4373

advertisement
SKRIPSI
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN BAYAM
MERAH (Amaranthus Tricolor L.) DENGAN METODE DPPH (2,2Diphenyl-1-Picrylhydrazyl).
Oleh :
FATIMAH AZAHRA
050111a016
PROGRAM STUDI FARMASI
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015
The Antioxidant Activity Test on Ethanol Extract of Red Spinach
(Amaranthus tricolor L.) Leaves by Using the DPPH (2,2-Diphenyl-1picrylhidrazyl) Method
Fatimah Azahra, Niken Dyah Ariesti, Nova Hasani Furdiyanti,
ABSTRACT
Antioxidants are able to neutralize the compound with free radicals, as a
cause of cells and tissuesdamage. One of the compounds that has an antioxidant
activity is quercetinflavonoid in red spinach (Amaranthus tricolor L.)leaves. This
study aimed to find the antioxidant activity on ethanol extract of red spinach
(Amaranthus tricolor L.) leaves by using the DPPH (2,2-Diphenyl-1picrylhidrazyl) method.
The antioxidant activity wasmeasured by DPPH radical capturedby using a
UV-Vis spectrophotometer at maximum absorption wavelength of 514 nm. The
concentrations of ethanol extract in red spinach (Amaranthus tricolor L.) leaves
were 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm, and the concentrations of vitamin C as a
comparisonwere 2 ppm, 4 ppm and 6 ppm, respectively. As an indicator was 𝐼𝐶50 .
The results of this study indicated that the ethanol extract of red spinach
(Amaranthus tricolor L.) leaves had the ability to capture free radicals with IC50
value of 43.4 ppm (very strong activity) while vitamin C IC50 value of 6.47 ppm
(very strong activity).
Keywords : Red spinach (Amaranthus tricolor L.), quercetin flavonoid, The
Antioxidant activity, IC50.
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Bayam Merah (Amaranthus
tricolor L.) Dengan Metode DPPH (2,2-Diphenyl-1-picrylhidrazyl).
Fatimah Azahra, Niken Dyah Ariesti, Nova Hasani Furdiyanti,
INTISARI
Antioksidan mempunyai aktivitas menetralisir senyawa radikal bebas yang
merupakan salah satu penyebab kerusakan sel dan jaringan. Salah satu senyawa
yang memiliki aktivitas antioksidan adalah flavonoid quersetin. Tanamannya
yaitu daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun bayam merah (Amaranthus
tricolor L.) dengan metode DPPH (2,2-Diphenyl-1-picrylhidrazyl).
Aktivitas antioksidan diukur dengan penangkapan radikal DPPH dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum 514 nm.
Konsentrasi ekstrak etanol daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) adalah
200 ppm, 400 ppm, 600 ppm, dan konsentrasi vitamin C sebagai pembanding
adalah 2 ppm, 4 ppm dan 6 ppm. Sebagai indikator disini adalah 𝐼𝐶50 .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun bayam merah
(Amaranthus tricolor L.) memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas
dengan nilai IC50 43,4 ppm (aktivitas sangat kuat) sedangkan vitamin C nilai IC50
6,47 ppm (aktivitas sangat kuat).
Kata Kunci:
Bayam merah (Amaranthus tricolor L.), flavonoid quersetin,
Aktivitas antioksidan, IC50.
PENDAHULUAN
Faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia dalam pengobatan salah
satunya adalah keseimbangan antara kandungan radikal bebas dan antioksidan di
dalam tubuh. Kurangnya asupan antioksidan yang cukup dari makanan yang
dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat saat ini merupakan penyebab
ketidakseimbangan tersebut. Ketidakseimbangan ini menjadi penyebab radikal
bebas dominan di dalam tubuh, sehingga timbul berbagai macam penyakit seperti
jantung koroner, kanker, diabetes, dan penuaan dini (Pasaribu et al, 2011).
Radikal bebas dapat didefinisikan sebagai suatu molekul atau senyawa
yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya
sehingga bersifat sangat reaktif mencari pasangan dengan cara menyerang dan
mengikat elektron yang berada disekitarnya.
Antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan, antara
lain vitamin E, vitamin C dan karotenoid. Vitamin C bekerja sebagai suatu
koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin
ini dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang
membutuhkan ion-ion logam tereduksi (FKUI, 2007). Vitamin C merupakan
senyawa yang bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (free radikal scavenger) (Winarsih, 2007).
Tanaman di Indonesia yang berpotensi sebagai sumber antioksidan salah satunya
adalah daun bayam merah (Amaranthus tricolor L). Bayam merah telah dikenal
sebagai salah satu sayuran bergizi tinggi yang banyak mengandung protein,
vitamin A, vitamin C, dan garam-garam mineral yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh (Dalimartha, 2009). Bayam merah merupakan salah satu spesies dari Genus
Amaranthus, yang termasuk dalam famili Amaranthaceae. Pada bagian daun,
batang dan bunga bayam merah, diduga terdapat pigmen betasianin yang dapat
digunakan sebagai pewarna alami dan antioksidan (Amin,2006). Penelitian yang
dilakukan oleh Paini Sri Widyawati (2011) yang berjudul “Evaluasi Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica L.) Berdasarkan Perbedaan
Ruas Daun” menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun beluntas m berpotensi
sebagai antioksidan
Salah satu metode untuk menentukan potensi antioksidan ekstrak tanaman
berdasarkan kemampuan menangkap radikal bebas adalah metode DPPH (2,2Diphenyl-1-Picrylhydrazyl). Prinsip dari pengujian ini adalah donasi atom
hidrogen dari substansi yang diujikan kepada radikal DPPH menjadi senyawa non
radikal diphenylpicrylhydrazyn yang akan ditunjukkan oleh perubahan warna
(Molyneux, 2004).
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi ilmiah tentang potensi
ekstrak daun bayam merah sebagai antioksidan alami yang dapat dipakai secara
luas oleh masyarakat.
ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain : Gelas ukur,
cawan penguap, kain flannel, blender, ayakan nomor 30 mesh, timbangan elektrik
dan waterbath.. Sentrifuge, tabung sentrifuge, mikropipet, pipet, volume, cuvet,
incubator dan spektrofotometer UV-VIS, Tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur,
kertas saring dan lampu spritus. Bahan utama, Simplisia kering daun bayam
merah (Amaranthus tricolor L.) yang diperoleh dari daerah Ungaran, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah, Etanol70%, Metanol, ammonia encer, dan H2SO4 pekat,
DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl), Etanol ,Vitamin C
Adapu cara kerja dalam penelitian dilakukan seperti di bawah ini :
DeterminasiTanaman
Determinasi dilakukan
di
Laboratorium Ekologi dan Biosistematik
Jurusan Biologi UNDIP Fakultas MIPA untuk mengetahui kebenaran dari daun
bayam merah (Amaranthus tricolor L.).
Pembuatan Simplisia daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.).
Penyiapan bahan baku daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.).
Dicuci dahulu dengan menggunakan air mengalir sampai bersih, kemudian
dikeringkan di bawah sinarmatahari secara tidak langsung dengan ditutup kain
hitam. Setelah kering daun dibuat serbuk dengan cara diblender sampai halus dan
diayak dengan ayakan nomor 30 mesh.
Pembuatan Ekstrak Etanol bayam merah (Amaranthus tricolor L.).
Serbuk tanaman daun bayam merah diektraksi dengan cara maserasi.
Sebanyak 100 gram serbuk daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.)
dimasukkan dalam panci, ditambah pelarut etanol 70% sebanyak 750ml,ditutup
dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk. Setelah
5 hari, campuran tersebut disaring dengan kain flanel.Selanjutnya, dilakukan
remaserasi yaitu mencuci ampasnya dengan cairan penyari etanol 70% sebanyak
250 ml, lalu ditutup dan terlindung dari sinar cahaya. Remaserasi dilakukan
selama 2 hari, kemudian disaring dengan kain flanel. Semua maserat dikumpulkan
dan selanjutnya diuapkan menggunakan rotary evaporator pada temperatur 50º C
hingga diperoleh ekstrak daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) yang
diinginkan.
IdentifikasiSenyawa Flavonoid
0,5 ml filtrat ekstrak etanol daun bayam merah ditambah 5 ml ammonia
encer dan 5 ml H2SO4 pekat. Adanya perubahan warna larutan menjadi kuning
mengindikasikan adanya flavonoid (Markham, 1988).
Pengujian Ativitas Antioksidan
Pengujian antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (2,2-Diphenyl-1Picrylhydrazyl). Ekstrak sampel dan pembanding dibuat dalam 3 seri konsentrasi.
Konsentrasi ekstrak sampel (daun bayam merah) 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm dan
pembanding (vitamin C) 2 ppm, 4 ppm dan 6 ppm. Masing-masing konsentrasi
larutan sampel dan pembanding, diambil sebanyak 100 µl dimasukkan kedalam
tabung reaksi. Kedalam tiap tabung reaksi ditambahkan 1 ml larutan DPPH 0.4
Mm dalam etanol p.a, volume dicukupkan dengan etanol p.a sampai 5 ml.
Selanjutnya dihomogenkan dengan sentrifuge selama 1 menit dan diinkubasi pada
suhu 370 C selama 15 menit sesuai hasil penentuan operating time yang diperoleh.
Selanjutnya serapan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang antara 514 nm sesuai hasil penentuan panjang gelombang maksimum
yang diperoleh. Sebagai kontrol digunakan larutan DPPH. Nilai IC50 dihitung
masing-masing dengan menggunakan rumus persamaan regresi dan dilakukan
pengulangan sebanyak 5 kali. Rumus : Y = Bx + A.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kunci determinasi :
1b, 2b, 3b, 4b,6b,7b,9b, 10b, 11b, 12b, 13b,14a,15a, Golongan 8:Tanaman dengan
daun tunggal letak terbesar. 109b, 120b,128b, 129b, 135b, 136b, 139b, 140b,
142b, 143b, 146b, 154b , 155b , 156b, 162b, 163b, 167b, 169b, 171a, 172b, 173b,
174a, 175b, Famili 41: Amaranthacea 1b,5b. Genus: Amaranthus: Species:
Amaranthus tricolor L.(Bayam)
Pengujian kualiatif senyawa flavonoid dihasilkan seperti terlihat pada reaksi
kimia dibawah ini:
H
OH-
Flavonoid (warna hijau)
Kalkon (warna merah)
Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun bayam merah (Amaranthus
Tricolor L.) dilakukan dengan melihat absorbansi pada spektrofotometer UV-Vis
yang digunakan untuk memeriksa larutan berwarna, dan menunjukkankemampuan
senyawa antioksidan dalam meredam radikal bebas DPPH ditandai dengan
perubahan warna dari warna ungu DPPH menjadi warna kuning.
a. Penentuan panjang gelombang (ƛ) maksimum
Pengujian antioksidan ekstrak etanol daun bayam merah (Amaranthus
Tricolor L.). diawali dengan penentuan panjang gelombang maksimum DPPH.
Penentuan panjang gelombang maksimum bertujuan untuk mengetahui panjang
gelombang yang mempunyai serapan maksimum yaitu saat senyawa berada pada
kondisi optimum sehingga diperoleh kepekaan yang maksimum.
b. Operating time(OT)
Penentuan operating time dilakukan untuk menentukan waktu absorbansi
stabillarutan uji ekstrak etanol daun bayam merah dalam meredam atau bereaksi
dengan radikal bebas DPPH. Operating time ini menunjukkan bahwa reaksi antara
larutan uji ekstrak etanol daun bayam merah dan DPPH telah stabil.
c.
Hasil pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun bayam merah
(Amaranthus tricolor L.)
Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun bayam merah
(Amaranthus tricolor L.) dengan metode DPPH, dengan cara mereaksikan larutan
DPPH dengan ekstrak etanol daun bayam merah, dimana reaksi yang terjadi
adalah peredaman radikal bebas DPPH oleh senyawa flavonoid yang terkandung
dalam ekstrak etanol daun bayam merah yang dapat ditandai dengan perubahan
warna dari warna ungu DPPH menjadi warna kuning.Perubahan warna tersebut
menunjukkan adanya reaksi antara senyawa flavonoid dengan radikal bebas
DPPH yaitu dengan adanya senyawa atom hidrogen yang dilepaskan oleh
senyawa flavonoid yang ditangkap senyawa radikal sehingga terbentuk
difenilpikrilhidrazin berwarna kuning pucat yang merupakan DPPH tereduksi.
Tujuan metode DPPH ini adalah mengetahui parameter konsentrasi yang
ekuivalen memberikan 50% efek aktivitas antioksidan (IC50).
d.
Inhibition Concentration50 (IC50)
Inhibition Concentration50 (IC50) adalah konsentrasi efektif zat dalam
sampel yang dapat menghambat 50 % absorbansi DPPH. Harga IC50 berbanding
terbalik dengan kemampuan zat atau senyawa yang bersifat sebagai antioksidan.
Nilai r dan nilai IC50 ekstrak etanol daun bayam merah (Amaranthus
Tricolor L.) dan vitamin C didapatkan dari persamaan regresi linier, dengan
memasukkan data konsentrasi zat uji dengan nilai rata-rata % aktivitas antioksidan
masing-masing zat uji, sehingga didapatkan nilai A, B, dan r. Kemudian baru
dapat dihitung nilai IC50 nya seperti terlihat pada tabel
Secara teoritis, kategori antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari
50 ppm, kuat untuk nilai IC5050-100 ppm, kategori sedang jika nilai IC50100-150
ppm, rendah jika nilai IC50 151-200 ppm, dan sangat rendah jika IC50 bernilai
>200 ppm. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin kuat daya aktivitas
antioksidannya begitu juga sebaliknya (Amelia, G., 2006).
Berdasarkan penelitian ini bahwa ekstrak etanol daun bayam merah
memiliki nilai IC5043,4 ppm yang dikategorikan ke dalam antioksidan sangat kuat
begitu juga dengan vitamin C sebagai pembanding dengan nilai IC506,47 ppm
yang dikategorikan juga dalam antioksidan sangat kuat. Hal ini disebabkan oleh
kandungan yang terdapat pada tumbuhan daun bayam merah yang terdiri dari
flavonoid quersetin dan vitamin C sebagai antioksidan. Vitamin C merupakan
senyawa murni yang memiliki potensi kuat sebagai antioksidan sehingga nilai
IC50 nya lebih kecil dibandingkan dengan ekstrak etanol daun bayam merah,
sedangkan ekstrak etanol daun bayam merah merupakan campuran dari beberapa
macam senyawa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa senyawa aktif yang
terkandung dalam daun bayam merah (Amaranthus Tricolor L.) dapat sebagai
antioksidan kuat, dengan mekanisme menangkap dan menetralisir radikal bebas
(Tjay dan Rahardja, 2007). Berdasarkan penelitian daun bayam merah berpotensi
sebagai antioksidan dengan aktivitas sangat kuat sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh L.fahrurozi dengan menggunakan daun petai
cina dan memungkinkan untuk dijadikan sebagai acuan penelitian selanjutnya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang uji aktivitas ekstrak etanol daun
bayam merah (Amaranthus tricholor L.) dengan metode DPPH (2,2-Difenyl-1Picrylhydrazyl) dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak etanol daun bayam merah (Amaranthus tricholor L.) memiliki potensi
sebagai antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar 43,4 ppm.
2. Ekstrak etanol daun bayam merah (Amaranthus tricholor L.) memiliki nilai
IC50 43,4 ppm dan vitamin C memiliki nilai IC 50 6,47 ppm yang sama-sama
masuk dalam kategori antioksidan sangat kuat.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan senyawa lain yang
terkandung dalam daun bayam merah (Amaranthus tricholor L.) yang dapat
berguna sebagai antioksidan.
2. Perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas antioksidan dari daun bayam
merah (Amaranthus tricholor L.) dengan metode in vivo.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu dosen prodi
Farmasi dan staf karyawan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran yang telah banyak
membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pasaribu, G., Setyawati T., (2011),Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas
Ekstrak Etanol Kulit Kayu Raru (Cotylelobium SP), J:Penelitian Hasil
Hutan, 29 (4), 322-330.
2. Winarsi, H., (2007), Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Cetakan
Pertama, 15, 77, 79-81 Kanisius, P.,Yogyakarta
3. Dalimartha, S.,(2009), Atlas Tumbuhan Obat Indonesia,Jilid 6, 156-159,
Trubus Agriwijaya, Jakarta.
4. Amin , S . (2006) .Kebermanfaatan Bayam Merah .Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama
5. Molyneux, P., (2004), The use of stable free radikal diphenyl picrylhidrazil (DPPH) for estimating antioxidant activity, 28, Songklana karin J
Sri Technol.
6. Markham, K.R., (1988), Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Oleh Padma
winata, K.,10, 15, Penerbit ITB, Bandung.
Download