BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepribadian

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kepribadian merupakan salah satu kajian psikologi yang membahas
tentang tingkah laku manusia. Beberapa ahli psikologi memberikan asumsi
tentang prilaku manusia tersebut sehingga muncul beberapa teori yang
menjadi dasar dalam tingkah laku manusia.
Beberapa temuan para ahli yang semakin beragam sehingga menjadikan
teori yang beragam pula. Keberagaman teori terebut didasarkan pada aspek
personal, kehidupan beragama, lingkungan social budaya, serta filsafat yang
dianut.
Teori-teori yang dikembangkan dalam budaya barat, yang tidak
menutup kemungkinan dalam batang tubuh teori tersebut terdapat nilai-nilai
sekulerisme, oleh karena itu pandangan tersebut sangat berbahaya apabila
direlisasikan oleh orang yang memiliki komitmen keimanan yang masih
lemah, bahkan sangat berbahaya apabila kajian tersebut didisfungsikan kepada
masyarakat.
Dalam penelitian Chalfant dan Heller pada tahun 1990, sebagaimana
dikutip oleh Gania (1994: 396) menyatakan bahwa sekitar 40 persen orang
yang mengalami kegelisahan jiwa lebih suka pergi meminta bantuan kepada
agamawan. Dengan demikian kajian tentang teori kepribadian dalam
perspektif islam merupakan hal yang sangat penting.
Teori kepribadian dalam perspektif islam, mengkaji tentang prilaku
manusia yang telah ditetapkan dalam Al Quran yang telah ditetapkan.
Semenjak 14 abad yang lalu
Al Quran telah mengkaji hakikat manusia,
kepribadian manusia, dan kini baru diploporkan oleh para ilmuan modern.
Teori kepribadian dalam perspektif islam dapat diimplikasikan dalam
bimbingan dan konseling, hal ini sejalan dengan konsep bimbingan dan
konseling islami.
Teori kepribadian dalam perspektif islam
1
B. Tujuan Penulisan
Makalah yang bertema teori kepribadian dalam perspektif islam ini
bertujuan untuk mempelajari kepribadian dalam perspektif islam, karena
banyak teori yang tidak sesuai dengan ajaran agama, khususnya agama islam.
Oleh karena itu rumusan dari tujuan penyusunan makalah teori kepribadian
dalam perspektif islam ini adalah :
1. Mengetahui hakekat manusia dalam perspektif islam
2. Mengetahui makna kepribadian
3. Mengetahui dinamika kepribadian
4. Dapat menyebutkan tipe-tipe kepribadian
5. Mengetahui perkembangan kepribadian
6. Mengimplikasikan teori kepribadian dalam pelayanan bimbimgan dan
konseling
C. Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, menghasilkan
beberapa pemikiran modern yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, oleh
karena itu untuk memperdalam kajian mengenai teori kepribadian dalam
perspektif islam, kami membahas permasalahan yang sekiranya penting untuk
dibahas diantaranya:
1. Bagaimana hakikat manusia?
2. Bagaimana makna kepribadian ?
3. Bagaimana dinamika kepribadian
4. Seperti apakah tipe-tipe kepribadian
5. Bagaimana perkembangan kepribadian?
6. Bagaimana implikasi teori kepribadian dalam perspektif islam terhadap
bimbingan dan konseling ?
Teori kepribadian dalam perspektif islam
2
D. Prosedur Penyelesaian Masalah
Dalam mengkaji masalah tersebut kami menggunakan berbagai metode
diantaranya :
1. Studi literature dengan mengambil rujukan dari berbagai sumber buku
yang relevan dengan pembahasan
2. Mencari berbagai informasi yang mendukung dari internet.
3. Mengupulkan artikel yang relevan dengan pokok pembahasan.
E. Sistematika Penulisan
BAB I
Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, tujuan
penyusunan, masalah, penyelesaian masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II Isi yang mencakup pembahasan yang disajikan
BAB III Analisis mencakup pemikiran dan pertimbangan terhadap konsep
yang dimiliki
BAB IV Kesimpulan dan Saran yang merangkum semua materi pembahasan .
Teori kepribadian dalam perspektif islam
3
BAB II
ISI
A. Hakikat Manusia dalam Perspektif Islam
Banyak sekali para ahli yang mendefinisikan tentang hakikat manusia,
dari sudut pandang yang sangat berbeda. menurut teori evolusi yang
dikemukakan oleh Carles Darwin dari Inggris bahwa manusia merupakan
individu yang merupakan hasil dari evolusi dari binatang yang sangat rendah.
Pemikiran tersebut jelas memiliki banyak kekurangan diantaranya, pemikiran
tersebut hanya bersumber dari sudut pandang biologis saja, tetapi manusia
memiliki dimensi yang sangat beragam diantaranya dimensi sejarah dan juga
dimensi simbolis. Oleh karena itu jelaslah bahwa pemikiran Carles Darwin
tidak filosofis karena tidak dapat membuktikan dimensi manusia secara
menyeluruh.
Salah satu tokoh modern yang meruntuhkan teori evolusi Carles
Darwin adalah Adnan Oktar yang sering dikenal dengan sebutan Harun
Yahya, dalam bukunya yang berjudul Memahami Allah Melalui Akal,
manusia mirip pabrik besar yang tercipta dari banyak mesin kecil yang
bekerja bersama-sama dengan keserasian yang sempurna. Sebagaimana
pabrik-pabrik yang memiliki perancang, insinyur, dan perencana, tubuh
manusia pun memiliki Pencipta Yang Agung.
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia
merupakan makhluk ciptaan Allah SWT, dan bukan terjadi dengan
sendirinya. Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna yang
dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), sebagaiman dalam sebuah hadist
diterangkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka
orang tuanya yang menjadikan yahudi dan nasrani atau majusi (H.R.
Muslim)
Manusia merupakan makhluk sosial, makhluk pribadi dan makhluk
religius. Melalui fitrahnya manusia memiliki kemampuan untuk menerima
nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, dan menjadikan agama
tersebut sebagai tolak ukur dalam perilakunya. (Syamsu Yusuf: 2007:211)
Teori kepribadian dalam perspektif islam
4
Agama merupakan yang membimbing kita kepada moral,
perilaku
dan
cara
hidup
yang
diridhai
Allah.
Allah
telah
menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa orang yang patuh kepada
agama berada di jalan yang benar, sedangkan yang lainnya akan
tersesat.
Dia yang dadanya terbuka untuk Islam mendapat cahaya dari
Tuhannya. Sungguh celaka orang -orang yang berkeras untuk tidak
mengingat Allah! Mereka dalam kesesatan yang nyata. (Surat az Zumar: 22)
Dengan agama tersebut manusia diembani tugas untuk senantiasa
beribadah, mengabdikan dirinya hanya kepada Allah SWT, sebagaimana
firman Allah : “Tidakkah aku menciptakan jin dan manusia hanya untuk
beribadah (Q.S. Adz-Dzariyat:56)”
Sebagai makhluk pribadi manusia mamiliki potensi akal dan hawa
nafsu, sehingga manusia bisa menetukan kecenderungan atau arah
perkembangan mereka, baik bersifat positif (beriman dan beramal shaleh),
juga bersikap negatif (musyrik, kufur, berbuat maksiat). Sebagaimana
diterangkan dalam Al Quran Surat Asy-Syamsu 8-10 “Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa manusia sifat fujur dan taqwa. Sungguh bahagia
orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh celaka orang yang mengotori
jiwanya.”
Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, apakah berbuat maksiat
kepada Allah SWT atau beriman kepada Allah SWT. Manusia memiliki
kemampuan untuk menyelaraskan arah perkembangannya yang sesuai dengan
tuntutan yang normatif, juga memiliki kemampuan untuk menjalani
kehidupan yang bersebrangan dengan nilai agama. Hal ini sesuai dengan
Firman Allah SWT dalam surat Ar-ra’du :11 “Sesungguhnya Allah SWT tidak
akan merubah suatu kaum, sehingga mereka mengubah dirinya sendiri.”
Manusia sebagai makhluk sosial yang bersikap altruis, memiliki potensi
untuk bersosialisasi dengan orang lain, berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungannya. Manusia diamanahi tugas oleh Allah SWT sebagai khalifah
Teori kepribadian dalam perspektif islam
5
dimuka bumi, yang bertanggung jawab menciptakan tatanan kehidupan yang
nyaman dan sejahtera serta mencegah pelecehan nilai-nilai kemanusiaan dan
peruksakan lingkungan hidup. Sebagaimana firman |Allah SWT “Dia telah
menciptakan kamu dari tanah, dan menugaskannu \untuk memakmurkannya.”
(Q.S. Hud:61)
B. Makna Kepribadian
Kepribadian merupakan merupakan asumsi terhadap tingkah laku
manusia. Tingkah laku manusa sangat kompleks, yang disebabkan oleh
beberapa factor, baik factor yang timbul didalam dirinya ataupun factor dari
lingkungan sekitar.
Kepribadian
menurut
Alport
(dalam
Syamsu
Yusuf:2007:4)
mengartikan kepribadian sebagai “personality is the dynamic organization
within the individual of those psychophysical system that determine his
unique adjustment to his environment.” kepribadian merupakan organisasi
yang dinamis dalam diri individu tentang system psikofisik yang menetukan
penyesuaian yang unik terhadap lingkungannya.
Kepribadian dalam perspektif islam sebagaimana yang diungkapkan
oleh Abdul Mujib (Dalam Syamsu Yusuf: 2007:212) merupakan satu
kesatuan integrasi dari sistem kalbu, akal dan hawa nafsu, yang menimbulkan
tingkah laku.
C. Dinamika Kepribadian
Manusia pada awalnya merupakan makhluk yang netral terdiri dari fisik
dan rohani. Dalam menjalani kehidupannya, tentu akan mengalami berbagai
gelombang. Ada yang menyenangkan dan adapula yang memberikan rasa
ketidaknyamanan. Hal ini menyebabkan manusia melakukan kebaikan atau
keburukan. Kesemuanya dapat terjadi dari dalam dirinya sendiri maupun
yang berasal dari luar dirinya atau lingkungan.
Dalam sebuah ayat Al-Quran dikatakan bahwa Allah mengilhamkan
kepada jiwa manusia, fujur (kefasikan/kedurjanaan), dan taqwa (QS. Asy-
Teori kepribadian dalam perspektif islam
6
Syamsu: 8). Oleh karena itu, dalam diri inidividu memiliki potensi yang
sama besar terhadap pribadi baik atau pribadi buruk. Semakin sering hal-hal
demikian terjadi dalam diri individu maka semakin terbentuk pola-pola
kepribadianya, tergantung bagaimana individu tersebut melakukan respon
terhadapnya.
Manifestasi dari bentuk-bentuk kepribadian individu dapat dilihat dari
perilakunya. Jikalau individu lebih menyukai mengisi jiwanya dengan hal-hal
yang tidak baik maka ia pun akan cendeung berperilaku buruk. Sebaliknya,
jika manusia lebih menyukai mengisi jiwanya dengan hal-hal yang baik maka
akan muncullah perilaku yang mulia, bernilai luhur dan disenangi.
Maka dari itu dalam sebuah ayat Allah berfirman: ”Sungguh
bahagialah orang yang menyuciklan jiwanya (qolbunya), dan sunggh
merugilah (celakalah) orang yang mengotorinya”.
Ayat ini sekaligus
memberikan perintah kepada kita bahwa dengan memilih membersihkan hati
maka kita akan senantiasa peka dan jauh dari perbuatan-perbuatan yang tidak
diridhloi Allah SWT.
Insya Allah dengan sedikit perjuangan dnn komitmen memperbaiki
diri, kita sebagai individu juga dapat mengembangkan kepribadian yang
bernafaskan Islam. Dan ganjarannya telah Allah beritakan dalam surat AlFajr: 27: 30 yang berbunyi ”Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada
Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridloi-Nya. Masuklah kepada jamaah
hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku”. Dari keseluruhan perilaku
yang muncul tersebut tentu sangat beragam. Pola yang sering muncul baru
dapat dinamakan sebagai kepribadian.
D. Tipe-Tipe Kepribadian
Kepribadian merupakan sesuatu yang sangnat unik, tidak ada
seseorang pun yang mempunyai kepribadian yang sama, antara satu dengan
yang lainnya, meskipun individu tersebut merupakan anak kembar yang
dilahirkan dari rahim yang sama. Oleh karena itu banyak para ahli yang
mengelompokan kepribadian menjadi beberapa kelompok yang sangat
berbeda dengan sudut pandang yang berbeda pula. Eduar Spangar (dalam
Syamsu Yusuf:23:99) yang membagi kepribadian menjadi enam tipe yakni
Teori kepribadian dalam perspektif islam
7
manusia teori, manusia ekonomi, manusia agama, manusia estetis dan
manusia moral.
Tetapi tipe-tipe dalam Al Quran dijelaskan bahwa kepribadian
manusia terbagi menjadi tiga bagian diantaranya adalah tipe mukmin, tipe
kafir dan tipe orang munafik.
1. Tipe Mukmin
Mukmin merupakan orang yang beriman. Iman secara etimologis
percaya, secangkan secara istilah iman diartikan sebagaipercaya kepada
Allah, yang diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh.
Seorang yang mukmin tidak hanya cukup mempercayai rukun iman
seperti iman kepada Allah SWT, malaikat, rasul-rasul, kitab, hari akhir,
qada dan qadar. Tetapi keimanan tersebut perlu diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari dengan
melaksanakan ibadah baik ibadah yang
berhubungan langsung dengan Allah SWT atau ibadah yang berhubungan
dengan manusia.
Mukmin dalam kehidupan sehari-hari mempunyai kecenderungan
dapat mengarahkan dirinya pada hal yang positif, karena seorang yang
memiliki keimanan yang kuat senantiasa merasa bahwa dirinya selalu
diawasi oleh Allah SWT.
Dalam kepribadiannya seorang mukin memiliki sifat jujur, qanaah,
adil, tawadlu, istiqamah, tidak putus asa dalam mencari rakhmat Allah
SWT, berani membela kebenaran, selalu bertafakur (memikirkan segala
penciptaan Allah SWT) dan sebagainya.
2. Tipe Kafir
Kafir, berasal dari kata dasar yang terdiri dari huruf kaf, fa' dan ra'.
Arti dasarnya adalah tertutup atau terhalang. Secara istilah, kafir berarti
terhalang dari petunjuk Allah Orang kafir adalah orang yang tidak
mengikuti pentunjuk Allah SWT karena petunjuk tsb terhalang darinya.
Kafir adalah lawan dari iman. Dalam Quran terutama surah an-Nuur, Allah
SWT menganalogikan kekafiran dengan kegelapan, dan keimanan dengan
terang benderang, serta petunjuk (huda) sebagai cahaya.
Teori kepribadian dalam perspektif islam
8
Karakteristik orang yang beriman diantaranya tidak mempercayai
adanya Allah SWT dan rukun iman yang lainnya,menolak beribadah
kepada Allah SWT, dzalim, selalu mengajak kepada kemungkaran,
membenci orang mukmin, dan tidak menggunakan pikirnnya untuk
bersyukur kepada Allah SWT.
3. Tipe Munafik
Orang yang
munafik senantiasa sembunyi-sembunyi dalam
melanggar perintah Allah SWT. Orang munafik bersifat ragu-ragu dalam
beriman, menolak beribadah kepada Allah SWT, dzalim, memusuhi orang
yang beriman, tidak takut kepada Allah SWT,tidak menggunakan akal
pikirnnya untuk bersyukur kepada Allah SWT.
Orang munafik selalu mempermainkan dan menipu Allah dan RasulNya, dan mereka malas menjalankan kewajiban-kewajiban agama dan lalai
dari berdzikir kepada Allah SWT:
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan Shalat) di hadapan
manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.
Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir):
tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula)
kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan
Allah , maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi
petunjuk) baginya." (QS. an-Nisa: 142-143).
E. Perkembangan Kepribadian
Manusia merupakan makhluk yang anugrahi potensi akal, hati nuran
dan hawa nafsu. Dengan ketiga potensi tersebut manusia bisa mengarahkan
dirinya, mengembangkan potensinya. Manusia diberi fitrah untuk beragama,
agama tersebut dapat dijadikan sebagai pegangan dalam mengarahkan
kehidupannya. Dalam mengarahkan kepribadiannya tersebut bergantung
kepada pengalaman hidup serta interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan
Teori kepribadian dalam perspektif islam
9
pertama yang dijadikan acuan dalam perkembangan kepribadian tersebut
adalah lingkungan keluarga.
Perkembangan
kepribadian
seseorang
diawali
atas
berbagai
keunggulan dan kelemahan pribadi baik potensi maupun aktualisasi diri
seperti kemampuan, sifat, menumbuhkan hal positif danmengurangi hal
negative. Adapun proses perkembangan kepribadian dapat terjadi dengan cara
sebagai berikut, antara lain :
1. Dilakukan dengan sendirian dengan memfungsikan perenungan dan
mawas diri tanpa melibatkan orang lain
2. Dilakukan dalam bentuk kelompok dengan memanfaatkan umpan balik
dan dukungan sesame anggota kelompok
3. Dapat terjadi secara ilmiah artinya seseorang sejak kecil terbiasa hidup
dalam lingkungan yang sehat dan mendapat pendidikan serta suri tauladan
yang baik
4. Dapat dikembanngkan melalui usaha secara sadar dan sengaja dilakukan
untuk
meningkatkan
berbagai
kualitas
pribadi
positif
sekaligus
mengurangi hal-hal yang negative (Bastaman, 101 dan 108-109)
Kepribadian seseorang mulai dibina ketika masih dalam kandungan
ketika dilakukan oleh seorang ibu yang mengaji ketika mengandung.
Pengetahuan agama sangat mempengaruhi kepribadian seseorang bagi
seorang muslim untuk mengembangkan kepribadian telah mendapatkan
kemudahan karena terdapatnya anugrah tuhan berupa Al Quran dan Al Hadis
sebagai petunjuk dan suri tauladan bagi kehidupan.
Menurut
Zakiyah
Daradjat
(1990),
mengemukakan
bahwa
perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan
pengalaman yang dilaluinya. Dalam pembinaan kepribadian pada anak, anak
harus dibina oleh orang tua dengan pembiasaan dan pelatihan sejak kecil,
karena pembiasaan yang dilakukan akan memasukan unsure unsure positif
dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.
Pengalaman hidup yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya bisa
berupa perawatan, juga pendidikan. Pada saat mengandung sorang ibu harus
Teori kepribadian dalam perspektif islam
10
menjaga makanan yang dikonsumsi, karena sangat berpengaruh kepada
perkembangan janin anak, diusahakan makan makanan yang halal. Dalam
pemberian ASI Al Quran menganjurkan untuk meberikan ASI selama dua
tahun, pemberian ASI ini menumbuhkan kasih sayang antara ibu dan anak,
sehingga akan berpengaruh kepada perkembangan kepercayaan diri anak.
Adapun tahap perkembangan agama yang terjadi pada individu
sebagai berikut:
1. Anak (0-12)
Anak-anak mulai mengenal tuhan melalui bahasa , kata-kata orang tua dan
orang yang ada di lingkungan sekitarnya. Pendidikan agama dalam arti
pembinanan kepribadian dapat dimulai sejak anak dalam kandungan.
Mulai dari keluarga samapi guru. Orang tuda dan guru dapat
menumbuhkembangkan keyakinan agama yang betul dan memperbaiki
sikap yang salah . semakin besar seorang anak, maka semakin bertambah
fungsi agama baginya, misalnya pada umur 10 tahun agama mempunyai
fungsi modral dan social pada anak.
2. Masa remaja
Pada masa remaja mereka mengalami keguncangan, untuk mengatasi
berbagai masalah. Pada saat remaja pertumbuhan dan berkembangan telah
sempurna, sehingga remaja dibebani dengan tanggung jawab terhadap
dirinya sendiri dan dapat menjalani fungsi hidupnya dengan baik.
Pembinanan agama yang dilakukan kepada remaja bukanlah usaha yang
dapat dilakukan dengan mudah tetapi memrlukan berbagai cara dan
penguasaan ilmu sebagai bekal yang membawa mereka dekat dengan
agama dan agama tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
F. Implikasi Teori Kepribadian Islam dalam Bimbingan dan Konseling
Teori kepribadain dalam perspektif islam dalam bimbingan dan
konseling memberikan peranan yang sangat penting, mencakup pengertian,
prinsip, tujuan, fungsi dan sasaran konseling.
Teori kepribadian dalam perspektif islam
11
Konseling islami merupakan paradigma baru dalam bimbingan dan
konseling, konseling islami merupakan proses bantuan yang yang diberikan
kepada individu atau kelompok supaya mendapatkan pencerahan diri,
memahami serta mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupanya seharihari, yang ditandai dengan keshalehan diri dan kesalehan social.
Imam Magid mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling
islami memiliki beberapa prinsip diantaranya adalah kepercayaan,
kerahasiaan, kecintaan berbuat baik, menciptakan sikap persaudaraan,
memeperhatikan masalah-masalah kaum muslim, memahami budaya,
adanya
kerjasama
antara
ulama
dan
konselor,
bertujuan
untuk
meningkatka keimanan dan ketaqwaan, dan menjadikan N Muhammad
sebagai uswah hasanah.
Tujuan bimbingan dan konseling islami berfokus kepada individu
untuk menyadari jati dirinya sebagai hamba dan khalifah Allah, serta mampu
mewujudkannya dengan beramal shaleh baik yang dilakukan langsung
kepada Allah SWT atau berhubungan dengan manusia supaya mendapatkan
kebahagiaan baik di dunia atau di akhirat.
Fungsi bimbingan dan konseling islami diantaranya adalah membantu
individu dalam mengenal dan memaham keadaan dirinya, sesuai dengan
hakikatnya sehingga bisa tunduk dan patuh terhadap Allah SWT, membantu
individu dalam menerima kondisi keadaan dirinya, baik kelebihan atau
kekurangnnya, sehingga mendorong individu supaya terus berusaha.
Konseor dalam membantu konselinya harus mengatahui bagaimana
konsep bimbingan dan konseling islami. Hal yang paling penting dalam
konseling tersebut adalah strategi yang digunakan oleh konselor tersebut juga
kepribadian yang dapat dijadikan ebagi suri tauladan. Konselor harus beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki karakteristik pribadi yang baik,
memiliki kemampuan yang professional serta mampu berinteraksi dengan
masyarakat secara baik. Beberapa pakar psikologi seperti Carkhuff dan Truax
(dalam Sofyan Willis: 2004:79) mengemukakan bahwa keefektifan konseling
ditentukan oleh kualitas pribadi konselor tersebut.
Teori kepribadian dalam perspektif islam
12
BAB III
ANALISIS
Nilai-nilai agama yang dianut klien merupakan satu hal yang perlu
dipertimbangkan konselor dalam memberikan layanan konseling, sebab
terutama klien yang fanatik dengan ajaran agamanya mungkin sangat yakin
dengan pemecahan masalah pribadinya melalui nilai-nilai ajaran agamanya.
Seperti dikemukakan oleh Bishop (1992:179) bahwa nilai-nilai agama
(religius values) penting untuk dipertimbangkan oleh konselor dalam proses
konseling, agar proses konseling terlaksana secara efektif.
Gambaran data di atas menunjukkan pentingnya pengembangan
landasan konseling yang berwawasan agama, terutama dalam rangka
menghadapi klien yang kuat memegang nilai-nilai ajaran agamanya. Di dunia
barat hal ini berkembang dengan apa yang disebut Konseling Pastoral
(konseling berdasarkan nilai-nilai Al Kitab) di kalangan umat Kristiani.
Ayat-ayat Al Qur’an banyak sekali yang mengandung nilai konseling,
namun hal itu belum terungkap dan tersaji secara konseptual dan sistematis.
Oleh karena itu kajian ini berusaha mengungkan ayat-ayat tersebut khususnya
tentang hakikat manusia, pribadi sehat, dan pribadi tidak sehat, dan
menyajikannya secara konseptual dan sistematis.
Menurut konsep konseling, manusia itu pada hakikatnya adalah
sebagai makhluk biologis, makhluk pribadi, dan makhluk social. Menurut
konsep konseling, manusia sebagai makhluk biologis memiliki potensi dasar
yang menentukan kepribadian manusia berupa insting. Manusia hidup pada
dasarnya memenuhi tuntutan dan kebutuhan insting.
Menurut konsep konseling seperti yang dikemukakan dalam Terapi
Terpusat pada Pribadi, Terapi Eksistensial, Terapi Gestalt, Rasional Emotif
Terapi, dan Terapi Realita. Manusia sebagai makhluk pribadi memiliki ciriciri kepribadian pokok sebagai berikut: (1) memiliki potensi akal untuk
berpikir rasional dan mampu menjadi hidup sehat, kreatif, produktif dan
efektif, tetapi juga ada kecendrungan dorongan berpikir tidak rasional (2)
Teori kepribadian dalam perspektif islam
13
memiliki kesadaran diri, (3) memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan
dan bertanggung jawab, (4) merasakan kecemasan sebagai bagian dari
kondisi hidup, (5) memiliki kesadaran akan kematian dan ketiadaan, (6)
selalu terlibat dalam proses aktualisasi diri.
Berdasarkan keterangan ayat-ayat Al Qur’an, manusia mempunyai
potensi akal untuk berpikir secara rasional dalam mengarahkan hidupnya ke
arah maju dan berkembang (Al-Baqarah: 164,), memiliki kesadaran diri (assyu’ru) memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan
serta tanggung.
Sekalipun demikian, manusia juga memiliki kondisi kecemasan dalam
hidupnya sebagai ujian dari Allah yang disebut al khauf (Al-Baqarah: 155),
memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan fitrahnya kepada pribadi
takwa
Menurut konsep konseling, seperti yang diungkapkan dalam Terapi
Adler, Terapi Behavioral, dan Terapi Transaksional, manusia sebagai
memiliki sifat dan ciri-ciri pokok sebagai berikut: (1) manusia merupakan
agen positif yang tergantung pada pengaruh lingkungan, tetapi juga sekaligus
sebagai produser terhadap lingkungannya, (2) prilaku sangat dipengaruhi oleh
kehidupan masa kanak-kanak, yaitu pengaruh orang tua (orang lain yang
signifikan), (3) keputusan awal dapat dirubah atau ditinjau kembali, (4) selalu
terlibat menjalin hubungan dengan orang lain dengan cinta kasih dan
kekeluargaan.
Sebagai makhluk sosial, Al Qur’an menerangkan bahwa sekalipun
manusia memilikipotensi fitrah yang selalu menuntut kepada aktualisasi iman
dan takwa, namun manusia tidak terbebas dari pengaruh lingkungan atau
merupakan agen positif yang tergantung pada pengaruh lingkungan terutama
pada usia anak-anak. Konsep konseling tidak ada menerangkan manusia
sebagai makhluk religius. Sebagai makhluk religius manusia lahir sudah
membawa fitrah, yaitu potensi nilai-nilai keimanan dan nilai-nilai kebenaran
hakiki. Fitrah ini berkedudukan di kalbu, sehingga dengan fitrah ini manusia
secara rohani akan selalu menuntut aktualisasi diri kepada iman dan takwa
dimanapun manusia berada.
Teori kepribadian dalam perspektif islam
14
Toeri kepribadian dalam perspektif islam membuka wacana baru
dalam dunia bimbingan dan konseling yakni bimbingan dan konseling islami.
Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan, fungsi, ruang lingkup, sasaran
tersendiri, tetapi tidak jauh dari konsep bimbingan dan konseling secara
umum, hanya ada beberapa penambaghan seperti karekteristik konselor dalam
konseling islami. Konselor yang melakukan bimbingan dan konseling islami
harus beriman kepada Allah SWT seperti yang telah dijelaskan dalam
pembahasan.
Bimbingan dan konseling islami sangat penting dilakukan karena
banyak penelitian bahwa agama merupakan jalan menuju keutuhan
sebagaimana yang dikatakan oleh Jung dalam dalam bukunya The Varietas of
Religious Experience (dalam Jalaludin : 2003:212) mengemukakan bahwa
pada semua pasienku pada paruhnya yang kedua-yakni berusia 35 tahun tidak
ada seorang pun yang masalahnya akhirnya berkaitan dengan pencerahan
pandangan religius. Tidak salah dikatakan bahwa semuanya jatuh sakit karena
mereka tela kehilangan apa yang diberikan agama pada penganutnya pada
setiap abad, dan tidak seorang pun dapat disembuhkan kalau tidak
memperoleh kembali pandangan agamanya.
Teori kepribadian dalam perspektif islam
15
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan yeng telah dikemukakan,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut .
a. Konsep konseling tentang hakikat manusia, pribadi sehat, dan pribadi
tidak sehat berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an, secara umum relevan dengan
konsep konseling, hanya istilah penamaan atau terminologi yang berbeda,
namun maksudnya selaras.
b. Al Qur’an menerangkan bahwa manusia pada hakikatnya tidak hanya
sebagai makhuk biologis, pribadi, dan sosial, tetapi juga sebagai makhluk
religius. Begitu juga dengan pribadi sehat dan tidak sehat, tidak hanya
mampu atau tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan, tetapi juga terhadap Alah Swt.
c. Satu hal yang berbeda secara mendasar, yaitu sifat pembawaan dasar
manusia. Konsep konseling seperti yang dikemukakan oleh Freud
menyatakan bahwa potensi dasar manusia yang merupakan sumber
penentu kepribadian adalah insting. Sebaliknya, menurut kandungan ayatayat Al Qur’an bahwa potensi manusia yang paling mendasar adalah
fitrah, yaitu nilai-nilai keimanan untuk beragama kepada agama Allah
yang selalu menuntut untuk diaktualisasikan.
d. Menurut kandungan ayat-ayat Al Qur’an, manusia itu pada hakikatnya
adalah makhluk yang utuh dan sempurna, yaitu sebagai makhuk biologis,
pribadi, sosial, dan makhluk religius (At Tin: 4). Manusia sebagai
makhluk religius meliputi ketiga komponen lainnya, yaitu manusia sebagai
makhluk biologis, pribadi dan sosial selalu terikat dengan nilai-nilai
religius.
e. Tipe kepribadian dalam Al Quran bisa digolongkan menjadi tiga yakni
mukmim, kafir dan munafik dengan karekteristik yang berbeda
Teori kepribadian dalam perspektif islam
16
f. Perkembangan kepribadian dimulai semenjak anak masih dalam
kandungan, dengan berbagai perawatan, mendidikan, dan penanaman nilai
agama
g. Implikasi Teori kepribadian dalam perspektif islam membuka wacana baru
dalam dunia bimbingan dan konseling yang dikenal dengan bimbingan dan
konseling islami yang mencakup prinsip, tujuan, fungsi, sasaran dan ruang
lingkup bimbingan dan konseling
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, konsep konsling
tentang hakikat manusia, pribadi sehat dan pribadi tidak sehat berdasarkan
ayat-ayat Al Qur’an ini bukan merupakan konsep yang sudah lengkap dan
final dan dapat mewakili nilai kandungan ayat-ayat Al Qur’an secara utuh,
maka untuk melengkapi dan menyempurnakan kajian ini disarankan kepada
peneliti lain untuk meneruskan menggali dan meneliti konsep konseling
berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an ini, baik memperluas atau memperdalam
kajian dalam topik yang sama, atau meneruskan kepada konsep-konsep
konseling yang lain, seperti proses terapiotik atau aplikasi prosedur dan
teknik konseling.
Teori kepribadian dalam perspektif islam
17
DAFTAR PUSTAKA
Dept. Agama R.I Direktorat Kelembagaan Agama Islam: 2003. Islam Untuk
Disiplin Ilmu Psikologi
Drajat, Djakiah. 1990. Ilmu Jiwa Agama.Bulan Bintang : Jakarta
Rakhmat, Jalaludin. 2002. Psikologi Agama Sebuah Pengantar. Rajawali
Pers:Jakarta
Qardawi,Yusuf.TaubatDariKemunafikan.Tersedia:www.alsofwah.or.id.zip\www.alsofwa
h.or.id\kajian\index.phpd_sub=0157&sub=Kumunafikan(Nifaq)&article_title=Ped
omanWanita Muslimah.html. (29 juni 2003)
Hayat Abdul. Konsep Konseling Berdasarkan Ayat Ayat Al Quran Tentang Hakikat
Manusia Pribadi Sehat Dan Peribadi Tidak Sehat. Tersedia di
http//:www.dzikrullah.com. (5Sept 2007)
Yahya, Harun.2001. Cara Cepat Meraih Keimanan.Goodword Book:New Delhi
---------------Memahami
Allah
Melalui
http//:www.harunyahya.org(10Sept 2007)
---------------Menyingkap
Rahsia
Alam
http//:www.harunyahya.org(10Sept 2007)
Yusuf, Syamsu.Prof.Dr.L.N. M.Pd
Juntika
Kepribadian.Remaja Rosda Karya. Bandung
Akal.
Tersedia
di
Semesta.
Tersedia
di
Nurihsan.Dr.
M.Pd.
2007.Teori
Yusuf, Syamsu.Prof.Dr.L.N.2003. Teori Kepribadian. Pustaka Bani Quraisi:Bandung
Willis, Sofyan.Dr. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Alfabeta:Bandung
Teori kepribadian dalam perspektif islam
18
Teori kepribadian dalam perspektif islam
19
Download