Safira Soraida: Program Jaminan Persalinan dalam Upaya Meningkatkan ... PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SEHAT IBU HAMIL RESIKO TINGGI PADA KELUARGA MISKIN DI KOTA PALEMBANG Oleh: Safira Soraida [email protected] Dosen Tetap Jurusan Sosiologi, FISIP Universitas Sriwijaya ABSTRACTS The death of mothers and babies in Indonesia is very high so that in 2012 the government through The Ministry of Health released a free health care special for pregnant women; that was Child-Birth Insurance (JAMPERSAL). The appeared problem was the implementation of child-birth insurance for high-risk pregnant women and the healthy behavior change of the high-risk pregnant women after following the Child-Birth Insurance (JAMPERSAL). The objective of this research was to uncover and analyze the implementation of program of the Child-Birth Insurance for the high-risk pregnant women to the poor society in Palembang and also the healthy behavior change of the high-risk pregnant women after following the Child-Birth Insurance program (JAMPERSAL). The approach of this research applied a qualitative method with the technique of data collection was gained through observation and interview, and also analyzed by applying rational option action theory. The research analysis showed that the high-risk pregnant women might get an easy care for free from the registration process to the health care by professional medical experts. The healthy behavior of the high-risk pregnant women was a social action behavior for pregnancy smoothness and mothers and babies’ safety when giving birth later. The pregnant women’s rationale option before and after getting the Child-Birth Insurance care program was influenced by several different factors. There were some obstacles for pregnant women before getting the Child-Birth Insurance care; they were health education factor, local culture, assumption of expensive health care, and the lack information about the Child-Birth Insurance. When the high-risk pregnant women and family decided to follow the Child-Birth Insurance care, there were several motivation factors like the ease of maintenance of the Child-Birth Insurance care, the health care insurance received (Pregnancy, giving birth, and after giving birth). Key Words: Child-Birth Insurance program, healthy behavior, high risk pregnant women 4 ISSN : 0216-2490 Safira Soraida: Program Jaminan Persalinan dalam Upaya Meningkatkan ... 1.1 LATAR BELAKANG Angka kematian ibu hamil di Indonesia masih sangat tinggi dan juga masih merupakan masalah yang besar di dunia dan bahwa dari kematian tersebut terjadi di negara-negara berkembang. Setiap tahun angka kematian ibu hamil meningkat dan data terakhir dari BPS adalah sebesar 262 tiap 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2005. Berdasarkan laporan angka kematian (AKI) kota Palembang tahun 2010 sebesar 32/100.000 kela-hiran hidup atau 10 kematian ibu dari 31.383 ke­ lahiran hidup. Dari 10 kematian tersebut sebanyak tiga orang disebabkan perdarahan, lima orang hipertensi (tiga hipertensi dalam kehamilan dan dua orang preeklamsia/eklamsia), sedang­ kan dua orang lainnya dikarenakan kelainan jantung dan sesak nafas (Profil Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Kota Palembang Tahun 2010). Dengan masih tingginya angka kematian ibu dan anak dan untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangun­an kesehatan nasional serta MDG’s, serta berbagai macam permasalahan yang multi kompleks se­perti budaya, pendidikan masyarakat, pengetahuan, lingkungan, kecukupan fasilitas ke­sehatan, sumber daya manusia dan lainnya. Oleh karena itu, pada tahun 2011 Peme­ rintah me­nyelenggarakan pelayanan yang dikhusus­kan bagi ibu hamil dan melahirkan yaitu Jaminan Persalinan (Jampersal) (Petunjuk Teknis Jamin­ an Persalinan, 2011: iii). Dengan ada­nya program pemerintah tersebut diharapkan dapat menekan kematian ibu dan anak di kota Palembang melalui pe­layanan konsultasi kehamilan yang mampu mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat khususnya ibu hamil resiko tinggi pada masyarakat miskin, karena pengetahuan di masyarakat mengenai seputar kehamilan masih diwarnai oleh mitos-mitos yang berlaku di masyarakat. 1.2 RUMUSAN MASALAH Penelitian ini memfokuskan perhatian pada proses pelaksanaan program jaminan persalinan (Jampersal) dan perilaku sehat ibu hamil dengan rumusan masalah: “Bagaimana pelaksanaan program jaminan persalinan (Jampersal) dalam upaya mem­bangun perilaku sehat ibu hamil beresiko tinggi pada masyarakat miskin di kota Palembang?” melalui pertanyaan penelitian: 1. Bagaimana pemanfaatan program jaminan persalinan (Jampersal) oleh ibu hamil beresiko tinggi pada masyarakat miskin di Kota Palembang? 2. Bagaimana perubahan perilaku kesehatan ibu hamil resiko tinggi pada masyarakat miskin setelah meng­ ikuti program jaminan persalinan (Jampersal) di Kota Palembang ? 1.3 TUJUAN PENELITIAN 1. Pemanfaatan program jaminan persalinan (Jampersal) oleh ibu hamil beresiko tinggi pada masyarakat miskin di Kota Palembang. POPULIKA UWMY Vol. V NO. 1, Januari 2015 JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 5 Safira Soraida: Program Jaminan Persalinan dalam Upaya Meningkatkan ... 2. Mengambarkan bentuk perubahan perilaku kesehatan ibu hamil beresiko tinggi pada masyarakat miskin setelah mengikuti program jamin­ an persalinan (Jampersal) di kota Palembang. 1.4 TEORI PILIHAN RASIONAL Sosiologi menurut Weber merupakan bidang kajian ilmu yang ber­ upaya memahami tindakan-tindakan sosial dengan jalan menguraikan dan menjelaskan sebab-sebab dari sesuatu tindakan tersebut dilakukan. Sesungguhnya, inti dari sosiologi Weber adalah pada makna yang konkrit dari tindakan perseorangan yang lahir dari alasan-alasan subyektif, dan bukan pada bentuk-bentuk substansial dari kehidupan bersama maupun nilai obyektif dari tindakan tersebut. Weber selanjutnya menyatakan bahwa, tindak­an sosial seseorang dipengaruhi oleh empat faktor sebagai berikut (Ritzer, 2002: 37-42) 1. Zweck rational, adalah tindakan sosial yang mendasarkan pada pertimbanganpertimbangan manusia yang rasional di dalam merespon kondisi eksternalnya; 2. Wert rational, juga merupakan tindakan yang rasio­nal, tetapi mendasarkan diri pada keyakinan akan nilai-nilai absolut tertentu; 3. Affectual, merupakan suatu tindakan sosial yang lahir dari adanya dorongan atau motivasi yang bersifat emosional; 4. Traditional, adalah tindakan sosial yang berhubungan dengan orientasi atau dorongan tradisi masa lampau, yang dianggap mulia dan berdasarkan pada 6 hukum-hukum normatif yang menjadi kesepakatan masyarakat. Menurut Weber, keempat tindak­ an sosial seperti inilah yang dapat mempengaruhi pola-pola hubungan sosial di dalam struktur masyarakat. Inti pemikiran Weber tersebut selanjutnya menjadi dasar bagi pengembangan teori-teori pilihan rasional yang lahir kemudian. Teori pilihan rasional (Rational Choice Theory) sering pula disebut sebagai teori tindakan rasional (Rational Action Theory). Menurut Melberg, model pilihan rasional menjadi berharga dalam analisis sosiologi, karena menyediakan aturan berdasarkan pengalam­an dan praktek atau petunjuk praktis, “rule of thumb” tentang bagaimana (mekanisme) suatu tin­dakan itu dipilih. Akan tetapi, karena pi­lihan rasional memerlukan banyak faktor, seperti pilihan yang diambil, maka untuk penjelasannya harus dibantu dengan model-model yang lain. Model pilihan rasional sa­ngat penting untuk dipakai menjelaskan pertukaran sosial, dalam arti pemilihan tindakan pada situasi interaktif yang sangat dipengaruhi oleh upaya pemaksimalan menurut tujuan. Model pilihan rasio­nal merupakan mekanisme yang membutuhkan fakta-fakta tertentu yang eksternal. Tindakan sosial yang rasional dipengaruhi persepsi, pengalaman, pemahaman serta penafsiran individu tentang kondisi sehat dan sakit (stimulus). Selain itu, Weber mengidentifikasi antara faktor makro (kondisi sosial stuktural) dan faktor mikro (pilihan ISSN : 0216-2490 Safira Soraida: Program Jaminan Persalinan dalam Upaya Meningkatkan ... personal) sebagai faktor penting yang mempengaruhi formasi gaya hidup. Dia mengacu pada pengaruh kondisi struktur sosial sebagai “life chances” dan pengaruh pilihan personal sebagai “life conduct” dan menjelaskan semua itu saling terkait satu sama dan tergantung. Menurut Sudarma (2008, 60-62) ketika individu mengambil keputus­ an maka ada proses yang dilaluinya yang dirumuskannya did lam model pengambilan keputusan. Pada model ini, ada beberapa kondisi sosial yang khas terjadi, yaitu (1) realitas sosial perbedaan pemahaman dan sikap antara pasien dan anggota keluarganya; (2) perbedaan pemahaman dan sikap pasien tersebut diwujudkan dalam bentuk persepsi atau respons terhadap penyakit (sakit), (3) setiap di antara me­reka memiliki akses informasi ke pihak lain mengenai persepsi penyakit dan kemudian (4) adanya proses komunikasi atau interaksi antara pasien dan orang lain, (5) dari interaksi ini melahirkan dua kemungkinan akhir, yaitu masih tetapnya persepsi masing-ma­ sing terhadap penyakit (de-kolektivasi refleksi) dan kolektivasi persepsi, (6) Pada saat ada kolektivasi persepsi posisi pasien ada dua kemungkinan, yaitu sebagai posisi aktif (memiliki inisiatif untuk bertindak dalam proses penyembuhan) atau pasif (pasrah terhadap sikap orang lain di luar dirinya) dan pada akhirnya (7) terjadilah sebuah tindakan yang menunjukkan perilaku kesehatan dari seseorang. Lebih lanjut dikemukakan dorongan utama seseorang bersedia melakukan perilaku pengobatan yaitu adanya need for health (n-health). Tingginya dorongan untuk sehat yang ada dalam diri ini, yang menyebabkan dapat mengabaikan masalah hambatan ekonomi, sosial maupun yang lainnya. 1.5 METODE PENELITIAN Penelitian itu menggunakan metode penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Tujuannya agar dapat mengungkapkan secara komprehensif, intens, rinci dan mendalam serta lebih mengarahkan pada program Jaminan Persalinan (Jampersal) dan perilaku sehat ibu hamil resiko tinggi pada masyarakat miskin yang memanfaatkan layanan program Jaminan Persalinan (Jam-persal) (Bungin, 2006). Objek penelitian ini adalah program Jaminan Persalinan kepada ibu hamil resiko tinggi pada masyarakat miskin dan perilaku sehat ibu hamil resiko tinggi pada masyarakat miskin yang memanfaatkan bantuan program Jaminan Persalinan (Jampersal). Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (Marzuki, 1977). 1.6 ANALISIS DATA 16.1 Analisis Pilihan Rasional para Ibu Hamil Keputusan ibu hamil yang beresiko tinggi untuk mengkuti program Jampersal dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan Model Anderson (1986) yang menyatakan bahwa keputusan seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan tergantung pada kondisi yang dikelompokkan dalam tiga unsur yaitu Predisposing POPULIKA UWMY Vol. V NO. 1, Januari 2015 JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 7 Safira Soraida: Program Jaminan Persalinan dalam Upaya Meningkatkan ... menunjuk-kan bahwa setiap individu memiliki kecenderungan untuk menggunakan fasilitas kesehatan berbedabeda. Bergantung pada 1) demografi; 2) struktur sosial; 3) kepercayaan. Pada kasus Ibu BL terlihat pada awalnya menggunakan jasa dukun beranak untuk memeriksakan kesehatan, hal ini disebabkan oleh kepercayaan kepada dukun beranak masih ada dan ditambah dengan kondisi sosial ekonomi keluarga yang miskin menyebabkan berkonsultasi kepada dukun beranak yang dianggap lebih murah menjadi pilihan. Hal ini disebabkan karena status perkawinan ibu BL dan bapak JT yang tergolong pernikahan dini karena hamil diluar nikah. Status pernikahan inilah yang kemudian membuat ibu BL dikucilkan dan diusir oleh kedua orangtuanya yang berada di Bengkulu dan ia dikeluarkan tempatnya bersekolah. Dengan umur yang masih muda, pendidikan yang masih sangat rendah dan pengetahuan ibu BL dan bapak JT mengenai proses kehamilan yang masih sangat minim membuat me­reka mengambil keputusan mendatangi dukun beranak untuk pemeriksaan kehamilan. Kepercayaan yang diberikan oleh ibu BL dan bapak JT terhadap dukun beranak sangatlah besar, mereka menggantungkan kondisi kehamilan ke tangan seorang dukun beranak bernama ibu TR usia 65 tahun. Enabling adalah keinginan untuk menggunakan fasilitas kese-hatan, walaupun secara demografi, struktur sosial dan kepercayaan mendukung ibu hamil untuk menggunakan Jampersal, 8 akan tetapi penggunaan jasa pelayanan kesehatan itu tergantung ibu hamil sendiri. Variabel enabling ada dua yakni: 1) Sumber daya keluarga seperti pendapatan keluarga, pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan; 2) sumber daya masyarakat seperti sarana pelayanan kesehatan, lokasi tempat tinggal. Dalam tiga kasus Ibu hamil beresiko tinggi dapat dilihat bahwa sumber daya keluarga pada masing-masing tiga keluarga tidaklah memungkinkan untuk membawa ibu hamil untuk diperiksakan ke dokter ahli maupun ke Rumah Sakit yang biaya pemeriksaan dan persalinan tidak terjangkau. Ketidakmampuan ini mendorong ketiga keluarga tersebut untuk lebih memilih pengobatan dan pelayanan kesehatan yang lebih murah yaitu tenaga dukun beranak Untuk sumber daya masyarakat, sebenarnya pada wilayah kerja Pus­ kesmas Dempo terdapat dua posyandu yang sangat aktif yaitu Posyandu Mawar dan Posyandu Anggrek. Namun aktifnya keduanya tidak membuat ibu BL dan ibu MR di awal kehamilan mereka buat memeriksakan kehamilan mereka di sana. penyebabnya, pada kasus ibu MR, karena lokasi tempat tinggal dan informasi mengenai posyandu ini tidak sampai ke telinga ibu MR Lain hal dengan ibu BL yang sudah mengetahui adanya posyandu anggrek di dekat tempat tinggalnya, tetapi takut keluar uang saat ikut program tersebut membuat ibu BL membatalkan untuk ke sana. ISSN : 0216-2490 Safira Soraida: Program Jaminan Persalinan dalam Upaya Meningkatkan ... Kondisi ketiga ibu hamil divonis dokter sebagai ibu hamil beresiko tinggi. Situasi berubah jadi darurat jika tidak ditangani segera akan mengancam nyawa dan janin yang dikandung. Kebutuhan akan pelayanan segera berbanding terbalik dengan kemampuan keluarga untuk membiayai semua pelayanan jasa kesehatan sehingga dilema dalam mengambil keputusan. Mereka beresiko tinggi jika di­ lihat kehamilan yang sudah pada fase darurat dan karenanya mengantarkan ketiga ibu hamil mengenal dan meng­ ikuti Program Jampersal. Ibu HS de­ ngan kondisi perlengketan plasenta ke dinding rahim, ibu MR dengan Diabetes Mellitus Gestasional dan ibu BL dengan anemia akut. 1.6.1Faktor-Faktor Penghambat a. Pendidikan Kesehatan Masyarakat yang masuk dalam kategori miskin maka pemenuhan kebutuhan pendidikan menjadi terhambat akibat dari ketiadaan biaya. Akibatnya kesempatan untuk mendapatkan pe­ ngetahuan, khususnya pengetahuan kesehatan reproduksi (Diarsi, Myra dan Lies Marcoes.1997). Pendidikan kesehatan yang tidak biasa didapatkan dibangku sekolah sehingga perbincangan soal seks, ke­ sehatan reproduksi maupun kehamilan adalah perbincangan tabu jika didiskusikan terbuka. Hal ini terlihat pada kasus Ibu BL. Keluarga besar terkesan menutupi kehamilan tersebut sehingga hanya diperiksakan ke dukun beranak. Pengetahuan tentang kehamilan sebenarnya sejak dahulu sudah ada dikalangan masyarakat, akan tetapi pengetahuan tersebut masih banyak bercampur dengan mitos-mitos. Pe­ ngetahuan tradisional ini mendorong ibu hamil lebih memilih untuk berinteraksi dengan pada dukun beranak daripada kepada para bidan ataupun dokter. Menurut Dutton, ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga hambatan yang salah satunya adalah budaya lokal berupa dorong untuk menggunakan cara-cara tradisional dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Dukun beranak adalah salah satu alternatif. Di sini sebagian masyarakat Palembang masih menganggap dukun bayi dapat menjaga dan merawat ibu hamil dan janinnya dari gangguan makhluk halus. b. Budaya Lokal Pemahaman masyarakat Palembang yang menganggap proses kehamilan masih banyak dipengaruhi oleh kepercayaan dan mitos. Mereka menghubungkan proses kehamilan dengan hal-hal ghaib. Sehingga kehamilan harus dirawat dan dijaga secara ghaib pula. Mitos yang diyakini kebenarannya lebih banyak pantangannya, seperti tidak boleh berdiri di bawah kusen pintu, tidak boleh keluar malam, tidak boleh membunuh makhluk hidup dan tidak boleh duduk di jendela. Juga disarankan untuk selalu membawa ba- POPULIKA UWMY Vol. V NO. 1, Januari 2015 JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 9 Safira Soraida: Program Jaminan Persalinan dalam Upaya Meningkatkan ... rang tajam seperti gunting, pisau atau peniti yang melambangkan bentuk perlawanan terhadap makhluk halus yang berusaha mengganggu mereka. Masih ada yang lain seperti, di­ sarankan tidak boleh makan udang, nanti bayi tidak dapat lahir dengan lancar hanya maju mundur saja; tidak makan gurita atau cumi-cumi karena nanti ari-arinya tidak dapat keluar; tidak makan buah yang menggantung seperti pepaya, mangga dll hal ini disebabkan karena ari-ari tidak dapat keluar dan dapat berpindah lokasi atau rahim menjadi turun; tidak makanan berkuah, sebab nanti vagina akan basah terus; tidak boleh makan ikan karena nanti darah yang keluar berbau amis; minum air es membuat tubuh menjadi besar dan akan sulit melahirkan; dan masih banyak lagi mitos yang dipercayai. Dari semua mitos yang beredar di masyarakat ada yang dapat diterima akal sehat. Tetapi umum-nya banyak yang tidak logis. Namun karena sudah menjadi tradisi yang diyakini, maka tetap saja dilakukan; apalagi dalam keseharian mitos-mitos itu selalu disertai ancaman bila tidak mematuhinya. Seorang ibu hamil lebih memilih dukun beranak untuk konsultasi dan memeriksakan kesehatannya yaitu dengan langsung mendatangi dukun beranak. Biasanya diberi air yang telah dijampi-jampi dengan mantra. Dukun beranak dipercayai memiliki kelebihan dalam kemampuan mendiagnosis masalah dalam proses kehamilan. Juga faktor lingkungan sekitar ibu hamil mendorong ibu hamil untuk 10 lebih memilih dukun beranak se­bagai tempat memeriksakan kehamilan. Peran keluarga terdekat seperti orang tua maupun suami sangat besar untuk mempengaruhi keputusan ibu hamil dalam menentukan keputusan. c. Adanya Asumsi Pelayanan Ke­ sehatan yang Mahal Sebagian mata pencaharian penduduk di kota Palembang selain formal juga informal. Pekerjaan informal ini yang membuat tingkat pendapatan masyarakat di kota Palembang pun beragam. Melalui pendidikan informal tentu penghasilannya tidak tinggi, apalagi dikaitkan buat kepentingan kesehatan. Karena untuk membayar ongkos pelayanan harus diketahui suami. Faktor biaya yang meningkat dari perkiraan semula membuat ibu hamil sering mempertimbangkan memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai. Biaya sering menjadi penentu bagi ibu hamil dan keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari biaya yang harus mereka keluarkan selama menjalani pemeriksaan kehamil­ an maupau dalam melewati proses persalinan. Kemampuan daya beli keluarga dalam segala hal, menjadikan ibu hamil memutuskan untuk memeriksakan kehamilan melalui dukun beranak saja. Dari sisi pengeluaran, apabila memanfaatkan pelayanan kesehatan oleh dukun beranak lebih murah dibandingkan jika memanfaatkan pelayanan ke­ sehatan seperti rumah sakit. ISSN : 0216-2490 Safira Soraida: Program Jaminan Persalinan dalam Upaya Meningkatkan ... d. Kurangnya Informasi Tentang Jampersal Pilihan ibu hamil untuk memutuskan menggunakan tenaga dukun beranak merupakan akibat dari kurangnya informasi yang diterima ibu hamil sendiri maupun keluarga terdekat. Informasi layanan Jampersal ini hanya disampaikan dari mulut ke mulut sedangkan informasi melalui media massa baik itu media elektronik maupun media cetak tidak pernah sampai. Kurangnya informasi inilah yang membuat para ibu hamil resiko tinggi lebih mempercayai mitos yang berlaku di dalam masyarakat karena tidak imbangnya antara pengetahuan kesehatan kehamilan dengan mitos yang berlaku di dalam masyarakat. 1.6.3Faktor-Faktor Pendorong a. Kemudahan Pengurusan Pro gram Jaminan Persalinan Pemeriksaan kehamilan yang baik, hendaknya dimulai sedini mungkin, yakni segera setelah mengetahui kemungkinan seorang ibu hamil atau disebut K1. Gunanya adalah untuk mendeteksi dan mengambil tindakan pada kehamilan yang beresiko tinggi, sekaligus merupakan kesempatan untuk menginformasikan kepada ibu dan keluarga mengenai tanda-tanda bahaya dalam kehamilan. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan secara teratur dua minggu sekali dan selanjutnya seminggu sekali setelah kehamilan 36 minggu. Standar minimum dalam pemeriksaan kehamil­ an adalah: satu kunjungan dalm tri- mester pertama; satu kunjungan dalam trimester kedua, dan satu kunjungan dalam trimester ketiga. Namun, apalah artinya kesehatan ibu hamil jika keluarga ibu hamil berpendapat bahwa pengurusan menjadi anggota kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah sulit. Asumsi negatif keluarga ibu hamil mengenai pengurusan untuk menjadi Jampersal inilah yang kemudian membuat me­ reka ragu-ragu untuk mendaftar. Padahal Pemerintah memberikan banyak kemudahan ketika ibu hamil mendaf­ tarkan dirinya menjadi peserta Jampersal yaitu hanya memberikan fotokopi kartu identitas penduduk yaitu KTP atau KK. Namun kemudahan mengurus menjadi peserta Jampersal tidak dirasa­ kan oleh keluarga ibu BL dan ibu HS. Hal ini disebabkan karena kekurangan syarat yang tidak bisa mereka penuhi dengan segera, sehingga mengakibatkan keterlambatan pemeriksaan yang seharusnya cepat. b. Jaminan Layanan kesehatan yang Diterima (Kehamilan, Persalinan dan Pascapersalinan Jaminan persalinan merupakan upaya untuk menjamin dan melin­dungi proses kehamilan, persalinan, paska persalinan dan pelayanan KB pasca salin serta komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan, nifas, KB paska salin, sehingga manfaatnya terbatas dan tidak dimaksudkan untuk melindungi semua kesehatan individu. Ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari: POPULIKA UWMY Vol. V NO. 1, Januari 2015 JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 11 Safira Soraida: Program Jaminan Persalinan dalam Upaya Meningkatkan ... 1. Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca salin, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta KB paska salin) tingkat pertama. 2. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas ke­ sehatan tingkat pertama yang dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis. Pada kegawat­ daruratan kebidanan dan neonatal tidak diperlukan surat rujukan. Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan terencana atas indikasi ibu dan janin/bayinya. 3. Pelayanan Persiapan Rujukan Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan dimana terjadi kondisi yang tidak dapat dilaksanakan secara paripurna di fasilitas kesehatan tingkat per12 tama sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut dengan memperhatikan halhal sebagai berikut: a) Kasus tidak dapat ditatalaksana paripurna di fasilitas kesehatan karena: keterbatasan SDM dan keterbatasan per­ alatan dan obat-obatan; b) Dengan merujuk dipastikan pasien akan mendapat pelayanan paripurna yang lebih baik dan aman di fasilitas kesehatan rujukan; c) Pasien dalam keadaan aman selama proses rujukan Pelayanan jaminan persalinan yang lengkap inilah yang membuat ibu hamil resiko tinggi dan keluarga memutuskan dan memilih untuk meneruskan pemeriksaan melalui jaminan persalinan hingga masa nifas. Keputusan ibu hamil resiko tinggi dan keluarga untuk memilih jaminan persalinan sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan kehamilan mereka yang sudah tergolong kondisi gawat merupakan tindakan yang rasional. Seperti yang dikemukan oleh Weber bahwa tindakan sosial se­seorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, dalam kasus keputusan ibu hamil resiko tinggi dan keluarga di dalam memilih jaminan persalinan merupakan tindak­ an yang berdasarkan pertimbanganpertimbangan ibu hamil resiko tinggi dalam merespons kondisi eksternal mereka seperti kehamilan yang sudah mencapai titik hamil resiko tinggi dan kemiskinan yang menghantui me­reka sehingga tidak adanya biaya untuk melakukan upaya kehamilan yang sehat. ISSN : 0216-2490 Safira Soraida: Program Jaminan Persalinan dalam Upaya Meningkatkan ... Zweck rational ini merupakan tindakan ibu hamil resiko tinggi dan keluarga di dalam upaya penyelamatan ibu dan bayi ketika melahirkan kelak dengan pengorbanan yang seminimal mungkin yaitu dalam aspek keuangan. Melalui jaminan persalinan, ibu hamil resiko tinggi mendapatkan pelayanan yang maksimal dimulai dari kehamilan hingga masa nifas. 1.6.4Analisis Perubahan Perilaku Ibu Hamil Usaha yang sering dilakukan oleh ibu hamil resiko tinggi menghadapi rasa sakitnya ialah dengan mengobati diri sendiri tanpa bantuan orang lain. Respon ibu HS dan ibu MR terhadap kesakitannya sebelum mendapatkan pelayanan jaminan persalinan merupakan hasil dari pengalaman me­ reka sebelumnya yang mereka dapat selama berapa kali kehamilan sehingga membuat ibu HS dan ibu MR mampu mengatasi rasa sakitnya tanpa bantuan orang lain seperti tenaga medis, tenaga tradisional maupun obat-obatan yang beredar di dalam masyarakat. Lain halnya dengan ibu hamil yang belum memiliki pengalaman ke­hamilan sama sekali. Usaha yang sering dilakukan oleh ibu hamil resiko tinggi yang belum memiliki peng­ alaman kehamilan sama sekali adalah tidak melakukan kegiatan apapun untuk mengobati rasa sakitnya karena mereka menganggap bahwa kondisi yang mereka alami tersebut tidak mengganggu kegiatan mereka seharihari dan juga rasa sakit tersebut akan hilang dengan sendirinya. Perilaku ibu HS, ibu MR, dan ibu BL ketika menghadapi rasa sakitnya sebelum mendapatkan pelayanan Jaminan Persalinan, menurut Notoatmodjo (2003 : 195) adalah respon masyarakat terhadap sakit dalam upaya masyarakat dalam pencaharian pe­layanan ke­ sehatan, respon tersebut adalah se­ bagai berikut: 1. Tindakan mengobati diri sendiri tanpa bantuan orang lain karena telah percaya dengan diri sen­diri dan merasa bahwa berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lalu usaha tersebut sudah mendatangkan kesembuhan tanpa bantuan orang lain atau petugas kesehatan. 2. Mencari pengobatan ke fasilitasfasilitas pengobatan tradisional yang diyakini mereka dapat menyembuhkan sakit. Salah satu contohnya adalah dukun yang merupakan bagian dari budaya mereka dan berada di tengah-tengah masyarakat serta dekat dengan me­reka sehingga mudah untuk diterima oleh masyarakat dari pada dokher, perawat dan lain-lain 3. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obatan ke warung-warung obat dan sejenisnya yang terdekat. Namun, obat-obatan yang mereka beli tidak menggunakan resep sehingga tidak mudah untuk dikontrol. 4. Mencari pengobatan ke fasilitasfasilitas modern yang diselenggarakan oleh tenaga profesional seperti dokter umum dan dokter spesialis. Perilaku sehat bukan saja bagai­ mana seseorang merespon rasa sakit- POPULIKA UWMY Vol. V NO. 1, Januari 2015 JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 13 Safira Soraida: Program Jaminan Persalinan dalam Upaya Meningkatkan ... nya yang datang, namun perilaku sehat dapat juga berupa pola makan yang diasup semasa kehamilan. Hal ini disebabkan karena asupan gizi bagi ibu hamil merupakan peranan yang pen­ ting di dalam meningkatkan derajat kesehatan semasa hamil. Beberapa nilai budaya makanan yang perlu diperhatikan (dalam Sudarma, 2008: 160-163) bahwa makanan merupakan kebutuh­ an fisiologis, makanan sebagai identitas kelompok, makanan sebagai nilai sakral, makanan sebagai keunggulan etnik serta makanan sebagai kebutuhan medis. Namun pada kenyataannya, pe­ ngetahuan tentang makanan tidak banyak diketahui oleh masyarakat khu­susnya oleh masyarakat miskin, bagi mereka makan adalah proses untuk mengenyangkan isi perut dengan makanan apa saja tanpa melihat asup­ an gizinya. Pola makan ibu MR dan ibu BL inilah yang kemudian menimbulkan penyakit bagi ibu hamil itu sendiri yaitu diabetes mellitus gestasional dan anemia akut. Semenjak ikutnya mereka menjadi peserta Jaminan Persalinan banyak perubahan pola makan yang mereka lakukan. Menurut Sudarma (2008, 60-62) ketika individu mengambil keputus­ an maka ada proses yang dilaluinya yang dirumuskannya didalam model pengambilan keputusan. Pada model ini, ada beberapa kondisi sosial yang khas terjadi, yaitu: (1) realitas sosial perbedaan pemahaman dan sikap antara pasien dan anggota keluarganya; (2) perbedaan pemahaman dan sikap 14 pasien tersebut diwujudkan dalam bentuk persespsi atau respons terhadap penyakit (sakit), (3) setiap di antara mereka memiliki akses informasi ke pihak lain mengenai persepsi penyakit dan kemudian (4) adanya proses komunikasi atau interaksi antara pasien dan orang lain, (5) dari interaksi ini melahirkan dua kemungkinan akhir, yaitu masih tetapnya persepsi masingmasing terhadap penyakit (de-kolektivasi refleksi) dan kolektivasi persepsi, (6) Pada saat ada kolektivasi persepsi posisi si pasien ada dua kemungkinan, yaitu sebagai posisi aktif (memiliki inisiatif untuk bertindak dalam pro­ ses penyembuhan) atau pasif (pasrah terhadap sikap orang lain di luar diri­ nya) dan pada akhirnya (7) terjadilah sebuah tindakan yang menunjukkan perilaku kesehatan dari seseorang. Lebih lanjut dikemukakan dorongan utama seseorang bersedia melakukan perilaku pengobatan yaitu adanya need for health (n-health). Pada 3 kasus ibu hamil resiko tinggi perbedaan pemahaman dan sikap mengenai kehamilan sangat merugikan mereka hal ini disebabkan karena ketidakmampuan mereka dalam aspek ekonomi membuat mereka menyerahkan sepenuhnya kesehatan dirinya dan janinnya pada seorang dukun beranak, kurangnya pengetahuan mengenai kehamilan, ditambah lagi dengan mitosmitos yang berlaku di dalam masyarakat sehingga mereka pun mengalami kesakitan. Ketika ibu hamil ini menga-lami kesakitan berbagai macam respon yang mereka lakukan mulai dari tidak ISSN : 0216-2490 Safira Soraida: Program Jaminan Persalinan dalam Upaya Meningkatkan ... melakukan apapun hingga melakukan pengobatan sendiri berdasarkan pe­ ngalaman mereka sebelumnya yang tidak didasari oleh ilmu kesehatan. Pada akhirnya, kondisi kehamilan mereka mengalami kegawatdaruratan dimana para ibu hamil menjadi hamil resiko tinggi. Namun karena kondisi kegawatdaruratan ibu hamil dan ketiadaan sumber daya ekonomi membuat ibu hamil dan keluarga untuk memutuskan menggunakan pelayanan kesehatan Jaminan Persalinan dan pada prakteknya apa yang diasumsikan oleh masyarakat mengenai ketidaknyaman di dalam mengakses jaminan kesehatan tidak berlaku di Jaminan Persalinan. Bukan saja kemudahan yang didapat oleh ibu hamil dan keluarga di dalam menggunakan Jaminan Persalinan tetapi ada kenyamanan dan keamanan yang dirasakan oleh ibu hamil ketika berinteraksi dengan tenaga medis. Ibu hamil mendapatkan pengetahuan kehamilan yang seharusnya dari awal kehamilan mereka terima, ibu hamil mendapatkan pemeriksaan yang akurat mengenai kondisi kehamilan resiko tinggi yang dialami, tidak sebatas fase kehamilan saja, ibu hamil merasa aman hingga masa nifas. Rasa ingin sehat pada fase kehamilan, selamat pada fase melahirkan dan rasa aman dan nyaman inilah yang kemudian membantu ibu hamil dan keluarga untuk berperilaku sehat. Rasa tanggung jawab inilah yang kemudian membawa perubahan perilaku bagi ibu hamil. Perubahan perilaku sehat ini merupakan perilaku aktif yang diper- ankan oleh ibu hamil, dimana adanya inisiatif dari ibu hamil untuk melakukan tindakan di dalam proses pe­ nyembuhan dirinya dari ibu hamil resiko tinggi ke proses melahirkan aman tanpa menghiraukan permasalah­an ekonomi yang selama ini menjadi penghambat bagi ibu hamil untuk berperilaku sehat. 1.6.5 Kesimpulan Bahwa apa yang ditakutkan selama ini oleh masyarakat miskin me­ ngenai layanan kesehatan yang berbasis gratis itu adalah kebohongan dan sulit untuk mendapatkannya adalah salah, bahwa dengan program jamin­ an persalinan (Jampersal), ibu hamil bisa mendapatkan pelayanan de­ ngan mudah dan tidak dipungut sama sekali baik itu dari pendaftaran hingga mendapatkan pelayanan kesehatan ke tenaga medis profesional. Pendaftaran sebagai peserta pengguna program jaminan persalinan (Jampersal) pun sangat mudah dimana calon peserta hanya membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) ataupun Kartu Keluarga (KK). Dengan kemudahan inilah yang kemudian membuat para peserta semakin memikirkan mengenai kesehatan khususnya bagi ibu hamil resiko tinggi. Perilaku sehat ibu hamil resiko tinggi merupakan perilaku tindakan sosial untuk kelancaran kehamilan dan keselamatan ibu dan janin ketika melahirkan kelak. Pilihan rasional ibu hamil sebelum dan sesudah mendapatkan pelayanan program Jaminan Persalinan dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Bahwa adanya hambatan POPULIKA UWMY Vol. V NO. 1, Januari 2015 JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 15 Safira Soraida: Program Jaminan Persalinan dalam Upaya Meningkatkan ... perilaku ibu hamil di masa sebelum mendapatkan pelayanan Jaminan Persalinan, hambatan itu adalah faktor pendidikan kesehatan, budaya lokal, asumsi pelayanan kesehatan yang mahal, serta kurangnya informasi tentang Jaminan Persalinan. Ketika ibu hamil resiko tinggi dan keluarga memutuskan untuk menggunakan pelayanan Jaminan Persalinan, ada beberapa faktor pendorong yaitu kemudahan pe­ ngurusan program Jaminan Persalin­ an, jaminan layanan kesehatan yang diterima (kehamilan, persalinan, dan pascapersalinan). Ketika mereka mengetahui bahwa dirinya termasuk kategori ibu hamil resiko tinggi, yang kemudian membuat mereka jauh lebih waspada dan mencari informasi sebanyak mungkin mengenai kondisi kehamilan resiko tinggi tersebut. Beda halnya dengan ibu hamil resiko tinggi yang memiliki pendidikan yang rendah dan juga tidak memiliki pengalaman kehamil­ an sebelumnya, dimana perilaku sebelum mendapatkan pelayan jaminan persalinan (Jampersal) dengan setelah mendapatkan Jampersal terjadi lonjakan perilaku yang sangat signifikan. DAFTAR PUSTAKA Anderson, Foster. 1986. Antropologi Kesehatan. Terjemahan Priyanti.P.Suryadarma dan Meu- 16 tia F.Hatta Swasono. Penerbit UI Press. Jakarta Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Ke Arah Ragam Variasi Kontemporer. Raja Grafindo Persada. Jakarta Diarsi, Myra dan Lies Marcoes.1997. Hak Reproduksi Perempuan: Masihkah Demi Kepentingan Perempuan. Makalah dalam Seminar Hak Azasi Adalah Hak Asasi Manusia. Jakarta, 24 Agustus 1997 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Petunjuk Tenis Jaminan Persalinan. Jakarta Marzuki. 1997. Metodologi Riset. BPSE-UII. Yogyakarta Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2011. Profil Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Palembang Tahun 2011 Ritzer, Goerge, 2002. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. RajaGrafindo Persada. Jakarta Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta Internet www. BPS.com ISSN : 0216-2490