DAPATKAH BANCI WARIA BENCONG MENJADI PELAYAN PUBLIK? MENIMBANG KEBIJAKAN TINDAKAN AFIRMATIF UNTUK GOLONGAN TRANSGENDER Anis Fuad Email : [email protected] Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Abstract : Affirmative action is an issue that is always in debate in the public domain. Affirmative action policy is understood as an attempt to balance the opportunity for community groups who have an ongoing diskiriminasi form of institutionalized and lack of equal opportunity. Affirmative action arise when organizations identify problems, set goals and take positive steps to ensure equality of opportunity to work the same for people who are considered a minority group against the Mainstream. Affirmative action focuses on the recruitment, training and promotion for those who are not represented in an organization with respect to their existence as a minority and limited access. Affirmative action policy for transgender persons in Human Resource Management, especially the public sector to work in state government was a necessity to carry out the policy as a form of respect for human rights. For the writer, affirmative action policies are most appropriate Equal Opportunity Employee. Because the policy is to avoid social conflict and jealousy from other groups. But according to the authors, the proposed solution is far from in-depth analysis. Therefore, further research is needed, where is the alternative affirmative action policies for transgender persons suitable to be applied. Keyword : affirmative action, transgender, human resources management Perkembangan Manajemen dalam perekrutan tenaga kerja. Sumber Daya Manusia belakangan Kadangkala ada ketikadilan dalam ini ternyata juga di ikuti konflik sistem perekrutan tenaga kerja yang Menurut didasarkan asumsi-asumsi mengenai K. Bertens Tindakan afirmatif pandangan negatif yang subjektif (200:191) terhadap latar belakang suku, agama, sesungguhnya merupakan tindakan ras dan jenis kelamin. Dari kejadian diskriminatif. itu diskriminatif muncullah istilah Tindakan Namun ini tindakan adalah sebuah afirmatif. Tindakan afirmatif adalah tindakan positif atau yang di sebut sebuah “positive discrimination”. Dikatakan isu yang selalu di perdebatkan dalam ranah publik. positif Kebijakan sesungguhnya tindakan dipahami sebagai afirmatif upaya untuk karena tindakan ditujukan ini untuk menciptakan kesempatan yang sama menyeimbangkan kesempatan bagi terhadap kelompok masyarakat yang terus- didiskriminasikan. menerus bentuk diskriminasi dengan diskiriminasi. diskiriminasi yang terlembaga dan Ada “reverse discrimination” atau kurangnya kesempatan yang sama. diskriminasi terbalik bagi siapapun menghadapi Tindakan pada mengidentifikasikan selama ini Menghilangkan timbul pada masa dahulunya termarjinalkan organisasi dan tidak mempunyai kesempatan afirmatif saat pihak-pihak permasalahan, yang sama, diberikan perlakuan menentukan sasaran dan mengambil khusus sehingga pada akhirnya akan langkah tercipta kesempatan yang sama di positif untuk menjamin kesetaraan kesempatan bekerja yang sama bagi orang yang dianggap masa yang akan datang. Masalahnya, sebagai kelompok minoritas terhadap afirmatif kelompok Tindakan dianggap tidak memberikan dampak afirmatif berfokus pada perekrutan, yang baik bagi kelompok lain. pelatihan dan promosi untuk mereka Kelompok yang tidak terwakili dalam suatu mainstream lambat laun juga akan organisasi sehubungan dengan mengalami keberadaan mereka sebagai termarjinalkan jika tindakan afirmatif kelompok minoritas dan keterbatasan tersebut berlangsung dan menjadi akses. mainstream Mainstream. bagi tindakan kalangan mayoritas kondisi baru. Dari tertentu atau minoritas, kondisi kebijakan waria yang tergabung dalam Jaringan tindakan afirmatif harus mempunyai Solidaritas Transgender menggelar batasan dan strategi-strategi tertentu aksi sehingga kesempatan yang sama Transgender sebagai tujuan akhir dapat terwujud. Bundaran Hotel Indonesia. Mereka kekhawatiran itulah Tindakan afirmatif dalam dalam peringatan hari International di menuntut penghentian kekerasan dan sejarahnya di mulai dari kebijakan diskriminasi J.F. Kennedy di tahun 1961 untuk transgender. Dalam aksi itu, mereka menghentikan kegiatan diskriminasi juga menuntut hak kerja dalam di dunia kerja dan sekolah yang sektor didasarkan pada membedakan asal- formal. (Harian usul 21/10/2007) ras, kepercayaan/agama, terhadap formal kelompok maupun Rakyat non- Merdeka, Mengapa permasalahan ini kebangsaan, warna kulit dan jenis kelamin. Sampai sekarang masih saja menjadi ada yang diskriminasi dengan dalil apapun terjadi di Amerika Serikat (Arasuli: adalah bentuk dari pengingkaran 1999, weiss:2004, Roosenberg:2007, terhadap Rum:2009) Termasuk didalamnya manusia. Kedua, Setiap manusia adanya diskriminasi berhak untuk hidup dan memperoleh terhadap jenis kelamin. Bukan saja kehidupan yang layak tanpa di beda- diskriminasi perempuan bedakan. Ketiga, diskriminasi tetapi juga terhadap orang-orang terhadap kelompok transgender yang mempunyai orientasi seksual ternyata memberikan dampak negatif yang yang berkepanjangan. Disatu sisi tindakan diskriminatif tindakan terhadap berbeda (Gay, Lesbian, Indonesia, harkat Pertama, dan martabat kelompok transgender atau disebut Biseksual, dan Trasgender/GLBT). Di penting. tindakan banci, waria, bencong (BWB) terjadi mengalami diskriminasi pekerjaan termasuk didalamnya diskriminasi sehingga kegiatan pekerjaan mereka terhadap kelompok GLBT. Pada hanya suatu 20 seksual dan dipandang menjijikan di Nopember 2007 Sekitar limapuluhan mata masyarakat dan atau menjadi diskriminasi juga kesempatan, masih tanggal sekitar menjadi penjaja pegawai salon, status pekerjaan yang melindungi HAM termasuk di dianggap lebih terhormat di kalangan dalamnya isu orientasi seksual dan mereka. identitas gender. Prinsip-prinsip ini menjadi Di Jogjakarta pada tanggal 2006 s.d. 9 November 2006 di penting Universitas kebijakan anti diskriminasi Negara Gadjah Mada untuk bahan masukan Yogyakarta, Sekelompok ahli HAM khususnya telah afirmatif untuk kaum transgender membuat mengembangkan draf, draf mendiskusikan dan tersebut, yang selama akhirnya dalam dunia kerja. Yogjakarta (Prinsip-prinsip Principles Yogjakarta). 29 ini bentuk pertanyaannya, tindakan bagaimana tindakan termarjinalisasi Namun menghasilkan Prinsip-Prinsip yang disebut kebijakan afirmatif untuk yang diterapkan orang ahli HAM internasional secara sehingga tujuan adanya kesetaraan sepakat mengadopsi Prinsip-Prinsip dan Yogyakarta tentang Undang-Undang terwujud. penghormatan HAM dapat HAM Internasional Terkait dengan Orientasi Seksual dan Identitas Sejarah Affirmative Action Pada Maret l96I, Presiden Gender. Yogyakarta Amerika Serikat pada masa itu, John menyikapi berbagai macam standar F Kennedy mengeluarkan Executive HAM dan aplikasinya terhadap isu- Order 10925, berupa Komite tentang isu orientasi seksual atau identitas Kesempatan gender. bekerja Prinsip-Prinsip Prinsip-Prinsip ini yang (Equal sama dalam Employment menegaskan kewajiban utama negara Opportunity). Misinya adalah untuk dalam mengimplementasikan HAM. mengakhiri Masing-masing Prinsip dilengkapi pekerjaan dengan rekomendasi terperinci bagi kontraktor. Isi dari kebijakan tersebut negara. Para ahli juga menekankan berupa keharusan setiap kontrak di bahwa semua pihak bertanggung tiap jawab menyertakan untuk memajukan dan diskriminasi oleh negara pemerintah dalam dan federal untuk perjanjian bahwa "Kontraktor tidak akan melakukan penerapan prinsip ini. Dalam title VI diskriminasi terhadap karyawan atau dinyatakan bahwa ""No person in the pelamar kerja kepercayaan/agama, atau karena ras, United States shall, on the ground Or warna kulit, race, color or national origin, be kebangsaan. excluded from participation in, be asal-usul Kontraktor yang akan mengambil denied tindakan afirmatif, untuk memastikan subjected to discrimination under bahwa pemohon bekerja maupun any program or activity receiving karyawan federal financial assistance." pembedaan tidak diperlakukan atas dasar the Tetapi ras, benefits dalam or satu tahun Presiden usul kebangsaan." menyatakan bahwa keadilan yang istilah "tindakan “affirmative Johnson diperlukan lebih dari suatu komitmen atau untuk perlakuan yang tidak berat digunakan sebelah. Di awal-awal tahun 1965 di afirmatif” action” B. be kepercayaan, warna kulit, atau asal- Dalam konteks hak-hak sipil Lyndon of, pertama kali. Istilah ini berarti Howard mengambil langkah-langkah yang berkata: “You do not take a person tepat untuk memusnahkan praktek who for years has been hobbled by diskriminasi didasarkan ras, agama chains and liberate him, bring him dan etnis. Tujuannya, seperti yang up to the starting line of a race and dinyatakan adalah then say, "you're free to compete "kesempatan sama dalam pekerjaan/ with all the others," and still justly equal opportunity in employment.” believe Presiden, Dengan kata lain, tindakan University, that you Johnson have been completely fair. Thus it is not enough telah memulai untuk just to open the gates or opportunity. memastikan bahwa pelamar untuk All our citizens must have the ability posisi tertentu akan ditentukan tanpa to walk through those gates .... We pertimbangan atas ras, agama, atau seek not...just equality as a right and asal-usul kebangsaan. a theory but equality as a fact and afirmatif The Civil Rights Act of 1964 mengulangi dan memperluas equality as a result” bulan terjadi di AS hingga akhir 1960-an. Johnson Akibat diskriminasi, keterwakilan Order mereka amat minimal, misalnya di 11246, yang menyatakan bahwa : "It universitas dan tempat kerja. Maka, is the policy of the Government of the Presiden United States to provide equal mengeluarkan executive order untuk opportunity in federal employment menjamin tiap orang diperlakukan for all qualified persons, to prohibit setara tanpa melihat ras, etnik, discrimination jender, Dan beberapa kemudian Presiden mengeluarkan Eksekutif in employment Kennedy agama, atau (1961) asal-usul because Or race, creed, color or kebangsaan untuk masuk universitas national origin, and to promote the atau melamar pekerjaan. full realization of equal employment opportunity through continuing program a positive, in each Perdebatan boleh atau tidaknya kebijakan Affirmative Action Menurut Alhumami (2009) department and agency." kemudian tindakan afirmatif menjadi isu politik ditambah kalimat yang melarang besar di Amerika, berpuncak pada diskriminasi atas dasar jenis kelamin. American Civil Rights Movement, “Affirmative action” sebagai yang melahirkan Undang-Undang Dua tahun istilah baku merujuk pada kebijakan Hak-hak Sipil yang Presiden Johnson harus mempromosikan yang disahkan tahun 1964. kesetaraan dalam memperoleh akses Kebijakan afirmatif diperlukan guna ke menghapus wilayah publik, terutama diskriminasi pekerjaan dan pendidikan. Gerakan menyeimbangkan sosial keterwakilan yang menuntut kebijakan dan proporsi tiap kelompok afirmatif muncul sebagai refleksi masyarakat di arena publik. Namun, pengalaman sejarah yang pahit saat tekanan kaum menghapus dan minoritas diskriminasi justru melahirkan mitos- diskriminasi sehingga mitos tentang kebijakan afirmatif. perempuan mengalami untuk mereka terabaikan dan tersingkir dari kehidupan publik, seperti pernah Mitos dalam kebijakan afirmatif menurut Alhumami (2009) tersebut adalah, Pertama, perlakuan minoritas atau termarjinalkan. Ia juga diskriminasi terhadap suatu tak berarti memberi peluang kaum masyarakat selalu medioker (second best groups) untuk prasangka, menempati posisi tertentu atas nama pengucilan, dan pengabaian, yang keterwakilan. Untuk bisa menduduki berakibat pada penyumbatan aspirasi jabatan publik, kriteria dasar seperti dan untuk kualitas, kompetensi, dan keahlian melakukan mobilitas sosial-politik. harus menjadi persyaratan mutlak Namun, perlakuan diskriminasi tak bagi laki-laki maupun perempuan. bisa dilawan dengan menerapkan Jadi, kebijakan dalam bentuk diskriminasi dimaksudkan terbalik bertentangan peluang yang sama dan perlakuan dengan makna esensial kebijakan setara bagi siapa pun, berprinsip afirmatif. equal kelompok bersumber pada penghambatan karena akses ia Alhumami berpendapat kebijakan menghargai adalah keragaman prasangka, membuka opportunity bahwa esensi kebijakan afirmatif mengeliminasi untuk afirmatif dan dengan mengakui latar belakang sosial pengucilan, dan pengabaian yang budaya untuk berkompetisi secara melahirkan sehat diskriminasi melalui dan perlakuan yang adil dan fair. Jadi, memperebutkan kebijakan publik. afirmatif merupakan terbuka posisi dalam di arena langkah proaktif dan progresif untuk Ketiga, kebijakan afirmatif menghapus perlakuan diskriminasi tidak paralel dengan kuota bagi kaum dengan perempuan atau kelompok minoritas. menilai dan menghargai prestasi Ada perbedaan fundamental antara individual (individual merits) bukan tujuan kebijakan afirmatif dan kuota. persepsi stereotip yang menipu. Tujuan utama kebijakan afirmatif seseorang berdasarkan Kedua, dalam konteks jender, adalah pelibatan sekelompok orang, sama- yang semula tereksklusi dan kurang pemberian terwakili di arena publik, tanpa preferensi (pilihan subjektif), apalagi pembatasan dan hanya didasarkan hak-hak istimewa, kepada kaum kualifikasi individual. Sistem kuota kebijakan afirmatif sebangun dengan tidak adalah court assigned to redress a menjalankan kebijakan affirmative pattern of discriminatory hiring. action. Menurut Oppenheimer (1989) Karena itu, kebijakan afirmatif tak dalam Harper dan Reskin (2005) ada bisa dua dijadikan mengangkat dasar seseorang untuk yang tak sisi yang dilakukan, mungkin pertama, harus adanya memenuhi standar kualifikasi dan tak kebijakan quota dimana kelompok layak menduduki posisi di lembaga yang menjadi subjek affirmative publik. Kebijakan afirmatif tidak action diberikan quota berdasarkan menoleransi kesepakatan seseorang kemampuan dengan Harapannya dan dengan quota tertentu diharapkan rendah—dengan pada titik tertentu dapat berdaya dan minimal berkapasitas tertentu. pertimbangan jender atau keragaman berakselerasi sosial ketertinggalan dan pada akhirnya budaya—guna menempati mengejar dapat memperoleh kedudukan dan jabatan publik. Harris & Narayan (1994) berpendapat untuk bahwa perdebatan kesempatan untuk yang sama. menjalankan Kedua, tindakan tentang tindakan afirmatif sebagian afirmatif diperlukan komitmen untuk besar telah menjadi dialog antara dua tidak melakukan diskriminasi dengan posisi sama besarnya. Di satu sisi, membuka seluas-luasnya kesempatan para kritikus menjelaskan sebagai kepada bentuk "diskriminasi terbalik" yang subjek tindakan afirmatif. harus Teori Gender dan Konflik Peran diberikan dan berkah "semestinya diberikan" kepada yang kelompok yang menjadi Gender berhak. Di sisi lain, mengatakan Menurut Fakih (2002) kata sebagai "perlakuan istimewa," tetapi gender merupakan suatu istilah yang dan hal itu sebagai pilihan yang berarti dibenarkan, budaya tentang apa dan bagaimana baik sebagai suatu pemahaman sosial lelaki dan perempuan seharusnya "compensation". dari berperilaku. Dengan kata lain gender perdebatan ini adalah adanya dua merupakan konstruksi masyarakat pilihan yang harus dilakukan dalam mengenai konsep peran seseorang Konsekuensi logis yang didasarkan pada perbedaan lebih cocok untuk bekerja di dalam jenis kelamin. rumah. Konstruksi Oakley (1972) yang dikutip gender diatas Fakih (2002) memberikan makna sesungguhnya akan menjadi masalah gender jenis dan menjadi suatu ketidakadilan kelamin yang bukan biologis dan ketika ciri jenis kelamin (sex) harus bukan kodrat Tuhan. Harus disadari melekat pada peran gender. Ciri-ciri bahwa perbedaan jenis kelamin (sex) gender dapat melekat pada jenis merupakan yang kelamin apapun. Bisa jadi perilaku universal, berbeda dengan konsep lemah lembutpun dapat muncul dari jender bahwa peran sosial antara jenis kelamin (sex) laki-laki. sebagai perbedaan kodrat Tuhan Menurut lelaki dan perempuan sebenarnya Fakih (2002), muncul karena diciptakan oleh proses sosial dan ketidakadilan budaya marginalisasi yang disebabkan oleh yang panjang diantara perbedaan gender dan subordinasi mereka. dalam pada salah satu jenis kelamin. Misal masyarakat kita lebih menekankan pekerjaan kantoran dan pembuat pada keunggulan laki-laki daripada kebijakan adalah identik milik laki- wanita. Secara garis besar, konstruksi laki, bukan perempuan. Sedangkan laki-laki ditandai ciri-ciri seperti perempuan hanya pantas menjadi gagah, tangguh, kuat, keras, pintar, sekretaris untuk melayani pimpinan lebih laki-laki. Konstruksi menekankan gender pada akal Pelabelan kelamin selalu di lekatkan kepada kepantasan penyebab untuk perempuan lemah, laki-laki kuat, dan juga jenis ketimbang perasaan, disiplin dan memimpin tertentu pada ketidakadilan. bertanggungjawab untuk bekerja di maka luar rumah. Sedangkan perempuan disandangkan itu digambarkan sebagai mahluk ketimbang perempuan. yang lemah dan lembut, keibuan, menjadi penghargaan Untuk Bahwa lebih pada harus laki-laki memahami peran cantik, halus, lebih menonjolkan gender bagi kaum GLBT, perlu perasaannya daripada logika dan pemahaman tentang teori peran gender. Menurut Myers (1996) yang sosialisasi peran gender memiliki dikutip oleh Nauly (2002) peran konsekwensi negatif terhadap orang gender merupakan suatu set perilaku tersebut atau orang lain. Konflik perilaku yang diharapkan (norma- peran gender tampil bila peran-peran norma) dan gender yang kaku, seksis, atau peran terbatas, menimbulkan pribadi yang untuk perempuan. laki-laki Bervariasinya gender di antara berbagai budaya terbatas, serta jangka waktu menunjukkan mengganggu orang lain atau dirinya. bahwa budaya memang membentuk Hasil akhir dari konflik ini adalah peran gender kita. suatu Nauly (2002) menjelaskan perbedaan antara maskulin dan merendahkan keterbatasan dari atau potensi kemanusiaan pada seseorang yang mengalami konflik atau keterbatasan feminin. Maskulin adalah sifat-sifat dari potensi orang lain. yang dipercaya dan dibentuk oleh Menurut Nauly (2002) budaya sebagai ciri-ciri yang ideal konflik peran gender adalah konsep bagi yang yang multidimensional dan pria. Sedangkan Feminin nerupakan ciri-ciri atau sifat-sifat kompleks. Proses yang dipercaya dan dibentuk oleh dipelajari, diinternalisasikan budaya sebagai ideal bagi wanita. dialami, mulai dari anak-anak sampai Femininitas dan Maskulinitas ini dewasa akhir, sangat kompleks, khas berkaitan dengan stereotip peran dan bersifat individual. Terdapat gender. Stereotip peran gender ini perbedaan-perbedaan generasi, ras, dihasilkan dari pengkategorisasian orientasi jenis kelamin, usia dan antara perempuan dan laki-laki, yang etnik dalam pengalaman konflik merupakan suatu representasi sosial peran gender. Termasuk para kaum yang ada dalam struktur kognisi kita. GLBT, konflik peran gender dapat O'Neal, Good dan Holmes (1995) yang dikutip Nauly (2002) menyatakan bahwa konflik peranperan keadaan gender merupakan psikologis, suatu dimana terjadi dalam peran proses gender dan penemuan identitas mereka. Konflik peran gender pada kaum GLBT dapat dipahami sebagai implikasi dari permasalahan- permasalahan kognitif, emosional, femininitas ketidaksadaran, atau perilaku yang berperilaku, bereaksi dan berinteraksi disebabkan oleh sosialisasi peran- dengan diri kita sendiri dan orang peran gender yang dipelajari pada lain masyarakat yang seksis sebagai mana kita dan patriarchal. Nilai-nilai Strategis MSDM sektor Untuk memahami konflik Publik peran gender kaum GLBT dapat Nilai-nilai strategis seperti menggunakan teori empat tingkatan politik, keadilan dan efisiensi sangat yang saling tumpang tindih dan berpengaruh besar terhadap seluruh kompleks yang dikemukakan Nauly proses MSDM termasuk didalamnya (2002), yakni kognisi, pengalaman- pada proses rekruitmen. Klingner pengalaman dan perilaku afektif, dan perilaku- Nalbandian (1985:23) pengalaman- menyebutkan ada empat nilai yang pengalaman ketidaksadaran. Konflik sangat berpengaruh dalam proses peran gender yang dialami pada MSDM tingkatan kognitif berasal dari cara- Administrative efficiency, Political cara seseorang yang berfikir terbatas Responsiveness dan Social equity. (restrictive) Keempat tentang peran-peran yaitu Individual nilai tersebut akan maskulin dan feminin. Sikap-sikap dipengaruhi yang stereotip dan pandangan dunia lingkungan/kondisi ekonomi, politik, tentang laki-laki dan perempuan hasil social dan teknologi. dari keterbatasan kognitif. Konflik oleh Right, empat Individual right dan Social peran gender yang dialami pada Equity tingkatan dari seseorang dalam memperoleh hak- gangguan emosional yang mendalam haknya dalam dunia kerja khususnya tentang peran-peran maskulin dan dalam sector publik juga terjaminnya feminin. Konflik peran gender yang keadilan sosial di dunia kerja tanpa dialami perilaku adanya pembedaan dikarenakan asal- berasal dari pengalaman konflik yang usul suku, agama, ras dan jenis nyata kelamin. Klingner dan Nalbandian afektif pada dengan berasal tingkatan maskulinitas dan terkait akan hak asasi Sedangkan (1985:25) menulis “In addition to Political executive and legislative direction, responsive adalah nilai yang terkait the judicial system has had its own pola perilaku dan kualitas moral impact pejabat on public personnel terkait respon terhadap management. The direction of the tuntutan dan apa yang terjadi di influence recently has been toward masyarakat. social equity and protection of Nalbandian (1985:23) menulis “As a constitutional right of employees.” democratic form of government, the Klingner dan Dalam hal rekruitmen, setiap value of responsiveness assumes a orang berhak untuk mendapatkan premier moral quality.” Kemudian pekerjaan dilanjutkan dengan argument lain: termasuk kelompok- ”The values of responsiveness and kelompok/golongan cacat social equity find sympathetic outlets (difable), Hak Perempuan, Orang in elected bodies, which of course Miskin dan LGBT (Lesbian, Gay, are sensitive to the will of the Biseks dan Trangender/seksual) dan people.” terbatas/marginal, atau kelompok penderita yang Jika dibedakan dikaitkan dengan karena asal-usul suku, agama, ras pengaruh lingkungan seperti kondisi dan politik, nilai political responsiveness golongan tertentu yang kemudian dalam MSDM muncul pada istilah affirmative action (tindakan berpengaruh besar, apakah pejabat afirmatif). tindakan publik yang mempunyai wewenang untuk akankah menggunakan jabatannya menjamin hak-hak seseorang untuk untuk melakukan tindakan Kolusi sebagai dan Nepotisme untuk kepentingan afirmatif Kebijakan ini dilakukan upaya untuk proses rekruitmen menyeimbangkan kesempatan bagi keluarga, kelompok masyarakat yang terus- golongannya atau tidak? menerus bentuk dalam proses rekruitmen ini, kualitas diskiriminasi yang terlembaga dan moral pejabat akan dipertaruhkan kurangnya kesempatan yang sama. dimata masyarakat, apakah akan menghadapi respon kelompok akan terhadap atau Maka ekpektasi Isi Kebijakan sumber daya masyarakat dengan berlaku adil dan transparan malah manusia berperspektif transgender keluarga, diantaranya adalah kebijakan anti- ataukah mementingkan kelompok/golongannya dengan memanfaatkan jabatannya? Terakhir, efficiency Administrative mempengaruhi dalam pelecehan, kebijakan anti- diskriminasi, kebijakan equal opportunity (kesempatan yang sama), kebijakan tindakan afirmatif, dress proses rekruitmen dimana dalam codes, kebijakan menentukan pegawai identitas karyawan, peraturan dan senantiasa di analisis didasarkan kebijakan akses ke sumber daya pada pencapaian tujuan organisasi perusahaan seperti kamar mandi dan yang efektif dan efisien. Menurut locker Klingner dan Nalbandian (1985:37) termasuk dibutuhkan Scientific Management. mengakui “While the political neutrality of transgender di tempat kerja. kebutuhan kamar. Kajian semua ini akan kebijakan yang keberadaan Oxford administration was one expression of yang mengatur English pegawai dictionary he efficiency movement, scientific mendefinisikan transgender sebagai management was another.” “refers to people whose identity does not Transgender Human Resources conform unambiguously to conventional notions of male or female gender, but combines or Policies Weiss (2004) mengatakan moves between these,. Eliding many daya complexities of transgender identity. transgender However, it has the benefit of merujuk kepada kebijakan organisasi conveying the ideas of ambiguity, yang mengatur sumber daya manusia combination khususnya perusahaan atau suatu identity.” bahwa kebijakan manusia sumber berspektif organisasi yang mengakomodasi karyawan transgender. berjenis harus keberadaan kelamin and Menurut movement weiss of (2004), transgender juga menunjukkan pada “gender expression”. mengatakan “the Weiss expression of behavioral characteristics that are kondisi culturally (suaramerdeka.com). associated with the seksual Selain mereka characteristic is that transgender tindakan kekerasan yang datang dari self-identification and self-expression kelompok as sampai kekerasan yang dilakukan or female does not sering itu opposite sex. The distinguishing male juga mereka mengalami masyarakat correspond to the physical body in oleh aparat the usual way” pemerintah. tertentu, penegak Seperti, hukum aparat kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja PEMBAHASAN Di Indonesia, keberadaan (Satpol PP). (hukumonline.com) kelompok transgender di rasakan Menurut Ketua Ikatan Waria kurang berpengaruh dalam dunia Malang (Iwama) Merlyn Sopjan pekerjaan. Padahal menurut data mengatakan yang ada (vivanews.com), ada tujuh mendapatkan pekerjaan bukan hanya juta jiwa waria yang hidup di untuk Indonesia. Jumlah yang tidak sedikit perempuan saja, waria juga memiliki dan dimungkinkan menjadi salah hak yang sama. Jaminan ini juga satu permasalahan besar di Indonesia tertuang dalam Pasal 27 ayat (2) jika tidak diperhatikan dengan baik UUD 1945. Ketika mendapatkan dan hati-hati. Khususnya dalam pekerjaan pun masalah yang dihadapi dunia pekerjaan, kaum transgender waria belum berhenti. Intimidasi di ini tidak terserap dalam dunia kerja tempat kerja sering kali terjadi, lebih khusus lagi sebagai pegawai terutama di saat lingkungan kantor negeri sipil. Kebanyakan mereka mengetahui bekerja dikitaran sebagai Pengamen seksual Jalanan, identitas gender dan status HIV atau Pekerja Seksual dan Dalam dunia kerja mereka mendapatkan kalangan laki-laki untuk dan bahwa ada orientasi yang berbeda, seperti Orang Hidup Dengan HIV (ODHIV) Pegawai Salon. berpendapat kesempatan bahwa diskriminasi mereka karena karyawan tersebut. Di Indonesia perjuangan kaum transgender untuk diberikan kesempatan kerja yang sama di World Waria 2004", Sonia Wong depan public sudah dilakukan. Pada mengatakan "Kalau di Singapura saat RUU jumlah waria sangat sedikit, kadang Ketenagakerjaan bulan Januari 2009 kami merasa tersisih juga walau di lalu para waria mendatangi DPR-RI Singapura, kaum waria seperti kami untuk memberikan masukan, adanya diberikan kesempatan yang sama kesempatan yang sama bagi waria untuk mendapatkan tempat di ruang dalam memperoleh pekerjaan. publik pembahasan Merlyn Sopjan, ketua Ikatan seperti menjadi pegawai pemerintahan." (kapanlagi.com) Waria Malang (Iwama) mewakili Berdasarkan data-data diatas, Forum Komunikasi Waria Indonesia, keberadaan kaum waria tidak dapat mengatakan perlu dipertimbangkan dianggap oleh pengambil kebijakan bahwa kesempatan mereka dalam dunia penampilan seseorang tidak harus kerja. Kebijakan kemudahan waria sesuai jenis kelamin, tetapi lebih mengakses pekerjaan yang lebih pada kemampuan. layak setidaknya berpengaruh kepada sepele. Termasuk FKWI, penyelesaian masalah-masalah lain Yulianus Rettoblaut mengatakan di yang terkait dengan kelompok waria seluruh tersebut. Menurut Ketua Indonesia jumlah waria Berdasarkan mencapai tujuh juta orang. Waria data yang merupakan warga negara dan negara didapat dari Survei Terpadu Biologi memiliki tanggung jawab terhadap dan kelompok yang sering dianggap prevalensi HIV di Indonesia tahun minoritas ini. Dari jumlah tujuh juta, 2007 menunjukkan bahwa sekitar terdapat 800 waria lanjut usia yang 34% tidak memiliki tempat tinggal. mengidap Perilaku waria (STBP) di HIV, terkait Jakarta positif virus yang Negara mengakibatkan sindrom penurunan kebijakan ketahanan tubuh (AIDS). Angka ini affirmative action sudah dilakukan terus naik sejak tahun 1995 yang walaupun termarjinalkan hanya 0,3%, lalu di tahun 1996 masih tetap terjadi. Runner Up "Miss menjadi 3,2%, dan enam% di tahun Dibandingkan tetangga Singapura, kondisi 1997. Prevalensi HIV pada waria di ruang atau batasan yang Jakarta pada tahun 2002 melonjak sehingga jadi 21,7%, tahun 2005 naik hingga kemampuan kaum transgender untuk menjadi 25%, ditaksir sampai dapat tepat memberikan dan tahun 2007 menyesuaikan dirinya setara dengan di titik 34%. kelompok yang lain atau Kesehatan memberikan kebebasan yang seluas- memperkirakan jumlah waria yang luasnya kaum transgender untuk terkena HIV di Indonesia pada tahun mengakses kesempatan kerja? Departemen 2006 adalah 20.960 hingga 35.300 Analisis pertama, jika orang. Sementara itu STBP 2007 kebijakan quota dilakukan, kondisi memperkirakan prevalensi HIV di yang mungkin akan dihadapi adalah kalangan waria di Bandung adalah adanya kecemburuan dari kalangan 14% dan di Surabaya 25,2% (www. mainstream/normal. Bagaimanapun abiasa.org) masalah Rentannya kaum waria kesempatan pekerjaan bukan saja terjadi dikalangan kaum terkena HIV dimungkinkan karena transgender. Masalah ranah pekerjaan mereka berputar di kesempatan kerja sekitar masalah besar bagi siapapun temasuk pekerjaan seksual. akses juga menjadi Diharapkan dengan adanya kebijakan kelompok tindakan berupa Dengan demikian dengan adanya keterbukaan akses bagi para waria, system quota di mungkin adanya kegiatan penjajaan seksual dapat masalah terkurangi yang berdampak pada masyarakat. afirmatif berkurangnya kegiatan seksual mainstream dan dan konflik normal. baru di Kebijakan lain yang harus di ikuti dari kebijakan quota bagi kaum mereka. Namun permasalahan lain, transgender adalah kebijakan kebijakan tindakan afirmatif untuk identitas dimana kaum transgender kaum transgender ini harus dibuat difasilitasi lebih seksama dan hati. Ada dua pengakuan pilihan dengan memberikan idenitas legal sebagai system quota dimana memberikan waria disamping ada identitas pria kebijakan, yaitu untuk oleh memperoleh Negara dengan dan wanita. Kebijakan Identitas ini Sumber perlu dilakukan sebagai salah satu mengakomodasi jenis pekerjaan apa syarat yang harus di penuhi dalam yang cocok untuk dikerjakan bagi kebijakan quota. Karena bias jadi ada kalangan usaha kecurangan tertentu bagai kebijakan kalangan mainstream normal untuk diskriminatif merubah identitas dalam kartu tanda kalangan transgender dinilai hanya Penduduk agar dapat difasilitasi oleh mampu mengerjakan jenis pekerjaan kebijakan quota. tertentu dan tidak melihat latar Analisis kedua, kebijakan Daya Manusia transgender. khusus dan belakang dalam Walaupun ini dinilai menganggap pendidikan dan bagi kemampuan, namun, hal ini menjadi kalangan transgender bisa jadi solusi penting karena kebijakan tersebut terbaik. equal menyesuaikan kondisi di Indonesia. opportunity atau kesempatan yang Masih adanya pandangan negatif dari sama masyarakat, membuka seluas-luasnya Dengan adanya setidaknya memberikan membuat kebijakan jaminan kepada kaum transgender Manajemen Sumber Daya Manusia untuk berkompetisi sehat di dunia yang kerja. Dengan kata lain jika terjadi kelompok transgender ini harus hati- diskriminasi proses hati dan perlu menyesuaikan diri transgender dengan harapan masyarakat. Perlu rekruitmen, setidaknya haknya dalam kaum dapat oleh kepentingan dan sosialisasi dan usaha memahamkan hukum. masyarakat dalam jangka waktu yang menuntut dilindungi mengakomodir Kebijakan Equal Employee Opportunity dapat memberikan sangat panjang. kesempatan yang sama, semua orang KESIMPULAN tidak dirugikan, melihat semua orang REKOMENDASI DAN Kebijakan tindakan afirmatif mempunyai kemampuan yang sama, dan jika terjadi praktek diskriminasi, untuk hukumlah yang menjadi pengadilnya. Manajemen Sumber Daya Manusia Analisis ketiga, perlu adanya sektor publik khususnya bekerja kebijakan khusus dari Manajemen dalam kaum transgender pemerintahan dalam merupakan keharusan negara untuk melakukan kebijakan tersebut sebagai bentuk Bertens, Kees, 2000, Etika Bisnis, Yogyakarta Pengantar Kanisius: penghormatan HAM. Bagi penulis, kebijakan tindakan afirmatif yang paling tepat adalah kebijakan Equal Employee Opportunity. Karena kebijakan tersebut dapat menghindari konflik dan kecemburuan sosial dari kelompok lainnya. Namun menurut penulis, solusi yang diajukan jauh dari analisa mendalam. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut, manakah tindakan alternatif afirmatif transgender yang kebijakan bagi kaum cocok untuk diterapkan. DAFTAR RUJUKAN Amich Alhumami, MItos Kebijakan Afirmatif, harian kompas, 5 Februari 2009, diunduh dari http://koran.kompas.com/read/ xml/2009/02/05/00430115/mit os.kebijakan.afirma Arasuli, 1999, Reverse Discrimination dalam pelaksaaan Affirmative action di Amerika Serikat, thesis, Program Pasca Sarjana UI, Jakarta Harper, Shannon and Barbara Reskin, 2005, Affirmative Action at School and on the Job, Annu. Rev. Sociol. 2005. 31:357–79 doi: 10.1146/annurev.soc.31.04130 4.122155 Department of Sociology, University of Washington, Seattle, Washington; di unduh dari http://arjournals.annualreviews. org Harris, Luke Charles and Uma Narayan, 1994, Affirmative Action and the Myth of Preferential Treatment: A Transformative Critique of the Terms of the Af-firmative Action Debate, Harvard BlackLetter Law Journal 11/1 (1994). Diunduh dari http://www.aapf.org/pages/equ alizing.html Klingner, Donald E. dan John Nalbandian, 1985, Public Personnel Management: Contexts and Strategies, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Nauly, Meutia, 2002, Konflik Peran Gender pada Pria : Teori dan Pendekatan Empirik, diunduh dari http://library.usu.ac.id/downloa d/fk/psikologi-Meutia.pdf. No Name, prinsip-prinsip Yogyakarta, www.swaranusa.net/download. php?id=54 Rosenberg, Debra, 2007, Rethinking Gender, NEWSWEEK From the magazine issue dated May 21, 2007, diunduh dari http://www.newsweek.com/id/ 34772 Program, University: Massachusetts Northeastern Boston, http://www.rakyatmerdeka.co.id/situ sberita/viewgb_foto.php?id=10 53&page=443 Sri, 2009, Diskriminasi Imigran dan Kebinekaan di Amerika, http://www.kokikolomkita.com/baca/artikel/2/5 31/diskriminasi_imigran_dan_ kebinekaan_di_amerika http://www.kapanlagi.com/h/000018 2946_print.html Weiss, Jillian Todd, 2004, The Cutting Edge Of Employment Diversity: Transgender Human Resources Policies In U.S. Employers (dissertation), The Law, Policy and Society http://www.hukumonline.com/detail. asp?id=20995&cl=Berita Rum, http://www.abiasa.org/index.php?opt ion=com_content&task=view&id=15 7&Itemid=37 http://politik.vivanews.com/news/rea d/23983-partai_partai_merayu_waria