdapat pada beberapa inti
sumur di area Belida dan Udang. Dan menyebar luas di semua
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
cekungan yang memilki ketebalan sekitar 1.000 kaki di area sekitar
AK-1X dan umumnya menebal kearah barat didalam Cekungan Malay.
Pada umumnya, bagian timur Cekungan Natuna Barat, Formasi Barat
hilang oleh tidak adanya pengendapan atau oleh erosi. Kearah timur
menuju Busur Natuna, formasi ini menjadi fasies garis pantai yang
lebih pasiran. Seluruh akumulasi hidrokarbon Gabus Atas memiliki
Serpih Barat sebagai penutup atas.
Dalam area Gajah-Lembu-Gajah Putri, Batupasir Intra Barat
membagi dua bagian Formasi Serpih Barat. Hal ini berprospek tinggi
karena pasir tersebut merupakan paket regresif dari Formasi Serpih
Barat dimana sumber-sumber sedimen berasal dari arah timur laut dan
mungkin juga di dalam Central Graben. Ketebalan maksimum
batupasir ini yang pernah dicatat adalah 108 kaki (Lembu-1). Batupasir
Formasi Intra Barat memiliki tubuh batuan yang berkembang dengan
baik. Kemungkinan batupasir ini diendapkan pada bagian bawah delta
flood plain.
Ketebalan Formasi Serpih Barat dan variasi fasies merekam
proses-proses awal terjadinya pengangkatan, perkembangan jebakan,
dan proses preservasi reservoir di seluruh bagian cekungan. Periode
perkembangan struktur ini menandakan asal mulanya terjadinya
perlipatan kompresi Sunda dalam titik pusat half graben.
4.4.2 Formasi Arang (Miosen Awal – Tengah)
Formasi ini diendapkan sebagai bagian dari laut dan fluvial deltaik
batupasir dan batulempung , yang menunjukkan penebalan cepat dari
arah barat ke dalam Cekungan Malay. Lapisan batubara juga
meningkat dari arah barat dan mungkin menghasilkan gas dan
perubahan kondensasi reservoir Formasi Arang di daerah Malaysia.
Bagaimanapun, lapisan tipis batubara pada formasi ini di Cekungan
Natuna Barat umumnya belum matang yang membuatnya terlihat tidak
seperti sumber-sumber hidrokarbon.
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
4.4.3 Formasi Arang Bawah
Formasi Arang Bawah ini menunjukkan permulaan terjadinya laut
yang dianggap sebagai fosil laut yang paling tua. Lingkungan laut
diduga mengalami transgresi dari timur laut hingga busur Natuna.
Batupasir formasi ini diendapkan dibawah mulut bar, tidal channel
dan garis pantai bar yang menandai asal mulanya laut. Bagian yang
mengalami agradasi alami yang berkombinasi dengan batupasir
hingga batulempung memberikan satuan yang rupanya berlanjut
secara lateral, umumnya ditemukan pada endapan laut. Geometri
batupasir mengubah endapan lacustrin menjadi rangkaian garis pantai
secara drastis. Batupasir menyebar luas dan terlihat lebih banyak
mengandung kuarsa dengan fragmen-fragmen lithic daripada batupasir
Gabus yang lebih tua. Batupasir mudah dikenali dalam pemotongan
oleh
kehadiran
menerangkan
perluasan
mineral-mineral
bahwa
hanya
bioturbasi
yang
glaukonit.
satuan
inilah
menghancurkan
Studi
yang
iinti
sumur
menunjukkan
perlapisan
dan
permeabilitas asalnya. Fenomena tersebut dilaporkan juga dalam
artikel yang dipublikasikan oleh Esso Malaysia. Batupasir ini
merupakan reservoir yang terbaik dalam akumulasi hidrokarbon.
4.4.4 Formasi Arang Tengah
Formasi ini dikarakteristikkan oleh kehadiran lapisan batubara yang
memiliki jenis lingkungan pengendapan laut sampai shelf. Lapisanlapisan batubara tersebut
berwarna hitam dan brittle dengan
ketebalan rata-rata sekitar 3 kaki. Walaupun, batubara merupakan
sumber hidrokarbon yang baik, tetapi batubara pada Formasi Arang
Tengah ini umumnya belum matang untuk perkembangan minyak.
Akan tetapi, matang secara termal lebih jauh di bagian barat Cekungan
Malay.
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
4.5 Post Inversi
4.5.1 Formasi Muda
Formasi yang berumur dari Miosen Atas sampai Recent ini
merupakan sikuen pengendapan
termuda yang hadir di Cekungan
Natuna Barat. Formasi ini menyebabkan ketidakselarasan pada sikuen
Formasi Arang dan menutupi formasi-formasi yang lebih tua lainnya di
beberapa tempat. Batas paling bawah dari sikuen Formasi Muda ini,
pada umumnya, ditandai oleh sebuah angular unconformity dan batas
pada bagian atasnya adalah dasar laut. Ketidakselarasan tersebut
sangat terlihat pada rekaman seismik dan terjadi pada 12 juta tahun
yang lalu dan ditunjukkan oleh penghilangan Discoaster Neohamata.
Paraconformity kedua terlihat pada analisis nanofosil di 5.3 MYA. Hal
tersebut dikenal sebagai Intra Muda Unconformity yang ditandai oleh
menghilangnya
Discoaster
pseudoumbilica.
Beberapa
quinquieramus
atau
data
menunjukkan
seismik
Reticulofenestra
bahwa
ketidakselarasan ini sulit untuk dipisahkan. Bagaimanapun juga,
tidaklah mungkin untuk mengidentifikasi erosi ini secara lithologi.
Lithologi Formasi Muda ini adalah llempung laut yang berwarna abuabu sampai hijau yang diendapkan sejak Miosen Akhir sampai saat ini
dengan ketebalan yang berkisar dari 900 kaki sampai lebih dari 3000
kaki.
Formasi yang termuda di Cekungan Natuna Barat ini relatif tidak
terdistribusi secara meluas. Data seismik yang melewati cekungan ini
relatif menunjukkan llapisan-lapisan horizontal dengan kemiringan
sudut yang kecil pada bagian cekungan. Beberapa channel sub-laut
terlihat dengan jelas pada rekaman seismik. Patahan memotong
bagian bawah dari Formasi Muda ini sebagai perluasan dari patahan
yang
lebih
tua
secara
aslinya.
Terlepas
dari
kemungkinan
pembentukan tudung secara regional, sikuen Muda ini, merupakan
bahasan yang tidak menarik perhatian dalam eksplorasi minyak dan
gas.
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
Gambar 10 : Hubungan antara fluktuasi eustatic sea level, tektonik, dan litostratigrafi.
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
BAB V
KESIMPULAN
Secara umum pembentukan cekungan natuna bagian barat
dikontrol oleh empat periode tektonika, yaitu :
1) Crustal extensional,
2) Post-rift sequcence period,
3) Syn-inversion, dan
4) Post-inversion.
Keempat periode tektonik tersebut membentuk struktur geologi yang
didominasi oleh sesar-sesar utama berarah Timurlaut-Baratdaya dan
Baratlaut-Tenggara dengan style planar-domino yang menghasilkan
bentuk half graben.
Periode tektonik yang terjadi di cekungan Natuna bagian barat
dapat diketahui berdasarkan urutan stratigrafi yang didasarkan atas
penamaan lithostratigrafinya, stratigrafi cekungan Natuna bagian barat
yaitu 1) Formasi Belut, 2) Serpih Keras/Sambas, 3) Formasi Gabus
Bawah, 4) Serpih Gajah/ Gabus, 5) Formasi Gabus Atas, 6) Formasi
Serpih Barat, 7) Formasi Arang, 8) Formasi Arang Bawah, 9) Formasi
Arang Tengah, dan 10) Formasi Muda. Formasi di atas menjadi petunjuk
adanya periode tektonik yang terjadi pada cekungan natuna bagian barat.
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
DAFTAR PUSTAKA
…..1999. Petroleum Geology Of Indonesian Basins; Principles, Methods,
and Aplication. Pertamina BPPK, Jakarta.
Dajczgewand, Diego. Tectonic Evolution And Structural Styles Of
Deformation Of Southern Kakap Block, West Natuna Basin,
Indonesia.
Hall, Robert. 1997. Cenozoic Plate Tectonic Reconstructions of SE Asia
dalam Petroleum Geology of South East Asia. Fraser, A. J.,
Matthews, S. J., and Murphy, R. W. (eds). Geological Society of
London Special Publication, London.
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
ABSTRAK
Cekungan Laut Natuna terdiri dari dua area cekungan, yakni
Cekungan Natuna Barat dan Cekungan Natuna Timur. Kedua cekungan
tersebut dipisahkan oleh Natuna Ridge, yang merupakan suatu tinggian
dari Sundaland. Cekungan Natuna Barat menutupi area kurang lebih
sekitar 92.000 km2, memanjang dari arah barat daya hingga timur laut ,
dan melewati garis batas teritorial perairan Malaysia. Cekungan ini terletak
antara Semenanjung Malaya dan Pulau Kalimantan, yang dekat dengan
Pulau Anambas sebelah selatan dan Pulau Natuna sebelah timur. Selain
itu, dibatasi pula oleh lempeng Indo–Australia ke arah selatan dan barat,
lempeng Eurasia ke arah utara, dan ke arah timur oleh lempeng-lempeng
mikro bagian timur kepulauan Indonesia.
Sejarah pengendapan Cekungan Natuna Barat dapat dibagi
menjadi empat tahap utama, antara lain : syn-rift, post-rift, syn-inversion
dan post-inversion.
Kata kunci : cekungan, natuna barat, struktur, stratigrafi
Tugas UTS Geologi Struktur Indonesia Kelompok 5
Download