EkonomiK10S18-Final

advertisement
X
ekonomi
KEBIJAKAN MONETER
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
1.
Memahami instrumen kebijakan moneter.
2.
Memahami kebijakan pemerintah dalam mengatasi inflasi.
A. Kebijakan Moneter
Setiap negara di dunia pasti mengalami atau melakukan kegiatan ekonomi. Hal
tersebut terjadi akibat pemerintah bertanggung jawab dalam menjaga kelangsungan
dan kestabilan kegiatan ekonomi agar masyarakat negara tersebut dapat memenuhi
kebutuhannya. Namun, kegiatan ekonomi yang dilakukan akan memberikan dampak
atau akibat tertentu yang jika dibiarkan dapat mengganggu kestabilan perekonomian
suatu negara. Dampak tersebut dikenal dengan istilah inflasi. Inflasi selalu berhubungan
dengan kenaikan harga barang dan jasa yang diukur dengan nilai moneter tertentu.
Nilai moneter yang digunakan untuk mengukur barang dan jasa disebut dengan
istilah harga. Dalam hal ini, harga perlu untuk dikendalikan sedemikian rupa agar
barang dan jasa yang dihasilkan tetap mampu untuk terjangkau oleh konsumen. Namun
ketersediaan barang di pasar terkadang lebih sedikit daripada peredaran uang. Inilah
yang memicu terjadinya inflasi sehingga harga barang mengalami kenaikan secara umum
dan terus-menerus. Oleh sebab itu, pemerintah perlu untuk mengendalikan jumlah uang
yang beredar. Kebijakan pemerintah untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar
disebut dengan kebijakan moneter.
Kela
s
K T SP
Inflasi yang terjadi dalam suatu negara perlu diatasi sebab jika dibiarkan akan
merugikan beberapa kelompok masyarakat tertentu. Beberapa ahli mengemukakan
mengenai teori inflasi sebagai berikut.
1. Irving Fisher
Teori ini dipelopori oleh Irving Fisher. Teori ini menekankan bahwa inflasi dipengaruhi
oleh pertambahan jumlah uang yang beredar dan anggapan masyarakat terhadap
kenaikan harga (faktor psikologis). Menurut teori kuantitas, inflasi hanya bisa berlangsung
apabila terjadi penambahan jumlah uang beredar. Hal ini terlihat pada rumus berikut.
M×V=P×T
Keterangan:
M= jumlah uang yang beredar
V = tingkat perputaran uang, yaitu berapa kali uang berpindah tangan
P = tingkat harga
T = volume barang dan jasa yang ditransaksikan
Menurut teori kuantitas, apabila jumlah uang beredar atau penawaran uang (M)
bertambah, maka tingkat harga umum (P) juga akan naik. Hal ini karena anggapan bahwa
V dan T konstan atau bergerak stabil.
2. John Maynard Keynes
Menurut John Maynard Keynes, inflasi terjadi karena ada sebagian masyarakat yang ingin
hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi merupakan proses perebutan
bagian keuntungan di antara kelompok-kelompok sosial (pelaku-pelaku ekonomi) yang
menginginkan bagian lebih besar dari yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut.
Proses perebutan tersebut terlihat pada keadaan di mana permintaan masyarakat
terhadap barang-barang selalu melebihi jumlah barang yang tersedia. Hal ini menimbulkan
apa yang disebut dengan celah inflasi atau inflationary gap. Celah inflasi timbul karena
golongan-golongan masyarakat berhasil mewujudkan keinginan mereka menjadi
permintaan efektif (permintaan berdaya beli) terhadap barang-barang dan jasa. Golongan
masyarakat tersebut adalah pemerintah, pengusaha, dan serikat pekerja.
Pemerintah berusaha memperoleh pendapatan yang besar dengan cara mencetak uang
baru. Pengusaha melakukan investasi dengan modal yang diperoleh dari kredit perbankan.
Sementara itu pekerja berusaha memperoleh kenaikan upah/gaji agar bisa lebih banyak
membeli barang dan jasa. J.M.Keynes mengemukakan ada tiga motif memegang uang, yaitu
2
motif transaksi untuk memudahkan pembayaran, motif jaga-jaga untuk mengantisipasi
kejadian tidak terduga, dan motif spekulasi untuk memperoleh keuntungan.
B. Instrumen Kebijakan Moneter
Dalam menjalankan kebijakan moneter, pemerintah memiliki beberapa instrumen yang
digunakan untuk mengendalikan peredaran jumlah uang di masyarakat. Jenis kebijakan
moneter yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Kebijakan Moneter Ekspansif
Kebijakan ekspansif adalah kebijakan pemerintah dalam rangka menambah jumlah
uang yang beredar. Kebijakan ini disebut juga kebijakan uang longgar (easy money policy).
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengatasi deflasi, yaitu suatu keadaan di mana
harga barang mengalami penurunan secara umum. Keadaan ini tentunya akan merugikan
produsen karena harga komoditas mengalami penurunan dan daya beli masyarakat juga
melemah. Instrumen yang digunakan oleh pemerintah antara lain menurunkan tingkat
suku bunga (politik diskonto), membeli surat berharga (politik pasar terbuka), menurunkan
rasio cadangan kas perbankan (giro wajib minimum, dan mempermudah (melonggarkan)
syarat pemberian kredit kepada masyarakat.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif
Kebijakan ini merupakan kebijakan pemerintah dalam rangka mengurangi jumlah
uang yang beredar. Kebijakan ini disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight
money policy). Kebijakan kontraktif digunakan untuk mengatasi inflasi. Instrumen yang
digunakan pemerintah dalam kebijakan ini adalah menaikkan tingkat suku bunga,
menjual surat berharga, menaikkan rasio cadangan kas perbankan, dan kebijakan kredit
ketat (prinsip 5C).
Super "Solusi Quipper"
Mengatasi Inflasi → NaJuNaKe TuBiTuLong
Mengatasi Inflasi
Instrumen
Mengatasi Deflasi
Naik
Suku bunga
Turun
Jual
Surat berharga
Beli
Naik
Cadangan kas
Turun
Ketatkan
Kredit
Longgarkan
3
C. Dampak Kebijakan Moneter Terhadap Perekonomian dan Tujuannya
Instrumen kebijakan moneter digunakan untuk mengatasi setiap persoalan
perekonomian yang terjadi pada suatu negara, baik inflasi maupun deflasi. Hanya saja
setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dapat mengakibatkan dampak lain di
bidang perekonomian. Misalnya, ketika pemerintah menaikkan tingkat suku bunga
untuk mengatasi inflasi maka hal ini tentunya dapat memengaruhi besarnya investasi
yang terjadi pada suatu negara sebab nilai investasi berbanding terbalik dengan tingkat
suku bunga.
Oleh sebab itu, yang perlu menjadi fokus utama dalam kebijakan moneter kali ini
ialah hanya mencakup tentang bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi inflasi
atau deflasi yang terjadi dalam suatu negara. Dampak lain yang dapat terjadi akibat
kebijakan yang dilakukan merupakan persoalan lain yang akan dibahas dalam analisis
ekonomi secara makro.
Dalam pelaksanaannya, ketika pemerintah melakukan kebijakan moneter maka
pihak yang akan terlibat langsung dalam kegiatan ini di antaranya adalah pemerintah
(Bank Indonesia), bank umum (konvensional maupun syariah), dan masyarakat. Ketiga
pihak ini saling berkaitan sebab kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah harus
dipatuhi oleh semua bank-bank umum dan akan berdampak langsung terhadap
masyarakat. Bentuk kebijakan moneter yang dikeluarkan pemerintah akan memengaruhi
tingkat likuiditas (jumlah uang beredar) yang terjadi di masyarakat yang pada akhirnya
akan memengaruhi tingkat inflasi. Untuk mengetahui besarnya jumlah uang beredar
akibat kebijakan moneter dalam bentuk rasio cadangan kas, maka rumus yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut.
JUB =
1
× alat likuid
CK
Keterangan:
JUB= Jumlah Uang Beredar
CK = Cadangan kas/reserve requirement ratio
Contoh Soal
Bank X menerima tambahan deposit Rp500 juta dan menyalurkannya sebagai kredit
kepada nasabah A setelah dikurangi cadangan wajib perbankan 10%. Jika nasabah A
menyimpan pinjamannya pada Bank Y dan bank ini menyisihkan cadangan dengan rasio
yang sama serta menyalurkannya sebagai kredit, begitu seterusnya, maka jumlah uang
beredar di masyarakat adalah ....
4
Jawaban:
1
JUB
JUB==
× alat likuid
CK
1
× Rp500 juta
JUB =
10%
JUB = Rp5.000 juta
Berdasarkan soal tersebut, penambahan likuiditas akan semakin meningkatkan
jumlah uang yang beredar. Itulah sebabnya dalam rangka pengendalian likuiditas yang
ada di masyarakat, pemerintah harus mampu mengeluarkan kebijakan moneter yang
tepat agar kebijakan tersebut dapat tepat guna. Dapat disimpulkan, tujuan kebijakan
moneter adalah sebagai berikut.
1. Menjaga Stabilitas Perekonomian
Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan perekonomian yang berjalan sesuai dengan
harapan, terkendali, dan berkesinambungan. Artinya, pertumbuhan arus uang yang
beredar seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.
2. Tercapainya Stabilitas Harga
Kebijakan moneter selalu dihubungkan dengan jumlah uang beredar dan jumlah barang
dan jasa. Interaksi jumlah uang beredar dengan jumlah barang dan jasa akan menghasilkan
harga. Ada kalanya harga naik atau turun tidak beraturan, sehingga perubahan harga
dapat memengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Apabila harga cenderung naik terusmenerus, orang akan membelanjakan semua uangnya yang mengakibatkan terjadinya
gejala ekonomi yang disebut inflasi.
3. Meningkatkan Kesempatan Kerja
Jika jumlah uang beredar seimbang dengan jumlah barang dan jasa, maka perekonomian
akan stabil. Pada keadaan ekonomi stabil, pengusaha akan mengadakan investasi. Investasi
akan memungkinkan adanya lapangan pekerjaan baru. Adanya lapangan pekerjaan baru
atau perluasan usaha berarti meningkatkan kesempatan kerja.
4. Memperbaiki Posisi Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran
Kebijakan moneter dapat memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca
pembayaran. Jika negara mendevaluasi mata uang rupiah ke mata uang asing, hargaharga barang ekspor akan menjadi lebih murah sehingga memperkuat daya saing dan
meningkatkan jumlah ekspor. Peningkatan jumlah ekspor akan memperbaiki neraca
perdagangan dan neraca pembayaran.
5
Download