BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini merupakan penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis deskripsi dengan metode pembelajaran Mind Mapping pada peserta didik kelas IV SD Negeri Kutowinangun 05 Kota Salatiga. Pada kajian pustaka akan dijabarkan mengenai teori dalam penelitian, penelitian yang relevan, kerangka berpikir serta hipotesis. 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori ini, teori yang digunakan sebagai pedoman oleh penulis terbatas pada teori tentang menulis deskripsi dan metode pembelajaran Mind Mapping. Teori lain yang juga digunakan adalah teori tentang evaluasi pembelajaran yang berguna untuk mengevaluasi hasil menulis deskripsi peserta didik. Teori-teori tersebut dijabarkan sebagai berikut: 2.1.1 Menulis Deskripsi 2.1.1.1 Pengertian Kata deskripsi berasal dari verba to describe (bahasa Inggris), yang artinya menguraikan atau melukiskan. Paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertujuan memberikan kesan atau impresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis. Paragraf deskripsi yang baik dapat membuat pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, merasakan, atau terlibat dalam peristiwa yang diuraikan penulis (Wiyanto, 2004:64-65). Menurut Suparno (2002:4.5) kata deskripsi berasal dari bahasa latin yang memiliki arti karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya. Karangan deskripsi adalah karangan yang dapat membawa pikiran dan perasaan pembaca untuk memahami objek yang dituliskan dalam karangan seolah-olah pembaca itu mengalami sendiri. Karangan jenis ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan sifat dan gerak geriknya atau sesuatu yang lain kepada pembaca. 7 8 Seperti diketahui bahwa tulisan deskripsi adalah tulisan yang bertujuan menggambarkan atau melukiskan pengalaman, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan situasi atau masalah. Pengindraan terhadap suatu peristiwa akan melahirkan suatu gambaran mengenai peristiwa itu seperti yang dilihat, didengar, diraba, dicium, atau dirasakan. Demikian juga pengindraan terhadap suatu keadaan, situasi, atau masalah akan melahirkan gambaran atau lukisan yang bertumpu pada penglihatan, pendengaran, peraban, penciuman, atau perasaan. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai menulis deskripsi, dapat disimpulkan bahwa menulis deskripsi adalah memindahkan kesan-kesan yang didapat dari indra kita menjadi sebuah tulisan agar pembaca dapat seolah-olah berada dan merasakan benda atau keadaan tersebut secara keseluruhan seperti yang dialami secara fisik oleh penulisnya. 2.1.1.2 Jenis-jenis Deskripsi Secara garis besar deskripsi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1) Deskripsi ekspositoris bertujuan untuk memberikan informasi yang menyebabkan pembaca dapat melihat, mendengarkan, atau merasakan, dan 2) Deskripsi impresionistik yang menyebabkan pembaca bereaksi secara emosional (Akhadiah, 1999:35). Alwasilah (2005:114) juga membagi deskripsi menjadi dua, yaitu deskripsi ekspositori dan deskripsi impresionistis atau stimulatif. Deskripsi ekspositori merujuk pada deskripsi yang logis, sedangkan deskripsi impresionistis atau stimulatif menggambarkan impresi penulis ihwal yang dituliskannya. Deskripsi juga bersifat subjektif atau objektif tergantung besarnya keterlibatan pengamat terhadap objek yang diamati. Deskripsi bersifat subjektif jika penulis semakin besar memasukkan kepribadiannya, rasa suka, rasa tidak suka, penilaian pribadi ke dalam deskripsi yang ditulis. Deskripsi bersifat objektif jika semakin jauh penulis melibatkan diri dalam deskripsi yang ditulis. Penulis membatasi pengamatan pada keadaan fisik objek, tanpa melibatkan reaksi jiwa penulis (Budiharso, 2009:22). 9 Berdasarkan jenis-jenis deskripsi, penelitian ini mengambil jenis penelitian ekspositoris dan subjektif, dimana peserta didik dapat menuangkan apa yang tertangkap oleh panca indra serta bagaimana perasaan peserta didik pada objek deskripsi. 2.1.1.3 Ciri-ciri Penulis Deskripsi yang Baik Menurut Suparno (2002:4.6) menulis karangan deskripsi,kita dituntut tiga hal: a. kesanggupan berbahasa kita yang memiliki kekayaan nuansa dan bentuk, b. kecermatan pengamatan dan keluasan pengetahuan kita tentang sifat, ciri, dan wujud objek yang dieskripsikan, c. kemampuan kita memilih detail khusus yang dapat menunjang ketepatan dan keterhidupan deskripsi. Jadi, upaya yang harus dilakukan adalah mengenai kekayaan berbahasa, kecermatan dalam melakukan pengamatan dan pengetahuan yang luas sehingga dapat menuliskan benda atau keadaan dengan sangat detail dan pembaca dapat merasakan karangan tersebut seperti dia berada bersama penulis pada saat tersebut. 2.1.1.4 Aspek-Aspek Penilaian dalam Menulis Deskripsi Ada 5 aspek yang perlu diperhatikan dalam penilaian menulis deskripsi. Aspek-aspek tersebut adalah: a. Aspek Isi Menurut Wandono dalam Siburian (2010:18) dalam paragraf deskripsi, isi merupakan aspek penilaian. Isi mencakup topik dan urutan pengembangannya. Sebuah topik dalam paragraf dirumuskan lagi ke dalam sub topik sehingga terbentuk kerangka yang baik, atau urutan pengembangannya dalam sebuah paragraf. Isi paragraf yang baik harus memperlihatkan urutan pengembangan yang cukup mendetail, serta disusun dengan cermat dan logis. Dengan demikian, susunan paragraf menjadi teratur dan penulis tidak keluar dari sasaran yang telah dirumuskan. 10 b. Aspek Organisasi Menurut Wandono dalam Siburian (2010:18) organisasi isi dalam paragraf adalah mengolah bahan, mengaturnya, mengembangkannya serta menyusunya dalam struktur yang logis. Organisasi isi yang baik harus memperhatikan kohesi dan koherensi. Kohesi dapat terlihat melalui penyusunan atau hubungan kalimat yang logis. Hubungan pikiran-pikiran yang ada dalam paragraph menjadi satu padu, utuh dan kompak. Kepaduan ini dapat dibangun melalui kata penghubung, kata ganti dan kata kunci (pengulangan kata yang dipentingkan). Koherensi terlihat apabila kalimat yang satu dengan yang alin jelas menunjukkan hubungan timbale balik yang logis serta secara jelas membahas satu gagasan utama. c. Aspek Penggunaan Bahasa Aspek ke tiga yang dinilai dalam tulisan deskripsi adalah aspek penggunaan bahasa yang mencakup tiga hal yaitu, ketepatan penggunaan variasi kata, kalimat efektif, dan penyusunan kata. d. Gaya (pilihan struktur dan kosakata) Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi. Pilihan kata atau diksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991;22) dijelaskan sebagai berikut; “Diksi berarti pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras (cocok penggunaanya) untuk mengungkapkan gagasan dengan cocok pokok pembicaraan, peristiwa dan khalayak pembaca atau pendengar.” Lebih lanjut Keraf (1991: 22) mengatakan bahwa; “ pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih daripada apa yang dipadukan oleh jalinan kata-kata itu.” Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan gagasan tetapi meliputi persoalan gaya bahasa dan ungkapan. e. Ejaan Zaenal Arifin (2006: 187) menyatakan; “ ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambanglambang itu (pemisahan atau penggabungannya dalam suatu bahasa).” Secara teknis ejaan menyangkut penulisan huruf, penulisan kata dan pemakaian tanda baca. 11 2.1.2 Metode Mind Mapping Metode Mind Mapping terdiri dari pengertian metode Mind Mapping, manfaat Mind Mapping, dan langkah-langkah Mind Mapping. 2.1.2.1 Pengertian Sebagai penemu dari metode ini, Buzan (2012:4) mengungkapkan “Mind Mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil informasi keluar dari otak. Mind Mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran kita. Mind Mapping juga sangat sederhana” Buzan (2012:8) mengungkapkan bahwa simbol dan gambar seringkali lebih berdaya untuk mengungkapkan pikiran maupun mengingat suatu hal. Karena menurutnya “otak memiliki kemampuan alami untuk pengenalan visual, bahkan sebenarnya pengenalan yang sempurna”. Oleh karena itu, simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi dapat ditambahkan pada Mind Mapping yang dibuat untuk menambatkan ingatan yang lebih baik. Selain itu Mind Mapping yang baik dibuat dengan mengkombinasikan beberapa warna sehingga terkesan berwarna-warni dan tidak monoton. Metode Mind Mapping membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan baru (Deporter, 2010:225). Selain pendapat-pendapat diatas, John W. Budd (2004) juga mengungkapkan bahwa “A Mind Map is an outline in which the major categories radiate from a central image and lesser categories are portrayed as branches of larger branches”. Yang memiliki arti bahwa Mind Mapping (peta pikiran) merupakan garis besar dari kategori utama dan pikiran-pikiran kecil yang digambarkan sebagai cabang dari cabang pikiran yang lebih besar. Dengan peta pikiran daftar informasi yang panjang dapat dialihkaan menjadi diagram warnawarni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal. Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa Mind Mapping adalah sebuah diagram yang berisikan ide-ide (pikiran), tugas-tugas atau 12 hal lain untuk memudahkan kita dalam mengingat banyak informasi. Pada peta pikiran ini, informasi yang panjang dapat dibuat menjadi diagram warna-warni yang teratur dan hanya berisi pokok gagasan sehingga kita mudah mengingatnya. 2.1.2.2 Manfaat Mind Mapping Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari metode ini adalah: a. Peta pikiran memberikan pandangan menyeluruh pada setiap aspek permasalahan dan memberikan sudut pandang pada area yang luas, memungkinkan kita merencanakan, membuat pilihan-pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita berada. b. Mengumpulkan sejumlah besar data di suatu tempat. c. Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalanjalan terobosan. d. Dapat membuat sebuah inovasi baru yang merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk dipandang, dibaca, direnungkan dan diingat. Untuk anak-anak, peta pikiran memiliki manfaat, yaitu: a. Membantu dalam mengingat, b. Mendapatkan ide, c. Menghemat waktu karena lebih berkonsentrasi, d. Mendapatkan nilai yang lebih bagus, e. Mengatur pikiran dan hobi, media bermain, f. Bersenang-senang dalam menuangkan imajinasi yang tentunya memunculkan kreativitas (Jumanto, 2010). 2.1.2.3 Langkah-langkah Membuat Mind Mapping Sebelum membuat sebuah peta pikiran diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena, dan pensil warna. Buzan (2012:15) mengemukakan ada tujuh langkah untuk membuat Mind Map (peta pikiran). Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Hal itu dikarenakan apabila dimulai dari tengah akan memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya secara lebih bebas dan alami. 13 2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Karena sebuah gambar atau foto akan mempunyai seribu kata yang membantu otak dalam menggunakan imajinasi yang akan diungkapkan. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak. 3. Gunakan warna yang menarik. Karena bagi otak, warna sama menarik-nya dengan gambar. Warna membuat Mind Map (peta pikiran) lebih hidup, menambah energi pada pemikiran yang kreatif dan menyenangkan. 4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabangcabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua dan seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah diingat dan dimengerti. 5. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata. 6. Gunakan satu kata kunci utnuk setiap garis. Karena dengan kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran. 7. Gunakan gambar. Karena setiap gambar sentral bermakna seribu kata. Dengan memperhatikan cara-cara membuat Mind Mapping dan menerapkannya dalam pembelajaran itu siswa dapat berlatih mengembangkan otaknya secara maksimal, siswa akan lebih mudah berkonsentrasi karena setiap catatan yang dibuat oleh masing-masing siswa bersifat unik dan mudah dipahami. Tony Buzan mengusulkan menggunakan struktur dasar Pemetaan Pikiran sebagai berikut : 1. Mulai dari tengah dengan gambar tema, gunakan minimal 3 warna. 2. Gunakan gambar, simbol, kode, dan dimensi di seluruh Peta Pikiran yang dibuat 3. Pilih kata kunci dan tulis dengan huruf besar atau kecil . 4. Tiap kata/gambar harus sendiri dan mempunyai garis sendiri. 5. Garis-garis itu saling dikaitkan, mulai dari tengah yaitu gambar Tema 14 Utama. Garis bagian tengah tebal, organis dan mengalir dari pusat keluar, menjulur seperti akar, atau pancaran cahaya 6. Buat garis sama panjangnya dengan gambar/kata. 7. Gunakan warna – kode rahasia sendiri di peta pikiran yang dibuat. 8. Kembangkan gaya penuturan, penekanan tertentu, dan penampilan khas di peta pikiran yang dibuat. Jadi peta pikiran setiap orang tidak harus sama, meskipun tema yang dibahas sama. 9. Gunakan kaidah asosiasi di peta pikiran yang dibuat. 10. Biarkan peta pikiran itu jelas, menggunakan hirarki yang runtun, urutan yang jelas dengan jangkauan sampai ke cabang-cabang paling ujung. Adapun dalam penelitian ini keterampilan guru dalam pembelajaran menulis deskripsi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SDN Kutowinangun 05 Kota Salatiga dengan metode Mind Mapping dapat dijabarkan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Pertama-tama guru bersama siswa memilih ide/gagasan suatu tempat di sekitar kemudian menuliskannya di tengah selembar kertas kosong. 2. Siswa mengembangkan gagasan pokok dengan menuliskan kata-kata kunci pada cabang-cabang yang meliputi gagasan pokok tersebut sehingga menjadi sebuah Mind Map kerangka deskripsinya. 3. Bila diperlukan, guru membantu siswa untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut dengan menuliskan kata tanya kapan, dimana, siapa, mengapa, dan bagaimana. 4. Siswa mengembangkan Mind Map kerangka deskripsinya dengan menambahkan keterangan lagi disetiap cabang yang telah dibuat sebelumnya. 5. Siswa memberikan warna, simbol dan gambar yang menarik pada Mind Map kerangka deskripsinya. 6. Setelah siswa selesai membuat Mind Map kerangka deskripsinya, baru diberikan tugas untuk membuat sebuah karangan deskripsi berdasarkan Mind Map kerangka tersebut. 7. Ide yang muncul di tengah aktivitas menulis dapat dituangkan dalam 15 cabang-cabang atau ranting mana pun dalam peta pikiran untuk selanjutnya ditambahkan dalam teks deskripsinya. Dalam penelitian ini, keterampilan guru dengan menggunakan metode Mind Mapping telah disesuaikan dengan mengambil indikator pemhuatan rencana pelaksanaan pembelajaran yakni : 1) membuka pelajaran; 2) menyampaikan tujuan pembelajaran; 3) menyajikan materi; 4) menunjukkan gambar Mind Mapping kepada siswa; 5) melakukan tanya jawab mengenai gambar Mind Mapping; 7) membimbing siswa menulis deskripsi; 8) memberikan variasi dalam pembelajaran; 9) memberikan penguatan; 10) menutup pelajaran. Dalam mengarang kreativitas sangat diperlukan untuk pengembangan ide atau gagasan menjadi sebuah karangan yang menarik. Imajinasi dan kreativitas merupakan ranah kerja otak kanan. Berdasarkan pemaparan dari Tony Buzan (2012) bahwa Mind Mapping dengan gambar, warna serta kata kuncinya dapat membangkitkan fungsi kerja otak kanan sehingga memunculkan ide-ide baru yang kreatif dan imajinatif dibandingkan dengan metode konvesional yang selama ini diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Ikhwanuddin, Muhammad Arif (2013) pada penelitiannya yang berjudul Penerapan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pada Siswa Kelas IV SDN Wonosari 02 bahwa hasil penelitian ditemukan bahwa keterampilan guru mengalami peningkatan. Pada siklus I 79,2% dengan kategori sangat baik dan pada siklus II menjadi 86,49% dengan kategori sangat baik. Aktivitas siswa juga meningkat, yaitu 58,3% dengan kategori baik dan pada siklus II 65,5% dengan kategori baik. Keterampilan menulis narasi siswa meningkat, pada siklus I 75,67% dengan kategori baik dan pada siklus II 89,19% dengan KKM > 64. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa menerapkan metode Mind Mapping dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas belajar siswa, dan keterampilan menulis narasi siswa kelas IVA SDN Wonosari Semarang. Selain itu, berdasakan hasil penelitian dari Porbowati, Octavianing 16 Dyah (2014) yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Inquiry Berbantuan Media Gambar Ilustrasi Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 1 Setrokalangan Kaliwungu Kudus bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Inquiry menggunakan media gambar ilustrasi dapat meningkatkan keterampilan guru (peneliti), aktivitas siswa dan kemampuan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas IV jika dibandingkan pembelajaran tanpa menerapkan model Inquiry dan media gambar ilustrasi. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan keterampilan guru dari pra siklus dengan skor 1,67 kriteria cukup baik, siklus I dengan skor 2,33 kriteria baik dan siklus II dengan skor 3,03 kriteria sangat baik. Hasil observasi aktivitas siswa pra siklus skor sebesar 1,92 kriteria cukup baik, siklus I dengan skor 2,49 kriteria cukup baik dan siklus II 3,01 kriteria baik. Hasil kemampuan menulis karangan deskripsi diperoleh persentase ketuntasan sebesar 40% pada pra siklus, siklus I sebesar 73% dan siklus II meningkat sebesar 80%. Berdasarkan hasil penelitian dari Saribi, Kms Muharam (2014) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Karangan Deskripsi Dengan Penerapan Metode Mind Mapping Pada Kelas V SDN 55 Kota Bengkulu” bahwa dari data analisis dan tes kemampuan menulis karangan deskripsi menunjukkan bahwa skor rata-rata observasi aktivitas guru pada siklus I 43,5 (cukup) meningkat pada siklus II dengan rata-rata 48 (baik). Rata-rata observasi aktivitas siswa pada siklus I 43 (cukup) dan meningkat pada siklus II dengan rata-rata 50,5 (baik). Hasil tes menulis karangan deskripsi siklus I 68,05 dengan ketuntasan belajar klasikal 31,57%, meningkat siklus II 80,27 dengan ketuntasan klasikal 77,27%. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi di kelas V SDN 55 Kota Bengkulu Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa. Dengan demikian dapat menjadi dasar untuk menguatkan penelitian ini, yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dengan Metode Pembelajaran Mind Mapping pada Siswa 17 Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 05 Kota Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2015/2016”. Pada penelitian ini terdapat pengembangan ialah analisis berdasarkan karakteristik siswa. 2.3 Kerangka Berpikir Peran guru sangat penting, guru membantu siswa dengan membimbing menentukan gagasan pokok yang akan dikembangkan menjadi sebuah kerangka kemudian dilanjutkan menjadi karangan utuh. Namun fakta yang terjadi dalam proses pembelajaran ialah (1) setelah guru menjelaskan mengenai konsep mengarang, siswa langsung mendapat tugas mengarang; (2) karena siswa belum mendapat bimbingan yang jelas dari guru dalam menentukan gagasan pokok, siswa membutuhkan waktu lama untuk menentukan gagasan pokoknya; (3) siswa belum mendapat pengarahan untuk membuat kerangka karangan sebelum memulai menulis; (4) siswa menulis bebas tanpa kerangka karangan. Karena beberapa hal tersebut membuat siswa menjadi bingung dan membutuhkan waktu yang lama untuk memulai menulis karangan. Karena tanpa adanya kerangka yang dibuat oleh siswa, siswa mulai kebingungan dalam memilih kata sehingga muncullah kalimat yang tidak bermakna dan melenceng dari gagasan pokok. Sebagai penulis karangan pemula, siswa masih membutuhkan bimbingan dalam menulis karangan, mulai dari memunculkan dan mengembangkan gagasan menjadi kerangka sampai pada tahap menulis karangan secara utuh. Salah satu cara untuk menciptakn proses kegiatan tersebut adalah dengan penerapan model Mind Mapping atau pemetaan pikiran, yaitu sebuah teknik mencatat atau mengembangkan satu ide berupa kata kunci menjadi cabangcabang yang berkaitan sehingga muncul bagian dari gagasan tersebut yang dapat dikembangkan menjadi sebuah kerangka karangan. Dari sebuah kerangka yang dikembangkan dengan baik, siswa dapat menulis sebuah karangan secara terarah, rapi, dan lebih bermakna. Pemetaan pikiran dapat membantu siswa menentukan sebuah gagasan yang akan dikembangkannya. Dari sebuah gagasan tersebut, siswa dapat membuat pemetaan atau cabang-cabang yang berpusat pada satu gagasan pokok 18 yang menjadi ide-ide utama kerangka karangan. Sehingga dari sebuah ide utama siswa dapat menemukan beberapa kata kunci yang akan dikembangkan lagi menjadi kalimat-kalimat yang selanjutnya akan disusun menjadi karangan bermakna yang berfokus pada gagasan pokoknya. Langkah–langkah yang diterapkan dalam kegiatan menulis karangan dengan menggunakan metode Mind Mapping atau pemetaan pikiran yaitu: (1) mendemonstrasikan teknik pengembangan gagasan dengan pemetaan pikiran; (2) mengajak anak menyusun kata-kata kunci dari pengembangan gagasan menjadi kerangka karangan; (3) membimbing siswa menyusun kerangka tersebut menjadi karangan secara utuh; (4) refleksi dengan meminta siswa menulis kesan-kesan mereka di kertas kecil mengenai pembelajaran yang baru saja dilewatinya. Kerangka berpikir penelitian ini disajikan dalam Bagan 1. Kerangka Pikir Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi. 19 Bagan 1. Kerangka Pikir Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi Pembelajaran Bahasa Indonesia Karangan “Menulis Karangan Deskripsi” Kondisi Nyata di Kelas IV SDN Kutowinangun 05 Salatiga 1. Pelaksanaan peran guru dalam proses pembelajaran menulis karangan kurang 2. Keaktifan siswa dalam kegiatan menulis karangan belum maksimal 3. Siswa mengalami kesulitan dalam menemukan, menentukan Alternatif Metodegagasan Pembelajaran yang karangan dan mengembangkan pokok dalam menulis 4. Hasil menulis karangan siswa cenderung tidak tertata dan tidak Diterapkan sesuai dengan tema yang menjadi gagasan pokoknya Kegiatan menulis deskripsi dengan metode Mind Mapping 1. Guru bersama siswa memilih ide/gagasan kemudian menuliskannya di tengah selembar kertas kosong. 2. Siswa mengembangkan gagasan pokok dengan menuliskan kata kunci pada cabang yang meliputi gagasan pokok tersebut hingga menjadi sebuah Mind Map kerangka deskripsinya. 3. Bila diperlukan, guru membantu siswa untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut dengan menuliskan kata tanya kapan, dimana, siapa, mengapa, dan bagaimana. 4. Siswa mengembangkan Mind Map kerangka deskripsinya dengan menambahkan keterangan lagi disetiap cabang yang telah dibuat sebelumnya. 5. Siswa memberikan warna, simbol dan gambar yang menarik pada Mind Map kerangka deskripsinya. 6. Setelah siswa selesai membuat Mind Map kerangka deskripsinya, baru diberikan tugas untuk membuat sebuah karangan deskripsi berdasarkan Mind Map kerangka tersebut. 7. Ide yang muncul di tengah aktivitas menulis dapat dituangkan dalam cabangcabang dalam peta pikiran untuk selanjutnya ditambahkan dalam teks deskripsinya. Keaktifan dan Kemampuan Menulis Karangan Kondisi yang diharapkan setelah penerapan metode 1. Peningkatan kualitas aktivitas guru. 2. Peningkatan kualitas aktivitas siswa. 3. Siswa lebih mudah dalam menemukan dan mengembangkan gagasan pokok dalam kegiatan menulis karangan 4. Hasil menulis karangan siswa lebih bermakna dan sesuai dengan tema yang menjadi gagasan pokoknya 20 2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan terkaan atau jawaban sementara tentang masalah yang sedang kita amati yang secara teoritis paling mungkin kebenarannya dan masih memerlukan pembuktian terhadap pernyataan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Jika diterapkan model Mind Mapping maka aktivitas pembelajaran di kelas IV SDN Kutowinangun 05 Kota Salatiga akan meningkat. 2. Jika diterapkan model Mind Mapping maka kemampuan menulis karangan deskripsi siswa di kelas IV SDN Kutowinangun 05 Kota Salatiga akan meningkat. 21