BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintergrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar di selesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Griffin (2011:7) manajemen adalah suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien. Dari pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa manajemen adalah proses pengkoordinasian sekelompok orang dengan arahan-arahan untuk mencapai tujuan perusahaan,secara efektif dan efesien.Perusahaan yang memiliki manajemen yang baik adalah perusahaan yang menjalankan fungsi efektif dan efisien.Efisien berarti menggunakan berbagai sumber daya secara bijaksana dan dengan cara yang hemat biaya,sehingga produk atau jasa yang dihasilkan berkualitas tinggi namun dengan biaya yang relatif rendah, sedangkan efektif berarti membuat keputusan yang tepat dan mengimplementasikannya dengan sukses. 2.2 Pengertian efisien dan efektif Robbins dan Coulter (2007:8) definisi efisieni yaitu memperoleh output terbesar dari input yang kecil, yang digambarkan dengan “melakukan segala sesuatu secara benar”. Makna kalimat tersebut adalah upaya yang dilakukan oleh perusahaan agar mampu bertahan adalah dengan melakukan setiap kegiatan dengan benar untuk mengurangi kerugian dan mendapatkan hasil yang maksimal. Robbin dan Coulter (2007:8) definisi efektivitas yaitu menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai. 11 12 2.3 Pengertian Manajemen Operasional dan Produksi Produksi adalah proses penciptaan barang dan jasa. Menurut Heizer dan Render (2009:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa berlangsung di semua organisasi. Dalam perusahaan manufaktur, aktivitas produksi yang menghasilkan barang dapat terlihat secara jelas. Contohnya adalah kegiatan pembuatan kerangka motor Harley Davidson. Sehingga seorang manajer operasi harus mampu menerapkan proses manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengaturan karyawan, pengarahan, dan pengendalian ke dalam pengambilan keputusan pada fungsi manajemen operasi. Terdapat sepuluh keputusan penting dalam manajemen operasi yang masing-masing membutuhkan proses manajemen yang baik. Berikut adalah kesepuluh keputusan yang penting dalam manajemen operasi: 2.4 • Desain produk dan jasa • Manajemen mutu • Desain proses dan kapasitas • Strategi lokasi • Strategi tata letak • Sumberdaya manusia dan sistem kerja • Manajemen rantai pasokan • Persediaan, perencanaan kebutuhan barang • Penjadwalan jangka pendek dan menengah Tata Letak ( layout ) 2.4.1 Pengertian dan Tujuan Tata letak Apabila kita membahas mengenai tata letak fasilitas, maka terdapat 2 kata kunci yang ada didalamnya, yaitu pengaturan dan fasilitas. Adapun beberapa definisi mengenai tata letak, sebagai berikut : 1. Menurut Wignjosoebroto (2006:67), tata letak fasilitas merupakan tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas fisik pabrik kelangsungan atau kelancaran proses produksi. guna menunjang 13 2. Menurut Render dan Heizer (2006:272), tata letak merupakan salah satu keputusan yang menetukan efisiensi operasi perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Pengaturan fasilitas pabrik biasanya memanfaatkan luas area (space) dari ruang produksi pabrik untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya. Bila ditinjau lebih jauh tujuan dari strategi tata letak itu sendiri adalah untuk mengembangkan tata letak yang ekonomis yang dapat membantu perusahaan dalam mencapai keuntungan dalam sistem produksi yang ada namun tetap dapat memenuhi kebutuhan perusahaan untuk tetap bersaing dengan perusahaan lain. 2.4.2 Jenis Tata Letak Menurut Heizer dan Render (2006:338), terdapat tujuh buah jenis atau tipe tata letak : • Office layout : posisi kerja, peralatan ruang kantor untuk pergerakan informasi • Retail layout : alokasi ruangan dan respon untuk perilaku konsumen • Warehouse layout : penyusunan pertukaran ruang dan material handling • Fixed position layout : memenuhi kebutuhan tata letak untuk proyek yang besar dan memakan tempat, seperti untuk kegiatan industri perkapalan. • Prosess orientation layout : menyangkut produksi yang jumlah produknya kecil, namun bervariasi ( disebut juga job shop atau produksi terputus ) • Work cell layout : penyusunan mesin, peralatan untuk fokus pada produksi produk. • Product oriented layout : mengusahakan pemanfaatan maksimal atas karyawan dan mesin-mesin pada produksi yang berulang atau berkelanjutan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan di dalam Tata Letak Menurut Heizer dan Render (2006:450) : 14 • Utilitas ruang, peralatan, dan orang yang berkepentingan. • Aliran informasi, barang atau orang yang lebih baik. • Moral karyawan yang baik, juga kondisi lingkungan kerja yang aman. • Interaksi dengan pelanggan dengan lebih baik • Fleksibelitas (bagaimana kondisi tata letak yang ada saat ini, tata letak tersebut dapat dirubah sesuai kebutuhan dan jika diperlukan). Umumnya tata letak yang ada banyak diterapkan berdasarkan kebutuhan dan luas lahan serta tempat yang dimiliki perusahaan dalam hal ini industri yang bekerja dengan jumlah atau volume produksi yang relatif kecil, beroperasi berdasarkan pesanan (job order) dan untuk jenis produk yang tidak distandarkan secara khusus. Tata letak tipe jenis aliran proses akan jauh lebih fleksibel jika dibandingkan dengan tata letak tipe aliran lain. Industri yang beroperasi dengan berdasarkan order pesanan (job order) akan lebih tepat menerapkan layout tipe aliran proses guna mengatur berbagai fasilitas yang ada. Beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan layout berdasarkan aliran proses : • Produk yang dibuat dari berbagai macam model atau tipe produk berbeda serta jangka waktu yang relatif singkat. • Adanya perbedaan metode dan waktu terhadap standar kerja yang dilaksanakan karena jenis kegiatan yang dapat berubah-ubah sesuai produk yang hendak diproduksi. • Sulit mengatur keseimbangan kerja (line balancing) antara kegiatan manusia dan mesin. • Satu tipe mesin biasanya mampu melakukan berbagai macam fungsi atau operasi kerja yang berbeda. • 2.5 Terdapat penggunaan alat secara lebih khusus dalam proses produksi. Tata Letak Kantor Menurut Sedarmayanti (2009:125) menyebutkan bahwa tata letak ruang kantor adalah pengaturan dan penyusunan seluruh mesin kantor, alat perlengkapan kantor, serta perabot kantor pada tempat yang tepat, sehingga pegawai dapat bekerja dengan baik, nyaman, leluasa dan bebas untuk bergerak, sehingga tercapai efisiensi kerja. 15 2.5.1 Tujuan Tata Letak Kantor Terdapat beberapa tujuan dari penataan ruang kantor pada sebuah perusahaan : 1. Arus pekerjaaan akan lebih efektif. 2. Ruang yang luas, tetapi dipergunakan dengan baik. 3. Adanya rasa nyaman dan kepuasan tersendiri dari karyawan. 4. Memudahkan pengawasan. 5. Kesan yang baik bagi pelanggan dan tamu. 6. Fleksibelitas yang besar untuk kebutuhan-kebutuhan yang berlainan. 7. Memberikan keamanan dan keleluasaan dari masing-masing individu. 8. Memisahkan pekerjaan yang berbunyi keras, gaduh, dan mengganggu dari pekerjaan yang sunyi dan tidak mengganggu. 2.5.2 Hal pokok dalam tata letak kantor Menurut Sedarmayati (2009:102), tata letak memiliki asas pokok yang berguna bagi organisasi sebagai pedoman dalam penataan ruang kantor. a. Asas Rangkaian Kerja Kriteria tata ruang kantor yang baik adalah yang mampu menempatkan para pegawai dan alat-alat kantornya menurut rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan. b. Asas Jarak Terpendek Suatu tata ruang kantor yang baik adalah yang memungkinkan proses penyelesaian suatu pekerjaan dengan menempuh jarak yang sependek mungkin. c. Asas Penggunaan Segenap Ruang Tata ruang kantor yang baik adalah yang mampu mempergunakan sepenuhnya semua ruang yang ada. Ruang yang dimaksud tidak hanya berupa luas lantai saja (ruang datar) melainkan juga keseluruhan ruang yang ada sehingga tidak ada bagian dari ruangan yang tidak terpakai atau menganggur. d. Asas Perubahan Susunan Tempat Kerja Tata ruang kantor yang baik adalah yang dapat diubah atau disusun kembali dengan baik, dan tidak rumit serta tidak memakan biaya yang besar dalam proses perubahannya. 16 2.5.3 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan sebuah tata letak Tidak hanya gedung kantor atau pabrik saja yang harus diperhatikan, tetapi juga hal-hal yang berkaiatan dengan perlengkapan, peraltan dan mesinmesin pendukung yang dapat menunjang segala aktivitas yang harus dilakukan, hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah cahaya, warna, udara dan suara. 1. Cahaya Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam lingkungan pekerjaan baik yang berkaitan dengan kantor maupun pabrik adalah pencahayaan, apabila pencahayaan baik maka karyawan yang ada akan lebih nyaman dalam melakukan setiap aktivitas dan pekerjaannya, dengan pencahayaan yang baik pula akan meningkatkan ketelitian kerja, kecermatan hasil dan meningktakan keselamatan kerja (menurunnya resiko rusaknya peralatan dan kecelakaan pada diri karyawan seperti : terkena listrik, terpotong oleh cutter atau gunting dan lain sebagainya). 2. Warna Karena warna dapat merangsang emosi dan otak manusia. Maka diperlukan pemilihan warna yang tepat untuk dekorasi dalam ruang kerja kantor dan pabrik dalam hal ini berkaitan dengan warna cat yang hendak digunakan untuk pewarnaan dinding. 3. Udara Aliran udara yang segar secara terus menerus di sekitar lingkungan kerja terutama kantor dan pabrik akan dapat mengurangi keletihan dan memberikan kesegaran kembali bagi para karyawan sehingga dengan adanya aliran udara yang baik maka akan menambah konsentrasi karyawan pada pekerjaannya. Oleh karena itu udara perlu dikendalikan. Beberapa cara untuk mengendalikan udara antara lain : a. Buatlah fentilasi udara, sehingga udara bisa masuk dan keluar melalui fentilasi yang berbeda. b. Gunakan kipas angin untuk membantu sirkulasi udara ruangan. c. Pasanglah alat pendingan ruangan (AC), atau alat pemanas ruangan. d. Pakailah pakaian kerja yang tepat, misal bila dingan gunakan pakaian kerja yang agak tebal, syal, jas dan lain sebagainya. 17 e. Buatlah sistem pembuangan sampah atau sistem sanitasi yang baik, hal ini akan membantu pekerja agar lebih berkonsentrasi dan tidak terganggu dengan pemandangan tidak bagus dari sisa sampah atau limbah dari pabrik, sehinga perputaran udara disekitar lingkungan pekerjaan juga menjadi lebih kondusif dan bersih. 4. Suara Suara yang gaduh akan sangat mengganggu pekerjaan, terutama pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, untuk itu pemilihan dan penempatan sebuah ruang menjadi penting untuk diterapkan oleh sebuah perusahaan, karena hal-hal kecil bisa saja menjadi gangguan bagi kelancaran aktivitas dan pekerjaan yang ada. 2.6 Activity Relationship Chart Menurut Wignjosoebroto (2006:199-206) aliran bahan baku bias diukur secara kualitatif menggunakan tolak ukur derajat kedekatan hubungan antar satu fasilitas (departemen) dengan yang lainnya. Nilai-nilai yang menunjukkan derajat hubungan dicatat sekaligus dengan alasan-alasan yang mendasarinya dalam sebuah peta hubungan aktivitas (Activity Relationship Chart) yang telah dikembangkan oleh Richard Muhler dalam bukunya “ Systematic Layout Planning (Botom Cahners Books, 1973)”. Suatu peta hubungan aktivitas dapat dikonstruksikan dalam prosedur sebagai berikut : 1. Identifikasi semua fasilitas kerja atau departemen-departemen yang akan diatur tata letaknya dan dituliskan daftar urutannya dalam peta. 2. Lakukan interview (wawancara) atau survei terhadap karyawan dari setiap departemen yang tertera dalam daftar peta dan juga dengan manajemen yang berwenang. 3. Definisikan kriteria hubungan antar departemen yang akan diatur letaknya berdasarkan derajat kedekatan hubungan serta alasan masingmasing dalam peta. Selanjutnya tetapkan nilai hubungan tersebut untuk setiap hubungan aktivitas antar departemen yang ada dalam peta. 4. Diskusikan hasil penilaian hubungan aktivitas yang telah dipetakan tersebut dengan kenyataan dasar manajemen. Secara bebas beri kesempatan untuk evaluasi atau perubahan sesuai yang lebih sesuai. Checking, rechecking dan tindakan koreksi perlu dilakukan agar ada 18 konsistensi atau kesamaan persepsi dari mereka yang terlibat dalam hubungan kerja. Sebagai contoh bila departemen A dinyatakan emiliki milai hubungan aktivitas “penting” dengan departemen B, maka hal ini pun harus memiliki nilai hubungan aktivitas “penting” dengan departemen A. Di sini individu atau karyawan atau manajer departemen A harus memberi penilaian hubungan aktivitas yang sama dengan individu atau karyawan atau manajer dari departemen B. Peta hubungan aktivitas atau Relationship Chart adalah suatu cara atau teknik yang sederhana di dalam merencanakan tata letak fasilitas atau departemen berdasarkan derajat hubungan aktivitas, yang sering dinyatakan dalam penilaian kualitatif dan cenderung berdasarkan pertimbanganpertimbangan yang bersifat subjektif dari masing-masing fasilitas / departemen. Untuk memudahkan dalam pembuatan ARC, maka terlebih dahulu data yang diperoleh dimasukkan ke dalam suatu lembaran kerja (Worksheet) atau dalam bentuk tabel. Berikut ini adalah alasan-alasan untuk pemilihan derajat hubungan ini dapat diambil berdasarkan sifat / karakteristik dari aktivitas masing-masing departemen tersebut, misalnya seperti : • Kebisingan, debu, getaran, bau dan lainnya. • Penggunaan mesin atau peralatan. Data informasi, material handling equipment secara bersama-sama. • Kemudahan aktivitas supervise atau pengawasan. • Kerjasama yang erat kaitannya dari operator masing-masing departemen yang ada. Activity perencanaan Relationship dan Chart (ACR) sangat berguna untuk analisis hubungan aktivitas antar masing-masing departemen. ACR pada dasarnya sangat baik dipergunakan untuk menganalisis yang tata letak dengan memperhatikan faktor-faktor bersifat kualitatif. Untuk mengatur tata letak departemen / bagian dari suatu perkantoran, gudang, tempat pembuangan limbah dan lain-lain; maka metode ini tepat untuk dipergunakan. 19 Gambar 2.1 Activity Relationship Chart Sumber : Tata letak kantor PT. Tiga Cahaya Cemerlang Tabel 2.1 Closeness Value Table Value Closeness Tingkat Pertemuan per Jam A Absolutely Necessary ≥10 E Especially Important 8-9 I Important 6-7 O Ordinary Closeness OK 3-5 U Unimportant ≥0-2 X Undesireable 0 Sumber : www.fatihmulu.etu.edu.tr/teaching/end38/class%20notes/chapter%203-6%20%20layout%20and%20FSA/chapter%203-6%20FSA.ppt 2.7 Perencanaan Kapasitas Menurut Heizer dan Render (2011:314-329), kapasitas adalah kemampuan menghasilkan, jumlah unit yang dapat ditangani, diterima, disimpan, atau diproduksi dalam suatu periode waktu tertentu. Kapasitas menentukan besarnya biaya tetap dan biaya variabel, serta seberapa mampu 20 perusahaan memenuhi permintaan. Terdapat 3 waktu terkait dengan keputusan terkait kapasitas dan tindakan yang harus dilakukan oleh perusahaan yaitu : jangka waktu pendek, jangka waktu menengah dan jangka waktu panjang. 2.7.1 Macam-macam Perencanaan Kapasitas Berdasarkan jangka waktu perencanaan kapasitas terbagi menjadi tiga : perencanaan kapasitas jangka pendek, jangka sedang dan jangka panjang. Tabel 2.2 Perencanaan Kapasitas Horizon waktu Perencanaan dalam Pilihan – pilihan untuk penyesuaian kapasitas kisaran Menambah waktu yang panjang fasilitas * Menambah tunggu Perencanaan dalam tempat waktu perlengkapan kisaran yang lama waktu menengah (perencanaan secara menyeluruh) Menambah personel Membangun Sub kontrak atau menggunakan persediaan Menambah Perencanaan waktu dalam yang kisaran perlengkapan Menjadwalkan pekerjaan pendek Menambah shift Menjadwalkan personel (penjadwalan) Mengalokasikan mesin * Modifikasi kapasitas Menggunakan Kapasitas *) Sulit untuk menyesuaikan kapasitas, karena keterbatasan dalam opsi yang ada 21 2.7.2 Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek Perencanaan kapasitas jangka pendek kurang dari tiga bulan . ini dikaitkan pada proses penjadwalan harian atau mingguan dan menyangkut pembuatan penyesuian–penyesuian untuk menghapus ‘’variance’’ antara keluaran yang direncanakan dan keluaran nyata . keputusan perencanaan mencakup alternatif– alternatif seperti kerja lembur, pemindahan personalia, penggantian rute produksi. Perncanaan kapasitas jangka pendek digunakan untuk menangani secara ekonomis hal-hal yang sifatnya mendadak di masa yang akan datang, misalnya untuk memenuhi permintaan yang bersifat mendadak atau seketika dalam jangka waktu pendek. Kebanyakan perusahaan tidak beroperai penuh selama 24 jam per hari dan tidak pernah beroperasi penuh tujuh hari per minggu. Jika perusahaan beroperasi penuh delapan jam per hari (satu shiff) dan lima hari per minggu, maka kapasitas normal jam kerja perusahaan adalah 40 jam per minggu. Namun demikian 40 jam per minggu bukanlah kapasitas maksimum yang dimiliki. Dalam banyak kasus perusahaan dimungkinkan untuk bekerja melebihi kapasitas norma, sehingga kapasitas output maksimumnya lebih dari 40 jam kerja. Menghadapi kondisi seperti ini, untuk menambah atau menurunkan kapasitas mungkin perusahaan melakukan penambahan dan pengurangan jam kerja, melakukan sub-kontrak dengan perusahaan lain apabila terpaksa untuk memenuhi permintaan dan apabila terjdi perubahan permintaan dalam jumlah besar. Untuk meningkatkan kapasitas jangka pendek terdapat lima cara yang dapat digunakan perusahaan, a. Meningkatkan jumlah sumber daya: • Penggunaan kerja lembur • Penambahan regu kerja • Memerikan kesempatan kerja secara part-time • Sub-Kontrak • Kontrak Kerja b. Memperbaiki penggunaan sumber daya: • Mengatur regu kerja • Menetapkan skedul 22 c. Memodifikasi produk: • Menentukan standar produk • Melakukan perubahan jasa operasi • Melakukan pengawasan kualitas d. Memperbaiki permintaan: • Melakukan perubahan harga • Melakukan perubahan promosi e. Tidak memenuhi permintaan: • Tidak mensuplai semua permintaan 2.7.3 Perencanaan Kapasitas Jangka Menengah Perencanaan kapasitas jangka menengah (intermediet range) rencanarencana bulanan atau kuartalan untuk 3 sampai 36 bulan yang atau yang akan datang. Dalam hal ini, kapasitas juga bervariasi karena alternatif–alternatif seperti penarikan tenaga kerja, pemutusan kerja, peralatan–peralatan bukan utama. 2.7.4 Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang Perencanaan kapasitas jangka panjang (long time) lebih dari tiga tahun. Di mana sumber daya produktif memakan waktu lama untuk memperoleh atau menyelesaikan, seperti bangunan, peralatan atau fasilitas. Perencanaan kapasitas jangka panjang memerlukan partisipasi dan persetujuan manajemen puncak. Perencanaan kapasitas jangka pajang merupakan strategi operasi dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan sudah dapat diperkirakan sebelumnya. Misalnya, rencana untuk menurunkan biaya produksi per unit, dalam jangka pendek sangat sulit utuk dicapai karena unit produk yang dihasilkan masih berskala kecil, tetapi dalam jangka panjang rencana tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan kapasitas produksi. Persoalan yang timbul adalah berapa jumlah produk yang dihasilkan agar biaya produksi seminimum mungkin. 23 2.8 Analisis Titik Impas ( BEP ) Menurut Harahap (2006) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar. Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini : 1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas. 2. Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat dari metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan keputusan. Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan. Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu : 1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kuantitas. 2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki. 3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin. 24 Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba. Arti penting analisis break even point bagi manajer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu : 1. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 2. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu. 3. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi. 2.8.1 Tujuan analisis Break Even Point Penggunaan analisis BEP memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu : 1. Mendesain spesifikasi produk 2. Menentukan harga jual persatuan 3. Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian. 4. Memaksimalkan jumlah produksi 5. Merencanakan laba yang diinginkan 2.8.2 Kegunaan analisis Break even Point Analisis break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan. Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah : 25 1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap. 2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap. 3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan. 4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi. 5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu. 6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap). 2.8.3 Asumsi Keterbatasan BEP Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP adalah sebagai berikut : 1. Biaya Dalam analisis BEP, hanya digunakan 2 macam biaya, yaitu fixed cost dan variable cost. Oleh karena itu, kita harus memisahkan dulu komponen antara biaya tetap dan biaya variabel. Artinya mengelompokkan biaya tetap disatu sisi dan biaya variabel disisi lain. Dalam hal ini secara umum untuk memisahkan kedua biaya ini relatif sulit karena ada biaya yang tergolong semi variabel dan tetap. Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui 2 pendekatan yaitu : pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsur biaya yang terkandung satu per satu dari biaya yang ada beserta sifat-sifat biaya tersebut. Dan yang kedua yaitu berupa pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah memisahkan biaya tetap dan biaya variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau atau periode sebelumnya. 2. Biaya Tetap ( Fixed Cost ) Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Artinya kita menganggap biaya tetap konstan sampai 26 kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang dimiliki. Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga menjadi lain. Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya. 3. Biaya Variabel ( Variable Cost ) Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya asumsi kita pada biaya variabel akan berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume produksi dan penjualan. Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar akan ada potonganpotongan tertentu, baik yang diterima maupun diberikan perusahaan, contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi penjualan atau biaya lain yang berkaitan dengan kegiatan produksi yang dipengaruhi oleh tingkat penjualan. 2.8.4 Cara perhitungan BEP Rumus yang digunakan untuk mencari titik impas atau BEP dapat kita gunakan beberapa model rumus. Pemakaian rumus dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan pemakai. Hanya saja masing-masing rumus memiliki keuntungan atau kelebuhan masing-masing. Misalnya rumus matematika dengan grafik tentu memberikan informasi yang berbeda dalam arti luas, seperti lengkap tidaknya informasi yang diberikan dan kemudahan dalam menggunakannya. Sebagai contoh, dengan menggunakan model matematika, kita dapat dengan mudah mencari dan mengetahui titik impas dari sebuah produk. Sebaliknya, penggunaan model grafik memberikan informasi yang diberikan cukup luas dan dapat dibuatkan grafik dengan lebih mudah. Berikut beberapa rumus yang dapat digunakan dalam analisis BEP. 1. BEP-Rupiah = Total Fixed Cost Harga jual per unit - variable cost 2. BEP-Unit = Fixed Cost Harga Jual – Variabel Cost 3. BEP untuk produk ganda = FC/ [(1-v/c) x Wi] x Harga jual / unit 27 Keterangan : • Biaya Tetap (FC) adalah biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda tidak sedang berproduksi seperti biaya gaji karyawan, biaya penyusutan peratalan usaha, biaya asuransi dan lainnya. • Biaya Variabel (VC) adalah biaya yang jumlahnya akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah produksi. Misalnya bahan baku, bahan bakar, biaya listrik dll. • Harga per unit adalah harga jual barang atau jasa yang dihasilkan. • Biaya variabel per unit adalah total biaya variabel dibagi dengan jumlah unit yang di produksi atau dengan kata lain biaya rata-rata per unit. • Margin Kontribusi per unit adalah selisih harga jual per unit dengan biaya variabel per unit. • Wi: presentasi dari total penjualan (Rp) tiap produk, disebut bobot kontribusi margin. 28 2.9 Kerangka Pemikiran Identifikasi masalah pada PT. Tiga Cahaya Cemerlang Penggunaan Metode BEP Tata Letak • • Analisis tata letak kantor Pengamatan terhadap tata letak Pabrik Analysis Relationship Chart dan MS. Visio Desain Layout dan perbaikan fasilitas fisik pabrik Analisis jumlah penjualan Perhitungan dengan rumus BEP untuk produk ganda Pengoptimalan penggunaan mesin dan karyawan Hasil analisis dan perhitungan Rekomendasi atau pengusulan hasil penelitian kepada perusahaan Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran