Uploaded by User4971

ETIKA BISNIS 11

advertisement
ETIKA BISNIS
“ETIKA DISKRIMINASI PEKERJAAN”
SAP 11
Nama Kelompok:
Diva Ditya Mersita Wandara
(1607521050)
I Gusti Putu Putra Suambara
(1607521107)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana
layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi
merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat, ini disebabkan karena
kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antar golongan,
kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga
merupakan dasar dari tindakan diskriminasi. Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan
atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan
sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi
diskriminatif saat diterapkan dilapangan. Diskriminasi di tempat kerja berarti mencegah seseorang
memenuhi aspirasi profesional dan pribadinya tanpa mengindahkan prestasi yang dimilikinya.
Teori statistik diskriminasi berdasar pada pendapat bahwa perusahaan tidak dapat mengontrol
produktivitas pekerja secara individual.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sifat diskriminasi pekerjaan?
2. Bagaimana tingkat diskriminasi?
3. Bagaimana diskriminasi : utilitas, hak, dan keadilan?
4. Bagaimana tindakan afirmatif?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sifat diskriminasi pekerjaan.
2. Untuk mengetahui tingkat diskriminasi.
3. Untuk mengetahui diskriminasi : utilitas, hak, dan keadilan.
4. Untuk mengetahui tindakan afirmatif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat Diskriminasi Pekerjaan.
Istilah diskriminasi berasal dari Bahasa Latin discernere yang memiliki arti membedakan,
memilah atau memisahkan (Bertens, 2000: 186). Arti diskriminasi sendiri adalah membedakan
satu objek dengan objek lainnya. Pada suatu konsep tindakan diskriminasi yang secara moral
adalah hal yang netral dan tidak dapat disalahkan. Namun berbeda dengan pengertian modern pada
saat ini, istilah ini secara moral tidak netral. Dimana di karenakan membedakan seseorang dari
orang lain, bukan berdasarkan keunggulan yang dimiliki, namun berdasarkan prasangka atau sikap
yang secara moral tercela.
Diskriminasi juga kerap terjadi dalam ketenagakerjaan yang dimana melibatkan tiga
elemen dasar.

Pertama, keputusan yang merugikan seorang pegawai atau calon pegawai bukan
berdasarkan kemampuan yang dimiliki.

Kedua, keputusan yang sepenuhnya atau sebagian, diambil berdasarkan prasangka rasial
atau seksual, stereotip (cara pandang) yang salah, atau sikap lain yang secara moral tidak
benar terhadap anggota kelompok tertentu.

Ketiga, keputusan yang mengandung unsur negatif sehingga merugikan kepentingankepentingan pegawai atau karyawan yang bekerja.
Dalam suatu organisasi tindakan diskriminatif dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk,
seperti :
1. Sengaja, dimana diskriminasi dilakukan secara sengaja dan sadar karena :

Perilaku pribadi individu yang ada dalam organisasi dan bukan merupakan praktek
yang dikehendaki organisasi. Misalnya dalam wawancara karyawan, dimana pihak
perusahaan tidak bermaksud menyelipkan unsur diskirminasi, namun petugas
pewawancara yang ditugaskan malah secara sengaja dan sadar melakukan
diskriminasi karena prasangka yang timbul secara pribadi dari dalam diri petugas
pewawancara tersebut.
2. Tidak sengaja, dimana organisasi tidak sengaja dan tidak bermaksud untuk melakukan
diskriminasi, namun dengan tidak sadar organisasi tersebut telah melakukan diskriminasi
hal ini di karenakan :

Budaya stereotip tradisional masyarakat yang ada di lingkungan sekitar perusahaan
tersebut. Dimana misalnya menganggap remeh kemampuan perempuan untuk
memimpin ataupun memegang posisi tinggi dalam suatu organisasi tertentu.
2.2 Tingkat Diskriminasi
Menurut Velasques (2000: 373) dengan melihat indikator statistic tentang distribusi
anggota kelompok dalama organisasi yang bersangkutan dapat diperkirakan tentang terjadinya
diskriminasi pada kelompok tertentu dalam suatu organisasi. Indikator pertama diskrimnasi
muncul apabila terdapat proporsi yang tidak seimbangatas anggota kelompok tertentu yang
memegang jabatan yang kurang diminati dalam suatu institusi tanpa mempertimbangkan
preferensi ataupun kemampuan mereka. Ada tiga perbandingan yang membuktikan distribusi
semacam itu.

Perbandingan atas keuntungan rata-rata yang diberikan institusi pada kelompok yang
terdiskriminasi dengan keuntungan rata-rata yang diberikan pada kelompok lain.

perbandingan atas proporsi kelompok yang terdiskriminasi yang terdapat dalam tingkt
yang sama

Perbandingan proporsi dari anggota kelompok tersebut yang memegang jabatan yang lebih
menguntungkan dengan proporsi kelompok lain pada jabatan yang sama.
2.3 Diskriminasi: Utilitas, Hak, dan Keadilan
1. Utilitas

Argumen tentang utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual
didasarkan pada gagasan bahwa produktivitas masyarakat akan optimal jika
pekerjaan diberiakn berdasarkan kompetensi. Sering terjadi diskriminasi terhadap
para pencari kerja dimana mengkotakan berdasarkan jenis kelamin, ras, suku,
hingga agama yang dimana tidak ada kaitannya dengan pekerjaan merupakan hal
yang tidak efisien dan bertentangan dengan prinsip utilitarian. Dimana teori
utilitarian sendiri menitik beratkan pada segi etika normatif yang menyatakan
bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan,
biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi
penderitaan.
2. Hak

Argumen non-utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual salah
satunya menyatakan diskriminasi salah, karena melanggar hak moral dasar
manusia. Diskriminasi melanggar hak prinsip ini dalam dua cara.
-
Pertama, diskriminasi didasarkan pada keyakinan bahwa terdapat kelompok
superior dan inferor.
-
Kedua, kelompok yang terdiskriminasi ditempatkan dalam posisi sosial dan
ekonomi yang cukup rendah.
3. Keadilan

Diskriminasi dikatakan melanggar prinsip keadilan. Dimana diskriminasi
melanggar prinsip ini dengan cara menutup kesempatan bagi kaum minoritas untuk
menduduki posisi tertentu dalam suatu lembaga dan membedakan orang
berdasarkan karakteristiknya.
2.4 Tindakan Afirmatif
Untuk menghapus pengaruh diskriminasi masa lalu, banyak perusahaan yang
melaksanakan pogram tindakan afirmatif yang dimaksudkan untuk mencapai distribusi yang lebih
representatif dalam perusahaan dengan memberikan preferensi pada kaum perempuan dan
minoritas.
Inti dari program ini adalah suatu penyelidikan yang mendetail atas semua klasifikasi
pekerjaan besar dalam perusahaan. Tujuan penyelidikan untuk menentukan apakah jumlah
pegawai perempuan dan minoritas dalam klasifikasi kerja tertentu lebih kecil dibandingkan yang
diperkirakan dari tingkat ketersediaan tenaga kerja kelompok ini di wilayah tempat mereka
direkrut.
Bagi banyak orang, program tindakan afirmatif yang memberikan pekerjaan berdasarkan
keanggotaan dalam kelompok yang dirugikan tidak sepenuhnya legal. Namun, yang lain
menginterpretasikan ”rekomendasi” tindakan afirmatif tersebut kedalam beberapa argument
seperti.
1. Tindakan afirmatif sebagai kompensasi

Keadilan kompensatif mengimplementasikan bahwa seseorang wajib memberikan
kompensasi terhadap orang yang dirugikan secara sengaja. Selanjutnya, program
tindakan afirmatif diinterpretasikan sebagai salah satu bentuk ganti rugi yang diberikan
kaum pria kulit putih kepada perempuan dan kaum minoritas karena telah merugikan
mereka di masa lalu.

Kelemahan argumen yang mendukung tindakan afirmatif adalah prinsip ini
mensyaratkan hanya dari individu yang sengaja merugikan orang lain, dan hanya
memberikan kompensasi kepada individu yang dirugikan.
2. Tindakan afirmatif sebagai instrumen untuk mencapai tujuan sosial

Salah satu tujuan pogram tindakan afirmatif adalah mendistribusikan keuntungan dan
beban masyarakat yang konsisten dengan prinsip keadilan distributif, dan mampu
menghapuskan dominasi rasatau jenis kelamin tertentu atas kelompok pekerjaan yang
penting.

Tujuan dasarnya adalah terciptanya masyarakat yang lebih adil. Kesempatan yang
dimiliki seseorang tidak dibatasi oleh ras atau jenis kelaminnya. Tujuan ini secara
moral sah sejauh usaha untuk memperoleh kesempatan yang sama secara moral juga
masih dianggap sah.
3. Penerapan Tindakan Afirmatif dan Penanganan Keberagaman

Kriteria lain selain ras dan jenis kelamin juga perlu dipertimbangkan saat mengambil
keputusan dalam program tindakan afirmatif. Dimana kontroversi sehubungan dengan
kelayakan moral program tindakan afirmatif tidak akan berakhir apabila salah dalam
menetapkan argumen.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sutrisna. 2010. Etika Bisnis. Denpasar : Udayana University Press
Valasquez, Manuel G, 2005. Etika Bisnis ; Konsep dan Kasus, Edisi5, Yogyakarta:Penerbit
Andi.
Download