Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

advertisement
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
RINITIS AKUT ET CAUSA INFEKSI BAKTERI PADA LAKI-LAKI
DEWASA 22 TAHUN
Pulungan AS.1)
Mahasiswa Kedokteran Universitas Lampung
1)
Abstrak
Latar Belakang. Rinitis akut adalah radang akut mukosa nasi yang ditandai dengan
gejala-gejala rinorea, obstruksi nasi, bersin-bersin dan disertai gejala umum rasa tidak
enak badan dan suhu tubuh meningkat. Rinitis akut disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri.Di samping virulensi, faktor predisposisi memegang peranan penting seperti
faktor eksternal yaitu suhu lingkungan atau faktor internal yaitu daya tahan tubuh. Kasus.
Tn. H, 22 tahun datang dengan keluhan hidung tersumbat sejak 3 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Hidung tersumbat kanan dan kiri hilang timbul, seminggu sebelum masuk
rumah sakit kedua hidung tersumbat terutama saat malam hari dan pasien bersin-bersin
dengan konsistensi ingus encer dan bening yang kemudian berubah terkadang kental
putih kekuningan, pasien sebelumnya mengalami nyeri kepala ringan. Keluhan disertai
hidung berdarah dan telinga bedengung. Pemeriksaan status THT didapatkan mukosa
hidung kanan dan kiri hiperemis dan edema, septum nasi hidung kanan terdapat area
hiperemis potensial bleeding. dilakukan tatalaksana pada pasien berupa terapi rinitis akut.
Simpulan ditemukan kasus rinitis akut akibat infeksi bakteri yang kemungkinan
disebabkan karena sistim imun pasien yang menurun saat mengalami rinitis
vasomotor.[Medula Unila.2013;1(5):7-13]
Kata kunci : infeksi bakteri, rinitis akut, rintis vasomotor
ACUTE RHINITIS CAUSED BY BACTERIAL INFECTION IN ADULT
MALES 22 YEARS
Pulungan AS.1)
Medical Student of Lampung University
1)
Abstract
Background Acute rhinitis is an acute inflammation of the nasal mucosa which is
characterized by symptoms of rhinorea, nasal obstruction, sneezing accompanied by
general symptoms of malaise and increasing of body temperature. Acute rhinitis is caused
by a viral or bacterial infection. In addition to virulence, predisposing factors play an
important role that external factors are the ambient temperature or internal factors that
endurance. Case. Mr. H, 22 years old attending with a stuffy nose since 3 weeks before
entering the hospital. Right and left nasal congestion intermittent, a week before the
second hospital admission nasal congestion especially at night and sneezing patients with
watery consistency and clear mucus which then turns sometimes thick yellowish-white
patients had previously experienced mild headache. Complaint with bloody noses and
tinitus ears. Examination show the right and left nasal mucosal hyperemia and edema,
right nasal septum has a potential area of hyperemia bleeding. Then the patients was
given therapeutic treatment of acute rhinitis. Conclussion. This is a case of acute rhinitis
caused by bacterial infection, the possible cause is a decreased of the immune system
when the patients has vasomotor rhinitis. [Medula Unila.2013;1(5):7-13]
Keywords: bacterial infections, acute rhinitis, vasomotor rhinitis.
7
Medula, Volume 1, Nomor 5, Oktober 2013
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Pendahuluan
Rinitis akut adalah radang akut mukosa nasi yang ditandai dengan gejalagejala rhinorea, obstruksi nasi, bersin-bersin dan disertai gejala umum malaise dan
suhu tubuh naik (Adams et al, 2007). Rinitis disebabkan oleh infeksi virus
(Rhinovirus, Myxovirus, virus Coxsakie dan virus ECHO) atau infeksi bakteri
terutama Haemophylus Influensa, Steptococcus, Pneumococcus, dan sebagainya
(Adams, 2007; Sobol, 2007; Soepardi, 2007).
Di samping virulensi, faktor predisposisi memegang peranan penting yaitu
faktor eksternal atau lingkungan yang terpenting adalah faktor dingin atau
perubahan temperatur dari panas ke dingin yang mendadak, dan faktor internal
meliputi
daya tahan tubuh yang menurun dan daya tahan lokal cavum nasi
(Moore, 2003; Nizar, 2003, Seikh, 2009)
Perubahan pada mukosa nasi meliputi stadium permulaan yang diikuti
stadium resolusi. Pada stadium permulaan terjadi vasokonstrinsik yang akan
diikuti vasodilatasi, udem dan meningkatnya aktifitas kelenjar seromucious dan
goblet sel, kemudian terjadi infiltrasi leukosit dan desguamasi epitel. Secret mulamula encer, jernih kemudian berubah menjadi kental dan lekat (mukoid) berwarna
kuning mengandung nanah dan bakteri (makopurulent). Toksin yang berbentuk
terbentuk terserap dalam darah dan lymphe, menimbulkan gejala-gejala umum.
Pada stadium resolusi terjadi proliferasi sel epithel yang telah rusak dan mukosa
menjadi normal kembali (Adams, 2007; Dhingran, 2007; Rolla, 2009).
Tabel 1. Perbedaan Rinitis akut dengan Sindroma Alergi
Waktu dan gejala
Sifat sekret
Gejala umum
Alergen
Rinitis akut
1-2 hari (prodromal)
Mengental sesudah
hari
Ada (panas, malaise)
Tidak ada
Syndrome alergi
Lama berminggu-mingu,
bulan, tahun, musim
3-4 Encer terus
Tidak ada
Ada (anamnesa, skin test
pada rhinitis alergi)
Sumber : (Adams, 2007)
8
Medula, Volume 1, Nomor 5, Oktober 2013
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Gejala klinis rinitis akut pada masa prodromal mempunyai gejala yang
mirip dengan sindroma alergi yaitu: bersin-bersin, rhinorea dan obstruksi nasi.
Perbedaannya (Adams, 2007) :
Kasus
Tn. H, laki-laki, 22 tahun datang ke Poli Penyakit THT RSUD Ahmad
Yani dengan keluhan hidung tersumbat diarsakan sejak 3 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Hidung tersumbat kanan dan kiri bergantian hilang timbul, tetapi
seminggu sebelum masuk rumah sakit terkadang kedua hidung
tersumbat
terutama saat malam hari. Seminggu sebelum masuk rumah sakit pasien bersinbersin dengan konsistensi ingus encer dan bening yang kemudian berubah
terkadang kental putih kekuningan pasien mengatakan pernah mengalami nyeri
kepala ringan, pasien tidak merasa gatal di hidung ataupun mata. Keluhan ini juga
disertai hidung kanan dan kiri kadang-kadang berdarah ± 3 kali seminggu. Pasien
juga mengeluhkan telinga berdengung jika mengeluarkan ingus dengan kuat,
telinga berdengung kurang dari 5 menit .Tidak susah menelan, nyeri saat menelan
disangkal pasien.
Pasien mengaku belum pernah mengalami dengan gejala seperti ini
sebelumnya. Pasien mengaku tidak alergi terhadap makanan/minuman dan pasien
menyangkal riwayat trauma di daerah hidung sebelumnya. Tidak ada anggota
keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Pasien
sebelumnya telah berobat ke praktek dokter tetapi lupa nama obat yang diberikan.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik,
kesadaran compos mentis dari pemeriksaan vital sign didapatkan TD: 120 / 80
mmHg, Nadi: 88 x/menit, Respirasi: 22 x/menit, SB: 37,5 0C. Status generalis
dalam batas normal. Pada permiksaan status THT didapatkan telinga dalam batas
normal, rinoskopi hidung anterior mukosa hidung kanan dan kiri hiperemis dan
edem, septum nasi kanan hiperemis dan terdapat area litle hiperemis. Cavum Oris
dan Orofaring dalam batas normal
9
Medula, Volume 1, Nomor 5, Oktober 2013
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Pembahasan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan THT. Dari
anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan hidung tersumbat kanan dan kiri
bergantian sejak 3 minggu sebelum masuk ke rumah sakit kemungkinan polip
atau adanya massa dihidung dapat disingkirkan karena obstruksi hidung karena
polip atau massa dihidung akan menyebabkan hidung tersebut tersumbat terus
tanpa adanya saat perbaikan atau dilatasi, kemungkinan karena trauma dapat
disingkirkan karena pasien menyangkal adanya riwayat trauma. Akan tetapi
terkadang pasien mengeluhkan kedua lubang hidung tersumbat pada saat malam
hari. sejak seminggu ini diikuti bersin-bersin dengan secret yang encer kemudian
kental putih kekuningan, pasien juga mengeluhkan nyeri kepala ringan.
Berdasarkan kepustakaan hidung tersumbat kanan dan kiri secara
bergatian dan terutama pada saat dingin (malam hari), bersin-bersin dengan secret
encer (seros) merupakan gejala yang didapatkan pada rhinitis vasomotor tipe
obstrukti (Adams, 2007; Sobol, 2007). Namun sejak minggu yang lalu pasien
menunjukkan gejala-gejala umum inflamasi akut seperti nyeri kepala ringan,
selain itu sekret kemudian menjadi kental putih kekuningan hal ini sesuai dengan
gejala yang didapatkan ada rinitis akut, dimana pada stadium prodromal
didapatkan gejala-gejala bersin berulang-ulang hidung tersumbat dan ingus encer,
yang disertai gejala umum seperti demam dan nyeri kepala, kemudian sekret
menjadi kental putih kekuningan yang menunjukkan terjadi infeksi sekunder oleh
bakteri sehingga dari anamnesa diagnosis pasien ini adalah rinitis akut et causa
infeksi bakteri.
Gejala awal rinitis akut pada staidum prodromal memang mirip dengan
rinitis alergika tetapi yang memebedakannya antara lain adanya gejala umum pada
rinitis akut dan sekret yang kemudian berubah menjadi kental pada rinits akut
(Dhigran, 2007; Soepardi, 2007). Pasien juga tidak mengeluhkan gatal di hidung
ataupun mata dan tidak memiliki riwayat alergi sehingga diagnosis rinitis alergika
dapat disingkirkan.
Dari pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan konka hipertropi dan
hiperemis yang merupakan tanda pada rinitis vasomotor sedangkan pada rintis
10
Medula, Volume 1, Nomor 5, Oktober 2013
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
alergi konka akan berwarna pucat (Nizar, 2003). Namun, pada pemeriksaan juga
didapatkan tanda-tanda rinitis akut yaitu mukosa edem dan hiperemis, rhinorea
dengan sekret mukopurulen hal ini menunjukkan terjadi inflamasi akut disertai
infeksi bakteri.
Pada pemeriksaan juga terlihat area little hiperemis atau potensial bleeding
yang hal ini sesuai dengan keluhan pasien mengeluhkan hidung berdarah yang
berati terjadi epistaksis anetrior (Nizar, 2003). Hal ini dapat disebabkan oleh
infeksi hidung atau rinitis akut itu sendiri atau karena trauma ringan waktu
mengeluarkan ingus dengan kuat, mengingat pasien mengeluhkan hidung
berdarah saat mengeluarkan ingus terlalu kuat dan telinga menjadi berdengung
(tinitus) atau karena cuaca yang sangat dingin dapat menyebabkan epistaksis
ringan (Seikh, 2009). Dari ananmesa pasien meyangkal adanya trauma hidung
sebelumnya
sehingga
kemungkinan
karena
trauma
dapat
disingkirkan.
Kemungkinan lain penyebab epistaksis seperti hipertensi atau penyakit jantung
dapat disingkirkan karena epistaksis akibat hipertensi dan penyakit jantung
biasanya epistaksis posterior dan terjadi pada usia tua, begitu juga dengan
epistaksis karena tumor seperti hemangioma atau angiofibroma epistaksis
biasanya akan lebih berat (Seikh, 2009).
Keluhan telinga berdengung (tinitus) pada pasien ini merupakan keadaan
yang fisiologis karena hanya berlangsung dalam beberapa detik atau kurang dari 5
menit bila berlangsung dalam 5 menit merupakan keadaan patologis. Tinitus pada
pasien ini tidak lain disebabkan karena terjadi pergerakan membran timpani
secara tiba-tiba. Saat mengeluarkan ingus yang terlalu kuat tuba eustachius
terbuka dan tekanan diteruskan ke membran timpani.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan rinoskopi anterior diagnosis
pasien ini adalah rinitis akut et causa infeksi bakteri walaupun terdapat gejala dan
tanda rinitis vasomotor dan berdasarkan riwayat memang terjadi rinitis vasomotor
sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti menurunnya
daya tahan tubuh sehingga pasien terinfeksi virus ataupun bakteri dan
menyebabkan rinitis akut.
11
Medula, Volume 1, Nomor 5, Oktober 2013
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Tidak ada terapi yang spesifik untuk rinitis akut selain istirahat dapat
diberikan obat-obat simptomatis seperti analgetik, obat dekongestan (Settipane,
2012). Antibiotik hanya diberikan jika terdapat infeksi sekunder oleh bakteri
(Settipane, 2012). Pada pasein ini terdapat infeksi sekunder bakteri (terefleksi dari
sekret mukopurulen) sehingga diberikan antibitiotik cefadroxyl 500 mg 3 x sehari.
Pasien diberikan k-diclofenac 50 mg 3 x sehari sebagai analgetik dan
antiinflamasi (NSAID) untuk proses peradangannya, dan untuk dekongestan
diberikan pseudoefedrin 60 mg 3 x sehari karena terjadi hipertrofi konka dan
keluhan hidung tersumbat. Vitamin C diberikan sebagai terapi ajuvan untuk
menjaga daya tahan tubuh. Anjuran pada pasien yaitu istirahat yang cukup untuk
menjaga daya tahan tubuh karena faktor reskio dari rinitis akut adalah penurunan
daya tahan tubuh, dan berolahraga teratur. Olahraga selain untuk menjaga daya
tahan tubuh juga dapat meringankan gejala
karena mempunyai efek
vasokonstriksi ringan sehingga hipertorpi atau gejala hidung tersumbat dapat
dikurangi. Efek vasokonsriksi dari olahraga didapatkan karena terjadi releas
hormon adrenalin saat olahraga.
DAFTAR PUSTAKA
Adams GL, Boies LR, Higler PH. 2007. Buku ajar penyakit THT.Edisi VI. Jakarta:
EGC. hlm.123-125.
Dhingran PL. 2007. Disease of ear nose and throat. 4th Ed. New Delhi, India: Elsevier pp:
129-135; 145-148.
Moore KL, Anne AMR. 2003. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates. hlm. 13-14.
Nizar NW. 2003. Anatomik endoskopik hidung sinus paranasal dan patofisiologi
sinusitis. Dalam: Kumpulan naskah lengkap kursus, pelatihan dan demo BSEF,
Makassar. hlm. 1-11.
Rolla LT. Acute rhinitis. The eclectic practice of medicine. Henriette’s Herbal. 2009.
Settipane RA, Lieberman P. Update and non-allergic rhinitis. Brown University School of
Medicine (Diakses tanggal 19 mei 2012, ttp;/nypollencount.com/Articles/Non
Allergic%20Rhinitis.pdf)
Sobol SE. 2007. Sinusitis acute medical treatment. (Diakses tanggal 20 mei 2012,
http://www.emedicine.com/ent/topic377.htm )
12
Medula, Volume 1, Nomor 5, Oktober 2013
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Seikh J. 2009. Rhinitis allergic : treatment and medication. (Diakses tanggal 20 mei
2012, http://emedicine.medscape.com/article/134825-treatment )
Soepardi EA. 2007. Buku ajar ilmu penyakit telinga, hidung, tenggorokkan, Kepala,
leher. Edisi VI. Jakarta : FK UI. hlm. 143-146
13
Medula, Volume 1, Nomor 5, Oktober 2013
Download