11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Manajemen
Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen mengacu pada proses
mengkoordinasi dan mengintergrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar di
selesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.
Griffin (2011:7) manajemen adalah suatu rangkaian aktivitas
(termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya
organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien.
Dari pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa manajemen
adalah proses pengkoordinasian sekelompok orang dengan arahan-arahan
untuk mencapai tujuan perusahaan,secara efektif dan efesien.Perusahaan yang
memiliki manajemen yang baik adalah perusahaan yang menjalankan fungsi
efektif dan efisien.Efisien berarti menggunakan berbagai sumber daya secara
bijaksana dan dengan cara yang hemat biaya,sehingga produk atau jasa yang
dihasilkan berkualitas tinggi namun dengan biaya yang relatif rendah,
sedangkan
efektif
berarti
membuat
keputusan
yang
tepat
dan
mengimplementasikannya dengan sukses.
2.2
Pengertian efisien dan efektif
Robbins dan Coulter (2007:8) definisi efisieni yaitu memperoleh
output terbesar dari input yang kecil, yang digambarkan dengan “melakukan
segala sesuatu secara benar”. Makna kalimat tersebut adalah upaya yang
dilakukan oleh perusahaan agar mampu bertahan adalah dengan melakukan
setiap kegiatan dengan benar untuk mengurangi kerugian dan mendapatkan
hasil yang maksimal.
Robbin dan Coulter (2007:8) definisi efektivitas yaitu menyelesaikan
kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai.
11
12
2.3
Pengertian Manajemen Operasional dan Produksi
Produksi adalah proses penciptaan barang dan jasa. Menurut Heizer
dan Render (2009:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang
menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input
menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa berlangsung di
semua organisasi. Dalam perusahaan manufaktur, aktivitas produksi yang
menghasilkan barang dapat terlihat secara jelas. Contohnya adalah kegiatan
pembuatan kerangka motor Harley Davidson.
Sehingga seorang manajer operasi harus mampu menerapkan proses
manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengaturan
karyawan, pengarahan, dan pengendalian ke dalam pengambilan keputusan
pada fungsi manajemen operasi. Terdapat sepuluh keputusan penting dalam
manajemen operasi yang masing-masing membutuhkan proses manajemen
yang baik. Berikut adalah kesepuluh keputusan yang penting dalam
manajemen operasi:
2.4
•
Desain produk dan jasa
•
Manajemen mutu
•
Desain proses dan kapasitas
•
Strategi lokasi
•
Strategi tata letak
•
Sumberdaya manusia dan sistem kerja
•
Manajemen rantai pasokan
•
Persediaan, perencanaan kebutuhan barang
•
Penjadwalan jangka pendek dan menengah
Tata Letak ( layout )
2.4.1 Pengertian dan Tujuan Tata letak
Apabila kita membahas mengenai tata letak fasilitas, maka terdapat 2
kata kunci yang ada didalamnya, yaitu pengaturan dan fasilitas.
Adapun beberapa definisi mengenai tata letak, sebagai berikut :
1. Menurut Wignjosoebroto (2006:67), tata letak fasilitas merupakan tata
cara
pengaturan
fasilitas-fasilitas
fisik
pabrik
kelangsungan atau kelancaran proses produksi.
guna
menunjang
13
2. Menurut Render dan Heizer (2006:272), tata letak merupakan salah satu
keputusan yang menetukan efisiensi operasi perusahaan dalam jangka
waktu yang panjang.
Pengaturan fasilitas pabrik biasanya memanfaatkan luas area (space)
dari ruang produksi pabrik untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang
produksi lainnya.
Bila ditinjau lebih jauh tujuan dari strategi tata letak itu sendiri adalah
untuk mengembangkan tata letak yang ekonomis yang dapat membantu
perusahaan dalam mencapai keuntungan dalam sistem produksi yang ada
namun tetap dapat memenuhi kebutuhan perusahaan untuk tetap bersaing
dengan perusahaan lain.
2.4.2 Jenis Tata Letak
Menurut Heizer dan Render (2006:338), terdapat tujuh buah jenis atau
tipe tata letak :
•
Office layout : posisi kerja, peralatan ruang kantor untuk pergerakan
informasi
•
Retail layout : alokasi ruangan dan respon untuk perilaku konsumen
•
Warehouse layout : penyusunan pertukaran ruang dan material handling
•
Fixed position layout : memenuhi kebutuhan tata letak untuk proyek
yang besar dan memakan tempat, seperti untuk kegiatan industri
perkapalan.
•
Prosess orientation layout : menyangkut produksi yang jumlah
produknya kecil, namun bervariasi ( disebut juga job shop atau produksi
terputus )
•
Work cell layout : penyusunan mesin, peralatan untuk fokus pada
produksi produk.
•
Product oriented layout : mengusahakan pemanfaatan maksimal atas
karyawan dan mesin-mesin pada produksi yang berulang atau
berkelanjutan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan di
dalam Tata Letak
Menurut Heizer dan Render (2006:450) :
14
•
Utilitas ruang, peralatan, dan orang yang berkepentingan.
•
Aliran informasi, barang atau orang yang lebih baik.
•
Moral karyawan yang baik, juga kondisi lingkungan kerja yang aman.
•
Interaksi dengan pelanggan dengan lebih baik
•
Fleksibelitas (bagaimana kondisi tata letak yang ada saat ini, tata letak
tersebut dapat dirubah sesuai kebutuhan dan jika diperlukan).
Umumnya tata letak yang ada banyak diterapkan berdasarkan
kebutuhan dan luas lahan serta tempat yang dimiliki perusahaan dalam hal ini
industri yang bekerja dengan jumlah atau volume produksi yang relatif kecil,
beroperasi berdasarkan pesanan (job order) dan untuk jenis produk yang
tidak distandarkan secara khusus. Tata letak tipe jenis aliran proses akan jauh
lebih fleksibel jika dibandingkan dengan tata letak tipe aliran lain. Industri
yang beroperasi dengan berdasarkan order pesanan (job order) akan lebih
tepat menerapkan layout tipe aliran proses guna mengatur berbagai fasilitas
yang ada. Beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan layout
berdasarkan aliran proses :
•
Produk yang dibuat dari berbagai macam model atau tipe produk berbeda
serta jangka waktu yang relatif singkat.
•
Adanya perbedaan metode dan waktu terhadap standar kerja yang
dilaksanakan karena jenis kegiatan yang dapat berubah-ubah sesuai
produk yang hendak diproduksi.
•
Sulit mengatur keseimbangan kerja (line balancing) antara kegiatan
manusia dan mesin.
•
Satu tipe mesin biasanya mampu melakukan berbagai macam fungsi atau
operasi kerja yang berbeda.
•
2.5
Terdapat penggunaan alat secara lebih khusus dalam proses produksi.
Tata Letak Kantor
Menurut Sedarmayanti (2009:125) menyebutkan bahwa tata letak
ruang kantor adalah pengaturan dan penyusunan seluruh mesin kantor, alat
perlengkapan kantor, serta perabot kantor pada tempat yang tepat, sehingga
pegawai dapat bekerja dengan baik, nyaman, leluasa dan bebas untuk
bergerak, sehingga tercapai efisiensi kerja.
15
2.5.1 Tujuan Tata Letak Kantor
Terdapat beberapa tujuan dari penataan ruang kantor pada sebuah
perusahaan :
1. Arus pekerjaaan akan lebih efektif.
2. Ruang yang luas, tetapi dipergunakan dengan baik.
3. Adanya rasa nyaman dan kepuasan tersendiri dari karyawan.
4. Memudahkan pengawasan.
5. Kesan yang baik bagi pelanggan dan tamu.
6. Fleksibelitas yang besar untuk kebutuhan-kebutuhan yang berlainan.
7. Memberikan keamanan dan keleluasaan dari masing-masing individu.
8. Memisahkan pekerjaan yang berbunyi keras, gaduh, dan mengganggu
dari pekerjaan yang sunyi dan tidak mengganggu.
2.5.2 Hal pokok dalam tata letak kantor
Menurut Sedarmayati (2009:102), tata letak memiliki asas pokok yang
berguna bagi organisasi sebagai pedoman dalam penataan ruang kantor.
a. Asas Rangkaian Kerja
Kriteria tata ruang kantor yang baik adalah yang mampu menempatkan
para pegawai dan alat-alat kantornya menurut rangkaian yang sejalan
dengan urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan.
b. Asas Jarak Terpendek
Suatu tata ruang kantor yang baik adalah yang memungkinkan proses
penyelesaian suatu pekerjaan dengan menempuh jarak yang sependek
mungkin.
c. Asas Penggunaan Segenap Ruang
Tata ruang kantor yang baik adalah yang mampu mempergunakan
sepenuhnya semua ruang yang ada. Ruang yang dimaksud tidak hanya
berupa luas lantai saja (ruang datar) melainkan juga keseluruhan ruang
yang ada sehingga tidak ada bagian dari ruangan yang tidak terpakai atau
menganggur.
d. Asas Perubahan Susunan Tempat Kerja
Tata ruang kantor yang baik adalah yang dapat diubah atau disusun
kembali dengan baik, dan tidak rumit serta tidak memakan biaya yang
besar dalam proses perubahannya.
16
2.5.3 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan sebuah tata
letak
Tidak hanya gedung kantor atau pabrik saja yang harus diperhatikan,
tetapi juga hal-hal yang berkaiatan dengan perlengkapan, peraltan dan mesinmesin pendukung yang dapat menunjang segala aktivitas yang harus
dilakukan, hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah cahaya, warna, udara
dan suara.
1. Cahaya
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam lingkungan pekerjaan baik
yang berkaitan dengan kantor maupun pabrik adalah pencahayaan,
apabila pencahayaan baik maka karyawan yang ada akan lebih nyaman
dalam melakukan setiap aktivitas dan pekerjaannya, dengan pencahayaan
yang baik pula akan meningkatkan ketelitian kerja, kecermatan hasil dan
meningktakan keselamatan kerja (menurunnya resiko rusaknya peralatan
dan kecelakaan pada diri karyawan seperti : terkena listrik, terpotong oleh
cutter atau gunting dan lain sebagainya).
2. Warna
Karena warna dapat merangsang emosi dan otak manusia. Maka
diperlukan pemilihan warna yang tepat untuk dekorasi dalam ruang kerja
kantor dan pabrik dalam hal ini berkaitan dengan warna cat yang hendak
digunakan untuk pewarnaan dinding.
3. Udara
Aliran udara yang segar secara terus menerus di sekitar lingkungan kerja
terutama kantor dan pabrik akan dapat mengurangi keletihan dan
memberikan kesegaran kembali bagi para karyawan sehingga dengan
adanya aliran udara yang baik maka akan menambah konsentrasi
karyawan pada pekerjaannya. Oleh karena itu udara perlu dikendalikan.
Beberapa cara untuk mengendalikan udara antara lain :
a. Buatlah fentilasi udara, sehingga udara bisa masuk dan keluar melalui
fentilasi yang berbeda.
b. Gunakan kipas angin untuk membantu sirkulasi udara ruangan.
c. Pasanglah alat pendingan ruangan (AC), atau alat pemanas ruangan.
d. Pakailah pakaian kerja yang tepat, misal bila dingan gunakan pakaian
kerja yang agak tebal, syal, jas dan lain sebagainya.
17
e. Buatlah sistem pembuangan sampah atau sistem sanitasi yang baik,
hal ini akan membantu pekerja agar lebih berkonsentrasi dan tidak
terganggu dengan pemandangan tidak bagus dari sisa sampah atau
limbah dari pabrik, sehinga perputaran udara disekitar lingkungan
pekerjaan juga menjadi lebih kondusif dan bersih.
4. Suara
Suara yang gaduh akan sangat mengganggu pekerjaan, terutama
pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, untuk itu pemilihan dan
penempatan sebuah ruang menjadi penting untuk diterapkan oleh sebuah
perusahaan, karena hal-hal kecil bisa saja menjadi gangguan bagi
kelancaran aktivitas dan pekerjaan yang ada.
2.6
Activity Relationship Chart
Menurut Wignjosoebroto (2006:199-206) aliran bahan baku bias
diukur secara kualitatif menggunakan tolak ukur derajat kedekatan hubungan
antar satu fasilitas (departemen) dengan yang lainnya. Nilai-nilai yang
menunjukkan derajat hubungan dicatat sekaligus dengan alasan-alasan yang
mendasarinya dalam sebuah peta hubungan aktivitas (Activity Relationship
Chart) yang telah dikembangkan oleh Richard Muhler dalam bukunya “
Systematic Layout Planning (Botom Cahners Books, 1973)”. Suatu peta
hubungan aktivitas dapat dikonstruksikan dalam prosedur sebagai berikut :
1. Identifikasi semua fasilitas kerja atau departemen-departemen yang akan
diatur tata letaknya dan dituliskan daftar urutannya dalam peta.
2. Lakukan interview (wawancara) atau survei terhadap karyawan dari
setiap departemen yang tertera dalam daftar peta dan juga dengan
manajemen yang berwenang.
3. Definisikan kriteria hubungan antar departemen yang akan diatur
letaknya berdasarkan derajat kedekatan hubungan serta alasan masingmasing dalam peta. Selanjutnya tetapkan nilai hubungan tersebut untuk
setiap hubungan aktivitas antar departemen yang ada dalam peta.
4. Diskusikan hasil penilaian hubungan aktivitas yang telah dipetakan
tersebut dengan kenyataan dasar manajemen. Secara bebas beri
kesempatan untuk evaluasi atau perubahan sesuai yang lebih sesuai.
Checking, rechecking dan tindakan koreksi perlu dilakukan agar ada
18
konsistensi atau kesamaan persepsi dari mereka yang terlibat dalam
hubungan kerja. Sebagai contoh bila departemen A dinyatakan emiliki
milai hubungan aktivitas “penting” dengan departemen B, maka hal ini
pun harus memiliki nilai hubungan aktivitas “penting” dengan
departemen A. Di sini individu atau karyawan atau manajer departemen
A harus memberi penilaian hubungan aktivitas yang sama dengan
individu atau karyawan atau manajer dari departemen B.
Peta hubungan aktivitas atau Relationship Chart adalah suatu cara
atau teknik yang sederhana di dalam merencanakan tata letak fasilitas atau
departemen berdasarkan derajat hubungan aktivitas, yang sering dinyatakan
dalam penilaian kualitatif dan cenderung berdasarkan pertimbanganpertimbangan yang bersifat subjektif dari masing-masing fasilitas /
departemen. Untuk memudahkan dalam pembuatan ARC, maka terlebih
dahulu data yang diperoleh dimasukkan ke dalam suatu lembaran kerja
(Worksheet) atau dalam bentuk tabel. Berikut ini adalah alasan-alasan untuk
pemilihan derajat hubungan ini dapat diambil berdasarkan sifat / karakteristik
dari aktivitas masing-masing departemen tersebut, misalnya seperti :
• Kebisingan, debu, getaran, bau dan lainnya.
• Penggunaan mesin atau peralatan. Data informasi, material handling
equipment secara bersama-sama.
• Kemudahan aktivitas supervise atau pengawasan.
• Kerjasama yang erat kaitannya dari operator masing-masing
departemen yang ada.
Activity
perencanaan
Relationship
dan
Chart
(ACR)
sangat
berguna
untuk
analisis hubungan aktivitas antar masing-masing
departemen. ACR pada dasarnya sangat baik dipergunakan
untuk
menganalisis
yang
tata
letak
dengan
memperhatikan
faktor-faktor
bersifat kualitatif. Untuk mengatur tata letak departemen / bagian dari suatu
perkantoran, gudang, tempat pembuangan limbah dan lain-lain; maka
metode ini tepat untuk dipergunakan.
19
Gambar 2.1 Activity Relationship Chart
Sumber : Tata letak kantor PT. Tiga Cahaya Cemerlang
Tabel 2.1 Closeness Value Table
Value
Closeness
Tingkat Pertemuan per Jam
A
Absolutely Necessary
≥10
E
Especially Important
8-9
I
Important
6-7
O
Ordinary Closeness OK
3-5
U
Unimportant
≥0-2
X
Undesireable
0
Sumber :
www.fatihmulu.etu.edu.tr/teaching/end38/class%20notes/chapter%203-6%20%20layout%20and%20FSA/chapter%203-6%20FSA.ppt
2.7
Perencanaan Kapasitas
Menurut Heizer dan Render (2011:314-329), kapasitas adalah
kemampuan menghasilkan, jumlah unit yang dapat ditangani, diterima,
disimpan, atau diproduksi dalam suatu periode waktu tertentu. Kapasitas
menentukan besarnya biaya tetap dan biaya variabel, serta seberapa mampu
20
perusahaan memenuhi permintaan. Terdapat 3 waktu terkait dengan
keputusan terkait kapasitas dan tindakan yang harus dilakukan oleh
perusahaan yaitu : jangka waktu pendek, jangka waktu menengah dan
jangka waktu panjang.
2.7.1 Macam-macam Perencanaan Kapasitas
Berdasarkan jangka waktu perencanaan kapasitas terbagi menjadi
tiga : perencanaan kapasitas jangka pendek, jangka sedang dan jangka
panjang.
Tabel 2.2 Perencanaan Kapasitas
Horizon waktu
Perencanaan
dalam
Pilihan – pilihan untuk penyesuaian kapasitas
kisaran Menambah
waktu yang panjang
fasilitas
*
Menambah
tunggu
Perencanaan
dalam
tempat
waktu
perlengkapan
kisaran yang lama
waktu menengah (perencanaan
secara menyeluruh)
Menambah personel
Membangun
Sub kontrak
atau
menggunakan persediaan
Menambah
Perencanaan
waktu
dalam
yang
kisaran perlengkapan
Menjadwalkan pekerjaan
pendek Menambah shift
Menjadwalkan personel
(penjadwalan)
Mengalokasikan mesin
*
Modifikasi kapasitas
Menggunakan Kapasitas
*) Sulit untuk menyesuaikan kapasitas, karena keterbatasan dalam opsi yang ada
21
2.7.2 Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek
Perencanaan kapasitas jangka pendek kurang dari tiga bulan . ini
dikaitkan pada proses penjadwalan harian atau mingguan dan menyangkut
pembuatan penyesuian–penyesuian untuk menghapus ‘’variance’’ antara
keluaran yang direncanakan dan keluaran nyata . keputusan perencanaan
mencakup alternatif– alternatif seperti kerja lembur, pemindahan personalia,
penggantian rute produksi.
Perncanaan kapasitas jangka pendek digunakan untuk menangani
secara ekonomis hal-hal yang sifatnya mendadak di masa yang akan datang,
misalnya untuk memenuhi permintaan yang bersifat mendadak atau seketika
dalam jangka waktu pendek. Kebanyakan perusahaan tidak beroperai penuh
selama 24 jam per hari dan tidak pernah beroperasi penuh tujuh hari per
minggu. Jika perusahaan beroperasi penuh delapan jam per hari (satu shiff)
dan lima hari per minggu, maka kapasitas normal jam kerja perusahaan
adalah 40 jam per minggu. Namun demikian 40 jam per minggu bukanlah
kapasitas maksimum yang dimiliki. Dalam banyak kasus perusahaan
dimungkinkan untuk bekerja melebihi kapasitas norma, sehingga kapasitas
output maksimumnya lebih dari 40 jam kerja.
Menghadapi kondisi seperti ini, untuk menambah atau menurunkan
kapasitas mungkin perusahaan melakukan penambahan dan pengurangan jam
kerja, melakukan sub-kontrak dengan perusahaan lain apabila terpaksa untuk
memenuhi permintaan dan apabila terjdi perubahan permintaan dalam jumlah
besar. Untuk meningkatkan kapasitas jangka pendek terdapat lima cara yang
dapat digunakan perusahaan,
a. Meningkatkan jumlah sumber daya:
• Penggunaan kerja lembur
• Penambahan regu kerja
• Memerikan kesempatan kerja secara part-time
• Sub-Kontrak
• Kontrak Kerja
b. Memperbaiki penggunaan sumber daya:
• Mengatur regu kerja
• Menetapkan skedul
22
c. Memodifikasi produk:
• Menentukan standar produk
• Melakukan perubahan jasa operasi
• Melakukan pengawasan kualitas
d. Memperbaiki permintaan:
• Melakukan perubahan harga
• Melakukan perubahan promosi
e. Tidak memenuhi permintaan:
• Tidak mensuplai semua permintaan
2.7.3 Perencanaan Kapasitas Jangka Menengah
Perencanaan kapasitas jangka menengah (intermediet range) rencanarencana bulanan atau kuartalan untuk 3 sampai 36 bulan yang atau yang akan
datang. Dalam hal ini, kapasitas juga bervariasi karena alternatif–alternatif
seperti penarikan tenaga kerja, pemutusan kerja, peralatan–peralatan bukan
utama.
2.7.4 Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang
Perencanaan kapasitas jangka panjang (long time) lebih dari tiga
tahun. Di mana sumber daya produktif memakan waktu lama untuk
memperoleh atau menyelesaikan, seperti bangunan, peralatan atau fasilitas.
Perencanaan
kapasitas
jangka
panjang
memerlukan
partisipasi
dan
persetujuan manajemen puncak.
Perencanaan kapasitas jangka pajang merupakan strategi operasi
dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan sudah dapat
diperkirakan sebelumnya. Misalnya, rencana untuk menurunkan biaya
produksi per unit, dalam jangka pendek sangat sulit utuk dicapai karena unit
produk yang dihasilkan masih berskala kecil, tetapi dalam jangka panjang
rencana tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan kapasitas produksi.
Persoalan yang timbul adalah berapa jumlah produk yang dihasilkan agar
biaya produksi seminimum mungkin.
23
2.8
Analisis Titik Impas ( BEP )
Menurut Harahap (2006) Break even point berarti suatu keadaan
dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi
artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat
ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya
variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis.
Hal ini sangat berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas,
termasuk organisasi yang kecil dan besar. Ada 2 (dua) alasan mengapa para
pelaku bisnis menerima alasan ini :
1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.
2. Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat
dari metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan
keputusan.
Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam
operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau
dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada
laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam
operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume
penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila
penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap,
maka perusahaan menderita kerugian.
Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila
penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan
sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang
semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut,
yaitu :
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya
dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kuantitas.
2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang
dikehendaki.
3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
24
Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan
secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang
erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat
terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah
perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk
memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.
Arti penting analisis break even point bagi manajer perusahaan dalam
pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
2. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba
tertentu.
3. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar
perusahaan tidak menderita rugi.
2.8.1 Tujuan analisis Break Even Point
Penggunaan analisis BEP memiliki beberapa tujuan yang ingin
dicapai, yaitu :
1. Mendesain spesifikasi produk
2. Menentukan harga jual persatuan
3. Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak
mengalami kerugian.
4. Memaksimalkan jumlah produksi
5. Merencanakan laba yang diinginkan
2.8.2 Kegunaan analisis Break even Point
Analisis break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan
untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama
dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break
even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga
jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk
mengambil kebijaksanaan.
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar
dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
25
1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam
biaya variabel dan biaya tetap.
2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional
dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel
per unitnya adalah tetap.
3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan
volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya
berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk
yang diproduksi.
5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu
jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).
2.8.3 Asumsi Keterbatasan BEP
Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP adalah sebagai
berikut :
1. Biaya
Dalam analisis BEP, hanya digunakan 2 macam biaya, yaitu fixed cost
dan variable cost. Oleh karena itu, kita harus memisahkan dulu komponen
antara biaya tetap dan biaya variabel. Artinya mengelompokkan biaya tetap
disatu sisi dan biaya variabel disisi lain. Dalam hal ini secara umum untuk
memisahkan kedua biaya ini relatif sulit karena ada biaya yang tergolong
semi variabel dan tetap. Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui
2 pendekatan yaitu : pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis
dan unsur biaya yang terkandung satu per satu dari biaya yang ada beserta
sifat-sifat biaya tersebut. Dan yang kedua yaitu berupa pendekatan historis,
dalam hal ini yang harus dilakukan adalah memisahkan biaya tetap dan biaya
variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau atau periode
sebelumnya.
2. Biaya Tetap ( Fixed Cost )
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami
perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam
batas tertentu). Artinya kita menganggap biaya tetap konstan sampai
26
kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang dimiliki. Namun,
untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga menjadi lain. Contoh
biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa atau
biaya kantor dan biaya tetap lainnya.
3. Biaya Variabel ( Variable Cost )
Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah
sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya asumsi
kita pada biaya variabel akan berubah-ubah secara sebanding (proporsional)
dengan perubahan volume produksi dan penjualan. Dalam hal ini sulit terjadi
dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar akan ada potonganpotongan tertentu, baik yang diterima maupun diberikan perusahaan, contoh
biaya variabel adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi
penjualan atau biaya lain yang berkaitan dengan kegiatan produksi yang
dipengaruhi oleh tingkat penjualan.
2.8.4 Cara perhitungan BEP
Rumus yang digunakan untuk mencari titik impas atau BEP dapat kita
gunakan beberapa model rumus. Pemakaian rumus dapat dilakukan sesuai
dengan keinginan dan tujuan pemakai. Hanya saja masing-masing rumus
memiliki keuntungan atau kelebuhan masing-masing. Misalnya rumus
matematika dengan grafik tentu memberikan informasi yang berbeda dalam
arti luas, seperti lengkap tidaknya informasi yang diberikan dan kemudahan
dalam menggunakannya. Sebagai contoh, dengan menggunakan model
matematika, kita dapat dengan mudah mencari dan mengetahui titik impas
dari sebuah produk. Sebaliknya, penggunaan model grafik memberikan
informasi yang diberikan cukup luas dan dapat dibuatkan grafik dengan lebih
mudah. Berikut beberapa rumus yang dapat digunakan dalam analisis BEP.
1. BEP-Rupiah = Total Fixed Cost
Harga jual per unit - variable cost
2. BEP-Unit
=
Fixed Cost
Harga Jual – Variabel Cost
3. BEP untuk produk ganda = FC/ [(1-v/c) x Wi]
x Harga jual / unit
27
Keterangan :
•
Biaya Tetap (FC) adalah biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda
tidak sedang berproduksi seperti biaya gaji karyawan, biaya penyusutan
peratalan usaha, biaya asuransi dan lainnya.
•
Biaya Variabel (VC) adalah biaya yang jumlahnya akan meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah produksi. Misalnya bahan baku, bahan bakar,
biaya listrik dll.
•
Harga per unit adalah harga jual barang atau jasa yang dihasilkan.
•
Biaya variabel per unit adalah total biaya variabel dibagi dengan jumlah unit
yang di produksi atau dengan kata lain biaya rata-rata per unit.
•
Margin Kontribusi per unit adalah selisih harga jual per unit dengan biaya
variabel per unit.
•
Wi: presentasi dari total penjualan (Rp) tiap produk, disebut bobot kontribusi
margin.
28
2.9
Kerangka Pemikiran
Identifikasi masalah
pada PT. Tiga
Cahaya Cemerlang
Penggunaan Metode
BEP
Tata Letak
•
•
Analisis tata letak
kantor
Pengamatan
terhadap tata letak
Pabrik
Analysis Relationship
Chart dan MS. Visio
Desain Layout dan
perbaikan fasilitas
fisik pabrik
Analisis jumlah
penjualan
Perhitungan dengan
rumus BEP untuk
produk ganda
Pengoptimalan
penggunaan mesin
dan karyawan
Hasil analisis dan
perhitungan
Rekomendasi atau
pengusulan hasil
penelitian kepada
perusahaan
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Download