Energi Alternatif: Jalan Menuju Keberlanjutan Dikirim oleh humas3 pada 01 Maret 2011 | Komentar : 0 | Dilihat : 6879 Dr. Francois Malherbe Sejarah telah mencatat bahwa perekonomian mengalami perubahan signifikan sejalan dengan transisi menuju pemakaian energi alternatif. Pada masa lampau batubara merupakan alternatif dari pemakaian kayu dan petroleum merupakan alternatif pemanfaatan minyak ikan paus. Dr. Francois Malherbe dari Swinburne University of Technology menyampaikan hal ini pada presentasinya di acara International Conference on Basic Sciences (ICBS) 2011. Dalam acara yang diselenggarakan FMIPA Universitas Brawijaya Jum'at (18/2) tersebut ia menyampaikan materi "Alternative Energies The Way to Sustainable Fuel and Future". Pemanfaatan energi alternatif yang gencar digalakkan akhir-akhir ini bukan tanpa alasan. Semakin menipisnya persediaan bahan bakar fosil dan emisi karbon menjadi salah satu pendorong utama. "Persediaan bahan bakar fosil terpendam dalam tanah sehingga untuk mengeksplorasinya seringkali merusak lingkungan", tambah Malherbe. Diantara energi alternatif yang menjadi kajian adalah sinar matahari (photovoltaic dan concentrated solar power), angin, hidrogen dan fuel cells, batubara (carbon capture and storage), geothermal dan bioenergi. "Bioenergi merupakan energi alternatif yang berasal dari sumber-sumber biologis", terangnya. Keunggulan pemanfaatan bioenergi ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi domestik, serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Saat ini pengembangan bioenergi telah sampai pada generasi keempat yakni mengubah vegoil dan biodiesel menjadi gasoline. Generasi pertama pengembangan bioenergi ini dinilai kurang etis karena berkompetisi dengan bahan pangan dan pakan menjadi vegetable oil, biodiesel, bio-alcohol, biogas, solid biofuel, dan syngas. Pemanfaatan bahan diluar pangan dan pakan dimulai pada generasi kedua diantaranya menggunakan limbah, cellulose dan tanaman yang didedikasikan untuk pengembangan energi (dedicated energy crops), yang mengubah biomass menjadi liquid technology. Generasi ketiga pengembangan biofuel adalah oligae yang berasal dari algae. Memaparkan pengalaman Brazil, Malherbe menyampaikan bahwa pada 2005 negara di belahan Amerika Selatan ini telah memproduksi 16.3 milyar liter ethanol, menyumbang 33.3 persen produksi dunia dan 42 persen produksi ethanol yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar. "Saat ini di Brazil tidak ada lagi kendaraan yang hanya menggunakan gasoline. Pemanfaatan teknologi hybrid telah memakai 20-25 persen ethanol (E25)", katanya. Dari data yang didapatkannya, sebanyak 3 juta mobil telah beroperasi menggunakan 100 persen ethanol dan 6 juta mobil berteknologi hybrid (flexible-fuels vehicles). Pemanfaatan bioenergi saat ini bahkan telah sampai pada pengembangan bahan bakar pesawat terbang. The Embraer EMB 202 Ipanema merupakan pesawat pertama yang berbahan bakar ethanol dan banyak dimanfaatkan di lahan pertanian (agricultural aircraft). Selain itu, telah dikembangkan juga syngas berbahan dasar kayu yang dimanfaatkan sebagai generator. Penemuan dan pengembangan teknologi baru ini menurut Malherbe membutuhkan peran serta dunia sains yang kemudian diaplikasikan diantaranya pada pertanian, industri dan kedokteran untuk memberikan outcome berupa kesejahteraan, keberlanjutan, dan kemapanan sosial. [nok] Artikel terkait TakTikTak Permainan Edukatif Karya Mahasiswa UB Pengukuhan Prof.Dr.Ir.Estri Laras Arumingtyas, MSc.St Pertandingan Sepak Bola Mini FMIPA Biologi UB Selenggarakan Kuliah Perdana dan Pelepasan Mahasiswa Student Exchange Pengukuhan Prof. Dr.rer.nat. Muhammad Nurhuda dan Prof.Dr.Agus Suryanto