Hidupkan - BPJS Kesehatan

advertisement
INFOBPJS
MEDIA EKSTERNAL BPJS KESEHATAN
EDISI 47 TAHUN 2017
Kesehatan
JKN-KIS
Hidupkan
Industri Kesehatan
CEO
Message
Pasti Ada Hasil yang Baik
dari Setiap Pengorbanan Terbaik
Bagaimana dengan kondisi kita di Indonesia? Meski dengan rasa prihatin, terpaksa
kita masih harus bercerita bahwa siswa sekolah dasar di Kota Subulussalam
Aceh setiap hari harus “melawan maut” menyeberangi sungai untuk sampai
ke sekolah mereka di Lae Bersih. Kita juga masih harus menerima ketika
mendengar bahwa puluhan siswa SD Inpres 6/75 Hulo Bone Sulawesi Selatan,
saat berangkat dan pulang sekolah dengan perasaan was-was harus meniti tali
baja sepanjang 35 meter dan tinggi 15 meter di atas Sungai Bola Tellue. Jika tidak
melewati jembatan tali baja tersebut, para siswa harus memutar dengan jarak
tempuh 20 kilometer untuk sampai sekolah. Begitu pula dengan siswa sekolah
dasar Campoan Situbondo yang terpaksa menyeberangi sungai selebar sekitar
10 meter dengan arus sangat deras, karena sungai ini merupakan akses jalan
satu-satunya menuju sekolah, sedangkan akses lain harus memutar sekitar 3
kilometer jauhnya.
Jepang memang selalu menginspirasi.
Berdasarkan reportase CCTV
News yang ditayangkan tahun lalu,
diberitakan bahwa Japan Railways
tetap membuka rute di stasiun
Kyu-Shirataki untuk memfasilitasi
seorang (saja) siswi sekolah menengah
atas, yang merupakan satu-satunya
penumpang di stasiun itu, untuk
pulang dan pergi ke sekolah.
Selama tiga tahun stasiun KyuShirataki hanya akan digunakan
seorang diri oleh gadis ini karena
letak Kyu-Shirataki yang jauh di
pelosok Hokkaido dan dari tahun
ke tahun penumpangnya semakin
menurun. Tanpa mempertimbangkan
faktor untung dan rugi atas biaya
operasional yang terjadi, keputusan
ini diambil untuk menjamin si gadis
tadi tetap dapat bersekolah. Sungguh
negara Jepang memang patut menjadi
teladan. Mereka sadar sekali akan
arti pentingnya pendidikan bagi
kemajuan negeri.
Dengan gambaran dua kondisi di atas, kalimat yang paling mudah untuk
menanggapinya tentu dengan menyalahkan bahwa pemerintah atau pun aparatur
desa tidak perhatian, kurang agresif dan tidak perduli. Namun toh, seribu cara
ini tidak pernah akan menghasilkan solusi atau pun perubahan berarti. Harus
ada cara baru dalam budaya menggapi permasalahan di negeri ini. Harus ada
cara berpikir yang diubah. Ingat!! Selalu berorientasi pada solusi dan bukan pada
masalah.
Ibaratnya, ketika melihat tanaman tetangga lebih tinggi, maka janganlah menarik
batang tanaman kita satu demi satu ke atas hingga tampak lebih tinggi dari
tanaman tetangga. Karena itu bukan karya yang luar biasa. Itu hanyalah cara
singkat untuk membuat tanaman layu dan mati perlahan secara sempurna. Kita
tidak perlu iri dengan keberhasilan Jepang. Tetapi kita justru harus iri dan tiru
terhadap apa saja yang sudah Jepang lakukan. Jika Jepang bisa, tentu kita juga
bisa.
Kita pun harus meyakini bahwa jika seseorang mengharapkan perubahan dalam
hidupnya, maka orang itu tidak dapat mengharapkan orang lain atau faktor
eksternal berubah untuk dirinya. Orang itu sendirilah yang harus mau mengubah
dirinya lebih dahulu. Dan jika berharap hal yang lebih baik, tentu ia tidak dapat
terus memelihara kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik. Berubahlah menjadi
lebih baik, meskipun perubahan itu menyakitkan dan tidak dapat dicapai secara
seketika.
Pendiri Indonesia Power Institute dan Ahli Neuro Linguistik Program, Tan Bun Heng
berkata, alam semesta begitu sempurna dengan hukum-hukum alam yang begitu
teratur. Segala sesuatu di alam ini mempunyai siklus dan waktu untuk tumbuh
berkembang menjadi sempurna. Kalau anda benar–benar ingin mempraktekan
rahasia sukses, pembelajaran yang paling mudah bisa anda dapatkan pada cara
kerja seorang petani. Bagaimana seorang petani mulai dari mengolah lahan
hingga panen raya, itulah konsep berpikir yang harus anda praktikan. Ada lahan
yang subur, bibit yang unggul, air, matahari, pupuk, perawatan secara konsisten,
cuaca yang sesuai, musim yang sesuai dan lainnya. Jika semua itu serasi dan
seimbang, maka akan terjadi panen raya.
Hal yang sama juga terjadi dalam kehidupan nyata kita. Jika semua faktor
kesuksesan telah dijalankan secara benar, pasti kesuksesan sejati akan anda
datang. Artinya, ketika ingin mencapai yang terbaik maka berbuatlah yang terbaik.
Meski awalnya tidak berjalan dengan baik, yakin saja karena pasti ada hasil yang
baik dari setiap pengorbanan terbaik.
Direktur Utama
Fachmi Idris
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
Salam Redaksi
JKN-KIS Tuai Dampak Positif
pada Perekonomian
BULETIN DITERBITKAN OLEH
BPJS KESEHATAN :
Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta Pusat
Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940
PENGARAH
Fachmi Idris
PENANGGUNG JAWAB
Bayu Wahyudi
PIMPINAN UMUM
Budi Mohamad Arief
PIMPINAN REDAKSI
Irfan Humaidi
SEKRETARIS
Rini Rahmitasari
SEKRETARIAT
Ni Kadek M.Devi
Eko Yulianto
Paramita Suciani
REDAKTUR
Elsa Novelia
Ari Dwi Aryani
Budi Setiawan
Dwi Surini
Tati Haryati Denawati
Angga Firdauzie
Juliana Ramdhani
Diah Ismawardani
Ranggi Larissa Izzati
Darusman Tohir
DISTRIBUSI & PERCETAKAN
Erry Endri
Anton Tri Wibowo
Akhmad Tasyrifan
Arsyad
Didik Darmadi
Ramadhona A Lakoni
Pembaca Setia Media Info BPJS Kesehatan,
Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional –
Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) sejak 1 Januari 2014
berdampak terhadap pelayanan kesehatan masyarakat.
JKN-KIS membuka akses yang lebih besar kepada
masyarakat untuk mendapat pelayanan kesehatan
dasar. Setelah berjalan hampir 3 tahun ternyata program
JKN-KIS tidak hanya berdampak terhadap pelayanan
kesehatan tapi juga perekonomian.
Hasil penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia (LPEM FEB UI) menunjukan kontribusi total
JKN-KIS terhadap perekonomian Indonesia di tahun
2016 mencapai 152,2 triliun. Seperti apa dampak
perekonomian lainnya yang dihasilkan dari Program JKNKIS akan akan lebih jauh diulas dalam pada rubrik FOKUS.
Di rubrik BINCANG kami akan menghadirkan wawancara
dengan Direktur Institute for Development of Economics
and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati, yang mengatakan
JKN-KIS berdampak terhadap produktivitas dan daya beli
masyarakat. Bagaimana hak tersebut bisa terjadi, seperti
apapandangannya terhadap dampak implementasi
program JKN-KIS dalam upaya mensejahterakan
masyarakat serta memperbaiki sistem kesehatan di
Indonesia.
Seiring dengan penerbitan Info BPJS Kesehatan, kami
mengucapkan terima kasih atas berbagai dukungan
dan tanggapan atas terbitnya media ini. Kami pun
terus berupaya dalam memberikan informasi yang baik,
akurat dan diharapkan kehadiran media ini dapat menjadi
jembatan informasi yang efektif bagi BPJS Kesehatan
dan seluruh stakeholder. Selamat beraktivitas.
Redaksi
DAFTAR ISI
Pelanggan - Mau Ganti Status
Kepesertaan JKN ? Begini Aturanya
BINCANG
JKN-KIS Bisa Berdampak Pada
Produktivitas dan Daya Beli
Masyarakat
10
Testimoni - Program JKN-KIS Ikut
Menggeliatkan Usaha Kecil
Dampak JKN-KIS terhadap
produktivitas baru bisa
dirasakan jika pelayanan
terhadap peserta berjalan
baik. JKN-KIS berdampak
langsung terhadap penguatan
daya beli masyarakat.
Kilas & Peristiwa - Tuntas Distribusikan KIS
100% Tahun 2016, BPJS Kesehatan Peroleh
Rapor Hijau
Inspirasi - “RUMAH ANYO”,Rumah Penuh
Cinta untuk Anak-Anak Pejuang Kanker
5
Sehat & Gaya Hidup - Vape, Bukan Cara
Sehat Untuk Berhenti Merokok
Recharge - Berolahraga dan Rekreasi
Hijau di Tengah Kota
Persepsi - Telat Bayar Klaim Tabu bagi
6 BPJS Kesehatan
Benefit - Kartu JKN-KIS Laku Disetiap Wilayah
12
Fokus - JKN-KIS, Hidupkan Industri Kesehatan
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
14
16
17
18
19
20
KILAS & PERISTIWA
KILAS & PERISTIWA
AMBON
08 Februari 2017
SUMBAWA BARAT
12 Februari 2017
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat
Mendeklarasikan Cakupan Peserta
Pertama di Provinsi Nusa Tenggara
Barat
Tuntas Distribusikan KIS 100% Tahun
2016, BPJS Kesehatan Peroleh Rapor
Hijau
Lebih dari tiga tahun sudah BPJS Kesehatan hadir
memberikan perlindungan finansial melalui jaminan
kesehatan terhadap penduduk Indonesia. Sebagai
wujud komitmen BPJS Kesehatan menyukseskan
implementasi program jaminan kesehatan, tahun 2016
BPJS Kesehatan tuntas mencetak dan mendistribusikan
Kartu Indonesia Sehat (KIS) kepada segmen Penerima
Bantuan Iuran (PBI) di seluruh wilayah Indonesia.
“Jika ditotal dari quick win tahun 2014 sampai dengan
31 Desember 2016, BPJS Kesehatan telah melakukan
pencetakan KIS segmen PBI sebanyak 92.435.415 kartu.
Khusus di tahun 2016, BPJS Kesehatan telah mencetak
dan mendistribusikan 5.429.045 kartu kepada peserta
PBI. Dengan terdistribusinya KIS 100% tahun 2016 ini,
BPJS Kesehatan pun memperoleh rapor hijau dari Kantor
Staf Kepresidenan (KSP),” kata Direktur Utama BPJS
Kesehatan Fachmi Idris saat mendampingi Presiden RI
Joko Widodo melakukan pembagian KIS di Desa Poka,
Ambon dalam rangkaian acara peringatan Hari Pers
Nasional, Rabu (8/2). Dalam kegiatan tersebut, terdapat
1.333 jiwa penduduk Kota Ambon yang memperoleh KIS
PBI, terdiri atas 699 warga Kecamatan Nusaniwe, 489
warga Kecamatan Sirimau, dan 145 warga Kecamatan
Leitimur Selatan.
Saat ini sudah banyak Pemerintah Daerah yang
mengintegrasikan program jaminan kesehatan daerah
(Jamkesda), dan Kabupaten Sumbawa Barat telah turut
serta mengintegrasikan program tersebut ke skema
JKN-KIS.
Kabupaten Sumbawa Barat adalah salah satu kabupaten
di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kabupaten terletak
di bagian barat pulau Sumbawa dengan luas wilayah
1.636,95 km persegi dan jumlah penduduk sebesar
132.853 jiwa. Kabupaten Sumbawa Barat menjadi
kabupaten yang pertama di Provinsi Nusa Tenggara Barat
yang seluruh penduduknya telah terintegrasi Program
JKN-KIS. Khusus di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat
total kepesertaan yang telah masuk dalam program JKNKIS adalah sebanyak 127.841 jiwa atau sebanyak 96,3%
dari total jumlah penduduk. Adapun jumlah peserta yang
diintegrasikan dengan program Pariri Sehat (Jamkesda
Sumbawa Barat) ke Program JKN-KIS sebanyak 39.196
jiwa.
“Kami sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, juga Pemerintah
Kabutapen/Kota yang telah mengintegrasikan program
ini. Ke depan peran serta Pemda bukan hanya dari
sisi pembiayaan, namun bagaimana mengoptimalkan
kualitas dan mutu pelayanan kesehatan sehingga derajat
kesehatan masyarakat semakin meningkat, dan kami
siap untuk bekerja bersama-sama,” ujar Andayani.
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
5
6
FOKUS
Utama
JKN-KIS
Hidupkan Industri Kesehatan
Diperkirakan pada 2021
kontribusi
JKN-KIS
terhadap perekonomian
Indonesia bisa mencapai
Rp 289 triliun. Program
JKN-KIS meningkatkan
angka harapan hidup
masyarakat Indonesia
sampai 2,9 tahun.
B
ergulirnya program Jaminan Kesehatan
Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)
sejak 1 Januari 2014 berdampak terhadap
pelayanan kesehatan masyarakat. JKN-KIS
membuka akses yang lebih besar kepada masyarakat
untuk mendapat pelayanan kesehatan dasar.
Setelah berjalan hampir 3 tahun ternyata program
JKN-KIS tidak hanya berdampak terhadap pelayanan
kesehatan tapi juga perekonomian. Hasil penelitian
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
(LPEM FEB UI) menunjukan kontribusi total JKNKIS terhadap perekonomian Indonesia di tahun 2016
mencapai 152,2 triliun. Pada tahun 2021 kontribusinya
diperkirakan meningkat sampai Rp 289 triliun.
Kepala Kajian Grup Kemiskinan dan Perlindungan Sosial
LPEM FEB UI, Teguh Dartanto, mengatakan dampak
JKN-KIS terhadap perekonomian Indonesia sifatnya
positif dan berkelanjutan. Dalam jangka pendek,
program JKN-KIS akan mendorong aktifitas ekonomi
untuk sektor yang bersinggungan dengan JKN-KIS
seperti jasa kesehatan pemerintah (rumah sakit dan
puskesmas), industri farmasi, alat kesehatan dan non
kesehatan (industri makanan dan minuman).
Untuk jangka panjang, program JKN-KIS mendorong
peningkatan mutu modal manusia. Mutu modal manusia
merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi
yang berkesinambungan. Tahun 2016, dampak JKNKIS terhadap jasa kesehatan yang diselenggarakan
pemerintah mencapai Rp57,9 triliun, industri farmasi
Rp10,1 triliun, industri alat kesehatan Rp0,20 triliun,
jasa kesehatan dan kegiatan sosial swasta Rp14,6 triliun
serta JKN-KIS Rp6,8 triliun.
Industri makanan, minuman dan tembakau terdampak
Rp17,2 triliun, perdagangan selain mobil dan sepeda
motor Rp7,5 triliun, jasa angkutan, pos dan kurir Rp3,5
triliun, jasa keuangan dan persewaan Rp2,4 trilun dan
sektor lain Rp 38,6 triliun.
“Dampak JKN-KIS ini akan terus meningkat seiring
bertambahnya kepesertaan dan investasi serta
pengeluaran JKN-KIS dalam perekonomian,” kata Teguh
kepada redaksi Info BPJS Kesehatan.
Teguh mengatakan bertambahnya peserta JKN-KIS akan
meningkatkan investasi di sektor kesehatan seperti
pembangunan fasilitas kesehatan, produksi obat dan
alat kesehatan. Hal itu mendorong peningkatan jumlah
lapangan pekerjaan bagi tenaga kesehatan. Ujungnya,
memacu perekonomian Indonesia menjadi semakin
berkembang.
Dampak JKN-KIS terbesar yakni meningkatkan kualitas
sumber daya manusia Indonesia karena menjadi lebih
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
FOKUS
“Program JKN-KIS (cakupan 10 persen kepesertaan) akan
meningkatkan angka harapan hidup sebesar 2,9 tahun. Selain itu
jika dihitung peningkatan 1 persen cakupan JKN-KIS setara dengan
peningkatan pendapatan masyarakat sebesar Rp1 juta/tahun/
kapita,” urainya.
sehat dan berumur lebih panjang. Kondisi itu mendorong
peningkatan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi
Indonesia jangka panjang.
Di
bidang
ketenagakerjaan,
program
JKN-KIS
berkontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja
sebesar 1,45 juta orang pada tahun 2016 dan akan
meningkat jadi 2,26 juta orang tahun 2021. Penciptaan
lapangan kerja itu ada dibeberapa sektor seperti jasa
kesehatan pemerintah (rumah sakit dan puskesmas)
sebesar 864 ribu orang (2016) akan meningkat menjadi
1,35 juta orang (2021).
Untuk sektor industri farmasi, penciptaan lapangan kerja
sebesar 27,2 ribu orang (2016) dan berpotensi meningkat
menjadi 42,5 ribu orang (2021). Industri makanan dan
minuman sekitar 34,1 ribu orang (2016) dan 53,2 ribu
orang (2021).
Menurut Teguh, dampak JKN-KIS akan semakin besar
seiring banyaknya RS swasta yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan. Bila sebelum JKN-KIS pilihan
pasien terhadap jasa layanan kesehatan terbatas pada
puskesmas dan klinik-klinik kecil, sekarang akses mudah
ke RS besar. Dengan sistem yang sudah mulai terbangun
dengan baik di tahun ke-4 pelaksanaan JKN-KIS ini
menimbulkan kompetisi antar sesama pemberi layanan.
Kompetisi ini akan menghasilkan perbaikan layanan yang
semakin baik.
Yang menjadi tantangan besar bagi BPJS Kesehatan saat
ini, menurut Teguh, adalah bagaimana menjangkau sisa
dari peserta yang belum terdaftar yaitu sekitar 80 juta
jiwa selama rentan dua tahun ini untuk mencapai UHC
pada 1 Januari 2019.
Pemerintah dan BPJS Kesehatan sudah harus mulai
memikirkan bagaimana solusinya mencapai target
UHC tepat waktu, tetapi tidak menimbulkan beban
bagi BPJS Kesehatan. Semakin banyak peserta yang
ditanggung dengan besaran iuran yang seperti saat ini,
maka anggaran BPJS Kesehatan akan jebol bila tidak
didukung pendanaan yang cukup dan berkelanjutan.
BPJS Kesehatan akan mengalami defisit berkelanjutan.
Kepala Kajian Grup Kemiskian dan
Perlindungan Sosial LPEM FEB - UI
Teguh Dartanto
Diperkirakan pada 2017 ini biaya yang harus disediakan
Pemerintah Pusat untuk membayar iuran PBI dan
menutup defisit BPJS Kesehatan mencapai Rp 28,4
triliun, meningkat menjadi Rp 55 triliun di 2019 dan Rp
109 triliun pada 2030 mendatang.
Pada jangka pendek, lanjut Teguh, program JKN-KIS
seakan merugikan keuangan negara. Tetapi dalam
jangka panjang, program JKN-KIS meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, usia harapan hidup bertambah
dan otomatis meningkatan produktivitas ekonomi.
“Memang jangka pendek terlihat rugi, tapi kalau jangka
panjang meningkatkan kualitas modal manusia dan ini
mendorong pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Kita
akan lihat kualitas hidup orang Indonesia semakin bagus
pada 10 tahun ke depan,” kata Teguh.
Merujuk hasil penelitian itu Teguh mengusulkan kepada
seluruh pemangku kepentingan seperti Kementerian
Kesehatan, Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial,
BPJS Kesehatan dan DJSN untuk bekerja keras dan
saling bekerjasama guna menjamin keberlangsungan
program JKN-KIS. Program JKN-KIS harus didorong
menjadi lebih baik dan efisien untuk mencapai universal
health coverage (UHC) atau cakupan semesta.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan BPJS
Kesehatan, Mundiharno, mengatakan hasil penelitian
itu penting untuk menjelaskan dampak yang dihasilkan
program JKN-KIS. Menurutnya program JKN-KIS jangan
hanya dilihat dari sisi pengeluaran tapi juga investasi.
“Program JKN-KIS meningkatkan derajat kesehatan
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
7
8
FOKUS
masyarakat Indonesia. Masyarakat yang sehat
berkontribusi positif terhadap perekonomian,” tuturnya.
Kemudian, masyarakat yang tidak miskin akan terhindar
dari kemiskinan ketika mengalami sakit kronis.
“Program JKN-KIS harus dianggap sebagai investasi
masa depan Indonesia, bukan biaya (cost). Dengan
menganggap sebagai investasi maka dampaknya akan
dirasakan Indonesia di masa depan,” papar Teguh.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Rumah Sakit Swasta
Indonesia (ARSSI) drg. Iing Ichsan Hanafi mengatakan,
ada kontribusi timbal balik yang terjadi dengan hadirnya
program JKN-KIS. Di satu sisi, peran RS sangat penting
untuk mendukung program pemerintah ini, tetapi di sisi
lain JKN-KIS juga membawa dampak domino terhadap
perkembangan industri kesehatan di Tanah Air, termasuk
pertumbuhan RS swasta.
Program JKN-KIS berdampak bukan saja terhadap sektor
kesehatan tapi juga non kesehatan. Di sektor kesehatan,
program JKNKIS berdampak pada pelayanan kesehatan,
industri obat dan alat kesehatan. Untuk sektor non
kesehatan selain berkontribusi terhadap perekonomian
program JKN-KIS mendorong terbukanya lapangan
pekerjaan bagi jutaan tenaga kerja.
Bagi Mundiharno hasil penelitian LPEM FEB UI itu
memberi bukti bahwa program JKN-KIS mendorong
pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Mengacu hal
tersebut diharapkan para pemangku kepentingan tidak
ragu untuk mendukung agar program JKN-KIS bisa
berjalan lebih baik dan berkelanjutan.
Tak ketinggalan Mundiharno berpendapat program
JKNKIS bisa mendorong percepatan pengentasan
kemiskinan. Pasalnya, melalui program JKN-KIS
masyarakat yang miskin tidak akan terjerumus dalam
jurang kemiskinan yang semakin dalam ketika sakit.
“Kita harus akui walaupun pengeluaran untuk JKN
melalui klaim INA CBG hanya sekitar Rp 50 triliunan,
masih sangat kecil dari total APBN, tetapi efek domino
terhadap industri kesehatan sangat besar,” kata Ichsan.
Ichsan mengungkapkan, jumlah RS swasta yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan terus meningkat dan
lebih banyak dari RS milik pemerintah. Dari sisi kuantitas,
jumlah kunjungan pasien meningkat. Kendati banyak
RS masih mengeluhkan rendahnya tarif INA CBG yang
belum memenuhi nilai keekonomian, lonjakan pasien ini
secara otomatis mendorong pertumbuhan RS mulai dari
pembangunan gedung baru, penambahan tempat tidur,
teknologi kedokteran, farmasi, sumber daya manusia
hingga dampak non medisnya.
“Dengan adanya program JKN-KIS orang miskin tidak bertambah miskin
ketika sakit dan orang yang tidak miskin dapat terhindar dari kemiskinan
ketika mengalami sakit kronis,” pungkasnya.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan BPJS Kesehatan
Mundiharno
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
FOKUS
Khusus alat kedokteran canggih pertumbuhannya relatif
lebih kecil dibanding farmasi. Itu karena investasi alat
kedokteran ini sifatnya jangka panjang. Selain itu, menurut
Ichsan, RS sulit untuk meng-update perkembangan
teknologi kedokteran terbaru karena harganya relatif
mahal sementara tarif INA CBGs masih terbatas.
Efek domino ini tidak hanya dirasakan RS swasta di
kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Medan, dan
Yogyakarta, tetapi juga RS kecil di tingkat kabupaten serta
klinik-klinik swasta. Banyak RS bertumbuh kembang.
Berbeda dengan RS pemerintah yang cenderung hanya
menambah tempat tidur, pertumbuhan RS swasta
ditandai dengan munculnya RS baru. Namun diakui
Ichsan pertumbuhan RS swasta ini belum termonitor
dengan baik.
Ke depan diharapkan semua RS swasta dilibatkan untuk
melayani pasien JKN-KIS, termasuk yang di tingkat
kabupaten seperti tipe D, saat ini menurut Ichsan RS
tersebut mengalami penurunan pasien karena belum
dirangkul untuk bermitra dengan BPJS Kesehatan.
Menurut Ichsan, kesuksesan program JKN-KIS sangat
ditentukan oleh layanan di fasilitas kesehatan. Sebaliknya
program JKN-KIS lebih kuat mendorong pertumbuhan
industri perumahsakitan apabila tarif layanannya juga
memenuhi nilai keekonomian.
“Kita berharap semua RS swasta dirangkul karena
program JKN-KIS sebenarnya bukan hanya tanggung
jawab RS pemerintah tapi juga swasta,” kata Ichsan.
Siloam Hospitals adalah salah satu RS swasta yang
merasakan dampak domino dari program JKN-KIS. Selain
pembangunan RS baru, penambahan tempat tidur, alat
kedokteran, dan tenaga medis juga dilakukan RS ini
untuk melayani pasien JKN-KIS yang terus melonjak.
RS ini meningkatkan kapasitas tempat tidur kurang
lebih 2.849, dokter spesialis 1.840, dokter umum 460,
dan sekitar 3.700 tenaga perawat. Jumlah RS di bawah
naungan Lippo Group ini sudah sebanyak 23 tersebar di
berbagai daerah di Indonesia, juga di luar negeri.
Chief Executive Officer Siloam Hospitals dr Anastina
Tahjoo mengatakan, khusus di Siloam Hospitals
Karawaci jumlah tempat tidurnya bertumbuh dari 274
sebelum JKN-KIS menjadi 574, di mana 60 persen lebih
diisi pasien BPJS Kesehatan.
“Kami mengalami lonjakan pasien BPJS Kesehatan sejak
2014, terutama pasien berpenyakit berat atau kronis yang
dulunya sulit datang ke rumah sakit kini lebih mudah,”
kata Anastina.
Lonjakan pasien ini mendorong pula peningkatan
kebutuhan obat. Jumlah obat yang dipesan semakin
banyak dan semakin sering. Hanya kendalanya RS swasta
belum bisa memesan melalui e-catalog dan sejumlah
obat tidak tersedia saat dibutuhkan. Alat kesehatan habis
pakai maupun yang berteknologi tinggi, seperti MRI dan
CT-Scan juga bertambah.
Demikian pula tenaga kesehatan dan staf RS. Jam
praktek klinik di Siloam Karawaci yang dulunya hanya
sampai jam 14.00 WIB sekarang sampai sore jam 17.00
WIB karena jumlah dokter semakin bertambah.
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
9
10
tokoh
Bincang
JKN-KIS
Bisa Berdampak Pada Produktivitas
dan Daya Beli Masyarakat
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)
Enny Sri Hartati
Dampak JKNKIS terhadap
produktivitas baru
bisa dirasakan
jika pelayanan
terhadap peserta
berjalan baik. JKNKIS berdampak
langsung terhadap
penguatan daya beli
masyarakat.
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
B
ergulirnya program Jaminan
Kesehatan Nasional-Kartu
Indonesia Sehat (JKN-KIS)
sejak 2014 tidak hanya
mempengaruhi
perkembangan
bidang kesehatan di Indonesia,
tapi juga ekonomi. Dari beberapa
penelitian yang pernah dilakukan
menyebut
JKN-KIS
berdampak
positif
terhadap
perekonomian
Indonesia.
Kajian
yang
dilakukan
Grup
Penelitian dan Pengembangan BPJS
Kesehatan
menunjukan
secara
umum kontribusi JKN-KIS terhadap
perekonomian nasional di tahun 2016
mencapai Rp152,2 triliun. Sejumlah
sektor yang terdampak diantaranya
jasa kesehatan pemerintah, industri
produk farmasi, industri makanan
dan minuman.
Lebih dari itu, JKN-KIS berkontribusi
terhadap penciptaan lapangan kerja
sebesar 1,45 juta orang di tahun
2016. Diperkirakan jumlah lapangan
pekerjaan yang dihasilkan itu akan
meningkat sampai 2,26 juta orang
pada tahun 2021. Melihat dampak
yang dihasilkan itu, program JKN
bisa disebut sebagai investasi yang
dilakukan pemerintah.
Direktur Institute for Development
of Economics and Finance (INDEF),
Enny Sri Hartati, mengatakan
JKN-KIS
berdampak
terhadap
produktivitas
dan
daya
beli
masyarakat.
Untuk
menelusuri
lebih lanjut hal tersebut, redaksi
Media Info BPJS Kesehatan telah
melakukan
wawancara
dengan
perempuan yang juga menjabat
sebagai peneliti INDEF itu. Berikut
ini kutipannya:
Apa dampak JKN-KIS terhadap
perekonomian Indonesia?
BINCANG
yang bisa digunakan untuk
meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat
yaitu
asuransi,
termasuk JKN-KIS.
Pada
tahap
implementasi,
sejauh mana program JKNKIS mampu memberi dampak
terhadap meningkatnya kualitas
kesehatan masyarakat, itu harus
dilihat
dengan
menggunakan
indikator. Misalnya, bagaimana
tingkat
kesehatan
individu.
Jika ditemukan korelasi positif
antara program JKN-KIS dengan
kesehatan masyarakat, barulah
program yang diluncurkan sejak
2014 itu bisa disebut berdampak
pada produktivitas dan daya saing
masyarakat.
Apa dampak positif program
JKN-KIS bagi masyarakat?
JKN-KIS
membuka
akses
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan
kesehatan.
Tapi,
kemudahan akses itu belum
tentu menjamin meningkatnya
kualitas kesehatan masyarakat
karena faktanya masih ada
ketidakseimbangan
antara
kemudahan akses itu dengan
peningkatan
infrastruktur
kesehatan, jumlah tenaga medis
yang melayani dan ketersediaan
obat-obatan. Akibatnya, pelayanan
kesehatan terhadap peserta JKNKIS belum optimal.
Semakin baik pelayanan yang
diberikan, maka JKN-KIS bisa
memberi dampak besar terhadap
peningkatan kualitas kesehatan
masyarakat. Hal itu sekaligus
bersinggungan
juga
dengan
produktivitas.
Salah satu faktor dasar yang
mempengaruhi produktivitas yakni
sumber daya manusia (SDM). Kualitas
SDM ditentukan oleh pendidikan
dan kesehatan. Pendidikan yang
berkontribusi terhadap produktivitas
bukan hanya pendidikan formal,
tapi juga diutamakan kompetensi
yang indikatornya keahlian dan
keterampilan.
Selain itu pemerintah juga harus
konsisten memberikan dukungan
terhadap program JKN-KIS, selain
perbaikan infrastruktur kesehatan
juga penyediaan anggaran. Jangan
sampai pembayaran klaim BPJS
Kesehatan
terhadap
fasilitas
kesehatan (faskes) mengalami
kendala. Jika itu terjadi dampaknya
akan menyasar pada pelayanan
yang diberikan faskes kepada
peserta.
Bidang
kesehatan
juga
mempengaruhi
produktivitas.
Produktivitas akan berdampak pada
daya saing. Salah satu instrumen
Edukasi terhadap masyarakat
juga perlu terus dilakukan guna
meminimalkan terjadinya moral
hazard. Kemudian, perlu dibentuk
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
klasifikasi yang jelas tentang apa saja
jenis penyakit yang wajib ditangani
oleh faskes tingkat pertama. Selama
ini terkesan faskes tingkat pertama
hanya
berfungsi
menerbitkan
rujukan, sehingga peserta banyak
menumpuk di faskes tingkat
lanjut. Hal ini juga mempengaruhi
pelayanan
kesehatan
terhadap
peserta, menyebabkan peserta yang
sangat mendesak membutuhkan
pelayanan kesehatan menjadi tidak
terlayani dengan baik karena antrian
sangat panjang.
Intinya, kemudahan akses terhadap
pelayanan kesehatan ini harus
berdampak
pada
peningkatan
kualitas
pelayanan
kesehatan
terhadap
masyarakat
sehingga
berpengaruh
positif
terhadap
produktivitas.
Selain produktivitas, apa dampak
lain JKN-KIS di bidang ekonomi?
Kalau program JKN-KIS ini bisa
menjamin biaya kesehatan murah
dan efisien, dampak yang secara
langsung dirasakan masyarakat yaitu
meningkatnya daya beli. Misalnya,
selama ini masyarakat harus
mengeluarkan biaya yang besar
untuk pelayanan kesehatan bagi
anggota keluarga yang sakit. Tapi
dengan menjadi peserta JKN-KIS,
masyarakat hanya perlu membayar
iuran rutin setiap bulan dan besaran
iurannya pun relatif murah.
Maka faktor yang berdampak
langsung terhadap perekonomian
itu
sebenarnya
tidak
hanya
produktivitas tapi juga JKN-KIS
membantu meningkatkan daya beli
masyarakat. Saya optimis dampak
JKN-KIS terhadap produktivitas dan
daya beli masyarakat bisa tercapai
jika implementasi JKN dapat
dibenahi sehingga mampu memberi
pelayanan terbaik bagi masyarakat.
11
12
Benefit
M
Kartu JKN-KIS
Laku di Setiap Wilayah
asyarakat harus memahami bahwa sistem JKNKIS menganut sistem prinsip pelayanan dalam
sistem rujukan berjenjang. Dalam sistem ini,
setiap peserta terdaftar pada satu fasilitas kesehatan
(faskes) primer (puskesmas, klinik, dokter praktik
pribadi). Artinya pula, setiap hendak berobat diawali dari
faskes primer tempatnya terdaftar. Baru bila diperlukan
akan dirujuk ke faskes lanjutan.
Dari sini muncul berbagai pertanyaan di benak awam.
Misalnya, kalau peserta sedang berada di luar kota
bagaimana? Bila pindah kerja bagaimana, dan sejumlah
pertanyaan lainnya.
Berbagai pertanyaan itu kerap ditanyakan publik, baik
melalui Care Center 1500400, saat sosialisasi dan
sebagainya. Lalu, apakah benar kartu BPJS Kesehatan
‘laku’ di setiap daerah?
Untuk menjawab hal tersebut, kita bisa mengacu contoh
pada musim mudik Lebaran tahun lalu. Seperti biasa
BPJS Kesehatan mengeluarkan kebijakan khusus terkait
prosedur pelayanannya.
Selama musim tersebut, para peserta aktif BPJS
Kesehatan dapat memperoleh layanan kesehatan di
rumah sakit (RS) maupun Instalasi Gawat Darurat (IGD) di
seluruh Indonesia tanpa perlu memakai rujukan. Namun
dengan catatan, Rumah Sakit dan IGD yang dituju telah
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Dari ilustrasi di atas, bisa disimpulkan bahwa sejatinya
kartu BPJS Kesehatan tergolong ‘sakti’. Karena bisa
digunakan dimana saja, kendati secara nature-nya, sistem
JKN-KIS yang dianut menganut kebijakan berjenjang
yang harus terdaftar.
Hal ini bisa terjadi lantaran salah satu prinsip JKN-KIS
adalah portabilitas. Menurut UU SJSN 40/2004 itu
artinya prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan
meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat
tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Adanya prinsip portabilitas ini membuat peserta
dimungkinkan untuk berobat di luar faskes terdaftar
mereka. Berdasarkan peraturan berlaku, ada sejumlah
prosedur yang bisa dilakukan peserta bila ingin
memanfaatkan kartu mereka di lain daerah asal.
Saat dihubungi beberapa waktu lalu, Kepala Grup
Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan (MPKR) BPJS
Kesehatan Andi Afdal menuturkan sejumlah contoh
layanan bila kita berada di luar wilayah asal. Menurut
Andi, pada dasarnya, kondisi sistem pelayanan saat
peserta sedang berada di luar kota sudah diatur dalam
Permenkes 71/2013 dan Permenkes 28/2014.
Salah satu contohnya adalah ketika peserta dalam
kondisi gawat darurat, tidak diperlukan surat
rujukan dari faskes primer terlebih dahulu. Peserta
langsung dapat datang ke IGD Rumah Sakit.
“Bila ternyata faskes yang dituju belum bekerja sama, mereka
tetap berkewajiban memberikan pertolongan darurat, untuk
kemudian dirujuk ke faskes yang bekerja sama dengan BPJS,”
ujar dia.
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
BENEFIT
Bagi peserta yang tengah bepergian tidak rutin, agar
bisa dilayani di tempat tujuan, peserta bisa melaporkan
ke kantor cabang BPJS Kesehatan setempat agar
diketahui posisinya dan diverifikasi kepesertaannya.
Bila memang kepergian bersifat rutin, misalnya pekerja
lain kota, laporkan juga ke Kantor BPJS Kesehatan agar
mendapatkan solusi, seperti didaftarkan ke tempat kerja
karena lebih sering berada di tempat kerja, ataukah di
tempat tinggal.
Bila sementara waktu tinggal (domisili) di luar tempat
tinggal, Andi menuturkan peserta bisa melapor ke BPJS
Kesehatan agar dipindahkan sementara waktu ke tempat
domilisi. Data pendukungnya, sambung dia, adalah
Surat Keterangan Pemangku Wilayah tentang domisili
tersebut.
Sedangkan bila pindah tempat tinggal, PP 86/2013
mengatur bahwa peristiwa demografi yang berimplikasi
pada JKN (kelahiran, kematian, pernikahan, perceraian,
pindah tempat tinggal, domisili, dsb) harus dilaporkan
dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari. Kemudian BPJS
Kesehatan akan melakukan penyesuaian.
Integrasi Jamkesda
Menyangkut prinsip portabilitas dalam JKN-KIS,
pemerintah mengakui selama ini belum berjalan optimal.
Salah satu penyebabnya adalah belum semua daerah
mengintegrasikan program Jamkesdanya dengan sistem
JKN-KIS.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris
menyatakan, ada sejumlah kelemahan dalam Jamkesda
yang bisa menghambat tujuan terbentuknya universal
coverage atau semua warga negara tercakup dalam JKNKIS dan mendapatkan layanan dan fasilitas yang setara
disetiap wilayah.
Jamkesda, lanjut dia, tidak memiliki kriteria portabilitas
yang merupakan salah satu prinsip dasar dari program
jaminan sosial di suatu negara. Pasalnya, peserta
Jamkesda hanya bisa terlayani di wilayah daerah itu saja.
Bila dia berada di wilayah lain, kartu jaminan sosialnya
otomatis tidak berlaku.
Selain itu, Manfaat yang diterima peserta Jamkesda di
setiap daerah juga berbeda-beda, dan sistem pembiayaan
yang diberlakukan pun juga berbeda-beda. Tidak adanya
asas portabilitas serta manfaat yang berbeda-beda ini,
sambung Fachmi, tentu menghambat cita-cita universal
health coverage.
Kepala Departemen Hubungan Eksternal dan Humas
BPJS Kesehatan Irfan Humaidi juga mengamini
peryataan dari atasannya tersebut. Menurut dia,
Jamkesda memang tidak memiliki kriteria portabilitas.
“Misalnya peserta yang terdaftar di Makasar, saat sakit
di Manado, tentu dia tidak bisa menggunakan kartu
mereka,” sebut Irfan.
Peluang untuk terintegrasi antar-Jamkesda masingmasing daerah diakui Irfan memang memungkinkan.
Misalnya, pemda dari wilayah A menjalin kesepakatan
kerja sama dengan pemda wilayah B. Namun, tentu saja
hal ini tidak akan berlaku efisien ketimbang berintegrasi
dengan program JKN-KIS yang sudah berlaku secara
nasional.
Selain itu, pada pelaksanaan teknisnya juga akan lebih
rumit. Misalnya, pemda yang bersangkutan harus
menggaransi pembayaran ke pemda lainnya. Untuk itu,
pemda yang bersangkutan harus membayarkan terlebih
dahulu sejumlah uang kepada pemda yang bekerja sama.
Direktur Kepesertaan dan Pemasaran BPJS Kesehatan
Andayani Budi Lestari menegaskan, peran pemda
diharapkan hadir dalam upaya meningkatkan kualitas
program JKN-KIS sesuai dengan amanat UU Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN).
Saat ini, pemda yang mengintegrasikan Jamkesda ke
JKN sudah bertambah dan diharapkan seluruh pemda
dapat melakukan hal serupa, disamping masih banyak
hal lain yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah
dalam mendukung implementasikan Program JKN-KIS
yang berkesinambungan.
Merujuk dari data BPJS Kesehatan, sebanyak 433
Jamkesda kabupaten/Kota sudah integrasi ke program
JKN-KIS. Lalu, terdapat 4 provinsi yang sudah dapat
dikategorikan universal health coverage (UHC) atau
kepesertaan JKN-KIS dari penduduknya di atas 95%,
yaitu Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Aceh, Provinsi Papua
Barat, Provinsi Gorontalo.
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
13
14
PELANGGAN
MAU GANTI STATUS KEPESERTAAN JKN-KIS?
BEGINI ATURANYA
Peserta JKN bisa mengubah status kepesertaan dan
kelas perawatan dengan mengikuti prosedur yang
berlaku.
B
PJS Kesehatan selaku penyelenggara program
Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia
Sehat (JKN-KIS) menyadari pentingnya data
kepesertaan. Selama peserta masih hidup,
data yang berkaitan dengan dirinya kemungkinan terus
berkembang dan mengalami perubahan. Perubahan itu
tentunya berdampak terhadap kepesertaan JKN-KIS
misalnya seorang peserta penerima bantuan iuran (PBI)
telah bekerja di sebuah perusahaan atau Badan Usaha
(BU). Maka status kepesertaannya harus beralih menjadi
pekerja penerima upah (PPU).
Kewajiban perusahaan selaku pihak yang mempekerjakan
peserta itu wajib mendaftarkan seluruh pekerja dan
keluarganya dalam JKN-KIS. Setelah perusahaan
mendaftarkan peserta yang bersangkutan, status
kepesertaan peserta berubah dari PBI menjadi PPU.
Perubahan data kepesertaan itu dikenal juga dengan
istilah mutasi kepesertaan.
BPJS Kesehatan mengatur mutasi kepesertaan
berdasarkan masing-masing segmen peserta. Pertama,
peserta PBI yang didaftarkan oleh pemerintah pusat.
Peserta PBI dapat mengubah status kepesertaannya
menjadi pekerja bukan penerima upah (PBPU) dengan
cara melapor ke kantor cabang BPJS Kesehatan terdekat.
Mengacu Peraturan BPJS Kesehatan No.1 Tahun 2015
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pembayaran Bagi
PBPU dan Peserta Bukan Pekerja (BP), peserta PBPU
wajib mendaftarkan seluruh anggota keluarganya.
Apabila peralihan status kepesertaan dari PBI ke PBPU
itu dilakukan paling lambat 1 bulan sejak status PBI
dinyatakan non aktif, status kepesertaan PBPU langsung
aktif tanpa menunggu 14 hari.
Bagi peserta PBI yang beralih ke PPU, pendaftaran
dilakukan oleh pemberi kerja. Perubahan status menjadi
peserta PPU memperhatikan jumlah anggota keluarga
tertanggung. Jika jumlah keluarga tertanggung melebihi
hak peserta, maka sebagian anggota keluarga yang belum
ditanggung itu bisa dialihkan menjadi anggota keluarga
tambahan seperti anak keempat dan seterusnya, orang
tua dan mertua. Bagi anggota keluarga lainnya yang
tidak masuk sebagai anggota keluarga tambahan, bisa
didaftarkan menjadi peserta PBPU atau tetap PBI.
Kedua, untuk peserta PBI yang didaftarkan pemerintah
daerah (pemda), jika ingin beralih menjadi peserta PBPU
bisa mendatangi kantor cabang BPJS Kesehatan. Peserta
wajib mendaftarkan seluruh anggota keluarganya. Bagi
peserta yang ingin beralih menjadi PBPU atau BP, harus
menandatangani surat pernyataan bermaterai yang
menjelaskan dirinya keluar sebagai peserta JKN-KIS yang
didaftarkan pemda. Peserta yang ingin beralih menjadi
PPU, mekanismenya sama seperti peralihan peserta dari
PBI yang didaftarkan pemerintah pusat ke PPU, pemberi
kerja harus mendaftarkan.
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
PELANGGAN
Ketiga, segmen peserta PPU.
Mengenai pendaftaran anggota
keluarga baru seperti calon bayi
(anak keempat dan seterusnya)
mengikuti mekanisme pendaftaran
PBPU. Besaran iuran yang dibayar
mengikuti iuran keluarga tambahan
sebesar 1 persen (1%) dari upah
yang dibayar setiap bulan dan dibayar
melalui pemberi kerja.
Peserta sebagai pekerja harus
menyerahkan
surat
kuasa
pemotongan upah kepada pemberi
kerja guna membayar iuran. Jika
tidak dilengkapi surat kuasa maka
status kepesertaan diperlakukan
sebagai PBPU. Kelas rawat yang
dipilih harus sama seperti hak
kelas rawat pekerja sebagai PPU.
Mekanisme pendaftaran itu juga bisa
dilakukan untuk anggota keluarga
lain seperti orang tua dan mertua.
Peserta PPU bisa beralih menjadi
PBPU atau BP jika hubungan
kerjanya dengan pemberi kerja
sudah berakhir. Peserta wajib
mendaftarkan
seluruh
anggota
keluarganya sebagai PBPU. Status
kepesertaan langsung aktif tanpa
menunggu 14 hari jika pendaftaran
peralihan PBPU dilakukan paling
lambat 1 bulan sejak status PPU
dinyatakan non aktif.
Anak yang berusia 25 tahun, lebih
dari 21 tahun tapi tidak bersekolah
atau sudah menikah tidak lagi
menjadi tanggungan peserta PPU.
Anak yang tidak menjadi tanggungan
dapat dialihkan menjadi peserta
PBPU. Jika pendaftaran peralihan
PBPU itu dilakukan paling lambat 1
bulan sejak status anak PPU itu non
aktif, status kepesertaan lagsung
aktif tanpa menunggu 14 hari.
santri, saksi dan korban dalam
perlindungan hukum, penghuni
lembaga pemasyarakatan, panti
sosial, lembaga atau badan amal.
Kriteria PBPU berkelompok yang
wajib mendaftarkan seluruh anggota
keluarganya yaitu lembaga/yayasan
atau badan sosial, koperasi berbadan
hukum dan CSR badan usaha.
Untuk pendaftaran BP selain
penyelenggara negara berbadan
hukum, pendaftaran dan pengalihan
peserta menjadi BP mengikuti
mekanisme cut off sebagaimana
PPU. Jumlah anggota keluarga
tertanggung peserta BP berbadan
hukum mengacu pada perjanjian
kerjasama.
Peserta yang memiliki tunggakan
iuran bisa melakukan perubahan
status kepesertaan. Perubahan
status
itu
tidak
menghapus
kewajiban
peserta
melunasi
tunggakan iuran. BPJS Kesehatan
mencatat
tunggakan
peserta
PBPU. Tunggakan
iuran
saat
peserta terdaftar sebagai PBPU/
BP tetap menjadi tanggungjawab
peserta. Peserta PBPU dan BP
yang menunggak iuran dan berubah
status
kepesertaannya
wajib
melunasi tunggakan iuran apabila
akan kembali menjadi PBPU/BP.
Perubahan kepesertaan PBPU/BP
menjadi PBI dilakukan terhadap
peserta yang memenuhi kriteria
sebagai fakir miskin dan orang tidak
mampu. Perubahan status menjadi
PBI itu dilakukan setelah didaftarkan
Keempat, segmen kepesertaan
PBPU dan BP. Peserta PBPU yang
mendaftar dengan menggunakan
surat rekomendasi dinas sosial
wajib mendaftarkan seluruh anggota
keluarganya. Status kepesertaan
langsung aktif tanpa menunggu 14
hari.
Pendaftaran dan pengalihan peserta
PBPU dapat dilakukan secara
berkelompok
(entitas).
Kriteria
PBPU berkelompok yang tidak
wajib mendaftarkan seluruh anggota
keluarganya yaitu mahasiswa, siswa/
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
Menteri Kesehatan dan disahkan
Menteri Sosial. Untuk PBI yang
didaftarkan pemda, diatur dalam
perjanjian kerjasama antara BPJS
Kesehatan dan Pemda.
Bagi peserta PBPU/BP yang ingin
berubah status menjadi PPU
penyelenggara negara, permintaan
perubahan bisa diajukan secara
individu atau berkelompok dengan
melengkapi syarat sebagai PPU.
Untuk PPU selain penyelenggara
negara,
permintaan
perubahan
status kepesertaan hanya bisa
dilakukan
secara
berkelompok.
Badan Usaha yang bersangkutan
mengajukan
usulan
perubahan
kepesertaan
dan
melengkapi
pendaftaran peserta PPU.
Jika PBPU yang beralih status
kepesertaan memiliki tunggakan
iuran, peserta wajib menandatangani
surat pernyataan bermaterai yang
isinya mengakui tunggakan iuran dan
kesiapan melunasi.
Perubahan Kelas Rawat
Perubahan kelas rawat untuk
peserta PPU mengikuti perubahan
upah. Untuk PBPU/BP selain
penyelenggara negara perubahan
kelas rawat dapat dilakukan setelah
1 (satu) tahun. Perubahan kelas
rawat juga meliputi seluruh anggota
keluarganya. Setiap perubahan kelas
rawat yang dilakukan pada saat bulan
berjalan, maka kelas perawatan baru
akan berlaku pada bulan berikutnya.
15
16
TESTIMONI
PROGRAM
JKN-KIS
Ikut Menggeliatkan Usaha Kecil
S
ejak bergulir mulai 1 Januari 2014, program
Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia
Sehat (JKN-KIS) yang dijalankan oleh BPJS
Kesehatan
telah
berhasil
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat
Indonesia.
Tidak hanya berdampak terhadap pelayanan kesehatan,
lahirnya program ini juga ikut mendorong pertumbuhan
perekonomian Indonesia. Hasil kajian Lembaga
Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB
UI) menunjukan, kontribusi total JKN-KIS terhadap
perekonomian Indonesia di tahun 2016 mencapai
Rp152,2 triliun. Selain itu, program JKN-KIS juga berperan
menciptakan lapangan kerja bagi 1,45 juta orang. Pada
tahun 2021, kontribusinya diperkirakan meningkat
sampai Rp289 triliun dan menciptakan lapangan kerja
bagi 2,26 juta orang.
Adanya JKN-KIS telah mendorong aktifitas ekonomi
untuk sektor yang bersinggungan dengan program ini
seperti rumah sakit dan FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama), industri farmasi, alat kesehatan, serta sektor
non-kesehatan seperti industri makanan dan minuman.
Meningkatkan Usaha Kecil
Tidak hanya yang skalanya besar, bergulirnya program
JKN-KIS juga membuka peluang usaha baru yang
sebelumnya tidak dilirik. Contohnya melalui perluasan
program Payment Point Online Bank (PPOB), kini semakin
banyak masyarakat yang menjadi agen perorangan
perbankan dan membuka loket layanan pembayaran
tagihan bulanan seperti iuran BPJS Kesehatan.
Kurniawan, warga Depok yang sudah setahun ini
menjalankan bisnis tersebut mengatakan, layanan
pembayaran BPJS Kesehatan merupakan salah satu yang
paling banyak dimanfaatkan warga selain pembayaran
listrik dan juga membeli pulsa. Dari setiap transaksi
pembayaran, ia mendapatkan keuntungan dari biaya
administrasi yang dibebankan.
“Bisnis ini memang masih jadi sampingan saja, tapi
keuntungannya sudah lumayan. Apalagi warga di sini
banyak yang belum punya rekening bank, jadi agak repot
untuk bayar BPJS Kesehatan. Kalau pun sudah punya
rekening bank, mau bayar ke ATM lumayan jauh. Ini jadi
peluang saya untuk memenuhi kebutuhan orang-orang
tersebut,” kata Kurniawan.
Di lingkungan rumah sakit, aktifitas ekonomi usaha kecil
seperti rumah makan juga semakin menggeliat. Taty
yang membuka usaha rumah makan sederhana dekat
RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur membeberkan, sejak
era JKN-KIS, pasien yang datang berobat ke rumah sakit
semakin banyak. Hal tersebut ikut berdampak pada
usahanya yang semakin maju lantaran pembeli yang
datang ke rumah makannya jadi semakin banyak. Omset
per harinya kini meningkat sampai tiga kali lipat.
“Alhamdulillah, dibandingkan dulu, sekarang pembelinya
lebih banyak. Biasanya dari keluarga pasien atau orangorang yang datang menjenguk. Menu jualannya juga
sudah makin banyak,” tutur Taty.
Usaha kecil lainnya di lingkungan rumah sakit yang juga
ikut berkembang antara lain berjualan buah-buahan, toko
kelontong, hingga layanan foto kopi. Seperti pengakuan
Iis, pegawai tempat foko kopi di dekat RSUD Budhi
Asih, Jakarta Timur. “Untuk berobat pakai kartu BPJS
Kesehatan, pasien kan perlu foto kopi beberapa berkas,
minimal lima lembar. Walaupun jumlahnya sedikit, tapi
karena semua pasien harus foto kopi, ya lumayan juga.
Pemasukan jadi nambah,” tutur dia.
Bisnis lain yang juga semakin marak adalah rumah kos di
sekitar rumah sakit, seperti di dekat RS Harapan Kita dan
RS Kanker Dharmais. Lantaran karakteristik pasien di dua
rumah sakit tersebut kebanyakan pasien penyakit kronis
dengan waktu perawatan yang lama, banyak keluarga
pasien yang mencari rumah kos sebagai tempat tinggal
sementara. Kebutuhan ini akhirnya melahirkan usaha
rumah kos yang semakin menjamur.
“Kalau dulu yang tinggal di rumah kos kebanyakan
mahasiswa atau karyawan, sekarang banyaknya keluarga
pasien. Untuk biaya sewa juga sudah kami sesuaikan,
bisa harian, mingguan, atau bulanan, tergantung lamanya
masa pengobatan,” kata Agus, salah satu pemilik rumah
kos di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Untuk jangka
panjang, program JKN-KIS akan mendorong peningkatan
mutu modal manusia, faktor paling penting dalam
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
Inspirasi
17
“ RUMAH ANYO ”
Rumah Penuh Cinta untuk Anak-Anak Pejuang Kanker
K
anker yang menyerang anak-anak merupakan
jenis penyakit ganas yang membutuhkan
penanganan intensif. Setiap tahunnya, di
Indonesia ada sekitar 41.000 kasus baru
terkait kanker anak. Sayangnya belum semua fasilitas
kesehatan bisa menangani penyakit tersebut. Sebagian
besar rumah sakit rujukan untuk penanganan kanker
pada anak masih berpusat di Jakarta.
Bila ingin sembuh, pasien kanker anak dari daerah harus
datang ke Ibu Kota. Namun masalahnya tidak berhenti
sampai di situ. Mereka juga harus mencari tempat
menginap untuk jangka waktu yang lama. Sebab proses
pengobatan kanker membutuhkan waktu yang panjang.
Bagi yang tidak memiliki sanak saudara di Jakarta, hal ini
tentunya sangat memberatkan.
Guna meringankan beban pasien kanker anak dan
juga keluarganya, Yayasan Anyo Indonesia (YAI) sejak
2012 telah mendirikan "Rumah Anyo", sebuah rumah
sementara untuk anak-anak dengan kanker dari keluarga
pra-sejahtera selama mereka berobat jalan ataupun rawat
inap di rumah sakit rujukan. Rumah sementara tersebut
letaknya dekat dengan RS Kanker Dharmais di Jakarta
Barat yang menjadi salah satu rumah sakit rujukan untuk
pasien kanker.
"Untuk biaya pengobatan di rumah sakit, pasien kanker
anak sekarang sudah sangat terbantu dengan adanya
program JKN-KIS. Kami dari Yayasan Anyo Indonesia
membantu mereka untuk kebutuhan yang lain, yaitu
menyediakan rumah sementara selama mereka
menjalani pengobatan di Jakarta," ujar Ketua YAI, Pinta
Manullang-Panggabean.
Rumah dua lantai ini dapat menampung 18 pasien
dan seorang pendamping. Sejak tahun 2012, tempat
ini sudah menjadi rumah bagi lebih dari 200 anak-anak
penderita kanker. Untuk bisa tinggal di Rumah Anyo,
setiap keluarga yang terdiri dari pasien dan pendamping
hanya dibebankan biaya administrasi Rp 5.000 per hari.
Namun dikatakan Pinta Manullang, uang administrasi
tersebut sifatnya tidak mengikat. Untuk yang tidak punya
uang, mereka tidak perlu membayar uang administrasi.
Pinta menceritakan, nama “Anyo” berasal dari nama kecil
almarhum Andrew Maruli David Manullang, putranya
yang meninggal dunia pada tahun 2008 karena leukemia
atau kanker darah. "Walaupun terkena leukemia dan
tahu hidupnya tidak lama lagi, Anyo tetap bersemangat
menjalani hidup. Semangatnya itu banyak menginspirasi
saya, dan saya harapkan juga bisa menginspirasi
pasien kanker lainnya, agar tetap semangat menjalani
pengobatan," ujar Pinta.
Gerakan 1.000 Ophthalmoscope
Selain menyediakan rumah sementara untuk pasien
kanker anak, Yayasan Anyo Indonesia juga aktif melakukan
sosialisasi untuk mewaspadai gejala kanker anak. Hal
tersebut dinilai penting karena pengetahuan masyarakat
tentang bahaya kanker belum cukup memadai. Hal ini
terlihat dari banyaknya pasien kanker yang baru berobat
ketika penyakitnya sudah mencapai stadium lanjut.
Padahal, bila ditemukan lebih dini, peluang untuk sembuh
menjadi lebih besar.
Untuk mendukung sosialisasi tersebut, lebih dari 10.000
eksemplar buku "Waspada & Kenali Kanker Pada Anak
Sejak Dini" sudah disebar kepada masyarakat secara
gratis. Pinta berharap buku tersebut dapat membantu
masyarakat awam agar lebih peduli dengan bahaya
kanker pada anak.
Dengan menghimpun donasi dari para donatur, YAI
juga menggagas "Gerakan 1.000 Ophthalmoscope".
Ophthalmoscope merupakan sebuah alat yang digunakan
untuk mendeteksi Retinoblastoma atau kanker bola
mata, satu-satunya jenis kanker pada anak yang dapat
dideteksi dini.
"Saat ini kami sudah berhasil membeli sekitar 700
Ophthalmoscope. Selanjutnya alat tersebut akan kami
distribusikan ke puskesmas-puskesmas. Harapannya
ini bisa menjadi stimulus bagi Pemerintah Daerah
agar mereka juga ikut menyediakan fasilitas serupa
di puskesmas lain, sehingga bisa menyelamatkan
lebih banyak nyawa dan mata anak-anak yang terkena
Retinoblastoma," ungkap Pinta.
Pinta menjelaskan, biaya tersebut sebetulnya hanya
sebagai bentuk tanggung jawab saja, agar mereka samasama merasa memiliki Rumah Anyo. Karena selain bisa
tinggal selama masa pengobatan dan perawatan, di
Rumah Anyo mereka juga akan mendapatkan makan,
kebutuhan harian, serta pendampingan dari para relawan
YAI.
"Yang juga penting, di tempat ini pasien kanker anak bisa
berinterkasi dengan pasien-pasien lainnya, sehingga
semangat mereka untuk menjalani pengobatan sampai
tuntas bisa tetap tinggi," tuturnya.
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
18
Gaya Hdup
SEHAT
“Vape”
Bukan Cara Sehat Untuk
Berhenti Merokok
Rokok elektrik atau Vape sering dianggap sebagai
cara teraman untuk tetap bisa merokok. Jenis
rokok ini diyakini memiliki kandungan yang lebih
aman dibandingkan rokok biasa. Padahal sejumlah
penelitian menunjukkan, keduanya sama-sama bisa
meningkatkan risiko sejumlah penyakit kronis.
S
ejak diperkenalkan pertama kali di Tiongkok pada
tahun 2003, konsumsi rokok elektronik atau rokok
elektrik di berbagai negara semakin meningkat,
bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup
modern. Karena dianggap lebih aman untuk kesehatan
ketimbang rokok biasa, banyak yang kemudian memilih
untuk mengonsumsinya sebagai cara alternatif untuk
berhenti merokok.
Seperti pengakuan Rizky Fahrudin, salah seorang
desainer grafis di Jakarta yang memilih rokok elektronik
untuk menghentikan kebiasaannya merokok. “Sudah
coba berbagai cara, tetap sulit untuk berhenti merokok.
Tapi saya juga tidak mau sakit karena rokok, makanya
beralih ke rokok elektrik karena katanya lebih aman,”
ungkapnya.
Tidak hanya Rizky, kebanyakan pecandu perokok juga
meyakini kalau rokok elektronik menjadi cara teraman
menghindari bahaya rokok tanpa harus meninggalkan
kebiasaan merokok. Benarkah demikian?
Sama Bahayanya
Rokok elektronik atau disebut Electronic Nicotine
Delivery System (ENDS) merupakan alat yang berfungsi
untuk mengubah zat-zat kimia menjadi uap, dan
mengalirkannya ke paru-paru. Zat kimia
tersebut merupakan campuran zat
seperti nikotin, propylene glycol,
hingga perasa yang terbuat dari
bahan kimia.
Menurut dokter spesialis paru, Agus Dwi Susanto,
rokok elektrik sebetulnya sama bahayanya dengan rokok
biasa. Ini bisa dilihat dari kandungannya dan juga proses
menghasilkan uap. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
juga telah mengeluarkan pernyataan bahwa rokok
elektronik sangat berbahaya untuk kesehatan
“Merokok elektrik sama saja dengan tetap merokok.
Cairan vape yang dipanaskan itu juga menghasilkan zat
yang bersifat karsinogen, bisa memicu kanker,” ujar Agus
Dwi Susanto.
Agus juga menegaskan bahwa menghentikan kebiasaan
merokok dengan mengonsumsi Vape merupakan sebuah
kekeliruan. Orang tersebut tetap akan terpapar zat-zat
berbahaya yang banyak terdapat pada rokok. “Antara
rokok elektrik dengan yang biasa sama-sama bahaya.
Semakin besar kandungan zat berbahayanya, semakin
sering dikonsumsi, semakin besar risikonya," tegas Agus.
Rusak Kualitas Sperma
Seperti mengonsumsi rokok biasa, konsumsi rokok
elektrik juga bisa merusak kualitas sperma. Hal ini
dibuktikan dalam penelitian terbaru yang dilakukan
oleh para peneliti dari University College London.
Dalam penelitian tersebut, terungkap bahwa sejumlah
bahan kimia beracun dalam zat perasa ternyata dapat
memperlambat kemampuan sperma untuk “berenang”
menuju sel telur. Racun tersebut dihasilkan saat zat
perasa dipanaskan.
Tidak hanya itu, bahan kimia beracun tersebut juga
berisiko membunuh sel-sel di testis yang membantu
produksi sel sperma. Kondisi ini pada akhirnya dapat
meningkatkan masalah ketidaksuburan pada pria atau
infertilitas. Penelitian lainnya menemukan bahaya rokok
elektrik bagi kesehatan paru-paru, yaitu meningkatkan
risiko penyakit pernapasan, merusak sel-sel di mulut,
serta meningkatkan risiko sejumlah penyakit kronis.
Selain merugikan kesehatan, rokok elektrik juga rawan
meledak dan dilaporkan telah memakan banyak korban
di berbagai negara. Rokok elektrik membuat celaka
penggunanya karena meledak di tangan, bahkan ketika
diisap. Umumnya mereka mengalami cedera di tangan,
wajah, bahkan ada yang sampai kehilangan giginya
karena ledakan terjadi saat rokok elektronik diisap.
Bagaimana, masih mau mencoba?
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
Recharge
19
Berolahraga dan Rekreasi
“Hijau”
Di Tengah Kota
Memanfaatkan ruang terbuka hijau untuk
berolahraga dan berekreasi berguna untuk
kesehatan.
S
etelah menjalankan rutinitas selama sepekan,
energi di tubuh kita seolah habis. Mungkin itu
yang menyebabkan sebagian orang bermalasmalasan di tempat tidur saat akhir pekan. Cara itu
dianggap bisa dijadikan ajang untuk mengisi ulang energi
di hari libur sebelum menghadapi pekerjaan rutin di awal
pekan.
Tapi ada juga sebagian orang yang mengisi ulang energi
dan semangat di akhir pekan dengan cara lain seperti
olahraga dan rekreasi. Selain membuat tubuh sehat,
kedua kegiatan itu diyakini mampu memicu semangat.
Hal paling sulit untuk melakukan kedua kegiatan itu yakni
bagaimana cara memulainya.
Ada yang menganggap olahraga membutuhkan waktu
dan biaya, begitu halnya dengan rekreasi. Padahal, liburan
akhir pekan (sabtu-minggu) dirasa sangat pendek, tidak
cukup untuk melakukan dua kegiatan itu. Jangan salah,
olahraga dan rekreasi bisa dilakukan secara bersamaan.
Saat ini banyak fasilitas olahraga seperti fitnes center
yang ada di pusat perbelanjaan. Selain berolahraga, anda
juga bisa cuci mata dan berburu barang-barang yang
anda inginkan.
Jika cara itu kurang cocok, anda bisa mencoba olahraga
dan rekreasi di ruang terbuka hijau. Carilah taman
terdekat, dapat dipastikan biasanya di hari libur tempat
tersebut lebih ramai daripada hari biasa. Bukan saja
ramai oleh orang yang berolahraga dan berekreasi, tapi
juga pedagang yang menjual beragam makanan dan
minuman.
Kalau tidak suka dengan kondisi ramai, anda bisa datang
ke lokasi lebih awal. Kebanyakan, orang yang datang lebih
pagi ke ruang terbuka hijau tujuan utamanya berolahraga.
Ada beberapa fasilitas olahraga yang biasanya tersedia
di taman seperti trek joging, lapangan basket, futsal
dan ada juga lapangan yang fungsinya serbaguna,
bisa digunakan untuk senam. Bahkan ada taman yang
menyediakan beberapa alat menyerupai alat fitnes dan
jalur berbatu untuk refleksi kaki.
Selepas berolahraga, anda bisa bersantai menikmati
fasilitas lainnya seperti taman rumput, kolam air mancur
dan duduk di bangku taman. Berbagai jenis tanaman
dan pohon disekitar taman membuat suasana ‘hijau’
dan sejuk. Tentunya pepohonan itu berkontribusi besar
membuat udara yang ada menjadi segar karena banyak
oksigen.
Berolahraga dan berekreasi di ruang terbuka hijau
di tengah kota merupakan kegiatan yang baik untuk
menjaga kesehatan anda. Selain berolahraga, anda juga
bisa mengajak anak-anak untuk bermain, karena tidak
jarang sebuah taman dilengkapi dengan arena permainan
anak seperti jungkat-jungkit dan ayunan.
Berbagai kegiatan itu patut dicoba pada akhir pekan.
Selain lokasinya dekat, anda bisa melakukan dua
kegiatan sekaligus dalam satu waktu yakni berolahraga
dan berekreasi di tempat terbuka hijau.
Manfaat Olahraga
Kapan waktu yang tepat untuk berolahraga? Bisa jadi
pertanyaan itu ada di benak kita ketika ingin melakukan
olahraga. Sebagian besar orang melakukan kegiatan fisik
seperti olahraga pada waktu pagi dan sore hari. Ada yang
bilang berolahraga di pagi hari membuat orang memiliki
semangat dan energi yang besar dalam menjalankan
rutinitas setiap hari. Sore hari juga waktu yang tepat
untuk berolahraga. Olahraga pada sore hari diyakini dapat
membantu meningkatkan kualitas tidur di malam hari.
Sebagaimana diketahui, orang yang berolahraga akan
mendapat banyak manfaat. Antara lain meningkatkan
kualitas tidur, membuat tubuh bugar, menghilangkan
stress, merasa lebih bahagia, mendongkrak energi,
menurunkan berat badan, meningkatkan daya tahan
tubuh, memperkuat tulang dan otot. Selain itu olahraga
bisa mencegah penuaan dini dan menjaga gairah seksual.
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
EDISI DESEMBER
47 TAHUN 2017
2016
20
PERSEPSI
Telat Bayar Klaim
Tabu bagi BPJS Kesehatan
Perubahan tarif INA-CBG ini tentu saja harus diikuti
dengan perubahan aplikasi teknologi informasi klaim, baik
aplikasi penagihan dari Kementerian Kesehatan maupun
aplikasi verifikasi dari BPJS Kesehatan. Proses updating
tarif baru dalam system aplikasi yang membutuhkan
waktu akhirnya berdampak pada proses penagihan klaim
oleh RS.
Keterlambatan memperbaharui sistem aplikasi ini,
lanjut Irfan, menyebabkan proses input data menjadi
terhambat. “Jadi input data Oktober-November baru bisa
masuk di Desember. Dan ini berdampak secara nasional.
Tidak hanya di Tasikmalaya saja,” imbuh dia.
D
i penghujung akhir tahun lalu, sempat terjadi
kegaduhan kecil berkenaan dengan pencairan
klaim rumah sakit (RS) yang telat dibayarkan
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan.
Akibat keterlambatan pencairan ini, seperti diwartakan
media massa sebelumnya, RSUD Dr Soekardjo,
Tasikmalaya mengalami krisis pengadaan obat.
Musababnya, perusahaan pemasok obat menyetop
sementara penyaluran lantaran RS tidak mampu
membayar pembelian obat senilai Rp25,6 miliar.
Kabar ini tentu saja mengundang perhatian para pihak
terkait yang terlibat dalam program Jaminan Kesehatan
Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola
BPJS Kesehatan. Penundaan atau tidak membayar alias
mengemplang klaim RS memang menjadi isu krusial bagi
keberlangsungan program. Pasalnya, pencairan dana
tepat waktu sangat dibutuhkan bagi operasional RS yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Namun, di sisi lain, kecil pula kemungkinan BPJS
Kesehatan telat membayar klaim RS yang berkasnya
sudah lengkap sesuai prosedur. Pasalnya, BPJS
Kesehatan bakal menerima sanksi berupa denda
penalti saat telat mencairkan. Hal itu sudah tertuang
dalam Perpres No. 111 Tahun 2013 tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang
Jaminan Kesehatan.
Merespons masalah tersebut, Kepala Departemen
Hubungan Eksternal dan Humas BPJS Kesehatan
Irfan Humaidi memberi klarifikasi perihal masalah ini.
Berdasarkan evaluasi internal, tidak ditemukan adanya
penundaan atau keterlambatan dari klaim RS yang
bersangkutan. Berdasarkan penelusuran, persoalan
terjadi karena klaim penagihan tidak masuk dalam proses
penagihan. Masalah teknis ini terjadi saat Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) mengeluarkan revisi tarif INACBG pada Oktober 2016 dan revisinya pada akhir
November 2016.
Hal senada juga disampaikan Kepala Cabang BPJS
Kesehatan Dwi Desiawan. Berdasarkan pengecekan,
klaim dari Januari-Desember 2016 telah tuntas.
Denda penalti
Pada kesempatan terpisah, Direktur Pelayanan BPJS
Kesehatan Maya A Rusady menegaskan bahwa BPJS
Kesehatan memang diharamkan telat membayar tagihan
klaim yang diajukan fasilitas kesehatan. Jika hal itu
sampai terjadi, ada ancaman sanksi yang tercantum
dalam Perpres No. 111 Tahun 2013, Pasal 38 ayat 2.
Menurut Maya, untuk fasilitas kesehatan rujukan tingkat
lanjutan (RS), BPJS Kesehatan wajib melunasi tagihan
klaim paling lambat 15 hari kerja sejak dokumen klaim
diterima lengkap. Sedangkan untuk fasilitas kesehatan
tingkat pertama (klinik, puskesmas, dokter praktik)
tagihan dibayar paling lambat per tanggal 15 setiap bulan.
Berdasarkan Perpres No. 111 Tahun 2013, Pasal 38
ayat 2, bila telat membayar tagihan, BPJS Kesehatan
diberi sanksi berupa denda penalti sebesar 1% dari
jumlah yang harus dibayarkan untuk setiap satu
bulan keterlambatan.
Lebih jauh Maya menjelaskan, institusinya tidak saja
ketat dalam proses pencairan tagihan. Proses verifikasi
dan validasi terhadap dokumen tagih klaim yang diajukan
RS juga terus dipercepat. Pasalnya, dana pencairan
itu, khususnya bagi RS swasta sangat membantu bagi
likuiditas keuangan mereka.
Selain membayar tagihan secara tepat waktu, BPJS
Kesehatan juga menjalin kerja sama dengan sejumlah
bank seperti BRI, BNI, BTN dan Mandiri untuk membantu
likuiditas RS. Dengan kerja sama dengan sejumlah bank
plat merah ini, RS yang menjalin kerja sama dengan
BPJS Kesehatan bisa memanfaatkan sistem supply
chain financing (SCF).
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
47 TAHUN 2017
21
KONSULTASI
PRIORITAS RUJUKAN DARI FKTP
NAIK KELAS RAWAT INAP
Saya mau tanya, Faskes saya adalah klinik umum. Saya
ingin melahirkan di rumah sakit yang bekerja sama
dengan BPJS. Apakah bisa mendapatkan rujukan dari
klinik umum tersebut? (Pengirim: [email protected] –
Magetan)
Saya peserta BPJS Kesehatan dengan fasilitas rumah
sakit kelas dua, apakah bisa menikmati fasilitas rumah
sakit kelas satu jika seandainya semua ruangan di rumah
sakit kelas 2 telah terisi penuh? (Pengirim: aswanXXXX@
gmail.com – Malang)
JAWAB
Persalinan diutamakan dilakukan di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempat peserta
terdaftar. Jika FKTP yang tercantum di Kartu BPJS
Kesehatan peserta tidak melayani persalinan,
maka peserta tersebut akan diarahkan ke jejaring
fasilitas kesehatan pertama tersebut, seperti
bidan desa/bidan praktik mandiri atau puskesmas
PONED. Jika kandungannya perlu penanganan
spesialistik, peserta dapat dirujuk ke rumah sakit
oleh FKTP yang melayani peserta tersebut.
Persalinan di rumah sakit hanya dilakukan jika:
1) FKTP beserta jejaringnya tidak memiliki
peralatan dan tenaga medis yang memadai,
2) peserta berada dalam kondisi darurat. Yang
dimaksud kondisi darurat adalah perdarahan,
kejang pada kehamilan, ketuban pecah dini, gawat
janin, serta kondisi lainnya yang mengancam
keselamatan jiwa ibu dan bayinya.
JAWAB
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
No.
28 Tahun
2014
Bab
IV
Pelayanan
Kesehatan
Poin
E,
berikut
penjelasannya:
•
Dalam hal ruang rawat inap yang menjadi hak
peserta penuh, peserta dapat dirawat di kelas
perawatan satu tingkat lebih tinggi paling
lama 3 (tiga) hari. Selanjutnya dikembalikan
ke ruang perawatan yang menjadi haknya.
Bila masih belum ada ruangan sesuai haknya,
maka peserta ditawarkan untuk dirujuk ke
fasilitas kesehatan lain yang setara atau
selisih biaya tersebut menjadi tanggung
jawab fasilitas kesehatan yang bersangkutan.
•
Apabila kelas sesuai hak peserta penuh dan
kelas satu tingkat diatasnya penuh, peserta
dapat dirawat di kelas satu tingkat lebih
rendah paling lama 3 (tiga) hari dan kemudian
dikembalikan ke kelas perawatan sesuai
dengan haknya. Apabila perawatan di kelas
yang lebih rendah dari haknya lebih dari 3 (tiga)
hari,makaBPJS Kesehatan membayar ke FKRTL
sesuai dengan kelas dimana pasien dirawat.
•
Bila semua kelas perawatan di rumah sakit tersebut
penuh maka rumah sakit dapat menawarkan
untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang setara
dengan difasilitasi oleh FKRTL yang merujuk
dan berkoordinasi dengan BPJS Kesehatan.
•
Rumah sakit harus memberikan informasi
mengenai biaya yang harus dibayarkan
akibat dengan peningkatan kelas perawatan.
•
Dalam hal peserta JKN (kecuali peserta PBI)
menginginkan kenaikan kelas perawatan
atas permintaan sendiri, peserta atau
anggota keluarga harus menandatangani
surat
pernyataan
tertulis
dan
selisih
biaya menjadi tanggung jawab peserta.
•
Meski demikian, agar peserta terhindar dari iur
biaya, kami menyarankan peserta untuk tetap
memanfaatkan hak kelas rawat inapnya.
PERUBAHAN STATUS PESERTA
Ada tetangga saya terdaftar di BPJS PBI yang dari
pemerintah. Bolehkah pindah ke BPJS mandiri?
Terimakasih (Pengirim [email protected] –
Jakarta)
JAWAB
Jika peserta PBI tersebut adalah PBI-APBD yang
iurannya dibayarkan oleh Pemerintah Daerah, maka
peserta PBI tersebut harus menonaktifkan status
PBI-nya terlebih dulu melalui Pemerintah Daerah
setempat. Setelah itu, peserta dapat mengunjungi
Kantor Cabang BPJS Kesehatan terdekat untuk
membayar iuran pertamanya dengan membawa
fotocopy KTP, fotocopy KK, kartu KJS/Jamkesmas
asli, foto 3x4 yang bersangkutan, dan surat
pernyataan bermaterai yang menyebutkan bahwa
peserta bersedia membayar iuran bulanan dengan
biaya sendiri.
Jika peserta PBI tersebut adalah PBI-APBN
yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah
Pusat, maka peserta dapat menghubungi Dinas
Sosial setempat agar namanya diusulkan kepada
Kementerian Sosial menjadi peserta KIS.
INFOEDISI
BPJS
KESEHATAN
EDISI DESEMBER
47 TAHUN 2017
2016
22
Download