ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA NOMINAL, TINGKAT LAJU INFLASI (IHK), DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP JUMLAH UANG BEREDAR (JUB) (PERIODE 2005-2008) Hedwigis Esti R.1 Irwan2 Abstract Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh suku bunga nominal, tingkat laju inflasi, dan nilai tukar Rupiah terhadap jumlah uang beredar dalam menentukan kebijakan moneter di Indonesia (periode 2005-2008). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif asosiatif. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data bulanan suku bunga nominal Bank Persero periode 2005-2008, tingkat laju inflasi periode 2005-2008, nilai tukar Rupiah periode 2005-2008, jumlah uang beredar (M1) periode 2005-2008, dan literature yang berkaitan dengan penelitian. Metode analisis data menggunakan metode korelasi dan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bunga nominal, tingkat laju inflasi, dan nilai tukar rupiah cukup berpengaruh terhadap jumlah uang beredar (M 1). Persamaan regresi berganda yang diperoleh, adalah sebagai berikut: Y = 788602,3 – 111955X1 + 3285,497X2 – 4,830X3, dengan nilai korelasi masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu suku bunga nominal (X 1) = -0,910, tingkat laju inflasi (X2) = 0,219, dan nilai tukar (X3) = -0,116, dan nilai F signifikansi 0,000 serta nilai F hitung sebesar 85,823. Pemerintah dan atau otoritas moneter sebaiknya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menentukan kebijakan moneter dengan memperhatikan kondisi makro agar tercipta perekonomian Indonesia yang kondusif. PENDAHULUAN Krisis di bursa saham yang terjadi pada pertengahan tahun 2008 di Wall Street yang dipicu oleh kasus subprime mortgage juga membuat perekonomian negara-negara kembali lesu dimana ini berimbas pada munculnya gejolak di pasar valuta global. Ini me mang tidak lepas kondisi ekonomi makro ekonomi di Amerika Serikat sendiri. Di sisi lain, pemerintah AS juga kesulitan untuk turun tangan langsung mengatasi krisis ini. Hal ini disebabkan desain dan struktur kelembagaan di sana tidak memungkinkan pemerintah campur tangan mengatasinya (Kemal Syamsudin, 2008). Jatuhnya harga subprime mortgage memang dipicu oleh tidak kunjung membaiknya kondisi perekonomian AS. Pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah, 1 2 Dosen Tetap ABFI Institute Perbanas. Alumni ABFI Institute Perbanas. 2 memicu tingginya angka pengangguran dan bahkan memperluas kasus pemutusan hubungan kerja. Pada saat gejolak subprime mortgage ini terjadi, telah cukup banyak kelompok pekerja middle income di AS yang menjadi korban pemutusan hubungan kerja (Kemal Syamsudin, 2008). Dampak dari krisis di bursa saham di Wall Street yang di picu kasus subprime mortgage ini menyebabkan perekonomian dunia terpengaruh baik dari segi ekonomi dan politik khususnya Indonesia yang akibatnya nilai tukar rupiah melemah, fluktuasi suku bunga SBI dan tingkat inflasi yang meningkat yang berakibat pendapatan riil semakin merosot dan membuat hidup orang banyak menjadi turun, khususnya orang-orang yang berlevel bawah. Di Indonesia sendiri salah satu masalah ekonomi yang sangat berbahaya bagi kesejahteraan masyarakat adalah inflasi. Pasalnya, inflasi dianggap sebagai kecenderungan naiknya harga barang-barang secara umum, berdampak pada menurunnya kesejahteraan. Pengambil kebijakan harus memerangi inflasi agar stabilitas ekonomi tercipta. Tingginya harga komoditas energi dan bahan pangan serta dampak kenaikan BBM memberi tekanan pada inflasi tahun 2008. Sampai Mei 2008, inflasi kumulatif sudah mencapai 5,38 persen, sementara target pemerintah dan BI sebelum revisi adalah 6.5 persen. Pasca kenaikan BBM, target inflasi direvisi hingga berkisar 10,9-11,2 persen. Hilangnya atau turunnya kesejahteraan masyarakat karena daya beli turun akan membebani masyarakat, khususnya golongan menengah ke bawah. Salah satu kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter untuk mengendalikan inflasi adalah menaikkan suku bunga. Kebijakan menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) dari 8.25 persen menjadi 8.5 persen dimaksudkan agar penawaran uang berkurang karena masyarakat mendapat insentif lebih tinggi untuk menaruh dana di perbankan. Jika jumlah uang beredar berkurang, nilai uang terhadap komoditas diharapkan kembali stabil. Bagi BI, tercapainya stabilitas perekonomian memang menjadi tugas utamanya. Stabilitas ini tercermin pada tingkat inflasi terkendali. Keberhasilan mengendalikan inflasi merupakan indikator keberhasilan kinerja BI yang secara 3 kasatmata bisa dirasakan dan diamati publik. Perbankan akan merespons dengan menaikkan suku bunga kredit, sehingga biaya modal pelaku usaha meningkat. Peningkatan ini berkorelasi dengan tersendatnya penyaluran kredit baik produktif maupun konsumtif, sehingga para investor yang berniat berusaha memilih membatalkan rencana dan para investor yang sudah eksis mendapat kesulitan dalam mengakses pembiayaan perbankan. Mengendalikan inflasi tidak cukup hanya dengan menaikkan suku bunga saja. Lagi pula, penyebab inflasi bukan hanya berasal dari kebijakan moneter seperti meningkatnya jumlah uang beredar ataupun rendahnya suku bunga. Kebijakan ini harus diikuti dengan kebijakan memperbaiki aspek-aspek yang menimbulkan inflasi seperti tidak lancarnya distribusi dan praktik ekonomi biaya tinggi yang terkait dengan kenaikan harga BBM (Seputar Indonesia, 11 Juni 2008). Dengan dasar pemikiran dan adanya fenomena-fenomena yang telah disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga nominal Bank Persero, tingkat laju inflasi (IHK), dan nilai tukar Rupiah terhadap jumlah uang beredar (JUB) di Indonesia. TINJAUAN TEORITIS Uang yang beredar adalah seluruh uang kartal ditambah uang giral yang tersedia dan digunakan oleh masyarakat. Uang kartal adalah uang tunai yang dikeluarkan pemerintah atau bank sentral yang langsung di bawah kekuasaan masyarakat umum untuk menggunakannya. Sedangkan uang giral adalah seluruh nilai saldo rekening koran (giro) yang dimiliki masyarakat pada bank-bank umum (Boediono, 1993:86). Jumlah uang beredar pada suatu saat adalah penjumlahan dari uang kartal ditambah uang giral. Dalam kepustakaan ekonomi moneter rumus ini menyatakan uang beredar dalam arti sempit (narrow money). Suku bunga merupakan faktor yang penting dalam perekonomian suatu negara karena sangat berpengaruh terhadap "kesehatan" suatu perekonomian. Hal ini tidak hanya mempengaruhi keinginan konsumen untuk membelanjakan ataupun menabungkan 4 uangnya tetapi juga mempengaruhi dunia usaha dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang sangat luas, tidak hanya pada sektor moneter, melainkan juga pada sektor riil, sektor ketenagakerjaan, bahkan sektor internasional (Neny Erawati dan Richard Liewelyn, 2002: 98–107). Secara teoritis terdapat dua jalur utama mekanisme transmisi kebijakan moneter, yaitu melalui jumlah uang beredar, dan jalur harga melalui suku bunga. Jalur suku bunga ini merupakan channel yang penting untuk perekonomian Indonesia. Pengujian empiris mengungkapkan bahwa pengaruh suku bunga terhadap inflasi mempunyai hubungan yang lebih stabil dibandingkan dengan agregat moneter. Upaya untuk menekan fluktuasi tingkat suku bunga bergantung pada keberhasilan mengendalikan gejolak dipasar uang. Tingkat laju inflasi ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran barang dan jasa yang mencerminkan perilaku para pelaku pasar atau masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut adalah ekspektasi terhadap laju inflasi dimasa yang akan datang. Ekspektasi laju inflasi yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk mengalihkan aset finansial yang dimilikinya menjadi aset riil, seperti tanah, rumah, dan barang-barang konsumsi lainnya. Begitu juga sebaliknya ekspektasi laju inflasi terlalu rendah akan memberikan insentif terhadap masyarkat untuk menabung serta melakukan investasi pada sektor-sektor produktif. Ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di masa yang akan datang antara lain dapat dilihat dari perkembangan suku bunga nominal. Suku bunga nominal ini mencerminkan suku bunga riil ditambah ekspektasi laju inflasi. Dengan demikian, perkembangan suku bunga nominal dapat digunakan sebagai indikator ekspektasi inflasi. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa dirumuskan sebagai berikut, yaitu diduga ada pengaruh yang positif dan signifikan antara suku bunga terhadap laju inflasi sehingga dapat ditemukan suatu suku bunga untuk dapat digunakan sebagai salah stu indikator yang dapat mencerminkan ekspektasi inflasi pada periode jangka pendek dan jangka panjang. METODE PENELITIAN 5 Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian kuantitatif asosiatif, yang ditekankan pada hubungan atau pengaruh suku bunga nominal, tingkat laju inflasi, dan nilai tukar Rupiah terhadap jumlah uang beredar. Sebagai variable independent dalam penelitian ini adalah Suku Bunga Nominal yang diambil data dari Bank Indonesia (BI) berupa Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Tingkat Laju Inflasi (IHK) yang diambil datanya dari Bank Indonesia (BI), dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS yang diambil datanya dari Website Bank Indonesia sedangkan variable dependent disini adalah Jumlah Uang Beredar (JUB) yang diambil data dari Bank Indonesia (BI) berupa Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder yaitu data suku bunga nominal bank persero yang diperoleh dari Bank Indonesia berupa Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia periode 2005-2008, tingkat laju inflasi (IHK) dari Bank Indonesia periode 2005-2008, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS dari website Bank Indonesia periode 2005-2008, dan jumlah uang beredar (JUB) dari Bank Indonesia (BI) berupa Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia periode 2005-2008. Data diolah secara kuantitatif. Analisa kuantitatif pengaruh suku bunga nominal, tingkat laju inflasi (IHK), dan nilai tukar Rupiah terhadap jumlah uang beredar (JUB) semua data diolah dengan menggunakan SPSS Versi 11.5 For Windows. Teknik analisa data yang digunakan adalah statistik deskripstif. Dan selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis pertama kali dilakukan adalah dengan menguji normalitas data. Asumsi normalitas data merupakan prasyarat kebanyakan prosedur statistika inferensial. Dan selanjutnya, melakukan analisa data dengan menentukan uji penyimpangan asumsi klasik, korelasi, regresi, koefisien determinasi, dan uji F untuk hipotesis pada variable independent dan variable dependent. PEMBAHASAN 6 Hasil regresi antara variable independent (suku bunga nominal, laju inflasi, dan nilai tukar) dengan variable dependent (jumlah uang beredar) dapat dilihat pada tabel 1, yaitu sebagai berikut: Tabel 1. Tabel Regresi Coefficientsa Model 1 (Constant) suku bunga laju inflasi nilai tukar Unstandardized Coefficients B Std. Error 788602,3 82424,922 -111955 7294,396 3285,497 1192,703 -4,830 7,985 Standardized Coefficients Beta -,986 ,178 -,036 t 9,568 -15,348 2,755 -,605 Sig. ,000 ,000 ,009 ,548 a. Dependent Variable: jumlah uang beredar Sumber: Data output SPSS 11,5 for Windows Dari tabel 1 dapat dibentuk persamaan regresi sebagai berikut: Y = 788602,3 – 111955 SBN + 3285,497 IN – 4,830 NT Untuk mengetahui persentase pengaruh variabel suku bunga nominal, laju inflasi, dan nilai tukar terhadap variabel jumlah uang beredar (M1) dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (R2) yaitu sebesar: 0,854 atau 85,4 persen. Hal ini menunjukkan persentase pengaruh variable independent (suku bunga nominal, tingkat laju inflasi, dan nilai tukar) terhadap variable dependent (jumlah uang beredar) sebesar 85,4 persen. Tabel 2 Tabel Koefisien Determinasi (R2) Model Summ aryb Model 1 R R Square a ,924 ,854 Adjust ed R Square ,844 St d. Error of the Es timate 29515, 859 a. Predic tors: (Constant), nilai tuk ar, s uku bunga, laju inflasi b. Dependent Variable: jumlah uang beredar 7 Hasil uji F yang digunakan untuk menguji secara simultan dari seluruh variable independent terhadap variable dependent diperoleh hasil F hitung > F tabel (85,823 > 2,816), maka Ho ditolak, artinya hubungannya tidak berbanding terbalik secara significan antara suku bunga nominal, tingkat laju inflasi, dan nilai tukar secara bersama-sama terhadap jumlah uang beredar (M1). Tabel 3 Hasil Uji F-test Suku Bunga Nominal, Laju Inflasi, dan Nilai Tukar Terhadap Jumlah Uang Beredar ANOV Ab Model 1 Regres sion Residual Total Sum of Squares 2,24E+ 11 3,83E+ 10 2,63E+ 11 df 3 44 47 Mean S quare 7,477E +10 871185916,5 F 85,823 Sig. ,000a a. Predic tors: (Constant), nilai tukar, suku bunga, laju inflas i b. Dependent Variable: jumlah uang beredar Sumber: Data output SPSS 11,5 for Windows Perbandingan Dengan Penelitian Sebelumnya Perbandingan hasil penelitian dengan peneliti sebelumnya (Neny Erawaty & Richard Liwelyn, 2000), yang menggunakan spread suku bunga dan spread laju inflasi sebagai variable independent dan jumlah uang beredar sebagai variable dependennya (data 1994-2000) . Tabel 4 Perbandingan Hasil Penelitian Sejenis Peneliti Variabel Independen Neny Erawaty & 1. Spread suku bunga Richard Liwelyn 2. Spread Laju inflasi Irwan 1. Suku bunga nominal 2. Laju inflasi 3. Nilai Tukar Rupiah Sumber: peneliti Variabel Dependen JUB JUB Hubungan Positif Positif Negatif Positif Negatif 8 SIMPUlAN Secara keseluruhan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel suku bunga nominal, laju inflasi dan nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar di Indonesia. Suku bunga nominal dan nilai tukar rupiah memiliki hubungan yang negatif terhadap jumlah uang beredar, sedangkan laju inflasi memiliki pengaruh yang positif terhadap jumlah uang beredar. Jika dilihat dari hasil uji parsial, maka dapat disimpulkan bahwa variabel suku bunga nominal memiliki pengaruh yang paling signifikan (dominan) terhadap jumlah uang beredar dibanding variabel yang lainnya. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dengan ditemukannya hasil analisis yang menunjukkan suku bunga nominal, tingkat laju inflasi (IHK), dan nilai tukar Rupiah memiliki pergerakan nilai konstan yang searah (positif) dan signifikan, maka peneliti memberi saran kepada pemerintah dan atau pelaku otoritas moneter untuk lebih berhati-hati dalam membuat kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan jumlah uang beredar (JUB) di Indonesia. Karena pasalnya jika pemerintah atau otoritas moneter memutuskan untuk meningkatkan atau menurunkan jumlah uang beredar tanpa memperhatikan kondisi makro ekonomi di Indonesia, maka akan memberikan dampak yang tidak baik bagi pertumbuhan perekonomian di Indonesia sendiri. Di masa krisis global baru-baru ini membuat nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS meningkat, sehingga membuat harga-harga barang maupun jasa menjadi naik tajam, akibatnya inflasi naik. Semakin tinggi tingkat suku bunga (dalam hal ini SBI) akan mempengaruhi inflasi menjadi naik, seperti misalnya dilihat dari kebijakan uang ketat dengan menaikkan suku bunga melalui operasi pasar terbuka, memang akan berdampak positif dari penekanan jumlah uang beredar, tetapi disisi lain, hal ini akan menimbulkan masalah didalam sektor riil yang akibatnya dana masyarakat terserap semua ke perbankan sehingga produksi nasional terhambat, sehingga harga-harga akan meningkat dengan langkanya produk di pasaran. 9 DAFTAR PUSTAKA Ahmad Jamli. 1996. Teori Ekonomi Makro. Edisi Pertama. Yogyakarta: Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Agus Prabowo Mursito. 2003. Analisis Spread Suku Bunga Nominal dan Determinan Inflasi dalam Kerangka Kebijakan Moneter. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Bank Indonesia. 2005. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Maret 2005. Vol. 7, No. 4:497. ------------. 2006. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Juli 2006. Vol. 9, No. 1. Hal:1-2. ------------. 2007. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Juli 2007. Vol. 10, No. 1. Hal: 3 -----------. 2008. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Juli 2008. Vol. 11, No. 1. Hal:2. -----------. 2005. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Maret 2005. Vol. VII, No. 3. -----------. 2006. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Maret 2006. Vol. VIII, No. 3. ------------. 2007. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Juli 2005. Vol. IX, No. 7. ------------. 2008. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. November 2008. Vol. X, No. 11. Boediono. 1992. Ekonomi Moneter (Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5). Edisi 5. Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: BPFE. ----------. 1993. Ekonomi Makro. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE. ----------. 1998. Ekonomi Mikro. Yogyakarta : BPFE. 10 Charles P Kindleberger & Peter H Lindert dan. 1993. Ekonomi Internasional. Edisi 8. Jakarta: PT Erlangga. Dwi Priyatno. 2008. Mandiri Relajar SPSS (Statistical Product and Service Solution). Yogyakarta: PT Buku Kita. Fernia Niken Susanti dan Ghozali Maski. 2001. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Pendapatan Riil Terhadap Jumlah Uang Beredar: Implementasi Error Correction Model. Volume 2. Telaah Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi. 2001:175-187. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Johanes Supranto. 2000. Statistik Teori Dan Aplikasi Jilid I dan 2. Edisi Keenam. Jakarta: PT Erlangga. Neny Erawati dan Richard Liewelyn. 2002. Analisis Pergerakan Suku Bunga dan Laju Ekspektasi Inflasi Untuk Menentukan Kebijakan Moneter di Indonesia. Dalam Journal Manajemen & Kewirausahaan. Vol. 4, No. 2. September 2002 : 98107. Nopirin. 1995. Ekonomi Moneter. Edisi I. Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: BPFE. Salvatore Dominic. 1997. Ekonomi Internasional. Jilid 2. Jakarta: PT Erlangga. Stanislaus S Uyanto. 2006. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Edisi Kedua. Yogyakarta: PT Graha Ilmu. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D. Cetakan Keempat. Bandung: Alfabeta. -----------. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Januari 2008. Cetakan Kesebelas. Bandung: Alfabeta. Sukirno, Sadono. 2008. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga: 310. Jakarta: PT Raya Grarindo. Sumarsono Sonny. 2004. Metode Reset Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama. Yogyakarta: PT Graha Ilmu. Bank Indonesia. Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2008. Dalam http://www.bi.go.id/web/id/publikasi/kebijakan+moneter/laporan+kebijakan+m oneter/km_trw408.htm. 27 Januari 2009. Jam 15:00 WIB. Cyrillus Harinowo. Inflasi dan Suku Bunga. Dalam http://www2.kompas.com/kompascetak/0310/17/finansial/628557.htm. 15 Januari 2009. Jam 16:45 WIB. 11 Iman. BI Sempurnakan Operasi Moneter Tahun 2008. Dalam http://www.koranindonesia.com/2007/11/29/bi-sempurnakan-operasi-monetertahu-2008/. 24 Januari 2009. Jam 19:30 WIB. Kemal Syamsudin. Krisis Wall Street Masih Panjang. Dalam http://web.bisnis.com/kolom/2id416.html. 20 November 2008. Jam 17:00 WIB. Rasyad. Econit: Kebijakan Moneter Semester I Cenderung Ketat. Dalam http://www.antara.co.id/arc/2008/1/16/econit-kebijakan-moneter-semester-Icenderung-ketat/. 24 Januari 2009. Jam 19:30 WIB.