PENGARUH SENSASI DAN REPETISI IKLAN TERHADAP EFEKTIVITAS IKLAN MEDIA TELEVISI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh : ELFINA PUTRI FAJ’RI B 100 100 272 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 1 PENGARUH SENSASI DAN REPETISI IKLAN TERHADAP EFEKTIVITAS IKLAN MEDIA TELEVISI Oleh: Elfina Putri Faj’ri ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sensasi dan repetisi iklan secara bersama-sama terhadap efektivitas iklan media televisi. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi penelitian di masa mendatang yang meneliti mengenai sensasi iklan dan repetisinya dan memberikan kontribusi bagi para praktisi iklan di media televisi dan audio visual lainnya. Penelitian ini menggunakan desain survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kota Surakarta. Sampel dalam penelitian ini diambil 100 masyarakat Kota Surakarta sebagai sampel penelitian dengan purposive sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Adapun analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengaruh sensasi iklan (X1) terhadap efektivitas iklan media televisi diperoleh nilai thitung sebesar 5,716. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (5,716 > 1,985) dengan probabilitas 0,000 < 0,05; maka H0 ditolak, yang berarti bahwa sensasi iklan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas iklan media televisi. Pengaruh repetisi iklan (X2) terhadap efektivitas iklan media televisi diperoleh nilai thitung sebesar 4,803. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (4,803 > 1,985) dengan probabilitas 0,000 < 0,05; maka H0 ditolak, yang berarti bahwa repetisi iklan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas iklan media televisi. Berdasarkan hasil analisis uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar 95,203 > 3,07 dengan probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, hal ini berarti bahwa sensasi dan repetisi iklan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap efektivitas iklan media televisi. Kata kunci: sensasi iklan, repetisi, efektivitas iklan volume penjualan secara signifikan setelah PENDAHULUAN Maraknya iklan dengan media audio visual perusahaan menginformasikan inovasi suatu produk mempertimbangkan penyusunan strategi (news advertising) dan iklan-iklan yang iklan yang efektif. Pertimbangan ini mereknya baru (small brands) (Riskey, didasarkan pada efektifitas media audio 1997). visual ini menyebabkan penayangan iklan, terutama iklan yang dalam membangkitkan emosi Iklan yang ditayangkan akan seseorang. Adanya faktor emosi yang memberikan stimulus pada konsumen. muncul dibuktikan dengan meningkatnya Stimulus yang diterima ini akan 2 mengalami pengolahan informasi dalam Emosi yang muncul itu disebabkan diri konsumen. Ada lima tahap pengolahan karena tanggapan atau persepsi konsumen informasi, yaitu pemaparan, perhatian, setelah menyaksikan penayangan iklan. pemahaman, penerimaan, dan retensi. Persepsi terhadap tayangan iklan di televisi Menurut Mowen dan Minor (2002), didasarkan pada beberapa aspek yakni tahapan pemaparan, pemahaman persepsi. perhatian, dan sesuai latar belakang budaya, pengalaman tahapan dari masa lalu, nilai-nilai yang dianut dan merupakan Pada tahap pemaparan, berita-berita yang berkembang yang konsumen menerima stimulus yang berasal mempengaruhi dalam penerimaan pesan dari konsumen iklan. Ini menjadi berbeda, karena persepsi merasakan sensasi, yaitu respon langsung sifatnya subyektif terhadap suatu objek. dan cepat dari panca indera terhadap Persepsi merupakan stimulus individu dalam produsen, yang sehingga datang, seperti iklan, proses proses interna menyeleksi, kemasan atau merek (Sumarwan, 2004). mengevaluasi dan mengatur stimuli yang Mowen dan Minor (2002) mengemukakan datang dari luar. Proses persepsi dapat bahwa persepsi akan memiliki hubungan diperoleh dari mendengar, melihat dan timbal pemrosesan merasakan, dalam mengikuti tayangan. informasi. Tingkat keterlibatan, memori, Dengan demikian persepsi merupakan dan proses bagaimana stimuli (rangsangan) itu balik terhadap persepsi pemrosesan akan mempengaruhi informasi. Sebaliknya, diseleksi, diorganisasi dan persepsi pun timbul sebagai hasil dari diinterpretasikan. Karena setiap stimuli pemrosesan melalui yang menarik perhatian masyarakat baik interpretasi dan pemaknaan rangsangan. disadari maupun tidak disadari akan Pada tahap pemaparan stimulus, konsumen diinterpretasikan oleh masyarakat dalam menerima panca bentuk sensasi iklan (Triyono, 2012). perhatian, Sensasi adalah bagian dari persepsi, informasi informasi inderanya. Pada yaitu melalui tahap konsumen akan mengalokasikan kapasitas walaupun pemrosesan rangsangan. informasi indrawi tidak hanya melibatkan Akhirnya, konsumen akan menyusun dan sensasi, tetapi juga atesi, ekspektasi, menterjemahkan informasi motivasi dan memori (Jalaludin Rakhmat, memberikan terhadap tersebut yang menjadi arti disebut untuk informasi sebagai begitu, menafsirkan makna 2005). tahap Repetisi atau pengulangan pesan pemahaman yang melibatkan panca indera. suatu iklan dapat menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku 3 konsumen (Kardes, 2001). Suatu pesan kebingungan yang tinggi, tingkat sama yang senantiasa diulang-ulang pada penerapan yang cepat berlalu dan audiens akhirnya akan berakibat diingatnya pesan kurang mempunyai daya seleksi. tersebut. Para peneliti berpendapat bahwa pengulangan itu ada batasnya, dimana TINJAUAN PUSTAKA Iklan Televisi jumlah optimumnya adalah tiga kali, lebih Salah satu media yang digunakan dari tiga kali akan membuatnya mubazir. dalam periklanan adalah televisi. TV Ini theory merupakan media yang dipercaya paling (Schiffman dan Kanuk, 2000), yang efektif untuk beriklan. Walaupun biaya mencakup: membuat yang harus dikeluarkan jauh lebih mahal konsumen sadar terhadap produk. Akan daripada media lain, para pemasar tetap tetapi banyak ingin produknya bisa dipromosikan lewat pengulangan dapat menimbulkan efek media televisi. Tidak heran bila saat ini yang merugikan, yaitu sesudah melalui iklan tertentu pengulangan, maka pengulangan terutama program yang banyak ditonton tambahan atau tayang pada prime time. yang disebut three-hit sekali jelas untuk bahwa terlalu mungkin mengurangi keefektifan iklan. periklanan, keunikan yakni demonstratif, televisi sangat tetapi dianggap televisi, memiliki sumber pendapatan. Semakin banyak iklan, pendapatan yang diperoleh juga personal dan semakin besar. Namun, tidak demikian mahal dan dengan penontonnya. Semakin banyak penyebab iklan, penonton semakin tidak senang dalam karena terganggu. Tidak sedikit yang juga sebagai ketidakteraturan acara-acara Bagi stasiun televisi, iklan adalah Menurut Shimp (2003), sebagai media menyesaki (clutter) persaingan. langsung beralih ke channel TV lain begitu Para konsumen menganggap televisi jeda iklan muncul di tengah acara yang sebagai media yang paling kacau (clutter) sedang dinikmatinya. Berdasarkan hasil dari semua media iklan. Menurut Setiadi riset yang dilakukan terhadap pemirsa TV (2003), keunggulan media televisi adalah di Amerika (Rizal dan Furinto, 2009), informasi dan sebagian besar responden tidak tertarik gambar yang bergerak, menarik untuk melihat iklan dan memilih menghindar ditonton, perhatian tinggi dan jangkauan dengan mengganti channel lain. Meskipun yang luas. Sedang keterbatasan televisi demikian, ada juga yang menurut pemirsa sebagai media iklan adalah biaya tinggi, iklan tersebut menarik. Semua ini tentunya bisa dilihat, didengar 4 merupakan tantangan bagi para marketer, pemrosesan bagaimana membuat iklan yang menarik Akhirnya, konsumen akan menyusun dan sekaligus diingat terus oleh konsumen. menterjemahkan informasi Sensasi Iklan memberikan terhadap Iklan yang ditayangkan akan memberikan stimulus pada konsumen. Stimulus yang diterima arti yang disebut rangsangan. untuk informasi sebagai tahap pemahaman yang melibatkan panca indera. akan Emosi yang muncul itu disebabkan mengalami pengolahan informasi dalam karena tanggapan atau persepsi konsumen diri konsumen. Ada lima tahap pengolahan setelah menyaksikan penayangan iklan. informasi, yaitu pemaparan, perhatian, Persepsi terhadap tayangan iklan di televisi pemahaman, penerimaan, dan retensi. didasarkan pada beberapa aspek yakni Menurut Mowen dan Minor (2002), sesuai latar belakang budaya, pengalaman tahapan pemaparan, pemahaman persepsi. perhatian, dan masa lalu, nilai-nilai yang dianut dan tahapan dari berita-berita merupakan Pada ini tersebut menjadi tahap yang berkembang yang pemaparan, mempengaruhi dalam penerimaan pesan konsumen menerima stimulus yang berasal iklan. Ini menjadi berbeda, karena persepsi dari sifatnya subyektif terhadap suatu objek. produsen, sehingga konsumen merasakan sensasi, yaitu respon langsung Persepsi merupakan dan cepat dari panca indera terhadap individu dalam stimulus iklan, mengevaluasi dan mengatur stimuli yang kemasan atau merek (Sumarwan, 2004). datang dari luar. Proses persepsi dapat Mowen dan Minor (2002) mengemukakan diperoleh dari mendengar, melihat dan bahwa persepsi akan memiliki hubungan merasakan, dalam mengikuti tayangan. timbal pemrosesan Dengan demikian persepsi merupakan informasi. Tingkat keterlibatan, memori, proses bagaimana stimuli (rangsangan) itu dan diseleksi, yang balik datang, terhadap persepsi pemrosesan seperti akan mempengaruhi proses interna menyeleksi, diorganisasi dan Sebaliknya, diinterpretasikan. Karena setiap stimuli persepsi pun timbul sebagai hasil dari yang menarik perhatian masyarakat baik pemrosesan melalui disadari maupun tidak disadari akan interpretasi dan pemaknaan rangsangan. diinterpretasikan oleh masyarakat dalam Pada tahap pemaparan stimulus, konsumen bentuk sensasi iklan (Triyono, 2012). menerima Sensasi adalah bagian dari persepsi, inderanya. informasi. proses informasi informasi Pada yaitu melalui tahap panca perhatian, konsumen akan mengalokasikan kapasitas walaupun begitu, menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan 5 sensasi, tetapi juga atesi, ekspektasi, pengulangan meningkatkan niat beli dalam motivasi dan memori (Jalaludin Rakhmat, iklan low-price convenience goods tetapi 2005). tidak untuk high-price shopping goods. Repetisi (Pengulangan Iklan) Namun studi menggunakan iklan televisi Repetisi atau pengulangan pesan memiliki efek positif pengulangan. suatu iklan dapat menyebabkan perubahan Dimana pengulangan suatu pesan iklan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku merupakan suatu strategi untuk mendekati konsumen (Kardes, 2001). Suatu pesan khalayak sasaran. Karena suatu pesan yang sama yang senantiasa diulang-ulang pada sama yang senantiasa diulang-ulang pada akhirnya akan berakibat diingatnya pesan akhirnya akan berakibat diingatnya pesan tersebut. tersebut. Para peneliti berpendapat bahwa Indriyanti dan Ilhalauw pengulangan itu ada batasnya, dimana menyatakan jumlah optimumnya adalah tiga kali, lebih cukup dari tiga kali akan membuatnya mubazir. perhatian, menimbulkan Ini keinginan dan yang disebut three-hit theory pengulangan berpengaruh (2002) pesan dalam menarik rasa mendorong iklan tertarik, konsumen (Schiffman dan Kanuk, 2000), yang untuk melakukan tindakan pembelian. mencakup: Karena hakikatnya suatu pesan yang sama sekali untuk membuat konsumen sadar terhadap produk. Akan yang tetapi akhirnya akan berakibat diingatnya iklan jelas bahwa terlalu banyak pengulangan dapat menimbulkan efek senantiasa diulang-ulang pada tersebut yang merugikan, yaitu sesudah umlali Fenomena ini disebut kejemuan tertentu pengulangan, maka pengulangan akan tambahan (Schiffman dan Kanuk, 2000). Kejemuan mungkin mengurangi keefektifan iklan. Teori iklan (advertising wearout) dapat terjadai karena dua alasan. Pertama, advertising media konsumen mungkin benar-benar berhenti menyebutkan, iklan akan memberikan memperhatikan suatu iklan sesudah hasil efektif apabila disampaikan pada beberapa kali ditayangkan. Sebagai tingkat altematif, konsumen frekuensi efektif, kemudian mungkin terus menerpa pemirsa dalam jumlah efektif, menaruh perhatian, tetapi mereka menjadi serta seharusnya ditampilkan pada masa lebih pembelian kejemuan melihat iklan yang berulang- berlangsung (Sihombing, 2010). Dalam penelitiannya Ray et al (dalam Indiarto, 2006) menemukan bahwa argumentatif sebagai ulang (Hawkins et.al. 1998). akibat 6 Tidak hanya pengulangan pesan ditonton, perhatian tinggi dan jangkauan sebagai proses pembelajaran, tetapi juga yang luas. Sedang keterbatasan televisi model yang digunakan oleh iklan mampu sebagai media iklan adalah biaya tinggi, membuat konsumen mengingat pesan yang kebingungan disampaikan bahkan mengikuti perilaku penerapan yang cepat berlalu dan audiens model tersebut. Dalam ha1 ini, biasanya kurang mempunyai daya seleksi. konsumen bahwa mempunyai setelah harapan besar Menurut tinggi, Fahmi tingkat (1997) dan produk Sumartono (2002) menyatakan bahwa, tersebut, mereka dapat berubah/meniru sebagai media audio visual televisi dinilai seperti Dengan sebagai media yang paling berhasil dalam demikian, dengan adanya model tersebut menyebarkan informasi, cerita atau segala perusaham sesuatu yang'disampaikan menjadi lebih model menggunakan yang dalam berharap iklan. bahwa setelah konsumen mengikuti model iklan yang menarik dan menyenangkan pemirsa ditayangkan. dibandingkan dengan media komunikasi Namun sebaliknya, pada saat iklan lainnya, seperti media cetak dan radio. yang disampaikan dalam sebuah selipan Sedangkan menurut Darwanto (1994) dan niaga, terkadang konsumen sasaran enggan Sumartono melihat iklan tersebut karena tujuan kekuatan sebagai alat dengan sistem yang mereka adalah menonton tayangan film besar mampu menciptakan daya rangsang pada televisi. Dengan kata lain, iklan yang yang sangat tinggi dalam mempengaruhi disampaikan sikap, tingkah laku, dan pola pikir akan tidak tepat pada (2002) televisi konsumen sasaran Menurut Shimp (2003), khalayaknya, sebagai menyebabkan banyaknya perubahan dalam media periklanan, televisi memiliki keunikan yakni sangat personal yang pada memiliki akhimya masyarakat. dan demonstratif, tetapi juga mahal dan dianggap sebagai ketidakteraturan penyebab (clutter) METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain dalam survey, yaitu penelitian yang mengambil persaingan. Para konsumen menganggap televisi sampel dari suatu menggunakan dari semua media iklan. Menurut Setiadi pengumpulan data pokok (Singarimbun. informasi bisa dilihat, didengar dan gambar yang bergerak, menarik untuk sebagai dan sebagai media yang paling kacau (clutter) (2003), keunggulan media televisi adalah kuesioner populasi alat 1995). Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari 7 adalah data dari sampel yang diambil dari bertujuan untuk mencari bentuk hubungan populasi tersebut, sehingga ditemukan (relasi) linier antara satu variabel terikat Y kejadian-kejadian relative, distribusi dan dan k variabel bebas X1, X2, ..., Xk hubungan-hubungan (Budiono, 2004). Adapun Model regresi antar variabel sosiologis maupun psikologis (Sugiyono, yang 2011). hipotesis disini adalah dengan formula Populasi dari penelitian ini adalah OLS digunakan dalam (Ordinary Least menentukan Square) seluruh masyarakat di Kota Surakarta. dirumuskan sebagai berikut: Menurut Nursalam (2008) penggunaan Y = β0 + β 1X1 + β 2X2 + sampel sebesar 10%-20% untuk subjek yang (Budiono, 2004). penelitian dipandang sudah cukup. Oleh Di mana: karena Y = Efektivitas Iklan Media Televisi; jumlahnya cukup besar, sehingga untuk X1 = Sensasi Iklan; memperoleh sampel penelitian diambil 100 X2 = Repetisi Iklan; masyarakat Kota Surakarta sebagai sampel β0 = Konstanta; penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat β1, β3, β3= Koefisien regresi; Uma Sekaran (2006) untuk ukuran sampel masyarakat Kota Surakarta lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah = Galat random pada model regresi untuk populasi. tepat untuk kebanyakan penelitian. Adapun teknik pengambilan sampel HASIL PENELITIAN dalam penelitian ini adalah secara non Analisis regresi berganda bertujuan probability sampling dengan purposive mengetahui pengaruh sensasi dan repetisi sampling. Non probability adalah teknik terhadap efektivitas iklan media televisi. pengambilan sampel yang tidal memeberi Adapun berdasarkan perhitungan diperoleh peluang atau kesempatan sama nagi setiap hasil sebagai berikut: unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sempel (Sugiyono, 2011). Sedangkan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbanagn tertentu, dalam hal ini adalah masyarakat pembelian yang terhadap melakukan suatu produk disebabkan karena iklan televisi. Tabel 1 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Variabel (Constant) Sensasi Iklan (X1) Repetisi Iklan (X2) R2 = 0,662 Fhitung = 95,203 Ftabel = 3,07 ttabel = 1,985 Coefficient Beta thitung 1,928 0,268 0,582 p 2,563 0,012 0,478 5,716 0,000 0,402 4,803 0,000 Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah berganda. Regresi linier Berdasarkan hasil perhitungan untuk berganda pengaruh sensasi iklan (X1) terhadap regresi linier 8 efektivitas iklan media televisi diperoleh motivasi dan memori (Jalaludin Rakhmat, nilai thitung sebesar 5,716. Oleh karena nilai 2005). thitung lebih besar dari ttabel (5,716 > 1,985) Berdasarkan hasil perhitungan untuk dengan probabilitas 0,000 < 0,05; maka H0 pengaruh repetisi iklan (X2) terhadap ditolak, yang berarti bahwa sensasi iklan efektivitas iklan media televisi diperoleh berpengaruh nilai thitung sebesar 4,803. Oleh karena nilai signifikan terhadap efektivitas iklan media televisi. thitung lebih besar dari ttabel (4,803 > 1,985) Emosi yang muncul itu disebabkan dengan probabilitas 0,000 < 0,05; maka H0 karena tanggapan atau persepsi konsumen ditolak, yang berarti bahwa repetisi iklan setelah menyaksikan penayangan iklan. berpengaruh Persepsi terhadap tayangan iklan di televisi efektivitas iklan media televisi. didasarkan pada beberapa aspek yakni signifikan terhadap Suatu pesan sama yang senantiasa sesuai latar belakang budaya, pengalaman diulang-ulang masa lalu, nilai-nilai yang dianut dan berakibat berita-berita yang Repetisi atau pengulangan pesan suatu mempengaruhi dalam penerimaan pesan iklan dapat menyebabkan perubahan dalam iklan. Ini menjadi berbeda, karena persepsi pengetahuan, sifatnya subyektif terhadap suatu objek. konsumen (Kardes, 2001). yang berkembang Persepsi merupakan individu dalam proses pada akhirnya diingatnya pesan sikap, dan akan tersebut. perilaku interna Para peneliti berpendapat bahwa menyeleksi, pengulangan itu ada batasnya, dimana mengevaluasi dan mengatur stimuli yang jumlah optimumnya adalah tiga kali, lebih datang dari luar. Proses persepsi dapat dari tiga kali akan membuatnya mubazir. diperoleh dari mendengar, melihat dan Ini merasakan, dalam mengikuti tayangan. (Schiffman dan Kanuk, 2000), yang Dengan demikian persepsi merupakan mencakup: proses bagaimana stimuli (rangsangan) itu konsumen sadar terhadap produk. Akan diseleksi, tetapi proses diorganisasi dan yang jelas disebut sekali three-hit untuk bahwa theory membuat terlalu banyak diinterpretasikan. Karena setiap stimuli pengulangan dapat menimbulkan efek yang menarik perhatian masyarakat baik yang merugikan, yaitu sesudah umlali disadari maupun tidak disadari akan tertentu pengulangan, maka pengulangan diinterpretasikan oleh masyarakat dalam tambahan bentuk sensasi iklan (Triyono, 2012). keefektifan iklan. Sensasi adalah bagian dari persepsi, walaupun begitu, menafsirkan makna mungkin mengurangi Fenomena ini disebut kejemuan akan iklan (advertising wearout) informasi indrawi tidak hanya melibatkan (Schiffman dan Kanuk, 2000). Kejemuan sensasi, tetapi juga atesi, ekspektasi, dapat terjadai karena dua alasan. Pertama, 9 konsumen mungkin benar-benar berhenti yang luas. Sedang keterbatasan televisi memperhatikan suatu iklan sesudah sebagai media iklan adalah biaya tinggi, beberapa kali ditayangkan. Sebagai kebingungan altematif, konsumen mungkin terus menaruh perhatian, tetapi mereka menjadi lebih argumentatif sebagai akibat yang tinggi, tingkat penerapan yang cepat berlalu dan audiens kurang mempunyai daya seleksi. Menurut Fahmi (1997) dan kejemuan melihat iklan yang berulang- Sumartono (2002) menyatakan bahwa, ulang (Hawkins at.al. 1998). sebagai media audio visual televisi dinilai Tidak hanya pengulangan pesan sebagai media yang paling berhasil dalam sebagai proses pembelajaran, tetapi juga menyebarkan informasi, cerita atau segala model yang digunakan oleh iklan mampu sesuatu yang'disampaikan menjadi lebih membuat konsumen mengingat pesan yang menarik disampaikan bahkan mengikuti perilaku dibandingkan dengan media komunikasi model tersebut. Dalam ha1 ini, biasanya lainnya, seperti media cetak dan radio. konsumen Sedangkan menurut Darwanto (1994) dan bahwa mempunyai setelah harapan menggunakan besar produk dan Sumartono menyenangkan (2002) televisi pemirsa memiliki tersebut, mereka dapat berubah/meniru kekuatan sebagai alat dengan sistem yang seperti Dengan besar mampu menciptakan daya rangsang demikian, dengan adanya model tersebut yang sangat tinggi dalam mempengaruhi perusaham sikap, tingkah laku, dan pola pikir model dalam berharap iklan. bahwa setelah konsumen mengikuti model.iklan yang khalayaknya, ditayangkan. menyebabkan banyaknya perubahan dalam Berdasarkan hasil analisis uji F yang pada akhimya masyarakat. diperoleh nilai Fhitung sebesar 95,203 > 3,07 dengan probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, hal ini berarti bahwa KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian sensasi dan repetisi iklan secara bersama- tentang pengaruh sensan dan repetisi iklan sama berpengaruh signifikan terhadap terhadap efektivitas iklan media televisi efektivitas iklan media televisi. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Para konsumen menganggap televisi sebagai media yang paling kacau (clutter) dari semua media iklan. Menurut Setiadi (2003), keunggulan media televisi adalah informasi bisa dilihat, didengar dan gambar yang bergerak, menarik untuk ditonton, perhatian tinggi dan jangkauan 1. Pengaruh sensasi iklan (X1) terhadap efektivitas iklan media televisi diperoleh nilai thitung sebesar 5,716. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (5,716 > 1,985) dengan probabilitas 0,000 < 0,05; maka H0 10 ditolak, yang berarti bahwa sensasi Adanya berbagai temuan, serta iklan berpengaruh signifikan terhadap keterbatasan yang ada pada penelitian ini, efektivitas iklan media televisi. maka penulis memberikan saran sebagai 2. Pengaruh repetisi iklan (X2) terhadap efektivitas iklan media televisi berikut: 1. Bagi produsen yang melakukan iklan diperoleh nilai thitung sebesar 4,803. menggunakan Oleh karena nilai thitung lebih besar dari diharapkan lebih memperhatikan pada ttabel dengan masalah sensasi, karena sensasi akan probabilitas 0,000 < 0,05; maka H0 memberikan dampak pada emosi setiap ditolak, yang berarti bahwa repetisi pemirsa, yang akan berdampak pada iklan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pesan iklan. (4,803 > 1,985) efektivitas iklan media televisi. 3. Berdasarkan hasil analisis 2. Bagi media konsumen televisi diharapkan tidak uji F mudah untuk tergiur pesan iklan yang diperoleh nilai Fhitung sebesar 95,203 > disampaikan, telitilah dengan cermat 3,07 dengan probabilitas sebesar 0,000 setiap iklan yang disampaikan melalui < 0,05 maka H0 ditolak, hal ini berarti media televisi, sehingga terhindar dari bahwa sensasi dan repetisi iklan secara kesalahan dalam memilih produk. bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap televisi. efektivitas iklan media 3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan agar lebih penelitian memperluas dengan jangkauan menambahkan sampel serta mencari faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap efektivitas iklan media televisi. DAFTAR PUSTAKA Arikanto, Suharsimi, 2006, Produk Penelitian, Edisi Revisi V, Jakarta : PT. Rineka Cipta. Alatas, Fahmi. 1997. Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa. Jakarta: Yayasan Pengkajian. Komunikasi Masa Depan. Anand Keller, Punam and Brian Sternthal. 1990, Value from Regulatory Construal Fit: The Persuasive Impact of Fit between Consumer Goals and Message Concreteness, Journal of Consumer Research, 36 (5), 735–47. Assael, Henry, 1995. Costumer Behavior And Marketing Action, Keat Publishing. Company, Boston. Baker, William E and Lutz, J. Richard. 1988. An Empirical Test of an Updated Relevance Accessibility Model of Advertising Effectiveness. Journal of Advertising, Volume XXIX, Number 1. 11 Belch, George E., Belch, Michael A. 2009. Advertising and promotion: an integrated marketing communication perpective. 8th ed. New York: McGraw-Hill. Bungin, Burhan, 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Prenada Media, Jakarta. Budiono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Cannon, J. P., W. D. Perault, dan E. J. McCarthy. 2009. Pemasaran Dasar: Pendekatan Manajerial Global. 16 ed. Jakarta: Salemba Empat. Chattopadhyay, Amitava dan Nedungadi, 1992, Salience Effect in Brand Recall, Journal of Marketing Research, Vol. XXIII (November) p. 363-369 Darwanto, Sastro Subroto. 1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wahana. Durianto, Darmadi dan C. Liana. 2004. Analisis Efektivitas Iklan Televisi Softener Soft & Fresh di Jakarta dan Sekitarnya dengan Menggunakan Consumer Decision Model. Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol. 11, No. 1, pp.35-55 Effendy, Onong Uchjana. 2002. Hubungan masyarakat: suatu studi komunikologis. Bandung: Remaja Rosdakarya. Eka, Rita dan A.R. Saliman, 2001, Periklanan yang Efektif, Jurnal Ekonomi Perusahaan, Juli. Fahmi, Alatas. 1997. Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa. Jakarta: Yayasan Pengkajian. Faela Sufa & Bambang Munas, 2012, Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan terhadap Efektivitas Iklan Televisi Mie Sedap, Diponegoro Journal Of Management, Vol 1, No 1, Hal 226-233 Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivanate dengan program SPSS. Edisi ke 2. universitas. Diponegoro. Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga Hawkins, D.I., Best, R.J., dan Coney, K.A. 1998. Consumer Behnuiour. New York: Mac Graw Hill, lnc, USA. Indiarto, Fidelis. 2006. Studi Mengenai Faktor Kekhawatiran dalam Proses Penyampaian Pesan Iklan. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. 5, No. 3, pp. 243-268. Indriyanti, I. Satya dan J. J. O. I, Ilhalauw. 2002. Pengulangan Pesan Suatu Iklan dalam Proses Pembelajaran Konsumen: Studi Terhadap Iklan Pasta Gigi Pepsodent. Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol.8, No. 1, pp.36-52. Jalaludin Rakhmat, 2005, Psikologi Komunikasi edisi Revisi, Remaja Rosda Karya Bandung Jefkins, Frank, 2007, Periklanan edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta. Kardes, Frank, R. 2001. Consumer Behnviour, New York: Mac Millan Publishing Company. Kotler, Philip. 2006. Manajemen Pemasaran. 6 ed. Jakarta: Erlangga. Koriat, A., Goldsmith, M., 2000. Toward: Psychology of memory accuracy. Annu. Rev. Psychology, 51, 481-537. Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Marketing management. 13th ed. New Jersey: Pearson Education, Inc. 12 Mowen, John, C., dan Minor, M., 2002, Perilaku Konsumen Jilid 1, Edisi Kelima (terjemahan), Erlangga, Jakarta Noviani, Ratna. 2002. Jalan Tengah Memahami Iklan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan. Jakarta. Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE. Rizal dan A. Furinto. 2009. Marketing Reloaded: Kompilasi Konsep dan Praktik Pemasaran. Jakarta: Salemba Empat. Schiffman, Leon G dan Kanuk, Leslie Lazar. 2000. Consumer Behauiour. Prentice Hall Inc. Sekaran, Uma, 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Jakarta: Salemba Empat. Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian., 2006, Metode Penelitian Survey, Jakarta: Erlangga. Setiadi, Nugroho. 2003. Perilaku Konsumen, Konsep dan Irnplikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Prenada Media. Setiaji, Bambang. 2006. Panduan Riset dengan Pendekatan Kuantitatif. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Sihombing, Indra Jaya., 2010, Mengemas Bahasa Iklan Suara Merdeka, 3 April 2010. Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi. Jakarta: Erlangga. Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta. Sumartono. 2002. Terperangkap dalam Iklan: Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen. Bogor, Ghalia Indonesia. Swastha, Basu dan Irawan. 2007. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty Triyono, Agus. 2012. Persepsi Masyarat tentang Tayangan Iklan Sampho Clear di Televisi (Studi Studi Kasus pada mahasiswa di Universitas Boyolali, Jawa Tengah). Boyolali: Fakultas Komunikasi Universitas Boyolali. Sumarwan, Ujang., Simanjuntak, Megawati., Yurita. 2012. Persepsi dan Preferensi Iklan Mempengaruhi Niat Beli Anak pada Produk Makanan Ringan. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Agustus 2012, p: 185-195. Wilkie, William L. 1996. Consumer Behavior. New York: Third Edition, Jhon Wiley & Sons Inc. 13 SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Bismillahirrahmanirrohim Yang bertanda tangan dibawah ini, saya Nama : ELFINA PUTRI FAJ’RI NIM/NIK/NIP : B 100 100 272 Fakultas/Jurusan : Ekonomi / Manajemen Jenis : Skripsi Judul : “PENGARUH SENSASI DAN REPETISI IKLAN TERHADAP EFEKTIVITAS IKLAN MEDIA TELEVISI”. Dengan ini menyatakan bahwa saya setujui untuk Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan, serta menampilkan data dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta. Bersedia dan menjamin untuk menaggu secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hokum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana semestinya. Surakarta, 19 September 2014 Yang Menyatakan (Elfina Putri Faj’ri)