BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepribadian merupakan salah satu kajian psikologi yang membahas tentang tingkah laku manusia. Beberapa ahli psikologi memberikan asumsi tentang prilaku manusia tersebut sehingga muncul beberapa teori yang menjadi dasar dalam tingkah laku manusia. Beberapa temuan para ahli yang semakin beragam sehingga menjadikan teori yang beragam pula. Keberagaman teori terebut didasarkan pada aspek personal, kehidupan beragama, lingkungan social budaya, serta filsafat yang dianut. Teori-teori yang dikembangkan dalam budaya barat, yang tidak menutup kemungkinan dalam batang tubuh teori tersebut terdapat nilai-nilai sekulerisme, oleh karena itu pandangan tersebut sangat berbahaya apabila direlisasikan oleh orang yang memiliki komitmen keimanan yang masih lemah, bahkan sangat berbahaya apabila kajian tersebut didisfungsikan kepada masyarakat. Dalam penelitian Chalfant dan Heller pada tahun 1990, sebagaimana dikutip oleh Gania (1994: 396) menyatakan bahwa sekitar 40 persen orang yang mengalami kegelisahan jiwa lebih suka pergi meminta bantuan kepada agamawan. Dengan demikian kajian tentang teori kepribadian dalam perspektif islam merupakan hal yang sangat penting. Teori kepribadian dalam perspektif islam, mengkaji tentang prilaku manusia yang telah ditetapkan dalam Al Quran yang telah ditetapkan. Semenjak 14 abad yang lalu Al Quran telah mengkaji hakikat manusia, kepribadian manusia, dan kini baru diploporkan oleh para ilmuan modern. Teori kepribadian dalam perspektif islam dapat diimplikasikan dalam bimbingan dan konseling, hal ini sejalan dengan konsep bimbingan dan konseling islami. Teori kepribadian dalam perspektif islam 1 B. Tujuan Penulisan Makalah yang bertema teori kepribadian dalam perspektif islam ini bertujuan untuk mempelajari kepribadian dalam perspektif islam, karena banyak teori yang tidak sesuai dengan ajaran agama, khususnya agama islam. Oleh karena itu rumusan dari tujuan penyusunan makalah teori kepribadian dalam perspektif islam ini adalah : 1. Mengetahui hakekat manusia dalam perspektif islam 2. Mengetahui makna kepribadian 3. Mengetahui dinamika kepribadian 4. Dapat menyebutkan tipe-tipe kepribadian 5. Mengetahui perkembangan kepribadian 6. Mengimplikasikan teori kepribadian dalam pelayanan bimbimgan dan konseling C. Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, menghasilkan beberapa pemikiran modern yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, oleh karena itu untuk memperdalam kajian mengenai teori kepribadian dalam perspektif islam, kami membahas permasalahan yang sekiranya penting untuk dibahas diantaranya: 1. Bagaimana hakikat manusia? 2. Bagaimana makna kepribadian ? 3. Bagaimana dinamika kepribadian 4. Seperti apakah tipe-tipe kepribadian 5. Bagaimana perkembangan kepribadian? 6. Bagaimana implikasi teori kepribadian dalam perspektif islam terhadap bimbingan dan konseling ? Teori kepribadian dalam perspektif islam 2 D. Prosedur Penyelesaian Masalah Dalam mengkaji masalah tersebut kami menggunakan berbagai metode diantaranya : 1. Studi literature dengan mengambil rujukan dari berbagai sumber buku yang relevan dengan pembahasan 2. Mencari berbagai informasi yang mendukung dari internet. 3. Mengupulkan artikel yang relevan dengan pokok pembahasan. E. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, tujuan penyusunan, masalah, penyelesaian masalah, dan sistematika penulisan. BAB II Isi yang mencakup pembahasan yang disajikan BAB III Analisis mencakup pemikiran dan pertimbangan terhadap konsep yang dimiliki BAB IV Kesimpulan dan Saran yang merangkum semua materi pembahasan . Teori kepribadian dalam perspektif islam 3 BAB II ISI A. Hakikat Manusia dalam Perspektif Islam Banyak sekali para ahli yang mendefinisikan tentang hakikat manusia, dari sudut pandang yang sangat berbeda. menurut teori evolusi yang dikemukakan oleh Carles Darwin dari Inggris bahwa manusia merupakan individu yang merupakan hasil dari evolusi dari binatang yang sangat rendah. Pemikiran tersebut jelas memiliki banyak kekurangan diantaranya, pemikiran tersebut hanya bersumber dari sudut pandang biologis saja, tetapi manusia memiliki dimensi yang sangat beragam diantaranya dimensi sejarah dan juga dimensi simbolis. Oleh karena itu jelaslah bahwa pemikiran Carles Darwin tidak filosofis karena tidak dapat membuktikan dimensi manusia secara menyeluruh. Salah satu tokoh modern yang meruntuhkan teori evolusi Carles Darwin adalah Adnan Oktar yang sering dikenal dengan sebutan Harun Yahya, dalam bukunya yang berjudul Memahami Allah Melalui Akal, manusia mirip pabrik besar yang tercipta dari banyak mesin kecil yang bekerja bersama-sama dengan keserasian yang sempurna. Sebagaimana pabrik-pabrik yang memiliki perancang, insinyur, dan perencana, tubuh manusia pun memiliki Pencipta Yang Agung. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT, dan bukan terjadi dengan sendirinya. Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna yang dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), sebagaiman dalam sebuah hadist diterangkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanya yang menjadikan yahudi dan nasrani atau majusi (H.R. Muslim) Manusia merupakan makhluk sosial, makhluk pribadi dan makhluk religius. Melalui fitrahnya manusia memiliki kemampuan untuk menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, dan menjadikan agama tersebut sebagai tolak ukur dalam perilakunya. (Syamsu Yusuf: 2007:211) Teori kepribadian dalam perspektif islam 4 Agama merupakan yang membimbing kita kepada moral, perilaku dan cara hidup yang diridhai Allah. Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa orang yang patuh kepada agama berada di jalan yang benar, sedangkan yang lainnya akan tersesat. Dia yang dadanya terbuka untuk Islam mendapat cahaya dari Tuhannya. Sungguh celaka orang -orang yang berkeras untuk tidak mengingat Allah! Mereka dalam kesesatan yang nyata. (Surat az Zumar: 22) Dengan agama tersebut manusia diembani tugas untuk senantiasa beribadah, mengabdikan dirinya hanya kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah : “Tidakkah aku menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah (Q.S. Adz-Dzariyat:56)” Sebagai makhluk pribadi manusia mamiliki potensi akal dan hawa nafsu, sehingga manusia bisa menetukan kecenderungan atau arah perkembangan mereka, baik bersifat positif (beriman dan beramal shaleh), juga bersikap negatif (musyrik, kufur, berbuat maksiat). Sebagaimana diterangkan dalam Al Quran Surat Asy-Syamsu 8-10 “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia sifat fujur dan taqwa. Sungguh bahagia orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh celaka orang yang mengotori jiwanya.” Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, apakah berbuat maksiat kepada Allah SWT atau beriman kepada Allah SWT. Manusia memiliki kemampuan untuk menyelaraskan arah perkembangannya yang sesuai dengan tuntutan yang normatif, juga memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan yang bersebrangan dengan nilai agama. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat Ar-ra’du :11 “Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah suatu kaum, sehingga mereka mengubah dirinya sendiri.” Manusia sebagai makhluk sosial yang bersikap altruis, memiliki potensi untuk bersosialisasi dengan orang lain, berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya. Manusia diamanahi tugas oleh Allah SWT sebagai khalifah Teori kepribadian dalam perspektif islam 5 dimuka bumi, yang bertanggung jawab menciptakan tatanan kehidupan yang nyaman dan sejahtera serta mencegah pelecehan nilai-nilai kemanusiaan dan peruksakan lingkungan hidup. Sebagaimana firman |Allah SWT “Dia telah menciptakan kamu dari tanah, dan menugaskannu \untuk memakmurkannya.” (Q.S. Hud:61) B. Makna Kepribadian Kepribadian merupakan merupakan asumsi terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku manusa sangat kompleks, yang disebabkan oleh beberapa factor, baik factor yang timbul didalam dirinya ataupun factor dari lingkungan sekitar. Kepribadian menurut Alport (dalam Syamsu Yusuf:2007:4) mengartikan kepribadian sebagai “personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system that determine his unique adjustment to his environment.” kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang system psikofisik yang menetukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungannya. Kepribadian dalam perspektif islam sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdul Mujib (Dalam Syamsu Yusuf: 2007:212) merupakan satu kesatuan integrasi dari sistem kalbu, akal dan hawa nafsu, yang menimbulkan tingkah laku. C. Dinamika Kepribadian Manusia pada awalnya merupakan makhluk yang netral terdiri dari fisik dan rohani. Dalam menjalani kehidupannya, tentu akan mengalami berbagai gelombang. Ada yang menyenangkan dan adapula yang memberikan rasa ketidaknyamanan. Hal ini menyebabkan manusia melakukan kebaikan atau keburukan. Kesemuanya dapat terjadi dari dalam dirinya sendiri maupun yang berasal dari luar dirinya atau lingkungan. Dalam sebuah ayat Al-Quran dikatakan bahwa Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia, fujur (kefasikan/kedurjanaan), dan taqwa (QS. Asy- Teori kepribadian dalam perspektif islam 6 Syamsu: 8). Oleh karena itu, dalam diri inidividu memiliki potensi yang sama besar terhadap pribadi baik atau pribadi buruk. Semakin sering hal-hal demikian terjadi dalam diri individu maka semakin terbentuk pola-pola kepribadianya, tergantung bagaimana individu tersebut melakukan respon terhadapnya. Manifestasi dari bentuk-bentuk kepribadian individu dapat dilihat dari perilakunya. Jikalau individu lebih menyukai mengisi jiwanya dengan hal-hal yang tidak baik maka ia pun akan cendeung berperilaku buruk. Sebaliknya, jika manusia lebih menyukai mengisi jiwanya dengan hal-hal yang baik maka akan muncullah perilaku yang mulia, bernilai luhur dan disenangi. Maka dari itu dalam sebuah ayat Allah berfirman: ”Sungguh bahagialah orang yang menyuciklan jiwanya (qolbunya), dan sunggh merugilah (celakalah) orang yang mengotorinya”. Ayat ini sekaligus memberikan perintah kepada kita bahwa dengan memilih membersihkan hati maka kita akan senantiasa peka dan jauh dari perbuatan-perbuatan yang tidak diridhloi Allah SWT. Insya Allah dengan sedikit perjuangan dnn komitmen memperbaiki diri, kita sebagai individu juga dapat mengembangkan kepribadian yang bernafaskan Islam. Dan ganjarannya telah Allah beritakan dalam surat AlFajr: 27: 30 yang berbunyi ”Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridloi-Nya. Masuklah kepada jamaah hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku”. Dari keseluruhan perilaku yang muncul tersebut tentu sangat beragam. Pola yang sering muncul baru dapat dinamakan sebagai kepribadian. D. Tipe-Tipe Kepribadian Kepribadian merupakan sesuatu yang sangnat unik, tidak ada seseorang pun yang mempunyai kepribadian yang sama, antara satu dengan yang lainnya, meskipun individu tersebut merupakan anak kembar yang dilahirkan dari rahim yang sama. Oleh karena itu banyak para ahli yang mengelompokan kepribadian menjadi beberapa kelompok yang sangat berbeda dengan sudut pandang yang berbeda pula. Eduar Spangar (dalam Syamsu Yusuf:23:99) yang membagi kepribadian menjadi enam tipe yakni Teori kepribadian dalam perspektif islam 7 manusia teori, manusia ekonomi, manusia agama, manusia estetis dan manusia moral. Tetapi tipe-tipe dalam Al Quran dijelaskan bahwa kepribadian manusia terbagi menjadi tiga bagian diantaranya adalah tipe mukmin, tipe kafir dan tipe orang munafik. 1. Tipe Mukmin Mukmin merupakan orang yang beriman. Iman secara etimologis percaya, secangkan secara istilah iman diartikan sebagaipercaya kepada Allah, yang diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh. Seorang yang mukmin tidak hanya cukup mempercayai rukun iman seperti iman kepada Allah SWT, malaikat, rasul-rasul, kitab, hari akhir, qada dan qadar. Tetapi keimanan tersebut perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan melaksanakan ibadah baik ibadah yang berhubungan langsung dengan Allah SWT atau ibadah yang berhubungan dengan manusia. Mukmin dalam kehidupan sehari-hari mempunyai kecenderungan dapat mengarahkan dirinya pada hal yang positif, karena seorang yang memiliki keimanan yang kuat senantiasa merasa bahwa dirinya selalu diawasi oleh Allah SWT. Dalam kepribadiannya seorang mukin memiliki sifat jujur, qanaah, adil, tawadlu, istiqamah, tidak putus asa dalam mencari rakhmat Allah SWT, berani membela kebenaran, selalu bertafakur (memikirkan segala penciptaan Allah SWT) dan sebagainya. 2. Tipe Kafir Kafir, berasal dari kata dasar yang terdiri dari huruf kaf, fa' dan ra'. Arti dasarnya adalah tertutup atau terhalang. Secara istilah, kafir berarti terhalang dari petunjuk Allah Orang kafir adalah orang yang tidak mengikuti pentunjuk Allah SWT karena petunjuk tsb terhalang darinya. Kafir adalah lawan dari iman. Dalam Quran terutama surah an-Nuur, Allah SWT menganalogikan kekafiran dengan kegelapan, dan keimanan dengan terang benderang, serta petunjuk (huda) sebagai cahaya. Teori kepribadian dalam perspektif islam 8 Karakteristik orang yang beriman diantaranya tidak mempercayai adanya Allah SWT dan rukun iman yang lainnya,menolak beribadah kepada Allah SWT, dzalim, selalu mengajak kepada kemungkaran, membenci orang mukmin, dan tidak menggunakan pikirnnya untuk bersyukur kepada Allah SWT. 3. Tipe Munafik Orang yang munafik senantiasa sembunyi-sembunyi dalam melanggar perintah Allah SWT. Orang munafik bersifat ragu-ragu dalam beriman, menolak beribadah kepada Allah SWT, dzalim, memusuhi orang yang beriman, tidak takut kepada Allah SWT,tidak menggunakan akal pikirnnya untuk bersyukur kepada Allah SWT. Orang munafik selalu mempermainkan dan menipu Allah dan RasulNya, dan mereka malas menjalankan kewajiban-kewajiban agama dan lalai dari berdzikir kepada Allah SWT: "Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan Shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah , maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya." (QS. an-Nisa: 142-143). E. Perkembangan Kepribadian Manusia merupakan makhluk yang anugrahi potensi akal, hati nuran dan hawa nafsu. Dengan ketiga potensi tersebut manusia bisa mengarahkan dirinya, mengembangkan potensinya. Manusia diberi fitrah untuk beragama, agama tersebut dapat dijadikan sebagai pegangan dalam mengarahkan kehidupannya. Dalam mengarahkan kepribadiannya tersebut bergantung kepada pengalaman hidup serta interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan Teori kepribadian dalam perspektif islam 9 pertama yang dijadikan acuan dalam perkembangan kepribadian tersebut adalah lingkungan keluarga. Perkembangan kepribadian seseorang diawali atas berbagai keunggulan dan kelemahan pribadi baik potensi maupun aktualisasi diri seperti kemampuan, sifat, menumbuhkan hal positif danmengurangi hal negative. Adapun proses perkembangan kepribadian dapat terjadi dengan cara sebagai berikut, antara lain : 1. Dilakukan dengan sendirian dengan memfungsikan perenungan dan mawas diri tanpa melibatkan orang lain 2. Dilakukan dalam bentuk kelompok dengan memanfaatkan umpan balik dan dukungan sesame anggota kelompok 3. Dapat terjadi secara ilmiah artinya seseorang sejak kecil terbiasa hidup dalam lingkungan yang sehat dan mendapat pendidikan serta suri tauladan yang baik 4. Dapat dikembanngkan melalui usaha secara sadar dan sengaja dilakukan untuk meningkatkan berbagai kualitas pribadi positif sekaligus mengurangi hal-hal yang negative (Bastaman, 101 dan 108-109) Kepribadian seseorang mulai dibina ketika masih dalam kandungan ketika dilakukan oleh seorang ibu yang mengaji ketika mengandung. Pengetahuan agama sangat mempengaruhi kepribadian seseorang bagi seorang muslim untuk mengembangkan kepribadian telah mendapatkan kemudahan karena terdapatnya anugrah tuhan berupa Al Quran dan Al Hadis sebagai petunjuk dan suri tauladan bagi kehidupan. Menurut Zakiyah Daradjat (1990), mengemukakan bahwa perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya. Dalam pembinaan kepribadian pada anak, anak harus dibina oleh orang tua dengan pembiasaan dan pelatihan sejak kecil, karena pembiasaan yang dilakukan akan memasukan unsure unsure positif dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Pengalaman hidup yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya bisa berupa perawatan, juga pendidikan. Pada saat mengandung sorang ibu harus Teori kepribadian dalam perspektif islam 10 menjaga makanan yang dikonsumsi, karena sangat berpengaruh kepada perkembangan janin anak, diusahakan makan makanan yang halal. Dalam pemberian ASI Al Quran menganjurkan untuk meberikan ASI selama dua tahun, pemberian ASI ini menumbuhkan kasih sayang antara ibu dan anak, sehingga akan berpengaruh kepada perkembangan kepercayaan diri anak. Adapun tahap perkembangan agama yang terjadi pada individu sebagai berikut: 1. Anak (0-12) Anak-anak mulai mengenal tuhan melalui bahasa , kata-kata orang tua dan orang yang ada di lingkungan sekitarnya. Pendidikan agama dalam arti pembinanan kepribadian dapat dimulai sejak anak dalam kandungan. Mulai dari keluarga samapi guru. Orang tuda dan guru dapat menumbuhkembangkan keyakinan agama yang betul dan memperbaiki sikap yang salah . semakin besar seorang anak, maka semakin bertambah fungsi agama baginya, misalnya pada umur 10 tahun agama mempunyai fungsi modral dan social pada anak. 2. Masa remaja Pada masa remaja mereka mengalami keguncangan, untuk mengatasi berbagai masalah. Pada saat remaja pertumbuhan dan berkembangan telah sempurna, sehingga remaja dibebani dengan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan dapat menjalani fungsi hidupnya dengan baik. Pembinanan agama yang dilakukan kepada remaja bukanlah usaha yang dapat dilakukan dengan mudah tetapi memrlukan berbagai cara dan penguasaan ilmu sebagai bekal yang membawa mereka dekat dengan agama dan agama tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. F. Implikasi Teori Kepribadian Islam dalam Bimbingan dan Konseling Teori kepribadain dalam perspektif islam dalam bimbingan dan konseling memberikan peranan yang sangat penting, mencakup pengertian, prinsip, tujuan, fungsi dan sasaran konseling. Teori kepribadian dalam perspektif islam 11 Konseling islami merupakan paradigma baru dalam bimbingan dan konseling, konseling islami merupakan proses bantuan yang yang diberikan kepada individu atau kelompok supaya mendapatkan pencerahan diri, memahami serta mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupanya seharihari, yang ditandai dengan keshalehan diri dan kesalehan social. Imam Magid mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling islami memiliki beberapa prinsip diantaranya adalah kepercayaan, kerahasiaan, kecintaan berbuat baik, menciptakan sikap persaudaraan, memeperhatikan masalah-masalah kaum muslim, memahami budaya, adanya kerjasama antara ulama dan konselor, bertujuan untuk meningkatka keimanan dan ketaqwaan, dan menjadikan N Muhammad sebagai uswah hasanah. Tujuan bimbingan dan konseling islami berfokus kepada individu untuk menyadari jati dirinya sebagai hamba dan khalifah Allah, serta mampu mewujudkannya dengan beramal shaleh baik yang dilakukan langsung kepada Allah SWT atau berhubungan dengan manusia supaya mendapatkan kebahagiaan baik di dunia atau di akhirat. Fungsi bimbingan dan konseling islami diantaranya adalah membantu individu dalam mengenal dan memaham keadaan dirinya, sesuai dengan hakikatnya sehingga bisa tunduk dan patuh terhadap Allah SWT, membantu individu dalam menerima kondisi keadaan dirinya, baik kelebihan atau kekurangnnya, sehingga mendorong individu supaya terus berusaha. Konseor dalam membantu konselinya harus mengatahui bagaimana konsep bimbingan dan konseling islami. Hal yang paling penting dalam konseling tersebut adalah strategi yang digunakan oleh konselor tersebut juga kepribadian yang dapat dijadikan ebagi suri tauladan. Konselor harus beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki karakteristik pribadi yang baik, memiliki kemampuan yang professional serta mampu berinteraksi dengan masyarakat secara baik. Beberapa pakar psikologi seperti Carkhuff dan Truax (dalam Sofyan Willis: 2004:79) mengemukakan bahwa keefektifan konseling ditentukan oleh kualitas pribadi konselor tersebut. Teori kepribadian dalam perspektif islam 12 BAB III ANALISIS Nilai-nilai agama yang dianut klien merupakan satu hal yang perlu dipertimbangkan konselor dalam memberikan layanan konseling, sebab terutama klien yang fanatik dengan ajaran agamanya mungkin sangat yakin dengan pemecahan masalah pribadinya melalui nilai-nilai ajaran agamanya. Seperti dikemukakan oleh Bishop (1992:179) bahwa nilai-nilai agama (religius values) penting untuk dipertimbangkan oleh konselor dalam proses konseling, agar proses konseling terlaksana secara efektif. Gambaran data di atas menunjukkan pentingnya pengembangan landasan konseling yang berwawasan agama, terutama dalam rangka menghadapi klien yang kuat memegang nilai-nilai ajaran agamanya. Di dunia barat hal ini berkembang dengan apa yang disebut Konseling Pastoral (konseling berdasarkan nilai-nilai Al Kitab) di kalangan umat Kristiani. Ayat-ayat Al Qur’an banyak sekali yang mengandung nilai konseling, namun hal itu belum terungkap dan tersaji secara konseptual dan sistematis. Oleh karena itu kajian ini berusaha mengungkan ayat-ayat tersebut khususnya tentang hakikat manusia, pribadi sehat, dan pribadi tidak sehat, dan menyajikannya secara konseptual dan sistematis. Menurut konsep konseling, manusia itu pada hakikatnya adalah sebagai makhluk biologis, makhluk pribadi, dan makhluk social. Menurut konsep konseling, manusia sebagai makhluk biologis memiliki potensi dasar yang menentukan kepribadian manusia berupa insting. Manusia hidup pada dasarnya memenuhi tuntutan dan kebutuhan insting. Menurut konsep konseling seperti yang dikemukakan dalam Terapi Terpusat pada Pribadi, Terapi Eksistensial, Terapi Gestalt, Rasional Emotif Terapi, dan Terapi Realita. Manusia sebagai makhluk pribadi memiliki ciriciri kepribadian pokok sebagai berikut: (1) memiliki potensi akal untuk berpikir rasional dan mampu menjadi hidup sehat, kreatif, produktif dan efektif, tetapi juga ada kecendrungan dorongan berpikir tidak rasional (2) Teori kepribadian dalam perspektif islam 13 memiliki kesadaran diri, (3) memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan dan bertanggung jawab, (4) merasakan kecemasan sebagai bagian dari kondisi hidup, (5) memiliki kesadaran akan kematian dan ketiadaan, (6) selalu terlibat dalam proses aktualisasi diri. Berdasarkan keterangan ayat-ayat Al Qur’an, manusia mempunyai potensi akal untuk berpikir secara rasional dalam mengarahkan hidupnya ke arah maju dan berkembang (Al-Baqarah: 164,), memiliki kesadaran diri (assyu’ru) memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan serta tanggung. Sekalipun demikian, manusia juga memiliki kondisi kecemasan dalam hidupnya sebagai ujian dari Allah yang disebut al khauf (Al-Baqarah: 155), memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan fitrahnya kepada pribadi takwa Menurut konsep konseling, seperti yang diungkapkan dalam Terapi Adler, Terapi Behavioral, dan Terapi Transaksional, manusia sebagai memiliki sifat dan ciri-ciri pokok sebagai berikut: (1) manusia merupakan agen positif yang tergantung pada pengaruh lingkungan, tetapi juga sekaligus sebagai produser terhadap lingkungannya, (2) prilaku sangat dipengaruhi oleh kehidupan masa kanak-kanak, yaitu pengaruh orang tua (orang lain yang signifikan), (3) keputusan awal dapat dirubah atau ditinjau kembali, (4) selalu terlibat menjalin hubungan dengan orang lain dengan cinta kasih dan kekeluargaan. Sebagai makhluk sosial, Al Qur’an menerangkan bahwa sekalipun manusia memilikipotensi fitrah yang selalu menuntut kepada aktualisasi iman dan takwa, namun manusia tidak terbebas dari pengaruh lingkungan atau merupakan agen positif yang tergantung pada pengaruh lingkungan terutama pada usia anak-anak. Konsep konseling tidak ada menerangkan manusia sebagai makhluk religius. Sebagai makhluk religius manusia lahir sudah membawa fitrah, yaitu potensi nilai-nilai keimanan dan nilai-nilai kebenaran hakiki. Fitrah ini berkedudukan di kalbu, sehingga dengan fitrah ini manusia secara rohani akan selalu menuntut aktualisasi diri kepada iman dan takwa dimanapun manusia berada. Teori kepribadian dalam perspektif islam 14 Toeri kepribadian dalam perspektif islam membuka wacana baru dalam dunia bimbingan dan konseling yakni bimbingan dan konseling islami. Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan, fungsi, ruang lingkup, sasaran tersendiri, tetapi tidak jauh dari konsep bimbingan dan konseling secara umum, hanya ada beberapa penambaghan seperti karekteristik konselor dalam konseling islami. Konselor yang melakukan bimbingan dan konseling islami harus beriman kepada Allah SWT seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan. Bimbingan dan konseling islami sangat penting dilakukan karena banyak penelitian bahwa agama merupakan jalan menuju keutuhan sebagaimana yang dikatakan oleh Jung dalam dalam bukunya The Varietas of Religious Experience (dalam Jalaludin : 2003:212) mengemukakan bahwa pada semua pasienku pada paruhnya yang kedua-yakni berusia 35 tahun tidak ada seorang pun yang masalahnya akhirnya berkaitan dengan pencerahan pandangan religius. Tidak salah dikatakan bahwa semuanya jatuh sakit karena mereka tela kehilangan apa yang diberikan agama pada penganutnya pada setiap abad, dan tidak seorang pun dapat disembuhkan kalau tidak memperoleh kembali pandangan agamanya. Teori kepribadian dalam perspektif islam 15 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan yeng telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut . a. Konsep konseling tentang hakikat manusia, pribadi sehat, dan pribadi tidak sehat berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an, secara umum relevan dengan konsep konseling, hanya istilah penamaan atau terminologi yang berbeda, namun maksudnya selaras. b. Al Qur’an menerangkan bahwa manusia pada hakikatnya tidak hanya sebagai makhuk biologis, pribadi, dan sosial, tetapi juga sebagai makhluk religius. Begitu juga dengan pribadi sehat dan tidak sehat, tidak hanya mampu atau tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, tetapi juga terhadap Alah Swt. c. Satu hal yang berbeda secara mendasar, yaitu sifat pembawaan dasar manusia. Konsep konseling seperti yang dikemukakan oleh Freud menyatakan bahwa potensi dasar manusia yang merupakan sumber penentu kepribadian adalah insting. Sebaliknya, menurut kandungan ayatayat Al Qur’an bahwa potensi manusia yang paling mendasar adalah fitrah, yaitu nilai-nilai keimanan untuk beragama kepada agama Allah yang selalu menuntut untuk diaktualisasikan. d. Menurut kandungan ayat-ayat Al Qur’an, manusia itu pada hakikatnya adalah makhluk yang utuh dan sempurna, yaitu sebagai makhuk biologis, pribadi, sosial, dan makhluk religius (At Tin: 4). Manusia sebagai makhluk religius meliputi ketiga komponen lainnya, yaitu manusia sebagai makhluk biologis, pribadi dan sosial selalu terikat dengan nilai-nilai religius. e. Tipe kepribadian dalam Al Quran bisa digolongkan menjadi tiga yakni mukmim, kafir dan munafik dengan karekteristik yang berbeda Teori kepribadian dalam perspektif islam 16 f. Perkembangan kepribadian dimulai semenjak anak masih dalam kandungan, dengan berbagai perawatan, mendidikan, dan penanaman nilai agama g. Implikasi Teori kepribadian dalam perspektif islam membuka wacana baru dalam dunia bimbingan dan konseling yang dikenal dengan bimbingan dan konseling islami yang mencakup prinsip, tujuan, fungsi, sasaran dan ruang lingkup bimbingan dan konseling B. Rekomendasi Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, konsep konsling tentang hakikat manusia, pribadi sehat dan pribadi tidak sehat berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an ini bukan merupakan konsep yang sudah lengkap dan final dan dapat mewakili nilai kandungan ayat-ayat Al Qur’an secara utuh, maka untuk melengkapi dan menyempurnakan kajian ini disarankan kepada peneliti lain untuk meneruskan menggali dan meneliti konsep konseling berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an ini, baik memperluas atau memperdalam kajian dalam topik yang sama, atau meneruskan kepada konsep-konsep konseling yang lain, seperti proses terapiotik atau aplikasi prosedur dan teknik konseling. Teori kepribadian dalam perspektif islam 17 DAFTAR PUSTAKA Dept. Agama R.I Direktorat Kelembagaan Agama Islam: 2003. Islam Untuk Disiplin Ilmu Psikologi Drajat, Djakiah. 1990. Ilmu Jiwa Agama.Bulan Bintang : Jakarta Rakhmat, Jalaludin. 2002. Psikologi Agama Sebuah Pengantar. Rajawali Pers:Jakarta Qardawi,Yusuf.TaubatDariKemunafikan.Tersedia:www.alsofwah.or.id.zip\www.alsofwa h.or.id\kajian\index.phpd_sub=0157&sub=Kumunafikan(Nifaq)&article_title=Ped omanWanita Muslimah.html. (29 juni 2003) Hayat Abdul. Konsep Konseling Berdasarkan Ayat Ayat Al Quran Tentang Hakikat Manusia Pribadi Sehat Dan Peribadi Tidak Sehat. Tersedia di http//:www.dzikrullah.com. (5Sept 2007) Yahya, Harun.2001. Cara Cepat Meraih Keimanan.Goodword Book:New Delhi ---------------Memahami Allah Melalui http//:www.harunyahya.org(10Sept 2007) ---------------Menyingkap Rahsia Alam http//:www.harunyahya.org(10Sept 2007) Yusuf, Syamsu.Prof.Dr.L.N. M.Pd Juntika Kepribadian.Remaja Rosda Karya. Bandung Akal. Tersedia di Semesta. Tersedia di Nurihsan.Dr. M.Pd. 2007.Teori Yusuf, Syamsu.Prof.Dr.L.N.2003. Teori Kepribadian. Pustaka Bani Quraisi:Bandung Willis, Sofyan.Dr. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Alfabeta:Bandung Teori kepribadian dalam perspektif islam 18 Teori kepribadian dalam perspektif islam 19