BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 Letak Geografis Daerah Penelitian Daerah penelitian, yaitu daerah Cekungan Sunda, secara umum terletak di Laut Jawa dan berada di sebelah Timur Pulau Sumatera bagian Selatan dan sebelah Utara pulau Jawa bagian Barat. Cekungan Sunda merupakan salah satu cekungan terkecil dari rangkaian cekungan sedimen back-arc berumur Tertiary yang mengandung minyak di sekitar Sumatera dan Pulau Jawa. Gambar 2.1 Peta lokasi daerah penelitian 6 BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.2 Seting Tektonik Wight et al. (1986), mengusulkan urutan sejarah yang telah disederhanakan dari Cekungan Sunda, yaitu : 1. Tektonisme pada Mesozoic. Pada masa ini terbentuk busur gunung berapi berumur Cretaceous yang mempunyai trend berarah Timur – Barat. 2. Pengangkatan dan erosi pada Paleogene. 3. Rifting dan subsidence yang sangat cepat pada Early Oligocene. Struktur utama yang terbentuk pada masa ini memiliki orientasi Utara – Selatan. 4. Tektonik pasif pada Early Miocene. Pada masa ini terjadi subsidence postrift dan transgresi marine yang tersebar luas. 5. Tektonisme pada Mid-Miocene. Pada masa ini hanya sedikit saja pengaruh tektonisme pada cekungan. Pada bagian marginal dari cekungan terjadi pengangkatan dan perubahan kemiringan. Fasa ini mungkin terjadi bersamaan dengan proses regresi yang tersebar luas pada saat Early Miocene hampir berakhir. 6. Rifting minor pada Late Miocene – Pliocene. Terbentuk beberapa sesar antithetic kecil dan terjadinya pembentukan dan migrasi hydrocarbon yang penting. Struktur geologi utama yang membentuk Cekungan Sunda adalah beberapa deretan graben terisolir serta half-graben besar yang terbentuk di sepanjang sistem sesar utama dengan arah sumbu utama antara N 45° W – N 40° E (Wight et al., 1986). Sistem sesar utama yang terdapat pada Cekungan Sunda, sebagian 7 BAB 2 GEOLOGI REGIONAL besar adalah sesar turun dengan arah umum Utara - Selatan. Graben – graben pada Cekungan Sunda ini mempunyai arah kemiringan umum berarah ke Timur. Gambar 2.2 Skema struktur Cekungan Sunda (Wight et al., 1986) 2.3 Stratigrafi dan sejarah pengendapan Fase pertama dari pengendapan Tertiary adalah respon terhadap inisiasi dari rifting pada Early Oligocene. Cekungan berbentuk segi empat half–graben yang 8 BAB 2 GEOLOGI REGIONAL memanjang ke arah Utara – Selatan dan memiliki arah kemiringan ke arah Timur. Bagian Timur dari half-graben ini dibatasi oleh sesar Seribu Utara dan Selatan, dimana sedimen klastik lokal berasal dari bahu – bahu half-graben yang dibatasi oleh sesar – sesar ini. Sedimen Formasi Banuwati terdiri dari endapan lacustrine shales yang tersebar luas dan alluvial fanglomerates tebal yang terlokalisasi. Formasi ini terendapakan secara tidak selaras di atas basement. Kemudian terjadi pengendapan Formasi Talang Akar yang lebih tersebar luas dan didominasi oleh lingkungan pengendapan fluviatile. Selain fluviatile, lingkungan pengendapan lain yang terdapat pada daerah ini adalah lingkungan lacustrine dan paludal yang terbatas penyebarannya, yaitu pada pusat depocenter saja. Formasi yang berumur Late Oligocene ini terendapkan secara selaras di atas Formasi Banuwati dan tidak selaras di atas basement. Formasi Talang Akar dibagi menjadi 2 bagian. Zelda Member yang lebih tua, mengandung perselingan batupasir, batulempung, batulanau, dan batubara. Zelda mengonlap basement pada batas cekungan dan terendapkan secara selaras di atas Formasi Banuwati dengan ketidakselarasan lokal pada bagian depocenter. Batupasir yang terendapkan pada lingkungan fluviatile ini didominasi oleh endapan braided-stream dengan perbandingan sand-shale yang tinggi. Pengendapan fluviatile juga mendominasi Gita Member dengan endapan paludal mengisi sisanya. Gita Member diendapkan secara selaras di atas Zelda Member. Fluviatile yang ada pada Gita lebih didominasi endapan meandering dengan batupasir point-bar yang porous terendapkan pada sabuk meander. Diantara channel, endapan klastik halus dan batubara terdapat pada bagian dataran banjir, bergantian dengan crevasse splay 9 BAB 2 GEOLOGI REGIONAL dan levee sandstones. Menjelang akhir dari Gita Member, batubara yang tebal diendapkan dan pengaruh dari transgresi mulai dirasakan. Formasi Baturaja diendapkan secara selaras diatas Formasi Talang Akar pada Early Miocene. Formasi Baturaja merupakan hasil dari fase transgresi yang menenggelamkan daerah lower delta plain, yang menyebabkan berkembangnya batugamping fasies laut dangkal, baik berupa batugamping paparan pada bagian bawah atau batugamping terumbu bioclastic di bagian atas. Formasi Gumai yang juga berumur Early Miocene terendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja. Formasi ini dicirikan oleh serpih berwarna abu-abu yang terbentuk dalam fase transgresi marine maksimum. Formasi ini tersusun oleh batulempung, serpih, batugamping, dan perselingan batulempung, batulanau dan batupasir. Formasi Air Benakat berumur Late Early Miocene - Mid Miocene diendapkan selaras diatas Formasi Gumai. Formasi ini tersusun atas batupasir dari Krisna Member, batulempung, dan batugamping. Formasi Cisubuh berumur Late Miocene – Early Pliocene yang pada umumnya diendapkan secara selaras di atas Formasi Air Benakat dengan ketidakselarasan di beberapa tempat. Formasi ini tersusun oleh batulempung, batupasir, dan batugamping pada Lower Member, serta pasir volcaniclastics, batulempung dan batubara pada Upper Member. 10 BAB 2 GEOLOGI REGIONAL Gambar 2.3 Penampang kolom stratigrafi Cekungan Sunda (CNOOC SES) 11 BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.4 Petroleum System Batuan Induk (source rocks) Batuan induk pada daerah Cekungan Sunda adalah Banuwati lacustrine shale yang diendapakan pada akhir Eocene – awal Oligocene di lingkungan danau. Batuan induk ini merupakan batuan induk tipe 1 (oil prone). Selain itu, batubara, overbank shales, dan shallow lacustrine shale dari Zelda dan Gita Member dari Formasi Talang Akar, serta marine shales dan marls dari Formasi Batu Raja dan Gumai dapat menjadi batuan induk yang baik apabila matang. Reservoirs Reservoir utama dari petroleum system ini adalah Formasi Talang Akar yang terbentuk pada Oligocene, termasuk di dalamnya adalah batupasir Zelda dan Gita yang umumnya berbentuk channel. Selain itu batupasir yang berbentuk fan pada Formasi Banuwati, batuan karbonat pada Formasi Batu Raja dan Formasi Gumai merupakan reservoir – reservoir lainnya pada petroleum system ini. Penutup (seals) Shale yang terdapat pada Formasi Gumai menjadi regional seal di Cekungan Sunda ini. Selain itu shale dari Formasi Air Benakat, Batu Raja, dan Cisubuh menjadi seal di daerah – daerah tertentu. Perangkap (Traps) Pada umumnya perangkap yang terjadi di daerah ini merupakan structural traps berupa sesar atau anticline. Namun di beberapa tempat tertentu, yang reservoirnya berupa carbonate buildup, seperti pada Formasi Batu Raja dan Gumai, perangkap yang terbentuk berjenis stratigraphic traps. 12