BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, peneliti menuliskan sejumlah teori yang relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, di mana teori-teori tersebut telah disusun sedemikian rupa mulai dari teori umum ke teori khusus agar memudahkan dalam pemahaman masalah yang diangkat yaitu “RESPON PENONTON TERHADAP SEGMEN KOREA PADA PROGRAM “100% AMPUH” DI GLOBAL TV (STUDI PADA PENONTON LANGSUNG ACARA “100% AMPUH”)”. 2.1 Teori Umum 2.1.1 Komunikasi Menurut Anwar Arifin dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, communication yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya, ikut mengambil bagian dengan kata kerja communicate yang berarti berdialog, berunding atau bermusyawarah dan kata sifat communis, yang artinya bersifat umum atau bersama-sama (Arifin, 2003 : 19-20) Sedangkan apabila kita mengacu kepada Prof. Dr. Alo Liliweri, M.S., beliau mengemukakan bahwa kata communication sebenarnya berasal dari dua akar kata com (dari bahasa Latin cum berarti dengan atau bersama-sama dengan) dan unio (dari bahasa Latin union yang kelak digunakan pula dalam bahasa Inggris sebagai persatuan). Jadi communication menjelaskan to union with or union together with – 10 11 menjadi satu dengan atau bersama-sama dengan. Dalam kosakata bahasa Latin, kita pun tak pernah menduga kalau kata-kata community dan communion juga berasal dari kata dasar yang sama com dan unio. Dari uraian etimologi kata kita memperoleh suatu ide dasar bahwa manusia di masa lalu yakin bahwa sesuatu yang disebut komunikasi ini ternyata bukanlah konsep yang mudah dipahami, bahkan dia merupakan jalan yang sangat misterius ke arah terbentuknya union dari suatu community. (Wenburg, J.R. & Wilmot W.M., 1973, The Personal Communication Process. New York: John Wiley & Sons.) Kata komunikasi atau communication secara etimologis berkaitan dengan dua kata lainnya communion dan community berasal dari bahasa Latin communicare yang berarti to make common – membuat sesuatu menjadi bersama-sama atau to share – membagi yang artiannya diperluas menjadi misalnya, komunikasi adalah proses atau tindakan untuk mengalihkan pesan dari suatu sumber kepada penerima melalui saluran dalam situasi adanya gangguan dan interferensi. Ada pula yang mengelaborasi definisi ini menjadi, komunikasi adalah transmisi pesan yang bertujuan untuk memperoleh makna perubahan tertentu. Komunikasi sebagai proses dan tindakan merupakan konsep dari kata “berkomunikasi” atau communicate juga berasal dari kata common yang artinya membagi, mempertukarkan, mengirimkan, mengalihkan, berbicara, isyarat, menulis, mendayagunakan, menghubungkan (to share, exchange, send along, transmit, talk, gesture, write, put in use, relate). (Weekley, 1967; DeVito, 1986.) (Liliweri, 2011 : 31) 12 2.1.2 Fungsi Komunikasi Ada 4 fungsi komunikasi berdasarkan kerangka yang dikemukakan oleh William I. Gorden (Mulyana, 2002). “Keempat fungsi tersebut yakni Komunikasi Sosial, Komunikasi Ekspresif, Komunikasi Ritual, dan Komunikasi Instrumental.” Berikut uraiannya: 1. Komunikasi Sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial, setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. 2. Komunikasi Ekspresif Fungsi ini erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian maupun kelompok. Komunikasi ekspresif ini tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan, terutama dikomunikasikan melalui pesan verbal dan non-verbal. Selain itu, emosi dan perasaan kita juga dapat disalurkan melalui bentuk-bentuk seni seperti puisi, novel, musik, tarian, lukisan juga teater. 13 3. Komunikasi Ritual Komunikasi ritual ini erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif. Komunikasi ritual ini biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup. Mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pernikahan sampai upacara kematian. Dalam upacara tersebut orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritual-ritual lainnya seperti berdoa dan merayakan hari besar keagamaan juga termasuk komunikasi ritual. Mereka berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ini juga menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara, dan ideologi mereka. 4. Komunikasi Instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yakni menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, mengolah perilaku, dan juga untuk menghibur. Bila disimpulkan, maka kesemua tujuan tersebut membujuk atau bersifat persuasif, komunikasi yang berfungsi memberitahukan yang mengandung muatan persuasif pendengarnya dalam mempercayai arti bahwa bahwa pembicara fakta atau menginginkan informasi yang disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui. Komunikasi sebagai instrumen berfungsi untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya mendapat pujian, simpati, dan 14 keuntungan. Sementara tujuan jangka panjang mendapatkan keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, dan berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Sedangkan Prof. Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi merumuskan fungsi komunikasi menjadi 4 (empat) poin, yaitu: 1. Menginformasikan (to inform) 2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence) 2.1.3 Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Batasan komunikasi massa ini lebih menitikberatkan pada komponen-komponen dari komunikasi massa yang mencakup pesan-pesan dan media massa (seperti koran, majalah, TV, radio, dan film) serta khalayak. Nurudin dalam bukunya yang berjudul Pengantar Komunikasi Massa menjelaskan bahwa “komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnnya, dan efeknya terhadap mereka. Komunikasi massa merupakan disiplin kajian ilmu sosial yang relative muda jika dibandingkan dengan ilmu psikologi, 15 sosiologi, ilmu politik, dan ekonomi. Sekarang ini komunikasi massa sudah dimasukkan dalam disiplin ilmiah” (Nurudin, 2011 : 2) Selain pengertian di atas, beberapa ahli juga merumuskan pendapat tentang komunikasi massa, Joseph. A. Devito merumuskan komunikasi massa menjadi dua hal, yaitu: “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancarpemancar yang bersifat audio atau visual. Komunikasi massa menjadi lebih logis jika didefinisikan menurut bentuknya seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, buku, tabloid, film dan pita.” (Ardiantio, 2004 : 6) Secara garis besar, komunikasi massa dapat diartikan sebagai komunikasi dari seseorang atau sekelompok orang melalui alat pengirim (medium) kepada khalayak. (Biagi, 2010 : 9) 2.1.4 Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) antara lain: (1) to inform (menginformasikan), (2) to entertain (member hiburan), (3) to persuade (membujuk), dan (4) transmission of the culture (transmisi 16 budaya). Sementara itu, fungsi komunikasi massa menurut John Vivian dalam bukunya The Media of Mass Communication (1991) disebutkan; (1) providing information, (2) providing entertainment, (3) helping to persuade, dan (4) contributing to social cohesion (mendorong kohesi social). Ada pula fungsi komunikasi massa yang pernah dikemukakan oleh Harold D. Lasswell yakni, (1) surveillance of the environment (fungsi pengawasan, (2) correlation of the part of society in responding to the environment (fungsi korelasi) dan (3) transmission of the social heritage from one generation to the next (fungsi pewarisan social). Sama seperti pendapat Lasswell, Charles Robert Wright (1988) menambah fungsi entertainment (hiburan) dalam fungsi komunikasi massa. (Nurudin, 2011 : 64) 2.1.5 Media Massa Media adalah alat yang digunakan sebagai saluran untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan (khalayak). Dalam ilmu komunikasi, media dapat diartikan sebagai saluran, sarana penghubung, dan alat-alat komunikasi. Namun, pada dasarnya media berasal dari bahasa Latin “medius” yang secara harafiah memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Media yang kita kenal dewasa ini seperti: surat kabar, radio, televisi, dan internet. Menurut Cangara, media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada penerima (khalayak) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. (Cangara, 2003 : 134) 17 2.1.5.1 Bentuk Media Massa 1. Media Cetak Media cetak yang dapat memenuhi criteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sebagai media cetak, surat kabar dan majalah tetap berbeda karena memiliki karakteristik yang khas, yang dimiliki masing-masing media. 2. Media Elektronik Media elektronik terbagi atas 4 (empat), yaitu radio, film, media online, dan televisi. Masalah yang hendak diteliti oleh penulis dalam skripsi ini adalah masalah yang terdapat di dalam suatu perusahaan penyiaran televisi. Oleh karena itu, penulis akan membahas mengenai televisi di sub bab berikutnya. 2.1.6 Televisi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, televisi adalah sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yg dapat didengar, atau pesawat penerima gambar siaran televisi. (http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/) Sedangkan menurut Baksin dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, ia mendefinisikan bahwa televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari dua kata yang berbeda 18 asalnya, yaitu tele yang berarti jauh dan visi berarti penglihatan. Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. (Baksin, 2004) 2.1.7 Program Musik Program siaran musik adalah salah satu acara yang luwes, fleksibel. Dapat ditempatkan di mana saja. Bisa pagi, sore, atau pula malam hari. Terlebih lagi yang berformat klips video (video clips) atau fragmentasi music yang dapat dijadikan acara sisipan menjelang acara berita, acara khusus, atau saat menunggu acara selanjutnya. Special show siaran music banyak disenangi penonton. Kalau spesifikasinya pada lagu-lagu rock, kontemporer, dan jazz, yang banyak menyenangi adalah anak muda. Jika spesifikasinya bernada seriosa, pop, langgam, dan keroncong, bisa untuk penonton kalangan setengah baya. Sedangkan yang berwarna dangdut bisa untuk umum. Bisa anak muda dan paruh baya, terutama kalangan menengah ke bawah. Karena acara music ini luwes untuk ditempatkan di mana-mana, maka dia juga bisa ditempatkan untuk prime-time acara music ini diberi format variety show. Ada music, ada tari, lawak dan terkadang disisipi dengan permainan sulap (Soenarto, 2007: 64) Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu video klip atau konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Program musik di televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik audiens. Tidak saja dari kualitas suara namun juga berdasarkan bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi menarik. 19 Menurut Vane-Goss: The programmer who to present music show would do well to be cautiouns. They should select the artist with wide demographic appeal, supply as much visual support as possible, and non let sequence go too long. (Programmer yang ingin menyajikan pertunjukan musik haruslah cermat. Mereka harus memilih artis yang memiliki daya tarik demografi yang luas, menyajikan sebanyak mungkin dukungan visual, dan tidak membiarkan satu gambar ditampilkan terlalu lama). (Morissan, 2010 : 219) Dengan demikian menurut Vane-Gross programmer yang ingin menyajikan acara musik harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: 1. Pemilihan artis yang memiliki daya tarik demografis yang besar, misalnya artis yang memiliki banyak penggemar pria dan wanita dan semua kalangan dari segi usia. 2. Pengambilan gambar yang menarik secara visual. Televisi harus menampilkan sebanyak mungkin gambar pendukung dan tidak membiarkan suatu pengambilan gambar yang terlalu lama. (Morissan M. A., 2005 : 108) 2.1.8 Content Program 100% AMPUH Konten program acara 100% AMPUH yakni: 1. Presenter 2. Bintang Tamu 3. Audience 20 1. Presenter Presenter atau host adalah pembawa acara televisi, saat ini istilah itu banyak melekat pada selebriti yang sering memainkan peran ini, meski ada juga orang yang bukan selebriti yang berhasil menekuni karier ini, terutama dalam dunia program anak televisi, dimana selebriti menjadi kurang penting. Seorang presenter televisi biasanya juga seorang aktor, penyanyi, dan lainnya, tapi umumnya terkenal karena menjadi presenter program tertentu. Pengecualiannya adalah presenter untuk program politik atau ilmiah yang biasanya merupakan profesional di bidangnya, atau selebriti yang berhasil di satu bidang tapi punya minat di bidang tertentu lainnya. Namun dalam program 100% AMPUH presenternya sendiri adalah seorang artis yang sebelum dipilih menjadi presenter 100% AMPUH, mereka sudah menjadi artis terlebih dahulu. Beberapa perkembangan nama dari presenter sendiri adalah, host, VJ (Video Jockey) biasanya presenter ini ada pada acara music yang materinya hanya memutarkan video klip saja, tanpa ada interaksi dengan bintang tamu. MC (Master of Ceremony) biasanya presenter ini ada pada acara yang semi formal, dan juga Anchor biasanya presenter ini ada pada acara berita. Untuk menjadi pembawa acara televisi seseorang harus memiliki kepribadian seperti (Aryati, 2007:5): 21 a. Ekstrovert: yaitu orang-orang yang suka mengekspresikan apa yang dipikirkan, dirasakan, kepada orang lain; pendek kata orang yang suka memperbincangkan berbagai hal dengan orang lain secara terbuka b. Generalis: yaitu orang yang memiliki banyak pengetahuan umum, yang akan memungkinkan dia untuk “bicara apa saja” c. Fleksibel: yaitu orang yang luwes, mudah menyesuaikan diri dengan situasi. d. Friendly: yaitu orang yang mudah bergaul, dank arena pembawaannya disenangi banyak orang. Public speaking adalah salah satu langkah awal menjadi presenter. Beberapa elemen public speaking antara lain: Teknik vokal: a) Intonasi: nada suara. b) Aksentuasi atau logat, dialek. Lakukan stressing pada kata-kata tertentu yang dianggap penting. c) Kecepatan. Jangan bicara terlalu cepat. d) Artikulasi, kejelasanpengucapan kata-kata. e) Infleksi, lagu kalimat. Perubahan nada suara. Kontak mata (Eye contact) a) Pandang audience; sapukan pandangan ke seluruh audience. b) Pandang tepat pada matanya 22 Gesture a) Alami, spontan, wajar, tidak dibuat-buat. b) Penuh, tidak sepotong-sepotong, tidak ragu. c) Sesuai dengan kata-kata d) Gunakan untuk penekanan pada poin penting e) Jangan berlebihan. f) Senyum g) Variatif, jangan monoton Humor Humor adalah bumbu public speaking, dengan catatan tidak berlebihan. (Khoiri, 2010:47-50). 2. Bintang tamu Bintang tamu dalam acara musik 100% AMPUH biasanya adalah seorang atau sekelompok orang yang berkiprah di dunia musik. Mereka biasanya menyanyikan satu atau dua buah lagu secara live, minus one atau juga lipsing. 23 3. Audience Audience dalam program 100% AMPUH adalah fanbase dari bintang tamu yang hadir dan warga setempat dari venue atau lokasi shooting. 2.2 Teori Khusus 2.2.1 Teori Individual Differences Teori yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah teori individual differences. Nama teori yang diketengahkan oleh Melvin D. Defleur ini lengkapnya adalah “Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Jadi teori ini menelaah perbedaan-perbedaan di antara individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu. Menurut teori ini individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-pesan ---- terutama jika berkaitan dengan kepentingannya ---- konsisten dengan sikap-sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam, melainkan beragam disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya. Anggapan dasar teori ini ialah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual yang berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik-titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari 24 lingkungan yang dipelajarinya itu, mereka menghendaki seperangkat sikap, nilai, dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing pribadi yang membedakannya dari yang lain. Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu, maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual itu. Tetapi dengan berpegang tetap pada pengaruh variabel-variabel kepribadian (yakni menganggap khalayak memiliki cirriciri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman tanggapan terhadap pesan tertentu (jika variabel antara bersifat seragam). (Effendy, 2003 : 275) Dalam penelitian kali ini, penulis akan melakukan penelitian terhadap respon dari tiap audience program 100% AMPUH yang berada di lokasi terstruktur dari jenis kelamin dan profesi. 2.2.2 Konsep dan Definisi Respon Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : a. Kognitif Yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila 25 adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. b. Afektif Yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu. c. Konatif Yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan. Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). (Sembiring, 2011) 2.3 Definisi dan Operasionalisasi Konsep 2.3.1 Definisi Konsep Definisi konsep adalah penjelasan terhadap variabel-variabel dari konsep masalah penelitian yang diteliti. Variabel yang digunakan di sini hanya satu, yaitu: Respon penonton yang menyukai budaya Pop Korea terhadap segmen Korea pada program 100% AMPUH di Global TV. Dimensi yang digunakan dalam variabel ini adalah respon afektif, kognitif dan konatif kepada sub dimensi host, talent serta audience. 26 2.3.2 Operasionalisasi Konsep Penelitian ini menggunakan tayangan program 100% AMPUH di Global TV yang menjadi latar belakang terbentuknya respon oleh para penontonnya, terutama penonton on air yang kebetulan hadir di lokasi shooting. Definisi operasional dari variabel tersebut sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini. Berdasarkan dimensi dari definisi operasional akan dibuat kuesioner untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Tabel 2.1 Operasional Konsep Variabel Dimensi Respon Penonton Pada Program 100% AMPUH (Studi Pada Penonton Yang Menyukai Budaya Korea) - Kognitif Sub Dimensi Indikator 1. Pembawa acara 100% AMPUH memahami tugasnya sebagai pembawa acara segmen Korea. - Host 2. Pembawa acara 100% AMPUH memiliki wawasan yang luas mengenai budaya Pop Korea. 3. Pembawa acara 100% AMPUH menggunakan bahasa Indonesia yang baik di dalam segmen Korea. 27 4. Pengisi acara 100% AMPUH dalam segmen Korea sudah cukup update . - Talent 5. Boyband/girlband ala Korea merupakan pengisi acara yang saya tunggu-tunggu. 6. Saya tertarik dengan boyband/girlband ala Korea karena musiknya menarik. - Audience 7. Saya datang ke lokasi shooting 100% AMPUH untuk menonton boyband/girlband yang bergaya Korea. 8. Saya selalu mengikuti program 100% AMPUH, baik di lokasi maupun di TV untuk menonton segmen Korea. 9. Saya sering menjumpai penonton yang sama di lokasi shooting pada saat segmen Korea berlangsung. - Afektif 10. Kostum pembawa acara 100% AMPUH yang bergaya Korea sangat menarik. - Host 11. Pembawa acara 100% AMPUH ramah terhadap penonton segmen Korea yang ada di lokasi. 12. Penampilan pembawa acara 100% AMPUH yang bergaya ala Korea mampu menarik perhatian penonton. 28 - Talent 13. Penampilan pengisi acara 100% AMPUH dalam segmen Korea mampu memenuhi kebutuhan hiburan musik penontonnya. 14. Pengisi acara segmen Korea 100% AMPUH ramah terhadap penonton di lokasi. 15. Kostum dan penampilan pengisi acara segmen Korea di program 100% AMPUH sangat menarik. 16. Penonton segmen Korea 100% AMPUH di lokasi shooting cukup sopan. - Audience 17. Saya merasa aman di tengahtengah penonton segmen Korea 100% AMPUH lainnya. - Konatif 18. Saya merasa bersemangat saat penonton segmen Korea di lokasi ikut heboh meramaikan acara. - Host 19. Pembawa acara 100% AMPUH dalam segmen Korea sering menggunakan kata-kata yang tidak sopan. 20. Pembawa acara 100% AMPUH sangat menghibur saat menggombali artis pada saat segmen Korea berlangsung. 21. Pembawa acara 100% AMPUH sangat menghibur saat ikut meramaikan panggung bersama dengan pengisi acara yang bergaya Korea. 29 - Talent 22. Saya kesal saat pengisi acara segmen Korea tidak jadi mengisi acara karena gangguan dari luar. 23. Saya kesal jika pengisi acara segmen Korea melakukan kesalahan di panggung. 24. Saya kesal jika pengisi acara segmen Korea tidak bersikap ramah. - Audience 25. Saya berangkat ke lokasi shooting program 100% AMPUH dengan teman-teman untuk menonton artis favorit kami yang merupakan boyband/girlband ala Korea. 26. Saya tetap menonton segmen Korea program 100% AMPUH walaupun pengisi acaranya bukan artis favorit saya. 27. Saya akan menonton segmen Korea program 100% AMPUH lewat televisi jika tak dapat hadir ke lokasi.